laporan kelolaan jiwa

142
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB IPENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B.Tujuan 2 1.Tujuan Umum 2 2.Tujuan Khusus 2 C. Metode Penulisan 2 D. Sistematika Penulisan 3 BAB II TINJAUAN TEORI 5 A. Konsep Dasar ( Maslah Utama) 5 1. Pengertian Perilaku Kekerasan 5 2. Etiologi 7 3. Tanda dan gejala 8 4. Pohon Maslah 10 B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 10 1.Pengkajian 10 2. Diagnosa Keperawatan 12 3. Rencana Tindakan Dan Implementasi 12 5. Evalusai 20 BAB III TINJAUAN KASUS 22 BAB IV PEMBAHASAN 51 A. Pengkajian 51 B. Diagnosa 51 C. Perencanaan 51 D. Pelaksanaan 52 d. evaluasi 52 BAB V PENUTUP 53 A. kesimpula 53 B. Saran 53 Daftar Pustaka 54 Lampiran 54 1. SP klien dan Keluarga 54 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan gaduh gelisah yang tak terkontrol. Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pemdidikan kesehatan tentang iv

Transcript of laporan kelolaan jiwa

Page 1: laporan kelolaan jiwa

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB IPENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang1

B.Tujuan 2

1.Tujuan Umum 2

2.Tujuan Khusus 2

C. Metode Penulisan 2

D. Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORI 5

A. Konsep Dasar ( Maslah Utama)5

1.Pengertian Perilaku Kekerasan5

2.Etiologi 7

3.Tanda dan gejala 8

4.Pohon Maslah 10

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan10

1.Pengkajian 10

2.Diagnosa Keperawatan 12

3.Rencana Tindakan Dan Implementasi 12

5.Evalusai 20

BAB III TINJAUAN KASUS 22

BAB IV PEMBAHASAN 51

A. Pengkajian 51

B. Diagnosa 51

C. Perencanaan 51

D. Pelaksanaan 52

d. evaluasi 52

BAB V PENUTUP 53

A. kesimpula 53

B. Saran 53

Daftar Pustaka 54

Lampiran 54

1. SP klien dan Keluarga 54

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perilaku kekerasan (PK)

adalah suatu keadaan di mana

seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara

fisik, baik pada dirinya sendiri

maupun orang lain, disertai

dengan gaduh gelisah yang tak

terkontrol.

Umumnya klien dengan perilaku

kekerasan dibawa dengan paksa ke

rumah sakit jiwa. Sering tampak

klien diikat secara tidak

manusiawi disertai bentakan dan

“pengawalan” oleh sejumlah

anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti

memukul anggota keluarga/ orang

lain, merusak alat rumah tangga

dan marah-marah merupakan alasan

utama yang paling banyak

dikemukakan oleh keluarga.

Penanganan yang dilakukan oleh

keluarga belum memadai sehingga

selama perawatan klien

seyogyanya sekeluarga mendapat

pemdidikan kesehatan tentang

cara merawat klien (manajemen

perilaku kekerasan).

Asuhan keperawatan yang

diberikan di rumah sakit jiwa

terhadap perilaku kekerasan

perlu ditingkatkan serta dengan

perawatan intensif di rumah

sakit umum. Asuhan keperawatan

perilaku kekerasan (MPK) yaitu

asuhan keperawatan yang

bertujuan melatih klien

mengontrol perilaku kekerasannya

dan pendidikan kesehatan tentang

MPK pada keluarga. Seluruh

asuhan keperawatan ini dapat iv

Page 2: laporan kelolaan jiwa

1

dituangkan menjadi pendekatan

proses keperawatan.

Dari beberapa Klien yang

dirawat, kebanyakan diagnosa

yang muncul adalah halusinasi,

dimana halusinasi merupakan awal

terjadinya perilaku kekerasan.

Berdasarkan hasil pengkajian

klien masih mengalami perilaku

kekerasan seperti marah-marah,

klien mudah tersinggung dan

sering berbicara dengan Nada

suara yang tinggi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan

Asuhan Keperawatan pada klien

dengan masalah perilaku

kekerasan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengertian

Perilaku Kekerasan

b. Mengidentifikasi faktor-

faktor penyebab perilaku

kekerasan

c. Mengidentifikasi tanda-

tanda penyebab perilaku

kekerasan

d. Mengidentifikasi masalah

keperawatan yang mungkin

muncul

e. Menetapkan diagnosa

keperawatan

f. Menetapkan rencana

keperawatan yang akan di

berikan

g. Melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai rencana

h. Melaksananakan evaluasi.

C. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang

digunakan adalah :

1. Metode deskriptif

2. Metode studi kepustakaan

3. Metode studi kasus

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maslah

B. Tujuan penulisan

C. Metode penulisan

D. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar ( Masalah Utama)

1. Pengertian

2. Penyebab

3. Penatalaksanaan Medis

B. Konsep Dasar asuhan

Keperawatan

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawtan

3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

5. Evaluasi

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

Page 3: laporan kelolaan jiwa

2

C. Perencanaan

D. Pelaksanaan

E. Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Perencanaan

D. Pelaksanaan

E. Evaluasi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Laporan Pendahuluan

2. SP Klien dan Keluarga

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar ( Masalah Utama)

1. Pengertian Perilaku Kekerasan

Marah merupakan perasaan

jengkel yang timbul sebagai

respon terhadap kecemasan/

kebutuhan yang tidak

terpenuhi yang dirasakan

sebagai ancaman (Stuart dan

Sundeen, 1996). Perilaku

kekerasan dianggap sebagai

suatu akibat yang ekstrem

dari marah atau

ketakutan/panik.

Perilaku kekerasan (PK)

adalah suatu keadaan di mana

seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan

secara fisik, baik pada

dirinya sendiri maupun orang

lain, disertai dengan gaduh

gelisah yang tak terkontrol.

Perilaku agresif dan

perilaku kekerasan sering

dipandang sebagai rentang di

mana agresif verbal di suatu

sisi dan perilaku kekerasan

(violence) di sisi yang lain.

Suatu keadaan yang menimbulkan

emosi, perasaan frustasi,

benci atau marah. Hal ini akan

memengaruhi perilaku

seseorang. Berdasarkan

keadaan emosi secara

mendalam tersebut terkadang

perilaku menjadi agresif atau

melukai karena penggunaan

koping yang kurang bagus.

Page 4: laporan kelolaan jiwa

3

a. Rentang Respons

Marah

Adaptif

Maladaptif

Asertif frustasi pasif

agresif amuk/PK

1.Respon marah yang

adaptif meliputi :

a)Pernyataan (Assertif)

Respon marah dimana

individu mampu

menyatakan atau

mengungkapkan rasa

marah, rasa tidak

setuju, tanpa

menyalahkan atau

menyakiti orang lain.

Hal ini biasanya akan

memberikan kelegaan.

b)Frustasi

Respons yang terjadi

akibat individu gagal

dalam mencapai tujuan,

kepuasan, atau rasa

aman yang tidak

biasanya dalam keadaan

tersebut individu

tidak menemukan

alternatif lain.

2.Respon marah yang

maladaptif meliputi :

a) Pasif

Suatu keadaan dimana

individu tidak dapat

mampu untuk

mengungkapkan perasaan

yang sedang di alami

untuk menghindari

suatu tuntutan nyata.

b) Agresif

Perilaku yang

menyertai marah dan

merupakan dorongan

individu untuk

menuntut suatu yang

dianggapnya benar

dalam bentuk

destruktif tapi masih

terkontrol.

c)Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan

bermusuhan yang kuat

disertai hilang

kontrol, dimana

individu dapat merusak

diri sendiri, orang

lain maupun

lingkungan.

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

1.Faktor psikologis.

Page 5: laporan kelolaan jiwa

4

a)Terdapat asumsi bahwa

seseorang untuk

mencapai suatu tujuan

mengalami hambatan

akan timbul dorongan

agresif yang

memotivasi PK.

b)Berdasarkan

penggunaan mekanisme

koping individu dan

masa kecil yang tidak

menyenangkan.

c)Frustasi.

d)Kekerasan dalam rumah

atau keluarga.

2.Faktor sosial budaya.

Seseorang akan

berespons terhadap

peningkatan

emosionalnya secara

agresif sesuai dengan

respons yang

dipelajarinya. Sesuai

dengan teori menurut

Bandura bahwa agresi

tidak berbeda dengan

respons-respons yang

lain. Faktor ini dapat

dipelajari melalui

observasi atau imitasi,

dan semakin sering

mendapatkan penguatan

maka semakin besar

kemungkinan terjadi.

Budaya juga dapat

memengaruhi perilaku

kekerasan. Adanya norma

dapat membantu

mendefinisikan ekspresi

marah yang dapat

diterima dan yang tidak

dapat diterima.

3.Faktor biologis.

Berdasarkan basil

penelitian pada hewan,

adanya pemberian

stimulus elektris ringan

pada hipotalamus (pada

sistem limbik) ternyata

menimbulkan perilaku

agresif, di mana jika

terjadi kerusakan fungsi

limbik (untuk emosi dan

perilaku), lobus frontal

(untuk pemikiran

rasional), dan lobus

temporal (untuk

interpretasi indra

penciuman dan memori)

akan menimbulkan mata

terbuka lebar, pupil

berdilatasi, dan hendak

menyerang objek yang ada

di sekitarnya.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang

akan marah jika dirinya

merasa terancam. baik

berupa injury secara

fisik, psikis, atau

Page 6: laporan kelolaan jiwa

5

ancaman konsep diri.

Beberapa faktor pencetus

perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut.

1. Klien: kelemahan fisik,

keputusasaan

ketidakberdayaan,

kehidupan yang penuh

dengan agresif, dan

masa lalu yang tidak

menyenangkan.

2. lnteraksi: penghinaan,

kekerasan, kehilangan

orang yang berarti,

konflik, merasa terancam

baik internal dari

permasalahau diri klien

sendiri maupun eksternal

danlingkungan.

3.Lingkungan: panas,

padat, dan bising.

3. Tanda dan gejala

Pada pengkajian awal dapat

diketahui alasan utama klien

ke rumah sakit adalah

perilaku kekerasan di rumah.

Kemudian perawat dapat

melakukan pengkajian dengan

cara:

a. Wawancara: diarahkan pada

penyebab marah, perasaan

marah, tanda-tanda marah

yang dirasakan klien.

b. Observasi: Muka merah,

pandangan tajam, otot

tegang, nada suara tinggi,

berdebat. Sering pula

tampak klien memaksakan

kehendak: merampas

makanan, memukul jika

tidak senang.

c. Perilaku yang berkaitan

dengan marah antara lain

1.Menyerang atau

Menghindar ( fight or

flight)

Pada keadaan ini respons

psikologi timbul karena

kegiatan sistem saraf

otonom bereaksi terhadap

sekresi ephineprin yg

menyebabkan tekanan

darah meningkat,

takhikardi, wajah merah,

Pupil melebar,mual,

sekresi HCL meningkat,

peristaltik gaster

menurun, pengeluaran

urin dan saliva

meningkat,

konstipasi,kewaspadaan

jg meningkat disertai

ketegangan otot, seperti

rahang terkatup,tangan

dikepal,tubuh menjadi

kaku dan disertai reflek

yg cepat.

2.Menyatakan secara

asertif (assertiveness)

Perilaku yg sering

ditampilkan individu

Page 7: laporan kelolaan jiwa

6

dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu

dengan perilaku pasif,

agresif dan asertif.

Perilaku asertif adalah

cara yg terbaik untuk

mengekspresikan marah

krn individu dapat

mengekspresikan rasa

marahnya tanpa menyakiti

orang lain secara fisik

maupun psikologis.

Disamping itu perilaku

ini dapat juga untuk

pengembangan diri klien.

3.Memberontak (acting out)

Perilaku yg muncul

biasanya disertai

kekerasan akibat konflik

perilaku memberontak utk

menarik perhatian orang

lain.

4.Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau

amuk yg ditujukan kepada

diri sendiri,orang lain

maupun lingkungan

4. Pohon Maslah

Resiko mencederai diri,

orang lain dan lingkungan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri

Rendah

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul

karena kegiatan system saraf

otonom bereaksi terhadap

sekresi epineprin sehingga

tekanan darah meningkat,

tachikardi, muka merah,

pupil melebar, pengeluaran

urine meningkat. Ada gejala

yang sama dengan kecemasan

seperti meningkatnya

kewaspadaan, ketegangan otot

seperti rahang terkatup,

tangan dikepal, tubuh kaku,

dan refleks cepat. Hal ini

disebabkan oleh energi yang

dikeluarkan saat marah

bertambah.

b.Aspek emosional

Individu yang marah merasa

tidak nyaman, merasa tidak

berdaya, jengkel, frustasi,

dendam, ingin memukul orang

lain, mengamuk, bermusuhan

dan sakit hati, menyalahkan

dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Perilaku kekerasan/ amuk

Page 8: laporan kelolaan jiwa

7

Sebagian besar pengalaman

hidup individu didapatkan

melalui proses intelektual,

peran panca indra sangat

penting untuk beradaptasi

dengan lingkungan yang

selanjutnya diolah dalam

proses intelektual sebagai

suatu pengalaman. Perawat

perlu mengkaji cara klien

marah, mengidentifikasi

penyebab kemarahan,

bagaimana informasi

diproses, diklarifikasi, dan

diintegrasikan.

d. Aspek Sosial

Meliputi interaksi sosial,

budaya, konsep rasa percaya

dan ketergantungan. Emosi

marah sering merangsang

kemarahan orang lain. Klien

seringkali menyalurkan

kemarahan dengan mengkritik

tingkah laku yang lain

sehingga orang lain merasa

sakit hati dengan

mengucapkan kata-kata kasar

yang berlebihan disertai

suara keras. Proses tersebut

dapat mengasingkan individu

sendiri, menjauhkan diri

dari orang lain, menolak

mengikuti aturan.

e.Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral

mempengaruhi hubungan

individu dengan lingkungan.

Hal yang bertentangan dengan

norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan

amoral dan rasa tidak

berdosa

2.Diagnosa Keperawatan

Masalah utama : Perilaku

kekerasan

3. Rencana Tindakan Dan

Implementasi

PERENCANAAN

TUJUAN KRITERIA HASIL

TUM:

Klien dapat

mengontrol perilaku

kekerasan

TUK:

1.Klien Dapat

Membina Hubungan

Saling Percaya

Setelah 1 X pertemuan

klien menunjukkan

tanda-tanda percaya

kepada perawat:

Wajah cerah,

tersenyum

Mau berkenalan

Ada kontak mata

Bersedia

mengungkapkan

perasaannya

Page 9: laporan kelolaan jiwa

8

2. Klien dapat

mengidentifikasi

Penyebab perilaku

kekerasan yang

dilakukan

Setelah 2 X pertemuan

Klien menceritakan

penyebab perilaku

kekersan yang

dilakukannya :

Menceritakan

penyebab perasaan

jengkel/kesal baik

dari diri sendiri

maupun lingkungan

3. Klien dapat

mengidentifikasi

Tanda-tanda

perilaku

kekerasan yang

dilakukan

Sertelah 2 X pertemuan

Klien menceritakan

tanda-tanada saat

terjadi perilaku

kekerasan

Tanda fisik : mata

merah,tangan

mengepal, ekspresi

tegang

Tanda emosional :

Perasaan marah,

jengkel,bicara

kasar.

2. Klien dapat

mengindentifikasi

perilaku

kekerasan yang

pernah di

lakukannya

Setelah 2 x

pertemuan klien

menjelaskan:

Jenis-jenis

ekspresi kemarahan

selama ini telah

dilakukannya

Perasaannya saat

melakukan kekerasan

Efektifitasnya cara

yang di pakai dalam

menyelesaikan

masalah

5. Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan

Setelah 2 x pertemuan

Klien menjelaskan

akibat kekerasan yang

Page 10: laporan kelolaan jiwa

9

dilakukannya :

Dengan diri sendiri

Orang

lain/keluarga:

Luka, tersinggung,

ketakutan

Lingkungan

barang/benda rusak

2. klien dapat

mengidentifikasi

cara konstruktif

dalam

mengungkapkan

kemarahan

Setelah 3 x pertemuan

klien :

menjelaskan cara-

cara sehat

mengungkapkan marah

3. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku

kekerasan

Setelah 4 x pertemuan

Klien memperagakan

cara mengontrol

perilaku kekerasan :

Fisik : tarik nafas

dalam,memukul

bantal/kasur

Verbal :

mengungkapkan

perasaan

kesal/jengkel pada

orang lain tanpa

menyakiti

Spiritual :

Zikir, doa,meditasi

sesuai dengan

agamanya

4.Klien mendapat

dukungan keluarga

untuk mengontrol

Setelah 3 x pertemuan

Keluarga :

Menjelaskan cara

Page 11: laporan kelolaan jiwa

10

perilaku

kekerasan

merawat klien

dengan perilaku

kekerasan

Mengungkapkan rasa

puas dalam merawat

klien

5. Klien menggunakan

obat sesuai

program yang

telah di tetapkan

Setelah 4 x pertemuan

Klien menjelaskan :

Manfaat minum

obat

Kerugian tidak

minum obat

Nama obat

Bentuk dan warna

obat

Dosis yang

diberikan

Waktu pemakaian

Cara pemakaian

Efek yang di

rasakan

Setelah 4 x

Pertemuan klien

menggunakan obat

sesuai program

Setelah rencana keperawatan

tersusun, selanjutnya

diterapkan tindakan yang nyata

untuk mencapai hasil yang

diharapkan berupa berkurangnya

atau hilangnya masalah . Pada

tahap implementasi ini terdiri

atas beberapa kegiatan, yaitu

validasi rencana keperawatan,

menuliskan atau

mendokumentasikan rencana

keperawatan, serta melanjutkan

pengumpulan data.

Page 12: laporan kelolaan jiwa

11

Dalam implementasi

keperawatan, tindakah harus

cukup mendetail dan jelas

supaya semua tenaga

keperawatan dapat

menjalankannya dengan baik

dalam waktu yang telah

ditentukan. Perawat dapat

melaksanakan langsung atau

bekerja sama dengan para

tenaga pelaksana lainnya.

5.Evalusai

Evaluasi keperawatan

merupakan kegiatan akhir dari

proses keperawatan, di mana

perawat menilai hasil yang

diharapkan terhadap perubahan

diri pasien dan menilai sejauh

mana masalah dapat diatasi. Di

samping itu, perawat juga

memberikan umpan balik atau

pengkajian ulang, seandainya

tujuan yang ditetapkan belum

tercapai, maka dalam hal ini

proses keperawatan dapat

dimodifikasi.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESESATAN JIWA

Tanggal pen

Page 13: laporan kelolaan jiwa

12

gkajian 9/2/2015 RUANG RAWAT : Flamboyan RSJ

MUTIARA SUKMA

TGL. DIRAWAT : 5/02/2015

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny. “R” (P)

Jenis kelamin: Perempuan

Agama : Islam

Umur : 45 Thn

Pekrjaan : IRT

Pendidikan : SMP

Alamat : Paranae barat, Bima

kota.

RM.N0 : 040625

Informan :klien dan keluarga

II.ALASAN MASUK

MRS 1 X dengan keluhan gelisah,

bicara sendiri, bicara kacau, sulit

tidur, sering melakukan kegiatan

berulang-ulang sejak 5,6 bulan yang

lalu, Keadaan memburuk pada 1

Minggu terakhir.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1.Pemah mengalami gangguanjiwa di

masa lalu? Ya Tidak

2.Pengobatan sebelumnya

Berhasil Kurang Berhasil

Tidak Berhasil

3.Aniaya fisik

pelaku/usia korban/usia

saksi/usia

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan nomor: 1,2,3: Keluarga

klien

mengataka

n ini

merupakan

yang

pertama

kalinya

klien di

bawa ke

RSJ dan

sebelumny

a tidak

pernah

melakukan

pengobata

n, klien

mengataka

n

bertengka

r

merupakan

hal yang

biasa

dalam

rumah

tangga,

dan

keluarga

klien

mengataka

n klien

pernag

mengalami

kekerasan

Page 14: laporan kelolaan jiwa

13

dalam

rumah

tangga

walaupun

hanya

sekali.

Masalah Keperawatan : Resiko

perilaku kekerasan.

IV.FISIK

1. Tanda vital : TD:110/70

N:84X/m S:36,7 P:20X/m

2. UKUR : TB: 164

BB: 57 Turun

Naik

Tidak

3. Keluhan fisik : Ya

Jelaskan: TTV klien dalam batas

normal, keluarga

klien mengatakn waktu

dirumah klien

mengalami penurunan

berat badan, tapi

setelah disini berat

badannya seperti

biasa, klien

mengatakan ada luka

dikaki yang membuat

klien tidak nyaman.

Masalah Keperawatan: gangguan

rasa nyaman nyeri

V. PSIKOSIAL

1.Genogram

Keterangan: = laki=laki

= cerai/putus hubungan

= perempuan

= orang terdekat

= Meninggal

= klien

= Klien tinggal

sendiri

2.Konsep diri :

a.Citra tubuh: Klien mengatakan

penampilannya

selalu rapi, dan klien

menyukai penampilannya

b.Identitas diri: klien

mengatakan dia adalah seorang

ibu rumah tangga,tapi klien

sekarang seorang janda, klien

tinggal di paranae barat, bima

kota.

c.Peran: sebagai ibu rumah

tangga, klien selalu

melaksanakan perannya sebagai

ibu rumah tangga, walaupun

klien tinggal sendiri di

rumah. Dan sebagai anggota

masyarakat klien tidak terlalu

aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan, karena

Page 15: laporan kelolaan jiwa

14

kegiatan dalam lingkungan

masyarakatnya memang kurang.

d.Ideal diri: Klien mengatakan

menyukai semua tentang

tubuhnya, tugasnya dan juga

fungsinya.

e.Harga diri: Hubungan klien

dengan saudara, warga dan

lingkungan sekitarnya baik,

perasaan pasien juga baik,

dan pandangan orang lain

tentang dirinya klien tidak

terlalu memperdulikan, karena

klien jarang berinteraksi

dengan lingkungan.

Masalah keperawatan: Isolasi

sosial.

