Laporan pendahuluan nefrolitiasis

21
LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS DI RUANG BAITUSSALAM 1 RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun Oleh : MASYKUR KHAIR 309 014 01918 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Transcript of Laporan pendahuluan nefrolitiasis

Page 1: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS DI RUANG BAITUSSALAM 1

RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Oleh :

MASYKUR KHAIR309 014 01918

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014

Page 2: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS 

A. Definisi

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam

saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari

substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011).

Menurut Sjamsuhidrajat (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran

kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang

saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih

atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam

kandung kemih (batu kandung kemih)

Mary Baradero (2009) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang

ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi

zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli

terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.

Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu

keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011).

Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan

mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007).

Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal

atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran

perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada

bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses

perkemihan.

B. Etiologi

Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan

terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :

1. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50

tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila

jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak

Page 3: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama

bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang

bergerak).

Berapa penyebab lain adalah (Arif Muttaqin, 2011) :

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan

menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.

2. Stasis obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran

kencing.

3. Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat

sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Idiopatik

C. Patofisiologi

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti

Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika

terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah

kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu

mencakup PH urine dan status cairan pasien.

Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi

(peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari

iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala

namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar

biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri

yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang

keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu

diameter <0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri

Page 4: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien

sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.

Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan

batu yaitu:

1. Teori inti (nucleus):

Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang

sudah mengalami supersaturasi.

2. Teori matriks:

Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan

kemungkinan pengendapan kristal.

3. Teori inhibitor kristalisasi:

Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi

yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.

Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini

tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan

kompleks. Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya :

1. Batu kalsium

Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat

bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang

yang mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid.

Orang menderita kangker, stroke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita

batu kalsium. Batu kalsium dapat di sebabkan oleh:

a. Hiperkalsiuria abortif : Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya

absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.

b. Hiperkal siuria renalis : kebocoran pada ginjal

2. Batu oksalat

Batu oksalat dapat disebabkan oleh

a. Primer autosomal resesif

b. Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.

c. Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal,

sindrom malabsorbsi

Page 5: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

3. Batu asam urat

Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:

a. Makanan yang banyak mengandung purin

b. Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma

c. Dehidrasi kronis

d. Obat: tiazid, lazik, salisilat

4. Batu sturvit

Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi,

terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu

sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.

5. Batu Sistin

Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.

Keadan ini terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif

autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal

meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.

D. Gambaran klinis

Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :

1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu

berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang

rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.

2. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya

trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.

3. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal

serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.

4. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran

kemih: demam dan menggigil.

5. Gejala gastrointestinal, meliputi:

a. Mual

b. Muntah

c. Diare (Nursalam, 2011)

Page 6: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

E. Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis adalah:

1. Sumbatan: akibat pecahan batu

2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

3. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan

pengangkatan batu ginjal

4. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007).

F. Test Diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :

1. Urin

a. PH lebih dari 7,6

b. Sediment sel darah merah lebih dari 90%

c. Biakan urin

d. Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

2. Darah

a. Hb turun

b. Leukositosis

c. Urium kreatinin

d. Kalsium, fosfor, asam urat

3. Radiologi

a. Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu

b. USG abdomen

c. PIV (Pielografi Intravena)

d. Sistoskpi (Mary Baradero, 2008)

G. Penatalaksanaan

1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat

dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi

simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum

Page 7: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5-10

mg/hr.

2. Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk

membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut

nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah

ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan

memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang

kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun

demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah

diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain.

Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal

untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:

a. Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal

b. Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal

c. Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter

d. Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih

Page 8: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

H. Pengkajian

Menurut Asmadi (2008) pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.

Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan

klien saat ini.

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose

medis, dan tanggal medis.

2. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang.

Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang

mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke

RS.

b. Riwayat penyakit dahulu.

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. Menurut

Kartika S. W. (2013) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,

penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus,

bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti

hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan

kalsium atau vitamin D.

c. Riwayat penyakit keluarga.

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari

orang tua.

d. Riwayat Psikososial

Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat

secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011) pengkajian psikologis pasien

meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh

persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien.

Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan

intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian

psikososialspiritual yang seksama.

Page 9: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

4. Pola-pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal

dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.

b. Pola nutrisi dan metabolism

Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya

luka pada ginjal. Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi

purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,

terjadi abdominal, penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013).

c. Pola aktivitas dan latihan

Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena

adanya luka pada ginjal.

d. Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit

karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.

e. Pola tidur dan istirahat

Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena

adanya penyakitnya.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan

bagaimana dilakukan operasi.

g. Pola sensori dan kognitif

Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di

rumah sakit.

h. Pola reproduksi sexual

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan

dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

i. Pola hubungan peran

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada

gangguan.

j. Pola penaggulangan stress

Page 10: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif

jika stress muncul.

k. Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan

dapat sembuh.

5. Pemeriksaan Fisik Fokus

Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasisdidapatkan

adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan,

keringat dingin, dan lemah.

a.  Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi

urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual

dan muntah.

b. Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus

dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

c. Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan

pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau insisi

bedah.

2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh

batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi.

3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,

muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

5. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan

pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi.

Page 11: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

J. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau insisi

bedah.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi,  menunjukkan fostur rileks.

Intervensi :

a. Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.

Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi

sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.

b. Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.

Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang sempit.

c. Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik renal.

Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.

d. Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks

e. Ajarkan teknik relaksasi/distraksi

Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.

f. Berikan obat anti nyeri/analgesic

Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri

2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih

oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi.

Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi

Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada,

dorongan ingin berkemih terus berkurang.

Intervensi                       :

a. Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.

Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda

komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan.

b. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.

Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan

sensasi kebutuhan berkemih segera.

c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.

Page 12: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu

lewatnya batu.

d. Awasi pemeriksaan laboratorium.

Rasional :Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan

disfungsi ginjal.

3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

Tujuan : Asupan klien terpenuhi.

Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat,

pernyataan kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Intervensi :

a. Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan,

integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.

Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan

pilihan intervensi.

b. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi) atau

dengan makan sedikit tapi sering.

Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki nutrisi.

c. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta

sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.

Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau obat yang

dapat merangsang pusat muntah.

d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang

tepat.

Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status

hipermetabolik.

e. Kolaborasi untuk pemberian anti muntah

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan

kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

Tujuan : Pengetahuan klien tentang penyakit baik.

Page 13: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

Kriteria hasil : Klien akan membuka diri meminta Informasi.

Intervensi :

a. Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri, panas,

bengkak, adanya fungsiolesa.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan sepsis.

b. Monitor Tanda Tanda Vital

Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga mengetahui rentang

Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah.

c. Gunakan tehnik steril saat perawatan luka

Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme yang masuk.

d. Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan luka

Rasinal : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan keluarga

e. Kolaborasi medik pemberian antibiotic

Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme

5. Kurang pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan

pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi.

Tujuan : Memberikan informasi pasien dan keluarga

Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga mampu memahami tentang proses penyakit,

dan pengobatan.

a. Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan

Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan informasi

b. Tekankan pentingnya pemasukan cairan

Rasional: pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan statis ginjal dan

pembentukan batu.

c. Diskusikan program pengobatan

Rasional: obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine

Page 14: Laporan pendahuluan nefrolitiasis

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.

Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto

Sjamsuhidrajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tarwoto. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif & Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika

Page 15: Laporan pendahuluan nefrolitiasis