laporan tablet ibuprofen

29
8/17/2019 laporan tablet ibuprofen http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 1/29 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLIDA PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI KERING Selasa, 26 Maret 2016 Kelompok I Selasa, Pukul 07.00 –  10.00 WIB  Nama NPM Tugas 1. Hidayatun Nisa 260110140118 Pembahasan 2. Giovani Wijonarko 260110140119 Pembahasan 3. Rindita Aulia Lubna 260110140120 Formula, Prosedur 4. Rania Adrieza 260110140121 Tujuan, Simpulan, Editor 5.  Ira Darmayanti 260110140122 Pembahasan 6. Budi Kurniawan 260110140123 Teori Dasar 7. Fanni Surani 260110140124 Hasil&Pengolahan Data 8. Annisa Ridla 260110140125 Perhitungan 9. Aisyah Nadila 260110140126 Evaluasi 10. Adil P. Budiman 260110140127 Perhitungan 11. Fitriani Jati R. 260110140128 Preformulasi LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLIDA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2016  Nilai Ttd

Transcript of laporan tablet ibuprofen

Page 1: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 1/29

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI

SEDIAAN SOLIDA

PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL

MENGGUNAKAN METODA GRANULASI KERING

Selasa, 26 Maret 2016

Kelompok I

Selasa, Pukul 07.00 –  10.00 WIB

 Nama NPM Tugas

1.  Hidayatun Nisa 260110140118 Pembahasan

2. 

Giovani Wijonarko 260110140119 Pembahasan

3.  Rindita Aulia Lubna 260110140120 Formula, Prosedur

4.  Rania Adrieza 260110140121 Tujuan, Simpulan, Editor

5. 

Ira Darmayanti 260110140122 Pembahasan6.  Budi Kurniawan 260110140123 Teori Dasar

7. 

Fanni Surani 260110140124 Hasil&Pengolahan Data

8.  Annisa Ridla 260110140125 Perhitungan

9. 

Aisyah Nadila 260110140126 Evaluasi

10. Adil P. Budiman 260110140127 Perhitungan

11. Fitriani Jati R. 260110140128 Preformulasi

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLIDA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2016

 Nilai Ttd

Page 2: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 2/29

I. TUJUAN

1. 

Mengetahui proses pembuatan tablet dengan zat aktif tunggal

secaran tablet dengan zat aktif tunggal secara granulasi granulasi

kering.

2. 

Mengetahui evaluasi massa cetak dan tablet yang baik.

II. TEORI DASAR

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

 bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai

tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).  Kebanyakan tablet

digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai

 beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang

tahan terhadap pemasukan (temperproof). Hal  –   hal berikut merupakan

keunggulan utama tablet : 

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran

serta variabilitas kandungan yang paling rendah. 

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling

rendah.

3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling

kompak.

4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling

kompak

5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan

murah ; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan

 permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal

di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan

Page 3: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 3/29

Page 4: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 4/29

- Kekerasan tablet (Hardness)

- Kerapuhan Tablet (friability)

- Waktu Hancur (disintegration time)

- Kecepatan Kelarutan (dissolution)

Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya mengukur

laju pelepasan obat pada media air atau media lain yang sesuai. Digunakan

sebagai dasar menghuji kemanjuran suatu obat secara in vitro

(bioavaibilitas). Terdapat 2 metode/alat pengujian disolusi obat.

i. Alat 1

Tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yg diikatkan pada

 bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada sebuah motor yg

kecepatannya dapat diatur. Keranjang dicelupkan ke dalam medium disolusi,

suhu labu dipertahankan 37oC + 0,5oC, kemudian cairan sampel diambil

 pada selang waktu tertentu untuk menentukan jumlah bahan obat yang

terlarut

ii. Alat 2

Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan pedal/dayung

(paddle) yang berbentuk pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk.

(Anief,2004).

Metode granulasi kering telah digunakan bertahun-tahun dan merupakan

metode yang cocok terutama pada keadaan dimana dosis efektif terlalu

tinggi untuk kempa langsung dan bahan-bahan yang digunakan peka

terhadap pemanasan, kelembaban atau keduanya. Metode ini khususnya

untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,

karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringnya

diperlukan temperatur yang dinaikkan (Lachman et al., 2008).