3.Hubungan Sosial:

a. Orang yang berarti :bagi

klien orang yang paling

berarti adalah anaknya, klien

selalu membicarakan

keinginannya dan kebutuhannya

dengan anaknya, klien juga

mengatakan dekat dengan

seorang tetangganya yang

memiliki pengetahuan lebih

tentang agama, dan rajin

beribadah, Klien mengatakan

menyukai semua anggota

tubuhnya, semuanya slalu

bersih dan harum, tidak ada

bagian yang kurang disukai.

b. Peran serta dalam kegiatan

kelompok masyarakat : peran

serta dalam kegiatan kelompok

masyarkat, kurang bahkan

tidak berperan, karena

kegiatan kelompok masyarakat

memang kurang.

c. Hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain :klien

mengatakan tidak suka

berkumpul dengan tetangganya,

jika memang tidak ada hal

yang penting yang akan

dilakukan atau dibicarakan,

memang dari kecil klien lebih

sering di dalam rumah dan

jarang untuk keluar.

Masalah Keperawatan:isolasi

sosial.

4.Spiritual:

a. Nilai dan Keyakinan :

klien adalah seorang muslim,

klien menagatkan agama itu

sangat penting.

b. Kegiatan ibadah :

klien mengatakan sebagai

seorang muslim sudah

kewajiban kita untuk

beribadah, klien mengatakan

rajin sholat wajib, dan klien

selalu berdo’a, tapi keluarga

klien mengatakan klien

sekarang susah diajak untuk

beribadah.

Masalah Keperawatan: -

VI.STATUS MENTAL

1.Penampilan:

Tidak rapi Penggunaan

pakaian tidak sesuai

Page 16: laporan kelolaan jiwa

15

Cara berpakaian tidak

seperti biasanya

Jelaskan :klien selalu

berpenampilan rapi,

berpakaian sesuai,

walaupun rambut klien

tidak di ikat, karena

klien setiap hari

selalu keramas.

Masalah Keperatan: -

2.Pembicaraan:

Cepat Keras Gagap

Inkoheren

Apatis Lambat Membisu

Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan :Pembicaraan klien

sangat cepat, klien

mudah tersinggung,

emosi labil,tegang dan

emosi nada suara

terkadang tinggi dan

keras, dan pembicaraan

klien agak sulit

dipahami karena

berpindah-pindah, dan

sering mengulang

pembicaraan yang sama.

Masalah Keperatan : Gangguan

Komunikasi Verbal

3. Aktivitas Motorik :

Lesu Tegang Gelisah

Agitasi

Apitas Lambat Membisu Tidak mampu memulai

pembicaraan

Jelaskan: klien berbicara agak

tegang, kemudian

terlihat gelisah

dengan apa yang

dibicarakannya.

Masalah Keperawatan : Resiko

perilaku kekerasan.

4. AIam Perasaan

Sedih ketakutan putus asa

khawatir gembira berlebihan

Jelaskan : klien tampak

khawatir, dengan apa

yang di pikirkan dan

dibicarakannya.

Masalah Keperawatan : -

5. Efek

Dasar Tumpul Labil

Tidak sesuai

Jelaskan: efek yang timbul pada

pasien yaitu labil dan

tidak sesuai, klien

mudah berubah-ubah,

mudah tersinggung tapi

mudah untuk kembali

seperti semula.

Masalah Keperatan : Gangguan

prose pikir.

6. Interaksi selama Wawancara

Bermusuhan Tidak

Kooperatif Mudah

Tersinggung

Kontak Mata Kurang

Defensi Curiga

Jelaskan:interaksi selama

wawancara klien tampak

bermusuhan dengan

Page 17: laporan kelolaan jiwa

16

perawat, pembicaraan

tidak sesuai dengan

emosi, ssklien mudah

tersinggung.

Masalah Keperatan: Resiko

perilaku kekerasan

7. Persepsi : tidak ada halusinasi.

Halusinasi

Pendengaran

Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mengatakan

pernah mendengar

suara bisikan ,

kemudian klien juga

mengatakan pernah

melihat tumpahan

darah diatas atapnya,

dan klien juga

mencium bau darah,

terkadang klien

mencium bau parfum

arab, dan klien juga

melihat bayangan

hitam atau putih

sekilas. Tapi

sekarang klien

mengatakan sudah

tidak mendengar

bisikan, bau parfum,

atau melihat

bayangan.

Masalah Keperatan : Halusinasi

penglihatan,

halusinasi

pendengaran

dan

halusinasi

penghidu

8. Proses Pikir:

Sirkumstansial

Tangensial Kehilangan

asosiasi

Flight of ideas

Blocking Persevasi

Jelaskan:ketika diajak

berbicara, terkadang

klien menjawab tidak

sesuai dengan

pertanyaan, kemudian

berpindah dari topik

yang satu ke topik yang

lain, sering mengulang

pembicaraan yang sama,

dan klien mudah

tersinggung.

Masalah Keperatan: Gangguan

Proses Pikir

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia

Hipokrondri

Depersonalisasi Ide

yang terkait Pikiran magis

Jelaskan:klien tidak terobsesi

terhadap suatu hal,

tidak takut pada

keramaian, tapi klien

memang tidak suka di

luar.

Masalah Keperatan: -

10.Tingkat Kesadaran : Conpos

mentis.

Page 18: laporan kelolaan jiwa

17

Bingung Sedasi

Stupor

Disorientasi

Waktu Tempat

Orang

Jelaskan :klien terkadang

terlihat bingung,

ketika bercerita

tentang apa yang

didengarkannya, klien

mengetahui dimana dia

sekarang, mengingat

waktu dan dengan siapa

klien kesini.

Masalah Keperawatan :-

11. Memori.

Gangguan daya ingat jangka

panjang

Gangguan daya ngat jangka

pendek

Gangguan daya ingat saat

ini

Konfabulasi

Jelaskan : Daya ingat klien

tidak ada masalah,

klien masih

mengingat ingatan

kejadian masa

lalunya, yang sudah

lama dan ingatan

minggu-minggu ini

Maslah Keperawatan :-

12. Tingkat Konsentrasi dan

Berhitung

√ Mudah beralih Tidak

mampu berkonsentrasi

Tidak mampu berhitung

sederhana

Jelaskan :Ketika klien

berbicara klien

mudah beralih,

begitupun dengan

berhitungnya, klien

mudah beralih.

Masalah Keperawatan : -

Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan

Gangguan bermakna

Jelaskan : klien ketika

mengambil keputusan

selalu mengambil

keputusannya

sendiri, tanpa

bantuan orang lain,

klien sangat tidak

suka dipaksa.

Masalah Keperawatan : -

13.Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang

diderita

Page 19: laporan kelolaan jiwa

18

Menyalahkan hal-hal diluar

dirinya

Jelaskan :klien tidak pernah

menyadari dan tidak

mau mengakui mengenai

masalah dan

penyakitnya saat ini

di deritanya, klien

mengatakan bahwa klien

tidak ada masalah

kesehatan.

Maslah Keperawatan : koping

individu in efektif

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Bantuan minimal

Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal

Bantuan total

3. Mandi

Bantuan minimal

Bantuan total

4. Berpakaian/Berhias

Bantuan minimal Bantuan

total

5. Istirahat dan Tidur

Tidur siang lama : jam 1

s/d jam 3

Tidur malam lama : jam 9

s/d 6

Aktivitas sebelum/sesudah

tidur : tidak ada

aktifitas, duduk-duduk

saja s/d mandi pada saat

bangun pagi.

6. Peengunaan obat : perlu

bantuan minimal

Bantuan minimal

Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan :

Ya

Tidak

Perawatan Lanjut

Sistem pendukung

8. Aktivitas di dalam rumah

Ya

Tidak

Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapian rumah

Mencuci pakaian

Pengaturan keuangan

9. Aktivitas di luar rumah :

berbelanja, tranportasi,

bantuan minimal

Ya

Tidak

Belanja

Tranportasi

Page 20: laporan kelolaan jiwa

19

Lain-lain

Jelaskan :selam dirumah klien

selalu belanja

sendiri tanpa ada

bantuan,

menggunakan

transfortasi, tapi

setelah di rumah

sakit, ketika klien

menginginkan

sesuatu, klien

meminta pada

anaknya untuk

dibelikan.

Maslah Keperawatan : isolasi

sosial

VIII. MEKANISME KOPING

Adaftif

Meladatif

Berbicara dengan orang

lain Minum alkohol

Mampumenyelesaikan

masalah

Reakslamban/berlebihan

Teknik relokasi

Bekerja Berlebihan

Aktivitas kontruksi

Menghindar

Olah raga

Mencederai diri

Lainnya

Lainnya

Jelaskan:Klien mengatakan

ketika ada masalah

klien selalu

menyimpannya sendiri,

klien tidak mau

bercerita dengan orang

lain, keluarga klien

mengatakan klien seing

melakukan pekerjaan

berlebihan, mengulang-

ulang pekerjaan yang

sama

Masalah Keperawatan :

Mekanisme koping tidak efektif.

IX. MASALAH PSIKOSIAL DAN LINGKUNGAN

Masalah dengan dukungan

kelompok, uraikan

Dukungan kelompok pada

klien cukup baik, tapi

klien memang jarang

berinteraksi dengan

kelompok, jika tidak ada

hal yang penting.

Masalah berhubungan

dengan lingkungan,

uraikan

Klien mengatakan tidak

suka untuk berkumpul

dengan warga di sekitar

tempat tinggalnya, kalau

tiak ada hal yang penting

untuk di bicarakan.

Page 21: laporan kelolaan jiwa

20

Masalah dengan

pendidikan, uraikan

Pendidikan terakhir klien

adalah SMP, Tapi klien

mengatakan puas dengan

pendidikannya.

Masalah dengan pekerjaan,

uraikan

Klien adalah ibu rumah

tangga, klien juga

sehari-harinya menjaga

kios de depan rumahnya,

klien mengatakan tidak

ada masalah dengan

pekerjaannya, dan merasa

senang dan puas dengan

pekerjaannya.

Masalah dengan ekonomi,

uraikan

Klien hidup sendiri di

rumahnya, klien setiap

hari berjualan di depan

rumahnya, kebutuhan klien

selalu terpenuhi, karena

anak klien yang sudah

menikah, juga orang yang

berada.

Masalah dengan pelayanan

kesehatan, uraikan

Klien sudah beberapa kali

dirawat di rumah sakit,

karena kecelakaan, dan

klien tida ada masalah

dengan pelayanan

kesehatan sebelumnya,

tapi sekarang klien

tampak tidak percaya

dengan perawat.

Masalah lainnya, uraikan

Tidak ada.

Masalah Keperawatan :- koping

individu in efektif

- Isolasi

sosial

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

Penyakit jiwa

Sistem pendukung

Faktor predisposisi

Penyakit fisik

Koping

Obat-obatan

Lainnya

Maslah Keperawatan : kurang

pengetahuan

XI. ASPEK MEDIA

Diagnosa Medik: Skizo paranoid

Therapi Medik :

Senin : Risperidone 2x2 mg

9/2/15 Alprazolam 2x0,5 mg

Trihexyphenidyl 2X2

mg

Selasa : Risperidone 2x2 mg

Page 22: laporan kelolaan jiwa

21

10/2/15 Alprazolam 2x0,5 mg

Trihexyphenidyl 2X2

mg

Rabu : Risperidone 2x2 mg

11/2/15 Alprazolam 2x0,5 mg

Trihexyphenidyl 2X2

mg

ANALISA DATA

NO Data Masalah

Keperawatan

1. Subjectif :

- Klien

mengatakan

tidak suka di

paksa

- Klien

mengatakan

ingin marah

ketika diminta

melakukan

sesuatu

terlalu sering

dan akan

mengancam

- Klien

mengatakan

ingin marah

ketika diajak

bicara yang

tidak penting

Objectif :

- Pandangan

Perilaku

kekerasan

tajam

- Nada suara

tinggi

- Berdebat

- Emosinya labil

- Mudah

tersinggung

- Klien tampak

Curiga

XII. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri,

orang lain dan lingkungan

XIII.

Gangguan Harga Diri :

Harga Diri Rendah

Koping individu in

efektif

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS

1. Perilaku kekerasan ( Masalah

Utama )

2. Isolasi sosial

3. Koping individu inefektif

4. Gangguan proses pikir

5. Gangguan rasa nyaman nyeri

6. Halusinasi ( penglihatan,

Pendengaran, Penghidu )

Perilaku kekerasan/ amuk

Page 23: laporan kelolaan jiwa

22

XIV. Perencanaan

PERENCANAAN

TUJUAN KRITERIA HASIL

TUM:

Klien dapat

mengontrol perilaku

kekerasan

TUK:

1.Klien Dapat

Membina Hubungan

Saling Percaya

Setelah 1 X pertemuan

klien menunjukkan

tanda-tanda percaya

kepada perawat:

Wajah cerah,

tersenyum

Mau berkenalan

Ada kontak mata

Bersedia

mengungkapkan

perasaannya

2. Klien dapat

mengidentifikasi

Penyebab perilaku

kekerasan yang

dilakukan

Setelah 2 X pertemuan

Klien menceritakan

penyebab perilaku

kekersan yang

dilakukannya :

Menceritakan

penyebab perasaan

jengkel/kesal baik

dari diri sendiri

maupun lingkungan

3. Klien dapat

mengidentifikasi

Tanda-tanda

perilaku

kekerasan yang

dilakukan

Sertelah 2 X pertemuan

Klien menceritakan

tanda-tanada saat

terjadi perilaku

kekerasan

Tanda fisik : mata

merah,tangan

mengepal, ekspresi

tegang

Tanda emosional :

Perasaan marah,

jengkel,bicara

kasar.

4. Klien dapat

mengindentifikasi

Setelah 2 x

pertemuan klien

Page 24: laporan kelolaan jiwa

23

perilaku

kekerasan yang

pernah di

lakukannya

menjelaskan:

Jenis-jenis

ekspresi kemarahan

selama ini telah

dilakukannya

Perasaannya saat

melakukan kekerasan

Efektifitasnya cara

yang di pakai dalam

menyelesaikan

masalah

5. Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan

Setelah 2 x pertemuan

Klien menjelaskan

akibat kekerasan yang

dilakukannya :

Dengan diri sendiri

Orang

lain/keluarga:

Luka, tersinggung,

ketakutan

Lingkungan

barang/benda rusak

6. klien dapat

mengidentifika

si cara

konstruktif

dalam

Setelah 3 x pertemuan

klien :

menjelaskan cara-

cara sehat

mengungkapkan marah

mengungkapkan

kemarahan

7. Klien dapat

mendemonstrasi

kan cara

mengontrol

perilaku

kekerasan

Setelah 4 x pertemuan

Klien memperagakan

cara mengontrol

perilaku kekerasan :

Fisik : tarik nafas

dalam,memukul

bantal/kasur

Verbal :

Page 25: laporan kelolaan jiwa

24

mengungkapkan

perasaan

kesal/jengkel pada

orang lain tanpa

menyakiti

Spiritual :

Zikir, doa,meditasi

sesuai dengan

agamanya

8. Klien mendapat

dukungan

keluarga untuk

mengontrol

perilaku

kekerasan

Setelah 3 x pertemuan

Keluarga :

Menjelaskan cara

merawat klien

dengan perilaku

kekerasan

Mengungkapkan rasa

puas dalam merawat

klien

9. Klien

menggunakan

obat sesuai

program yang

telah di

tetapkan

Setelah 4 x pertemuan

Klien menjelaskan :

Manfaat minum

obat

Kerugian tidak

minum obat

Nama obat

Bentuk dan warna

obat

Dosis yang

diberikan

Waktu pemakaian

Cara pemakaian

Efek yang di

rasakan

Setelah 4 x

Pertemuan klien

menggunakan obat

sesuai program

Page 26: laporan kelolaan jiwa

25

VII. Pelaksanaan

Tgl Jam Tindakan Evaluasi

1. Bina hubungan saling

percaya

Beri salam setiap

interaksi

Perkenalkan nama,

nama panggilan

perwat dan tujuan

Perawat

berinteraksi

Tanyakan panggilan

kesukaan klien

Tunjukkan sikap

empati, jujur dan

menempati janji

setiap kali

berinteraksi

Tanyakan perasaan

klien dan masalah

yang di hadapi

klien

Buat kontraksi

interaksi yang

jelas

Dengarkan dengan

penuh perhatian

ungkapkan perasaan

1. Klien mau

berinteraski dengan

perawat

o Klien mau

menyebutkan

namanya

o Klien tidak mau

bercerita tentang

masalahnya.

klien

2.Bantu klien

mengungkapkan

perasaan marahnya

Motivasi klien

untuk

menceritakan

penyebab rasa

kesal dan

jengkelnya

Dengarkan tanpa

menyela atau

memberi penilaian

setiap ungkapan

perasaan klien

Klien masih susah

untuk mengungkapkan

perasaan marahnya.

Klien mengatakan

tidak suka di

paksa

3.Diskusikan dengan

klien perilaku

kekerasan yang

dilakukan selama ini

:

Diskusikan dengan

klien tentang

perilaku kekerasan

yang dilakukan

selama ini.

Motivasi klien

menceritakan

perasaan setelah

tindak kekerasan

tersebut terjadi

Diskusikan apakah

dengan tindakan

kekerasan tersebut

yang dilakukannya

masalah yang

dialaminya

Klien tidak mau

mendiskusikan

perilaku kekerasan

yang dilakukannya,

klien tidak mampu

menjawab sesuai

pertanyaan yang

perawat ajukan

Klien biasanya

marah karena di

paksa untuk

melakukan sesuatu

Dengan tindakannya

klien merasa lebih

baik.

Page 27: laporan kelolaan jiwa

26

teratasi

4. Diskusikan dengan

klien perilaku

kekerasan yang

dilakukan selama

ini:

Diskusikan dengan

klien tentang

perilaku kekerasan

yang dilakukan

selama ini.

Motivasi klien

menceritakan

perasaan setelah

tindak kekerasan

tersebut terjadi

Diskusikan apakah

dengan tindakan

kekerasan tersebut

yang dilakukannya

masalah yang

dialaminya

teratasi

Klien tidak mengakui

perilaku kekerasan

yang dilakukannya

Klien tidak merasa

melakukan perilaku

kekerasan

Klien merasa lega

setelah, tindakan

kekerasannya.

VII. EVALUASINo

Jam/

tanggal

Diagnosa

keperawat

an

Evaluasi

1 10/2/15 Perilaku

kekerasan

S:

- Klien

mengataka

n tidak

suka di

paksa

- Klien

mengataka

n akan

marah

jika di

paksa

O:

- Klien

tampak

tenang

dan mudah

berubah

menjadi

tegang

- Terkadang

nada

suara

klien

tinggi

- Klien

belum

mampu

mendiskus

ikan

perasaan

marahnya

A: Masalah

belum

Teratasi

P:

Intervensi

Dilanjutkan

(Intervensi

Page 28: laporan kelolaan jiwa

27

2-18)

2 11/2/15 Perilaku

kekerasan

S:

- Klien

mengataka

n masi

tidak

suka di

paksa

- Klien

mengataka

n akan

marah

jika di

paksa

O:

- Klien

tampak

tenang

dan mudah

berubah

menjadi

tegang

- Terkadang

nada

suara

klien

masih

tinggi

- Klien

belum

mampu

mendiskus

ikan

perasaan

marahnya

dan

penyeba

marahnya.

- Klien

belum

mampu

mendiskus

ikan

akibat

marahnya

A: Masalah

belum

Teratasi

P:

Intervensi

Dilanjutkan

(Intervensi

2-18)

3 12/02/15 Perilaku

kekerasan

S =

- Klien

mengat

ak

penyeb

ab

marahn

ya

dalah

karena

di

paksa

melaku

kan

Page 29: laporan kelolaan jiwa

28

sesuat

u

- Klien

mengat

akan

tidak

melaku

kan

perila

ku

kekera

san

- Klien

mengat

akan

nada

suara

tinggi

dan

memben

tak

hal

yang

biasa

O =

- Klien

tampak

tenang

- Klien

tampak

tidak

perdul

i

dengan

lingku

ngan

- Nada

suara

terkad

ang

tinggi

- Emosi

klien

masih

labil

A = Masalah

terata

si

sebagi

an

P =

interv

ensi

di

lanjut

kan

( inte

rvensi

3-18)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian di

dapatkan data bahwa klien

memiliki banyak sekali masalah

dari paktor predisposisi, dari

konsep diri klien tidak ada

Page 30: laporan kelolaan jiwa

29

masalah, klien lebih dekat

dengan anaknya, klien mengatakan

agama adalah hal yang paling

penting bagi umay muslim,

penampilan klien cukup rapai,

pembicaraan klien cepat dan

keras,untuk interaksi dengan

lingkungan sekitar klien jarang,

sosisalisasi klien dengan

lingkungannya kurang, dan dalam

menyelesaikan maslahnya klien

lebih suka mnyimpan masalhnya

sendiri. Klien juga tidak

mengakui bahwa dia sekarang

sedang sakit.

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang

muncul pada klien sangat banyak

sekali tampak ada perilaku

kekerasan. yang paling banyak

dikeluhkan klien adalah

halusinasinya. Karena klien

sering mendengar suara-suara dan

juga melihat bayangan hitam

putih, mencium bau-bau yang

aneh, klien juga sering

berbicara keras,membentak dan

marah-marah, tapi halusinasi

saat ini sudah berkurang, yang

masih adalah perilaku kekerasan,

klien sering marah-marah, nada

suara tinggi, dan membentak.

C. Perencanaan

Perencanaan yang di buata sesuai dengan tinjauan teorinya

D. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaanya, tidak

semua perencanaan dapat

dilaksanakan, karena klien yang

tidak bisa di arahkan, susah

untuk diajak berkomunikasi yang

baik, dan ditambah lagi waktu

pelaksanaan yang sanagat

singkat. Tidak cukup untuk

melaksanakan semua perencanaan.

d. evaluasi

Evaluasi sesuai dengan hasil

dari perencanaan. Klien masih

susah untuk diajak membicarakan

permasalahannya, klien sudah mau

bercerita penyebab kemarahnnya,

Tapi karena waktu yang terlalu

singkat menyebabkan sebagian

besar perencanaan belum

dilakukan

Page 31: laporan kelolaan jiwa

30

BAB V PENUTUP

A. kesimpula

kesimpulannya dari laporan

diatas adalah dalam proses

keperawtan, tidak semua yang ada

di teori bisa dilaksanakan,

karena pasien yang susah

diarahkan dan waktu yang tidak

cukup. Perilaku kekerasan pasien

tidak selalu sama dari awal

sampai akhir.

B. Saran

Untuk klien dengan perilaku

kekerasan sebaiknya harus lebih

banyak komunikasi dari awal

pertama masuk, sampai saat

dirawat. Kareana untuk

menentukan cara mengatasi

perilaku kekerasan, harus

diidentifikasi penyebab dan

tanda-tanda perilaku kekerasan,

supaya lebih cepat diatasi,

kemudian menetukan diagnosa

keperawtan yang tepat sangat

penting, supaya perencanaan

sesuai dengan kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip dasar

dan aplikasi

penulisan

laporan

pendahuluan

dan strategi

pelaksanaan

tindakan

keperawatan

( LP dan

SP)jakarta:

salemba medika

Keliat, Budi Anna. 2009. Model

Praktik

keperaw

atan

Kesehat

an

Profesi

onal

Jiwa.

