laporan sintesis asetanilida

download laporan sintesis asetanilida

of 10

description

laporan kimia organik

Transcript of laporan sintesis asetanilida

  • I. TUJUAN PERCOBAAN

    Adapun maksud dan tujuan dari percobaan Sintesis Asetanilida

    adalah agar dapat mempelajari cara pembuatan turunan asetil amina aromatis

    dan mempelajari pemurniaan senyawa dengan metode kristalisasi.

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Anilin merupakan amina aromatis primer. Reaksi subtitusi terhadap

    amina primer aromatis dapat berupa subtitusi pada cincin benzene atau subtitusi

    pada gugus amina (Penuntun Praktikum Kimia Organik I)

    Amina adalah senyawa yang mengandung atom N yang terikat pada

    atom-atom H atau gugus hidrokarbon. Atau dianggap sebagai turunan dari

    amoniak dengan mengganti satu atau lebih atom H dengan gugus alkil/ aril

    (M. Natsir Arsyad, Kamus Kimia 2001).

    Asetilasi amina aromatis primer atau sekunder banyak dilakukan

    dengan klorida asam dalam suasana basa atau dengan cara mereaksikan amina

    dengan asam asetat anhidrid.

    Anilin primer bereaksi dengan asam asetat anhidrid panas

    menghasilkan turunan monoasetat (amida)

    Jika asetat anhidrid yang digunakan berlebihan dan pemanasan

    dilakukan pada waktu yang lama, maka sejumlah turunan diasetil akan

    terbentuk. Namun demikian, turunan diasetil tidak stabil dengan kehadiran air

    dan mengalami hidrolisis menghasilkan senyawa monoasetil.

    Amida dapat mengalami reaksi hidrolisis dalam suasana asam

    membentuk asam karboksilat dan garam amina, sedangkan dalam suasana basa

    membentuk ion karboksilat dan amina. (Penuntun Praktikum Kimia Organik I)

    2 ArNH2 + (CH3CO)2O ArNH- CO- CH3 + CH3 -- C

    O

    O-+

    ArNH3

  • Selain itu juga dapat kita lihat rekasi amina yang direaksikan dengan

    asam asetat anhidrid sebagai berikut yang menghasilkan asetanilida:

    Kristalisasi ialah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu

    larutan atau suatu lelehan (G. Bernasconi, dkk. Teknologi Kimia bagian 2).

    Secara umum lagi dijelaskan bahwa kristalisasi adakah Suatu metode

    pemurnian dengan cara pemebentukan kristal sehingga cemarannya dapat

    dipisahkan. Suatu zat, gas atau cair, dapat mendingin atau memadat serta

    membentuk kristal karena mengalami proses kristalisasi. Kristal-kristal juga

    akan terbentuk dari suatu larutan yang dijenuhkan dengan pelarut tertentu.

    Makin kasar kristalnya makin baik, kerena semakin kecil kemungkinan tercemar

    kotoran (M. Natsir Arsyad, Kamus Kimia 2001).

    Kristal itu sendiri mempunyai pengertian suatu bahan padat dengan

    susunan atom atau molekul yang teratur (kisi kristal). (G. Bernasconi, dkk.

    Teknologi Kimia bagian 2).

    Pemurnian dengan cara rekristalisasi didasarkan pada perbedaan

    kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Pada dasarnya

    proses rekristalisasi adalah (a). melarutkan senyawa yang akan dimurnikan ke

    dalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya; (b). menyaring larutan

    panas dari molekul atau partikel tidak larut. (c). biarkan larutan panas menjadi

    dingin hingga terbentuk kristal; dan (d). memisahkan kristal dalam larutan.

    (Penuntun Praktikum Kimia Organik I).

    Agar kristal-kristal dapat terbentuk dari suatu larutan, maka larutan

    harus dalam keadaan lewat jenuh. Kosentrasi bahan yang akan dikristalisasi

    dalam larutan harus lebih tinggi daripada kelarutannya pada suhu yang

    bersangkutan. Perbedaan kosentrasi ini dapat dianggap sebagai gaya pendorong

    kristalisasi (G. Bernasconi, dkk. Teknologi Kimia bagian 2).

    NH2 + (CH3CO)2 NH C CH3 CH3COOH

    O+- -

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal

    adalah sebagai berikut :

    Derajat lewat jenuh

    Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.

    Pergerakan antara larutan dan kristal

    Faktor lain : viskositas larutan serta jenis dan banyaknya pengotor

    (G. Bernasconi, dkk. Teknologi Kimia bagian 2).

