jiwa

20
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun. Salawat serta salam senantiasatercurahkan selalu kepada junjungan nabi besar muhammad SAW, karena beliau yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah bahasa indonesia, mudah-mudahan ilmu yang beliau berikan kepada saya khususnya dan kepada kami semua bermanfaat. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah bahasa indonesia. Demikian penyususnan makalah ini semoga bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pada pembaca. BandarLampung, Desember 2012 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

description

KEPENTINGAN MASYARAKAT

Transcript of jiwa

Page 1: jiwa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga

makalah ini dapat tersusun. Salawat serta salam senantiasatercurahkan selalu kepada junjungan nabi besar

muhammad SAW, karena beliau yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman

yang modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih saya ucapkan kepada dosen

pembimbing mata kuliah bahasa indonesia, mudah-mudahan ilmu yang beliau berikan kepada saya

khususnya dan kepada kami semua bermanfaat. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai salah satu

tugas pada mata kuliah bahasa indonesia. Demikian penyususnan makalah ini semoga bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya pada pembaca.

BandarLampung, Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB IPENDAHULUANLATAR BELAKANGRUMUSAN MASALAHTUJUAN PENULISANBAB IIPEMBAHASANPENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWAManusiaLingkunganKeperawatan

Page 2: jiwa

PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWAA. DULUB. SEKARANGASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWABAB IIIPENUTUPKESIMPULANDaftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model keperawatan jiwa, pakar

keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan,

psikopat, diagnosa, trauma.

RUMUSAN MASALAH

1.    Mengetahui pengertian keperawatan jiwa

2.    Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa

3.    Mengerti asuhan keperawatan jiwa

TUJUAN PENULISAN

Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang keperawatan dalam klien

pada gangguan jiwa

Page 3: jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

a. Menurut American Nurses Associations (ANA)

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu

tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,

mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien

berada (American Nurses Associations).

b. Menurut WHO

Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai

karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg

bersangkutan.

c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966

Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang

dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu

keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif

yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi

keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui

pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan

masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan

mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.

Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan

keperawatan.

Page 4: jiwa

Manusia

Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan

lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.

Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri

dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk

mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu

mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna

dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

Lingkungan

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan

luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus

mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang

dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.

Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas

hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama

melalui perawatan yang adekuat.

Keperawatan

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri

secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik

dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan

lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan

situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat

untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara

penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik

yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).

Page 5: jiwa

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses

keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan,

menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis,

sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik

penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi

optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta

diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan

keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan

mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui

jika keadaan klien klien berubah.

Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat

dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama

perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada

proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga

kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria

kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.

Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.

a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.

c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan

bertanggung gugat.

d. Peningkatan kepuasan kerja.

e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.

f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

Bagi Klien  :

a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).

c.    Terhindar dari malpraktik.

Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori

perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik

keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan

Page 6: jiwa

dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu

kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.

Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain,

sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan

lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa

bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi

berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.

Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan

darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk

menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang

perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area

seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan

kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang

minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan

kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu secara optimal, dan selaras dengan

perkembangan dengan orang lain.

Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas,

berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat.

Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan

keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.

Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan adekuat dari

ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan

talenta internal seseorang, yang mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-

hari yang biasa.

Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk

memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang

memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan pribadi adalah ada

minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus

keadaan “status quo”.

Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik yang melihat

manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-

Page 7: jiwa

unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural

(sosio-sistem).

Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya, baik dalam

kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi

menyadari bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai

satu sistem (holistik).

Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial atau psikososial di

samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya kesehatan.

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena

masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang

memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan

kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk

berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan

klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini

penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat

menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau

menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang

tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.

Hal itu harus dihindari karena :

Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.

Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam

mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.

Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.

Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan

perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa

individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan

jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia

sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan

jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.

Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran

tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal,

kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.

Page 8: jiwa

Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu

dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial,

biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis

yang mendasaripraktikkeperawatan.

Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.

1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)

adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam keperawatan kesehatan

jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui

bidang keahlian klinis perawat.

2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)

adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan

mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi

keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk

memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.

3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional

Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit psikitari di rumah

sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun, dengan adanya reformasi perawatan

kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.

Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi yang memberikan

asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan

asuhan rawat jalan.

Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home, hospice, lembaga

kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan

utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.

Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :

(1) Aktivitas asuhan langsung

(2) Aktivitas komunikasi

(3) Aktivitas penatalaksanaan

Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam domain

praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih

lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh

perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.

Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:

Page 9: jiwa

1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.

2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang

mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.

3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses,

menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan

keluarga.

4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk

menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan,

lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.

5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui

penyuluhan dan konseling.

6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan

pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.

7.    Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga,staf, dan

pembuat kebijakan.

PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

·         Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang

kompeten).

·         Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).

·         Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).

·         Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).

·         Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).

·         Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan

jiwa).

·         Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan

jiwa).

·         Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan

jiwa).

·         Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan

jiwa).

Page 10: jiwa

·         Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan

standar- standar perawatan).

·         Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran

keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional)

1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak

berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam

menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich),

akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).

Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa

anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara

sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk

memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic

yang membekas pada masa dewasa.

Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi,

transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang

sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-

pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang

memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.

Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist

berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.

Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan

traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua,

pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa

anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)

Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman

tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik

saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang

didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.

Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada

klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan

membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.

Page 11: jiwa

Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang

dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use

empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang

dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam

berhubungan dengan orang lain.

3. Social ( Caplan, Szasz)

Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila

banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (

social and environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom).

Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and

social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah

menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-

istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di

sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial ( Ellis, Rogers)

Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal

menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci

diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya

Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan

orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai

panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment),

bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima

jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to

accept self and control behavior).

Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman

yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui

terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back,

kritik, saran atau reward & punishment.

5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)

Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini.

Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek

psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,

ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai,

Page 12: jiwa

bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi

menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi

pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.

Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih

dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative

pemecahan masalahnya.

Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa

digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk

menyiapkan coping klien yang adaptif.

6. Medica ( Meyer, Kraeplin)

Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek

fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui

pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam

berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang,

therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan

menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

1.8  PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA

Pengkajian yg mempertimbangkan budaya

Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan

Berperan serta dlm pengelolaan kasus

Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental -

penyuluhan dan konseling

Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,

keluarga staf dan pembuat kebijakan

Memberikan pedoman pelayana kesehatan.

ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING )

·      Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.

·      Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.

·      Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi pelayanan

bagi individu dan keluarga.

Page 13: jiwa

·      Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang

tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang

paling tepat.

·      Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui

penyuluhan dan konseling.

·      Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan

masalah fisik.

·      Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf,

dan pembuat kebijakan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model keperawatan jiwa, pakar

keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan,

psikopat, diagnosa, trauma.

Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.