Jakarta

: EGC

Keliat, Budi Anna. 2011.

Keperawa

tan

Page 32: laporan kelolaan jiwa

31

Kesehata

n Jiwa

Komunita

s.

Jakarta

: EGC

LAMPIRAN

1. Sp Klien Dan Keluarga

Risiko

Perilaku

kekerasan

Pasien

SP Ip

1. Mengidentifikasi penyebab PK

2. Mengidentifikasi tanda dan

gejala PK

3. Mengidentifikasi PK yang

dilakukan

4. Mengidentifikasi akibat PK

5. Menyebutkan cara mengontrol PK

6. Membantu pasien mempraktekkan

latihan cara mengontrol fisik

7. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam kegiatan harian

SP IIP

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK

dengan cara fisik

3. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

SP IIIp

1. Mengevaluasi jadwal keegiatan

harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK

dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

SP IVp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK

dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

SP Vp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

2. Menjelaskan cara mengontrol PK

dengan minum obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU

KEKERASAN

Masalah Utama : Perilaku

kekerasan/Amuk/Marah

Page 33: laporan kelolaan jiwa

32

Tindakan keperawatan untuk pasien

A. Tujuan

1.Pasien dapat mengidentifikasi

penyebab perilaku kekerasan

2.Pasien dapat mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku kekerasan

3.Pasien dapat menyebutkan jenis

perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya

4.Pasien dapat menyebutkan

akibat dari perilaku kekerasan

yang dilakukannya

5.Pasien dapat menyebutkan cara

mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya

6.Pasien dapat

mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya secara fisik,

spiritual, sosial, dan dengan

terapi psikofarmaka.

B. Tindakan

1.Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling

percaya perlu dipertimbangkan

agar pasien merasa aman dan

nyaman saat berinteraksi

dengan saudara. Tindakan yang

harus saudara lakukan dalam

rangka membina hubungan saling

percaya adalah:

a. Mengucapkan salam

terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan

interaksi

d. Membuat kontrak topik,

waktu dan tempat setiap

kali bertemu pasien

2.Diskusikan bersama pasien

penyebab perilaku kekerasan

saat ini dan  yang lalu

3.Diskusikan perasaan pasien

jika terjadi penyebab perilaku

kekerasan

a. Diskusikan tanda dan gejala

perilaku kekerasan secara

fisik

b. Diskusikan tanda dan gejala

perilaku kekerasan secara

psikologis

c. Diskusikan tanda dan gejala

perilaku kekerasan secara

sosial

d. Diskusikan tanda dan gejala

perilaku kekerasan secara

spiritual

e. Diskusikan tanda dan gejala

perilaku kekerasan secara

intelektual

4.Diskusikan bersama pasien

perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan pada saat  marah  

secara:

a. verbal

b. terhadap orang lain

c. terhadap diri sendiri

d. terhadap lingkungan

5.Diskusikan bersama pasien

akibat perilakunya

Page 34: laporan kelolaan jiwa

33

6.Diskusikan bersama pasien cara

mengontrol perilaku kekerasan

secara:

a. Fisik: pukul kasur dan

batal, tarik nafas dalam

b. Obat

c. Social/verbal: menyatakan

secara asertif rasa

marahnya

d. Spiritual: sholat/berdoa

sesuai keyakinan pasien

7.Latih pasien mengontrol

perilaku kekerasan secara

fisik:

a. Latihan nafas dalam dan

pukul kasur – bantal

b. Susun jadwal latihan dalam

dan pukul kasur – bantal

8.Latih pasien mengontrol

perilaku kekerasan secara

sosial/verbal

a. Latih mengungkapkan rasa

marah secara verbal:

menolak dengan baik,

meminta dengan baik,

mengungkapkan perasaan

dengan baik

b. Susun jadwal latihan

mengungkapkan mafrah secara

verbal.

9.Latih mengontrol perilaku

kekerasan secara spiritual:

a. Latih mengontrol marah

secara spiritual: sholat,

berdoa

b. Buat jadwal latihan sholat,

berdoa

10.Latih mengontrol perilaku

kekerasan dengan patuh minum

obat:

a. Latih pasien minum obat

secara teratur dengan

prinsip lima benar (benar

nama pasien, benar nama

obat, benar cara minum

obat, benar waktu minum

obat, dan benar dosis obat)

disertai penjelasan guna

obat dan akibat berhenti

minum obat

b. Susun jadwal minum obat

secara teratur

11.Ikut sertakan pasien dalam

Terapi Aktivitas Kelompok 

Stimulasi Persepsi mengontrol

Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan

saling percaya, identifikasi

penyebab perasaan marah, tanda

dan gejala yang dirasakan,

perilaku kekerasan yang

dilakukan, akibatnya serta

cara mengontrol secara fisik I

ORIENTASI:

“Selamat pagi  ibu,

perkenalkan nama saya perawat

“p”, panggil saya p, saya

Page 35: laporan kelolaan jiwa

34

perawat yang dinas di ruangan

9 ini, Nama ibuk siapa,

senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan ibu saat 

ini?, Masih ada perasaan kesal

atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-

bincang sekarang  tentang

perasaan marah ibuk”

“Berapa lama ibuk mau kita

berbincang-bincang?” Bagaimana

kalau 10 menit?

“Dimana enaknya kita duduk

untuk berbincang-bincang, buk?

Bagaimana kalau di ruang

tamu?”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan ibu

marah?, Apakah sebelumnya

ibu pernah marah? Terus,

penyebabnya apa? Samakah

dengan yang sekarang?.

O..iya, apakah ada penyebab

lain yang membuat ibu

marah”

“Pada saat penyebab marah

itu ada, seperti ibu stress

karena pekerjaan atau

masalah uang(misalnya ini

penyebab marah pasien), apa

yang ibu rasakan?” (tunggu

respons pasien)

“Apakah ibu merasakan kesal

kemudian dada ibu berdebar-

debar, mata melotot, rahang

terkatup rapat, dan tangan

mengepal?”

“Setelah itu apa yang ibu

lakukan? O..iya, jadi ibu

marah-marah, membanting

pintu dan memecahkan barang-

barang, apakah dengan cara

ini stress ibu hilang? Iya,

tentu tidak. Apa kerugian

cara yang ibu lakukan?

Betul, keluarga jadi takut

barang-barang pecah. Menurut

ibu adakah cara lain yang

lebih baik? Maukah ibu

belajar cara mengungkapkan

kemarahan dengan baik tanpa

menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk

mengontrol kemarahan, ibu.

Salah satunya adalahlah

dengan cara fisik. Jadi

melalui kegiatan fisik

disalurkan rasa marah.”

”Ada beberapa cara,

bagaimana kalau kita belajar

satu cara dulu?”

”Begini ibu, kalau tanda-tanda

marah tadi sudah ibu rasakan

maka ibu berdiri, lalu tarik

napas dari hidung, tahan

sebentar, lalu keluarkan/tiup

perlahan –lahan melalui mulut

Page 36: laporan kelolaan jiwa

35

seperti mengeluarkan

kemarahan. Ayo coba lagi,

tarik dari hidung, bagus..,

tahan, dan tiup melalui mulut.

Nah, lakukan 5 kali. Bagus

sekali, ibu  sudah bisa

melakukannya. Bagaimana

perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini

ibu lakukan secara rutin,

sehingga bila sewaktu-waktu

rasa marah itu muncul ibu

sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu

setelah berbincang-bincang

tentang kemarahan ibu?”

”Iya jadi ada 2 penyebab ibu

marah ........ (sebutkan) dan

yang ibu rasakan ........

(sebutkan) dan yang ibu

lakukan ....... (sebutkan)

serta akibatnya .........

(sebutkan)

”Coba selama saya tidak ada,

ingat-ingat  lagi penyebab

marah ibu yang lalu, apa yang

ibu lakukan kalau marah yang

belum kita bahas dan jangan

lupa latihan napas dalamnya ya

ibu. ‘Sekarang kita buat

jadual latihannya ya ibu,

berapa kali sehari ibu mau

latihan napas dalam?, jam

berapa saja ibu?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam

lagi saya datang dan kita

latihan cara yang lain untuk

mencegah/mengontrol marah.

Tempatnya disini saja ya ibu,

Selamat pagi” 

SP 2  Pasien: Latihan

mengontrol perilaku kekerasan

secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas

dalam

c. Latih cara fisik ke-2:

pukul kasur dan bantal

d. Susun jadwal kegiatan

harian cara kedua

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai

dengan janji saya tiga jam

yang lalu sekarang saya datang

lagi”

“Bagaimana perasaan ibu saat

ini, adakah hal yang

menyebabkan ibu marah?”

“Baik, sekarang kita akan

belajar cara mengontrol

perasaan marah dengan kegiatan

fisik untuk cara yang kedua”

“sesuai janji kita tadi kita

akan berbincang-bincang

sekitar 20 menit dan tempatnya

disini di ruang tamu,bagaimana

ibu setuju?”

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan

ibu marah dan muncul perasaan

Page 37: laporan kelolaan jiwa

36

kesal, berdebar-debar, mata

melotot, selain napas dalam

ibu dapat melakukan pukul

kasur dan bantal”.

 “Sekarang mari kita latihan

memukul kasur dan bantal. Mana

kamar ibu? Jadi kalau nanti

ibu kesal dan ingin marah,

langsung ke kamar dan

lampiaskan kemarahan tersebut

dengan memukul kasur dan

bantal. Nah, coba ibu lakukan,

pukul kasur dan bantal. Ya,

bagus sekali ibu

melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur

atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat

dilakukan secara rutin jika

ada perasaan marah. Kemudian

jangan lupa merapikan tempat

tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu

setelah latihan cara

menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah

kita latih, coba ibu sebutkan

lagi?Bagus!”

 “Mari kita masukkan  kedalam

jadual kegiatan sehari-hari

ibu. Pukul kasur bantal mau

jam berapa? Bagaimana kalau

setiap bangun tidur?  Baik,

jadi jam 05.00 pagi. dan jam

jam 15.00 sore. Lalu kalau ada

keinginan marah sewaktu-waktu

gunakan kedua cara tadi ya

pak. Sekarang kita buat

jadwalnya ya pak, mau berapa

kali sehari ibu latihan

memukul kasur dan bantal serta

tarik nafas dalam ini?”

 “Besok pagi kita ketemu lagi

kita akan latihan cara

mengontrol marah dengan

belajar bicara yang baik. Mau

jam berapa buk? Baik, jam 10

pagi ya. Sampai

jumpa&istirahat ya buk”

SP 3 Pasien : Latihan

mengontrol perilaku kekerasan

secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian

untuk dua cara fisik

c. Latihan mengungkapkan rasa

marah secara verbal:

menolak dengan baik,

meminta dengan baik,

mengungkapkan perasaan

dengan baik.

d. Susun jadwal latihan

mengungkapkan marah secara

verbal

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai

dengan janji saya kemarin

sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah

dilakukan latihan tarik napas

dalam dan pukul kasur bantal?,

Page 38: laporan kelolaan jiwa

37

apa yang dirasakan setelah

melakukan latihan secara

teratur?”

“Coba saya lihat jadwal

kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas

dalamnya dilakukan sendiri

tulis M, artinya mandiri;

kalau diingatkan suster  baru

dilakukan tulis B, artinya

dibantu atau diingatkan. Nah

kalau tidak dilakukan tulis T,

artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita

latihan cara bicara untuk

mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita

berbincang-bincang?Bagaimana

kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama ibu mau kita

berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 15 menit?”

KERJA

“Sekarang kita latihan cara

bicara yang baik untuk

mencegah marah. Kalau marah

sudah dusalurkan melalui tarik

nafas dalam atau pukul kasur

dan bantal, dan sudah lega,

maka kita perlu bicara dengan

orang yang membuat kita marah.

Ada tiga caranya buk:

1. Meminta dengan baik tanpa

marah dengan nada suara

yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata

kasar. Kemarin ibu bilang

penyebab marahnya karena

minta uang sama suami tidak

diberi. Coba Ibu minta uang

dengan baik:”pak, saya

perlu uang untuk membeli

sayur.” Nanti bisa dicoba

di sini untuk meminta baju,

minta obat dan lain-lain.

Coba ibu praktekkan. Bagus

buk.”

2. Menolak dengan baik, jika

ada yang menyuruh dan ibu

tidak ingin melakukannya,

katakan: ‘Maaf saya tidak

bisa melakukannya karena

sedang ada kerjaan’. Coba

ibu praktekkan. Bagus ibu”

3. Mengungkapkan perasaan

kesal, jika ada perlakuan

orang lain yang membuat

kesal ibu dapat

mengatakan:’ Saya jadi

ingin marah karena

perkataanmu itu’. Coba

praktekkan. Bagus”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu

setelah kita bercakap-cakap

tentang cara mengontrol marah

dengan bicara yang baik?”

“Coba ibu sebutkan lagi cara

bicara yang baik yang telah

kita pelajari”

Page 39: laporan kelolaan jiwa

38

“Bagus sekali, sekarang mari

kita masukkan dalam jadual.

Berapa kali sehari ibu mau

latihan bicara yang baik?,

bisa kita buat jadwalnya?”

Coba  masukkan dalam jadual

latihan sehari-hari, misalnya

meminta obat, uang, dll. Bagus

nanti dicoba ya Pak!”

 “Bagaimana kalau dua jam lagi

kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan

cara lain untuk mengatasi rasa

marah bapak yaitu dengan cara

ibadah, bapak setuju? Mau di

mana Pak? Di sini lagi? Baik

sampai nanti ya”

SP 4  Pasien : Latihan mengontrol

perilaku kekerasan secara

spiritual  

a. Diskusikan hasil latihan

mengontrol perilaku

kekerasan secara fisikdan

sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa

c. Buat jadual latihan

sholat/berdoa

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai

dengan janji saya dua jam 

yang lalu sekarang saya datang

lagi” Baik, yang mana yang mau

dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa

yang sudah dilakukan?Apa yang

dirasakan setelah melakukan

latihan secara teratur? Bagus

sekali, bagaimana rasa

marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita

latihan cara lain untuk

mencegah rasa marah yaitu

dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita

berbincang-bincang?Bagaimana

kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama ibu mau kita

berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan

ibadah yang biasa ibu lakukan!

Bagus. Baik, yang mana mau

dicoba?

“Nah, kalau ibu sedang marah

coba ibu langsung duduk dan

tarik napas dalam. Jika tidak

reda juga marahnya rebahkan

badan agar rileks. Jika tidak

reda juga, ambil air wudhu

kemudian sholat”.

“ibu bisa melakukan sholat

secara teratur untuk meredakan

kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5

waktu? Bagus. Mau coba yang

mana?Coba sebutkan caranya

(untuk yang muslim).”

Page 40: laporan kelolaan jiwa

39

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah

kita bercakap-cakap tentang

cara yang ketiga ini?”

“Jadi sudah berapa cara

mengontrol marah yang kita

pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan

ibadah pada jadual kegiatan

ibu. Mau berapa kali ibu

sholat. Baik kita masukkan

sholat ....... dan ........

(sesuai kesepakatan pasien)

“Coba ibu sebutkan lagi cara

ibadah yang dapat ibu lakukan

bila ibu merasa marah”

 “Setelah ini coba ibu lakukan

jadual sholat  sesuai jadual

yang telah kita buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya

pak, nanti kita bicarakan cara

keempat mengontrol rasa marah,

yaitu dengan patuh minum

obat.. Mau jam berapa pak?

Seperti sekarang saja, jam 10

ya?”

“Nanti kita akan membicarakan

cara penggunaan obat yang

benar untuk mengontrol rasa

marah ibu, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan

mengontrol perilaku kekerasan

dengan obat   

a. Evaluasi jadwal kegiatan

harian pasien untuk cara

mencegah marah yang sudah

dilatih.

b. Latih pasien minum obat

secara teratur dengan

prinsip lima benar (benar

nama pasien, benar nama

obat, benar cara minum

obat, benar waktu minum

obat, dan benar dosis obat)

disertai penjelasan guna

obat dan akibat berhenti

minum obat.

c. Susun jadual minum obat

secara teratur

ORIENTASI

“Selamat pagi ibu, sesuai

dengan janji saya kemarin hari

ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana ibu, sudah

dilakukan latihan tarik napas

dalam, pukul kasur bantal, 

bicara yang baik serta

sholat?, apa yang dirasakan

setelah melakukan latihan

secara teratur?. Coba kita

lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita

bicara dan latihan tentang

cara minum obat yang benar

untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita

berbincang-bincang? Bagaimana

kalau di tempat kemarin?”

Page 41: laporan kelolaan jiwa

40

“Berapa lama ibu mau kita

berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 15 menit”

FASE KERJA (perawat membawa

obat pasien)

“ibu sudah dapat obat dari

dokter?”

Berapa macam obat yang ibu

minum? Warnanya apa saja?

Bagus! Jam berapa ibu minum?

Bagus!

 “Obatnya ada tiga macam pak,

yang warnanya oranye  namanya

CPZ gunanya agar pikiran

tenang,  yang putih ini

namanya THP agar rileks, dan

yang  merah jambu ini namanya

HLP agar

pikiran teratur dan rasa marah

berkurang. Semuanya ini harus

ibu   minum 3 kali sehari jam

7 pagi, jam 1 sian g, dan jam

7  malam”.

“Bila nanti setelah minum obat

mulut ibu terasa kering, 

untuk membantu mengatasinya

ibu bisa minum air putih yang

tersedia di ruangan”.

“Bila terasa mata berkunang-

kunang, ibu sebaiknya

istirahat dan jangan

beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum

obat ini ibu lihat dulu label

di kotak obat  apakah benar

nama ibu tertulis disitu,

berapa dosis yang harus

diminum, jam berapa saja harus

diminum. Baca juga apakah nama

obatnya sudah benar? Di sini

minta obatnya pada suster

kemudian cek lagi apakah benar

obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan

minum obat sebelum

berkonsultasi dengan dokter ya

pak, karena dapat terjadi

kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu

minum obatnya kedalam jadual

ya pak.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu

setelah kita bercakap-cakap

tentang cara minum obat yang

benar?”

“Coba ibu sebutkan lagijenis

obat yang ibu minum! Bagaimana

cara minum obat yang benar?”

“Nah, sudah berapa cara

mengontrol perasaan marah yang

kita pelajari?. Sekarang kita

tambahkan jadual kegiatannya

dengan minum obat. Jangan lupa

laksanakan semua dengan

teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu

kembali untuk melihat sejauhma

ana ibu melaksanakan kegiatan

dan sejauhmana dapat mencegah

rasa marah. Sampai jumpa”

Page 42: laporan kelolaan jiwa

41

1. Tindakan keperawatan untuk

keluarga

a.Tujuan

Keluarga dapat merawat pasien

di rumah

b.Tindakan

1)Diskusikan masalah yang

dihadapi keluarga dalam

merawat pasien

2)Diskusikan bersama keluarga

tentang perilaku kekerasan

(penyebab, tanda dan gejala,

perilaku yang muncul dan

akibat dari perilaku

tersebut)

3)Diskusikan bersama keluarga

kondisi-kondisi pasien yang

perlu segera dilaporkan

kepada perawat, seperti

melempar atau memukul

benda/orang lain

4)Latih keluarga merawat

pasien dengan perilaku

kekerasan

a)Anjurkan keluarga untuk

memotivasi pasien

melakukan tindakan yang

telah diajarkan oleh

perawat

b)Ajarkan keluarga untuk

memberikan pujian kepada

pasien bila pasien dapt

melakukan kegiatan

tersebut secara tepat

c)Diskusikan bersama

keluarga tindakan yang

harus dilakukan bila

pasien menunjukkan gejala-

gejala perilaku kekerasan

5)Buat perencanaan pulang

bersama keluarga

SP 1 Keluarga:   Memberikan

penyuluhan kepada keluarga

tentang cara merawat klien

perilaku kekerasan di rumah   

1) Diskusikan masalah yang

dihadapi keluarga dalam

merawat pasien

2) Diskusikan bersama keluarga

tentang perilaku kekerasan

(penyebab, tanda dan

gejala, perilaku yang

muncul dan akibat dari

perilaku tersebut)

3) Diskusikan bersama keluarga

kondisi-kondisi pasien yang

perlu segera dilaporkan

kepada perawat, seperti

melempar atau memukul

benda/orang lain

ORIENTASI

“Selamat pagi bu, perkenalkan

nama saya A K, saya perawat

dari ruang Soka ini, saya yang

akan merawat ibu (pasien).

Nama ibu siapa, senangnya

dipanggil apa?”

Page 43: laporan kelolaan jiwa

42

“Bisa kita berbincang-bincang

sekarang  tentang masalah yang

Ibu hadapi?”

“Berapa lama ibu kita

berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 30 menit?”

“Di mana enaknya kita

berbincang-bincang, Bu?

Bagaimana kalau di ruang

tamu?”

KERJA

“Bu, apa masalah yang Ibu

hadapi/ dalam merawat ibu? Apa

yang Ibu lakukan? Baik Bu,

Saya akan coba jelaskantentang

marah ibu dan hal-hal yang

perlu diperhatikan.”

“Bu, marah adalah suatu

perasaan yang wajar tapi bisa

tidak disalurkan dengan benar

akan membahayakan dirinya

sendiri, orang lain dan

lingkungan.

Yang menyebabkan suami ibu

marah dan ngamuk adalah kalau

dia merasa direndahkan,

keinginan tidak terpenuhi.

Kalau ibu apa penyebabnya Bu?”

“Kalau nanti wajah suami ibu

tampak tegang dan merah, lalu

kelihatan gelisah, itu artinya

suami ibu sedang marah, dan

biasanya setelah itu ia akan

melampiaskannya dengan

membanting-banting perabot

rumah tangga atau memukul atau

bicara kasar? Kalau apa

perubahan terjadi? Lalu apa

yang biasa dia lakukan?””

“Nah bu, ibu sudah lihat khan

apa yang saya ajarkan kepada

ibu bila tanda-tanda kemarahan

itu muncul. Ibu bisa bantu ibu

dengan cara mengingatkan

jadual latihan cara mengontrol

marah yang sudah dibuat yaitu

secara fisik, verbal,

spiritual dan obat teratur”.

Kalau ibu bisa melakukanya

jangan lupa di puji ya bu”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu

setelah kita bercakap-cakap

tentang cara merawat ibu?”