    Langkah penentuan pelarut dalam rekristalisasi merupakan langkah

    penentuan keberhasilan pemisahan. Jika senyawa larut dalam panas, maka

    penyaringan dilakukan pada keadaan panas.

    III. ALAT DAN BAHAN

    A. Alat yang dipakai :

    Labu alas bulat 250 mL

    Pendingin bola

    Gelas piala

    Erlenmeyer

    Corong

    Kertas saring

    Pompa pengisap (Aspirator)

    Magnetic stir

    Timbangan

    B. Bahan yang dipakai :

    Anilin 10 g

    Asetat Anhidrid 10 g

    Abu Zink 0,1 g

    Norit (karbon aktif)

    Asam asetat glasial 12 g

  • C. Gambar alat utama

    STIRHEAT

  • IV. CARA KERJA

    + + +

    10 g Anilin 10 g Asam asetat Anhidrid

    12 g Asam asetat glasial

    0,1 g Abu Zink

    Labu Alas Bulat dilengkapi pendingin

    Direfluks 30 menit

    Tuangkan ke dlm Gelas piala yg berisi air + aduk

    Disaring dgn aspirator

    Dikeringkan

    Masukkan ke Gelas piala

    Dipanaskan

    Masukkan Norit + Aduk

    Disaring Panas

    Kristal dicuci dengan air dingin

  • V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam Sintesis Asetanilida ini anilin ditambahkan dengan asam asetat

    anhidrid dan ditambahkan dengan asam sulfat glasial serta abu zink. Pemakaian

    abu zink dalam sintesis ini adalah sebagai katalis yaitu untuk mempercepat

    reaksi.

    Asam asetat glasial yang digunakan adalah untuk membawa campuran

    dalam suasana asam dan sebagai zat pendehidrasi.

    Campuran dari anilin, asam asetat anhidrid, asam asetat glasial dan abu

    zink tersebut dimasukkan kedalam labu alas bulat kemudian dipasangkan

    dengan pendingin kemudian direfluks selama 30 menit, agar campuran dapat

    tercampur dengan sempurna.

    Refluks digunakan sebagai suatu proses pendidih, dimana uap yang

    terbentuk akan terkondensasi dan mengalir lagi ke bawah sehingga proses alir

    balik secara kontinyu yang mana pemanasannya didasarkan pada kesetimbangan

    uap cair sehingga titik didih zat cair bisa dipertahankan dalam waktu yang lama

    karena pengontrolan suhu campuran cukup efektif (M. Natsir Arsyad, Kamus

    Kimia 2001).

    Sintesis asetanilida dengan menggunakan anilin dengan asam asetat

    anhidrid serta asam asetat glasial serta abu zink harus diperhatikan lamanya

    pemanasan yang dilakukan, karena pemanasan dengan waktu yang lama dan

    jumlah asam asetat anhidrid yang berlebihan maka akan terbentuk sejumlah

    turunan diasetil

    Reaksi antara amina primer dengan anhidrid asetat menghasilkan

    amida dalam hal ini asetamida tersubtitusi. Pembentukan diasetil dapat diatasi

    dengan menghidrolisis zat tersebut menjadi monoasetil. Amida tersebut dapat

    Ditimbang

    C2H5NH2 + CH3COCCH3

    O O

    C6H2NH C CH3

    O

    CH3 C O-C6H5NH3

    +O

    2 +

  • dihidrolisis dalam larutan asam maupun basa, yang dalam hal ini asam dan basa

    adalah pereaksi bukan katalis (Kimia Organik II, 1986)

    Pada reaksi pembentukan amida sering digunakan amina dalam jumlah

    yang berlebihan dikarenakan amida adalah turunan dari amina, maka

    penambahan amina yang berlebih tidak akan mempengaruhi hasil reaksi

    melainkan akan mempercepat proses pembentukan amida.

    Mekanisme reaksi hidrolisis turunan diasetil dengan menggunakan

    katalis asam sebagi berikut :

    Hasil refluks selama 30 menit, kemudian tuangkan sambil diaduk

    secara cepat ke dalam gelas piala yang berisi air. Seteleh didinginkan maka akan

    terbentuk kristal di dasar gelas piala. Kristal yang terbentuk itu disaring dengan

    pompa penghisap dan dicuci dengan air dingin.

    Karena kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni

    dan masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi.