Granulasi kering digunakan jika :

Page 5: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 5/29

• Massa zat aktif tablet lebih besar dari pada pengisi

• Jika zat aktif pada tablet tidak tahan terhadap pemanasan dan lembab

(Lachman et al., 2008).

Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu : Granulasi basah, granulasi

kering dan cetak langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk

meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi

kering dibuat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi

sehingga menjadi tablet yang besar kemudian digiling dan diayak hingga

diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (DepKes RI,1995).

Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu

metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering

(partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya

dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar

(granul) dari serbuk semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul

secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya

didapat melalui gaya. Pada proses ini komponen-komponen tablet

dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan

dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,

 prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak

dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik

dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses

diatas dapat diulang (Ansel,1989).

III. FORMULA

R/ Ibuprofen 200 mg

Laktosa anhidrat 185 mg

Amprotab 50 mg

 Na Starch Glycolat 5%

Page 6: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 6/29

  Talkum 2%

Mg Stearat 1%

PVP 25 mg

IV. PREFORMULASI ZAT AKTIF DAN EKSIPIEN

1. Ibuprofen

Sinonim : Ibuprofen, ibuprofenas, ibuprofenox

Rumus molekul : C13H18O2

Berat molekul : 206,3

Pemerian : Putih atau hampir putih, serbuk kristal atau kristal

 berwarna

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton,

sangat mudah larut dalam etanol, metil alkohol. Sedikit larut dalam etil

asetat

Khasiat/Penggunaan : Analgesik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

(Depkes RI, 1995)

2. Amprotab (Amilum Manihot)

Page 7: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 7/29

 

Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih

 berupa granul –  granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan

 bentuk yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan

air dingin. Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada

37˚C. 

Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika

dilindungi dari kelembaban yang tinggi. Jika digunakan sebagai penghancur

 pada tablet dibawah kondisi normal pati biasanya inert. Larutan pati panas

atau pasta secara fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme

sehingga menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk

unik.

Khasiat/Penggunaan : Diluent tablet dan kapsul; Disintegran tablet dan

kapsul; Binder tablet.

(Rowe et al, 2009)

3. Laktosa Anhidrat

Page 8: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 8/29

 

Sinonim : Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT);

Anhydrous DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress

Anhydrous; Lactopress Anhydrous 250; lactosum anhydricum; lattosio;

milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN; saccharum lactis.

Rumus Molekul : C12H22O11

BM : 342,30

Pemerian : Laktosa anhidrat berwarna putih berbentuk partikel

kristal atau serbuk. Beberapa merek yang berbeda dari laktosa anhidrat

adalah tersedia secara komersial yang mengandung laktosa anhidrat b dan

laktosa anhidrat a. Laktosa anhidrat biasanya mengandung 70-80% laktosa

anhidrat b dan 20-30% laktosa anhidrat a.

Kelarutan : Larut dalam air; sukar larut dalam atanol (95%) dan eter

Titik lebur : 223,0 °C untuk anhydrous α-lactose; 252 °C untuk

anhydrous β-lactose; 232,0 °C untuk lactose anhydrous

Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat tidak kompatibel dengan oksidasi kuat

ketika campuran mengandung antagonis leukotrien hidrofobik dan laktosa

Page 9: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 9/29

anhidrat atau laktosa monohidrat disimpan selama 6 minggu pada 40°C dan

75% RH, campuran yang mengandung anhidrat laktosa menunjukkan

serapan kelembaban yang lebih besar dan degradasi obat

Khasiat/Penggunaan: Eksipien tablet kempa langsung; Filler dan Binder

 pada tablet dan kapsul.

Penyimpanan : Disimpan pada wadah sejuk, kering, dan tertutup

rapat.

(Rowe et al, 2009)

4. Mg Stearat

Sinonim : Octadecanoic acid Mg salt (Magnesium stearat)

Rumus Molekul : [CH3(CH2)16COO]2Mg

BM : 591,27

Pemerian : Hablur sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan

air. Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.

Stabilitas : Stabil.

Inkompatibilitas : Dengan asam kuat,alkali, dan garam besi.

Khasiat/Penggunaan: Lubrikan untuk tablet dan kapsul.

Penyimpanan :Disimpan pada wadah sejuk, kering, dan tertutup rapat.

