Laporan pendahuluan nefrolitiasis
-
Upload
masykur-khair -
Category
Health & Medicine
-
view
2.551 -
download
0
Transcript of Laporan pendahuluan nefrolitiasis
LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROLITIASIS DI RUANG BAITUSSALAM 1
RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Disusun Oleh :
MASYKUR KHAIR309 014 01918
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS
A. Definisi
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011).
Menurut Sjamsuhidrajat (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran
kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih)
Mary Baradero (2009) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang
ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi
zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli
terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan
mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal
atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran
perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada
bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses
perkemihan.
B. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
1. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50
tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak
purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama
bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang
bergerak).
Berapa penyebab lain adalah (Arif Muttaqin, 2011) :
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
2. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran
kencing.
3. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Idiopatik
C. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti
Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah
kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala
namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar
biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri
yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu
diameter <0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien
sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan
batu yaitu:
1. Teori inti (nucleus):
Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang
sudah mengalami supersaturasi.
2. Teori matriks:
Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan
kemungkinan pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kristalisasi:
Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi
yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini
tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan
kompleks. Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya :
1. Batu kalsium
Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat
bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang
yang mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid.
Orang menderita kangker, stroke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita
batu kalsium. Batu kalsium dapat di sebabkan oleh:
a. Hiperkalsiuria abortif : Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.
b. Hiperkal siuria renalis : kebocoran pada ginjal
2. Batu oksalat
Batu oksalat dapat disebabkan oleh
a. Primer autosomal resesif
b. Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.
c. Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal,
sindrom malabsorbsi
3. Batu asam urat
Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:
a. Makanan yang banyak mengandung purin
b. Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
c. Dehidrasi kronis
d. Obat: tiazid, lazik, salisilat
4. Batu sturvit
Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi,
terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu
sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.
5. Batu Sistin
Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.
Keadan ini terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif
autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal
meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
D. Gambaran klinis
Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu
berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang
rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
2. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya
trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
3. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal
serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
4. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran
kemih: demam dan menggigil.
5. Gejala gastrointestinal, meliputi:
a. Mual
b. Muntah
c. Diare (Nursalam, 2011)
E. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis adalah:
1. Sumbatan: akibat pecahan batu
2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
4. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007).
F. Test Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
1. Urin
a. PH lebih dari 7,6
b. Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c. Biakan urin
d. Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Darah
a. Hb turun
b. Leukositosis
c. Urium kreatinin
d. Kalsium, fosfor, asam urat
3. Radiologi
a. Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
b. USG abdomen
c. PIV (Pielografi Intravena)
d. Sistoskpi (Mary Baradero, 2008)
G. Penatalaksanaan
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5-10
mg/hr.
2. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan
memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah
diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain.
Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal
untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
a. Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
b. Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
c. Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
d. Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
H. Pengkajian
Menurut Asmadi (2008) pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan
klien saat ini.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose
medis, dan tanggal medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke
RS.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. Menurut
Kartika S. W. (2013) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,
penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus,
bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti
hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium atau vitamin D.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari
orang tua.
d. Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat
secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011) pengkajian psikologis pasien
meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh
persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan
intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososialspiritual yang seksama.
4. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal
dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya
luka pada ginjal. Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi
purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
terjadi abdominal, penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena
adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit
karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di
rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan
dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif
jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan
dapat sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik Fokus
Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasisdidapatkan
adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan,
keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi
urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual
dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus
dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan
pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau insisi
bedah.
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi.
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah efek sekunder dari nyeri kolik.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
5. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan
pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi.
J. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau insisi
bedah.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks.
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi
sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.
b. Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.
Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang sempit.
c. Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik renal.
Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.
d. Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks
e. Ajarkan teknik relaksasi/distraksi
Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.
f. Berikan obat anti nyeri/analgesic
Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi.
Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi
Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada,
dorongan ingin berkemih terus berkurang.
Intervensi :
a. Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.
Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda
komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan.
b. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera.
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu
lewatnya batu.
d. Awasi pemeriksaan laboratorium.
Rasional :Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan
disfungsi ginjal.
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.
Tujuan : Asupan klien terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat,
pernyataan kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi :
a. Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan
pilihan intervensi.
b. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi) atau
dengan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki nutrisi.
c. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta
sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau obat yang
dapat merangsang pusat muntah.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang
tepat.
Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status
hipermetabolik.
e. Kolaborasi untuk pemberian anti muntah
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan
kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
Tujuan : Pengetahuan klien tentang penyakit baik.
Kriteria hasil : Klien akan membuka diri meminta Informasi.
Intervensi :
a. Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri, panas,
bengkak, adanya fungsiolesa.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan sepsis.
b. Monitor Tanda Tanda Vital
Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga mengetahui rentang
Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah.
c. Gunakan tehnik steril saat perawatan luka
Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme yang masuk.
d. Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan luka
Rasinal : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan keluarga
e. Kolaborasi medik pemberian antibiotic
Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme
5. Kurang pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan
pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi.
Tujuan : Memberikan informasi pasien dan keluarga
Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga mampu memahami tentang proses penyakit,
dan pengobatan.
a. Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi
b. Tekankan pentingnya pemasukan cairan
Rasional: pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan statis ginjal dan
pembentukan batu.
c. Diskusikan program pengobatan
Rasional: obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto
Sjamsuhidrajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tarwoto. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif & Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika