LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

24
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOTA AIR ANESTESI DAN PEMBEDAHAN NAMA : YUNI MAHARANI STAMBUK : L221 12 269 KELOMPOK : X (SEPULUH) ASISTEN : 1. ASIAH ZAHRAH ZAINUDDIN 2. JUNAEDI 3. UTAMI NACHDATULLAH LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR

description

anestesi

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI BIOTA AIR

ANESTESI DAN PEMBEDAHAN

NAMA : YUNI MAHARANISTAMBUK : L221 12 269KELOMPOK : X (SEPULUH)ASISTEN : 1. ASIAH ZAHRAH ZAINUDDIN          2. JUNAEDI          3. UTAMI NACHDATULLAH

LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIRJURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fisiologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang berkaitan dengan

fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organisasi dan

fungsi sel diketahui. Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme.

Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang

mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Oleh karena luas bidang fisiologi,

maka dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus, diantaranya yaitu fisiologi

hewan air dalam hal ini ikan dimana didalamnya terdapat salah satu yang akan

dibahas adalah tentang anestesi dan pembedahan (Fujaya dalam Salam, 2013).

Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai

hilangnya rasa sakit yang sifatnya sementara. Anestesi pada setiap keadaan

membawa masalah-masalah tersendiri sesuai dengan penderita atau pasien

yang sedang ditangani karena efek samping dari obat-obat anestesi mendepresi

organ-organ vital di tubuh (Irawan dalam Salam, 2013).

Ada beberapa jenis anestesi antara lain, Anestesi lokal, digunakan untuk

operasi kecil pada bagian tubuh tertentu. Suntikan diberikan pada area yang

akan dioperasi untuk mengurangi rasa sakit. Anestesi regional diberikan di

sekitar saraf utama tubuh untuk mematikan bagian yang lebih besar. obat

anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk menghambat rasa sakit

selama dan setelah prosedur bedah. Anestesi umum ditujukan membuat pasien

sepenuhnya tidak sadar selama operasi (Bambuta dalam Salam, 2013).

pembedahan yaitu merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat

mengamati bagian internal dari ikan. Melalui perlakuan ini, maka akan diketahui

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

anatomi internal dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan

pada bagian truncus setelah dibius dengan kloroform terlebih dahulu. Bagian

truncus yang telah dihilangkan sisiknya kemudian dibedah. Pembedahan

dilakukan mulai dari bagian pinna pectoralis, venter, sampai dengan bagian

pinna analis (Soni dan Ahmad, 2009).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) terkenal sebagai ikan yang tahan

terhadap perubahan lingkungan hidup. Ikan nila dapat hidup di lingkungan air

tawar, air payau, dan air asin (Suyanto, 2005). Pada mulanya, ikan nila berasal

dari perairan tawar di Afrika. Perkembangan selanjutnya, ikan nila meluas dan

dibudidayakan di berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam,

Bangladesh, dan Indonesia (Safitri dkk, 2013).

Berasarkan uraian diatas, diketahui bahwa anestesi dan pembedahan

pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan proses fisiologi yang sangat

penting. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui beberapa hal

yang berkaitan dengan anestesi dan pembedahan.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum Anestesi dan Pembedahan adalah untuk

mengetahui dan membedakan karakteristik seks primer dan seks sekunder pada

ikan dan untuk mengetahui metode anestesi serta untuk mengetahui teknik

pembedahan.

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui teknik

atau cara melakukan pembiusan dan pembedahan pada ikan dan dapat melihat

seks primer jantan dan betina pada ikan

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis nilooticus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Order : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Scientific name: Oreochromis niloticus (Ika, 2011).

Gambar 1. Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Amri, 2003).

Penyebaran

Ikan nila (Oreochromis niloticus) terkenal sebagai ikan yang tahan

terhadap perubahan lingkungan hidup. Ikan nila dapat hidup di lingkungan air

tawar, air payau, dan air asin (Suyanto, 2005). Pada mulanya, ikan nila berasal

dari perairan tawar di Afrika. Ikan nila meluas dan dibudidayakan di berbagai

negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia. Di

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

kawasan Asia, daerah penyebaran ikan nila pada mulanya terpusat di beberapa

negara, seperti Philipina dan Cina (Rukmana dalam Safitri, 2013).

Morfologi

Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik

berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih.

Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut,

tetapi letaknya lebih ke bawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip

dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggungnya

berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian sirip punggung

berwarna abu-abu atau hitam (Amri dan Khairuman dalam Ika, 2011).

Habitat

Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya,

sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran

tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, bisa di sungai,

danau, waduk, rawa, sawah, kolam, atau tambak. Nila dapat tumbuh secara

normal pada kisaran suhu 14-38° C dan dapat memijah secara alami pada suhu

22-37° C. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan

ini adalah 25-30° C. Pertumbuhan nila biasanya akan terganggu jika suhu

habitatnya lebih rendah dari 14° C atau pada suhu di atas 38° C. Selain suhu,

faktor lain yang bisa mepengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar

garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-

29% (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh, tapi tidak bisa berproduksi di perairan

dengan salinitas 29-35%. Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat

menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang

berukuran besar (Akbar dkk, 2010).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Kebiasaan Makan

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk omnivore atau ikan pemakan

segala, baik tumbuhan maupun hewan. Kebiasaan itu tergatung umurnya. Pada

saat larva, setelah habis kuning telur, Ikan Nila suka dengan phyto plankton.

Besar edikit atau saat benih sangat suka dengan zooplankton, seperti Rotifera

sp, Impusoria sp, Daphnia sp, Moina sp and Cladocera sp. Setelah dewasa

sangat suka dengan cacing, seperti cacing tanah, cacing darah dan tubifex

(Taftajani, 2010).

Nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa

mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itu, ikan ini sangat

mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah

zooplankton (plankton hewani), seperti Rotivera sp., Moina sp., atau Daphnia sp.

Selain itu, benih nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di batuan

yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, nila juga memakan tanaman

air yang tumbuh di kolam budidaya (Amri, 2003).

Siklus Hidup

Siklus hidup ikan Nila melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva,

benih, konsumsi dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan

bentuk dan ukuran tubuh serta sifat sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu

yang berbeda-beda. Dari semua fase, konsumsi merpakan suatu fase komersil

pada sebuah usaha. Telur merupakan fase awal kehidupan ikan Nila, dimana

bakal anak itu baru dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya

yang bulat, berwarna kuning dan bersifat tidak melekat. Telur Ikan Nila

berdiameter antara 2 – 2,5 mm. setiap butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg

(Taftajani, 2010).

Fase telur merupakan masa kritis dan dilewati selama 6 – 7 hari atau

tergantung suhu air, kemudian berubah menjadi fase larva yang masih memiliki

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

kuning telur atau makanan cadangan. Fase itu dilewati selama 2 – 3 hari. Selama

fase itu tidak memerlukan pakan dari luar, tetapi akan menghabiskan makanan

cadangan itu (Taftajani, 2010).

Seks Primer dan Seks Sekunder Pada Ikan

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang

secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan

pembuluhnya pada ikan betina, dan pada ikan jantan testis dengan

pembuluhnya. Tanpa melihat tanda-tanda lain pada ikan, kiranya akan sukar

untuk mengethaui organ seksual primernya. Dengan demikian kita tidak dapat

membedakan ikan jantan dengan ikan betina. Satu cara yang terbaik untuk

mengetahui hal tersebut dengan mengadakan anastesi. Namun

hasil pembedahan itu belum tentu positif. Lebih-lebih kalau kita belum

mengetahui bahwa ikan itu mempunyai sifat seksual yang lain. Biasanya pada

ikan-ikan muda sifat seksual primernya sukar ditentukan walaupun ikan itu

gonokhortis berdiferensiasi (Fujaya dalam Krisye, 2009).

Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk

membedakan jantan dan betina. Apabila salah satu spesies ikan mempunyai sifat

morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka

spesies itu mempunyai seksual dimorfisme. Apabila yang menjadi tanda tadi itu

warna, maka ikan itu mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari

pada ikan betina (Rahardjo dalam Krisye, 2009).

Respon yang diberikan ikan selama perlakuan pembiusan akan berbeda,

dan bergantung pada kadar bahan anaestesi dan kepadatan ikan yang

digunakan. Selama pingsan tersebut proses fisiologis tetap terjadi dalam tubuh

ikan. Pada saat ini biasanya ikan akan menyekresikan kortisol dan epinephrine,

dan selanjutnya peningkatan glukosa dan gangguan osmoregulasi sebagai

indikator stres (Yanto, 2012).

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Untuk melihat atau menunjukkan pulih sadar dari ikan yang telah

dipingsankan tersebut ditandai dengan pergerakan ikan yang aktif dan responsif

terhadap rangsangan yang ada. Sebelum mencapai kondisi seperti ini banyak

proses ataupun tahap-tahap yang dilalui dalam ukuran menit. Pada kondisi pulih

sadar ini terlihat sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan mulai stabil seiring

dengan berpindahnya bahan pembiusan dari dalam jaringan tubuh ikan

kelingkungan. Sehingga pada kondisi tersebut bahan pembiusan pada tubuh

ikan telah berangsur-angsur berkurang (Sukmiwati dan Sari, 2007).