“Coba ibu sebutkan lagi cara

merawat ibu”

“Setelah ini coba ibu ingatkan

jadual yang telah dibuat untuk

ibu ya bu”

“Bagaimana kalau kita ketemu 2

hari lagi untuk latihan cara-

cara yang telah kita bicarakan

tadi langsung kepada ibu?”

“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 2 Keluarga: Melatih

keluarga melakukan cara-cara

mengontrol    Kemarahan

Page 44: laporan kelolaan jiwa

43

b) Evaluasi pengetahuan

keluarga tentang marah

c) Anjurkan keluarga untuk

memotivasi pasien melakukan

tindakan yang telah

diajarkan oleh perawat

d) Ajarkan keluarga untuk

memberikan pujian kepada

pasien bila pasien dapat

melakukan kegiatan tersebut

secara tepat

e) Diskusikan bersama keluarga

tindakan yang harus

dilakukan bila pasien

menunjukkan gejala-gejala

perilaku kekerasan

ORIENTASI

“Selamat pagi bu, sesuai

dengan janji kita 2 hari yang

lalu sekarang kita ketemu lagi

untuk latihan cara-cara

mengontrol rasa marah bapak.”

“Bagaimana Bu? Masih ingat

diskusi kita yang lalu? Ada

yang mau Ibu tanyakan?”

“Berapa lama ibu mau kita

latihan?“Bagaimana kalau kita

latihan disini saja?, sebentar

saya panggilkan bapak supaya

bisa berlatih bersama”

KERJA

”Nah pak, coba ceritakan

kepada Ibu, latihan yang sudah

Bapak lakukan. Bagus sekali.

Coba perlihatkan kepada Ibu

jadwal harian Bapak! Bagus!”

”Nanti di rumah ibu bisa

membantu bapak latihan

mengontrol kemarahan Bapak.”

”Sekarang kita akan coba

latihan bersama-sama ya pak?”

”Masih ingat pak, bu  kalau

tanda-tanda marah sudah bapak

rasakan maka yang harus

dilakukan bapak

adalah.......?”

Page 45: laporan kelolaan jiwa

44

”Ya.. betul, bapak berdiri,

lalu tarik napas dari hidung,

tahan sebentar

lalu keluarkan/tiup perlahan –

lahan melalui mulut seperti

mengeluarkan kemarahan. Ayo

coba lagi, tarik dari hidung,

bagus.., tahan, dan tiup

melalui mulut. Nah, lakukan 5

kali, coba ibu temani dan

bantu bapak menghitung latihan

ini sampai 5 kali”.

“Bagus sekali, bapak  dan ibu

sudah bisa melakukannya dengan

baik”.

“Cara yang kedua masih ingat

pak, bu?”

“ Ya..benar, kalau ada yang

menyebabkan bapak marah dan

muncul perasaan kesal,

berdebar-debar, mata melotot,

selain napas dalam bapak dapat

melakukan pukul kasur dan

bantal”.

 “Sekarang coba kita latihan

memukul kasur dan bantal. Mana

kamar bapak? Jadi kalau nanti

bapak kesal dan ingin marah,

langsung ke kamar dan

lampiaskan kemarahan tersebut

dengan memukul kasur dan

bantal. Nah, coba bapak

lakukan sambil didampingi ibu,

berikan bapak semangat ya bu.

Ya, bagus sekali bapak

melakukannya”. “Cara yang

ketiga adalah bicara yang baik

bila sedang marah. Ada tiga

caranya pak, coba praktekkan

langsung kepada ibu cara

bicara ini :

1) Meminta dengan baik tanpa

marah dengan nada suara

yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata

kasar, misalnya: ‘Bu, Saya

perlu uang untuk beli

rokok! Coba ibu praktekkan.

Bagus pak”.

2) Menolak dengan baik, jika

ada yang menyuruh dan ibu

tidak ingin melakukannya,

katakan: ‘Maaf saya tidak

bisa melakukannya karena

sedang ada kerjaan’. Coba

ibu praktekkan. Bagus pak”

3) Mengungkapkan perasaan

kesal, jika ada perlakuan

orang lain yang membuat

Page 46: laporan kelolaan jiwa

45

kesal ibu dapat

mengatakan:’ Saya jadi

ingin marah karena

perkataanmu itu’. Coba

praktekkan. Bagus”

“Cara berikutnya adalah kalau

ibu sedang marah apa yang

harus dilakukan?”

“Baik sekali, ibu coba

langsung duduk dan tarik napas

dalam. Jika tidak reda juga

marahnya rebahkan badan agar

rileks. Jika tidak reda juga,

ambil air wudhu kemudian

sholat”.

“ibu bisa melakukan sholat

secara teratur dengan

didampingi ibu untuk meredakan

kemarahan”.

“Cara terakhir adalah minum

obat teratur ya pak, bu agar

pikiran ibu jadi tenang, 

tidurnya juga tenang, tidak

ada rasa marah”

“ibu coba jelaskan berapa

macam obatnya! Bagus. Jam

berapa minum obat? Bagus. Apa

guna obat? Bagus. Apakah boleh

mengurangi atau menghentikan

obat? Wah bagus sekali!”

“Dua hari yang lalu sudah saya

jelaskan terapi pengobatan

yang ibu dapatkan, ibu tolong

selama di rumah ingatkan ibu

untuk meminumnya secara

teratur dan jangan dihentikan

tanpa sepengetahuan dokter”

TERMINASI

“Baiklah bu, latihan kita

sudah selesai. Bagaimana

perasaan ibu setelah kita

latihan cara-cara mengontrol

marah langsung kepada ibu?”

“Bisa ibu sebutkan lagi ada

berapa cara mengontrol marah?”

“Selanjutnya tolong pantau dan

motivasi ibu melaksanakan

jadwal latihan yang telah

dibuat selama di rumah nanti.

Jangan lupa berikan pujian

untuk ibu bila dapat melakukan

dengan benar ya Bu!”

“ Karena ibu sebentar lagi

sudah mau pulang bagaimana

kalau 2 hari lagi Ibu bertemu

saya untuk membicarakan jadwal

aktivitas ibu selama di rumah

nanti.”

“Jam 10 seperti hari ini ya Bu.

Di ruang ini juga.”

Sp 3 Keluarga: menjelaskan

perawatan lanjutan bersama

keluarga

Buat perencanaan pulang

bersama

keluarga                  

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, bu, karena

ibu dan keluarga sudah

menetahui cara-cara yang

Page 47: laporan kelolaan jiwa

46

sebelumnya telah kita

bicarakanya. Sekarang

Bagaimana kalau kita

berbincang-bincang tentang

perawatan lanjutan untuk

keluarga ibu /Ibu. Apakah

sudah dipuji keberhasilannya?”

“Nah sekarang bagaimana kalau

bicarakan jadual kegiatan dan

perawatan lanjutan di rumah,

disini saja?”

“Berapa lama ibu dan ibu mau

kita berbicara? Bagaimana

kalau 30 menit?”

KERJA

“Pak, bu, jadual yang telah

dibuat  tolong dilanjutkan,

baik jadual aktivitas maupun

jadual minum obatnya. Mari

kita lihat jadwal ibu!”

“Hal-hal yang perlu

diperhatikan lebih lanjut

adalah perilaku yang

ditampilkan oleh ibu selama di

rumah. Kalau misalnya ibu   

menolak minum obat atau

memperlihatkan perilaku

membahayakan orang lain, maka

ibu konsul kan ke dokter atau

di bawa kerumah sakit ini

untuk dilakukan pemeriksaan

ulang pada ibu.”

TERMINASI

“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin

ditanyakan? Coba Ibu sebutkan

apa saja yang perlu

diperhatikan (jadwal kegiatan,

tanda atau gejala, kontrol; ke

rumah sakit). Saya rasa

mungkin cukup sampai disini

dan untuk persiapan pulang

pasien lainya akan segera saya

siapkan”

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. DEFINISI

Marah merupakan perasaan jengkel yang

timbul sebagai respon terhadap kecemasan/

kebutuhan yang tidak terpenuhi yang

dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan

Sundeen, 1996). Perilaku kekerasan

Page 48: laporan kelolaan jiwa

47

dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem

dari marah atau ketakutan/panik.

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu

keadaan di mana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara

fisik, baik pada dirinya sendiri maupun

orang lain, disertai dengan gaduh gelisah

yang tak terkontrol.

Perilaku agresif dan perilaku kekerasan

sering dipandang sebagai rentang di mana

agresif verbal di suatu sisi dan perilaku

kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu

keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan

frustasi, benci atau marah. Hal ini akan

memengaruhi perilaku seseorang.

Berdasarkan keadaan emosi secara

mendalam tersebut terkadang perilaku

menjadi agresif atau melukai karena

penggunaan koping yang kurang bagus.

1. Rentang Respons Marah

Adaptif

Maladaptif

Asertif frustasi pasif

agresif amuk/PK

a.     Respon marah yang adaptif meliputi :

1)  Pernyataan (Assertif)

Respon marah dimana individu

mampu menyatakan atau

mengungkapkan rasa marah, rasa

tidak setuju, tanpa menyalahkan

atau menyakiti orang lain. Hal ini

biasanya akan memberikan

kelegaan.

2)   Frustasi

Respons yang terjadi akibat

individu gagal dalam mencapai

tujuan, kepuasan, atau rasa aman

yang tidak biasanya dalam keadaan

tersebut individu tidak menemukan

alternatif lain.

b.    Respon marah yang maladaptif

meliputi :

1) Pasif

Suatu keadaan dimana individu

tidak dapat mampu untuk

mengungkapkan perasaan yang

sedang di alami untuk menghindari

suatu tuntutan nyata.

2) Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan

merupakan dorongan individu

untuk menuntut suatu yang

dianggapnya benar dalam bentuk

destruktif tapi masih terkontrol.

3)   Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan

yang kuat disertai hilang kontrol,

dimana individu dapat merusak diri

sendiri, orang lain maupun

lingkungan.

B. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor psikologis.

1) Terdapat asumsi bahwa seseorang

untuk mencapai suatu tujuan

mengalami hambatan akan timbul

dorongan agresif yang memotivasi

PK.

2) Berdasarkan penggunaan

mekanisme koping individu dan

masa kecil

yang tidak menyenangkan.

3) Frustasi.

4) Kekerasan dalam rumah atau

keluarga.

b. Faktor sosial budaya.

Seseorang akan berespons

terhadap peningkatan emosionalnya

Page 49: laporan kelolaan jiwa

48

secara agresif sesuai dengan respons

yang dipelajarinya. Sesuai dengan

teori menurut Bandura bahwa agresi

tidak berbeda dengan respons-respons

yang lain. Faktor ini dapat dipelajari

melalui observasi atau imitasi, dan

semakin sering mendapatkan

penguatan maka semakin besar

kemungkinan terjadi. Budaya juga

dapat memengaruhi perilaku kekerasan.

Adanya norma dapat membantu

mendefinisikan ekspresi marah yang

dapat diterima dan yang tidak dapat

diterima.

c. Faktor biologis.

Berdasarkan basil penelitian pada

hewan, adanya pemberian stimulus

elektris ringan pada hipotalamus (pada

sistem limbik) ternyata menimbulkan

perilaku agresif, di mana jika terjadi

kerusakan fungsi limbik (untuk emosi

dan perilaku), lobus frontal (untuk

pemikiran rasional), dan lobus temporal

(untuk interpretasi indra penciuman

dan memori) akan menimbulkan mata

terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan

hendak menyerang objek yang ada di

sekitarnya.

2. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan marah

jika dirinya merasa terancam. baik berupa

injury secara fisik, psikis, atau ancaman

konsep diri. Beberapa faktor pencetus

perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut.

3. Klien: kelemahan fisik,

keputusasaan, ketidakberdayaan,

kehidupan yang penuh dengan

agresif, dan masa lalu yang tidak

menyenangkan.

4. lnteraksi: penghinaan, kekerasan,

kehilangan orang yang berarti,

konflik, merasa terancam baik

internal dari permasalahau diri klien

sendiri maupun eksternal

danlingkungan.

5. Lingkungan: panas, padat, dan bising.

C. TANDA GEJALA

Pada pengkajian awal dapat diketahui

alasan utama klien ke rumah sakit adalah

perilaku kekerasan di rumah. Kemudian

perawat dapat melakukan pengkajian

dengan cara:

d. Wawancara: diarahkan pada penyebab

marah, perasaan marah, tanda-tanda

marah yang dirasakan klien.

e. Observasi: Muka merah, pandangan

tajam, otot tegang, nada suara tinggi,

berdebat. Sering pula tampak klien

memaksakan kehendak: merampas

makanan, memukul jika tidak senang.

f.perilaku yang berkaitan dengan marah

antara lain

a. Menyerang atau Menghindar ( fight

or flight)

Pada keadaan ini respons psikologi

timbul karena kegiatan sistem saraf

otonom bereaksi terhadap sekresi

ephineprin yg menyebabkan tekanan

darah meningkat, takhikardi, wajah

merah, Pupil melebar,mual, sekresi

HCL meningkat, peristaltik gaster

menurun, pengeluaran urin dan saliva

meningkat, konstipasi,kewaspadaan

jg meningkat disertai ketegangan

otot, seperti rahang terkatup,tangan

dikepal,tubuh menjadi kaku dan

disertai reflek yg cepat.

b. Menyatakan secara asertif

(assertiveness)

Perilaku yg sering ditampilkan

individu dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu dengan perilaku

pasif, agresif dan asertif. Perilaku

asertif adalah cara yg terbaik untuk

Page 50: laporan kelolaan jiwa

49

mengekspresikan marah krn individu

dapat mengekspresikan rasa

marahnya tanpa menyakiti orang lain

secara fisik maupun psikologis.

Disamping itu perilaku ini dapat juga

untuk pengembangan diri klien.

c. Memberontak (acting out)

Perilaku yg muncul biasanya disertai

kekerasan akibat konflik perilaku

memberontak utk menarik perhatian

orang lain.

d. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yg

ditujukan kepada diri sendiri,orang

lain maupun lingkungan.

D. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain

dan lingkungan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

E. MACAM PERILAKU KEKERASAN

1. Ancaman verbal

2. Merusak lingkungan

3. Menciderai diri sendiri

4. Menciderai orang lain

F. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang

diharapkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelasaian masalah

langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri (tuart dan

sundeen, 1998 hal : 33)

1. Perawat perlu mengidentifikasi

mekanisme koping klien, sehingga dapat

membantu klien mengembangkan

mekanisme koping yg konstruktif dalam

mengekspresikan marahnya.

2. Mekanisme koping yg umum digunakan

adalah mekanisme pertahanan ego seperti

Displacement, Sublimasi, Proyeksi,

Represi, dan Reaksi Formasi.

a. Sublimasi : menerima suatu sasaran

pengganti yang mulia. Artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang

mengalami hambatan penyaluranya

secara normal. Misalnya seseorang

yang sedang marah melampiaskan

kemarahannya pada obyek lain seperti

meremas remas adona kue, meninju

tembok dan sebagainya, tujuanya

adalah untuk mengurangi ketegangan

akibat rasa marah.

b.  Proyeksi : menyalahkan orang lain

kesukaranya atau keinginanya yang

tidak baik, misalnya seorang wanita

muda yang menyangkal bahwa ia

mempunyai perasaan seksual terhadap

rekan sekerjanya, berbalik menuduh

bahwa temanya tersebut mencoba

merayu, mencumbunya

c. Represi : mencegah pikiran yang

menyakitkan atau membahayakan

masuk kealam sadar. Misalnya seorang

anak yang sangat benci pada orang

tuanya yang tidak disukainya. Akan

tetapi menurut ajaran atau didikan

yang diterimanya sejak kecil bahwa

membenci orang tua merupakan hal

yang tidak baik dan dikutuk oleh

tuhan. Sehingga perasaan benci itu

ditekannya dan akhirnya ia dapat

melupakanya.

6. Reaksi formasi : mencegah keinginan

yang berbahaya bila di ekspresikan.

Dengan melebih lebihkan sikap dan

perilaku yang berlawanan dan

menggunakanya sebagai rintangan.

Perilaku Kekerasan/amuk

Page 51: laporan kelolaan jiwa

50

Misalnya seseorang yang tertarik pada

teman suaminya, akan

memperlakukan orang tersebut

dengan kuat.

7. Deplacement : melepaskan perasaan

yang tertekan biasanya bermusuhan.

Pada obyek yang tidak begitu

berbahaya seperti yang pada mulanya

yang membangkitkan emosi itu.

Misalnya : timmy berusia 4 tahun

marah karena ia baru saja

mendapatkan hukuman dari ibunya

karena menggambar didinding

kamarnya. Dia mulai bermai perang-

perangan dengan temanya.

G. PENATALAKSAAN

1. Farmakoterapi

Klien dengan ekspresi marah perlu

perawatan dan pengobatan yang tepat.

Adapun pengobatan dengan neuroleptika

yang mempunyai dosis efektif tinggi

contohnya Clorpromazine HCL yang

berguna untuk mengendalikan

psikomotornya. Bila tidak ada dapat

digunakan dosis efektif rendah,

contohnya Trifluoperasine estelasine, bila

tidak ada juga maka dapat digunakan

Transquilizer bukan obat anti psikotik

seperti neuroleptika, tetapi meskipun

demikian keduanya mempunyai efek anti

tegang, anti cemas, dan anti agitasi.

2. Terapi Okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan

terapi kerja, terapi ini bukan pemberian

pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media

untuk melakukan kegiatan dan

mengembalikan kemampuan

berkomunikasi, karena itu dalam terapi

ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi

segala bentuk kegiatan seperti membaca

Koran, main catur dapat pula dijadikan

media yang penting setelah mereka

melakukan kegiatan itu diajak berdialog

atau berdiskusi tentang pengalaman dan

arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini

merupakan langkah awal yangb harus

dilakukan oleh petugas terhadap

rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi

dan ditentukan program kegiatannya.

3. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung

utama yang memberikan perawatan

langsung pada setiap keadaan(sehat-

sakit) klien. Perawat membantu keluarga

agar dapat melakukan lima tugas

kesehatan, yaitu mengenal masalah

kesehatan, membuat keputusan tindakan

kesehatan, memberi perawatan pada

anggota keluarga, menciptakan

lingkungan keluarga yang sehat, dan

menggunakan sumber yang ada pada

masyarakat. Keluarga yang mempunyai

kemampuan mengatasi masalah akan

dapat mencegah perilaku maladaptive

(pencegahan primer), menanggulangi

perilaku maladaptive (pencegahan

skunder) dan memulihkan perilaku

maladaptive ke perilaku adaptif

(pencegahan tersier) sehingga derajat

kesehatan klien dan keluarga dapat

ditingkatkan secara opti9mal. (Budi

Anna Keliat,1992).

4. Terapi somatic

Menurut Depkes RI 2000 hal 230

menerangkan bahwa terapi somatic

terapi yang diberikan kepada klien

dengan gangguan jiwa dengan tujuan

mengubah perilaku yang mal adaftif

menjadi perilaku adaftif dengan

melakukan tindankan yang ditunjukkan

pada kondisi fisik klien, tetapi target

terapi adalah perilaku klien

5. Terapi kejang listrik

Page 52: laporan kelolaan jiwa

51

Terapi kejang listrik atau elektronik

convulsive therapy (ECT) adalah bentuk

terapi kepada klien dengan menimbulkan

kejang grand mall dengan mengalirkan

arus listrik melalui elektroda yang

ditempatkan pada pelipis klien. Terapi

ini ada awalnya untukmenangani

skizofrenia membutuhkan 20-30 kali

terapi biasanya dilaksanakan adalah

setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU

KEKERASAN

A. PENGKAJIAN

a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan

system saraf otonom bereaksi terhadap

sekresi epineprin sehingga tekanan darah

meningkat, tachikardi, muka merah, pupil

melebar, pengeluaran urine meningkat.

Ada gejala yang sama dengan kecemasan

seperti meningkatnya kewaspadaan,

ketegangan otot seperti rahang terkatup,

tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks

cepat. Hal ini disebabkan oleh energi

yang dikeluarkan saat marah bertambah.

b.    Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak

nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,

frustasi, dendam, ingin memukul orang

lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit

hati, menyalahkan dan menuntut.

c.    Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup

individu didapatkan melalui proses

intelektual, peran panca indra sangat

penting untuk beradaptasi dengan

lingkungan yang selanjutnya diolah

dalam proses intelektual sebagai suatu

pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara

klien marah, mengidentifikasi penyebab

kemarahan, bagaimana informasi

diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

d.   Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep

rasa percaya dan ketergantungan. Emosi

marah sering merangsang kemarahan

orang lain. Klien seringkali menyalurkan

kemarahan dengan mengkritik tingkah

laku yang lain sehingga orang lain merasa

sakit hati dengan mengucapkan kata-kata

kasar yang berlebihan disertai suara

keras. Proses tersebut dapat

mengasingkan individu sendiri,

menjauhkan diri dari orang lain, menolak

mengikuti aturan.

e.    Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral

mempengaruhi hubungan individu

dengan lingkungan. Hal yang

bertentangan dengan norma yang dimiliki

dapat menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan amoral dan rasa

tidak berdosa.

Page 53: laporan kelolaan jiwa

52

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan

C. RENCANA TINDAKAN DAN IMPLEMENTASI

PERENCANAAN

TUJUAN KRITERIA HASIL

TUM:

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

TUK:

2. Klien Dapat Membina Hubungan Saling Percaya Setelah.....X pertemuan klien

menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:

Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Bersedia mengungkapkan

perasaannya

5. Klien dapat mengidentifikasiTanda-tanda perilaku kekerasan yang dilakukan

Setelah....X pertemuanKlien menceritakan penyebab perilaku kekersan yang dilakukannya : Menceritakan penyebab

perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun lingkungan

4. Sertelah.....X pertemuan

Klien menceritakan tanda-tanada saat terjadi perilaku kekerasan

Tanda fisik : mata merah,tangan mengepal, ekspresi tegang

Tanda emosional :Perasaan marah, jengkel,bicara kasar.

