ISI B16m4 2003

64
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL – KELOMPOK 6 – ANGKATAN 2012 BLOK 16 MODUL 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mata merupakan salah panca indera yang berfungsi untuk melihat. Mata dapat menangkap cahaya dan merefleksikannya menjadi bentuk sehingga kita dapat mengenal lingkungan yang berada disekitar kita. Informasi yang diperoleh mata kemudian diolah melalui otak. Mata merupakan organ sensitive. Apabila terdapat kelainan, maka kelainan yang paling sering dialami oleh mata adalah mata merah, mata berair, mata gatal, dan nyeri. Hal ini terjadi akibat adanya benda asing yang mengiritasi mata. Mata, organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi, dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori ini mengandung kelopak mata dan apparus lakrimal, yang mana melindungi mata dan seperangkat otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata. Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan dilalui berkas sinar yang akan masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah MATA MERAH TANPA GANGGUAN VISUS 1

description

ini sangat membantu

Transcript of ISI B16m4 2003

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL KELOMPOK 6 ANGKATAN 2012 BLOK 16 MODUL 4

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGMata merupakan salah panca indera yang berfungsi untuk melihat. Mata dapat menangkap cahaya dan merefleksikannya menjadi bentuk sehingga kita dapat mengenal lingkungan yang berada disekitar kita. Informasi yang diperoleh mata kemudian diolah melalui otak.

Mata merupakan organ sensitive. Apabila terdapat kelainan, maka kelainan yang paling sering dialami oleh mata adalah mata merah, mata berair, mata gatal, dan nyeri. Hal ini terjadi akibat adanya benda asing yang mengiritasi mata.

Mata, organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi, dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori ini mengandung kelopak mata dan apparus lakrimal, yang mana melindungi mata dan seperangkat otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata.

Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan dilalui berkas sinar yang akan masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata.Untuk itu, dibutuhkan perlakuan ekstra dalam menjaga kesehatan mata.1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

Manfaat dari modul ini yaitu untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan mata merah, faktor-faktor terjadinya mata merah, penyakit yang menyebabkan mata merah tanpa gangguan penglihatan.. Kompetensi yang ingin dicapai mulai dari anatoi dan fisiologi mata, mekanisme terjadinya mata merah, definisi, etiologi, faktor resiko, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosa, diagnosa banding serta penatalaksanaan dari penyakit yang dapat enyebabkan mata merah tanpa gangguan penglihatan, yang secara khusus akan dibahas pada diskusi kelompok kecil pada Modul 4 ini. BAB II

ISI

2.1 SKENARIO

Mataku Merah dan Bengkak

Tina, 10 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan mata kanannya merah sejak 2 hari yang lalu disertai nyeri. Hari ini merah pada matanya bertambah dan tadi pagi ketika bangun tidur kelopak mata kanannya susah terbuka karena ada kotoran mata yang lengket. Sebelumnya kelopak matanya terasa gatal dan merah. Penglihatan masih baik. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan kelopak mata hyperemia, adanya injeksio konjungtiva, sekret mukopurulen, dan udem pada kelopak mata kanan. Pada pemeriksaan tajam penglihatan tidak ditemukan adanya kelainan. Riwayat penyakit seelumnya pasien menderita batuk pilek yang cukup lama. 2.2 STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT Injeksio Konjungtiva

Pelebaran pembuluh darah a. Konjungtiva posterior oleh karena trauma ataupun karena mekanis

Hiperemia

Peningkatan pasokan aliran darah pada pembuluh darah sehingga terlihat sangat merah

Sekret Mukopurulen

Produk yang dihasilkan oleh kelenjar sebagai akibat adanya bakteri atau clamidia. Sekretnya berupa campuran antara lendir dan nanah

2.3 STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Kenapa mata Tina merah dan juga disertai nyeri?

2. Kenapa tidak disertai dengan gangguan penglihatan?

3. Kenapa mata Tina terutama pagi hari disertai dengan sekret mukopurulen?

4. Apa hubungan rasa gatal dengan mata merah ?

5. Kenapa palpebra Tina mengalami udem ?

6. Apakah ada hubungan antara riwayat batuk pilek pasien dengan keluhan matanya yang sekarang? Jika ada kenapa?

7. Apa saja diagnosis banding dari skenario?

8. Terapi awal yang diberikan kepada pasien?

2.4 STEP 3 CURAH PENDAPAT

1. Pertama-tama kita harus mebedakan terlebih dahulu dimana letak merah pada matanya karena untuk menentukan arteri apa yang terkena. Mata merah terjadi karena peningkatan aliran darah ke pembuluh darah sehingga terlihat merah pada mata. Mata merah juga bisa terjadi karena pembendungan aliran darah. Peningkatan aliran darah dan pembendungan aliran darah biasanya terjadi akibat respon inflamasi, adanya iritan, atau karena trauma. Mata merah juga bisa terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Arteri yang biasanya terkena adalah arteri konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior.

Sedangkan untuk nyeri biasanya terjadi karena terjadi penekanan pada bangunan-bangunan yang peka nyeri. Penekanan ini biasanya terjadi karena udem akibat proses inflamasi sehingga menekan daerah sekitarnya.

2. Penglihatan tidak terganggu karena jalur-jalur penglihatan artinya tidak terkena kerusakan ataupun kelainan. Jalur penglihatan teridiri dari kornea, anterior chamber, pupil, lensa, retina, kemudian ke saraf penglihatan yaiutu saraf optikus. Perdarahan berarti terjadi diluar jalur ini.3. Sekret dihasilkan oleh sel goblet yang berupa mukus. Mukus ini merupakan pertahanan mekanik yang dihasilkan sel goblet untuk melawan mikroorganisme, benda asing, dan bahan iritan. Pada saat tidur, suhu mata sama dengan suhu tubuh sehingga menjadi tempat perkembangbiakan bakteri yang sangat baik, sehingga terjadi perlawanan dari sistem pertahanan mata untuk membunuh bakteri tersebut. Sehingga, dihasilkanlah sekret mukopurulen. Sekret mukopurulen ini merupakan taanda bahwa mata terserang mikroorganime berpa bakteri atau klamidia.4. Rasa gatal dapat pula terjadi akibat proses inflamasi. Pada saat inflamasi dihasilkan mediator-mediator kimia. Salah satu ediator kimia yang dihasilkan adalah histamin yang dapat menyebabkan rasa gatal. 5. Terjadi udem pada palpebra bisa terjadi sebagai respon terhadap inflamasi. Pada saat terjadi inflamasi maka akan terjadi vasodilatai sehingga terjadi kebocoran dari pembuluh darah. Sehingga cairan yang seharusnya berada di intravaskuler akan merembes ke ekstravaskuler sehingga terjadilah udem. Selain karena inflamasi, udem pada palpebra juga dapar terjadi akibat di kucek-kucek, adanya penyakit glomerulonefritis, atau bisa juga terdapat folikel pada palpebra.6. Menurut pendapat kami ada. Bakteri yang menyebabkan terjadinya batuk pilek dapat berjalan ascenden k duktus lakrimalis sehingga menginfeksi mata. Karena duktus lakrimalis terhubung dengan hidung sehingga disebut duktus nasolakrimalis. Selain karea perjaanan acenden dari bakteri dapat pua terjadi karena ketidakhigienisan dari si anak. Ketika si anak membersihkan sekret bekas batuk atau pilekny, sisa mikroorganisme yang ada ditangan keudian berpindah ke mata ketika si anak mengucek matanya. Sehingga terjadilah peradangan pada mata si anak.7. Kemungkinan diagnosis pada kasus diatas terjadi pada bagian-bagian mata diluar jalur penglihatan. Pada palpebra dapat terjadi blefaritis dan sellitis, pada konjngtiva dapat terjadi berbagai jenis konjungtivitis serta dapat pula terjadi hematoma konjungtiva, dan pterigium. Sedangkan pada sklera dapaat terjadi episkeliritis dan subskleritis.8. Terapi awal yang dapat diberikan pada kasus diata adalah dengan pemberian tetes epinefrin untuk mengetahui jenis injeksi. Apakah ini terasuk injeksi konjungtiva atau injeksi siliaris. Pada injeksi konjungtiva jika diberikan epinefrin maka keluhan mata merah akan berkurang sedangkan pada injeki siliaris keluhan mata merah akan menetap biarpun ditetesi epinefrinSelain pemberian tetes epinefrin dapat pula diberikan antibiotik oles topikal jika jenis bakteri sudah diketahui. Sedangkan jika sudah diberikan antibiotik topikal keluhan tetap ada dapat deiberikan antibiotik spektrum luas.