Bahan-bahan anestesi yang masuk kedalam tubuh ikan secara langsung

atau tidak langsung akan mengganggu kesetimbangan ionik dalam otak ikan.

Gangguan ini akan mempengaruhi kerja syaraf motorik dan pernapasan. Kondisi

ini menjadi dasar penggunaan bahan anestesi, jadi ikan yang diperlakukan

dengan menggunakan bahan-bahan anestesi akan menyebabkan kematian rasa

atau pingsan (Wilford dalam Arfah dan Supriyono, 2002).

Menurut (Nemoto dalam Arfah dan Supriyono, 2002) menyatakan bahwa

dengan pembiusan maka tingkat konsumsi oksigen ikan dan biota menjadi

berkurang, laju produksi karbondioksida berkurang dan senyawa nitrogen yang

diekskresikan ikan ke dalam lingkungan pun dapat ditekan. Respon yang

diberikan ikan selama mendapatkan perlakuan pembiusan akan berbeda

bergantung pada tingkat pembiusan yang diberikan.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Anetesi dan Pembedahan

dilaksanakan pada hari Rabu, Tanggal 12 Maret 2014 pukul 15.20-17.30 WITA di

Laborarorium Fisiologi Biota Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Anestesi dan

Pembedahan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Table 1. alat yang digunakan beserta fungsinya No Alat Fungsi1 Baskom Mewadahi ikan ketika dipingsankan2 Papan preparat Meletakkan ikan ketika akan dibedah3 Gunting bedah Memotong benang4 Pisau bedah Membedah Ikan567891011

Akuarium AeratorLab kasar StopwatchJarum bedahScapelPinset

Mewadahi ikan ketika proses pemulihanMembantu menyuplai oksigenMengalasi ikan saat pembedahanMenghitung waktu pada saat percobaanMenjahit ikan yang sudah dibedahAlat bantu dalam pembedahan ikanMencabut sisik ikan

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsinyaNo Bahan Fungsi1 Ikan Nila Oreocromis

niloticus Sampel yang akan diamati

2 Benang cat gut Menjahit ikan yang sudah dibedah3 Es batu Membius ikan4567

Alkohol 70 %Methylane blueAir tawarTissue

Mensterilkan alatMensterilkan air agar ikan tidak terinfeksiMedia ikan setelah pemulihanMembersihkan lendir ikan

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Prosesur Kerja

a) Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan

b) Mengambil baskom yang berisi air lalu masukkan es batu ke dalam baskom

c) Memasukkan ikan ke dalam baskom dan menhitung waktu pingsan

d) Setelah ikan pingsan, matikan waktu pingsan dan hitung rentang waktu

pingsan kemudian letakkan ikan diatas papan preparat yang telah dialasi lap

kasar

e) Menyeterilkan semua peralatan yang akan digunakan menggunakan alcohol

70%

f) Pembadahan mulai dilakukan menggunakan pisau bedah dan hitung

lamanya pembedahan menggunakan stopwatch

g) Pembedahan dilakukan dengan teknik menghitung sisik ke tiga diatas sirp

perut dan dari bagian tersebut mulai dibedah hingga ke atas sirip dubur

h) Setelah ikan dibedah, kita melihat seks primer ikan dengan bantuan scapel,

lalu dimulailah penjahitan ikan.

i) Penjahitan ikan dilakukan dengan menggunakan jarum bedah dan benang

cat gut, penjahitan dilakukan dengan hati-hati agar organ dalam ikan tidak

rusak

j) Setelah penjahitan luka selesai, ikan dimasukkan ke dalam akuarium yang

telah diberikan metylane blue untuk menyeterilkan air dan catat waktu yang

diperlukan agar pembiusan pada ikan hilang

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Pengukuran Peubah

Waktu pingsan

Waktu pingsan adalah waktu dimana ikan dimasukkan kedalam wadah

yang berisi es batu hingga ikan kehilangan keseimbangan dan aktivitas akibat

pengaruh anestesi fisik dalam hal ini suhu dingin. Perhitungan dimulai ketika ikan

dimasukkan kedalam baskom hingga ikan kehilangan kesadaran.

Rentang waktu pingsan

Rentang pingsan adalah waktu yang dihitung mulai dari ikan tidak

mendapatkan respon sampai ikan selesai dibedah.

Waktu pembedahan

Waktu pembedahan adalah waktu yang digunakan selama proses

pembedahan dan setelah penutupan luka berlangsung dengan cara menjahit.