8. Klien dapat mengindentifikasi perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya

Setelah...x pertemuan klien menjelaskan:

Jenis-jenis ekspresi kemarahan selama ini telah dilakukannya

Perasaannya saat melakukan kekerasan

Efektifitasnya cara yang di

pakai dalam menyelesaikan masalah

7. Klien dapat mengidentifikasiakibat perilaku kekerasan

Setelah....x pertemuan

Klien menjelaskan akibat kekerasan yang dilakukannya :

Dengan diri sendiri Orang lain/keluarga:

Luka,tersinggung,ketakutan Lingkungan barang/benda

rusak7. klien dapat

mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan

Setelah....x pertemuan klien :

menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah

8. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

Setelah....x pertemuan

Klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan :

Fisik : tarik nafas dalam,memukul bantal/kasur

Verbal : mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti

Spiritual :Zikir, doa,meditasi sesuai dengan agamanya

9. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan

Setelah....x peretmuan

Keluarga :

Page 54: laporan kelolaan jiwa

53

Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan

Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

10. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan

1. Setelah ....x pertemuan Klien menjelaskan :

Manfaat minu obat Kerugian tidak minum

obat Nama obat Bentuk dan warna obat Dosis yang diberikan Waktu pemakaian Cara pemakaian Efek yang di rasakan

2. Setelah.....xPertemuan klien menggunakan obat sesuai program

D. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Risiko Perilaku kekerasan

Pasien

SP Ip

1. Mengidentifikasi penyebab PK

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan

4. Mengidentifikasi akibat PK

5. Menyebutkan cara mengontrol PK

6. Membantu pasien

Keluarga

SP 1 K

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala serta proses terjadinya PK

3. Menjelaskan cara

mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik

7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

SP IIP1. Mengevaluas

i jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IIIp4. Mengevalua

si jadwal keegiatan harian pasien

5. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IVp

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

5. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

merawat pasien dengan PK

SP II K

3. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan PK

4. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

SP III K

3. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)

4. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Page 55: laporan kelolaan jiwa

54

harian

SP Vp

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

5. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan

Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik

Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/02/askep-jiwa-dengan-perilaku-kekerasan.html

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

B. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala

gangguan jiwa dimana klien mengalami

perubahan persepsi sensori, seperti

merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, penegcapan, perabaan, atau

penghiduan. Klien merasakan stimulus yang

sebetulnya tidak ada.

Halusinasi adalah salah satu gejala

gangguan sensori persepsi yang dialami oleh

pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan

sensasi berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan, atau penghiduan

tanpa stimulus nyata.

Page 56: laporan kelolaan jiwa

55

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan

manusia dalam membedakan rangsangan

internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau

pendapat tentang lingkungan tanpa ada

objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai

contoh klien mengatakan mendengar suara

padahal tidak ada orang yang berbicara.

C. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko

yang mempengaruhi jenis dan jumlah

yang dapat dibangkitkan oleh individu

untuk mengatasi stres. Diperoleh baik

dari klien maupun keluarganya. Faktor

predisposisi dapat meliputi faktor

perkembangan, sosiokultural, biokimia,

psikologis, dan genetik.

a. Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami

hambatan dan hubungan interpersonal

terganggu, maka individu akan

mengalami stres dan kecemasan.

b. Faktor sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat

menyebabkan seseorang merasa

disingkirkan, sehingga orang tersebut

merasa kesepian di lingkungan yang

membesarkannya.

c. Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya gangguan jiwa.

Jikaseseorang mengalami stres yang

berlebihan, maka di dalam tubuhnya

akan dihasilkan suatu zat yang dapat

bersifat halusinogenik neurokimia

seperti buffofenon dan

dimethytranferase DMP)

d. Faktor psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak

harmonis serta adanya peran ganda

bertentangan yang sering diterima

oleh seseorang akan mengakibatkan

stres dan kecemasan yang tinggi dan

berakhir pada gangguan orientasi

realitas.

e. Faktor Genetik

Gen yang berpengaruh dalam

skizofrenia belum diketahui, tetapi

hasil studi menunjukkan bahwa

faktor keluarga menunjukkan

hubungan yang sangat berpengaruh

pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang

dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman, atau tuntutan yang

memerlukan energi ekstra untuk

menghadapinya. Adanya rangsangan dari

lingkungan, seperti partisipasi klien

dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak

berkomunikasi, objek yang ada di

lingkungan, dan juga suasana sepi atau

terisolasi sering menjadi pencetus

terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat

meningkatkan stres dan kecemasan yang

merangsang tubuh mengeluarkan zat

halusinogenik.

D. Pohon Maslah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri Rendah

Page 57: laporan kelolaan jiwa

56

E. Jenis-Jenis Halusinai

Jenis

Halusinasi

Dta Objektif Data

Subjektif

Halus

inasi

Deng

ar

(Klien

mendengar

suara/ bunyi

yang tidak

ada

hubungannya

dengan

stimulus

yang nyata/

lingkungan)

Bicara atau

tertawa

sendiri

tanpa lawan

bicara

Marah-

marah

tanpa sebab

Mencondon

gkan

telinga ke

arah

tertentu

Menutup

telinga

Mendeng

ar suara-

suara atau

kegaduha

n

Mendeng

ar suara

yang

mengajak

bercakap-

cakap

Mendeng

ar suara

men

yrruh

mela

kuka

n

sesuatu

yang

berbahaya

Halus

inasi

pengl

ihatan

(Klie

n

melih

at

gamb

aran

yang

jelas/

samar

terha

Menunj uk-

nunjuk ke

arah

tertentu

Ketakutan

pada objek

yang tidak

jelas

Melihat

bayangan

, sinar,

bentuk

geometris

,

bentuk

kartun,

melihat

hantu

atau

monstet

dap

adany

a

stimu

lus

yang

nyata

dari

lingk

ungan

dan

orang

lain

tidak

melih

atnya

)

Halus

inasi

pengh

idu

(klien

menci

um

suatu

bau

yang

munc

ul

dari

sumb

er

terten

tu

tanpa

stimu

lus

yang

nyata

)

Menghidu

seperti

sedang

membaui

bau-baua

tertentu

Menutup

hidung

Membaui

bau-

bauan

seperti

bau

darah,

urine,

feses,

kadang-

kadang

bau itu

menyena

ngkan.

Halus

inasi

Sering

meludah

Merasaka

n rasa

Page 58: laporan kelolaan jiwa

57

penge

capan

(klien

meras

akan

sesuat

u

yang

tidak

nyata,

biasa

nya

meras

akan

rasa

maka

nan

yang

tidak

enak)

.

Muntah seperti

darah,

urine,

atau feses

Halus

inasi

perab

aan

(klien

meras

akan

sesuat

u

pada

kulitn

ya

tanpa

ada

stimu

lus

yang

nyata

)

Meng

garuk

-

garuk

permu

kaan

kulit

Mengatak

an ada

serangga

di

permukaa

n kulit

Merasa

seperti

tersengat

Listrik

F. Tanda Dan Gejala

Respons klien terhadap halusinasi dapat

berupa rasa curiga, takut, tidak aman,

gelisah dan bingung, berperilaku yang

merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu

mengambil keputusan, serta tidak dapat

membedakan keadaan nyata dan tidak nyata,

Menarik diri, tersenyum sendiri, duduk

terpaku, bicara sendiri, memandang satu

arah, menyerang, tiba-tiba marah, dan

gelisah.

G. Tahapan Halusinasi

1. Tahap I (Non-psikotik)

Pada tahap ini, halusinasi mampu

memberikan rasa nyaman pada klien,

tingkat orientasi sedang. Secara umum

pada tahap ini halusinasi merupakan hal

yang menyenangkan bagi klien.

Karakteristik :

a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa

bersalah, dan ketakutan.

b. Mencoba berfokus pada pikiran yang

dapat menghilangkan kecemasan.

c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih

ada dalam kontrol kesadaran.

Perilaku yang muncul:

a. Tersenyum atau tertawa sendiri.

b. Menggerakkan bibir tanpa suara.

c. Pergerakan mata yang cepat.

d. Respons verbal lambat, diam, dan

berkonsentrasi.

2. Tahap II (Non-psiktotik)

Pada tahap ini biasanya klien bersikap

menyalahkan dan mengalami tingkat

kecemasan berat. Secara umum halusinasi

yang adadapat menyebabkan antipati.

Karakteristik:

a. Pengalaman sensori menakutkan atau

merasa dilecehkan oleh pengalaman

tersebut.

b. Mulai merasa kehilangan kontrol.

Page 59: laporan kelolaan jiwa

58

c. Menarik diri dari orang lain.

Perilaku yangmuncul:

a. Terjadi peningkatan denyut jantung,

pernapasan, dan tekanan darah.

b. Perhatian terhadap lingkungan

menurun.

c. Konsentrasi terhadap pengalaman

sensoripun menurun.

d. Kehilangan kemampuan dalam

membedakan antara halusinasi dan

realita.

3. Tahap III (Psikotik)

Klien biasanya tidak dapat mengontrol

dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat,

dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.

Karakteristik:

a. Klien menyerah dan menerima

pengalaman sensorinya.

b. Isi halusinasi menjadi atraktif'

c. Klien menjadi kesepian bila

pengalaman sensori berakhir.

Perilaku yang muncul:

a. Klien menuruti perintah halusinasi.

b. Sulit berhubungan dengan orang lain.

c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit

atau sesaat.

d. Tidak mampu mengikuti perintah yang

nyata.

e. Klien tampak tremor dan berkeringat.

4. Tahap IV (Psikotik)

Klien sudah sangat dikuasai oleh

halusinasi dan biasanya klien terlihat

panik.

Perilaku yang muncul:

a. Risiko tinggi mencederai.

b. Agitasi/kataton.

c. Tidak mampu merespons rangsangan

yang ada.

H. Sumber Koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi

terhadap pilihan koping dan strategi

seseorang. Individu dapat mengatasi stres

dan ansietas dengan menggunakan sumber

koping yang ada di lingkungannya. Sumber

koping tersebut dijadikan sebagai modal

untuk menyelesaikan masalah. Dukungan

sosial dan keyakinan budaya dapat

membantu seseorang mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stres dan

mengadopsi strategi koping yang efektif

I. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya

yang diarahkan pada pengendalian stres,

termasuk upaya penyelesaian masalah secara

langsung dan mekanisme pertahanan lain

yang digunakan untuk melindungi diri.

3. Perawat perlu mengidentifikasi

mekanisme koping klien, sehingga dapat

membantu klien mengembangkan

mekanisme koping yg konstruktif dalam

mengekspresikan marahnya.

4. Mekanisme koping yg umum digunakan

adalah mekanisme pertahanan ego seperti

Displacement, Sublimasi, Proyeksi,

Represi, dan Reaksi Formasi.

a. Sublimasi : menerima suatu sasaran

pengganti yang mulia. Artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang

mengalami hambatan penyaluranya

secara normal. Misalnya seseorang

yang sedang marah melampiaskan

kemarahannya pada obyek lain seperti

meremas remas adona kue, meninju

tembok dan sebagainya, tujuanya

adalah untuk mengurangi ketegangan

akibat rasa marah.

b.  Proyeksi : menyalahkan orang lain

kesukaranya atau keinginanya yang

tidak baik, misalnya seorang wanita

muda yang menyangkal bahwa ia

mempunyai perasaan seksual terhadap

rekan sekerjanya, berbalik menuduh

Page 60: laporan kelolaan jiwa

59

bahwa temanya tersebut mencoba

merayu, mencumbunya

c. Represi : mencegah pikiran yang

menyakitkan atau membahayakan

masuk kealam sadar. Misalnya seorang

anak yang sangat benci pada orang

tuanya yang tidak disukainya. Akan

tetapi menurut ajaran atau didikan

yang diterimanya sejak kecil bahwa

membenci orang tua merupakan hal

yang tidak baik dan dikutuk oleh

tuhan. Sehingga perasaan benci itu

ditekannya dan akhirnya ia dapat

melupakanya.

d. Reaksi formasi : mencegah keinginan

yang berbahaya bila di ekspresikan.

Dengan melebih lebihkan sikap dan

perilaku yang berlawanan dan

menggunakanya sebagai rintangan.

Misalnya seseorang yang tertarik pada

teman suaminya, akan memperlakukan

orang tersebut dengan kuat.

e. Deplacement : melepaskan perasaan

yang tertekan biasanya bermusuhan.

Pada obyek yang tidak begitu

berbahaya seperti yang pada mulanya

yang membangkitkan emosi itu.

Misalnya : timmy berusia 4 tahun

marah karena ia baru saja

mendapatkan hukuman dari ibunya

karena menggambar didinding

kamarnya. Dia mulai bermai perang-

perangan dengan temanya.

J. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

Tindahan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1. Pasien mengenali halusinasi yang

dialaminya.

2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

3. Pasien mengikuti program pengobatan

secara optimal.

Tindakan Keperawatan:

1. Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali

halusinasi, Anda dapat melakukannya

dengan cara berdiskusi dengan pasien

tentang isi halusinasi (apayang

didengar/dilihat) waktu terjadi halusinasi,

frekuensi terjadinya halusinasi, situasi

yang menyebabkan halusinasi muncul

dan respons pasien saat halusinasi

muncul.

2. Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu

mengontrol halusinasi Anda dapat

melatih pasien empat carayang sudah

terbukti dapat mengendalikan halusinasi.

Keempat cara tersebut meliputi:

a. Menghardik halusinasi. Menghardik

halusinasi adalah upaya

mengendalikan diri terhadap halusinasi

dengan cara menolak halusinasi yang

muncul. Pasien dilatih untuk

mengatakan tidak terhadap halusinasi

yang muncul atau tidak memedulikan

halusinasinya' Kalau ini dapat

dilakukan, pasien akan mampu

mengendalikan diri dan tidak

mengikuti halusinasi yang muncul.

Mungkin halusinasi tetap ada namun

dengan kemampuan ini pasien tidak

akan larut untuk menuruti apa yang

ada dalam halusinasinya. Thhapan

tindakan meliputi:

2) Menjelaskan cara menghardik

halusinasi

3) Memperagakan cara menghardik

4) Meminta pasien memperagakan

ulang

5) Memantau penerapan cara ini,

menguatkan perilaku pasien

b. Bercakap-cakap dengan orang lain.

Untuk mengontrol halusinasi dapat

juga dengan bercakap-cakap dengan

Page 61: laporan kelolaan jiwa

60

orang lain. Ketika pasien

bercakapcakap dengan orang lain

maka terjadi distraksi, fokus perhatian

pasien akan beralih dari halusinasi ke

percakapan yang dilakukan dengan

orang lain tersebut. Sehingga salah

satu cara yang efektif untuk

mengontrol halusinasi adalah dengan

bercakap-cakap dengan orang lain.

c. Melakukan aktivitas yang terjadwal.

Untuk mengurangi risiko munculnya

kembali halusinasi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas

yang teratur. Dengan beraktivitas

secara terjadwal, pasien tidak akan

mengalami banyak waktu luang

sendiri yang seringkali mencetuskan

halusinasi. Untuk itu pasien yang

mengalami halusinasi dapat dibantu

untuk mengatasi halusinasinya dengan

cara beraktivitas secara teratur dari

bangun pagi sampai tidur malam, tujuh

hari dalam seminggu. Setiap kegiatan

yang dilatih dimasukkan ke dalam

jadwal kegiatan pasien sampai tidak

ditemukan waktu luang. Thhapan

intervensinya adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan pentingnya aktivitas

yang reratur untuk mengatasi

halusinasi.

2) Mendiskusikan aktivitas yang

biasa dilakukan oleh pasien

3) Melatih pasien melakukan

aktivitas

4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-

hari sesuai dengan aktivitas yang

telah dilatih. Upayakan pasien

mempunyai aktivitas dari bangun

pagi sampai tidur malam ,7 hari

dalam seminggu.

5) Memantau pelaksanaan jadwal

kegiaran dan memberikan

penguaran terhadap perilaku

pasien yang positif.

d. Menggunakan obat secara teratur.

Untuk mampu mengontrol halusinasi

pasien.iuga harus dilatih untuk

mengguqakan obat secara reratur

sesuai dengan program. Pasien

gangguan jiwa yang dirawat di rumah

seringkali mengalami putus obat

sehingga akibatnya pasien mengalami

kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi

maka untuk mencapai kondisi seperti

semula akan lebih sulit. Untuk itu

pasien perlu dilatih menggunakan obat

sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar

pasien patuh menggunakan obat:

1) Jelaskan kegunaan obat

2) Jelaskan akibat putus obat

3) Jelaskan cara mendapatkan

obat/berobat

4) Jelaskan cara menggunakan obat

dengan prinsip 5 benar (benar

obat, benar pasien, benar cara,

benar waktu, benar dosis)

Page 62: laporan kelolaan jiwa

61

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data yang perlu Dikaji

Subjektif:

a. Klien mengatakan mendengar sesuatu.

b. Ktien mengatakan melihat bayangan

putih.

c. Klien mengatakan dirinya seperti

disengat listrik.

d. Klien mencium bau-bauan yang tidak

sedap, seperti feses.

e. Klien mengatakan kepalanya melayang

di udara.

f. Klien mengatakan dirinya merasakan

ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.

Objektif:

a. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri

saat dikaji.

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.

c. Berhenti bicara di tengah-tengah

kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

d. Disorientasi.

e. Konsentrasi rendah.

f. Pikiran cepat berubah-ubah.

g. Kekacauan atur pikiran.

2. Diagnosa Keperawatan

Halusinasi

3. Perencanaan

PERENCNAAN

TGL DX KEP TUJUAN KRITERIA EVALUASI

Halusinasi TUM :Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminyaTUK :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah….x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat

Eksperesi wajah bersahabat

Menunjukkan rasa senang

Ada kontak mata Mau berjabat

tangan Mau

menyebutkan nama

Mau menjawab salam

Mau duduk bedampingan dengan perawat

Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

1. Setelah...xInterksi klien mampu menyebutkan

Isi Waktu Frekwensi Situsai dan

kondisi yang menimbulkan halusinasi

Page 63: laporan kelolaan jiwa

62

2. Setelah…….x interaksi klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi

Marah Takut Sedih Senang Cemas Jengkel

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

1. setelah ....X interaksi

menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi

4. meminta dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

1. keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat

2. setelah ....x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi

5. klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

1. setelah ...x interaksi

Klien menyebutkan:

Manfaat minum obat

Kerugian tidak minum obat

Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat

2. Setelah...x interaksi klien mendemostrasikan penggunaan obat dengan benar

3. Setelah ...x interaksi Klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

Page 64: laporan kelolaan jiwa

63

4. Pelaksanaan

Masalah

Keperawatan

Tindakan

Keperawatan

Untuk Pasien

Tindakan

Keperawatan Untuk

Keluarga

Halusinasi

SP I P

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi Isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi Waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi Frekuenis halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi Respons pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik

SP I K

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara-cara merawat paisen halusinasiSP II K

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan halusina

halusinasi dalam jadwal kegiatan harianSP II P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianSP III P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan ( kegiatan yang bisa dilakukan pasien)

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianSp IV P

si2. Melatih

keluarga melakukan cara merawatan alngsung kepada pasien HalusianasiSP III K

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah trrmasuk minum obat (diseharge plunning)

2. Menjelaskan falllow up pasien setelah pulang

Page 65: laporan kelolaan jiwa

64

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Setelah rencana keperawatan

tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan

yang nyata untuk mencapai hasil yang

diharapkan berupa berkurangnya atau

hilangnya masalah . Pada tahap

implementasi ini terdiri atas beberapa

kegiatan, yaitu validasi rencana

keperawatan, menuliskan atau

mendokumentasikan rencana keperawatan,

serta melanjutkan pengumpulan data.

Dalam implementasi keperawatan,

tindakah harus cukup mendetail dan jelas

supaya semua tenaga keperawatan dapat

menjalankannya dengan baik dalam waktu

yang telah ditentukan. Perawat dapat

melaksanakan langsung atau bekerja sama

dengan para tenaga pelaksana lainnya.

5. EvalusaiEvaluasi keperawatan merupakan

kegiatan akhir dari proses keperawatan, di

mana perawat menilai hasil yang diharapkan

terhadap perubahan diri pasien dan menilai

sejauh mana masalah dapat diatasi. Di

samping itu, perawat juga memberikan

umpan balik atau pengkajian ulang,

seandainya tujuan yang ditetapkan belum

tercapai, maka dalam hal ini proses

keperawatan dapat dimodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Yudi. Kusumawati, Farida. 2012. Buku Ajar Keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Jiwa Komunitas. Jakrta: EGC

Nurjannah, Instansari. 2008. Penanganan klien dengan masalah psikiatri: halusinasi. Yogyakarta : MocoMedika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplkasi Penulisan Laporan Penahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Page 66: laporan kelolaan jiwa

65

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama: ISOLASI SOSIAL

B. Proses terjadinya Masalah

1. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana

seseoarang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak

mampu berinteraksi dengan orang lain

sekitarnya.

Kesejahteraan manusia berorientasi

secara sosial, dan untuk meningkatkan

kepuasan hidup. Individu harus mampu

menciptakan hubungan interpersonal

yang sehat / positif. Hubungan

interpersonal dikatakan sehat apabila

individu dapat terlibat dalam suatu

hubungan intim dengan orang lain,

sementara ia tetap dapat

mempertahankan identitasnya.

Untuk membina hubungan yang sehat

adakalanya individu harus dapat

menangguhkan kebutuhannya sendiri

untuk memenuhi kebutuhan orang

ataupun kebutuhan hubungan itu sendiri.

2. Psikopatologi

Menurut Stuart and Sundeen, salah satu

gangguan berhubungan sosial

diantaranya perilaku menarik diri atau

isolasi yang disebabkan oleh perasaan

tidak berharga, yang biasanya dialami

pasien dengan latar belakang lingkungan

yang penuh dengan permasalahan,

ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan

klien makin sulit dalam mengembangkan

hubungan dengan orang lain, akibatnya

klien menjadi regresi, mengalami

penurunan dalam aktivitas dan

kurangnya perhatian terhadap

penampilan dan kebersihan diri.pasien

semakin tenggelam dalam pengalaman

dan pola tingkah laku masa lalu dan

tingkah laku primitif antara lain

pembicaran yang autistik dan tingkah

laku yang tidak sesuai dengan kenyataan

sehingga dapat berakibat lanjut

terjadinya halusinasi.

3. Tanda dan gejala isolasi sosial

a. Tanda dan gejala yang didapat dari

wawancara :

1. Pasien menceritakan perasaan

kesepian atau ditolak orang lain.

2. Pasien merasa tidak mampu aman

beradadengan orang lain.

3. Pasien mengatakan hubungan

yang tidak berarati dengan orang

lain.

4. Pasien merasa bosan dan lambat

menghabiskan waktu.

Page 67: laporan kelolaan jiwa

66

5. Pasien mengatakan tidak mampu

berkonsentrasi dan membuat

keputusan.

