Kejernihan hati

3
KEJERNIHAN HATI Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat- malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fushshilat [41]: 30). Allah Ta’ala berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186). Pengetahuan hamba akan Nama-Nama Allah, sifat-sifat, keagungan, keindahan, kebaikan, kelembutan dan kasih sayang-Nya, merupakan sesuatu yang dapat mendekatkan diri hamba tersebut kepada Allah Ta’ala. Jika seorang hamba itu mencintai dan jujur, melaksanakan amalan untuk mencari keridhaan Allah, maka suplemen yang dia butuhkan adalah mendengarkan Al- Qur`an, merasa lezat dengan membacanya, menghayati makna-makna dan nasihat- nasihat yang dikandungnya, melaksanakan hukum-hukumnya, dan beretika dengan adab yang diajarkannya. Suplemen ini memiliki kelezatan ruh yang rasa nikmatnya sampai menuju ke dalam hati dan ruh. Sebaliknya, jika hati itu menyimpang, rusak keadaannya, tertipu dan terperdaya, maka sudah tentu dia sangat membutuhkan segala sesuatu yang berasal dari setan, yaitu bacaan setan yang mengandung unsur-unsur yang keji, cabul dan yang sejenisnya, yang merupakan sesuatu yang dicintai oleh nafsu, kelezatan-kelezatan dan bagian-bagian dari nafsu tersebut. Orang-orang yang memiliki sifat seperti ini adalah golongan yang paling jauh dari Allah Azza wa Jalla. Betapa indahnya hati yang bersih, yang kosong dari kotoran kemusyrikan, kotoran nifak, bid’ah dan kemaksiatan. Hati yang terisi dengan cahaya ilmu, keimanan dan ketaatan-ketaatan. Allah Ta’ala berfirman, “Shibghah Allah, Siapa yang lebih baik shibghah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 138).

Transcript of Kejernihan hati

Page 1: Kejernihan hati

KEJERNIHAN HATI 

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fushshilat [41]: 30).

Allah Ta’ala berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).

Pengetahuan hamba akan Nama-Nama Allah, sifat-sifat, keagungan, keindahan, kebaikan, kelembutan dan kasih sayang-Nya, merupakan sesuatu yang dapat mendekatkan diri hamba tersebut kepada Allah Ta’ala.

Jika seorang hamba itu mencintai dan jujur, melaksanakan amalan untuk mencari keridhaan Allah, maka suplemen yang dia butuhkan adalah mendengarkan Al-Qur`an, merasa lezat dengan membacanya, menghayati makna-makna dan nasihat-nasihat yang dikandungnya, melaksanakan hukum-hukumnya, dan beretika dengan adab yang diajarkannya.

Suplemen ini memiliki kelezatan ruh yang rasa nikmatnya sampai menuju ke dalam hati dan ruh.

Sebaliknya, jika hati itu menyimpang, rusak keadaannya, tertipu dan terperdaya, maka sudah tentu dia sangat membutuhkan segala sesuatu yang berasal dari setan, yaitu bacaan setan yang mengandung unsur-unsur yang keji, cabul dan yang sejenisnya, yang merupakan sesuatu yang dicintai oleh nafsu, kelezatan-kelezatan dan bagian-bagian dari nafsu tersebut. Orang-orang yang memiliki sifat seperti ini adalah golongan yang paling jauh dari Allah Azza wa Jalla.

Betapa indahnya hati yang bersih, yang kosong dari kotoran kemusyrikan, kotoran nifak, bid’ah dan kemaksiatan. Hati yang terisi dengan cahaya ilmu, keimanan dan ketaatan-ketaatan. Allah Ta’ala berfirman, “Shibghah Allah, Siapa yang lebih baik shibghah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 138).

Kata الصفاء (Kejernihan) adalah kata yang menunjukkan lepasnya sesuatu dari kotoran. Kejernihan ini memiliki tiga tingkatan, yaitu:

Pertama, jernihnya ilmu yang dapat membersihkan arah jalan, yaitu ilmu yang datang dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini adalah ilmu yang bersih yang diambil dari sumber wahyu, yang dapat menuntut pemiliknya menuju jalan peribadatan.

Hakikat dari peribadatan adalah beretika dengan menggunakan adab-adab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik secara zhahir maupun secara batin. Menjadikan adab-adab tersebut sebagai hukum, baik secara zhahir maupun batin. Menjadikannya teladan dalam semua keadaan, perkataan dan perbuatan. Bersihnya ilmu yang dapat membimbing pemiliknya kepada tujuan yang dimaksud, dengan cara berusaha sungguh-sungguh dan cepat.

Tekad yang dimiliki oleh para hamba itu berbeda-beda. Ada tekad atau keinginan yang berkaitan dengan

Page 2: Kejernihan hati

Dzat Yang ada di atas ‘Arsy. Ada keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang rendah. Di antara keduanya terdapat keinginan-keinginan yang tidak diketahui kecuali oleh Allah saja. Nilai yang dimiliki oleh masing-masing hamba itu tergantung dari apa yang dia cari.

Kedua, bersihnya keadaan. Keadaan yang didapat seorang hamba merupakan hasil dari ilmunya. Suatu keadaan itu tidak akan bersih, kecuali dengan bersihnya ilmu yang menghasilkan amalan tersebut. Jika keadaan seorang hamba itu bersih, maka hamba tersebut akan menyaksikan efek-efek dari hakikat yang ada, yaitu manisnya munajat kepada Allah. Ketika hati hamba itu bersih dari kotoran-kotoran, maka dia akan merasakan manisnya keimanan, manisnya munajat, akan lupa dengan apa-apa selain Allah dan dia akan sibuk hanya dengan Allah, sehingga lupa kepada makhluk yang lain.

Ketiga, bersihnya hubungan dengan Tuhan. Barangsiapa yang memiliki keimanan yang mantap di dalam hatinya, ilmu dan keadaannya bersih, maka semua amalan yang dilakukannya ada dalam bingkai keridhaan Allah dan dia akan melihat dirinya di sisi Allah, lebih kecil dari perbandingan antara sepercik noda dengan gunung yang ada di dunia ini.

Pandangan yang dia berikan kepada dirinya akan jatuh dari hati, dikarenakan kecil dan kerdilnya dia, sehingga dia tidak akan meminta balasan dari Allah. Hal-hal yang tidak dapat dilihat orang lain seolah-olah akan nampak jelas baginya. Seolah-olah dia melihat Tuhannya, Allah Ta’ala di atas langit dan ‘Arsy-Nya yang mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, mendengar perkataan mereka, melihat tempat dan amalan-amalan yang mereka lakukan.

Orang itu juga menyaksikan keagungan Tuhannya, keindahan, kesempurnaan, kemuliaan dan juga keperkasaan-Nya. Hamba itu merasa lezat denga ibadah kepada Allah, merasa senang dengan ketaatan dan melaksanakan perintah-perintah Allah, melihat perintah-perintah yang datang dari Allah merupakan sesuatu termulia yang datang dari Tuhan untuk hamba-hamba-Nya.

Orang itu melihat bahwa pahala yang diberikan untuk mereka merupakan sesuatu terbaik yang Allah berikan untuk hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yûnus [10]: 58).