Waktu pulih

Waktu pulih adalah lamanya waktu yang dihitung setelah ikan dipindahkan

kedalam akuarium proses pembedahan. Kondisi ikan akan diamati sampai ikan

sadar, aktif, lincah, dan kembali bergerak normal.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum Anestesi dan Pembedahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil pengamatan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus)

No.

Jenis Perlakuan Ikan ♀ Ikan ♂

1. Waktu pingsan 03 menit 21 detik 03 menit 46 detik

2. Rentang waktu pingsan 19 menit 30 detik 20 menit 32 detik

3. Waktu pembedahan 07 menit 35 detik 07 menit 40 detik

4. Waktu pulih 11 menit 01 detik 08 menit 25 detik

Pembahasan

Waktu Pingsan

Waktu pingsan adalah waktu dimana ikan dimasukkan kedalam wadah

yang berisi es batu hingga ikan kehilangan keseimbangan dan aktivitas akibat

pengaruh anestesi fisik dalam hal ini suhu dingin. Pada saat dianastesi ikan

perlahan-lahan melakukan perlawanan dan penyesuaian diri terhadap

lingkungan diluar tubuhnya, yang mana operculum ikan akan bergerak semakin

lambat. Waktu pingsan yang digunakan untuk ikan jantan adalah 03 menit 46

detik dan ikan betina 03 menit 21 detik. Perbedaan waktu pingsan disebabkan

oleh adanya perbedaan ukuran dimana ukuran tubuh dari ikan jantan lebih kecil

daripada ikan betina. Dimana ikan betina cenderung lebih besar, sehingga

ketebalan daging atau tubuh pada ikan betina mempengaruhi cepat atau

lambatnya anestesi. Selain itu jumlah es batu yang diberikan pada saat anestesi

pun akan mempengaruhi waktu pingsan ikan.

Bahan anestetik dapat berupa bahan kimia sintetik atau bahan alami.

Bahan kimia yang biasa digunakan dalam anestetik diantaranya MS-222,

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

benzocaine, metomidate, phenoxy ethanol, quinaldine, chinaldine. Bahan kimia

seperti MS-222, benzocaine, metomidate, phenoxy ethanol, quinaldine,

chinaldine merupakan cairan toksik. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan

anestetik dapat meninggalkan residu yang berbahaya bagi ikan, manusia dan

lingkungan.Sedangkan bahan anestetik alami yang biasa digunakan misalnya

minyak cengkeh (Sygnium aromaticum). Pada praktikum yang dilakukan bahn

anestesi yang dilakukan adalah bahan anestesi alami yaitu dengan

menggunakan es batu (Saskia dkk, 2010).

Rentang Waktu Pingsan

Untuk menghitung rentang waktu pingsan dimulai saat ikan mulai pingsan

sampai ikan pulih kembali dan berenang aktif. Pada percobaan ini, rentang waktu

pingsan yang dibutuhkan oleh ikan jantan adalah 20 menit 32 detik sedangkan

pada ikan betina waktu yang dibutuhkan adalah 19 menit 30 detik.

Selama pingsan, proses fisiologis tetap terjadi dalam tubuh ikan. Pada

saat ini biasanya ikan akan menyekresikan kortisol dan ephineprine, dan

selanjutnya peningkatan glukosa dan gangguan osmoregulasi sebagai indikator

stres. Glukosa diproduksi dari proses glikogenolisis di hati sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan energi selama stres. Sebagai steroid hormon, kortisol

diproduksi untuk berbagai aktifitas biologis, termasuk glukoneogenesis dan

peningkatan ketahanan tubuh (Yanto, 2012).

Waktu Pembedahan

Waktu pembedahan adalah waktu yang digunakan selama proses

pembedahan dan setelah penutupan luka berlangsung dengan cara menjahit.

dimana ikan nila jantan membutuhkan waktu pembedahan selama 07 menit 40

detik dan pada ikan betina 07 menit 35 detik. Saat proses pembedahan kita

dapat mengamati perbedaan seks primer jantan dan betina. Pada ikan jantan

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

gonadnya berwarna putih bening sedangkan pada ikan betina gonadnya

berwarna kekuning-kuningan. (Haryono, 2006) menyatakan bahwa ikan

mempunyai penampakan yang bebeda antara jantan dan betina, yang meliputi

ciri primer antara ovarium dan testis maupun ciri sekunder. Pada ciri kelamin

sekunder (dimorfisme jenis kelamin) berguna untuk membedakan jenis kelamin

jantan dan betina secara morfologis tanpa harus melakukan pembedahan

terhadap organ reproduksinya.