(Rowe et al, 2009)

5. Natrium Starch Glycolat

Page 10: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 10/29

 

Sinonim : Primojel, explotab

Pemakaian : Konsentrasi yang biasa digunakan di dalam formulasi

tablet adalah antara 2-8% dengan konsentrasi optimum 4%., walaupun

dalam banyak kasus, 2% sudah cukup.

Kelarutan : Larut sebagian di dalam etanol (95%), praktis tidak

larut air.

Solubility : Praktis tidak larut dalam metilen klorida.

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan asam askorbat.

 pH : 3-5 atau 5,5-7,5 untuk larutan dispersi 3,3%

Khasiat/Penggunaan: Disintegran

Penyimpanan : Disimpan di wadah yang tertutup baik terhindar cahaya

(Rowe et al, 2009)

6. PVP

Page 11: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 11/29

 

Sinonim : Povidone, Polivinilpirolidon

Rumus Molekul : (C6H9NO)n

Pemerian : Serbuk halus; putih hingga putih-krem; tidak berbau

atau hampir tidak berbau; sangat higroskopis

Kelarutan : Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),

keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan

minyak mineral.

Stabilitas : Warna povidon berubah gelap dengan pemanasan pada

suhu 105°C, dan terjadi penurunan kelarutan dalam air. Stabil pada

 pemanasan 110-130 oC yang sebentar, sterilisasi dengan uap tidak

mengubah karakteristik povidon. Larutan povidon mudah terkontaminasi

oleh jamur olah karena itu perlu ditambahkan pengawet. Povidon dapat

disimpan dalam kondisi biasa-biasa saja tanpa mengalamai degradasi atau

dekomposisi.

Inkompatibilitas : Dapat membentuk molecular adducts dalam larutan

dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin dab

 bahan lain. Efek dari beberapa pengawet seperti thimerosal dapat berubah

(merugikan) ketika terbentuk kompleks dengan povidon.

Khasiat/Penggunaan: Disintegran, Binder pada Tablet, Suspending Agent

Penyimpanan :Disimpan pada wadah sejuk, kering, dan tertutup rapat.

Page 12: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 12/29

(Rowe et al, 2009)

7. Talkum

Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada

kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu

Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

(Depkes RI, 1979)

Khasiat/Penggunaan: Anticaking agent, glidan, pengisi tablet dan kapsul,

lubrikan tablet dan kapsul.

(Rowe et al, 2009)

V. PERHITUNGAN

1. Fase Dalam

Fase dalam teoritis :

 Ibuprofen = 200 mg

= 200 mg x 300 = 60 gram 

 Amprotab =

= 50 mg x 300 = 15 gram 

 PVP =

= 25 mg x 300 = 7,5 gram 

 Fase dalam =

 Laktosa = (460 –  (200+20+25)) = 185 mg

= 185 mg x 300 = 55,5 gram

  Talkum (Untuk fase dalam) =

= 5 mg x 300 = 1,5 gram 

 

