LAPORAN_DENYUT_NADI-_FAAL

37
PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH Ayu Rafania Atikah 021211133019 Rizka Febriyanti 021211133020 Emmanuel Damar 021211133021 Afifah Ulfa Anindya 021211133022 Rizky Devina 021211133023 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013 1

description

Faal

Transcript of LAPORAN_DENYUT_NADI-_FAAL

PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Ayu Rafania Atikah021211133019Rizka Febriyanti021211133020Emmanuel Damar021211133021Afifah Ulfa Anindya021211133022Rizky Devina 021211133023

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA2013

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang TeoriTekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan (Ethel, 2003: 238). Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung. Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan cara palpasi, disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan elektronik yang sederhana maupun yang modern.Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indicator untuk meilai system kardiovaskuler.

1.2 Masalaha. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah dan denyut nadi?b. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap tekanan darah dan denyut nadi?c. Bagaimana langkah-langkah pengukuran denyut nadi dan tekanan darah?

1.3 Tujuana. Mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.b. Mengetahui pengaruh latihan fisik terhaday denyut nadi dan tekanan darah.c. Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan denyut nadi dan mengukur tekanan darah dengan cara palpasi dan auskultasi.0. Memeriksa denyut nadi secara palpasi0. Mengukur tekanan darah secara palpasi0. Mengukur tekanan darah secara auskultasi

2. METODE KERJA2.1 Alata. Meja periksa/tempat tidurb. Stopwatch/arloji(jam)c. Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :-Manometer air raksa-Manset udara-Selang karet-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.d. Stethoscopee. Bangku latihan fisikf. Metronom

2.2 Tata Kerja2.2.1 Memeriksa Denyut Nadi dan Mengukur Tekanan Darah2.2.1.1 Memeriksa Denyut Nadi secara Palpasii. Memilih 1 mahasiswa coba (MC1).ii. Menyuruh MC1 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit di meja periksa/tempat tidur.iii. Meletakkkan kedua tangan di sisi tubuh dengan kedudukan volar.iv. Memeriksa denyut arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari II-III-IV yang diletakkan sejajar satu terhadap yang lain diatas arteri radialis tersebut.v. Menentukan 1. Frekuensi ........( jumlah denyut/menit )2. Irama...............( teratur/tidak teratur)vi. Mencatat data2.2.1.2 Mengukur Tekanan Darah secara Palpasi1. MC1 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa/tempat tidur.1. Meletakkan lengan yang mau diukur tekanan darahnya (lengan kanan) disisi tubuh dengan kedudukan volar.1. Memasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)1. Meraba serta merasakan denyut arteria radialis dextra1. Memompakan udara kedalam manset (menggunakan pompa udara) sampai denyut arteria radialis dextra tak teraba1. Memompakan terus udara kedalam manset sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut arteria radialis dextra tak teraba.1. Mengeluarkan udara dalam manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam). Mencatat tinggi Hg pada manometer di mana arteri radialis pertama kali teraba kembali. Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik cara palpasi.

2.2.1.3 Mengukur Tekanan Darah Secara Auskultasi1. MC1 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa/tempat tidur dengan manset tetap terpasang di lengan atas kanan, posisi lengan tetap di sisi tubuh dengan posisi volar.1. Menentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan meletakkan stethoscope di atas arteria brachialis dextra tersebut.1. Memompakan udara ke dalam manset, maka akan terdengar suara bising arteria brachialis dextra melalui stethoscope.1. Meneruskan memompa udara ke dalam manset, pada suatu saat suara bising arteria brachialis dextra akan menghilang.1. Memompakan terus udara ke dalam manset sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana suara bising arteria brachialis dextra tadi menghilang.1. Mengeluarkan udara dalam manset secara pelan dan berkesinambungan, maka akan terdengar lagi suara bising tersebut, dan melihat tinggi Hg pada manometer, didapatkan tekanan darah sistolik. Dan setelah diturunkan lagi suara bising tersebut kembali menghilang, didapatkan tekanan darah diastolik.2.2.2 Mengamati dan Mempelajari Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah1. Memilih 1 mahasiswa coba (MC2).i. MC2 boleh sama dengan MC1 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutanii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point D.2iii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC2 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point D.2iv. Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data2. Menyuruh MC2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dari irama denyut arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya.3. Menyuruh MC2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya.4. Menyuruh MC2 berdiri tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya.2.2.3 Mengamati dan Mempelajari Pengaruh Latihan Fisik terhadap denyut Nadi dan Tekanan Darah1. Memilih 1 mahasiswa coba (MC3).i. MC3 boleh sama dengan MC2 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutanii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC3 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point D.3iii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC3 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point D.3iv. Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data2. Menyuruh MC3 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frkuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya. Mencatat frekuensi, irama denyut nadi dan tekanan sistolik, diastolik serta menghitung nilai rata-ratanya.3. Dengan manset tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC3 melakukan latihan fisik dengan cara: STEP TEST ( NAIK-TURUN BANGKU) 20 kali/menit selama dua menit dengan dipandu oleh irama metronome yang di setting pada frekuensi 80 ketukan per menit.4. Setelah step test berakhir menyuruh MC3 segera duduk, mengukur frekuensi nadi serta tekanan darahnya masing-masing satu kali. Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step test terakhir. Meneruskan mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit (menit ke 3..menit ke 5menit ke 7dstnya) sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan.