Waktu Pulih

Waktu pulih adalah lamanya waktu yang dihitung setelah ikan

dipindahkan kedalam akuarium proses pembedahan. Kondisi ikan akan diamati

samapi ikan sadar, aktif, lincah, dan kembali bergerak normal, dimana ikan nila

jantan membutuhkan waktu pulih 08 menit 25 detik dan pada ikan nila betina

membutuhkan waktu pembedahan 11 menit 01 detik.

Saat pemulihan pada ikan terjadi, laju metabolisme tinggi (karena suhu

lingkungan tinggi pada siang hari). Maka produksi CO2 juga akan semakin tinggi.

Hal ini membuat pH air semakin asam dan dapat mengakibatkan ionisasi dari

molekul amonia yang dihasilkan oleh ikan (Andriyanto dkk, 2010). Menurut (Arfah

dan Supriyono, 2002) pada proses pemingsangan ikan, produksi urin akan

meningkat dan setelah 2 jam penyembuhan dan pada saat ini ikan bergerak

sangat aktif. Kondisi inilah yang pada akhirnya diduga dapat meningkatkan

kandungan CO2 dalam media.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yakni :

1. Pada ikan jantan gonadnya berwarna putih bening yang menandakan

bahwa ikan adalah jantan dan pada ikan betina gonadnya berwarna

kekuning-kuningan yang berarti ikan itu adalah betina. Kemudian teknik

anestesi yang digunakan adalah anestesi umum yang menyebabkan

tubuh ikan tidak sakit apabila dibedah.

2. Teknik pembedahan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pisau

bedah dengan pola pada tubuh ikan di atas sirip perut dengan patokan

tiga sisik ke atas hingga ke sirip dubur

Saran

1. Laboratorium

Alat dan bahan yang terdapat di Laboratorium yang masih dapat

digunakan, sebaiknya digunakan kembali agar praktikan bisa menghemat biaya

praktikum.

2. Asisten

Asiah Zahrah Zainuddin

Baik, pintar dan sangat tegas.

Junaedi

Sangat membantu saat proses pembedahan dan ramah pada praktikan.

Utami Nachdatullah

Kakak orangnya baik tapi pendiam, sebaiknya kakak lebih aktif dengan praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Akbar, M,Y., Devi, Alfira N., Kusuma, MI. 2010. Pengaruh Jahe Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias bathracus) Pada Polikultur Dengan Sistem Sirkulasi Tertutup. Universitas Airlangga. Surabaya.

Amri, khairul. 2003. Sumber Daya 15 Ikan Air Tawar Ekonomis. Penerbit agromedia, jagakarsa. Jakarta selatan

Andriyanto., Sutisna, A., Manalu, W., Andini, L., Hidayat, R., Suanda, K., Valinata, S. 2009. Potensi Penggunaan Acepromazine Sebagai Sediaan Transquilizer Pada Transportasi Ikan Patin. Universitas Riau. Pekanbaru

Arfah dan Supriyono. 2002. Penggunaan MS-222 Pada Pengangkutan Benih Ikan Patin (Pangasius sutchi) Seed. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Haryono. 2006. Aspek Biologi Ikan Tambra (Tor tambroides Blkr.) yang Eksotik dan Langka sebagai Dasar Domestikasi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bogor

Ika, Yuyun. 2011. Anatomi Ekternal dan Internal Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya.Malang

Krisye. 2009. Laporan Fisiologi Hewan Air. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar

Safitri, D., Sugito., Suryaningsih, S. 2013. Kadar Hemoglobin Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Cekaman Panas Dan Pakan Yang Disuplementasikan Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh

Salam, Marwah. 2013. Laporan Praktikum Fisiologi Biota Air. Universitas Hasanuddin. Makassar

Saskia, Y., Harpeni, E., Kadarini, T. 2010. Toksisitas dan Kemampuan Anestetik Minyak Cengkeh (Sygnium aromaticum) Terhadap Benih Ikan Pelangi Merah (Glossolepis incius). Universitas Lampung

Soni dan Ahmad. 2009. Pengamatan Anatomi Eksternal dan Internal Pisces. Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya. Malang

Sukmiwati dan sari. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (havea brancillienstes muel. Arg) sebagai pembius terhadap aktivitas dan kelulusan hidup ikan mas (cyprinus carpio) selama transportasi.Laboratorium teknologi hasl perikanan fapeka. Universitas riau.

Taftajani, Ujang Shadudin. 2010. Budidaya Ikan Nila. Sukabumi

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI

Yanto, H. 2012. Kinerja MS-222 dan Kepadatan Ikan Botia (Botia macracanthus) yang Berbeda Selama Transportasi. Universitas Muhammadiyah. Pontianak