klasifikasi bakteri
Click here to load reader
-
Upload
antikanavyaediyati -
Category
Documents
-
view
102 -
download
9
description
Transcript of klasifikasi bakteri
Klasifikasi S. aureus menurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah :
Kingdom : MoneraDivisio : FirmicutesClass : BacilliOrder : BacillalesFamily : StaphylococcaceaeGenus : StaphilococcusSpecies : Staphilococcus aureusStaphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. (Boyd, 1980), berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur (Todar, 2002) sebagaimana terlihat pada gambar 2.4. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin. (Boyd, 1980).
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar. (Boyd, 1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o – 37o C dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein. (Supardi dan Sukamto, 1999).Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya :1. Eksotoksin-a yang sangat beracun
2. Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.3. Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.5. Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana. (Supardi dan Sukamto, 1999).Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan. (Supardi dan Sukamto, 1999).
http://queenofsheeba.wordpress.com/2008/07/22/bakteri-staphylococcus-aureus/
Vibrio cholerae
BAB I
PENDAHULUAN
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada manusia, terutama V. cholerae
penyebab penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk
Vibrio cholera adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae
selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian dari genus Vibrio.
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1884 dan sangat
penting dalam dunia kedokteran karena menyebabkan penyakit kolera. Vibrio cholera
banyak ditemui di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung
kuman tersebut, oleh karena itu penularan penyakit ini dapat melalui air, makanan dan
sanitasi yang buruk.
BAB IIIDENTIFIKASI Vibrio cholerae
A. Morfologi
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang bengkok
seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 µm. Pada isolasi, Koch menamakannya
“kommabacillus”. Tapi bila biakan diperpanjang, kuman itu basa menjadi batang lurus
yang mirip dengan bakteri enteric gram negative.
Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah flagella
polar yang halus (monotrik). Kuman ini tidak membentuk spora. Pada kultur dijumpai
koloni yang cembung, halus dan bulat yang keruh dan bergranul bila disinari.
B. Fisiologi
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk
pertumbuhan pada suhu 18-37°C. Dapat tumbuh pada berbagai jenis media, termasuk
media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon
dan nitrogen. V. cholerae ini tumbuh baik pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose
(TCBS), yang menghasilkan koloni berwarna kuning dan pada media TTGA (Telurite-
taurocholate-gelatin-agar)
Salah satu cirri dari Vibrio cholerae ini adalah dapat tumbuh pada pH yang
sangat tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik
pada pH 7,0. Karenanya pembiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang
dapat difermentasi, akan cepat mati. V. cholerae meragi sukrosa dan manosa tanpa
menghasilkan gas tetapi tidak meragi albinosa. Kuman ini juga dapat meragi nitrit. Ciri
khas lain yang membedakan dari bakteri enteric gram negative lain yang tumbuh pada
agar darah adalah tes oksidasi hasilnya positif.
C. Klasifikasi Ilmiah
Kongdom : BacteriaFilum : ProteobacteriaKelas : Gamma ProteobacteriaOrdo : VibrionalesFamili : VibrionaceaeGenus : VibrioSpesies : V. choleraeNama binomial : Vibrio cholerae
D. Struktur Antigen
Semua Vibrio cholerae mempunyai antigen flagel H yang sama. Antigen flagel H
ini bersifat tahan panas. Antibodi terhadap antigen flagel H tidak bersifat protektif. Pada
uji aglutinasi berbentuk awan. Antigen somatik O merupakan antigen yang penting
dalam pembagian grup secara serologi pada Vibrio cholera. Antigen somatik O ini terdiri
dari lipoposakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk seperti pasir. Antibodi terhadap
antigen O bersifat protektif.
E. Patogenesis
Dalam keadaan alamiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap manusia.
Seorang yang memiliki asam lambung yang normal memerlukan menelan sebanyak
atau lebih V. cholera dalam air agar menginfeksi, sebab kuman ini sangat
sensitive pada suasana asam. Jika mediator makanan, sebanyak 102-104 organisme
yang diperlukan karena kapasitas buffer yang cukup dari makanan. Beberapa
pengobatandan keadaan yang dapat menurunkan kadar asam dalam lambung
membuat seseorang sensitive terhadap infeksi Vibrio cholerae.
Ada dua jenis V. cholerae yang berpotensi sebagai patogen pada manusia. Jenis
utama yang menyebabkan kolera adalah V. cholerae O1, sedangkan jenis-jenis lainnya
dikenal sebagai non-O1.
V. cholerae O1 adaalah penyebab kolera Asiatik atau kolera epidemik. Kasus
kolera sangat jarang terjadi di Eropa dan Amerika Utara. Sebagian besar kasus kolera
terjadi di daerah-daerah (sub)-tropis. Kolera selalu disebabkan oleh air yang tercemar
atau ikan (atau kerang) yang berasal dari perairan yang tercemar.
