Laporan Tablet Jambu Biji c1

72
LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI KELOMPOK C1 SEDIAAN TABLET DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Folium) Lintang Ayu Permata Sari 112210101002 Zainah Rajab 112210101010 Nurul Imamah 112210101014 Nurhidayati Fadhilah 112210101016 Fitriana Yunus Apriliani 112210101018 Elisa Nur Afrida Dewi 112210101020 Kadek Cahya Kusuma Dewi 112210101022 Rifqi Wafda Rozana 112210101028 Dessy Pradesyawati 112210101030 Indarto Adikusumo 112210101036 BAGIAN BIOLOGI FARMASI

description

hdjwhdiow

Transcript of Laporan Tablet Jambu Biji c1

Page 1: Laporan Tablet Jambu Biji c1

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

KELOMPOK C1

SEDIAAN TABLET DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Folium)

Lintang Ayu Permata Sari 112210101002

Zainah Rajab 112210101010

Nurul Imamah 112210101014

Nurhidayati Fadhilah 112210101016

Fitriana Yunus Apriliani 112210101018

Elisa Nur Afrida Dewi 112210101020

Kadek Cahya Kusuma Dewi 112210101022

Rifqi Wafda Rozana 112210101028

Dessy Pradesyawati 112210101030

Indarto Adikusumo 112210101036

BAGIAN BIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Tablet Jambu Biji c1

BAB 1. PENDAHULUAN

Psidium guajava L. atau yang lebih dikenal jambu biji telah lama digunakan sebagai

tumbuhan obat oleh masyarakat. Beberapa khasiat dari jambu biji ini antara lain sebagai

antidiare, antibakteri, antioksidan analgesik, dan antiinflamasi. Bagian tanaman yang digunakan

agar diperoleh masing-masing aktivitas biologi dan farmakologi tersebut tidak selalu sama,

misalnya agar diperoleh aktivitas sebagai alternatif pada terapi supportif demam berdarah dan

antibakteri digunakan bagian daun, sedangkan jika diinginkan kandungan vitamin C digunakan

buahnya. (Yohanes, 2013).

Daun jambu biji sudah digunakan sejak dulu sebagai obat tradisional untuk diare, radang

lambung, sariawan,keputihan, dan kencing manis. Daun bersifat netral, berkhasiat sebagai

antidiare, antiradang, penghentian perdarahan (hemostasis), dan peluruh haid.Daun jambu biji

mengandung senyawa aktif seperti tannin, triterpenoid, saponin, kuersetin, guayaverin,

leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, asam oksalat, dan eugenol.Senyawa dalam daun jambu

biji yang berupa flavonoid, tannin dan terpenoid mempunyai efek antibakteri dengan merusak

struktur membrannya. (Anonymus,2004 dan Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, Sp MK, dkk,).

Adapun senyawa aktif yang terdapat dalam daun jambu biji :

* Flavonoid guaijaverin dan avikularin sebagai senyawa antibakteri,antidiare (Prabu dkk., 2006).

* Tanin sebagai antiseptik,antibakteri,antidiare dan juga untuk pengobatan luka bakar dengan

cara mempresipitasikan protein (Masduki,1996)

* Polifenol sebagai antiseptik (Harbone,1987)

* Kuersetin sebagai antibakteri dan antidiare (Adnyana, i. K.,2004).

* Terpenoid sebagai antibakteri dengan merusak struktur membran sel (Ajizah, 2004.),

* Eugenol sebagai antibakteri (Ajizah, 2004.),

* Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mengganggu proses terbentuknya

membran dan dinding sel .

Dengan berbagai efek terapetik daun jambu biji maka banyak dilakukan penelitian

bioaktivitas dari tumbuhan tersebut. Berikut adalah beberapa jurnal yang telah meniliti

bioaktivitas dari daun jambu biji

* Aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun dan buah jambu biji (Psidium guajava L.) asal

Pulaun Timor (Ardinus,2013).

Page 3: Laporan Tablet Jambu Biji c1

* Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah sebagai anti

diare (Adnyana, i. K.,2004).

* Sensivitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak daun Psidium guajava L. (Ajizah,A,

2004.)

* Aktivitas antioksidan fraksi eter dan air ekstrak metanolik daun jambu biji (Psidium guajava

linn.) terhadap radikal bebas 1,1-difenil 2-pikrilhidrazil (DPPH) (Atmaja, n.d. 2007)

* Efek antibakteri ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava lamk.) terhadap Staphylococcus

aureus secara in vitro (Prof. Dr. Dr. Sumarno, dmm, sp mk,dkk, 2013)

* Formulasi tablet hisap ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang mengandung

flavonoid dengan kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa (Yohanes,2013)

* Optimasi waktu ekstraksi terhadap kandungan tanin pada bubuk ekstrak daun jambu biji (Psidii

Folium) serta biaya produksinya (Sukardi,2007),

* Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Biji dari beberapa Kultivar terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan “hole-plate diffusion method” ( Darsono, F.L dan

Artemisia, S.D.2003)

Pada praktikum ini kami akan memformulasi daun jambu biji menjadi bentuk sediaan

tablet. Pemilihan sediaan dalam bentuk tablet dikarenakan bentuk tablet ini mudah dalam

penggunannya dan penggunaan tablet sudah cukup familiar di kalangan konsumen. Selain itu

keuntungan sedian tablet dibandingkan dengan sediaan lainnya ialah lebih kompak, dosisnya

tepat serta mudah pengemasannya. Pembuatan tablet ini digunakan dengan metode cetak

langsung karena memiliki keuntungan efisien, efektif, tidak memerlukan banyak peralatan.

Page 4: Laporan Tablet Jambu Biji c1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jambu Biji

a. Taksonomi Jambu Biji

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

(Parimin, 2005)

b.Deskripsi Buah Jambu

Jambu biji atau bahasa latinnya Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa

Yunani yaitu “psidium” yang berarti delima. Sementara “guajava” berasal dari nama yang

diberikan oleh orang Spanyol.Jambu biji merupakan jenis tanaman perdu bercabang banyak.

Tingginya 3-10 meter. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun.

Tanaman yang berasal dari biji relative berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan

atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek

(dwarfing) dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman

ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji.

Batang jambu memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah

patah dan kuat, serta padat. Kulit kayu tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas. Pada

fase tertentu, tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman

mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit

berwarna coklat atau coklat keabu-abuan.

Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan

ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua,

Page 5: Laporan Tablet Jambu Biji c1

dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengilap dan halus biasa. Tata

letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan

lebar 3-6 cm. sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 cm.

Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di

ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri dari lima helai. Benang sari banyak

dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya ada yang sempurna (hermaprodit) sehingga

pembuahannya akan terbentuk bila terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan

(partenokarpi) sehingga terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga di setiap tangkai

antara 1-3 bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah

berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengilap setelah matang. Untuk jenis

tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan berubah menjadi kuning

belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah tua saat tua.

Warna daging buah pada umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta

merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang. Biji jambu biji pada umumnya

cukup banyak, meskipun ada beberapa Janis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji.

Umumnya, buah jambu yang berbiji bentuknya lebih sempurna dan simetris, sesuai karakter

jenisnya. Sementara bentuk buah jambu tanpa biji relative tidak beraturan. Buah jambu tanpa

biji tersebut terbentuk tanpa penyerbukan. Tanaman jambu biji berakar tunggang.

Perakarannya lateral, berserabut cukup banyak, dan tumbuh relative cepat. Perakaran jambu

biji cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah

sepanjang tahun (Parimin, 2005).

c. Macam-macam Jambu Biji

Buah jambu biji memiliki jenis yang banyak antara lain :

1. Jambu biji delima

Jambu biji delima buahnya berbentuk bulat dan bermoncong dipangkalnya,

walaupun kulitnya agak tebal dan banyak bijinya, tapi dengan dagingnya yang berwarna

merah dan rasanya yang manis jenis jambu biji ini sangat menarik sekali untuk dinikmati.

2. Jambu biji gembos atau jambu biji susu

Jenis yang ini mempunyai bentuk buah bulat agak lonjong dengan meruncing

kepangkalnya. Sama seperti jambu biji delima, kulit jambu jenis ini juga tebal dan jika

Page 6: Laporan Tablet Jambu Biji c1

buahnya matang berwarna agak kuning, dagingnya berwarna putih, bijinya tidak banyak,

rasanya kurang manis tetapi harum baunya.

3. Jambu biji manis

Bentuk buahnya bulat meruncing ke pangkal, kulit buahnya tipis dan jika matang

berwarna kuning muda. Jenis yang ini juga mempunyai biji yang banyak dan dagingnya

berwarna putih tetapi rasanya manis dan harum baunya.

4. Jambu biji Perawas (Getas)

Jambu biji perawas berbentuk bulat lonjong dan buahnya lebih besar dari jenis

biasanya, kulitnya agak tebal, bila buahnya matang berwarna kuning, dagingnya merah,

bijinya tidak banyak, rasanya agak asam, baunya harum.

5. Jambu biji Pipit

Berbentuk bulat kecil-kecil, kulitnya tipis, bila matang buahnya berwarna kuning

dan dagingnya berwarna putih, rasanya manis dan harum baunya.

6. Jambu biji sukun

Berbentuk bulat besar dan kulitnya tebal, bila matang buahnya berwarna kuning,

bijinya sedikit bahkan hampir tidak berbiji, tapi rasanya hambar dan harum baunya

(Parimin, 2005).

d. Kandungan Kimia Jambu Biji

Menurut Taiz dan Zeiger (2006) metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan

merupakan bagian dari sistem pertahanan diri. Senyawa tersebut berperan sebagai pelindung

dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegah pemakanan oleh herbivora. Metabolit

sekunder dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu terpen, fenolik, dan senyawa

mengandung nitrogen terutama alkaloid. Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan

pada bagian buah, daun dan kulit batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak

mengandung tanin. Daun tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga mengandung

zat lain seperti triterpenoid, asam malat, asam ursolat, asam guajaverin, minyak atsiri

berwarna kehijauan yang mengandung eganol sekitar 0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%,

dan garam-garam mineral, vitamin, dan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9%

(Kartasapoetra, 2004 & Dalimartha, 2004). Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji

mengandung flavonoid, tanin (17,4%), fenolat (575,3 mb/g) dan minyak atsiri.

Page 7: Laporan Tablet Jambu Biji c1

e. Khasiat Jambu Biji

Daun jambu biji sejak lama digunakan untuk pengobatan secara tradisional, dan sudah

banyak produk herbal dari sediaan jambu biji.. Efek farmakologis dari daun jambu biji yaitu

antiinflamasi, antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi dan penambah

trombosit. Selain daunnya, buah jambu biji terutama dari jenis berwarna merah sering

digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Jus jambu ini dapat meningkatkan

nilai trombosit penderita demam berdarah, namun sampai ini belum diketahui senyawa yang

dapat meningkatkan nilai trombosit (Yuliani et al, 2003). Menurut Sipahutar (2000)

Tanaman jambu biji banyak digunakan sebagai obat. Tanaman tersebut bersifat anti diare,

anti radang (inflamasi), dan menghentikan pendarahan (hemostatik). Daun segarnya dapat

digunakan untuk pengobatan luar pada luka akibat kecelakaan, pendarahan akibat benda

tajam, dan borok (ulcus) di sekitar tulang. Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat),

antidiare, antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat

antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat

meningkatkan daya tahan tubuh (Hasanah, 2013). Pengujian daun jambu biji pada beberapa

patogen yang menyerang ikan dan udang menunjukan bahwa daun jambu biji dapat

digunakan untuk pengobatan terhadap virus dan bakteri pada hewan yang hidup di air

(akuatis) seperti infeksi.

Jambu biji mengandung pektin tinggi sehingga dapat menurunkan kolesterol serta

mengandung tanin yang berfungsi untuk memperlancar system pencernaan. Quersetin merupakan

senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon yang terkandung di dalam jambu biji,

yang berkhasiat diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia

(Yuliani dkk.2003). Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dengan

kemampuannya untuk mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus,dimana

adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin disaluran cerna

(Netty,2008).Berdasarkan literatur yang kami temukan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah terhadap bakteri penyebab diare

yaitu Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan

hambat bakteri yang lebih besar daripada jambu biji daging buah merah dimana KHM terhadap

Escherichia coli (60 mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs 70 mg/ml),

Page 8: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Shigella flexneri (40 mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml).

(Adnyana,2004)

Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian tanaman yang sering

digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin

9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Yuliani dkk. 2003). Penelitian Claus dan

Tyler pada tahun 1965 menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah

kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur (Rohmawati 2008).

2.2 Ekstraksi Daun Jambu Biji

Ekstraksi adalah kegiatan dalam pembuatan ekstrak, yaitu kegiatan penarikan kandungan

kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut yang

sesuai. Metode yang dikenal antara lain: dengan cara dingin yaitu maserasi, perkolasi atau

dengan cara panas yaitu refluks, sohxlet, digesti, infus, dekok. Maserasi adalah proses

pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan

prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik adalah teknik

dengan dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi adalah teknik dengan

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan

seterusnya. Ekstraksi daun jambu biji bisa dengan cara perkolasi menggunakan pelarut etanol

encer hingga cairan yang menetes terakhir tidak berasa.

Teknik untuk mendapat ekstrak daun jambu biji yang umum dilakukan adalah maserasi

dan ekstrasi sinambung (continue). Maserasi adalah proses penyarian dengan cara perendaman

serbuk dalam air atau pelarut organic sampai meresap yang akan melunakkan susunan sel,

sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya akan terlarut (Ansel, 1989). Serbuk simplisia daun

jambu biji sebanyak 500 gram diekstrak dengan menggunakan 3,5 liter etanol 70% dalam

maserator selama 3 hari dengan sesekali dikocok dan dua kali remaserasi. Menurut Mohammad

Fajar et al. (2011) aktivitas antioksidan yang terbaik cenderung ditunjukkan fraksi hasil maserasi

dibandingkan hasil ekstraksi sinambung.

Page 9: Laporan Tablet Jambu Biji c1

2.3 Kromatografi Lapis Tipis

KLT merupakan metode pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi

atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang

campur. Pemilihan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur sangat dipengaruhi

oleh macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan. KLT merupakan salah satu jenis

kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan

menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. Kromatografi lapis tipis

menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida

(alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang

digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas

senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga

didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran

eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh. Faktor retensi (Rf) adalah

jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus

faktor retensi adalah:

Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat

digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang

mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya.

Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat

pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara

0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan

sebaliknya. (anonym)

Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang mendasarkan pada interaksi

radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada KLT. Densitometri lebih

dititikberatkan untuk analisis kuantitatif analit-analit dengan kadar kecil, yang mana diperlukan

pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Untuk evaluasi bercak hasil KLT secara densitometri,

bercak discaning dengan sumber sinar dalam bentuk celah (slit) yang dapat dipilih baik

panjangnya maupun lebarnya. Sinar yang dipantulkan diukur dengan sensor cahaya (fotosensor).

Page 10: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Perbedaan antara signal optik daerah yang tidak mengandung bercak dengan daerah yang

mengandung bercak dihubungkan dengan banyaknya analit yang ada melalui kurva kalibrasi

yang telah disiapkan dalam lempeng yang sama. Pengukuran densitometri dapat dibuat dengan

absorbansi atau dengan fluoresens. Kebanyakan pengukuran kromatogram lapis tipis dilakukan

dengan cara absorbansi. Kisaran Ultraviolet rendah (di bawah 190 nm sampai 300 nm).

Komposisi utama dalam Daun Jambu Biji adalah flavonoid. Quersetin adalah senyawa

golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon. Quersetin mempunyai inti flavon dengan dua

cincin benzene yang terikat pada cincin heterocylicpyrone. Quersetin merupakan senyawa

kelompok flavonol terbesar, quersetin dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-75 %

dari flavonoid. Quersetin merupakan suatu aglikon yang apabila berikatan dengan glikonnya

akan menjadi suatu glikosida. Quersetin dan lebih dari 2000 golongan flavonoid yang lain

terbentuk dari kondensasi -glikosida. Quersetin memiliki aktivitas antioksidan yang

dimungkinkan oleh komponen fenoliknya yang sangat reaktif. Quersetin akan mengikat spesies

radikal bebas sehingga dapat mengurangi reaktivitas radikal bebas tersebut. Apabila quersetin

diperlakukan dengan metode KLT secara visualisasi fisika yaitu dengan melihat noda

kromatogram yang mengadsorpsi radiasi UV atau berfluoresensi dengan radiasi UV panjang

gelombang 365 nm akan menghasilkan warna orange atau kuning kehijauan sedangkan pada

fluoresensi UV dengan panjang gelombang 365 nm menghasilkan warna hijau kekuningan,

misalnya untuk kaempferol. Fase gerak yang digunakan disini adalah ethyl asetat : formic acid :

glacial acetic acid : water dengan perbandingan 100 : 11 : 11 : 26 dan dideteksi dengan

menggunakan produk alam yaitu Polyethylene Glycol Reagent.