3. HASILTABEL E.1: DATA DEYUT NADI DAN TEKANAN DARAHMHSCOBAPEMERIKSADENYUT NADITEKANAN SISTOLIK (Palpasi)TEKANAN SISTOLIK (Auskultasi)TEKANAN DIASTOLIK (Auskultasi)

MC 1(Damar)A.Ayu R80 denyut/m125 mmHg120 mmHg80 mmHg

B.Ulfa A78 denyut/m120 mmHg120 mmHg78 mmHg

C.Rizka F83 denyut/m120 mmHg118 mmHg78 mmHg

D.Rizky D80 denyut/m118 mmHg115 mmHg80 mmHg

GRAFIK TABEL E.1TABEL E.2: DATA POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAHPOSISITUBUHDENYUT NADITEKANAN SISTOLIK(Auskultasi)TEKANAN DIASTOLIK(Auskultasi)

BERBARING TERLENTANG80 denyut/m120 mmHg80 mmHg

78 denyut/m120 mmHg78 mmHg

83 denyut/m118 mmHg78 mmHg

80 denyut/m115 mmHg80 mmHg

Mean = 81,25Mean = 118,25Mean = 79

DUDUK73 denyut/m125 mmHg78 mmHg

79 denyut/m120 mmHg85 mmHg

85 denyut/m120 mmHg80 mmHg

83 denyut/m110 mmHg80 mmHg

Mean = 80Mean = 118,75Mean = 80,75

BERDIRI85 denyut/m120 mmHg80 mmHg

88 denyut/m120 mmHg90 mmHg

89 denyut/m115 mmHg90 mmHg

94 denyut/m110 mmHg80 mmHg

Mean = 89Mean = 116,25Mean = 85

GRAFIK TABEL E.2

TABEL E.3: PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAHWAKTUDENYUTNADITEKANAN SISTOLIK(Auskultasi)TEKANAN DIASTOLIK(Auskultasi)

PRALATIHAN1. 73 denyut/menit118 mmHg78 mmHg

2. 73 denyut/menit121 mmHg80 mmHg

3. 74 denyut/menit120 mmHg82 mmHg

4. 69 denyut/menit118 mmHg78 mmHg

Mean: 72,25 denyut/menitMean: 119,25 mmHgMean: 79,5 mmHg

PASCA

LTHMenitKe 1110 denyut/menit115 mmHg78 mmHg

MenitKe 386 denyut/menit110 mmHg80 mmHg

MenitKe 574 denyut/menit110 mmHg82 mmHg

MenitKe 767 denyut/menit100 mmHg80 mmHg

GRAFIK TABEL E.3

4. Pembahasan 4.1 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah

Gambar 1.1 Arteri pada ekstrimitas atas (Saladin, 2003)Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).

Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.

Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV ESV.4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).

Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton & Hall, 2006)Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik. 4.2 Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan DarahDenyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada praktikum ini hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi pada perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri. Ketika mahasiswa coba berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar 80,25, ketika duudk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh dari berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar 118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi berbaring telentang, duduk dan berdiri. Naiknya tekanan sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh : (Mohrman D and Jane H,2006)1. Tonus OtotTonus otot ketika berbaring telentang lebih kecil dibandingkan dengan tonus pada saat duduk atau berdiri. Ketika duduk atau berdiri tonus otot meningkat sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar dan curah jantung (cardiac output) menjadi lebih besar. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolic serta denyut jantung. (Mohrman D and Jane H,2006)2. Efek Gravitasi dan baroreseptorPada perubahan posisi tubuh, tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitans vena ekstermitas inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung berkurang dengan sendirinya curah jantung juga berkurang. Penurunan curah jnatung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah cenderung mengurangi darah ke otak.Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor. Baroreseptor banyak terdapat pada arcus aorta dan sinus caroticus. Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tekanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Kedua efek ini (gravitasi dan baroreseptor) dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic serta denyut nadi. (Mohrman D and Jane H,2006)4.3 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan DarahPada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah di kelompok kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung pada mahasiswa coba, Rizka Febriyanti yang berumur 19 tahun yang melakukan aktivitas naik turun bangku/kursi selama dua menit. Sebelum melakukan aktivitas, Rizka sebagai mahasiswa coba diukur terlebih dahulu denyut nadi dan tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai control sebelum melakukan latihan fisik. Data pra-latihan yang didapat adalah sebesar 72 kali/ menit untuk variable denyut nadi dengan tekanan darah sebesar 119/79,5 . Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku selama 1 menit, denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali. Pada menit ke-1 didapatkan peningkatan aktivitas pada denyut nadi yaitu sebesar 110 kali/ menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil dari respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama latihan (Ganong, 2003)Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung10. Disaat melakukan latihan fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula. Konsumsi O2 oleh otot jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan darah sistolik.(Nadi H, 1992)Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah melakukan latihan, kami menemukan adanya penurunan pada tekanan darah baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Setelah melakukan latihan fisik tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78.Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat mengurangi tahanan perifer.Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas memompa jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung pada orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)Pengukuran pada denyut nadi dan tekanan darah dilakukan kembali pada menit ke-3 setelah latihan fisik, ditemukan perubahan yang menunjukkan sistem kerja jantung menuju kembali ke keadaan awal yaitu berupa turunnya kembali denyut nadi. Akan tetapi kondisi ini belum diikuti dengan meningkatnya kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Ketiga variable baru dapat kembali ke keadaan normal pada menit ke-5 yaitu dengan denyut nadi sebesar 74 kali/ menit dan tekanan darah sebesar 110/82.5. Diskusi Jawaban Pertanyaan1) Sebutkan pengertian dari tekanan darah!Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan darah harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung.

2) Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?Arteri Radialis (pada pergelangan tangan lateral), Arteri Brachialis (pada lengan atas medial), Arteri Karotis (pada leher), Arteri Temporalis (pada tulang pelipis), Arteri Femoralis (pada lipatan paha), Arteri Poplitea (pada lipatan lutut), Arteri Dorsalis Pedis (pada punggung kaki), Ictus Cordis (pada dinding iga).

3) Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara auskultasi ?Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Alat yang digunakan pada saat pengukuran tekanan darah dengan mengunakan cara palpasi adalah sphygmomanometer (tensimeter) sedangkan pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi menggunakan sphygmomanometer (tensimeter) ditambah dengan stethoscope. Palpasi hanya dapat mengukur tekanan sistolik sedangkan auskultasi dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Pada cara palpasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik pada saat tidak adanya lagi teraba denyutan dari arteri radialis. Sedangkan pada pengukuran secara auskultasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik saat terdengar suara denyut nadi pertama dan pada saat suara denyut nadi itu menghilang maka kita bisa mendapatkan tekanan diastolik.

4) Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan atas kanan?Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari jantung disbanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.

5) Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari timbul dan hilangnya suara bising yang dipakai untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik!- Bising sistolik terjadi antara suara 1 dan 2- Bising diastolic antara 2 dan 1 Bising terjadi di awal diastole.Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan sebelum katup semilunaris menutup. Saat membuka dan menutupnya tidak bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak ada katup yang membuka akses masuk darah ke ventrikel setelah itu katup atrioventrikuler terbuka. Urutannya menutupnya katup semilunar isovolumetrik membuka katup atrioventrikuler (diastole). Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan bel stetoskop dan pasien berbaring dalam posisi dekubitus lateral kiri. Karena katup atrioventrikular mengalami stenosis, pengisian cepat tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika pasien mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar perbedaan tekanan pada akhir diastole, atau presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini. Bising atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang sensitif dan spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular. Bising sistolik Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau holosistolikSuara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila bisingnya setelah suara 1, berarti penutupan katup atrioventrikularisnya tidak bermasalah. Setelah itu ada fase isovolumetrik,apabila tidak terdenar bising berarti katuo semilunarnya membuka(stenosis) (swartz,1995)

6) Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah ?Pemasangan manset yang tidak tepat akan mempengaruhihasil pengukuran darah. Jika manset yang dipasang terlalu longgar, maka hasil yang diperoleh akan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Jika manset yang dipasang terlalu ketat, maka hasil yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang seharusnya.a) Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah?Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek dari gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak perlu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan berdenyut meningkat.b.) Apakah hasil praktikum anda sesuai dengan teori?Ya, hasil praktikum sudah sesuai dengan teori.

7) Jelaskan yang anda ketahui tentang baroreseptor ?Baroreseptor (atau baroceptors) adalah sensor yang terletak pada pembuluh darah dari beberapa mamalia. Baroreseptor adalah tipe mechanoreceptor yang mendeteksi tekanan darah yang mengalir melaluinya, dan dapat mengirim pesan ke sistem saraf pusat untuk menambah atau mengurangi jumlah resistensi perifer dan cardiac output. Baroreseptor dapat segera bertindak sebagai bagian dari sistem feedback negatif yang disebut baroreflex, sesegera mungkin karena ada perubahan dari tekanan darah biasanya berarti tekanan darah arteri, mengembalikan tekanan ke tingkat normal.Mereka adalah contoh dari mekanisme pengaturan tekanan darah jangka pendek. Baroreseptor mendeteksi jumlah peregangan yang terdapat pada dinding pembuluh darah, dan mengirim sinyal ke sistem saraf dalam menanggapi peregangan ini. Inti traktus solitarius di medula oblongata me-recognize perubahan laju pembakaran dan potensial aksi dari baroreseptor, serta mempengaruhi curah jantung dan resistensi pembuluh darah sistemik melalui perubahan dalam sistem saraf otonom.Baroreseptor dapat dibagi menjadi dua kategori: baroreseptor high-pressure arteria dan baroreseptor low-pressure dah (juga dikenal sebagai cardiopulmonary atau reseptor volume )a) Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah?Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun (Guyton, 2006). Adanya efek grafitasi bumi juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan jantung meningkat.Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peradaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk system vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyalnya saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutamaotot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen kejantung. (Guyton, 2002)

b) Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori?Ya, sesuai dengan teori8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi dan tekanan darah post exercise (setelah latihan) ? Pemulihan denyut nadi pada atlet setelah melakukan aktivitas fisik lebih cepat bila dibandingkan dengan non-atlet. Latihan teratur yang dilakukan oleh atlet menyebabkan adaptasi otot jantung sehingga jantung menjadi lebih tebal dan kuat. Jantung yang kuat membuat kerja jantung lebih efisien dan denyut nadi menjadi lebih stabil. Seorang atlet yang terbiasa melakukan latihan fisik membuat presso refleksnya juga terlatih sehingga denyut jantung dan tekanan darahnya meningkat secara teratur pula. Pemulihannya pun relatif lebih cepat. Seorang non-atlet yang tidak terbiasa melakukan latihan fisik sehingga presso refleksnya kurang terlatih sehingga denyut jantung serta tekanan darahnya tidak teratur. Pemulihan denyut nadinya pun lebih lama daripada pemulihan denyut nadi pada atlet.

Daftar Pustaka

Mohrman D, Jane H. Cardiovascular physiology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc; 2006. Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA Ganong WF. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The McGraw-Hill Companies Inc; 2003 Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992 Fox EL, Bowers RW, Foss ML. The physiological basis of education and atlhetics 4th ed. Philadelphia: Saunders College Publishing, 1988.

23