Mg Stearat (Untuk fase dalam) =

Page 13: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 13/29

  = 2,5 mg x 300 = 750 mg

Total fase dalam nyata = 60 g + 15 g + 7,5 g + 55,5 g + 1,54 g + 0,75 g

= 140,29 gram 

2. % Fase Dalam yang Digunakan

Fase luar = Na starch 5% + Talkum (FD) 1% + Mg stearat (FD) 0,5 %

= 6,5%

Fasa dalam yang digunakan = 100% - 6,5 % = 93,5 % 

3. Fase Luar

   Na starch (5%) =

  Talk (1%) =

  Mg stearat (0,5%) =

4. Massa Kempa

Fase dalam + fase luar = 140,29 g + 5,3 g + 1 g + 0,5 g

= 147,09 gram

Massa kempa nyata = 147,1 gram

5. Berat Tablet Teoritis

Berat tablet teoritis =

=

Berat tablet teoritis = 262 tablet

Berat tablet nyata = 189 tablet

VI. PROSEDUR

Page 14: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 14/29

- Semua bahan diayak menggunakan ayakan mesh 40 

- Semua bahan ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai

 perhitungan, yaitu 60 gram ibuprofen, 55.5 gram laktosa anhidrat, 15 gram

amprotab, 15 gram Na Starch Glycolat, 1.5 gram talkum, 0.53 gram Mg

Stearat, dan 7.5 gram PVP

- Fasa dalam dan setengah dari masing-masing fasa luar dicampur hingga

homogen

- Campuran yang telah homogen kemudian dikempa menjadi tablet

- Tablet hasil kempa kemudian digerus untuk membuat granul, lalu diayak

dengan menggunakan mesh 12

- Granul yang terbentuk dievaluasi untuk mengetahui apakah telah

memenuhi persyaratan pencetakan atau belum

- Jika telah memenuhi persyaratan, granul ditambahkan dengan sisa fasa

luar, lalu dicampur hingga homogen

- Campuran yang telah homogen kemudian dicetak menjadi tablet dan

dilakukan evaluasi untuk tablet

VII. EVALUASI

1.  Uji Daya Alir Granul

Tujuan: untuk melihat profil aliran granul tanpa penambahan lubrikan, bila

granul memiliki parameter fisika yang baik dan mudah mengalir maka

granul hanya sedikit memakai lubrikan. Cara kerjanya adalah:

  Sudut Istirahat :

a.  Serbuk atau granul ditimbang.

 b. 

Serbuk atau granul dengan massa tertentu dilewatkan melalui corong

dan jatuh ke atas sehelai kertas grafik.

Page 15: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 15/29

c. 

Setelah massa serbuk atau granule membentuk kerucut stabil, sudut

istirahat nya dihitung

  Kecepatan Alir :

a.  Tempatkan penutup sederhana pada lubang keluar corong.

 b. 

Timbang serbuk atau granul dengan berat tertentu.

c.  Serbuk dan granul yang sudah ditimbang, dimasukkan ke dalam

corong.

d.  Ketika penutup dibuka, catatlah waktu yang dibutuhkan serbuk atau

granul yang keluar dari corong.

e.  Diperoleh kecepatan alir serbuk atau granul dengan menggunakan

rumus

 

Parameter

(Lachman,1994)

2. 

Uji Kompresibilitas Granul

Tujuan : untuk mengetahui apakah granul tersebut memiliki sifat yang

mudah dikempa atau sulit, cara kerjanya adalah:

a.  Timbang sebanyak 25 g granul.

 b.  Masukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml lihat tanda batas dan catat.

c.  Ketuk-ketukan gelas ukur berisi granul dengan interval ketukan 2 detik 1

ketukan.

d. 

Perhatikan tanda batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami

Sudut Istirahat (θ Sifat Aliran

<25 Sangat Baik

25- 30 Baik

35 –  40 Cukup

>40 Sangat Sukar

Page 16: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 16/29

 penurunan volume lagi setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian dinyatakan selesai

dan catat volume akhirnya.

 

Parameter  

(Depkes RI,1995)

3.  Uji Keseragaman Bobot

Tujuan: untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Cara

kerjanya adalah:

a.  Timbang 20 tablet

 b.  Hitung bobot rata-rata tiap tablet

c.  Kemudian timbang tablet satu persatu

  Parameter

(Depkes RI,1995)

4. 

Uji Keseragaman Ukuran

% kompresibilitas Keterangan

5-12 Sangat Baik

12-18 Baik

18-21 Cukup

23-35 Kurang

33-38 Sangat kurang

>40 Sangat buruk

Page 17: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 17/29

Tujuan: Untuk mengetahui keseragaman diameter dan tebal tablet. Cara

kerjanya adalah:

a.  Tablet diukur diameternya dalam keadaan horizontal dengan jangka

sorong.

 b.  Tablet diukur tebalnya dalam keadaan vertikal dengan jangka sorong.

  Parameter: Diameter tablet tidak melebihi tiga kali tebal tablet dan

tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet (Yeti dkk., 2010).

5. 

Uji Friabilitas

Tujuan: sebagai parameter untuk ketahanan permukaan tablet terhadap

gesekan saat pengemasan dan pengiriman cara kerjanya adalah:

a. 

Ditimbang 20 tablet yang akan diuji dengan seksama

 b.  Tablet dimasukan kedalam friabilator dan diputar sebanyak 100

 putaran selama 4 menit.

c. 

Setelah itu tablet dikeluarkan dari alat

d.  Timbang kembali tablet dengan seksama

e.  Hitung persentase hilangnya bobot setelah diuji dalam friabilator

 

Parameter: Tablet yang baik adalah yang memiliki kerapuhan kurang

dari 1% (Sulaiman,2007).

6. 

Uji Kekerasan

Tujuan: untuk menentukan ketahanan tablet dalam melawan tekananmekanik. Cara kerjanya adalah:

a. 