6. Pasien merasa tidak berguna

7. Pasien tidak yakin dapat

melangsungakan hidup.

b. Tanda dan gejala isilasi social yang

dapat diobsevasi :

1. Tidak memiliki teman

2. Menarik diri

3. Tidak komunikatif

4. Tindakan berulang dan tidak

bermakna

5. Asyik dengan pikirannya sendiri

6. Tak ada kontak mata

7. Tampak sedih, apek tumpul

4. Etiologi

a. Factor Predisposisi

1) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang

memeliki tugas yang harus dilalui

individu dengan sukses, karena

apabila tugas perkembangan ini

tidak dapat di penuhi akan

menghambat masa perkembangan

selanjutnya.

Kurangnya stimulasi, kasih

sayang, perhatian dan kehangatan

dari ibu / pengasuh kepada bayi

akan memberikan rasa tidak aman

yang dapat menghambat

terbentuknya rasa percaya.

2) Faktor keluarga

Masalah komunikasi dalam

keluarga dapat menjadi kontribusi

untuk mengembangkan gangguan

tingkah laku.Sikap bermusuhan /

hostilitas Sikap mengancam dan

menjelek – jelekkan anak.

Ekspresi emosi yang tinggi Orang

tua atau anggota keluarga sering

berteriak, marah untuk persoalan

kecil / spele, sering menggunakan

kekerasan fisik untuk mengatasi

masalah, selalu mengkritik,

mengkhayalkan, anak tidak diberi

kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya

tidak memberi pujian atas

keberhasilan anak .

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan

diri lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan

berhubungan.

Contoh : Individu yang

berpenyakit kronis, terminal,

menyandang cacat atau lanjut

usia.

Demikianlah kebudayaan yang

mengizinkan seseorang untuk

tidak keluar ruman (pingit) dapat

menyebabkan isolasi sosial.

4) Faktor biologis

Merupakan salah satu faktor

pendukung gangguan jiwa,

insiden tertinggi skizofrenia di

temukan pada keluarganya yang

anggota keluarga menderita

skizofrenia.

Genetik

b. Factor Presipitasi

1) Stressor social budaya

Stressor sosial budaya dapat

memicu kesulitan dalam

berhubungan, terjadinya

penurunan stabilitas keluarga

seperti : perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai

kehilangan pasangan pada usia

tua, kesepian karena ditinggal

jauh, dirawat dirumah sakit atau

dipenjara .

2) Stressor Giokimic

Teori dopamin

Page 68: laporan kelolaan jiwa

67

Kelebihan dopamin pada

mesokortikal dan mesolimbik

serta traktus saraf dapat

merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia

3) Stressor biologic dan lingkungan

social

Beberapa penelitian

membuktikan bahwa kasus

skizofrenia sering terjadi akibat

interaksi antara individu,

lingkungan, maupun biologis.

4) Stressor psikologik

Kecemasan yang tertinggi akan

menyebabkan menurunya

kemampuan individu untuk

berhubungan dengan orang lain.

Ego pada klien psikotik

mempunyai kemampuan terbatas

untuk mengatasi stres. Hal ini

berkaitan dengan adanya masalah

serius antara hubungan ibu dan

anak pada fase sinibiotik

sehingga perkembangan

psikologis individu terhambat.

a) Hubungan Ibu dan Anak

Ibu dengan kecemasan

tinggi akan

mengkomunikasikan

kecemasannya pada anak,

misalnya dengan tekanan

suara yang tinggi, hal ini

membuat anak bingung,

karena belum dapat

mengklasifikasikan dan

mengartikan pasien tersebut.

b) Dependen versus

Interdependen

Ibu yang sering membatasi

kemandirian anak, dapat

menimbulkan konflik, di

satu sisi anak ingin

mengembangkan

kemandiriannya.

C. Pohon Masalah

Resiko perubahan sensori-

persepsi :

Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga Diri

Rendah

D. Masalah Keperawatan dan data yang

perlu dikaji

1. Masalah Keperawatan

a. Isolasi social: Menarik Diri

b. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri

Rendah

c. Perubahan sensori persepsi :

Halusinasi

1. Data yang perlu di kaji

a. Tanda dan gejala

b. Isolasi sosial, meliputi:

1) Tanda dan gejala yang didapat

dari wawancara :

a) Pasien menceritakan perasaan

kesepian atau ditolak orang lain.

b) Pasien merasa tidak mampu

aman beradadengan orang lain.

c) Pasien mengatakan hubungan

yang tidak berarati dengan orang

lain.

d) Pasien merasa bosan dan

lambat menghabiskan waktu.

Page 69: laporan kelolaan jiwa

68

e) Pasien mengatakan tidak

mampu berkonsentrasi dan

membuat keputusan.

f) Pasien merasa tidak berguna

g) Pasien tidak yakin dapat

melangsungakan hidup.

2) Tanda dan gejala isilasi social

yang dapat diobsevasi :

a) Tidak memiliki teman

b) Menarik diri

c) Tidak komunikatif

d) Tindakan berulang dan tidak

bermakna

e) Asyik dengan pikirannya

sendiri

f) Tak ada kontak mata

g) Tampak sedih, apek tumpul

3) Gejala klinis

a) Perasaan malu terhadap diri

sendiri akibat penyakit dan

tindakan terhadap penyakit

(rambut botak karena terapi)

b) Rasa bersalah terhadap diri

sendiri (mengritik/

menyalahkan diri sendiri)

c) Gangguan hubungan social

(menarik diri)

d) Percaya diri kurang (sukar

megambil keputusan)

e) Mencedrai diri (akibat dari

harga diri yang rendah

disertai harapn yang suram,

mungkin klien akan

mengakhiri kehidupannya)

f) Apatis, ekspresi sedih, afek

tumpul

g) Menghindar dari orang lain

(menyendiri)

h) Komunikasi kurang/tidak ada.

Klien tidak tampak bercakap-

cakap dengan orang

lain/perawat.

i) Tidak ada kontak mata

j) Berdiam diri di kamar

k) Menolak berhubungan dengan

orang lain, klien

mmemutuskan percakapan

atau pergi jika diajak

bercakap-cakap

l) Tidak melakukan kegiatan

sehari-hari

E. Diagnosa Keperawatan

Pada pasien dengan isolasi sosial : menarik

diri, akan muncul beberapa diagnosa

keperawatan, antara lain :

1. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri

2. Harga diri rendah

3. Perubahan sensori perseptual :

halusinasi pendengaran

4. Defisit perawatan diri

F. Diagnosa prioritas:

Isolasi sosial : Menarik diri

G. Rencana Tindakan Keperawatan

TGL Diagnosa

keperawatan

PERENCANAAN

Tujuan

Isolasi soial TUM:

Klien dapat berinteraksi

dengan orang lain

TUK:

1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya

Setelah...x pertemuan

interaksi klien

menunjukkan tanda-

tanda percaya

terhadap parawat:

Wajah cerah

tersenyum

Mau berkenalan

Ada kontak mata

Menerima

Page 70: laporan kelolaan jiwa

69

2. Klien mampu

menyebutkan

penyebab manarik

diri

Setelah...x interaksi

klien dapat

menyebutkan

minimal satu

penyebab menarik

diri

2. Klien mampu

menyebutkan

keuntungan

berhubungan

sosial dan

kerugian

menarik diri

Setelah...x interksi

dengan klien dapat

menyebabkan

keuntungan

berhubungan sosial

misalnya:

kerugian menarik diri

misalnya:

3. Klien dapat

melaksananakan

Setelah ...x interaksi

klien dapat

Page 71: laporan kelolaan jiwa

70

hubungan sosial

secara bertahap

melaksanakan

hubungan sosial

secara bertahap

dengan:

4. Klien mampu

menyebut

perasaannya

setelah

berhubungan sosial

Setelah ...x interaksi

klien dapat

menjelaskan setelah

berhubungan sosial

dengan:

Orang lain dan

kelompok

5. Klien mendapat

dukungan keluarga

dalam memperluas

hubungan sosial

2.

6. Klien dapat

memanfaatkan

obat dengan baik

1.

Page 72: laporan kelolaan jiwa

71

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Masalah

keperawat

an

Tindakan

keperawatan

untuk pasien

Tindakan

keperawatan untuk

keluarga

Isolasi

sosial

SP I pasien:

1. Mengidentifik

asi penyebab

isolasi sosial

pasien

2. Berdiskusi

dengan pasien

tentang ke

untungan

berinteraksi

dengan

oarang lain

3. Berdiskusi

dengan pasien

tentang

kerugian tidak

berinteraksi

dengan orang

lain

4. Mengajarkan

pasien

berkenalan

SP I keluarga:

1. Mendiskusika

n masalah

yang

dirasakan

keluarga

dalam

merawat

pasien

2. Menjelaskan

pengertian,

tanda dan

gejala isolasi

sosial yang di

alami pasien

beserta proses

terjadinya

3. Menjelaskan

cara-cara

merawat

pasien isolasi

dengan satu

orang

5. Menganjurka

n pasien

memasukkan

kegiatan

latihan

berbincang-

bincang

dengan oarng

lain dalam

kegiatan

harian

SP II Pasien:

1. Mengevalua

si jadwal

kegiatan

harian

pasien

2. Memberikan

kesempatan

kepada

pasien

mempraktik

kan cara

berkenalan

dengan satu

orang

3. Membantu

pasien

memasukka

n kegiatan

berbincang-

berbincang

dengan

orang lain

sebagai

salah satu

satu

kegiatan

harian

soasial

SP II keluarga:

1. Melatihkeluar

ga

mempraktikka

n cara

merawat

pasien dengan

isolasi sosial

2. Melatik

keluarga

melakukan

cara merawat

langsung

kepada pasien

isolasi sosial

SP III keluarga:

1. Membantu

keluarga

membuat

jadwal

aktifitas di

rumah

termasuk

minum obat

(discharge

planning)

2. Menjelaskan

tollow up

pasien setelah

pulang

Page 73: laporan kelolaan jiwa

72

SP III pasien:

1. Mengevalua

si jadwal

kegiatan

harian

2. Memberikan

kesempatan

kepada

pasien

bekenalan

dua orang

atau lebih

3. Menganjurk

an pasien

memasukkan

dalam

jadwal

kegiatan

harian

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Masalah Utama

Defisit Perawatan Diri

2. Proses Terjadinya Masalah

a. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu

kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna

memepertahankan kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien

dinyatakan terganggu keperawatan

dirinya jika tidak dapat melakukan

perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit

perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan,

toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005),

Personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis, kurang

perawatan diri adalah kondisi dimana

seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya

( Tarwoto dan Wartonah 2000).

Tanda dan Gejala :

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai

dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit

berdaki dan bau, serta kuku panjang

dan kotor

2. Ketidakmampuan

berhias/berpakaian, ditandai dengan

rambut acak-acakan, pakain kotor

Page 74: laporan kelolaan jiwa

73

dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,

pada pasien laki-laki bercukur, pada

pasien perempuan tidak berdandan.

3. Ketidakmampuan makan secara

mandiri, ditandai oleh

ketidakmampuan mengambil makan

sendiri, makan berceceran, dan

makana tidak pada tempatnya

4. Ketidakmampuan eliminasi sevara

mandiri, ditandai dengan buang air

besar atau buang air kecil tidak pada

tempatnya, dan tidak membersihakan

diri dengan baik setelah BAB/BAK

b. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000)

Penyebab kurang perawatan diri adalah

sebagai berikut : kelelahan fisik dan

penurunan kesadaran.

Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan

gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah:

1. Fisik

a) Badan bau, pakaian kotor.

b) Rambut dan kulit kotor.

c) Kuku panjang dan kotor

d) Gigi kotor disertai mulut bau

e) Penampilan tidak rapi

1) Psikologis

(a) Malas, tidak ada

inisiatif.

(b) Menarik diri, isolasi

diri.

(c) Merasa tak berdaya,

rendah diri dan merasa

hina.

2) Sosial

(a) Interaksi kurang

(b) Kegiatan kurang

(c) Tidak mampu

berperilaku sesuai

norma.

(d) Cara makan tidak

teratur

(e) BAK dan BAB di

sembarang tempat

c. Pohon masalah

3. Masalah keperawatan dan data yang

perlu dikaji

a. Penurunan kemampuan dan motivasi

merawat diri

Data subyektif

1. Klien mengatakan saya tidak

mampu mandi, tidak bisa

melakukan apa-apa,

Data obyektif

1. Klien terlihat lebih kurang

memperhatikan kebersihan, halitosis,

badan bau, kulit kotor

b. Isolasi Sosial

Data subyektif

1. Klien mengatakan saya tidak mampu,

tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri,

mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif

2. Klien terlihat lebih suka sendiri,

bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai

diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis,

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan

Isolasi sosial

Page 75: laporan kelolaan jiwa

74

Ekspresi sedih, Komunikasi verbal

kurang, Aktivitas menurun, Posisi

janin pada saat tidur, Menolak

berhubungan, Kurang

memperhatikan kebersihan

c. Defisit Perawatan Diri

Data subyektif

1. Pasien merasa lemah

2. Malas untuk beraktivitas

3. Merasa tidak berdaya.

Data obyektif

1. Rambut kotor, acak – acakan

2. Badan dan pakaian kotor dan bau

3. Mulut dan gigi bau.

4. Kulit kusam dan kotor

5. Kuku panjang dan tidak terawat

4. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan kemampuan dan motivasi

merawat diri

b. Isolasi Sosial

c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri,

berdandan, makan,

BAB/BAK

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan

motivasi merawat diri

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan

minat dan motivasinya untuk

memperhatikan kebersihan

diri

Tujuan Khusus:

TUK I : Klien dapat membina hubungan

saling percaya dengan perawat.

Intervensi

a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan

klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji

setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan masalah yang

dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien

dengan empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang

pentingnya kebersihan diri.

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya dengan

menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

b. Diskusikan bersama klien pentingnya

kebersihan diri dengan cara menjelaskan

pengertian tentang arti bersih dan tanda-

tanda bersih.

c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5

tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan

menggali pengetahuan klien terhadap hal

yang berhubungan dengan kebersihan

diri.

e. Bantu klien mengungkapkan arti

kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien

mampu mengungkapkan arti kebersihan

diri.

g. Ingatkan klien untuk memelihara

kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi

dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari

(sesudah makan dan sebelum tidur),

keramas dan menyisir rambut, gunting

kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan

diri dengan bantuan perawat.

Intervensi

a. Motivasi klien untuk mandi.

Page 76: laporan kelolaan jiwa

75

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri

kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara

kebersihan diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju

setiap hari.

d. Kaji keinginan klien untuk memotong

kuku dan merapikan rambut.

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan

untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan

kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk

mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampoo,

pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan

perawatan diri secara mandiri.

Intervensi

a. Monitor klien dalam melakukan

kebersihan diri secara teratur, ingatkan

untuk mencuci rambut, menyisir, gosok

gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan

kebersihan diri secara mandiri.

Intervensi

a. Beri reinforcement positif jika berhasil

melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga

dalam meningkatkan kebersihan diri.

Intervensi

a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab

kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang

tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan

dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan

memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat

sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien.

e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan

sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama keluarga cara

membantu klien dalam menjaga

kebersihan diri.

g. Diskusikan dengan keluarga mengenai

hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat

gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial

Tujuan Umum : klien tidak terjadi

perubahan sensori persepsi

Tujuan Khusus:

TUK I : Klien dapat membina

hubungan saling percaya

Intervensi

a. Bina hubungan saling

percaya: salam terapeutik,

memperkenalkan diri, jelaskan tujuan

interaksi, ciptakan lingkungan yang

tenang, buat kesepakatan dengan jelas

tentang topik, tempat dan waktu.

b. Beri perhatian dan

penghaargaan: temani klien walau tidak

menjawab.

c. Dengarkan dengan empati:

beri kesempatan bicara, jangan terburu-

buru, tunjukkan bahwa perawat

mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan

penyebab menarik diri

Intervensi

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku

menarik diri dan tanda-tandanya

Page 77: laporan kelolaan jiwa

76

b. Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

c. Diskusikan bersama klien tentang

perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

d. Berikan pujian terhadap kemampuan

klien mengungkapkan perasaannya

TUK III : Klien dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain.

Intervensi

a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat

dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain

b. Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang

lain

c. Diskusikan bersama klien tentang

manfaat berhubungan dengan orang lain

d. Beri reinforcement positif terhadap

kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan

orang lain

e. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian

bila tidak berhubungan dengan orang lain

f. Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan dengan orang

lain

g. Diskusikan bersama klien tentang

kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

h. Beri reinforcement positif terhadap

kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

TUK IV : Klien dapat melaksanakan

hubungan sosial

Intervensi

a. Kaji kemampuan klien membina

hubungan dengan orang lain

b. Dorong dan bantu kien untuk

berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap

keberhasilan yang telah dicapai

d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat

berhubungan

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan

bersama klien dalam mengisi waktu

f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan

ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan

klien dalam kegiatan ruangan

TUK IV : Klien dapat mengungkapkan

perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain

Intervensi

a. Dorong klien untuk mengungkapkan

perasaannya bila berhubungan dengan orang

lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan

masnfaat berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif atas

kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan

oranglain

Daftar Pustaka

Page 78: laporan kelolaan jiwa

77

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku

Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan

jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis

Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI .

Jakarta : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. PROSES TERJADI MASALAH

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian

pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh

perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan

Sundeen, 1998 : 227).

Menurut Townsend (1998 : 189)

harga diri rendah merupakan evaluasi diri

dari perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif baik

langsung maupuan tidak langsung.

Pendapat senada diungkapkan oleh

Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga

diri rendah merupakan keadan dimana

individu mengalami evaluasi diri yang

negatif mengenai diri atau kemampuan

diri.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat

dibuat kesimpulan, harga diri rendah

adalah suatu perasaan negatif terhadap

diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri

dan gagal mencapai tujuan yang

diekspresikan secara langsung maupun

tidak langsung, penurunan diri ini dapat

bersifat situasional maupun kronis atau

menahun.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352);

Keliat, B.A (1994 : 200; perilaku yang

berhubungan dengan harga diri rendah

antara lain :

a. Mengkritik diri sendiri atau orang

lain.

b. Perasaan dirinya sangat penting yang

berlebih-lebihan.

c. Perasaan tidak mampu.

d. Rasa bersalah.

e. Sikap negatif pada diri sendiri.

f. Sikap pesimis pada kehidupan.

g. Keluhan sakit fisik.

h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.

i. Menolak kemampuan diri sendiri.

Page 79: laporan kelolaan jiwa

78

j. Pengurangan diri/mengejek diri

sendiri.

k. Perasaan cemas dan takut.

l. Merasionalisasi penolakan/menjauh

dari umpan balik positif.

m. Ketidakmampuan menentukan

tujuan.

Data Obyektif :

a. Produktifitas menurun.

b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.

c. Perilaku distruktif pada orang lain.

d. Penyalahgunaan zat.

e. Menarik diri dari hubungan sosial.

f. Ekspresi wajah malu dan rasa

bersalah.

g. Menunjukkan tanda depresi (sukar

tidur dan sukar makan).

h. Tampak mudah tersinggung/mudah

marah.

 3. Penyebab

Harga diri rendah sering disebabkan

karena adanya koping individu yang tidak

efektif akibat adanya kurang umpan balik

positif, kurangnya system pendukung

kemunduran perkembangan ego,

pengulangan umpan balik yang negatif,

difungsi system keluarga serta terfiksasi

pada tahap perkembangan awal

(Townsend, M.C. 1998 : 366). Menurut

Carpenito, L.J (1998 : 82) koping

individu tidak efektif adalah keadaan

dimana seorang individu mengalami atau

beresiko mengalami suatu

ketidakmampuan dalam mengalami

stessor internal atau lingkungan dengan

adekuat karena ketidakkuatan sumber-

sumber (fisik, psikologi, perilaku atau

kognitif). Sedangkan menurut Townsend,

M.C (1998 : 312) koping individu tidak

efektif merupakan kelainan perilaku

adaptif dan kemampuan memecahkan

masalah seseorang dalam memenuhi

tuntutan kehidupan dan peran.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat

dibuat kesimpulan, individu yang

mempunyai koping individu tidak efektif

akan menunjukkan ketidakmampuan

dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat

memecahkan masalah tuntutan hidup

serta peran yang dihadapi. Adanya koping

individu tidak efektif sering ditujukan

dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998 :

83); Townsend, M.C, 1998 : 313) sebagai

berikut :

a. Mengungkapkan ketidakmampuan

untuk mengatasi masalah atau

menerima bantuan.

b. Mengungkapkan perasaan khawatir

dan cemas yang berkepanjangan.

c. Mengungkapkan ketidakmampuan

menjalankan peran.

Obyektif :

a. Perubahan partisipasi dalam

masyarakat.

b. Peningkatan ketergantungan.

c. Memanipulasi orang lain

disekitarnya untuk tujuan-tujuan

memenuhi keinginan sendiri.

d. Menolak mengikuti aturan-aturan

yang berlaku.

e. Perilaku distruktif yang diarahkan

pada diri sendiri dan orang lain.

f. Memanipulasi verbal/perubahan

dalam pola komunikasi.

g. Ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar.

h. Penyalahgunaan obat terlarang.

 4. Akibat

Harga diri rendah dapat beresiko

terjadinya isolasi sosial : menarik diri,

isolasi sosial menarik diri adalah

Page 80: laporan kelolaan jiwa

79

gangguan kepribadian yang tidak

fleksibel pada tingkah laku yang

maladaptif, mengganggu fungsi seseorang

dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998

: 336). Isolasi sosial menarik diri sering

ditujukan dengan perilaku antara lain:

Data Subyektif

1. Mengungkapkan enggan untuk

memulai hubungan/pembicaraan.

2. Mengungkapkan perasaan malu

untuk berhubungan dengan orang

lain.

3. Mengungkapkan kekhawatiran

terhadap penolakan oleh orang lain.

Data Obyektif

1. Kurang spontan ketika diajak bicara.

2. Apatis

3. Ekspresi wajah kosong

4. Menurun/tidak adanya komunikasi

verbal.

5. Bicara dengan suara pelan dan tidak

ada kontak mata saat bicara.

C. MASALAH YANG PERLU DIKAJI

N

o

Masala

h

Kepera

watan

Data

Subyektif

Data

Obyektif

1 Masala

h utama

:

ganggu

an

konsep

diri :

harga

diri

rendah

Mengungkapk

an ingin

diakui jati

dirinya.Meng

ungkapkan

tidak ada lagi

yang

peduli.Mengu

ngkapkan

tidak bisa

apa-

apa.Mengung

Merusak

diri

sendiriMeru

sak orang

lainEkspresi

maluMenari

k diri dari

hubungan

sosialTampa

k mudah

tersinggung

Tidak mau

kapkan

dirinya tidak

berguna.Men

gkritik diri

sendiri.Perasa

an tidak

mampu.

makan dan

tidak tidur

2

Mk :

Penyeb

ab tidak

efektifn

ya

koping

individu

Mengungkapk

an

ketidakmamp

uan dan

meminta

bantuan orang

lain.Mengung

kapkan malu

dan tidak bisa

ketika diajak

melakukan

sesuatu.Meng

ungkapkan

tidak berdaya

dan tidak

ingin hidup

lagi.