    Maka senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan

    pelarut yang sesuai.

    CH3 C O C CH3

    O OH+

    CH3 C O C CH3

    O OH

    +

    NH 2

    CH3 C O C CH3

    O O H

    N HH+

    CH3 C O C CH3

    O O

    N HH+

    CH3 C OH

    O+ C CH3

    NH

    O

    asetanilida

    asam asetat anhidrid

  • Pelarut juga sangat penting dalam kristalisasi. Pelarut yang digunakan

    harus memenuhi syarat. Syarat pelarut yang dapat digunakan adalah titik didih

    pelarut harus dekat dengan titik didih senyawa yang mau dimurnikan.

    Kristal asetanilida dimasukkan kedalam gelas piala yang diisi air

    kemudian dipanaskan sampai terlarut sempurna kemudian tambahkan norit dan

    diaduk sampai semua endapan larut. Kemudian disaring panas, karena jika

    dingin maka akan terbentuk endapan lagi. Setelah disanring panas dengan

    menggunkan penyaring pengisap kemudian kristal tersebut dicuci dengan air

    dingin.

    Penggunaan norit (karbon aktif) dalam kristalisasi adalah agar dapat

    mengikat kotoran. Namun dalam penambahan norit suhu harus tetap dijaga

    sekitar 5-100C di bawah titik didih larutan karena terdapat bahaya pendidihan

    tertunda.

    Pencampuran anilin dan asam asetat anhidrid yang ditambahkan dengan asam

    asetat glasial serta abu zink menyebabkan terbentuknya asetanilida. Abu zink

    dalam sintesis asetanilida ini berfungsi sebagai katalis

    Hasil dari percobaan sintesis asetanilida adalah :

    Berat : 6,28 g

    Bentuk : Kristal

    Warna : Putih

    Kadar asetanilida dapat dihitung secara teoritis sebagai berikut:

    BM aniline

    C6H5NH2 = ( 6 x 25 g/mol ) + ( 7 x 1 g/mol ) + ( 1x 14 g/mol )

    = 93 g/mol

    mol aniline = gg

    9310

    = 0,256 mol

    BM anhidrid

    ( CH3CO )2O = ( 4 x 12 g/mol ) + ( 6 x 1 g/mol ) + ( 3 x 16 g/mol )

    = 102 g/mol

    mol anhidrid = molgg/102

    10

    = 0,09 mol

  • BM asetanilida

    C6H5NHCOCH3 = ( 8 x 12 g/mol ) + ( 9 x 1 g/mol ) + ( 1 x 14 g/mol ) +

    ( 1 x 16 g/mol )

    = 135 g/mol

    Karena mol anhidrit kecil yaitu 0,09 mol sehingga mol anhidrid yang

    habis bereaksi, dan mol anhidrid sama dengan mol asetanilida yaitu 0,09 mol.

    Maka massa asetanilida yaitu: 0,09 mol x 135 g/mol = 13,42 g.

    Jadi persen hasi asetanilida yaitu:

    %79,46

    %10042,1328,6

    %100%

    =

    =

    =

    xgg

    xteoritisberat

    percobaanberatHasil

    Jadi persen hasi percobaan asitanilida adalah 46,79%

    VI. KESIMPULAN

    Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

    Pembuatan Asetanilida adalah bereaksinya asam asetat anhidrid yang bereaksi

    dengan menggunakan katalis asam sehingga memungkinkan untuk masuknya

    gugus amina pada atom C sehingga menghasilkan asetanilida seperti

    mekanisme reaksi diatas.

    Pemurnian senyawa dilakukan dengan cara rekristalisasi

    dimana menggunakan pelarut yang cocok dan penambahan norit untuk

    mengikat pengotor, sehingga kristal yang terbentuk menjadi murni.

  • VII. DAFTAR PUSTAKA

    Bernasconi, B. dkk. 1995. Teknologi Kimia bagian 2. PT Pradnya paramita. Jakarta.

    Guether, Ernest. 1987. Minyak Atsiri jilid I. UI Jakarta Fessenden-Fessenden. 1984. Kimia Organik edisi kedua. Jilid 2. Penerbit

    Erlangga. Jakarta Pusat.

    .. .2004. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. UNPATTI. Ambon

    Natsir Arsyad, M. 2001. Kamus Kimia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

    Ambon, 9 November 2004

    Mengetahui, Praktikan

    Dosen/Asisten Pembimbing

    I. Wayan Sutapa, S.Si Mario Sohilait