Untuk keluhan gatalnya dapat dikompres dengan air dingin. Sedangkan untuk sekret mukopurulennya dapat diberikan larutan garam.2.5 STEP 4 STRUKTURISASI KONSEP

2.6 STEP 5 MERUMUSKAN SASARAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan mengenai anatomi dan fisiologi mata

2. Menjelaskan mekanisme terjadinya mata merah

3. Menjelaskan dari definisi hingga pentalaksanaan penyakit yang menyerang bangun-bangun diluar jalur penglihatan pada :

a. Palpebra

b. Konjungtiva

c. Sklera

2.7 STEP 6 BELAJAR MANDIRI

Belajar mandiri dilaksanakan dari hari Selasa tanggal 9 Februari 2015 sampai dengan hari Kamis tanggal 12 Februari 2015.

2.8 STEP 7 SINTESIS

1. Anatomi dan Fisiologi Mata 2. Mekanisme Mata Merah3. Penyakit Pada Bangunan Diluar Jalur Penglihatana. PALPEBRAb. KONJUNGTIVAc. SKLERA2.7 LaporanAnatomi dan fisiologi Mata

Mata, organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi, dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori ini mengandung kelopak mata dan apparus lakrimal, yang mana melindungi mata dan seperangkat otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata.

Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan dilalui berkas sinar yang akan masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata.

Kornea adalah transparan, berbentuk kubah jendela yang menutupi bagian depan dari mata. Itu sangat kuat membelokkan permukaan, menyediakan 2/3 kekuatan focus mata. Seperti kristal pada arloji yang memberikan kita jendela yang jelas untuk melihat. Karena tidak ada aliran darah dalam kornea, itu jelas normal dan mempunyai permukaan yang berkilau. Kornea sangat sensitif terdapat banyak ujung saraf dalam kornea dibandingkan dimanapun selain di badan. Kornea orang dewasa tebalnya hanya millimeter dan terdiri atas lima lapisan : epithelium, selaput bowman, stroma, selaput descement dan endothelium.

Epithelium adalah lapisan sel yang melindungi permukaan kornea. Hanya sekitar 5-6 lapisan sel tebal dan terjadi regenerasi dengan cepat ketika kornea mengalami cedera. Selaput bowman berada dibawah epithelium karena lapisan ini sangat liat dan susah untuk melakukan penetrasi, selaput bowman melindungi kornea dari cedera. Stroma merupakan lapisan paling tebal dan berada dibawah selaput bowman. Terdiri dari sedikit serat kolagen yang mengalir paralel satu sama lain. Bentuk khusus ini dari serat kolagen memberikan kornea kejelasan. Selaput descement berada diantara stroma dan endothelium hanya berada dibawah descement dan hanya satu lapisan sel yang tebal. Lapisan ini memompa air dari kornea dan menjaganya tetap bersih. Jika terjadi kerusakan atau penyakit, sel ini tidak akan melakukan regenerasi.

Lensa kristalina adalah suatu struktur tembus pandang yang difiksasi ligamentum sirkular lensa (zonula zinii). Zonula melekat dibagian anterior koroid yang menebal yang disebut korpus siliaris. Korpus siliaris mengandung serat-serat otot melingkar dan longitudinal yang melekat dekat dengan batas korneosklera. Di depan lensa terdapat iris yang berpigmen dan tidak tembus pandang, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengandung serat-serat otot sirkular yang menciutkan dan serat-serat radial yang melebarkan pupil. Perubahan garis tengah pupil dapat mengakibatkan perubahan sampai lima kali lipat dari jumlah cahaya yang mencapai retina. Ruang antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh zat gelatinosa jernih yang disebut korpus vitreous. Aqueous humor, suatu cairan jernih yang memberi makan kornea dan lensa, dihasilkan dikorpus siliaris melalui proses difusi dan transport aktif dari plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil untuk mengisi kamera okuli anterior (ruang anterior mata). Dalam keadaan normal, cairan ini diserap kembali melalui jaringan trabekula masuk ke dalam kanalis Schlemm, suatu saluran antara iris dan kornea.

Lapangan penglihatan, ketika kedua mata menatap sebuah objek, gambar difokuskan bersersesuaian dengan bagian tiap retina. Lapangan kiri penglihatan , di sini adalah biru, difokuskan pada sebelah kanan tiap retina; tetapi pesan yang berupa gambar difokuskan pada bagian yang berbeda dari tiap retina relatif ke hidung. Lapangan penglihatan sebelah kiri difokuskan pada retina kiri pada sisi yang paling dekat dengan hidung bagian nasal, tetapi difokuskan pada retina kanan pada sisi terjauh dari hidung bagian temporal.

Menggabungkan lapangan penglihatan kedalam penuh dengan arti yang melibatkan proses pindah silang pada optik chiasma.. serabut optik dari bagian nasal dari pindah silang tiap retina dan mengikuti serabut dari bagian tiap retina pada sisi berlawanan. Gabungan serabut dari bidang optik. Begitu bidang optik kiri mengandung impuls gambar dari lapangan penglihatan kanan dan bidang optik kanan mengandung ini dari lapangan penglihatan. Sinaps pada kiri/kanan thalamus, serabut dilanjutkan sebagai radiasi optik ke akhir dari korteks kanan dan kiri lobus occipitalis. Lokasi luka pada bagian penglihatan menentukan hasil cacat penglihatan. Sebagai contoh, destruksi saraf penglihatan menghasilkan kebutaan pada kedua mata. Kehilangan seluruh radiasi optik kanan, contohnya bisa terjadi pada stroke, penglihatan terhalang dari lapangan penglihatan kiri dan vice versa.

Pergerakan mata, enam otot berdempet ke sklera mengendalikan pergerakan mata dalam orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV (trochlear) dan VI (abducens). OtotMenghasilkan gerakan Saraf kranial

1. Rektus superior

2. Rektus inferior

3. Rektus medialis

4. Rektus lateralis

5. Oblique superior

6. Oblique inferiorKe atas

Ke bawah

Ke dalam arah hidung

Jauh dari hidung

Ke bawah dan masuk

Ke atas dan keluarOkulomotor (III)

Okulomotor (III)

Okulomotor (III)

Abducens (VI)

Trochlear (IV)

Okulomotor (III)

Gangguan pergerakan mata dapat mnyebabkan gambar gagal difokuskan pada bagian bersesuaian dari retina, ini menghasilkan penglihatan ganda (diplopia). Atau sama dalam kasus paralysis satu mata tidak dapat menetapkan semua object, dihasilkan dalam monocular, dari pada binocular, penglihatan.

