KRITERIA PROSEDUR RUJUKAN

download KRITERIA PROSEDUR RUJUKAN

of 7

description

Prosedur rujukan

Transcript of KRITERIA PROSEDUR RUJUKAN

KRITERIA PROSEDUR RUJUKAN Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi dan apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.4. Mencantumkan terapi sementara5. Mencantumkan tindakan yang telah diberikan6. Mencantumkan alasan merujuk7. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk8. Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk kecuali untuk rujukan rawat jalan9. Menggunakan ambulance transport kecuali untuk rujukan rawat jalan10. Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan11. Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum mengirim pasien Kecuali untuk rujukan rawat jalan dan kasus gawat darurat KIA12. Pasien dirujuk 1x24 jam sejak diagnosa ditegakkan kecuali untuk rujukan rawat jalan(Dinas Kesehatan membuat suatu sistem rujukan secara online antara puskesmas dengan seluruh RS yang ada di DKI jakarta dan membuat kebijakan dimana pasien gawat darurat yang akan dirujuk dapat ditangani di RS terdekat tanpa pembatasan wilayan dan jaminan kesehatan)

Untuk kasus-kasus rujukan tertentu, seperti kasus penyakit dengan pre Eklamsi berat, DBD, Diabetes, Hipertensi, harus: (Terlampir pedoman rujukan dengan kasus tertentu):1. Rujukan dengan kasus PEB: sebelum dirujuk ke fasilitas lain, maka pasien memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat, seperti Tekanan darah yang tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau 2+ dipstik maupun Edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Tidak perlu dirujuk jika pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-Eklamsia Berat.2. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2: Pada pasien yang terdiagnosis diabetes tipe 2 baru, puskesmas dapat merujuk ke dokter spesialis di rumah sakit untuk menentukan apakah terdapat komplikasi dari penyakit tersebut, untuk nantinya mendapat rujukan balik beserta terapi yang dapat diberikan di puskesmas. Setelah menjalani terapi selama 2-3 bulan, pasien baru dapat dirujuk kembali apabila target gula darah tidak tercapai dengan 2 obat dan diet yang sehat. Namun bila pasien menunjukkan penyakit lain seperti seperti KAD, nefropati, neuropati, retinopati, cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan insulin dependent atau Diabetes Gestasional pasien dapat dirujuk ke rumah sakit3. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria untuk dirujuk seperti adanya kerusakan target organ atau komplikasi dari diabetes seperti KAD, nefropati, neuropati, retinopati, cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan insulin dependent atau Diabetes Gestasional. DM tipe 2 tanpa komplikasi dapat dirujuk apabila setelah pemberian 2 obat dan diet sehat pasien tidak mengalami perbaikan selama 2-3 bulan.4. Rujukan dengan kasus Hipertensi: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria seperti pasien memiliki hipertensi non esensial atau pasien tidak mencapai target tekanan darah setelah 2-3 bulan pengobatan. Pada kondisi hipertensi non esensial dilakukan rujukan ke dokter spesialis untuk dilakukan evaluasi dan pengobatan terlebih dahulu. Jika pasien dalam kondisi stabil dan dapat ditangani di Puskesmas, maka rumah sakit melakukan rujukan balik ke Puskesmas.

Tujuan A. Tujuan UmumTersedianya Pedoman Prosedur Rujukan di Puskesmas sesuai standar di semua fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.B. Tujuan Khususa. Dapat terlaksananya prosedur operasional pra rujukan dan rujukan pasien,b. Dapat terlaksananya prosedur operasional memberi rujukan balik pasien,c. Dapat terlaksananya prosedur operasional menerima rujukan balik pasien.d. Dapat terlaksananya prosedur operasional rujukan lintas batase. Dapat terlaksananya prosedur operasional pengelolaan pasien di ambulance yang sesuai standarf. Dapat terlaksananya Prosedur Merujuk dan Menerima Rujukan SpesimenAnalisa Situasi 1. Praktek Swasta, Klinik Pratama, Klinik Utama, Puskesmas Kelurahan, Puskesmas KecamatanJumlah fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas yang ada di Provinsi DKI Jakarta tahun 2014 adalah berjumlah 345 Puskesmas. Terdiri dari 301 puskesmas Kelurahan dan 44 Puskesmas Kecamatan.2. Rumah Sakit,Jumlah rumah sakit pemerintah / swasta di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2014 adalah 149 rumah sakit dengan sebarani rumah sakit sebagai berikut :

Tabel 1 Sebaran RS berdasarkan penyelenggara dan kelas di Provinsi DKI JakartaNoPenyelenggaraABCDBelum ditetapkanTotal