Tampak

ketergantun

gan

terhadap

orang

lainTampak

sedih dan

tidak

melakukan

aktivitas

yang

seharusnya

dapat

dilakukanW

ajah tampak

murung

3 Mk :

Akibat

isolasi

sosial

menarik

diri

Mengungkapk

an enggan

bicara dengan

orang

lainKlien

mengatakan

malu bertemu

dan

berhadapan

dengan orang

lain.

Ekspresi

wajah

kosong

tidak ada

kontak mata

ketika

diajak

bicaraSuara

pelan dan

tidak

jelasHanya

memberi

jawaban

singkat

(ya/tidak)M

Page 81: laporan kelolaan jiwa

80

enghindar

ketika

didekati

D. POHON MASALAH

Isolasi social menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi social menarik diri berhubungan

dengan harga diri rendah.

2. Gangguan harga diri rendah berhubungan

dengan tidak efektifnya koping individu.

F. FOKUS INTERVENSI

Diagnosa keperawatan

Isolasi social menarik diri dengan harga diri

rendah.

Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain

secara optimal.

Tujuan khusus dan intervensi

TUK I : Klien dapat membina hubungan

saling percaya.

1)    Kriteria evaluasi :

a)    Ekspresi wajah klien bersahabat.

b)    Menunjukkan rasa tenang dan ada

kontak mata.

c)    Mau berjabat tangan dan mau

menyebutkan nama.

d)    Mau menjawan salam dan mau duduk

berdampingan dengan perawat.

e)    Mau mengutarakan masalah yang

dihadapi.

2)    Bina hubungan saling percaya dengan

mengungkapkan prinsip komunikasi

therapeutic :

a)    Sapa klien dengan ramah dan baik

secara verbal dan non verbal.

b)    Perkenalkan diri dengan sopan.

c)    Tanyakan nama lengkap klien dan nama

panggilan yang disukai klien.

d)    Jelaskan tujuan pertemuan.

e)    Jujur dan menepati janji.

f)     Tunjukkan sikap empati dan menerima

klien apa adanya.

g)    Beri perhatian pada klien dna

perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar

untuk kelancaran hubungan interaksi

selanjutnya.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

1)    Kriteria evaluasi : Klien mampu

mengidentifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki klien :

a)    Kemampuan yang dimiliki klien.

b)    Aspek positif keluarga.

c)    Aspek positif lingkungan yang dimiliki

klien.

Page 82: laporan kelolaan jiwa

81

2)    Intervensi

a)    Diskusikan kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki klien.

Rasional :

Mendiskusikan tingkat kemampuan klien

seperti menilai realitas, control diri atau

integritas ego diperlukan sebagai dasar

asuhan keperawatannya.

b)    Setiap bertemu hindarkan dari memberi

nilai negatif.

Rasional :

Reinforcement positif akan meningkatkan

harga diri klien.

c)    Usahakan memberin pujian yang

realistic.

Rasional :

Pujian yang realistic tidak menyebabkan

klien melakukan kegiatan hanya karena

ingin mendapatkan pujian.

TUK III : Klien dapat menilai kemampuan

yang digunakan.

1)    Kriteria evaluasi

Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.

2)    Intervensi

a)    Diskusikan dengan klien kemampuan

yang masih dapat dilakukan dalam sakit.

Rasional :

Keterbukaan dan pengertian tentang

kemampuan yang dimiliki adalah prasarat

untuk berubah.

b)    Diskusikan kemampuan yang masih

dapat dilanjutkan penggunaannya.

Rasional :

Pengertian tentang kemampuan yang masih

dimiliki klien memotivasi untuk tetap

mempertahankan penggunaannya.

TUK IV : Klien dapat merencanakan

kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki

1)    Kriteria evaluasi

Klien membuat rencana kegiatan harian.

2)    Intervensi

a)    Rencanakan bersama klien aktifitas

yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

dengan kemampuan : kegiatan mandiri,

kegiatan dengan bantuan sebagaian, kegiatan

yang membutuhkan bantuan total.

Rasional :

Membentuk individu yang bertanggung

jawab terhadap dirinya sendiri.

b)    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan

toleransi kondisi klien.

Rasional :

Klien perlu bertindak secara realistic dalam

kehidupannya.

c)    Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang

boleh dilakukan klien.

Rasional :

Contoh perilaku yang dilihat klien akan

memotivasi klien untuk melaksanakan

kegiatan.

TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan

yang boleh dilakukan.

Page 83: laporan kelolaan jiwa

82

1)    Kriteria evaluasi

Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi

skit dan kemampuannya.

2)    Intervensi

a)    Beri kesempatan pada klien untuk

mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien

mandiri dapat meningkatkan motivasi dan

harga diri klien.

b)    Beri pujian atas keberhasilan klien

Rasional :

Reinforcement positif dapat meningkatkan

harga diri klien.

c)    Diskusikan kemungkinan pelaksanaan

di rumah.

Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien untuk

tetap melakukan kegiatan yang biasa

dilakukan.

TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system

pendukung yang ada di keluarga.

1)    Kriteria evaluasi

Klien memanfaatkan system pendukung

yang ada di keluarga.

2)    Intervensi

a)    Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara merawat klien dengan

harga diri rendah.

Rasional :

Mendorong keluarga untuk mampu merawat

klien mandiri di rumah.

b)    Bantu keluarga memberikan dukungan

selama klien dirawat.

Rasional :

Support system keluarga akan sangat

mempengaruhi dalam mempercepat proses

penyembuhan klien.

c)    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan

rumah.

Rasional :

Meningkatkan peran serta keluarga dalam

merawat klien di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 84: laporan kelolaan jiwa

83

Carpenito, L.J (1998). Buku Saku Diagnosa

Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Depkes Ri, (1989). Petunjuk Tehnik Asuhan

Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia,

Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.

Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan

Konsep Diri, Cetakan Ii, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku

Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,

EGC, Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

4. Masalah Utama

Perubahan isi pikir : waham

5. Proses Terjadinya Masalah

a. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang

yang berdasarkan penilaian realitas yang

salah. Keyakinan klien tidak konsisten

dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien.

Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi

dengan adanya waham. Waham atau

delusi adalah ide yang salah dan

bertentangan atau berlawanan dengan

semua kenyataan dan tidak ada kaitannya

degan latar belakang budaya (Keliat,

2009)

Tanda dan gejala :

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang

diyakininya (tentang agama, kebesaran,

curiga, keadaan dirinya) berulang kali

secara berlebihan tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan

2. Klien tampak tidak mempercayai orang

lain, curiga, bermusuhan

3. Takut, kadang panik

4. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas

5. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

b. Penyebab

Penyebab secara umum dari waham

adalah gannguan konsep diri : harga diri

rendah. Harga diri rendah. Waham

dipengaruhi oleh factor pertumbuhan dan

perkembangan seperti adanya penolakan,

kekerasan, tidak ada kasih sayang,

pertengkaran orang tua dan aniaya.

Waham dapat dicetuskan oleh tekanan,

isolasi, pengangguran yang disertai

perasaan tidak berguna, putus asa, tidak

berdaya.

Tanda dan gejala :

Page 85: laporan kelolaan jiwa

84

1. Perasaan yang negatif terhadap diri

sendiri, termasuk hilangnya percaya

diri dan harga diri.

2. Merasa gagal mencapai keinginan

3. Rasa bersalah terhadap diri sendiri

4. Merendahkan martabat

5. Gangguan hubungan sosial

6. Percaya diri kurang

7. Mencederai diri

.

c. Akibat

Akibat dari waham klien dapat

mengalami kerusakan komunikasi verbal.

Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik,

flight of ideas, kehilangan asosiasi,

pengulangan kata-kata yang didengar dan

kontak mata yang kurang.

Akibat yang lain yang

ditimbulkannya adalah beresiko

mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. Tanda dan gejala:

1. Klien mengatakan benci atau kesal

pada seseorang.

2. Klien suka membentak dan

menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

3. Riwayat perilaku kekerasan atau

gangguan jiwa lainnya.

4. Mata merah, wajah agak merah.

5. Nada suara tinggi dan keras, bicara

menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

6. Ekspresi marah saat membicarakan

orang, pandangan tajam.

7. Merusak dan melempar

barang-barang.

6. Pohon Masalah

7. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu

Dikaji

a. Masalah keperawatan :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain

dan lingkungan

2. Kerusakan komunikasi : verbal

3. Perubahan isi pikir : waham

4. Gangguan konsep diri : harga diri

rendah.

b. Data yang perlu dikaji :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang

lain dan lingkungan

i. Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman,

mengatakan benci dan kesal pada

seseorang, klien suka membentak

dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal,

atau marah, melukai / merusak

barang-barang dan tidak mampu

mengendalikan diri

ii. Data objektif

Mata merah, wajah agak merah,

nada suara tinggi dank eras, bicara

menguasai, ekspresi marah,

pandangan tajam, merusak dan

melempar barang-barang.

2. Kerusakan komunikasi : verbal

i. Data subjektifKerusakan komunikasiKerusakan komunikasi verbalverbal

Resiko tinggi mencederai diri, orangResiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkunganlain dan lingkungan

Perubahan isi pikir:Perubahan isi pikir: wahamwaham

Gangguan konsepGangguan konsep diri: harga diridiri: harga diri rendah rendah

Core problemCore problem

Page 86: laporan kelolaan jiwa

85

Klien mengungkapkan sesuatu yang

tidak realistik

ii. Data objektif

Flight of ideas, kehilangan asosiasi,

pengulangan kata-kata yang

didengar dan kontak mata kurang

3. Perubahan isi pikir : waham

( ………….)

i. Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang

diyakininya ( tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan

dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai

kenyataan.

ii. Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai

orang lain, curiga, bermusuhan,

merusak (diri, orang lain,

lingkungan), takut, kadang panik,

sangat waspada, tidak tepat menilai

lingkungan / realitas, ekspresi

wajah klien tegang, mudah

tersinggung.

4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

a) Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak

mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,

mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri

b) Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri,

bingung bila disuruh memilih

alternative tindakan, ingin

mencedaerai diri/ ingin mengakhiri

hidup

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan komunikasi verbal

b. Perubahan isi pikir : waham

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : Perubahan isi pikir : waham

Tujuan umum : Klien tidak terjadi

kerusakan komunikasi verbal

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan

saling percaya dengan perawat

Tindakan :

1. Bina hubungan. saling percaya:

salam terapeutik, perkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas topik, waktu,

tempat).

2. Jangan membantah dan

mendukung waham klien: katakan

perawat menerima keyakinan

klien "saya menerima keyakinan

anda" disertai ekspresi menerima,

katakan perawat tidak mendukung

disertai ekspresi ragu dan empati,

tidak membicarakan isi waham

klien.

3. Yakinkan klien berada dalam

keadaan aman dan terlindungi:

katakan perawat akan menemani

klien dan klien berada di tempat

yang aman, gunakan keterbukaan

dan kejujuran jangan tinggalkan

klien sendirian.

4. Observasi apakah wahamnya

mengganggu aktivitas harian dan

perawatan diri

b. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

1. Beri pujian pada penampilan dan

kemampuan klien yang realistis.

2. Diskusikan bersama klien

kemampuan yang dimiliki pada

Page 87: laporan kelolaan jiwa

86

waktu lalu dan saat ini yang

realistis.

3. Tanyakan apa yang biasa

dilakukan kemudian anjurkan

untuk melakukannya saat ini

(kaitkan dengan aktivitas sehari -

hari dan perawatan diri).

4. Jika klien selalu bicara tentang

wahamnya, dengarkan sampai

kebutuhan waham tidak ada.

Perlihatkan kepada klien bahwa

klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan

kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

1. Observasi kebutuhan klien sehari-

hari.

2. Diskusikan kebutuhan klien yang

tidak terpenuhi baik selama di

rumah maupun di rumah sakit

(rasa sakit, cemas, marah).

3. Hubungkan kebutuhan yang tidak

terpenuhi dan timbulnya waham.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat

memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga

(buat jadwal jika mungkin).

5. Atur situasi agar klien tidak

mempunyai waktu untuk

menggunakan wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan

realitas

Tindakan :

1. Berbicara dengan klien dalam

konteks realitas (diri, orang lain,

tempat dan waktu).

2. Sertakan klien dalam terapi

aktivitas kelompok : orientasi

realitas.

3. Berikan pujian pada tiap kegiatan

positif yang dilakukan klien

e. Klien dapat menggunakan obat

dengan benar

Tindakan :

1. Diskusikan dengan kiten tentang

nama obat, dosis, frekuensi, efek

dan efek samping minum obat.

2. Bantu klien menggunakan obat

dengan priinsip 5 benar (nama

pasien, obat, dosis, cara dan

waktu).

3. Anjurkan klien membicarakan

efek dan efek samping obat yang

dirasakan.

4. Beri reinforcement bila klien

minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

1. Diskusikan dengan keluarga

melalui pertemuan keluarga

tentang: gejala waham, cara

merawat klien, lingkungan

keluarga dan follow up obat.

2. Beri reinforcement atas

keterlibatan keluarga

Diagnosa II : Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah

Tujuan umum : Klien dapat

mengendalikan waham.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan

saling percaya.

b. Bina hubungan saling percaya

dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik :

1. Sapa klien dengan ramah secara

verbal dan nonverbal

2. Perkenalkan diri dengan sopan

3. Tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai

klien

4. Jelaskan tujuan pertemuan

Page 88: laporan kelolaan jiwa

87

5. Jujur dan menepati janji

6. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya

7. Beri perhatian kepada klien dan

perhatikan kebutuhan dasar klien

c. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

1. Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien.

2. Hindarkan memberi penilaian

negatif setiap bertemu klien.

3. Utamakan memberi pujian yang

realistik.

d. Klien dapat menilai kemampuan

yang digunakan.

1. Diskusikan kemampuan yang

masih dapat dilakukan.

2. Diskusikan kemampuan yang

dapat dilanjutkan

penggunaannya.

e. Klien dapat merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

1. Rencanakan bersama klien

aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari.

2. Tingkatkan kegiatan sesuai

dengan toleransi kondisi klien.

3. Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien

lakukan.

f. Klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kemampuannya.

1. Beri kesempatan pada klien untuk

mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan

dirumah

g. Klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

1. Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara merawat

klien dengan harag diri rendah.

2. Bantu keluarga memberiakn

dukungan selama klien dirawat.

3. Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan rumah.

Diagnosa III : Harga Diri Rendah.

Tujuan umum : Klien dapat

berhubungan

dengan orang lain

secara optimal.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan

saling percaya.

b. Bina hubungan saling percaya

dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik :

1. Sapa klien dengan ramah secara

verbal dan nonverbal

2. Perkenalkan diri dengan sopan

3. Tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai klien

4. Jelaskan tujuan pertemuan

5. Jujur dan menepati janji

6. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya

7. Beri perhatian kepada klien dan

perhatikan kebutuhan dasar klien

Page 89: laporan kelolaan jiwa

88

c. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

1. Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien.

2. Hindarkan memberi penilaian

negatif setiap bertemu klien.

3. Utamakan memberi pujian yang

realistik.

d. Klien dapat menilai kemampuan

yang digunakan.

1. Diskusikan kemampuan yang

masih dapat dilakukan.

2. Diskusikan kemampuan yang

dapat dilanjutkan

penggunaannya.

e. Klien dapat merencanakn kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

1. Rencanakan bersama klien

aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari.

2. Tingkatkan kegiatan sesuai

dengan toleransi kondisi klien.

3. Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien

lakukan.

f. Klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kemampuannya.

1. Beri kesempatan pada klien

untuk mencoba kegiatan yang

telah direncanakan.

2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan

dirumah

3. Klien dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang ada.

4. Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara mearwat

klien dengan harag diri rendah.

5. Bantu keluarga memberiakn

dukungan selama klien dirawat.

6. Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan

Jiwa. Edisi 1. EGC : Jakarta

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan

Professional Jiwa. EGC : Jakarta

Page 90: laporan kelolaan jiwa

89

LAPORAN PENDAHULUAN

8. Masalah Utama

Defisit Perawatan Diri

9. Proses Terjadinya Masalah

a. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu

kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna

memepertahankan kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien

dinyatakan terganggu keperawatan

dirinya jika tidak dapat melakukan

perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit

perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan,

toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005),

Personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis, kurang

perawatan diri adalah kondisi dimana

seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya

( Tarwoto dan Wartonah 2000).

Tanda dan Gejala :

Gangguan kebersihan diri,

ditandai dengan rambut

kotor, gigi kotor, kulit

berdaki dan bau, serta kuku

panjang dan kotor

Ketidakmampuan

berhias/berpakaian, ditandai

dengan rambut acak-acakan,

pakain kotor dan tidak rapi,

pakaian tidak sesuai, pada

pasien laki-laki bercukur,

pada pasien perempuan tidak

berdandan.

Ketidakmampuan makan

secara mandiri, ditandai oleh

ketidakmampuan mengambil

makan sendiri, makan

berceceran, dan makana tidak

pada tempatnya

Ketidakmampuan eliminasi

sevara mandiri, ditandai

dengan buang air besar atau

buang air kecil tidak pada

tempatnya, dan tidak

membersihakan diri dengan

baik setelah BAB/BAK

b. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah,

(2000) Penyebab kurang perawatan

diri adalah sebagai berikut :

kelelahan fisik dan penurunan

kesadaran.

Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda

dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:

a) Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut

bau

Penampilan tidak rapi

b) Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya,

rendah diri dan merasa

hina.

Page 91: laporan kelolaan jiwa

90

c) Sosial

Interaksi kurang

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku

sesuai norma.

Cara makan tidak teratur

BAK dan BAB di

sembarang tempat

10. Pohon masala

11. Masalah keperawatan dan data yang

perlu dikaji

a) Penurunan kemampuan dan motivasi

merawat diri

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu

mandi, tidak bisa melakukan apa-

apa,

Data obyektif

2. Klien terlihat lebih kurang

memperhatikan kebersihan, halitosis,

badan bau, kulit kotor

b) Isolasi Sosial

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak

mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,

mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif

3. Klien terlihat lebih suka sendiri,

bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai

diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis,

Ekspresi sedih, Komunikasi verbal

kurang, Aktivitas menurun, Posisi

janin pada saat tidur, Menolak

berhubungan, Kurang

memperhatikan kebersihan

c) Defisit Perawatan Diri

Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

12. Diagnosa Keperawatan

d. Penurunan kemampuan dan motivasi

merawat diri

e. Isolasi Sosial

f. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri,

berdandan, makan,

BAB/BAK

13. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Penurunan

kemampuan dan motivasi merawat diri

Tujuan Umum : Klien dapat

meningkatkan

minat dan

motivasinya untuk

memperhatikan

kebersihan diri

Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat membina hubungan

saling percaya dengan perawat.

Intervensi

i. Berikan salam setiap berinteraksi.

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan

Isolasi sosial

Page 92: laporan kelolaan jiwa

91

j. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat

berkenalan.

k. Tanyakan nama dan panggilan

kesukaan klien.

l. Tunjukan sikap jujur dan menepati

janji setiap kali berinteraksi.

m. Tanyakan perasaan dan masalah

yang dihadapi klien.

n. Buat kontrak interaksi yang jelas.

o. Dengarkan ungkapan perasaan klien

dengan empati.

p. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang

pentingnya kebersihan diri.

Intervensi

h. Bina hubungan saling percaya

dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

i. Diskusikan bersama klien pentingnya

kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti

bersih dan tanda- tanda bersih.

j. Dorong klien untuk menyebutkan 3

dari 5 tanda kebersihan diri.

k. Diskusikan fungsi kebersihan diri

dengan menggali pengetahuan klien

terhadap hal yang berhubungan

dengan kebersihan diri.

l. Bantu klien mengungkapkan arti

kebersihan diri dan tujuan

memelihara kebersihan diri.

m. Beri reinforcement positif setelah

klien mampu mengungkapkan arti

kebersihan diri.

n. Ingatkan klien untuk memelihara

kebersihan diri seperti: mandi 2 kali

pagi dan sore, sikat gigi minimal 2

kali sehari (sesudah makan dan

sebelum tidur), keramas dan

menyisir rambut, gunting kuku jika

panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan

kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Intervensi

g. Motivasi klien untuk mandi.

h. Beri kesempatan untuk mandi, beri

kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara

kebersihan diri yang benar.

i. Anjurkan klien untuk mengganti baju

setiap hari.

j. Kaji keinginan klien untuk

memotong kuku dan merapikan

rambut.

k. Kolaborasi dengan perawat ruangan

untuk pengelolaan fasilitas

perawatan kebersihan diri, seperti

mandi dan kebersihan kamar mandi.

l. Bekerjasama dengan keluarga untuk

mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampoo,

pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan

kebersihan perawatan diri secara

mandiri.

Intervensi

a. Monitor klien dalam melakukan

kebersihan diri secara teratur,

ingatkan untuk mencuci rambut,

menyisir, gosok gigi, ganti baju dan

pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan

kebersihan diri secara mandiri.

Intervensi

a. Beri reinforcement positif

jika berhasil melakukan

kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan

keluarga dalam meningkatkan

kebersihan diri.