Diambil sebanyak 20 tablet

 b.  Dimasukkan satu per satu ke dalam alat hardness tester dan alat

dinyalakan.

c. 

Data hasil pengujian kekerasan tablet dicatat.

  Parameter: Pada umumnya tablet dikatakan baik, apabila mempunyai

kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1971).

Page 18: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 18/29

Page 19: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 19/29

Daya Alir waktu

l beratgranu  

504.2

25   = 9.98

Keterangan: daya alir tergolong kategori “baik” yaitu pada rentang 4-10.

2.  Uji Kompresibilitas Granul

Dik: berat sampel = 25 g; vol. awal = 38 ml; vol. akhir = 28ml

  App Density (Kerapatan Nyata) =

volumeawal 

l beratgranu 

= mL gr /658.038

25  

  Tap Density (Kerapatan Mampat) =r volumeakhi

l beratgranu 

= mL gr /893.028

25  

  Kompresibilitas = %100

Vo

V Vo 

= %3.26%10038

2838

 

  Carr’s Index = %100.

..

 Mampat  K 

 Nyata K  Mampat  K  

= %3.26%100893.0

658.0893.0

 

Keterangan: nilai kompresibilitas tergolong kategori “kurang baik” yaitu

 pada rentang 23-35 %.

3.  Uji Keseragaman Bobot dan Ukuran

 

Keseragaman Bobot

 No. Bobot

(g)

 No. Bobot

(g)

 No. Bobot

(g)

 No. Bobot

(g)

1 0,53 6 0,54 11 0,53 16 0,57

Page 20: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 20/29

 

Keterangan: tidak sesuai dengan persyaratan yang menyatakan tidak

lebih dari 5% bobot tablet.

  Keseragaman Ukuran

Keterangan: sesuai dengan persyaratan yaitu diameter tablet tidak lebih dari 3x

dan tidak kurang dari 4/3 x tebal tablet.

2 0,53 7 0,56 12 0,53 17 0,50

3 0,53 8 0,48 13 0,56 18 0,55

4 0,58 9 0,50 14 0,52 19 0,51

5 0,53 10 0,55 15 0,57 20 0,52

Rata-rata 0,53

 No. Diameter

(mm)

 No. Diameter

(mm)

 No. Diameter

(mm)

 No. Diameter

(mm)

1 12,10 6 12,10 11 12,10 16 12,10

2 12,10 7 12,10 12 12,10 17 12,10

3 12,10 8 12,10 13 12,10 18 12,10

4 12,10 9 12,10 14 12,10 19 12,10

5 12,10 10 12,10 15 12,10 20 12,10

Rata-rata 12,10

 No. Tebal

(mm)

 No. Tebal

(mm)

 No. Tebal

(mm)

 No. Tebal

(mm)

1 5,3 6 5,3 11 5,3 16 5,3

2 5,3 7 5,3 12 5.3 17 5,3

3 5,3 8 5,3 13 5,3 18 5,3

4 5,3 9 5,3 14 5,3 19 5,3

5 5,3 10 5,3 15 5,3 20 5,3

Rata-rata 5,3

Page 21: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 21/29

Page 22: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 22/29

amprotab. Untuk pelincir yang digunakan dalam formulasi ini terdiri dari dua

yaitu lubrikan dan glidan. Lubrikan yang digunakan adalah magnesium stearat

untuk mengurangi gesekan antara tablet dan pencetak tablet yang dapat

memberikan hasil tablet utuh, tidak capping   ataupun lengket pada cetakan.

Untuk glidan, digunakan talkum. Talkum sudah umum digunakan sebagai

glidan, dari segi keamanan, talkum ini digunakan dalam formulasi farmasi

sediaan oral karena tidak beracun dan non-iritan. Talkum tidak diserap secara

sistemik pada konsumsi oral. Namun penggunaan konsentrasi talkum yang

 besar dapat mempengaruhi profil disintegrasi obat, oleh karena itu dipilih

konsentrasi talkum 1% dari range konsentrasi 1-10% sebagai glidan.

Dibandingkan dengan amilum, efektivitas talkum sebagai glidan lebih tinggi,

maka dari itu dipilih talkum sebagai glidan, selain itu, mempertimbangkan dari

aspek inkompatibilitas talkum yang terjadi dengan amonium kuarterner,

talkum dapat digunakan pada formulasi ini karena tidak mengandung amonium

kuarterner. 