Ketika cahaya bersinar pada satu mata, kedua pupil berkontriksi , konstriksi ini adalah refleks cahaya pupil. optik atau saraf kranial II terdiri dari 80% visual dan serabut pupil afferent. Cahaya impuls ke dalam mata menyebabkan retina menyebarkan impuls ke saraf optik, bidang optik, otak tengah, dan korteks visual dari lobus occipitalis. Ini adalah otot afferent dari refleks cahaya. Di otak tengah, serabut pupil menyebarkan dan disebarkan dengan serabut silang ke depan nucleus Edinger whestpaldari okulomotor, atau saraf kranial III. Beberapa serabut tinggal pada sisi yang sama. Saraf kranial ketiga adalah otot efferent, yang mana berangkat melalui badan ciliary ke otot sphincts dari iris yang menyebabkannya berkontraksi. Efek langsungnya adalah konstriksi dari pupil mata bagian atas yang mana cahaya bersinar. Refleks dekat terjadi ketika pelaku melihat jarak dekat. Ada tiga bagian dari refleks dekat yakni akomodasi, menyebarkan, dan konstriksi pupil. akomodasi didefenisikan sebagai fokus dekat dari mata yang mana diakibatkan oleh peningkatan kekuatan lensa oleh kontraksi dari otot ciliary, di inerfasi oleh saraf kranial III.

Reseptor, setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar, segmen dalam yang mengandung inti-inti reseptor dan daerah sinaps. Segmen luar adalah modifikasi silia dan merupakan tumpukan teratur sakulus atau lempeng dari membrane. Sakulus dan membrane ini mengandung senyawa-senyawa peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya dan mampu membangkitkan potensial aksi di jaras penglihatan . segmen luar sel batang selalu diperbaharui oleh pembentukan lempeng-lempeng baru ditepbagian dalam segmen dsan proses fagositosis lempeng tua serta dari ujung luar oleh sel-sel eptel berpigmen.

Fotoreseptor terdiri atas dua jenis sel, yaitu koni (kerucut) dan basillli (batang). Sel basilli yang lebih banyak, berfungsi untuk melihat dalam cahaya remang-remang, tidak untuk melihat warna. Koni berfungsi untuk melihat cahaya terang dan warna. Lateral terhadap bintik buta terdapat daerah lonjong disebut macula lutea, demgam cekungan kecil dipusatnya yang disebut fovea sentralis. Fovea sentralis hanya mengandung koni; macula mengandung kebanyakan koni, yang makin berkurang kea rah perifer. Retina perifer hanya mengandung basilli. Agar melihat jelas, berkas cahaya harus jatuh tepat pada fovea sentralis, yang besarnya hanya seujubg jarum pentul.

Semua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina disebut media refraksi, yaitu kornea, lensa dan korpus vitreous. Mata normal akan membiaskan cahaya yang memasuki mata sedemikian rupa sehingga bayangannya tepat jatuh tepat di retina, di fovea sentralis.

Mekanisme pembentukan bayangan. Mata mengubah energi dalam spekturm yang dapat dilihat menjadi potensial aksi di nervus optikus. Panjang gelombang cahaya yang dapat dilihat berkisar dari 397 nm sampai 723 nm. Bayangan benda di sekitar difokuskan di retina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial didalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke korteks serebrum, untuk dapat menimbulkan kesan penglihatan.

Daya akomodasi , biula m. siliaris dalam keadaan istirahat, berkas sinar paralel yang jatuh dimata yang optiknya normal (emetropia) akan difokuskan ke retina. Selama relaksasi ini dipertahankan, maka berkas sinar dari benda yang kurang dari 6 m akan difokuskan di belakang retina dan akibatnya benda tersebut akan nampak kabur. proses meningkatnya kelengkungan lensa disebut akomodasi. Pada keadaan istirahat, ketegangan lensa dipertahankan oleh tarikan ligamentum lensa. Karena bahan lensa mudah dibentuk dan kelenturan kapsul lensa cukup tinggi, lensa dapat ditarik menjadi gepeng. Bila pandangan diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini mengurangi jarak antara tepi-tepi korpus siliaris dan melemaskan ligamentum lensa, sehingga lensa membentuk mengerut membentuk benda yang lebih cembung. Pada orang berusia muda bentuk ini dapat meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri.

Selain akomodasi, terjadi konvergensi sumbu penglihatan dan konstriksi pupil bila seseorang melihat benda yang dekat. Respon 3 bagian ini : akomodasi, konvergensi, sumbu penglihatan, dan kontriksi pupil disebut respon melihat dekat.

Gangguan umum pada mekanisme pembentukan bayangan, pada beberapa orang, bola mata berukuran lebih pendek daripada normal dan sinar yang sejajar difokuskan dibelakang retina. Kelainan ini disebut hiperopia atau penglihatan jauh. Akomodasi yang terus menerus, bahkan sewaktu melihat benda jauh dapat sedikit mengkompensasi kelainan, tetapi kerja otot yang terus menerus akan melelahkan dan dapat menimbulkan nyeri kepala dan penglihatan kabur. Konvergensi sumbu penglihatan yang terus menerus yang disertai akomodasi akhirnya dapat menimbulkan juling (strabismus), kelainan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata dengan lensa konveks, yang membantu daya bias mata dalam memperpendek jarak fokus. Pada miopia (penglihatan dekat), garis tengah antero posterior bola mata terlalu panjang. Miopia bersifat genetik. Pada orang berusia muda aktivitas pekerjaan yang berkaitan dengan benda-benda dekat, misalnya belajar dapat mempercepat timbulnya miopia. Kelainan ini dapat diatasi dengan kacamata lensa bikonkaf, yang membuat berkas cahaya sejajar sedikit berdivergensi sebelum masuk ke mata. Astigmatisme adalah keadaan yang sering dijumpai dengan kelengkungan kornea tidak merata. Bila kelengkungan disatu meridian berbeda dengan kelengkungan dimeridian lain, berkas cahaya di meridian tersebut akan dibiaskan ke fokus yang berbeda.yang kurang dari 6 meter akan difokuskan di belakang retina dan akibatnya benda tersebut tampak kabur. Patofisiologi mata merahKeluhan mata merah harus dibedakan antara merah pada palpebral dan disekitar mata atau merah pada bola mat. Merah pada bola mata dapat disebabkan oleh hemorrhagi subkonjungtivitis atau oleh kongesti vascular pada konjungtiva, sclera, atau episkela (jaringan ikat antara sclera dan konjungtiva). Kongesti ini dapat disebabkan oleh radang permukaan luar, seperti konjungtivitis dan keratitis, atau radang intraokuler, seperti iritis dan glaucoma akut. Kelainan warna, selain kemerahan, adalah ikterik dan bintik-bintik hiperpigmentasipada iris atau permukaan luar mata. (Vaughan & Asbury, 2009)Penyakit pada palpebral

a. BLEFARITIS

Radang yang sering terjadi pad akelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dpapat disebabkan kuam streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan vector untuk terjadinya infeksi staphylococcus.

Gejala umum blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket, dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.

Sebelum diobati biasanya blefaritis diiberihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberi antibiotic yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratiyis, hordeolum, kalazion, dan madarosis. (Ilyas, 2010, 89)

Blefaritis Bakterial

Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga sebagian besar infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan streptococcus. Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai folikuliti, impetigo, dermatitis eksematoid.