2.4 Tablet

Tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi III, merupakan sediaan padat kompak dibuat

secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau

cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. (FI III,

1979). Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan

obat dengan atau tanpa bahan pengisi. (FI IV, 1995). Dan menurut British Pharmacopoeia, tablet

adalah sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat

dengan mengempa sejumlah partikel yang seragam. (BP, 2002).

Page 11: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak

mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah

sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis

dibanding sediaan yang lain. Sediaan tablet terdiri dari bahan aktif dan bahan tambahan.

Beberapa macam bahan tambahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tablet, seperti:

1. Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan

Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phosphas, Calcii Carbonas dan zat lai yang

cocok.

2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya

yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 10 -20% (solution Methylcellulosum 5%)

3. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya

yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, gelatinum, agar-agar, natrium alginate.

4. Zat pelican (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys). Biasanya

digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum. (Anief, 2005).

Metode pembuatan tablet dibedakan menjadi 3 metode yang meliputi metode granulasi

basah, granulasi kering dan cetak langsung.

1. Metode granulasi basah

Secara sederhana prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut : campuran zat aktif dan

eksipien dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan massa

yang basah melalui ayakan, kemudian dikeringkan. Massa granul yang kering diayak kembali

selanjutnya dikompresi.

2. Metode granulasi kering

Proses ini menunjukan granulasi campuran serbuk kering dengan cara kompresi tanpa

melibatkan panas dan pelarut. Metode ini khususnya cocok untuk senyawa aktif yang peka

terhadap panas atau lembab. Ada 2 proses yang dapat dilakukan untuk metode ini yaitu :

a. Slugging : Melibatkan prekompresi campuran serbuk dengan cetakan tablet

sehingga dihasilkan slug, yang kemudian dihancurkan dan diayak

menjadi granul.

b. Pressure Roll : Serbuk dikompresi dengan pressure rolls.

Page 12: Laporan Tablet Jambu Biji c1

3. Metode cetak langsung

Merupakan proses dimana tablet dicetak langsung dari campuran serbuk zat aktif dan

eksipien. Eksipien yang umum adalah pengisi, disintegran dan lubrikan. Untuk menghasilkan

tablet yang baik, campuran serbuk harus mengalir secara seragam dan membentuk massa

yang kompak. (Ansel,1989).

Page 13: Laporan Tablet Jambu Biji c1

2.5 Rencana Formulasi Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji

Adapun jenis dan bahan dalam formula:

1. Avicel (HOPE 5th hal 132-135)

Pemerian : Serbuk kristalin; putih; tidak berbau; tidak berasa; tersusun atas

partikel-partikel berpori; higroskopis

Fungsi : Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur tablet (konsentrasi

5-15% b/b); adsorben (20-90%). Dapat digunakan untuk metode kempa langsung

maupun granulasi basah.

Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/v; praktis tidak larut dalam

air, asam encer dan sebagian besar pelarut organik

Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus disimpan dalam wadah

tertutup baik pada tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat

2. Starch (amylum)    (HOPE, 5th 723)

Mekanisme kerja disintegrasi oleh starch :

Dengan membentuk pathways dalam matriks tablet sehingga air dapat masuk

melalui pori (kapiler) sehingga menghancurkan tablet

Starch mengembang ketika terekspos oleh air

No Bahan Fungsi % Untuk 1000

Tablet (gram)

1 Ekstrak Daun

Jambu Biji

Bahan Aktif 25 100

2 Aerosil adsorben 2% 8

3 Avicel Bahan Pengisi 53 212

4 Pati Jagung Bahan Penghancur 10 40

5 mg Stearat Lubrikan 2 8

Jumlah 100 400

Page 14: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Saat pengempaan, terjadi distorsi pada bentuk starch; ketika terekspos oleh air,

terjadi rekoveri bentuk starch. (Lachman Tablet, 175)

Pemakaian : 3-15 %, merupakan disintegran yang paling umum digunakan.

Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan, dan

kandungan air massa cetak

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin

pH              : 5,5-6,5 pada 25°C (2% w/v aqueous dispersion of corn starch)

Stabilitas dan Penyimpanan : Penyimpanan di tempat yang sejuk, kering, dan

dalam wadah kedap udara.

OTT : -

Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang

dikenal secara luas keamanannya.

Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering, dan ruang

berventilasi baik. Sebelum digunakan, harus dikeringkan pada suhu 80-90 °C

untuk menghilangkan air yang terabsorpsi.

Fungsi utama dari lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi

antara permukaan tablet dengan dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet.

(Lachman Tablets, 110) Setiap lubrikan memiliki konsentrasi optimum (tidak lebih dari 1%)

untuk menghasilkan kecepatan aliran yang optimum. (Lachman Tablets, 112)

3. Mg Stearat (FI IV hal 115, excipients ed V hal 432 )

Rumus Molekul : C16H70MgO4

Pemerian : serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit , mempunyai baud an

rasa khas lemah

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air

 Stabilitas : stabil dan simpan di tempat kering

OTT :dengan asam kuat, garam – garam besi dan hindari pencampuran dengan

oksidator kuat

Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %

 Kegunaan : lubrikan/ zat pelican

Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat dan tempat sejuk

Page 15: Laporan Tablet Jambu Biji c1

4. Aerosil (Handbook of Excipients halm.185 dan Ed.IV halm.424)

Rumus Molekul :  SiO2

Pemerian :   Serbuk koloid silikon dioksida dengan ukuran partikel sekitar 15 nm,

ringan, warna putih-kebiruan, tidak berbau, tidak berasa, dan           serbuk

amorf. amorf, berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan  :   Praktis tidak larut dalam organik solven, air dan asam   kecuali

hydrofluoric acid, larut dalam larutan alkali hydroxide panas membentuk dispersi

koloidal dengan air

Berat Jenis :  0,029-0,042 g/ml

pH :  3,5 – 4,0

Stabilitas : bersifat higroskopis dan mengadsorbsi sebagian besar air tanpa

mencair.

OTT :   inkompatibel dengan diethylstilbestrol preparations.

Wadah dan Penyimpanan :  wadah yang tertutup rapat

Kegunaan :   memperbaiki sifat alir, glidant, suspending agent, peningkat

viskositas, absorben

Konsentrasi :  Glidant  0,1 – 0,5%

2.6 Evaluasi Sediaan

Evaluasi karakteristik suatu sediaan tablet bertujuan untuk menghasilkan tablet yang baik

dan memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan tablet yang baik sebagai berikut :

1. Memenuhi keseragaman ukuran

2. Memenuhi keseragaman bobot

3. Memenuhi waktu hancur

4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat

5. Memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, 2005).

Metode evaluasi tablet :

1. Keseragaman ukuran (FI III)

Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 sepertiga kali tebal tablet.

2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (FI III)

Page 16: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut :

a. Timbang 20 tablet dan hitung bobot rata-ratanya.

b. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari

bobot rata-rata, lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh

ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga

pada kolom B

c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang

bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rat-rata yang ditetapkan pada kolom A

atau kolom B.

Bobot Rata-rataPenyimpanan Bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150

mg10 % 20 %

151 mg sampai dengan 300

mg lebih dari 300 mg

7.5%

5 %

15 %

10 %

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Jika zat aktif merupakan bagian terbesar

dari tablet dan jika uji keseragaman bobot mewakili keseragaman kandungan.

Farmakope mempersyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50

mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi

syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tablet (FI IV : 6)

3. Waktu hancur (FI III)

Alat yang digunakan yaitu tabung gelas panjang 80 mm – 100mm, diameter dalam

lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa

kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayaan nomor 4, berbentuk keranjang

Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45

mm,dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36O atau 38O sebanyak lebih kurang 1000

ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur.

Page 17: Laporan Tablet Jambu Biji c1

kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat diatas permukaan air dan kedudukan

terendah mulut keranjang tepat dipermukaan air.

Cara kerja :

a. Masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, dimana keranjangnya disisipkan searah

ditengah-tengah tabung kaca berdiameter 45mm

b. Turun-naikan keranjang secara teratur 30kali per menit

c. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal dalam kasa

kecuali fragmen berasal dari zat penyalut

Namun jika dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima

tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih 60 menit

untuk tablet bersalut gula dan tablet salut selaput.

Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu

persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Denagn

cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas. Cakram penuntun terdiri dari

cakram yang terbuat dari bahan yang cocok,diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm,

permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing

lubang 10 mm dari titik pusa. Tiap lubang terdapat kawat tahan karat diameter 0,445

mm yang dipasang tegak lurus permukaan cakram dan dihubungkan dengan cincin

penuntun yang dibuat dari kawat jenis yang sama, diameter 27 mm. Jarak cincin

penuntun dengan permukaan atas cakram 15 mm. Beda antar diameter cakram penuntun

dengan diameter keranjang sebaiknya antara 1 mm dan 2 mm. Bobot cakram penuntun

tidak kurang dari 1,9 g dan tidak lebih dari 2,1 g.

Waktu hancur tablet bersalut enterik (FI III)

Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan sesuia dengan cara tersebut

diatas. Air deganti lebih kurang 250 ml asam klorida0,05 N. Pengerjaan dilakukan

selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera

tablet dengan air, ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8, atur suhu antara 360

dan 380. Celupkan keranjang kelarutan tersebut. lanjutkan pengujian selama 60 menit.

Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kecuali fragmen zat penyalut.

Page 18: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Jika tidak memenuhisyarat ini ulangi pengujiaan 5 tablet dengan cakram penuntun.

Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.

4. Kekerasan tablet

Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet

tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubuingannya dengan

ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu hancur tablet. Syarat yang digunakan untuk

mengukur kekerasan tablet adalah hardness tester.

5. Keregasan tablet (Friability)

Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang. Penentuan

keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis

(coating). Alat yang digunakan disebut friability tester. Caranya :

1.bersihkan 20 tablet dari tebu, kemudian ditimbang (wi gram )

2. masukkan tablet ke dalam alat friability tester untuk diuji

3. Putar alat tersebut selama 4 menit

4. keluarkan tablet, bersihkan debu, dan ditimbang kembali (2 gram )

5.kerapuhan tablet yang di dapat R = x 100%

Batas kerapuhan yang diperboleh maximum 0,8%

http://www.betatekinc.com/images/distek_df-3.jpg

6. Disolusi Tablet

Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam masing-

masing monografi obat. pengujian merupakan alat objektif dalam menetapkan sifat

disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat karena absorbsi dan kemampuan

Page 19: Laporan Tablet Jambu Biji c1

obat dalam tubuh sangat tergantung pada adanya obat pada keadaan melarut. Berikut

merupakan alat uji dissolusi tablet.

Secara singkat alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan pada kapsul

atau tablet terdiri dari:

1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang sudah diubah

2. Keranjang baja stainlees berbentuk silinder atau dayung untuk di tempelkan ke ujung

batang pengaduk

3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 ml,

bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada

lubang tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk memindahkan sampel dan satu

untuk menempatkan thermometer.

4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi dalam

bejana. (Ansel, 1989)

Contoh alat dissolution tester

http://image.made-in-china.com/2f0j00ieBtgZkqZjoT/Dissolution-Tester-ZRS-8G-.jpg

Page 20: Laporan Tablet Jambu Biji c1

BAB III.METODE

3.1 Pembuatan ekstrak

Alat :

Maserator

Batang pengaduk

Corong buchner

Pompa vakum

Rotavapor

Beaker Glass

Gelas ukur

Timbangan analitik

Mortir dan stemper

Bahan :

Simplisia daun jambu biji

Etanol 96%

3.2 Prosedur pembuatan :

1. Proses ekstraksi

Ekstraksi daun jambu biji dilakukan dengan cara maserasi 1 bagian simplisia dengan 5

bagian pelarut (etanol 96%), yaitu sebagai berikut :

Ditimbang 300 g, dimasukkan dalam

maserator

Simplisia daun jambu biji

Etanol 96%

Page 21: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Tambah etanol 96% 1500ml, sebagian etanol

untuk membasahi simplisia (±500ml), lalu

sisaanya dimasukkan semua dalam

maserator dan tutup rapat maserator.Rendam

selama 6 jam pertama sambil diaduk,

kemudian diamkan selama 18 jam.

Disaring menggunakan corong bunchner

Dipekatkan dengan rotavapor

Hitung randemen yang diperolih, %b/b

ekstrak kental dan bobot simplisia yang

digunakan.

2. Pengeringan ekstrak

Aduk rata ekstrak selama 3-5 menit.

Maserat

Filtrat

Ekstrak kental

Ekstrak kental dengan %b/b yang telah diketahui

Ekstrak kental

Ekstrak yang telah diaduk rata

Page 22: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Timbang ± 75% dari randemen yang

dihasilkan, masukkan dalam mortir

Dikeringkan dengan penambahan aerosil 1-

2% bobot ekstrak kental, tambahkan sedikit

demi sedikit sambil digerus sampai rata dan

kering

3.3 Pembuatan tablet

Proses pembuatan tablet dari ekstrak daun jambu biji dilakukan dengan cara

kempa langsung, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Alat :

Mortir dan stemper

Ayakan granul mesh 16

Loyang

Beaker glass

Mesin pencetak tablet

Timbangan

MC balance

Bahan :

Ekstrak daun jambu biji

Avicel

Pati jagung

Asam stearat

75% ekstrak kental dari rendemen dalam mortir

Ekstrak kering

Page 23: Laporan Tablet Jambu Biji c1

1. Proses pencampuran bahan

Dimasukkan ke dalam mortir, dilakukan

pencampuran 15 menit, hingga ekstrak

kering

Ditambahkan pati jagung 40 gram ke dalam

mortir

Ditambahkan Mg stearat 8 gram ke dalam

mortir

Diayak dengan menggunakan ayakan mesh

16, kemudian hasil ayakan ditampung

Dimasukkan ke dalam alat pencetak tablet

di lakukan in prosess control berat dan

kekerasan selama proses kompresi

Ekstrak daun jambu biji 100 gram, Avicel 212 gram,

Hasil campuran Ekstrak daun jambu biji 100 gram, Avicel 212 gram,

Hasil campuran bahan dalam mortir

Serbuk kering yang telah diayak

Terbentuk tablet

Tablet dengan kekerasan dan ketebalan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil campuran bahan dalam mortir

Page 24: Laporan Tablet Jambu Biji c1

3.4 Evaluasi Tablet

1. Keseragaman bobot tablet

(Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, hal. 656; USP XX-NF XV; dan  Farmakope

Indonesia, Edisi Ketiga, hal.7)

Alat : Timbangan analitik miligram (electronic balance)

Prosedur : Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut :

1. Timbang 20 tablet dan hitung bobot rata-ratanya.

2. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari

bobot rata-rata, lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada

satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada

kolom B

3. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang

bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rat-rata yang ditetapkan pada kolom A atau

kolom B.

Bobot Rata-rataPenyimpanan Bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150

mg10 % 20 %

151 mg sampai dengan 300

mg lebih dari 300 mg

7.5%

5 %

15 %

10 %

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari

tablet dan jika uji keseragaman bobot mewakili keseragaman kandungan. Farmakope

mempersyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang

dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji

keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tablet (FI IV : 6)

Persyaratan : Dilakukan uji untuk tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50mg

atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan harus memenuhi syarat uji

keseragaman kandungan yang pengujiaannya dilakukan pada tiap tablet (FI ed IV)

Page 25: Laporan Tablet Jambu Biji c1

4. Keseragaman ukuran tablet

Alat : Jangka Sorong

Prosedur :

a. Tablet diukur diameternya dalam keadaan horizontal dengan jangka sorong.

b. Tablet diukur tebalnya dalam keadaan vertikal dengan jangka sorong.

Persyaratan  : Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang

dari 1 1/3 tebal tablet (Farmakope Indonesia, Edisi  Ketiga, hal 6)

5. Waktu hancur tablet

Alat : Erweka Cakram Disintegrasi Type ZT 501

Prosedur : Memasukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang. Dimasukkan

satu cakram pada setiap tabung dan menjalankan alat. Digunakan air bersuhu 37˚ ± 2˚C sebagai

media dengan volume 900 mL (kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-

masing monografi).

Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, keranjang diangkat dari media dan

tabletnya diobservasi : semua tablet harus sudah terdisintegrasi sempurna, jika 1 atau 2 tablet

tidak terdisintegrasi secara sempurna, pengujian diulangi dengan menggunakan 12 tablet

lainnya : tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus terdisintegrasi sempurna.

Persyaratan  : Pada batas waktu amati tablet, semua tablet harus hancur sempurna, bila 1 atau 2

tablet tidak hancur ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya; tidak kurang 16 dari 18 tablet

harus hancur sempurna (FI IV, monografi 1251).

6. Kekerasan tablet

Alat : Erweka TBH 220 Hardness Tester

Prosedur : Mengambil 10 tablet untuk diuji. Pertama, alat/besi penahan dibersihkan dengan

kuas. Kemudian, tablet diletakkan tepat di tengah besi penahan dan alat dijalankan sehingga besi

penahan menekan tablet. Kekerasan tablet dapat dilihat pada skala yang muncul di monitor.