Pembuatan tablet ibuprofen dilakukan dengan granulasi kering untuk

menghindari proses yang dapat mengganggu stabilitasnya seperti kelembaban

dan panas. Selain itu, penggranulan menggunakan metode granulasi kering ini

diharapkan dapat meningkatkan kompresibilitas dan kompaktibilitasnya pada

saat pengempaan. 

Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan partikel-partikel

dengan proses pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi ukuran partikel

mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia serbuk yang kemudian akan

 berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting pada

homogenitas tablet akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang besar

antara zat aktif dan eksipien, maka akan terjadi kesulitan pencampuran. Setelah

 proses pengayakan, bahan ditimbang sesuai formula.  Selanjutnya, tahap

 pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang dilakukan adalah

mencampurkan ibuprofen, laktosa anhidrat dan amprotab hingga homogen.

Kemudian dimasukkan PVP ke dalam campuran, setelah itu ditambahkan

setengah jumlah formulasi Talkum dan Mg stearat ke dalam campuran. Tahap

Page 23: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 23/29

 pencampuran ini dilakukan hingga homogen. Tahap yang dilakukan

selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses ini komponen – komponen

tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan

dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,

 prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan

diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran

awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat

diulang. Tahap selanjutnya adalah pembuatan granul. Slug dengan kadar air

yang telah sesuai dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk granul.

Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan

 bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Setelah

terbentuk granul dilakukan evaluasi sediaan granul, kemudian dilakukan

 penambahan fase luar yaitu talkum dan mg staearat, kemudian dicampurkan

hingga homogen. Setelah dilakukan IPC terhadap granul dan hasilnya

memenuhi persyaratan atau kriteria granul yang baik, maka dilakukan proses

 pencetakan granul. Granul ini dicetak menjadi tablet-tablet, dan kemudian

dilakukan uji evaluasi tablet.

Evaluasi terhadap granul ini dilakukan dengan menentukan laju alir dan

kompresibilitas. Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan

tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai

keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan

menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode corong,

Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk

terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas

melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat

diperoleh dengan memasukan sekitar 25 gr serbuk ke dalam corong yang

ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta tinggi

dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan. Dari hasil uji terhadap

granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat granul sebesar 32,128º dengan

daya alir sebesar 9,98 g/s. Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan

memiliki sifat laju alir yang cukup karena pada umumnya granul dikatakan

Page 24: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 24/29

mengalir baik ( free flowing ) apabila sudut diamnya lebih kecil dari 30 ºC,

sehingga granul dapat dicetak menghasilkan tablet yang homogen.

Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai

kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density. Sebanyak

25gr granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat, kemudian

dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 4 menit dan

kemudian volume akhir nya dicatat. suatu granul yang baik memiliki nilai %

kompresibilitas dibawah 20 %. Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh

nilai % kompresibilitas dari granul sebesar 26,3% %. Nilai ini menunjukan

 bahwa granul memiliki nilai kompresibilitas yang kurang baik karena terdapat

 pengotor.

Setelah pembuatan tablet dilakukan, selanjutnya dibutuhkan evaluasi tablet

untuk mengetahui kelayakan sediaan untuk dipasarkan dan dibuat kembali.

Evaluasi tablet yang dilakukan diantaranya adalah keseragaman bobot,

keseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan (friabilitas), disolusi, dan

waktu hancur.

a. 

Uji keseragaman bobot

Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20

tablet yang dihasilkan. Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman

 bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV). Dari hasil

 penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet

rata-rata sebesar 0,53 gram. Bobot tersebut menunjukkan rata-rata bobot

tablet yang dibuat. Dari 100,07 gram granul yang didapat untuk 189

 butir tablet, seharusnya berat rata-rata tablet adalah 0,529 gram. Hasil

tersebut menyatakan bahwa berat rata-rata tablet yang diuji memenuhi

syarat.

 b. Uji keseragaman ukuran

Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan menggunakan

 jangka sorong dan diukur tebal serta diameter tablet. Rata-rata ukuran

diameter tablet pada 20 buah tablet yang diuji adalah 12,1 cm dan

rata-rata tebal tablet adalah 5,3 cm. Menurut persyaratan FI, kecuali

Page 25: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 25/29

dinyatakan lain, tidak lebih dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari

4/3 x tebal tablet.

c.  Uji kekerasan tablet

Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta

dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,

 pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah

hardness tester . Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,

kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan

dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan

 pengempaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah

tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai

sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang

diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada

umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih

sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya

demikian. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan

kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen.

Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini adalah untuk mengetahui

kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan

tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap

 berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan pengepakan dan

 pengepalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap

 perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting

diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah

 bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas

gangguan pada profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga

kerja yang digunakan.

Uji kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat

 pengukur kekerasan dan tablet satu per satu ditaruh pada alat tersebut

Page 26: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 26/29

lalu diukur kekerasannya. Hasil yang didapat kemudian dirata-ratakan

dengan hasil 46,4 N. Menurut literature standar kekerasan tablet

seharusnya adalah 39,24 N-78,48 N. Hal ini menunjukkan bahwa

kekerasan tablet memenuhi standar yang seharusnya. Faktor yang

mempengaruhi kekerasan tablet yaitu jika gaya pengepresan yang

digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh

 bahan juga akan rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi

rendah atau tablet bersifat rapuh. Faktor lain yang menyebabkan

kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet

dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam

 pencetakan masing-masing tablet berbeda-beda.

d. Uji kerapuhan (friabilitas) tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk

mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang

dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur

dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari

sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.

Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25

 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada

100 putaran. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan

friabilator (contoh nya Rosche friabilator).

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu

dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet

tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar

sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25

 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan

dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase

kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik

 bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan

kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.

Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa

Page 27: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 27/29

tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi

konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet

dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil),

adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat

aktif yang masih terdapat dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan

dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran

friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak

diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan

(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang

sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji

yang telah dilakukan. Dari perlakuan tersebut didapatkan hasil 9,5%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tablet mempunyai kerapuhan yang

tidak memenuhi syarat yaitu kurang dari 1% yang berarti mudah rapuh

ketika terkena guncangan.

e.  Waktu hancur tablet

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet

untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu

melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang

digunakan adalah disintegrator tester,  yang berbentuk keranjang,

mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara

dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan

tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap

granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan

 penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan

 bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke

dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.

Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.

Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap

tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut

dalam medium air dengan suhu 37° C. Waktu hancur dihitung

Page 28: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 28/29

 berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu

hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk

tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara

untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit

dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.

Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera

dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak

 bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada

masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap

tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media

kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing

monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,

angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur

sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi

 pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang

diuji harus hancur sempurna.

Dari uji tersebut didapatkan waktu hancur lebih dari 15 menit.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa waktu hancur yang didapatkan

melebihi yang seharusnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi

kehancuran tablet saat berada di lambung.

X. SIMPULAN

1.  Pembuatan tablet Ibuprofen dengan metode granulasi kering yaitu dengan

fasa dalam (Ibuprofen, ampotab, PVP, dan laktosa) dan setengah dari

masing-masing fasa luar (Talkum dan Mg Stearat) dicampur hingga

homogen lalu dikempa menjadi tablet, tablet hasil kempa kemudian digerus

untuk membuat granul, lalu diayak lagi dan barulah dicetak menjadi tablet.

2.  Evaluasi massa cetak yang digunakan berupa uji daya alir selama 9,98 g/s,

sudut istirahat sebesar 32,128º, uji kompresibilitas dengan hasil 26,3%.

Sedangkan evaluasi massa tablet dilakukan uji keseragaman bobot dan

ukuran dengan hasil seragam, uji friabilitas dengan hasil 9,5%, uji

Page 29: laporan tablet ibuprofen

8/17/2019 laporan tablet ibuprofen

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tablet-ibuprofen 29/29

kekerasan dengan hasil 46,4 N serta uji disintegrasi dengan hasil melarut

dalam waktu >15 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004.  Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat . Jakarta: UI

Press. 

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen Kesehatan

RI

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

RI

Lachman, L. H., A. Lieberman dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi

 Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. 

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

 Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third

 Edition. Burges Publishing Company. USA.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical

 Excipient 6 th . Edition. London : Pharmaceutical Press.

Sulaiman. 2007. Sediaan Tablet. Tersedia di http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/

v02n02/ilma0202.pdf [diakses tanggal 23 Maret 2013].