Pengobatan pada infeksi ringan adalah dengan memberikan antibiotic local dan kompres basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi yang berat perlu diberikan antibiotic sistemik. (Ilyas, 2010, 90)

Blefaritis superfisial

Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan kelenjar meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar meibom. (Ilyas, 2010, 90)

Blefaritis sebore

Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.

Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.

Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Dapat dilakukan pembersihan dengan nitras argenti 1%. Salep sulfonamide berguna pada aksi keratolitiknya. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Pada blefaritis sebore entibiotik diberikan local dan sistemik seperti tetrasiklin oral 4 kali 250 mg.

Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis. (Ilyas, 2010, 90)

Blefaritis skuamosaBlefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik sebore.

Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.

Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.

Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis. (Ilyas, 2010, 91)

Blefaritis ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.

Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis. (Ilyas, 2010, 91-92)

Blefaritis angularis

Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.

Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal. (Ilyas, 2010, 92)

Blefaritis anterior

Blefaritis anterior adalah radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Ada dua jenis uatamanya: stafilokok dan seborroik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus epidermitis (stafilokokus koagulase-negatif). Blefaritis seborreik (non-usleratif) umunya berkaitan dengan keberadaan itis seborreik (non-usleratif) umunya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale meskipun organism ini belum terbukti menjadi penyebabnya. Sering kali kedua jenis blefaritis ada secara bersamaan (infeksi campuran). Seborre kulit kepala, alis, dan telinga sering menyertai blefaritis seborreik.

Gejala umumnya adalah iritasi, ras terbakar, dan gatal pada tepi palpebra. Mata yang terkena bertepi merah. Banyak sisik atau granulasi terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior maupun inferior. Pada tipe stafilokok, sisiknya kering, palpebra merah, terdapat ulkus-ulkus kecil di sepnajnga tepi palpebra, dan bulu mata cenderung ronrok. Pada tipe seborreik, ssisik berminyak, tidak terjadi ulserasi, dan tepian pelpebra merah dan mungkin berulkus. S. aureus dan P. ovale mungkin muncul bersamaan atau sendiri-sendiri pada pulasan materi kerokan dari tepi palpebra.

Blefaritis stafilokok dapat disertai komplikasi hordeolum, kalazion, keratitis epitel sepertiga bawah kornea, dan infiltrate kornea marginal. Kedua bentuk blefaritis anterior merupakan presdiposisi terjadinya konjungtivitis berulang.

Kulit kepala, alis mata, dan tepi palpebra harus selalu dibersihkan, terutama pada blefaritis tipe seborreik, dengan memakai sabun dan sampo. Sisik-sisik harus dibersihkan dari tepi palpebra dengan kain basah dan sampo bayi setiap hari.

Blefaritis stafilokok diobati dengan antibiotic antistafilokok atau pemberian salep mata sulfonamide dengan aplikatorkapas sekali sehari pada tepian palpebra.

Tipe seborreik dan stafilokok umumnya bercampur dan menjadi kronik selang beberapa bulan atau tahun jika tidak diobati dengan memadai; konjungtivitis atau keratitis stafilokok penyerta umumnya cepat teratasi setelah pengobatan sntistafilokok local. (Vaughan& Asbury, 2009, 79-80)

Blefaritis Posterior

Blefaritis posterior adalah peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar meibom. Seperti blefaritis anterior, kelainan ini terjadi secara kronik dan bilateral. Blefaritis anterior dan posterior dapat timbul bersamaan. Dermatitis seborreik umumnya disertai dengan disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau infeksi strain stafilokok dalam jumlah memadai sering disertai dengan penyakit kelenjar meibom dan bisa menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi kelenjar meibom. Lipase bakteri dapat menimbulkan peradangan pad akelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan terganggunya film di air mata.

Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai pelpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea. Perubahan pada kelenjar meibom mencakup peradngan muara meibom, sumbatan muara kelenjar oleh secret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus, dan keluarnya secret abnormanl lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Dapat juga timbul hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam sebagai akibat parut pad akonjungtiva tarsal; membentuk hubungan yang abnormal antara film air mata prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air mata mungkin bersbusa atau sangat berlemak. Hipersensitivitas terhadap stafilokokus mungkin mnyebebkan keratitis epithelial. Kornea juga bisa membentuk vaskularisasi perifer dan menjadi tipis, terutama di bagian inferiotr, terkadang dengan infiltrate marginal yang jelas.

Terapi blefaritis posterior tergantung pad aperubahan-perubahan di konjungtiva dan kornea terkait. Peradangan yangjelas pad astruktur-struktur ini mengharuskan pengobatan aktif termasuk terapi antibiotic sistemik dosis rendah jangka panjang, biasanya doxycycline (100mg dua kali sehari) atau eritromisin (250 mg tiga kali sehari), tetapi juga berpedoman pada hasil biakan bakteri dati tepi palpebra dan sterois topical lemah (sebaiknya jangka pendek), mis. Prednisolon, 0,125% dua kali sehari. Terapi topical dengan antibiotic atau substitusi air mata umumnya tidak perlu dan dapat berakibat bertambah rusaknya film air mata atau reaksi toksik terhadap bahan pengawetnya.

Pengeluaran isi kelenjar meibom secara periodic bisa membantu, khususnya pada pasien dengan penyakit ringan yang tidak memerlukan terapi antibiotic oral atau steroid topical jangka panjang. Hordeolum dan kalazion hendaknya diterapi dengan baik. (Vaughan& Asbury, 2009, 80)

Blefaritis Virus

Herpes zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraftrigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.

Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pad mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya simtomatik. Pengobatan steroid superficial tanpa masuk ke dalam mata akan mengurangkan gejala radang. Terdapat berbagai pendapat mengenai pengobatan steroid sistemik. Pengobatan steroid dosis tinggi akan mengurangkan gejala yang berat. Hati-hati kemungkinan terjadinya viremia pada penderita dengan penyakit menahun. Infeksi herpes zoster diberi analgesic untuk mengurangkan rasa sakit.

Penyulit yang dapat terjadi pada herpes zoster oftalmik adalah uveitis, parase otot penggerak mata, glaucoma dan neuritis akut. (Ilyas, 2010, 95)

Herpes simpleks

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat didertai dengan keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata,yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.

Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberi antibiotic sistemik atau topical. Pemberian kortikosteroid merupakan kontraindikasi karena dapat memgakibatkan menularnya herpes pad akornea. Asikovir dan IDU dapat diberikan terutama pada infeksi dini. (Ilyas, 2010, 95-96)b. HORDEOLUM

Horedeolum adalah infeksi kelenajr di palpebra. Bila kelenjar meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superficial adalah infeksi di kelenjar Zeis atau Moll. (Vaughan & Asbury, 2009)

Nyeri, merah dan bengkak adalah gejala-gejala utamanya. Intensitas nyeri mencerminkan hebatnya pembengkakann palpebral. Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atau permukaan konjungtiva. Horedeolum eksterna selalu menonjol kea rah kulit. (Vaughan & Asbury, 2009)

Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok, biasanya Staphylococcus aureus. Jarang diperlukan biakan. Pengobatannya adalah kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15 menit. Jika keadaan tidak membaik dalam 24 48 jam, dilakukan insisi dan drainase bahan purulent. Hendaknya dilakukan insisi vertical pada permukaan konjungtiva untuk menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Sayatan iini dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah. Jika hordeolum menonjol ke luar, dibuat insisi horizontal untuk mengurangi luka parut. (Vaughan & Asbury, 2009)

Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam ada manfaatnya. Antibiotik sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis. (Vaughan & Asbury, 2009)

d. KALAZION

Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom, umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum- dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjunctiva, yang mungkin sedikit memerah atau meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan menimbulkan astigmatisme. Jika cukup besar sehingga mengganggu penglihatan atau mengganggu secara kosmetik, dianjurkan eksisi lesi. (Vaughan & Asbury, 2009)

Pemerikaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologis menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respon radang granulomatosa yang menyebabkan sel-sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsi diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalazion. (Vaughan & Asbury, 2009)

Eksisi bedah dilakukan melalui insisi vertical kedalam kelanjar tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya dengan hati-hati. Penyuntikan steroid intra lesi saja mungkin bermanfaat untuk lesi kecil. (Vaughan & Asbury, 2009)

Penyakit pada sklera

a. EPISKLERITIS

Episkeritis merupakan rekasi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan reaksi hipersensitif terhadapa penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid atritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik dan infeksi. Kelainan ini dapat terjadi spontan atau idiopatik. Umunya mengenai satu mata dan utamanya pada perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.