Persyaratan : 4-8 kPa (Pharmaceutical Dosage Form Tablet, Vol. 2, p. 244)

Page 26: Laporan Tablet Jambu Biji c1

5. Kerapuhan tablet

Alat : Erweka Friabilator Type TAP

Prosedur :

a. Sebelum digunakan, dicek terlebih dahulu apakah bagian wadah tablet sudah bersih atau

belum.

b. Dihubungkan alat dengan arus listrik.

c. Diambil 10 tablet, dibersihkan satu per satu dengan bantuan kuas, kemudian ditimbang

semua tablet dan hasil penimbangan (W1) dicatat.

d. Diputar sekrup pada bagian wadah tablet ke arah kiri dan lepaskan wadah tablet.

e. Dibuka tutup wadah dan masukkan 10 tablet yang telah ditimbang, kemudian tutup wadah.

f. Dipasang wadah tablet ke arah pemutar, pasang sekrup kemudian putar ke arah kanan hingga

kencang.

g. Putar penunjuk kecepatan ke arah kanan sampai skala penunjuk menunjukkan skala 4 (alat

sudah disetting untuk berputar dengan kecepatan 25 rpm, sehingga untuk menghasilkan total

putaran 100 rpm maka alat diputar selama 4 menit).

h. Tunggu sampai alat berhenti berputar, putar sekrup ke arah kiri dan lepaskan wadah dan alat

pemutar.

i. Buka tutup wadah tablet kemudian keluarkan tablet dari wadah dan bersihkan tablet dari

serpihan dengan bantuan kuas.

j. Ditimbang 10 tablet tersebut dan catat hasil penimbangan (W2).

k. Kerapuhan tablet =  W1 – W  2  . 100 %

                                        W1

l. Bersihkan wadah dari serpihan tablet dengan bantuan kuas dan kemudian pasang tutup

wadah.

m. Pasang kembali wadah pada alat pemutar, pasang sekrup dan putar ke kanan hingga kencang.

n. Setelah selesai maka putuskan alat dari arus listrik.

Persyaratan : kerapuhan tablet harus < 1%  (USP 32 p.1216)

Page 27: Laporan Tablet Jambu Biji c1

2. Uji Disolusi

Alat        : terdiri dari wadah tertutup terbuat dari kaca. Wadah tercelup sebagian didalam

suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam

wadah 370C +/- 0,50C. dayung yang digunakan terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk

Prosedur      : masukkan sejumlah volume media disolusi yang tertera pada masing-masing

monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 370C +/- 0,50C dan

angkat thermometer. Masukkan 1 tablet ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari

permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera

dalam monografi (FI IV, monografi 1231)

Persyaratan : Persyaratan disolusi ini tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak, kecuali bila

dinyatakan dalam masing – masing monografi. Bila dalam etiket dinyatakan bahwa sediaan

bersalut enterik, sedangkan dalam masing – masing monografi uji disolusi tidak secara khusus

dinyatakan untuk sediaan bersalut enteric, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas

lambat, seperti yang tertera pada etiket (Farmakope Indonesia Edisi IV, Halaman 1083).

Page 28: Laporan Tablet Jambu Biji c1

IV. HASIL PENGAMATAN

No Bahan Fungsi % Untuk 126

Tablet (Gram)

1 Ekstrak Daun Jambu

Biji

Bahan Aktif 23 11,592

2 Aerosil Adsorben 2 1,008

3 Avicel Bahan Pengisi 63 31,752

4 Pati Jagung Bahan Penghancur 10 5,04

5 Mg Stearat Lubrikan 2 1,008

Jumlah 100 50,4

Formulasi Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji

Perhitungan

Ekstrak Daun Jambu Biji

25/100 x 50,4 g = 11,592 g

Aerosil

2/100 x 50,4 g = 1,008 g

Avicel

63/100 x 50,4 g = 31,752 g

Pati Jagung

10/100 x 50,4 g = 5,04 g

Mg Stearat

2/100 x 50,4 g = 1,008 g

Sifat alir serbuk ekstrak daun jambu biji: 15 detik

Uji Keseragaman Bobot

Page 29: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Bobot Tablet

(gram) / xi

Deviasi Rata-rata

(∆ = x-xi)

Kuadrat Deviasi

∆2

1 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

2 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

3 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

4 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

5 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

6 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

7 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

8 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

9 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

10 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

11 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

12 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

13 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

14 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

15 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

16 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

17 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

18 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

19 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

20 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

∑x = 7,91

X = 0,3955 ±

1,252 x 10-3

∑∆2 = 4,95 x 10-4

∑ = 0,40 + 0,40 + 0,40 + 0,40 + 0,39 + 0,40 + 0,39 + 0,40 + 0,39 + 0,39 + 0,40 + 0,40 + 0,40 +

0,39 + 0,39 + 0,39 + 0,39 + 0,39 +0,40 + 0,40

20

= 0,3955 g

Page 30: Laporan Tablet Jambu Biji c1

SD = 4,95 x 10-4

0,3955

= 1,252 x 10-3

Bobot rata-rata Peyimpangan bobot rata-rata %%

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

26mg – 150 mg 10 % 20 %

151mg – 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

Dari hasil uji keseragaman bobot IPC di dapatkan bobot rata-rata per tablet 0,3955 ± 1,252 x 10 -3

gram. Jika penyimpangan 5% maka :

0,3955 ± ( 5/ 100 x 0,3955 ) = 0,3955 ± 0,019775

= 0,376 ---- 0,415gram

= 376 – 415 mg

Berdasarkan hasil rentang diatas, maka tablet ekstrak daun jambu biji yang kami buat memiliki

keseragaman bobot sesuai dengan literatur tanpa ada penyimpangan satu pun.

Uji Kekerasan Tablet

Nomor Tablet Kekerasan (kg)

1 5

2 4,5

3 5

4 4

5 5

Rata-rata 4,7 ± 0,447

Uji Kerapuhan Tablet

Replikasi W1 (10 tablet) W2(10 tablet)

Page 31: Laporan Tablet Jambu Biji c1

1 4,015 gram 3,975 gram 0,996%

2 4,100 gram 4,070 gram 0,732%

3 4,035gram 4,005 gram 0,743%

Rata-rata 0,824% ±0,149

Uji waktu hancur

Replikasi Waktu (detik)

1 44 detik

2 43 detik

3 45 detik

Rata-rata 44 ± 1

V. PEMBAHASAN

5.1 PEMBUATAN ESKTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava)

Page 32: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Pada praktikum kali ini dilakukan formulasi sediaan tablet dari daun jambu biji. Hal

pertama yang dilakukan adalah pembuatan ekstrak kental daun jambu biji. Daun jambu biji

diperoleh dari Laboratorium Biologi Farmasi Unej. Setelah diperoleh simplisia daun jambu biji,

dilakukan penyotiran terhadap simplisia daun jambu biji (untuk memisahkan dari pengotor yang

terikut). Setelah disortir simplisia daun jambu biji diblender untuk mereduksi ukuran sehingga

saat dilakukan maserasi luas permukaannya menjadi lebih luas. Sebelum dilakukan maserasi

hasil blender daun jambu biji diayak untuk menghomogenkan ukuran. Setelah diayak, serbuk

ditimbang sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan toples. Ditambahkan etanol 96% kedalam

toples sebanyak 2500ml. Maserasi daun jambu biji dilakukan selama 2 hari sambil diaduk saat 12

jam sekali.

Solven yang digunakan untuk maserasi adalah etanol 96%, karena kandungan daun jambu

biji yanhg akan diambil adalah flavonoid utamanya quercetin. Di mana quercetin bersifat polar

sehingga mampu larut dalam etanol yang sifatnya juga polar. Setelah 2 hari maserat diperoleh,

kemudian dilakukan rotavapor untuk mendapatkan ekstrak kental daun jambu biji. Haisil yang

diperoleh ditimbang kemudian di letakkan dalam gelas ekstrak.

5.2 KLT EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

Setelah dilakukan pembuatan ekstrak daun jambu biji dengan cara maserasi, langkah

selanjutnya adalah penetapan kadar senyawa aktif dalam ekstrak yaitu kadar kuersetin. Terlebih

dahulu dibuat larutan pembanding kuersetin dengan konsentrasi 1000 ppm, setelah itu diencerkan

hingga didapatkan larutan pembanding dengan konsentrasi 100, 200, 400, dan 800 ppm.