Page 93: laporan kelolaan jiwa

92

Intervensi

h. Jelaskan pada keluarga tentang

penyebab kurang minatnya klien

menjaga kebersihan diri.

i. Diskusikan bersama keluarga tentang

tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga

kebersihan dan kemajuan yang telah

dialami di RS.

j. Anjurkan keluarga untuk

memutuskan memberi stimulasi

terhadap kemajuan yang telah

dialami di RS.

k. Jelaskan pada keluarga tentang

manfaat sarana yang lengkap dalam

menjaga kebersihan diri klien.

l. Anjurkan keluarga untuk

menyiapkan sarana dalam menjaga

kebersihan diri.

m.Diskusikan bersama keluarga cara

membantu klien dalam menjaga

kebersihan diri.

n. Diskusikan dengan keluarga

mengenai hal yang dilakukan

misalnya: mengingatkan pada waktu

mandi, sikat gigi, mandi, keramas,

dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial

Tujuan Umum : klien tidak terjadi

perubahan sensori persepsi

Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat

membina hubungan saling percaya

Intervensi

d. Bina hubungan saling percaya: salam

terapeutik, memperkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan dengan jelas tentang

topik, tempat dan waktu.

e. Beri perhatian dan penghaargaan:

temani klien walau tidak menjawab.

f. Dengarkan dengan empati: beri

kesempatan bicara, jangan terburu-

buru, tunjukkan bahwa perawat

mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat

menyebutkan penyebab menarik diri

Intervensi

e. Kaji pengetahuan klien tentang

perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya

f. Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

b. Diskusikan bersama klien tentang

perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

c. Berikan pujian terhadap kemampuan

klien mengungkapkan perasaannya

TUK III : Klien dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

Intervensi

A. Kaji pengetahuan klien tentang

manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain

i. Beri kesempatan kepada klien

untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan

dengan prang lain

j. Diskusikan bersama klien tentang

manfaat berhubungan dengan orang

lain

k. Beri reinforcement positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan

orang lain

B. Kaji pengetahuan klien tentang

kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

Page 94: laporan kelolaan jiwa

93

a. Beri kesempatan kepada klien

untuk mengungkapkan perasaan

dengan orang lain

b. Diskusikan bersama klien

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain

TUK IV : Klien dapat melaksanakan

hubungan sosial

Intervensi

h. Kaji kemampuan klien membina

hubungan dengan orang lain

i. Dorong dan bantu kien untuk

berhubungan dengan orang lain

j. Beri reinforcement positif terhadap

keberhasilan yang telah dicapai

k. Bantu klien untuk mengevaluasi

manfaat berhubungan

l. Diskusikan jadwal harian yang

dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu

m. Motivasi klien untuk mengikuti

kegiatan ruangan

n. Beri reinforcement positif atas

kegiatan klien dalam kegiatan

ruangan

TUK IV : Klien dapat mengungkapkan

perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain

Intervensi

d. Dorong klien untuk mengungkapkan

perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

e. Diskusikan dengan klien tentang

perasaan masnfaat berhubungan

dengan orang lain

f. Beri reinforcement positif atas

kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan

dengan oranglain

Diagnosa 3 : Defisit Perawatan

Diri : kebersihan diri,

berdandan, makan,

BAB/BAK

Tujuan Umum :

Pasien tidak mengalami defisit

perawatan diri

Tujuan Khusus :

Pasien mampu melakukan

kebersihan diri secara mandiri

Pasien mampu melakukan

berhias/berdandan secara baik

Pasien mampu melakukan makan

dengan baik

Pasien mampu melakukan

BAB/BAK secara mandiri

Intervensi

1) Melatih pasien cara-cara perawatan

kebersihan diri

a) Menjelasan pentingnya menjaga

kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk

menjaga kebersihan diri

c) Menjelaskan cara-cara

melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekkan

cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki-laki latihan

meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya

meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias

Page 95: laporan kelolaan jiwa

94

3) Melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara

mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang

tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan

peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan

tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan

BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK

yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan

diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan

tempat BAB dan BAK

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku

Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan

jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis

Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI .

Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan

Jiwa. Jakarta : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH UTAMA

Resiko bunuh diri

PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara

sadar dilakukan oleh pasien untuk

mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris,

Berman, Silverman, dan Bongar (2000),

bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara

lain:

a. Bunuh diri adalah membunuh diri

sendiri secara intensional

b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi

c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri

kepada diri sendiri

d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak

langsung (aktif) atau tidak langsung

(pasif), misalnya dengan tidak

meminum obat yang menentukan

kelangsungan hidup atau secara sengaja

berada di rel kereta api.

Tanda dan gejala :

a. Sedih

Page 96: laporan kelolaan jiwa

95

b. Marah

c. Putus asa

d. Tidak berdaya

e. Memeberikan isyarat verbal maupun non

verbal

2. Penyebab

Secara universal: karena ketidakmampuan

individu untuk menyelesaikan masalah. Terbagi

menjadi:

a. Faktor Genetik

b. Faktor Biologis lain

c. Faktor Psikososial & Lingkungan

Faktor genetik (berdasarkan penelitian):

a. 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri

terjadi pada individu yang menjadi kerabat

tingkat pertama dari orang yang mengalami

gangguan mood/depresi/ yang pernah

melakukan upaya bunuh diri.

b. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot

dari pada kembar dizigot.

Faktor Biologis lain:

Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis

tertentu, misalnya:

a. Stroke

b. Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)

c. DiabetesPenyakit arteri koronaria

d. Kanker

e. HIV / AIDS

Faktor Psikososial & Lingkungan:

a. Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori

Freud, yaitu bahwa kehilangan objek

berkaitan dengan agresi & kemarahan,

perasaan negatif thd diri, dan terakhir

depresi.

b. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola

kognitif negatif yang berkembang,

memandang rendah diri sendiri

c. Stressor Lingkungan: kehilangan anggota

keluarga, penipuan, kurangnya sistem

pendukung sosial

3. Akibat

Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai

berikut :

a. Keputusasaan

b. Menyalahkan diri sendiri

c. Perasaan gagal dan tidak berharga

d. Perasaan tertekan

e. Insomnia yang menetap

f. Penurunan berat badan

g. Berbicara lamban, keletihan

h. Menarik diri dari lingkungan social

i. Pikiran dan rencana bunuh diri

j. Percobaan atau ancaman verbal

POHON MASALAH

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG

PERLU DIKAJI

1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku

bunuh Diri

a. Jenis kelamin: resiko meningkat pada

pria

b. Usia: lebih tua, masalah semakin

banyak

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Page 97: laporan kelolaan jiwa

96

c. Status perkawinan: menikah dapat

menurunkan resiko, hidup sendiri

merupakan masalah.

d. Riwayat keluarga: meningkat apabila

ada keluarga dengan percobaan bunuh

diri / penyalahgunaan zat.

e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru

terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,

pengangguran, mendapat malu di

lingkungan social.

f. Faktor kepribadian: lebih sering pada

kepribadian introvert/menutup diri.

g. Lain – lain: Penelitian membuktikan

bahwa ras kulit putih lebih beresiko

mengalami perilaku bunuh diri.

2. Masalah keperawatan

a. Resiko Perilaku bunuh diri

DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin

mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide

bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.

b. Koping maladaptive

DS : menyatakan putus asa dan tak

berdaya, tidak bahagia, tak ada

harapan.

DO : nampak sedih, mudah marah,

gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa 1

: Resiko bunuh diri

Tujuan umum : Klien tidak

melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling

percaya

Tindakan:

1) Perkenalkan diri dengan klien

2) Tanggapi pembicaraan klien dengan

sabar dan tidak menyangkal.

3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

4) Bersifat hangat dan bersahabat.

5) Temani klien saat keinginan

mencederai diri meningkat.

b. Klien dapat terlindung dari perilaku

bunuh diri

Tindakan :

1) Jauhkan klien dari benda benda

yang dapat membahayakan (pisau,

silet, gunting, tali, kaca, dan lain

lain).

2) Tempatkan klien di ruangan yang

tenang dan selalu terlihat oleh

perawat.

3) Awasi klien secara ketat setiap

saat.

c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

1) Dengarkan keluhan yang

dirasakan.

2) Bersikap empati untuk

meningkatkan ungkapan

keraguan, ketakutan dan

keputusasaan.

3) Beri dorongan untuk

mengungkapkan mengapa dan

bagaimana harapannya.

4) Beri waktu dan kesempatan untuk

menceritakan arti penderitaan,

kematian, dan lain lain.

5) Beri dukungan pada tindakan atau

ucapan klien yang menunjukkan

keinginan untuk hidup.

d. Klien dapat meningkatkan harga diriTindakan:

1) Bantu untuk memahami bahwa klien

dapat mengatasi keputusasaannya.

2) Kaji dan kerahkan sumber sumber

internal individu.

3) Bantu mengidentifikasi sumber

sumber harapan (misal: hubungan

antar sesama, keyakinan, hal hal

untuk diselesaikan).

Page 98: laporan kelolaan jiwa

97

e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

1) Ajarkan untuk mengidentifikasi

pengalaman pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal :

berjalan-jalan, membaca buku

favorit, menulis surat dll.)

2) Bantu untuk mengenali hal hal

yang ia cintai dan yang ia sayang,

dan pentingnya terhadap

kehidupan orang lain,

mengesampingkan tentang

kegagalan dalam kesehatan.

3) Beri dorongan untuk berbagi

keprihatinan pada orang lain yang

mempunyai suatu masalah dan

atau penyakit yang sama dan telah

mempunyai pengalaman positif

dalam mengatasi masalah tersebut

dengan koping yang efektif

2. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri:

harga diri rendah

Tujuan umum : Klien tidak melakukan

kekerasan

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling

percaya.

Tindakan:

1) Bina hubungan saling percaya :

salam terapeutik, empati, sebut nama

perawat dan jelaskan tujuan

interaksi.

2) Panggil klien dengan nama

panggilan yang disukai.

3) Bicara dengan sikap tenang, rileks

dan tidak menantang.

b. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

Tindakan:

1) Diskusikan kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

2) Hindari penilaian negatif detiap

pertemuan klien

3) Utamakan pemberian pujian yang

realitas

c. Klien mampu menilai kemampuan yang

dapat digunakan untuk diri sendiri dan

keluarga

Tindakan:

1) Diskusikan kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

2) Diskusikan pula kemampuan yang

dapat dilanjutkan setelah pulang ke

rumah

d. Klien dapat merencanakan kegiatan

yang bermanfaat sesuai kemampuan

yang dimiliki

Tindakan :

1) Rencanakan bersama klien aktivitas

yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan.

2) Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang klien lakukan.

3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan

toleransi kondisi klien

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai

kondisi dan kemampuan

Tindakan :

1) Beri klien kesempatan mencoba

kegiatan yang telah direncanakan

2) Beri pujian atas keberhasilan klien

3) Diskusikan kemungkinan

pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada

Tindakan :

1) Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara merawat

klien

2) Bantu keluarga memberi dukungan

selama klien dirawat

3) Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan di rumah

Page 99: laporan kelolaan jiwa

98

4) Beri reinforcement positif atas

keterlibatan keluarga

3. Diagnosa : Resiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan

a. Tujuan umum:

1) Pasien tidak mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan

b. Tujuan khusus:

1) Pasien mendapatkan perlindungan

dari lingkungannya

2) Pasien mampu mengungkapkan

perasaannya

3) Pasien mampu meningkatkan harga

dirinya

4) Pasien mampu menggunakan cara

penyelesaiaan masalah yang baik

c. Tindakan :

1) Mendikusikan cara mengatasi keinginan

mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

2) Meningkatkan harga diri pasien dengan

cara :

a) Memberikan kesempatan pasien

mengungkapkan perasaannya

b) Memberikan pujian jika pasien

dapat mengatakan perasaan yang

positif

c) Meyakinkan pasien bahawa dirinya

penting

d) Mendiskusikan tentang keadaan

yang sepatutnya disyukuri oleh

pasien

e) Merencanakan yang dapat pasien

lakukan

3) Tingkatkan kemampuan menyelesaikan

masalah dengan cara :

a) Mendiskusikan dengan pasien cara

menyelesaikan masalahnya

b) Mendiskusikan dengan pasien

efektfitas masing-masing cara

penyelesian masalah

c) Mendiskusikan dengan pasien cara

menyelesaikan masalah yang lebih

baik

4. RENCANA TINDAKAN KPERAWATAN

a. Ancaman atau percobaan bunuh diri

1. Intervensi pada pasien

a) Tujuan keperawatan

Pasien tetap aman dan selamat.

b) Tindakan keperawatan

Melindungi pasien dengan cara:

1) Temani pasien terus-

menerus sampai pasein

dapat dipindahkan ke

tempat yang aman

2) Jauhkan semua benda yang

berbahaya (misalnya: pisau,

silet, gelas, dan tali

pinggang)

3) Periksa apakah pasien

benar-benar telah

meminum obatnya jika

pasien mendapatkan

obatnya.

4) Dengan lembut, jelaskan

pada pasien bahwa anda

akan melindungi pasien

sampai tidak ada keinginan

bunuh diri.

Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik

Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Page 100: laporan kelolaan jiwa

99

LAPORAN PENDAHULUAN

14. Masalah Utama

Perubahan isi pikir : waham

15. Proses Terjadinya Masalah

a. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang

yang berdasarkan penilaian realitas yang

salah. Keyakinan klien tidak konsisten

dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien.

Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi

dengan adanya waham. Waham atau

delusi adalah ide yang salah dan

bertentangan atau berlawanan dengan

semua kenyataan dan tidak ada kaitannya

degan latar belakang budaya (Keliat,

2009)

Tanda dan gejala :

6. Klien mengungkapkan sesuatu yang

diyakininya (tentang agama, kebesaran,

curiga, keadaan dirinya) berulang kali

secara berlebihan tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan

7. Klien tampak tidak mempercayai orang

lain, curiga, bermusuhan

8. Takut, kadang panik

9. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas

10. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

b. Penyebab

Penyebab secara umum dari waham

adalah gannguan konsep diri : harga diri

rendah. Harga diri rendah. Waham

dipengaruhi oleh factor pertumbuhan dan

perkembangan seperti adanya penolakan,

kekerasan, tidak ada kasih sayang,

pertengkaran orang tua dan aniaya.

Waham dapat dicetuskan oleh tekanan,

isolasi, pengangguran yang disertai

perasaan tidak berguna, putus asa, tidak

berdaya.

Tanda dan gejala :

8. Perasaan yang negatif terhadap diri

sendiri, termasuk hilangnya percaya

diri dan harga diri.

9. Merasa gagal mencapai keinginan

10. Rasa bersalah terhadap diri sendiri

11. Merendahkan martabat

12. Gangguan hubungan sosial

13. Percaya diri kurang

14. Mencederai diri

.

c. Akibat

Akibat dari waham klien dapat

mengalami kerusakan komunikasi verbal.

Page 101: laporan kelolaan jiwa

100

Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik,

flight of ideas, kehilangan asosiasi,

pengulangan kata-kata yang didengar dan

kontak mata yang kurang.

Akibat yang lain yang

ditimbulkannya adalah beresiko

mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. Tanda dan gejala:

8. Klien mengatakan benci atau kesal

pada seseorang.

9. Klien suka membentak dan

menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

10. Riwayat perilaku kekerasan atau

gangguan jiwa lainnya.

11. Mata merah, wajah agak merah.

12. Nada suara tinggi dan keras, bicara

menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

13. Ekspresi marah saat membicarakan

orang, pandangan tajam.

14. Merusak dan melempar

barang-barang.

16. Pohon Masalah

17. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu

Dikaji

a. Masalah keperawatan :

4. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain

dan lingkungan

5. Kerusakan komunikasi : verbal

6. Perubahan isi pikir : waham

7. Gangguan konsep diri : harga diri

rendah.

b. Data yang perlu dikaji :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang

lain dan lingkungan

i. Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman,

mengatakan benci dan kesal pada

seseorang, klien suka membentak

dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal,

atau marah, melukai / merusak

barang-barang dan tidak mampu

mengendalikan diri

ii. Data objektif

Mata merah, wajah agak merah,

nada suara tinggi dank eras, bicara

menguasai, ekspresi marah,

pandangan tajam, merusak dan

melempar barang-barang.

2. Kerusakan komunikasi : verbal

i. Data subjektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang

tidak realistik

ii. Data objektif

Flight of ideas, kehilangan asosiasi,

pengulangan kata-kata yang

didengar dan kontak mata kurang

Kerusakan komunikasiKerusakan komunikasi verbalverbal

Resiko tinggi mencederai diri, orangResiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkunganlain dan lingkungan

Perubahan isi pikir:Perubahan isi pikir: wahamwaham

Gangguan konsepGangguan konsep diri: harga diridiri: harga diri rendah rendah

Core problemCore problem

Page 102: laporan kelolaan jiwa

101

3. Perubahan isi pikir : waham

( ………….)

i. Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang

diyakininya ( tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan

dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai

kenyataan.

ii. Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai

orang lain, curiga, bermusuhan,

merusak (diri, orang lain,

lingkungan), takut, kadang panik,

sangat waspada, tidak tepat menilai

lingkungan / realitas, ekspresi

wajah klien tegang, mudah

tersinggung.

5. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

a) Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak

mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,

mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri

b) Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri,

bingung bila disuruh memilih

alternative tindakan, ingin

mencedaerai diri/ ingin mengakhiri

hidup

4. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan komunikasi verbal

b. Perubahan isi pikir : waham

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : Perubahan isi pikir : waham

Tujuan umum : Klien tidak terjadi

kerusakan komunikasi verbal

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan

saling percaya dengan perawat

Tindakan :

1. Bina hubungan. saling percaya:

salam terapeutik, perkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas topik, waktu,

tempat).

2. Jangan membantah dan

mendukung waham klien: katakan

perawat menerima keyakinan

klien "saya menerima keyakinan

anda" disertai ekspresi menerima,

katakan perawat tidak mendukung

disertai ekspresi ragu dan empati,

tidak membicarakan isi waham

klien.

3. Yakinkan klien berada dalam

keadaan aman dan terlindungi:

katakan perawat akan menemani

klien dan klien berada di tempat

yang aman, gunakan keterbukaan

dan kejujuran jangan tinggalkan

klien sendirian.

4. Observasi apakah wahamnya

mengganggu aktivitas harian dan

perawatan diri

b. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

1. Beri pujian pada penampilan dan

kemampuan klien yang realistis.

2. Diskusikan bersama klien

kemampuan yang dimiliki pada

waktu lalu dan saat ini yang

realistis.

3. Tanyakan apa yang biasa

dilakukan kemudian anjurkan

untuk melakukannya saat ini

(kaitkan dengan aktivitas sehari -

hari dan perawatan diri).

Page 103: laporan kelolaan jiwa

102

4. Jika klien selalu bicara tentang

wahamnya, dengarkan sampai

kebutuhan waham tidak ada.

Perlihatkan kepada klien bahwa

klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan

kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

1. Observasi kebutuhan klien sehari-

hari.

2. Diskusikan kebutuhan klien yang

tidak terpenuhi baik selama di

rumah maupun di rumah sakit

(rasa sakit, cemas, marah).

3. Hubungkan kebutuhan yang tidak

terpenuhi dan timbulnya waham.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat

memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga

(buat jadwal jika mungkin).

5. Atur situasi agar klien tidak

mempunyai waktu untuk

menggunakan wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan

realitas

Tindakan :

1. Berbicara dengan klien dalam

konteks realitas (diri, orang lain,

tempat dan waktu).

2. Sertakan klien dalam terapi

aktivitas kelompok : orientasi

realitas.

3. Berikan pujian pada tiap kegiatan

positif yang dilakukan klien

e. Klien dapat menggunakan obat

dengan benar

Tindakan :

1. Diskusikan dengan kiten tentang

nama obat, dosis, frekuensi, efek

dan efek samping minum obat.

2. Bantu klien menggunakan obat

dengan priinsip 5 benar (nama

pasien, obat, dosis, cara dan

waktu).

3. Anjurkan klien membicarakan

efek dan efek samping obat yang

dirasakan.

4. Beri reinforcement bila klien

minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

1. Diskusikan dengan keluarga

melalui pertemuan keluarga

tentang: gejala waham, cara

merawat klien, lingkungan

keluarga dan follow up obat.

2. Beri reinforcement atas

keterlibatan keluarga

Diagnosa II : Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah

Tujuan umum : Klien dapat

mengendalikan waham.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan

saling percaya.

b. Bina hubungan saling percaya

dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik :

8. Sapa klien dengan ramah secara

verbal dan nonverbal

9. Perkenalkan diri dengan sopan

10. Tanyakan nama lengkap klien

dan nama panggilan yang disukai

klien

11. Jelaskan tujuan pertemuan

12. Jujur dan menepati janji

13. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya

14. Beri perhatian kepada klien

dan perhatikan kebutuhan dasar

klien

Page 104: laporan kelolaan jiwa

103

c. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

4. Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien.

5. Hindarkan memberi penilaian

negatif setiap bertemu klien.

6. Utamakan memberi pujian yang

realistik.

d. Klien dapat menilai kemampuan

yang digunakan.

3. Diskusikan kemampuan yang

masih dapat dilakukan.

4. Diskusikan kemampuan yang

dapat dilanjutkan

penggunaannya.

e. Klien dapat merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

4. Rencanakan bersama klien

aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari.

5. Tingkatkan kegiatan sesuai

dengan toleransi kondisi klien.

6. Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien

lakukan.

f. Klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kemampuannya.

3. Beri kesempatan pada klien untuk

mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

4. Diskusikan pelaksanaan kegiatan

dirumah

g. Klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

1. Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara merawat

klien dengan harag diri rendah.

2. Bantu keluarga memberiakn

dukungan selama klien dirawat.

3. Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan rumah.

Diagnosa III : Harga Diri Rendah.

Tujuan umum : Klien dapat

berhubungan

dengan orang lain

secara optimal.

Tujuan khusus :

g. Klien dapat membina hubungan

saling percaya.

h. Bina hubungan saling percaya

dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik :

8. Sapa klien dengan ramah secara

verbal dan nonverbal

9. Perkenalkan diri dengan sopan

10. Tanyakan nama lengkap klien

dan nama panggilan yang disukai

klien

11. Jelaskan tujuan pertemuan

12. Jujur dan menepati janji

13. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya

14. Beri perhatian kepada klien

dan perhatikan kebutuhan dasar

klien

i. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

4. Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien.

Page 105: laporan kelolaan jiwa

104

5. Hindarkan memberi penilaian

negatif setiap bertemu klien.

6. Utamakan memberi pujian yang

realistik.

j. Klien dapat menilai kemampuan

yang digunakan.

3. Diskusikan kemampuan yang

masih dapat dilakukan.

4. Diskusikan kemampuan yang

dapat dilanjutkan

penggunaannya.

k. Klien dapat merencanakn kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

4. Rencanakan bersama klien

aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari.

5. Tingkatkan kegiatan sesuai

dengan toleransi kondisi klien.

6. Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien

lakukan.

l. Klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kemampuannya.

7. Beri kesempatan pada klien

untuk mencoba kegiatan yang

telah direncanakan.

8. Diskusikan pelaksanaan kegiatan

dirumah

9. Klien dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang ada.

10. Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara mearwat

klien dengan harag diri rendah.

11. Bantu keluarga memberiakn

dukungan selama klien dirawat.

12. Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan

Jiwa. Edisi 1. EGC : Jakarta

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan

Professional Jiwa. EGC : Jakarta