Keluhan pasien berupa mata kering, dengan nyeri ringan, mengganjal dengan konjungtiva kemotik. Bentuk radang yang terjadi pada episklerosis mempunyai gambaran khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas jelas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva. Bila benjolan ditekan dengan kapas akan memberikan rasa sakit yang menjalar sekitar mata. Bila dilakukan pengangkatan pada episklerisis konjungtiva diatasnya, maka akan mudah terangkat dari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan penyakit mulai dari akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat berminggu-minggu atau beberapa bulan.

Terlihat mata merah pada satu sektor yang disebabkan melebarnya pembuluh darah dibawah konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin 2.5 topikal. Pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah vasokonstriktor. Pada keadaan berat diberikan kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat. (Ilyas, 2014)

Kadangkadang merupakan kelainan berulang yang ringan. Pada episkleritis kornea dan uvea terlihat normal. Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif menyerang tempat sama atau berbeda dengan lama sekitar 4-5 minggu. Penyulit adalah terjadinya peradangan yang lebih dalam pada sklera (skleritis). (Ilyas, 2014)b. SKLERITIS

Skleritis biasanya terjadi karena penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan penyakit jarinag ikat, pasca herpes, sifilis, gout, dan gout. Kadang-kadang disebakan tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis dibedakan skleritis anterior ifus dan nodular, dan skleritis posterior. (Ilyas, 2014)

Skleritis nbiasanya terlihat bilateral dan juga sering pada perempuan. Skleriti jarang terjadi dibanding episkleritis akan tetapi penyebabnya sama.(Ilyas, 2014)Terdapat perasaan sakit yang berat dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu yang dapat membangunkan sewaktu tidur. Mata merah berair, fotofobia, dengan penglihatan menurun. Terlihat konjungtiva kemotik dan sakit sehingga sering diduga selulitis orbita. Skleritis tidak mengeluarkan kotoran, terlihat benjolan sedikit biru-jingga. Kadang-kadang mengenai seluruh lingkaran kornea, sehingga terlihat seperti skleritis anular.(Ilyas, 2014)Skleritis sering terjadi bersamaan dengan iritis atau siklitis dan koroditis anetrior. Bila sembuh akan terjadi penipisan sklera yang tidak tahan terhadap tekanan bola mata sehingga terjadi stafiloma sklera yang berwarna biru. Terdapat peradangan sklera, episklera, dan konjungtiva dengan melebarnya pembuluh darah yang tidak kembali dengan pemberian fenillerin. Pengobatannya dengan antiinflamasi steroid ataupun nonsteroid atau imunosupresif lainnya.(Ilyas, 2014)Penyulit skleritis adalah keratitis perifer, glaukoma, granuloma subretina, uveitis, ablasi retina eksudatif, proptosis, katarak dan hipermetropi.(Ilyas, 2014)Penyulit pada kornea dalam bentuk keratitis sklerotikan, dimana terjadi kekeruhan bola kornea akibat peradangan sklera. Bentuk peradanga adalah segitiga yang terletak dekat dengan skleritis yang sedang meradang. Hal ini terjadi akibat gangguan susunan serat kolagen stroma. Tidak terjadi neovaskularisasi ke kornea. Proses penyembuhan kornea berupa jernihnya kornea yang dimulai dari bagian sentral.(Ilyas, 2014)

Penyakit pada konjungtivaKonjungtivitis konjungtivitis bakteriAda 2 bentuk konjungtivitis bakteri: akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. (Vaughan & Asbury, 2009)konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14 hari. pengobatan dengan antibakteri yabg biasa dapat sembuh dalam beberapa hari. untuk konjungtivitis hiperakut biasanya disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae atau neisseria meningitidis dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. untuk yg kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi ductus nasplacrimalis.temuan klinis:konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen) disebabkan oleh N gonorrhoeae, neisseria kochii, dan N meningitidis. ditandau dengan banyak eksudat purulent.konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut sering dalam bentuk epidemik dan disebut "pinkeye". ditandai dengan hiperemi konjungtiva akut dan sekret mukopurulen jumlah sedang. penyebab umumnya stertococus pneumoniae pada iklim sedang dan pada iklim tropis Haemophilus aegyptius bisa disertai perdarahan subkonjungtiva.konjungtivitis subakut paling sering karena H influenzae dan terkadang oleh Escherichia coli dan spesies proteus. ditandai dengan eksudat tipis, berair, atau berwarna.konjungtivitis bakteri kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik, biasanya unilateral. (Vaughan & Asbury, 2009)terapikonjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologinya. sambil menunggu hasil lab, dokter dapat memberikan antimikroba topikal spektrum luas (mis: polymyxin-trime-thoprim). jika pulasan gram menunjukan diplokukos gram-negatif, sigestif neisseria, harus segera diberikan terapi topikal dan sistemik. jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberi IM. jika kornea tetlibat dibutuhkan ceftriaxone parentral 1-2 g/hari selama 5 hari. (Vaughan & Asbury, 2009) Konjungtivitis Alergi1. Konjungtivitis "Hay Fever"Radang konjungtiva non-spesifik ringan umumnya menyertai "hay fever" (rinitis alergika). Biasanya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dll. Pasien mengeluh gatal, kemerahan, berair-mata, dan sering mengatakan matanya seakan-akan "tenggelam dalam jaringan sekitarnya". Terdapat injeksi ringan di konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris; selama serangan akut sering ditemukan kemosis berat (yang menjadi sebab kesan"tenggelam" tadi). Mungkin terdapat sedikit kotoran mata, khususnya setelah pasien mengucek matanya. Eosinofil sulit ditemukan pada kerokan konjungtiva. Jika alergennya menetap, dapat timbul konjungtivitis papilar.

Pengobatan dilakukan dengan penetesan vasokonstriktor- antihistamin topikal. Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal, dan antihistamin per oral hanya sedikit manfaatnya. Respons langsung terhadap pengobatan cukup memuaskan tetapi kekambuhan sering ditemukan kecuali bila antigennya dihilangkan.Untungnya, frekuensi serangan dan beratnya gejala cenderung menurun dengan meningkatnya usia.2. Keratokonjungtivitis VernalPenyakit yang juga dikenal sebagai ,catarrh musim semi,dan konjungtivitis musimanatau, konjungtivitis musim kemarau" ini adalah penyakit alergi bilateral yang jarang; biasanya mulai pada tahun-tahun prapuberias dan berlangsung selama 5-10 tahun. penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Alergen spesifiknya sulit dilacak, tetapi pasien keratokonjungtivitis vernal biasanya menampilkan rnanifestasi alergi lainnya, yang diketahui berhubungan dengan sensitivitas terhadap tepung sari rumput.Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah hangat, dan hampir tidak ada di daerah dingin. penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim panas, di musim gugur daripada di musim dingin. paling banyak ditemukan di Afrika sub-Sahara dan Timur Tengah.

Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserat-serat. Biasanya terdapat riwayat alergi di keluarga (hay fever, eksim, dll), dan terkadang disertai riwayat alergi pasien itu sendiri. Konjungtiva tampak putih-susu, dan terdapat banyak papila halus di

konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebralis superior sering menampilkan papila raksasa mirip batu kali. Setiap papila raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.

Mungkin terdapat kotoran-mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (kabut serupa-busur) sering terlihat pada kornea dekat papila limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik_bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan fase aktif keratokonjungtivitis vernal. Ditemukan banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas di dalam bintik Tranta dan sediaan hapus eksudat konjungtiva yang terpulas Giemsa.

Mikropannus sering tampak pada keratokonjungtivitis vernal palpebra dan limbus, tetapi pannus besar jarang dijumpai. Parut konjungtiva biasanya tidak ada, kecuali pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papila, iradiasi, atau prosedur yang dapat merusak lainnya. Mungkin terbentuk ulkus kornea superfisial (perisai) (lonjong dan terletak di superior) yang dapat berakibat parut ringan di kornea. Keratitis epitelial difus yang khas sering kali terlihat. Tidak satu pun lesi kornea ini berespons baik terhadap terapi standar.Penyakit ini mungkin disertai keratokonus. (Vaughan & Asbury, 2009)TerapiKarena keratokonjungtivitis vernal adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat memberi perbaikan dalam waktu singkat, tetapi dapat memberi kerugian jangka-panjang. Steroid topikal atau sistemik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengaruhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Kombinasi antihistamin penstabil sel mast yang lebih baru bermanfaat sebagai agen profilaktik dan terapeutik pada kasus sedang hingga berat. Vasokonstriktor, kompres dingin, dan kompres es ada manfaatnya; tidur (jika mungkin juga bekerja) di ruang sejuk ber-AC membuat pasien nyaman.Kemungkinan besar, pemulihan terbaik dicapai dengan pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini setidaknya membaik bila tidak sembuh total. Gejala akut pada seorang pasien yang sangat fotofobik hingga tidak dapat berbuat apa-apa sering kali diatasi dengan steroid sistemik atau topikal jangka pendek, diikuti dengan vasokonstriktor, kompres dingir; dan pemakaian teratur tetes mata yang memblok histamin.Obat-obat antiinflamasi non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan lodoxamide, cukup bermanfaat untuk mengurangi gejala, tetapi bisa memperlambat reepitelisasi ulkus "perisai. Seperti telah disinggung sebelumnya, penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari. Studi klinis baru-baru ini menunjukkan bahwa tetes mata topikal cyclosporine ?% efektif untuk kasus-kasus berat yang tak responsif. Penyuntikan depotkortikosteroid supratarsal dengan atau tanpa eksisi papilaraksasa terbukti efektif untuk ulkus "perisai" vernal.

Desensitisasi terhadap tepung sari rumput dan antigen lain belum membuahkan hasil. Blefaritis dan konjungtivitis stafilokok adalah komplikasi yang sering dan harus ditangani. Kekambuhan pasti terjadi, khususnya pada musim semi dan musim panas; tetapi setelah sejumlah kekambuhan, papillae akan menghilang sempurna, tanpa meninggalkan jaringan parut. (Vaughan & Asbury, 2009)3. Keratokonjungtivitis AtopikPasien dermatitis atopik (eksim) sering kali juga menderita keratokonjungtivitis atopik. Tanda dan gejalanya adalah sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia. Tepian palpebranya eritematosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papila-papila halus, tetapi papila raksasa kurang nyata dibandingkan pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior-berbeda dengan papila raksasa keratokonjungtivitis vernal, yang ada di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis teriadi berulang kali. Timbul keratitis perifer superfisial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus yang berat, seluruh kornea tampak kabur dan mengalami vaskularisasi, ketajaman penglihatan pun menurun. Penyakit ini mungkin disertai keratokonus.Biasanya ada riwayat alergi (hay fever, asma, atau eksim) pada pasien atau keluarganya. kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopik sejak bayi. Parut pada lipatan fleksura-lipat-siku dan pergelangan tangan-dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungusiris atopik berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vermal, penyakit ini cenderung kurang aktif saat pasien telah berusia 50 tahun.Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meskipun tidak sebanyak yang terlihat pada keratokonjungtivitis vernal. Sering timbul parut pada konjungtiva maupun kornea, dan terbentuk katarak atopik, plak subkapsular posterior, atau katarak mirip-perisai anterior. Keratokonus ablatio retinae, dan keratitis herpes simpleks cukup banyat dijumpai pada pasien dengan keratokonjungtivitis atopik' dan terdapat banyak kasus blefaritis dan konjungtivitis bakterial sekunder, umumnya oleh stafilokokus.

Penanganan keratokonjungtivitis atopik sering mengecewakan. Setiap infeksi sekunder harus diobati. Harus diusahakan kontrol lingkungan. Terapi topikal jangka panjang dengan obat penstabil sel mast adalah hal yang terpenting. Antihistamin oral juga bermanfaat. Obat-obat anti-inflamasi non-steroid yang lebih baru, seperti ketoroclac dan lodoxamide, dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Steroid topikal jangka pendek dapat meredakan gejala. Pada kasus-kasus berat, plasmaferesis atau imunosupresan sistemik bisa menjadi terapi tambalhan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk memperbaiki ketajaman penglihatannya. (Vaughan & Asbury, 2009)4. Konjungtivitis Papilar RaksasaKonjungtivitis papilar raksasa dengan tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal dapat dijumpai pada pasien pengguna lensa kontak atau mata buatan dari plastic. Ini kemungkinan suatu penyakit hipersensitivitas tipe lambat yang kaya-basofil (hipersensitivitas jones-Mote, dengan komponen IgE humoral. Mengganti prostesis mata plastik dengan kaca dan memakai kaca mata bukan lensa kontak dapat menyembuhkan. Jika lensa kontak tetap harus dipakai, diperlukan tindakan tambahan. Perawatan lensa kontak yang baik, termasuk dengan zat bebas pengawet, sangat penting. Disinfeksi dengan hidrogen peroksida dan pembersihan lensa kontak secara enzimatik juga menolong.

Penggantian lensa kontak ke jenis raeekly-diposable atau daily-disposable mungkin diperlukan jika cara-cara lain tidak menolong. Bila semua ini gagal, pemakaian lensa kontak harus dihentikan. (Vaughan & Asbury, 2009) Konjungtivitis viral

a. Definisi

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).

b. Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Scott, 2010).