Kemudian dibuat larutan uji yaitu dengan melarutkan 250 mg ekstrak kental dalam 25 ml etanol.

Selanjutnya dilakukan penotolan larutan baku pembanding kuersetin sebanyak 2 μl dan larutan

uji sebanyak 10 μl, kemudian dieluasi dengan menggunakan eluen kloroform : aseton : asam

formiat (10:2:1) sebanyak 20 ml. Setelah dieluasi, lempeng dikeringkan dan diamati secara

kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan pengamatan lempeng dibawah sinar

uv pada panjang gelombang 254 nm diamati noda yang terbentuk pada lempeng dan dihitung

serta dibandingkan nilai rf dari standart kuersetin dan ekstrak jambu biji yang ditotolkan. Dimana

nilai rf pada standart kuersetin setelah dilakukan pengenceran yaitu pada konsentrasi 10, 20, 40,

dan 80 ppm secara berurutan adalah 0,85, 0,86, 0,86, 0,86 sedangkan untuk sampal dengan 6 kali

replikasi secara berturut-turut adalah 0,83, 0,84, 0,84, 0,83, 0,83, 0,83.

Page 33: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Gambar 1. Lempeng sebelum diamati dibawah radiasi sinar uv λ 254nm

Gambar 2. Lempeng setelah diamati dibawah radiasi sinar uv λ 254nm

Sedangkan analisis kuantitatif kuersetin dalam ekstrak dilakukan dengan densitometer.

Dari hasil densitometer, berdasarkan perhitungan melalui persamaan yang diperoleh besar kadar

kuersetin dalam ekstrak tidak dapat diketahui karena kadar kuersetinnya kurang dari rentang

konsentrasi larutan pembanding yang digunakan sehingga kadarnya tidak bisa terukur secara

kuantitatif.

Page 34: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Gambar 3. Hasil densitometer 1

Maka dari itu, dilakukan pengulangan analisis KLT-densitometri dengan menggunakan

konsentrasi larutan pembanding yang lebih kecil (pengenceran 10x) yaitu 10, 20 ,40, dan 80

ppm. Hasil yang didapat berdasarkan perhitungan melalui persamaan yang diperoleh ternyata

menunjukkan bahwa kadar kuersetin dalam ekstrak lebih dari konsentrasi larutan pembanding

yang digunakan sehingga kadar kuersetin dalam ekstrak kental masih belum bisa terukur secara

kuantitatif.

Gambar 2. Hasil densitometer 2

Page 35: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Sebenarnya harus dilakukan pengulangan analisis KLT-densitometri dengan

menggunakan konsentrasi larutan pembanding kuersetin sebesar 20, 40, 80, 100, dan 200 ppm

untuk bisa mengetahui kadar kuersetin dalam ekstrak. Tapi karena keterbatasan waktu dan biaya

maka tidak dilakukan pengulangan.

5.3 PEMBUATAN TABLET DAN EVALUASINYA

Pada praktikum kali ini dilakukan formulasi sediaan tablet dari daun jambu biji. Hal

pertama yang dilakukan adalah pembuatan ekstrak kental daun jambu biji. Daun jambu biji

diperoleh dari Laboratorium Biologi Farmasi Unej. Setelah diperoleh simplisia daun jambu biji,

dilakukan pernyotiran terhadap simplisia daun jambu biji (untuk memisahkan dari pengotor yang

terikut). Setelah disortir simplisia daun jambu biji diblender untuk mereduksi ukuran sehingga

saat dilakukan maserasi luas permukaannya menjadi lebih luas. Sebelum dilakukan maserasi

hasil blender daun jambu biji diayak untuk menghomogenkan ukuran. Setelah diayak, serbuk

ditimbang sebanyak.....kemudian dimasukkan toples. Ditambahkan etanol 96% kedalam toples

sebanyak....ml. Maserasi daun jambu biji dilakukan selama 2 hari sambil diaduk saat 12 jam

sekali.

Solven yang digunakan untuk maserasi adalah etanol 96%, karena kandungan daun jambu

biji yanhg akan diambil adalah flavonoid utamanya quercetin. Di mana quercetin bersifat polar

sehingga mampu larut dalam etanol yang sifatnya juga polar. Setelah 2 hari maserat diperoleh,

kemudian dilakukan rotavapor untuk mendapatkan ekstrak kental daun jambu biji. Haisil yang

diperoleh ditimbang kemudian di letakkan dalam gelas ekstrak.

Pembuatan tablet dari ekstrak daun jambu biji diawali dengan cara mengkeringkan

ekstrak kental menggunakan aerosil. Aerosil berfungsi sebagai adsorben / pengering dengan cara

menyerap air yang tertinggal pada esktrak kental. Penggunaan aerosil ini hanya 2% dari bobot

ekstrak kental. Setelah terbentuk ekstrak kering kemudian ditambahkan dengan bahan tambahan

antara lain avicel yang berfungsi sebagai bahan pengisi, pati jagung sebagai bahan penghancur

serta Mg stearat sebagai lubrikan. Penggunaan bahan pengisi berfungsi untuk menambah berat

dari tablet karena jumlah ekstrak yang digunakan sangat sedikit sehingga untuk mendapatkan

berat tablet yang diharapkan ditambahkan bahan pengisi. Pati jagung sebagai bahan penghancur

agar ketika tablet di minum secara per oral dapat hancur ketika kontak dengan cairan lambung

Page 36: Laporan Tablet Jambu Biji c1

sehingga dapat melepaskan bahan aktif dan menimbulkan efek terapi yang diharapkan. Mg

stearat berfungsi sebagai lubrikan untuk mencegah gesekan antara tablet dengan dinding die dan

punch saat pembuatan tablet.

Pembuatan tablet ekstrak daun jambu biji menggunakan teknik kempa langsung karena

berdasarkan literature proses kempa langsung ini memiliki banyak keuntungan. Keuntungannya

meliputi tahapan produksi yang sangat singkat yaitu hanya proses pencampuran dan

pengempaan, peralatan yang dibutuhkan tidak banyak serta tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit

karena proses singkat (Sulaiman,2007). Pembuatan tablet kempa langsung ini umumnya

digunakan pada bahan yang memiliki sifat alir yang baik dan sifat kohesifnya dimungkinkan

untuk langsung dikompresi dengan tablet tanpa memerlukan granulasi basah maupun granulasi

kering. (Parrot, 1971)

Namun berdasarkan dari uji sifat alir, ekstrak kering dari daun jambu biji memiliki sifat

alir yang kurang baik yaitu 15 detik. Menurut Siregar,2010 menyatakan bahwa kecepatan alir

yang baik adalah 10 gram / detik. Dengan sifat alir yang kurang baik ini sebaiknya dilakukan

dengan proses granulasi basah atau granulasi kering karena ekstrak daun jambu biji ini tahan

terhadap pemanasan dan kelembapan. Proses granulasi basah tidak dilakukan karena memiliki

kekurangan yaitu prosesnya lebih panjang dan membutuhkan biaya yang lebih mahal serta

peralatan yang digunakan lebih banyak , sedangkan kerugian untuk granulasi kering ialah

membutuhkan peralatan yang khusus untuk membuat slug yaitu slugging, bias terjadi

kontaminasi silang yang cepat dan cenderung menghasilkan banyak fines.

Pada pembuatan sediaan tablet ekstrak daun jambu biji diawali dengan melakukan in

process control (IPC) untuk menjamin bahwa proses yang sedang berlangsung dapat

menghasilkan tablet dengan spesifikasi yang ditetapkan, dimana jika terjadi ketidaksesuaian hasil

dapat segera diatasi.Dalam proses pembuatan tablet ekstrak daun jambu biji , IPC yang diuji

adalah keseragaman bobot dan uji kekerasan tablet.

Page 37: Laporan Tablet Jambu Biji c1

UJI KESERAGAMAN BOBOT

Bobot Tablet

(gram) / xi

Deviasi Rata-rata

(∆ = x-xi)

Kuadrat Deviasi

∆2

1 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

2 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

3 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

4 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

5 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

6 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

7 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

8 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

9 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

10 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

11 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

12 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

13 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

14 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

15 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

16 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

17 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

Page 38: Laporan Tablet Jambu Biji c1

18 0,39 g 5,5 x 10-3 3,025 x 10-5

19 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

20 0,40 g -4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

∑x = 7,91

X = 0,3955 ±

1,252 x 10-3

∑∆2 = 4,95 x 10-4

∑ = 0,40 + 0,40 + 0,40 + 0,40 + 0,39 + 0,40 + 0,39 + 0,40 + 0,39 + 0,39 + 0,40 + 0,40 + 0,40 +

0,39 + 0,39 + 0,39 + 0,39 + 0,39 +0,40 + 0,40

20

= 0,3955 g

SD = 4,95 x 10-4

0,3955

= 1,252 x 10-3

In proses control proses uji keseragaman bobot dilakukan sebelum tablet dikompresi

seluruhnya. dalam proses kompresi, tablet ekstrak daun jambu biji didesain dengan berat per

tablet adalah 400mg dan diperoleh 126 tablet.