1Kemkes7200110

2Kementrian lain010102

3Pemprov130004

4Pemkab000011

5Pemkot031004

6Polri100102

7TNI120069

8Swasta non profit0101652455

9BUMN122005

10Swasta1152151658

Jumlah1238401248150

3. Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi DKI tahun 20124. Dinas Kesehatan Kab/KotaWilayah Administratif DKI Jakarta terdiri dari 1 (satu) Kabupaten (Kepulauan Seribu), 5 (lima) kota, dari 44 kecamatan dan 301 kelurahan dengan luas wilayah 664,01 Km2. Setiap Kabupaten/Kota memiliki kepala suku dinas. Suku Dinas Kesehatan melaksanakan fungsi Binwasdal dalam pelaksanaan sistem rujukan.5. Dinas Kesehatan ProvinsiKepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berwenang mengatur penyelenggaraan dan koordinasi, pengawasan atas pelaksanaan sistem rujukan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta serta memberikan advokasi sistem rujukan dari BPJS sebelum ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

PROSEDUR RUJUKAN DI ERA BPS KESEHATANBisakah minta rujukan ke RS tanpa diperiksa di fasilitas kesehatan tingkat pertama?Saat ini fasilitas kesehatan tingkat pertama berfungsi tidak hanya sebagai pemberi rujukan, namun juga sebagai pemberi penanganan pertama kepada pasien peserta BPJS Kesehatan. Dokter dan tenaga medis di fasilitas kesehatan tingkat pertama dibekali kompetensi yang memadai sehingga dapat menangani 144 diagnosa penyakit.Oleh karena itu, Anda bisa segera mendatangi fasilitas kesehatan pertama yang tercantum di Kartu BPJS Kesehatan-nya, seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga. Di sana Anda akan memperoleh pemeriksaan untuk mengetahui diagnosa dan tingkat keparahan penyakit Anda. Jika penyakit yang Anda derita masih bisa ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama itu, tentu Anda tak perlu pergi ke RS.Namun jika berdasarkan indikasi dokter bahwa penyakit yang Anda derita perlu penanganan dari dokter spesialis atau perlu peralatan medis yang lebih lengkap, maka Anda dapat dirujuk ke rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Semua rumah sakit pemerintah (RSUD) wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sementara rumah sakit swasta dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.Bagaimana kalau saya berada dalam kondisi darurat dan faskes pertama yang melayani saya tidak buka 24 jam?Jika Anda berada dalam kondisi darurat, maka Anda dapat segera mendatangi fasilitas kesehatan di manapun yang berada paling dekat dengan lokasi kejadian. Dalam kondisi darurat, Anda tidak perlu meminta surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.Kondisi gawat darurat adalah kondisi yang mengancam keselamatan jiwa pasien, jika pasien tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan kematian, keparahan, dan atau kecacatan bagi si pasien. Contohnya demam. Ada berbagai tingkat keparahan demam, dari yang demam biasa hingga demam disertai efek lain. Kalau demam sudah mencapai 40 derajat Celcius dan disertai efek lain seperti kejang, maka itu sudah masuk kriteria gawat darurat karena mengancam keselamatan jiwa si pasien.Adapun kriteria lengkap kondisi gawat darurat yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan dapat Anda lihat di sini:Bisakah saya minta dirujuk ke daerah lain?Saat ini memang terdapat rayonisasi atau pembatasan wilayah. Peserta BPJS Kesehatan harus menuliskan tempat rujukan yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Aturan ini bukan dari kebijakan BPJS Kesehatan, melainkan mengikuti regulasi dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota daerah setempat.Sebagai informasi, peserta BPJS Kesehatan bisa berobat di luar wilayah tempat tinggalnya, dengan catatan:1. peserta dalam kondisi gawat darurat (bisa dilarikan ke fasilitas kesehatan manapun yang berada paling dekat dengan lokasi kejadian2. peserta sedang berada di luar wilayah tempat tinggalnya karena suatu alasan dalam jangka waktu yang lama (harus lapor dulu ke Kantor BPJS Kesehatan setempat)3. jika atas pertimbangan geografis dan keselamatan peserta tidak memungkinkan untuk dilakukan rujukan dalam satu kabupaten, maka diperbolehkan rujukan lintas kabupaten.Bisakah saya memilih sendiri RS mana sebagai tempat rujukan?Yang berhak menentukan RS rujukan adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melayani Anda, tentu disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal Anda. Sebab, hal tersebut disesuaikan dengan indikasi medis dari dokter sebagai bentuk penanganan penyakit Anda.Ada beberapa tipe rumah sakit, dari rumah sakit tipe A, B, C, hingga D. Rujukan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan kompleksitas penyakit yang Anda derita. Ada beberapa jenis penyakit yang cukup dirujuk ke rumah sakit tipe D karena masih bisa ditangani oleh tenaga medis di sana dan peralatan yang diperlukan sudah memadai. Ada pula yang perlu dirujuk hingga ke rumah sakit A karena membutuhkan penanganan dan peralatan medis yang menunjang penanganan penyakitnya.