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

c. Klasifikasi1. KONJUNGTIVITIS FOLIKULAR VIRAL AKUTDemam FaringokonjungtivalDemam farignokonjungtival ditandai oleh demam 38.3-40C, sakit tenggorokkan dan konjungtivitis folikular pada satu atau dua mata. folikel sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan mukosa faring. penyakit init bisa bilateral ataupun unilateral. mata merah dan berair sering terjadi, selain itu mungkin ada keratitis epitel superficial untuk sementara dan sesekali terdapat sedikit kekeruhan di subepitel. yang khas adalah limfadenopati preaurikular (tidak nyeri tekan). sindrom ini mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua tanda utama (demam, faringitis dan konjungtivitis).Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-kadang oleh tipe 4 dan 7. virusnya dapat dibiakkan dala sel0sel HeLa dan diidentifikasi oleh uji netralisasi. dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga di diagnosis secara serologis melalui peningkatan titer antibody penetral-virus. namun, diagnosis klinis adalah suatu hal yang mudah dan jelas lebih praktis.Kerokan konjungtiva teurtama mengansunf sol mononuclear dan tak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa dan mudah menular di kolam renang berklor rendah. tidak ada pengobatan spesifik tetapi konjungtivitis umumnya sembuh sendiri kira-kira dalam 10 hari. Keratokonjungtivitis EpidemikaKeratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. awalnya sering pada satu mata saja dan biasanya mata pertama lebih parah. pada awalnya, terdapat injeksi konjungtiva, nyeri sedang dan berair mata; dalam 5-14 hari akan diikuti fotofobia, keratitis epitel dan kekeruhan subepitel yang bulat. sensasi korne normal dan terdapat nodus preaurikular dengan nyeri rekan yang khas. edema palpebra, kemosis dan hiperemi konjungtiva menandai fase akur dengan folikel dan pendarahan konjungtiva yang sering muncul dalam 48 jam. dapat terbentuk pseudomembran (sesekali membrane sejati) dan mungkin disertai atau diikuti parut datar atau pembentukan simblefaron. Konjungtivitisnya berlangsung paling lama 3-4 minggu. kekeruhan subepitel terutama terfokus di pusar kornea, biasanya tidak perna ke tepian; menetap berbulan-bulan, tetapi sembuh tanpa parut. Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroup D adenovirus manusia). virus-virus ini sapat diisolasikan dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan uji netralisasi. kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radanf mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga tampak neutrofil yang banyak.Keratokonjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbata di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus, seperti demam, sakit tenggorokkan, otitis media dan diare. transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kirang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. larutan mata, terutama anastetik topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau bulu mata. virus dapat bertahan dalam larutan tersebut yang akan menjadi sumber penyebaran. Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan pemakaian penetes steril pribadi dengan kemasan unit-dose. mencuci tangan secara teratur diantara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-ala penyentuh mata khususnya tonometer juga merupakan suatu keharusan. tonometer aplanasi harus diusap dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. sekarang ini belum ada terapi yang spesifik, tetapi kompres dingin akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea lebih lanjut sehingga harus dihindari. agen antibacterial harus diberikan jika terjadi superinfeksi bakterial.Konjungtivitis Virus Herpes SimpleksKonjungtivitis virus simpleks (HVS) biasanya mengenai anak kecil adalah suatu keadaan luar biasa yang ditandai oleh injeksi unilateral, iritasi, secret mukoid, nyeri dan fotofobia ringan, penyakit ini terjadi pada infeksi primer HSV atau saat episode kambuh herpes mata. keadaan ini sering disertai keratitis herpes simpleks, dengan kornea yang menampakkan lesi-lesi epitel tersendiri yang umumnya menyatu membentuk ulkus tunggal atau ulkus epithelial bercabang banyak. konjungtivitisnya folikular atau, lebih jarang, pseudomembranosa. (pasien yang mendapat antivirus topical mungkin akan mengalami konjungtivitis folikular yang dapat dibedakan karena konjungtivitis folikular herpetic munculnya akut). vesikel-vesikel herpes terkadang muncul di palpebra dan tepinya disertai edema hebat. khasnya, ditemukan sebuah nodus preaurikular kecil yang nyeri tekan.Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau biakan. jika konjungtivitisnya folikular, reaksi radangnya terutama mononuclear, tetapi jika ada pseudomembran, reaksinya terutama polimorfnuklear akibat kemotaksis nekrosis. inklusi intranuklear tampak dalam sel-sel konjungtiva dan kornea dengan fiksasi bouin dan pulasan Giemsa. temuan sel0sel epithelial raksasa multinukleus mempunyai nilai diagnostic.Virusnya mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung Dacron kering atau alginate calcium di atas konjungtiva secara hati-hati dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke biakan jaringan yang sesuai. Konjungtivitis HSV dapat berlangsung selama 2-3 minggu ; jika timbul pseudomembran, dapat emninggalkan parut linear halus atau parut datar. komplikasi dapat berupa keterlibatan kornea dan vesikel pada kulit. virus herpes tipe 1 merupakan penyebab hampir seluruh kasus mata; tipe 2 adalah penyebab umum pada neonates harus diobati dengan obat antivirus sistemik (acyclovir) dan di pantau di rumah sakit.Konjungtivitis yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. namun, antivirus topical atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. pada ulkus kornea, mungkin diperlukan debridement kornea dengan mengusap ulkus dengan kain kering secara hati-hati, penetasan obat antivirus dan penutupan mata selama 24 jam. antivirus topical sendiri harus diberikan selama 7-10 hari. keratitis herpetic dapat pula diobati dengan salr acyclovir 3% 5 kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral 400 mg lima kali sehari selama 7 hari. penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan karena bisa memperburuk infeksi herpes simpleks dan mengubah penyakit dari suatu proses singkat yang sembuh sendiri menjadi infeksi berat berkepanjangan. Konjungtivitis Penyakit NewcastleKonjungtivitis penyakit Newcastle adalah penyakit yang jarang di dapat, ditandai dengan perasaan terbakar, gatal, nyeri, merah, mata berair dan penglihatan kabur (jarang). keadaan ini sering terjadi dalam bentuk epidemic kecil di antara pekerja peternak unggas yang menangani burung yang sakit atau di antara dokter hewan atau petugas laboratorium yang bekerja dengan virus atau vaksin hidup.Konjungtivitis ini mirip dengan yang disebabkan oleh virus lain dengan kemosis, nodus preaurikula kecil dan folike-folikel di tarsus superior dan inferior. tidak ada atau tidak diperlukan pengobatan untuk penyakit yang sembuh sendiri.Konjungtivitis Hemoragika Akutseluruh benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar konjungtivitis hemoragika akut ini. pertama kali diketahui di Ghana pada tahun 1969. konjungtivitis ini disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan sesekali oleh coxsackiebirus A24.Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek sekitar 8-48 jam dan berlangsung singkat (5-7 hari). gejala dan tanda yang biasa berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, kemerahan, edema palpebra, dan pendarahan subkonjungtiva. kadang-kadang juga terjadi kemsis. perdarahan subkonjungtiva umumnya difus, tetapi awalnya dapat berupa bintik-bintik; mulai dari konjungtiva bulbaris superior dan menyebar ke bawah. kebanyakn pasien mengalami limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva dan keratitis epitel. uveitis anterior pernah di laporkan; terdapat demam, malaise, dan mialgia generalisata pada 25% kasus; paralisis motorik ekskremitas bawah ada pada kasus-kasus jarang di India dan Jepang.Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh benda penular seperti seprai, alat-alat optic yang terkontaminasi dan air. penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari dan tidak ada pengobatan yang pasti. di Amerika serikat, sebuah sekolah pernah ditutup untuk menghentikan epidemic penyakit ini.2. KONJUNGTIVITIS VIRAL KRONIKBlefarokonjungtivitis Molluscum ContagiosumSebuah nodul molluscum pada tepian kulit palpebra dan alis mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikular kronik unilateral, keratitis superior dan pannus superior, terutama mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trakoma). lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-inflamatorik dengan bagian pusar yang melekuk khas untuk mollusculum contagiosum. biopsy menunjukkan inklusi sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.Eksisi, insisi sederhana pada nodul yang memungkinkan darah tepi memasukkinya atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya. pada kasus yang sangat jarang, nodul-nnodul molluscum contagiosum yang multiple di palpebra atau wajah ditemukan pada pasien AIDS.Blefarokonjungtivitis Varicella-ZosterHiperemia dan konjungtivitis infiltrasi disertai dengan erupsi veskular yang khas di sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas herpes zoster. konjungtivitisnya biasanya papilar, tetapi pernah ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi. KGB periaurikular yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. sekuelenya dapat berupa jaringan parut di palpebra, entropion dan bulu mata yang salah arah. Lesi palpebra pada varicella yang mirip lesi kulit di tempat lain, mungkin timbul di kedua palpebra dan sering meninggalkan parut. sering kali timbul konjungtivitis eksudatif ringan, tetapi lesi konjungtiva yang diskret sangat jarang ditemukan. lesi di limbus menyerupai fliktenula dan dapat melalui seluruh tahapan vesikel, papul dan ulkus. Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah vaskularisasinya.Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebranya mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan dari konjungtiva pada varicella dan pada zoster dapat mengandung sel raksasa monosit. virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel-sel embrio manusia.Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg per oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat beratnya penyakit.Keratokonjungtivitis CampakEnantema khas pada campak sering kali mendahului erupsi kulit. pada tahap awal ini, tampilan konjungtiva mirip kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti oleh pembengkakan plica semilunaris. beberapa dengan secret mukopurulen dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak koplik pada konjungtiva dan terkadanf pada carunuculus. pada saat tertentu (masa kanak-kanak dini, masa dewasa lanjut), keratitis epithelial akan mengikuti. Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuele, tetapi pada pasien kurang gizi atau imunoinkompeten, penyakit mata ini sering kali di sertai infeksi HSV atau infeksi bakterial sekinder oleh S pneumonia, H influenza dan organisme lain. agen-agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang. Kerokan konjungtiva menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada pseudo membrane atau infeksi sekunder. sediaan terpulaa Giemsa menampilkan sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi yang spesifik, hanya tindakan-tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder. Konjungtivitis Klamidia1. TrakomaMerupakan penyakit kronik yang banyak dijumpai. umunya penyakit ini bilateral, menyebar melali kontak langsung atau benda pencemar, umumnya dari angota keluarga yang lain ( saudara, orangtua), yang harus diperiksa. bentuk akut penyakit ini lebih infeksius dari pada bentuk sikateiksnya; makin besar inokulumnya, makin berat penyakitnya.tanda dan gejalaPenyakit ini mulanya adalah suatu konjungtivitis folikular kronik masa kanak-kanak, sampai akhirnya jadi parut konjungtiva. pada kasus berat pembalikan bulumata ke dalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. abrasi terus-menerus oleh bulu mata yang mambalik dan defek film air mata menyebabkan parut kornea, umumnya setelah usia 30 tahun.Masa inkubasi trakoma rata2 7 hari, tapi bervariasi dari 5 sampai 14 hari. pada bayi atau anak, biasanya timbul diam- diam dan penyakit itu dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa komplikasi. pada orang dewasa timbulnya sering akit dan subakut, dan komplikasi cepat berkembang. pada saat timbul, trakoma sering menyerupai konjungtivitis bakterial, tanda dan gejala biasanya terduru dari berair- mata, fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebra, kemosis konjungtivitis bulbaris, hiperemia, hipertropi papilar, folikel tarsal dan limbal, keratitis superior, pembentukan pannus, dan sebuah nodus preaulikular kecil yang nyeri tekan.