Menurut Farmakope III,1979, keseragaman bobot ditetapkan dengan cara menimbang 20

tablet satu per satu dan dihitung bobot rata-ratanya.Jika ditimbang satu per satu , tidak boleh

lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan

pada kolom " A " dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-

rata lebih dari harga dalam kolom " B ". Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak

boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang

ditetapkan dalam kolom " A " maupun kolom " B " .

Page 39: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Bobot rata-rata Peyimpangan bobot rata-rata %%

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

26mg – 150 mg 10 % 20 %

151mg – 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

Dari hasil uji keseragaman bobot IPC di dapatkan bobot rata-rata per tablet 0,3955 ± 1,252 x 10 -3

gram. Jika penyimpangan 5% maka :

0,3955 ± ( 5/ 100 x 0,3955 ) = 0,3955 ± 0,019775

= 0,376 ---- 0,415gram

= 376 – 415 mg

Berdasarkan hasil rentang diatas, maka tablet ekstrak daun jambu biji yang kami buat memiliki

keseragaman bobot sesuai dengan literatur tanpa ada penyimpangan satu pun.

UJI KEKERASAN TABLET

Dalam uji kekerasan tablet IPC , tablet yang kami ukur kekerasannya berjumlah 5 tablet

dengan menggunakan alat Stoke- Monsanto Hardness Tester, berikut adalah data hasil

percobaannya

Nomor Tablet Kekerasan (kg)

1 5

2 4,5

Page 40: Laporan Tablet Jambu Biji c1

3 5

4 4

5 5

Rata-rata 4,7 ± 0,447

Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam

melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan keretakan selama proses

pengemasan, penyimpanan,transportasi dan sampai ke tangan konsumen.Syarat kekerasan tablet

menurut Lachman, 1994 adalah 4-8 kg. Berdasarkan uji kekerasan diatas ,tablet ekstrak daun

jambu biji memiliki kekerasan yang memenuhi rentang syarat kekerasan tablet.

Pada proses tabletasi selanjutnya dilakukan in process quality control untuk mengevaluasi

seluruh tablet ekstrak daun jambu biji yang dihasilkan meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan

tablet, kerapuhan dan uji waktu hancur. Namun evaluasi uji keseragaman bobot dan kekerasan

tablet tidak dilakukan ulang dikarenakan jumlah dihasilkan hanya 126 tablet dan menurut kami in

process control sudah menggambar in process quality control seluruh tablet yang telah dibuat.

Sehingga pada in process quality control hanya melakukan uji kerapuhan tablet dan waktu hancur

tablet.

UJI KERAPUHAN TABLET

Uji kerapuhan tablet merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan

tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet. Alat

yang sering digunakan untuk uji kerapuhan adalah Friability Tester. Berikut adalah hasil uji yang kami

lakukan

Replikasi W1 (10 tablet) W2(10 tablet)

1 4,015 gram 3,975 gram 0,996%

Page 41: Laporan Tablet Jambu Biji c1

2 4,100 gram 4,070 gram 0,732%

3 4,035gram 4,005 gram 0,743%

Rata-rata 0,824% ±0,149

Menurut Lachman, 1994, dalam uji kerapuhan tablet, kehilangan berat lebih kecil

dari ,5%-1% masih dapat diterima. Semakin besar nilai persentasi kerapuhan, semakin besar pula

massa tablet yang hilang. Kerapuhan tinggi akan mempengaruhi kadar zat aktif yang ada pada

tablet. Berdasarkan kerapuhan tersebut, hasil percobaan kami persentase kerapuhan rata-rata

adalah 0,824% ±0,149 yang menunjukkan bahwa hasil sesuai dengan literatur.

UJI WAKTU HANCUR

Tablet ketika minum secara per oral harus dapat hancur larut dalam cairan lambung

dalam bentuk molekuler agar dapat diabsorbsi.Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan

tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui

saringan berukuran mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan

melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, 1994).

Berikut hasil uji waktu hancur:

Replikasi Waktu (detik)

Page 42: Laporan Tablet Jambu Biji c1

1 44 detik

2 43 detik

3 45 detik

Rata-rata 44 ± 1

Menurut Farmakope Indonesia III, 1979 , waktu yang diperlukan untuk menghancurkan

tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari 60 menit menit untuk tablet

bersalut gula dan bersalut selaput.Alat yang digunakan untuk uji waktu hancur adalah

Disintegration tester, dimana cara kerja alatnya yaitu memasukkan 6 tablet kedalam keranjang,

kemudian keranjang dinaik turunkan secara teratur sebanyak 30 kali tiap menit. Tablet

dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen yang

berasal dari zat penyalut.

Pada hasil uji waktu hancur tablet ekstrak daun jambu biji yang kami lakukan, waktu rata-

rata uji disintegran adalah 44 ± 1 detik. Hasil uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan yang

telah ditetapkan dalam FI III, dimana tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.

KADAR TEORITIS KUERSETIN DALAM TABLET EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

Pada penetapan kadar quersetin estrak daun biji menggunakan KLT, diketahui bahwa

kadar quersetin dalam jambu biji yaitu 0,0 ηg. Sehingga kami melakuan perhitungan secara

manual ( teoristis) dengan menggunakan persamaan area vs massa yaitu y = 3934 +(-5,37 x).

Dengan area sampel pada hasil KLT yaitu 13493,57 dan 15209,93 maka kosentrasi quersetin

dalam sampel secara teoristis menjadi negatif hal ini berarti kadar kuersetin dalam estrak kami

terlalu kecil.

Gambar : Hasil KLT-Densitometri

Page 43: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Dari penetapan kadar, kadar kuersetin dalam estrak tidak dapat diketahui dan kadar

teoristis dari tiap satu tablet juga tidak dapat diketahui. Tetapi dalam salah satu literatur kami

menemukan bahwa didalam 130 g estrak mengandung 17,2 mg quersetin sehingga kadar

kuersetinnya 0,013 % b/b. Jika demikian dari 1 tablet 400 mg yang mengandung 23 % estrak (92

mg) mengandung kuersetin sebanyak 0,0001196 mg kuersetin

Perbedaan kadar dari kuersetin estrak kami, dan estrak literatur dapat disebabkan

beberapa hal, yaitu:

- Perbedaan spesies dari tanaman yang kami gunakan

- Nutrisi pada tanah dan tipe tanah tempat tanaman tumbuh

- Iklim dan kadar kelembapan tempat tanaman tumbuh

- Umur ketika daun dipanen

- Lama terpaparnya dengan sinar matahari

- Waktu panen

- Proses dan waktu pengeringannya

- Metode ekstraksi dari tanaman

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN SECARA TEORITIS DARI KLT

Tahap ini dilakukan evaluasi keseragaman kandungan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah tablet yang telah dibuat mengandung kuersetin sebesar 0,02 %. Menurut FI IV, pengujian

Page 44: Laporan Tablet Jambu Biji c1

keseragaman bobot dilakukan penetapan kadar tipa satuan, pilih tidk kurang dari 30 satuan dan

lakukan sesuai dengan bentuk sediaan yang dimaksud. Tablet tidak bersalut tetap kadar 10 satuan

persatu seperti yang tertera pada penetapan kadar dalam masing monografi kecuali dinyatakan

lain dalam uji keseragaman kandungan. Jika jumlah zat aktif dalam satuan dosis tunggal kurang

dari yang dibutuhkan dalam penetapan kadar, atur derajat pengenceran dari larutan sehingga

kadar zat aktif dalam larutan akhir kurang lebih sama seperti yang tertera pada prosedur.

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar menggunakan KLT densitometri.

Tablet yang digunakan sebanyak 3 tablet. Masing-masing tablet digerus dengan kemudian

dilarutkan dalam methanol pa. Masukkan larutan kedalam labu ukur 25 ml dan tambahkan

methanol pa sampai tanda batas. Standart yang digunakan yaitu 25 mg kuersetin dalam 25 ml.

Dilakukan pengenceran hingga memperoleh standart 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 100 ppm, dan

200 ppm. Hal ini dipilih standart dengan pengenceran tersebut karena kuersetin yang terdapat

didalam ekstrak jumlahnya kecil dan dapat terdeteksi pada standar tersebut.