V. cholerae non-O1 hanya menginfeksi manusia dan hewan primata lainnya.
Organisme ini berkerabat dengan V. cholerae O1, tetapi penyakit yang ditimbulkannya
tidak separah kolera. Strain patogenik dan non-patogenik dari organisme ini merupakan
penghuni normal di lingkungan air laut dan muara. Organisme ini pada masa lalu
disebut sebagai non-cholera vibrio (NCV) dan nonagglutinable vibrio (NAG).
http://icarusphasmacist-wannabe.blogspot.com/2010/10/vibrio-cholerae.html
Morfologi Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
batang fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli
patologi hewan Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon,
namun Theobald Smith adalah penemu sebenarnya dari jenis
bakteri (Salmonella enterica var. choleraesuis) pada 1885, yang
menyebabkan penyakit enterik pada babi (Pratiwi, 2011).
Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut
(Pratiwi, 2011):
1. Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada
umumnya memiliki panjang ± 2-3 µm, dan bergaris tengah antara
±0,3 – 0,6 µm ).
2. Bersifat Gram negatif.
3. Berkembang biak dengan cara membelah diri.
4. Tidak berspora dan bersifat aerob.
5. Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel
perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella
gallinarum dan Salmonella pullorum.
6. Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi
hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa.
7. Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari
glukosa dan manosa.
8. Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau
brilian, natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang
menghambat bakteri enterik lain,oleh karena itu senyawa –
senyawa tersebut berguna untuk inklusi isolate salmonella dari
feses pada medium.
9. Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus),
sitoplasma, dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat
Gram negatif , maka memiliki struktur kimia yang berbeda
dengan bakteri Gram positif.
Menurut Jawetz et al (dalam Bonang,1982) mengemukakan
bahwa dinding sel bakteri gram negatif mengandung 3 polimer
senyawa mukokompleks yang terletak diluar lapisan
peptidoglikan (murein). Ketiga polimer ini terdiri dari :
1. Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi
menghubungkan antara selaput luar dengan lapisan
peptidoglikan.
2. Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa
fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat
oleh molekul-molekul lipopolisakarida pada lapisan atasnya
(Pratiwi, 2011).
Klasifikasi Salmonella
Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011) :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo: Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enterica
Salmonella arizona
Salmonella typhi
Salmonella choleraesuis
Salmonella enteritidis
Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi (Pratiwi,
2011) :
1. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia.
Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.
2. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella
cholera suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum
(unggas), Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius
ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan
tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
Metode Analisa
Metode analisa merupakan proses pembuktian atau
konfirmasi pengujian secara obyektif di laboratorium yang telah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Dalam pengujian mutu suatu bahan
pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia,
uji mikrobiologi, dan uji organoleptik (Fardiaz, 1993).
Dalam hal ini, metode analisa yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella adalah metode
analisa secara kualitatif yakni bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya suatu bakteri Salmonella dalam suatu feses (Sugianto,
2012).
a. Metode Analisa Kualitatif
Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella metode yang
digunakan adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode
analisa kualitatif ini memiliki tahapan – tahapan tertentu dengan
tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme
dalam feses (Sugianto, 2012).
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri
(Salmonella) pada metode ini adalah untuk mengetahui mutu
ataupun kualitas dari suatu produk berdasarkan kemasan atau
sifat mikrobiologinya. (Sugianto, 2012).
b. Uji Salmonella
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya
Salmonella dalam makanan.Salmonella merupakan bakteri gram-
negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus,
dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri dari sekitar 2500
serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik pada
manusia atau hewan (Sugianto, 2012).
Pada pengujian Salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu
sampel yang telah diberi biakan kultur Salmonella sebagai
pembanding. Dari pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan
RVS diinokulasikan pada media BGA dan XLD untuk tahap
inokulasi dan identifikasi. Pada tahap ini hanya biakan dari BGA
yang berasal dari MKTTn yang menunjukkan pertumbuhan koloni.
Sedangkan pada media XLD tidak ada pertumbuhan koloni.
Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi yaitu
uji biokimia dan uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain
sebagai berikut:
1. Uji TSIA
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah
karena bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini
tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media daerah
butt media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri
memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari
fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan
terangkatnya agar.Pembentukan H2S positif ditandai dengan
adanya endapan berwarna hitam. TSIA agar mengadung laktosa
dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red
sebagai indikator yang menyebabkan perubahan warna dari
merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. TSIA juga
mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk
penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat),
bewarna hitam untuk membedakan bakteri H2S dengan bakteri-
bakteri lainnya (Sugianto, 2012).
2. Uji Urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba
menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease akan
menguraikan urea menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil
positif jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah
keunguan. Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto, 2012).
3. Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine-
Desoxycholate Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella
danmemilah organisme lain dengan cara memfermentasi xylose,
dekarboksilasi lysine dan produksi H2S. Fermentasi xylose sangat
lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali, Shigella,
Providencia, Edwardsiella. Pada media ini, Salmonella akan
membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang
Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna merah dan Eschericia
berwarna kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini
antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella,Citrobacter.
Begitu banyak mikroba yang dapat tumbuh, sehingga media ini
kurang dapat memilah Salmonella pada tahap awal.Lebih baik
digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella
(Sugianto, 2012).
4. Uji β-galaktosidase
Uji β-galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis
bakteri seperti Salmonella.Enzim β-galaktosidase merupakan
enzim yang dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli, dapat
menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain laktosa,
substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting,
ONPG (o-nitro-phenyl-β-D-galactopyranoside), dapat digunakan
pula.Β-galaktosidase dapat mengkatalisis ONPG menjadi
galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak berwarna tetapi setelah
hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada
larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu
melakukan fermentasi terhadap karbohidrat Streptococcus,
Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia,
Enterobacter, Salmonella (Sugianto, 2012).
5. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri
dalam memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya
digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna
merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak
membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang
dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam
amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim
terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah
dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein
(Sugianto, 2012).
6. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis
bakteri Untuk membedakan bakteri Escherichia coli dengan
Enterobacteraerogenes. Hasilnya uji ini negatif, karena tidak
terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan á-
napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan
asetil metil karbinol (asetolin). Salmonella positif jika pada uji
biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut (Sugianto,
2012) :
1. TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H2S positif
atau negatif.
2. Hidrolisis urea : negatif
3. Dekarbosilasi lysine : positif
4. Reaksi voges proskauer : negatif
5. Produksi indol : negatif
6. Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera
polivalen O, H, dan Vi.
Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan
serologi didapatkan hasil sebagai berikut(Sugianto, 2012) :
a) TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif
b) Hidrolisis urea : positif
c) Dekarbosilasi lysine : negatif
d) Reaksi voges proskauer : negative
e) Produksi indol : negative
7. Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera
polivalen O, H, dan Vi.
Reaksi Biokimia Salmonella
No. PengujianHasil Reaksi Reaksi
Salmonella Positif Negatif
1Glukosa (TSI)
Tusukan kuning Tusukan merah Positif
2Lysine
Decarboxylase (LIA)Tusukan ungu Tusukan ungu Positif
3H2S (TSI dan LIA)
Hitam Tidak hitam Positif
4 UreaseWarna ungu
sampai merah
Tidak ada
perubahan warnaNegatif
5
Lysine
Decarboxylase
Broth (LDB)
Warna ungu Warna kuning Positif
6 Dulcitol BrothWarna kuning
atau ada gas
Tidak ada
perubahan warna
dan gas
Positif
7 KCN Broyh PertumbuhanTidak ada
pertumbuhanNegatif
8 Malonate Broth Warna biruTidak ada
perubahan warnaNegatif
9 Uji IndolWarna violet pada
permukaan
Warna kuning
pada permukaanNegatif
10
Uji Serologi
Polyvalent Flagellar
(H)
PenggumpalanTidak ada
penggumpalanPositif
11
Uji Serologi
Polyvalent Somatic
(O)
PenggumpalanTidak ada
penggumpalanPositif
12 Lactose BrothWarna kuning
atau ada gas
Tidak ada
perubahan warna
dan gas
Negatif
13 Sucrose Broth Warna kuning
atau ada gas
Tidak ada
perubahan warna
Negatif
dan gas
14Uji Voges Proskauer
(VP)
Merah muda
sampai merah
Tidak ada
perubahan warnaNegatif
15 Uji Methyl Red (MR)Warna merah
menyebar
Warna kuning
menyebarPositif
16 Simmons Citrate
Ada
pertumbuhan,
warna biru
Tidak ada
pertumbuhan dan
perubahan warna
Variabel
Kriteria untuk kultur non Salmonella
No
.
Pengujian Hasil (non Salmonella)
1 UreasePositif (warna ungu sampai
merah)
2
Uji Indol dan
Polyvalent Flagellar
(H)
Positif (warna merah pada
permukaan
Negatif (tidak ada
penggumpalan)
3LDB dan
KCN
Negatif (warna kuning)
Positif (ada pertumbuhan)
Lactose Broth Positif (warna kuning ada
4 gas)
5Sucrose Broth
Positif (warna kuning ada
gas)
6Uji VP
Uji MR
Positif (merah muda sampai
merah)
Negatif (warna kuning
menyebar)
Daftar Pustaka
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426.
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo. UI Press, Jakarta.
Campbell, N. A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
http://lovesgreen.blogspot.com/2013/06/mengenal-lebih-dekat-bakteri-salmonella.html