Temuan labAda inklusi klamidia pada ketokan konjungtiva yg dipulas dengan giemsa, tapi tidak selalu ada. pada sedian inklusi tampak sebagai masa sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti sel epitel.Secara morfologis, agen trakoma mirip dengan agen konjungtivitis inklusi, tapi keduanya dapat dibedakan secara serologis dengan mikromunofluoresens. trakoma disebabkan oleh Chamydia trachomatis serotipe A, B, Ba, C.TerapiDiberikan tertracycline 1-1,5 g/hari per oral dalam empat dosis terbagi 3-4 mg; doxycycline 100 mg per oral dua kali sehari selama 3 minggu; atau erythromycin 1 g/ hari peroral dobagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu. tetracycline sistemik bisa diberikan pada anak dibawah umur 7 tahun atau wanita hamil karena dapat mengikat kalsium pada gigi yang sedang berkembang dan tulang yang tumbuh.

2. konjungtivitis inklusiSering bilateral dan biasanya terdapat pada orang muda yang seksual aktif. agen klamidia menginfeksi uretra si pria dan serviks wanita. transimisi bisa sampai ke mata kerana aktivitas oral-genital atau transmisi dari tangan ke mata. pada neonatus, agen ditularkan sewaktu lahir melalui kontaminasi langsung konjungtiva dengan sekret serviks.gejala dan tandaPasien sering mengeluh mata merah, pseudo-ptosis, dan belekan, terutama di pagi hari. neonatus menunjukan konjungtivitis papilar dan eksudat dalam jumlah sedang; pada kasus hiperakut, sesekali terbentuk pseudomembran yang bisa menimbulkan parut. kalo konjungtivitis bertahan sampai 2-3 bulan maka akan timbul folikel dan gambaran konjungtiva mirip dengan pada anak besar dan orang dewasa. pada neonatus, infeksi klamidia dpat menimbulkan faringitis, otitis media, pneumonitis interstisial.Terapi1. pada bayiBeru erithromycin per oral 50 mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi, selama sekurang-kurangnya 14 hari. medikasi oral perlu diberikan karena infeksi klamidia juga melibatkan saluran napas dan gastroinstetinal. kedua orangtuanya harus diobati dengan tetracycline atau erythromycin oral untuk infeksi saluran genitalnya.2. pada orang dewasaPenyembuhan dicapai dengan doxycycline 100 mg oral dua kali sehari, selama 7 hari; atau erythromisin 2 g/ hari selama 7 hari, bisa juga azithromycin 1 g dosis tunggal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata merupakan organ lunak yang terdapat didalam orbita. Bagian pelindung mata terdiri dari palpebra, bulu mata, kelenjar lakrimal, dan otot ekstraokular. Bagian mata itu sendiri dibagi menjadi 3 lapis jaringan, yaitu:1. sclera

2. Jaringan uvea

3. Retina

Bentuk mata sendiri bulat karena mengandungan vitrous humor yang berfungsi mempertahankan bola mata.

Apabila terdapat kelainan di bagian mata tersebut, dapat menyebabkan mata merah. Apabila mata merah terjadi diluar media refraksi, maka tidak akan mengganggu penglihatan (penglihatan normal). Kelainan itu dapat berupa blepharitis, hordeleum, khalazion, episkleritis, skleritis dan konjungtivitis.

B.Saran

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2012, dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan iniDAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, Sidarta . 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

2. Vaughan & Asbury. 2009. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC.

3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf / D. Alloyna. 2012. Universitas Sumatera Utara. diakses: 5/3/2014 19:00 WITA

4. Oftamologi umum ed. 17/ Paul Riordan-Eva & John P. Witcher. Jakarta: EGC. 2013

MATA MERAH

TANPA GANGGUAN PENGIHATAN

DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

PELEBARAN PEMBULUH DARAH

PECAH PEMBULUH DARAH

INFEKSI

INFLAMASI

ALERGI

PEMERIKSAAN FISIK

NYERI

HIPEREMI

UDEM

GATAL

GEJALA

TRAUMA

DIAGNOSIS BANDING

PEMERIKSAAN PENUNJANG

SKLERA :

EPISKLERITIS

SUBSKLERITIS

KONJNGTIVA :

KONJUNGTIVITIS

PTERIGIUM

HEMATOMA KONJUNGTIVA

PALPEBRA :

BLEFIRITIS

SELULITIS

MATA MERAH TANPA GANGGUAN VISUS13