Kondisi analisis yang digunakan sesuai dengan pharmakope herbal Indonesia edisi 1

yaitu:

Fase gerak : ethyl asetat : asam format : asam asetat glasial : air (100:11:11:26)

Fase diam : silica gel F254

Penotolan : 10 μl ekstrak daun jambu biji dan standart quersetin

Ekstrak daun jambu biji ditotolkan pada KLT sebanyak 10 μl dan standart quersetin

ditotolkan 10 μl. Kemudian dieluasi dengan eluen ethyl asetat : asam format : asam asetat

glasial : air (100:11:11:26). Tujuan di eluasi yaitu untuk memisahkan analit dari komponen lain

pada ekstrak.

Setelah dianalisis dengan KLT, kemudian diamati dengan densitometer. Pada saat uji

menggunakan densitometer dilakukan pengamatan pada panjang gelombang 365nm. Hasil yang

diperoleh pada panjang gelombang 365nm menunjukkan nilai Rf yang didapat sangat kecil yaitu

0,84 untuk Rf sampel dan 0,86 untuk Rf standart. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena

proses pembuatan tablet yang cukup panjang sehingga memungkinan adanya kehilangan jumlah

quersetin dalam proses tersebut, pelarut yang digunakan kurang sesuai sehingga tidak dapat

Page 45: Laporan Tablet Jambu Biji c1

memisahkan analit dalam sampel atau juga bisa dikarenakan chambernya belum jenuh pada saat

KLT.

Dari hasil KLT tablet jambu biji yang discan dengan densitometer tidak dapat dideteksi

kadar kuersetinnya, hal ini kemungkinan karena kadar kuersetin dalam tablet jambu biji yang

dibuat sangat kecil sekali sehingga kadarnya tidak dapat ditentukan.

Page 46: Laporan Tablet Jambu Biji c1

KESIMPULAN

1. Pembuatan tablet ekstrak daun jambu biji menggunakan metode cetak langsung karena

memiliki beberapa keuntungan yaitu tahapan produksi yang sangat singkat yaitu hanya

proses pencampuran dan pengempaan, peralatan yang dibutuhkan tidak banyak serta

tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit karena proses singkat.

2. Hasil dari ekstrak daun jambu biji memiliki sifat alir yaitu 15 detik dan tidak sesuai

dengan literature.

3. Untuk hasil keseragaman bobot 0,3955 gram ; hasil kekerasan tablet 4,7 kg ; uji kerapuan

tablet 0,824% ; uji waktu hancur 44 detik dan semua data ini menunjukkan hasil yang

sesuai dengan literature.

4. Penetapan kadar keseragaman kandungan menggunakan KLT tidak terdeksi yaitu 0,0 ηg.

Sedangkan penetapan kadar dengan dihitung manual memakai massa vs area, hasil yang

didapat juga negative. Ini menunjukkan bahwa kadar kuersetinnya sangan kecil.

5. Dalam literature menyebutkan bahwa 130 g estrak mengandung 17,2 mg quersetin

sehingga kadar kuersetinnya 0,013 % b/b. Jika demikian dari 1 tablet 400 mg yang

mengandung 23 % estrak (92 mg) mengandung kuersetin sebanyak 0,0001196 mg

kuersetin

6. Faktor penyebab ketidaksesuain uji keseragaman kandungannya ialah Perbedaan spesies

dari tanaman yang kami gunakan, Nutrisi pada tanah dan tipe tanah tempat tanaman

tumbuh, Iklim dan kadar kelembapan tempat tanaman tumbuh, Umur ketika daun

dipanen, Lama terpaparnya dengan sinar matahari, Waktu panen, Proses dan waktu

pengeringannya, metode estraksi dari tanaman.

7. Hasil KLT ekstrak kental daun jambu biji menunjukkan data sebagai berikut:

Secara kualitatif : dilakukan dengan pengamatan lempeng dibawah sinar uv pada panjang

gelombang 254 nm. Hasil nilai Rf pada standar quersetin pada konsentrasi 10, 20, 40, dan

80 ppm secara berurutan adalah 0,85, 0,86, 0,86, 0,86 sedangkan untuk sampel dengan 6

kali replikasi secara berturut-turut adalah 0,83, 0,84, 0,84, 0,83, 0,83, 0,83.

Page 47: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Secara kuantitatif : Dari hasil densitometer, berdasarkan perhitungan melalui persamaan

yang diperoleh besar kadar kuersetin dalam ekstrak tidak dapat diketahui karena kadar

kuersetinnya kurang dari rentang konsentrasi larutan pembanding yang digunakan

sehingga kadarnya tidak bisa terukur secara kuantitatif.

8. Nilai Rf yang didapat sangat kecil yaitu 0,84 untuk Rf sampel dan 0,86 untuk Rf standart.

9. Faktor yang menyebabkan kecilnya nilai Rf yang diperoleh adalah karena proses

pembuatan tablet yang cukup panjang sehingga memungkinan adanya kehilangan jumlah

quersetin dalam proses tersebut, pelarut yang digunakan kurang sesuai sehingga tidak

dapat memisahkan analit dalam sampel atau juga bisa dikarenakan chambernya belum

jenuh pada saat KLT.

Page 48: Laporan Tablet Jambu Biji c1

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, i. K.,2004. Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah meraH sebagai anti diare . Acta Pharmaceutica Indonesia. Vol XXIX. No. 1. Hal. 18-20

Ajizah, A. 2004. Sensivitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak daun Psidium guajava l.

Bioscientiae. Vol.1 (31-38)

Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia

Press.

Anonymous. 2004. Jambu Biji (Psidium guajava).

http://www.agribisnis.deptan.go.id/pustaka/teknopr o/leaftleat%20No%2025.htm.

Tanggal akses April 2014

Anonim. http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html (diakses tanggal 8

Maret 2014)

British Pharmacopoeia Commision. 2002. British Pharmacopoeia. London : The Stationery

Office.

Darsono, F.L dan Artemisia, S.D.2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Biji dari

beberapa Kultivar terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan “hole-plate

diffusion method”. Berk,Penel.Hayati : 9, 2003

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 49: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Fajar, Mohammad et al. 2011. Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih.

Prosidising SNa PP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

Harborne, 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan .

Padmawinata, K. & I. Soediro

Hasanah. 2013. Formulasi tablet hisap ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava l.) yang

mengandung flavonoid dengan kombinasi bahan pengisi manitolsukrosa. Indonesia -

Publications on Herbal Medicines

Juliantoni, Yohanes dan Mufrod. 2013. Formulasi tablet hisap ekstrak daun jambu biji (Psidium

guajava l.) yang mengandung flavonoid dengan kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa.

Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Traditional

Medicine Journal, 18(2), 2013

Kartasapoetra, G., 2004. Budidaya Tanaman Berkasiat Obat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. hal

62 - 63.

Lachman, Leon,et.al. 1986. The Theory & Practice of Industrial Pharmacy. University of

Michigan

Masduki, I. 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S.aureus

dan Ecoli in vitro. Cermin Dunia Kedokteran 109:21-24.

Parimin, S. P. 2005. Jambu Biji Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Bogor: Niaga Swadaya.

Parrot E. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing

Co. Minneapolis: 100-3.

Prof. Dr. Dr. Sumarno, dmm, sp mk,dkk,.2013.EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU

BIJI (Psidium guajava Lamk.) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO.

Page 50: Laporan Tablet Jambu Biji c1

Rohman, Abdul. 2009. Kromatigrafi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rohmawati, N. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70%

Daun Lidah Buaya (Aloe ver a L.) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. [Skripsi]

Fakultas Farmasi UMS, Surakarta.

Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis.

Jakarta: EGC. Halaman 13-42.

Sipahutar. 2000. Potensi antibakteri ekstrak kunyit (Curcuma domestica), daun (Psidium guajava

L.) Sirih (piper betle L.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) terhadap

Bakteri Aeromonas hydrophila. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/24275.

Sugiarto, Netty Febriyanti.2008. Uji Antidiare Jamu “DNR” Pada Mencit Putih

Jantan.Universitas Indonesia

Sudarsono, Gunawan, et al. 2002. Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan

Penggunaan). Yogyakarta : Pusat Studi Tradisional-Universitas Gadjah Mada.

Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama. Yogyakarta:

Mitra Communications Indonesia. Halaman 149-153.

Taiz, L & Zeiger, E. 2006. Secondary Metabolites and Plant Defense.

Yuliani, S., L. Udarno & E. Hayani. 2003. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe Daun Jambu

Biji (Psidium guajava). Buletin Tanaman Rempah dan Obat. 14(1):17-24.