Latar Belaang Dm
-
Upload
fika-tri-nanda -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
Transcript of Latar Belaang Dm
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
DIABETES MELLITUS TIPE I DAN GANGREN
DI RUANG PULAU SANGEANG
RSAL Dr. MINTOHARDJO
Disusun oleh :
Lusiana Winarni
(05020)
AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA
TA. 2007/2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup
masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan.
Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti :
makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau
aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti :
kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun mengkonsumsi
narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi
kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan
timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan
sebagainya.
Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne,
2001). Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus
tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua
Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang
dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes
mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan
pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita
diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne,
2001).
Menurut riset, penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12
juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita
mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani
amputasi. Untuk resiko kematiannya 4 – 5 kali lebih tinggi dari pada non
diabetes dengan sebab akibat 50% jantung koroner dan 30% akibat gagal
ginjal (www.google.com).
Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan
keperawatan untuk mencegah komplikasi akut seperti ketoasidosis dan
sindromkoma hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat
menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi
jangka panjang, seperti penyakit makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan
penyakit oftamologi lainnya.
Penyakit diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan
yang baik oleh perawat. Secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan
kadar gula darah, melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan yang
harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula darah. Selain itu
perawat juga berperan secara preventif yaitu dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes mellitus untuk meningkatkan
pemahaman klien dan mencegah terjadinya komplikasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kelompok tertarik untuk
mengangkat makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn A
dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus Tipe I dan Gangren”
di ruangan perawatan Penyakit Dalam Pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo
Jakarta.
B. Tujuan Penulisan2
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus
1. Tujuan Umum
a. Diperoleh pengalaman secara nyata dalam merawat klien dengan
gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
b. Diperoleh informasi / gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan
klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus tipe I dan
gangren di ruang pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa / i mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin :
diabetes mellitus tipe I dan gangren
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta
mencari solusinya pada klien dengan gangguan sistem endokrin :
diabetes mellitus tipe I dan gangren
h. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
C. Ruang Lingkup3
Adapun ruang lingkup makalah ini yaitu penulis membatasi hanya
pada asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin :
diabetes mellitus tipe I dan gangren yang dilakukan selama 3 x 24 jam di
ruang perawatan Pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta sejak tanggal
4 sampai tanggal 6 Juni 2008.
D. Metode Penulisan3
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang bersifat mengumpulkan
data, menganalisa dan menarik kesimpulan yang disajikan dalam bentuk
naratif. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan beberapa referensi dari buku-buku
yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus
tipe I dan gangren
2. Studi dokumentasi, yaitu mempelajari catatan keperawatan dan media
pada status klien
3. Wawancara yaitu secara langsung dengan klien maupun keluarga
4. Observasi yaitu pengamatan pada klien secara langsung
5. Pemeriksaan fisik pada klien meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
E. Sistematika Penulisan4
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 5 bab sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari : latar belakang, tujuan penuisan, ruang lingkup,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Meliputi : pengertian, patofisiologi (etiologi, klasifikasi, proses,
manifestasi klinik, komplikasi), penatalaksnaaan (pemeriksaan
diagnostik, terapi), pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari : pengkajian keperawatan (data dasar, resume kasus
data fokus, analisa data), diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
BAB IV : PEMBAHASAN
Terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari : kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI6
1. Konsep Dasar
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan
berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
(Barbara C. Long, 1996)
Diabetes mellitus adalah penyakit karena kekurangan hormon
insulin sehingga glukosa tidak dapat diolah tubuh dan kadar glukosa dalam
darah meningkat lalu dikeluarkan kemih yang menjadi merasa manis
(Ahmad Ramali, 2000)
Diabetes mellitus adalah masalah yang mengancam hidup atau
kasus darurat yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut
(Mariyinn E. Donges, 2000)
Diabetes mellitus adalah kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smletzer C.
Suzanne, 2001).
2. Patofisiologi6
a. Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tergantung pada tipenya, tipe I
yaitu Diabetes mellitus yang tergantung insulin (IDDM) Insulin dan
Tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung oleh insulin (non
IDDM)
1) Diabetes mellitus tipe I (IDDM) yaitu disebabkan oleh genetik,
faktor imunologi, lingkungan dan virus
2) Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) penyebabnya belum diketahui
dengan pasti namun ada beberapa faktor risiko : yaitu usia,
obesitas, herediter, kurang gerak badan dan diit tinggi lemak
rendah karbohidrat
b. Klasifikasi diabetes mellitus
Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
1) Diabetes mellitus tipe I yang tergantung pada insulin / Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) 5% - 10% dari seluruh
penderita diabetes mellitus
Pada diabetes mellitus tipe I ciri-ciri klinisnya antara lain :
awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (< 20
tahun), biasanya bertubuh kurus pada saaat diagnosis dengan
penurunan berat badan yang baru saja terjadi. Etiologi mencakup
faktor genetik, imunologik, lingkungan atau virus, sering memiliki
antibodi sel pulau langerhans terhadap insulin sekalipun belum
pernah mendapatkan terapi insulin, sedikit / tidak memiliki insulin
endogen, memerlukan insulin untuk mempertahankan hidup,
cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin serta
komplikasi akut hiperglikemia ketosis diabetik
2) Diabetes mellitus tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak
tergantung oleh insulin / Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM) 90% - 95% dari seluruh penderita diabetes mellitus,
obesitas 80% dan non obesitas 20%.
Pada tipe II ciri-ciri klinisnya antara lain awitan terjadi
disegala usia, biasanya diatas 30 tahun, bertubuh gemuk pada saat
diagnostik. Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter, usia, diet
tinggi lemak rendah karbohidart dan kurang gerak badan. Tidak
ada antibodi di pulau Langerhans, penurunan produksi insulin
endogen / peningkatan resistensi insulin, mayoritas penderita
obesitas dapat mengendalikan kadar gula dalam darah melalui
penurunan berat badan agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki
kadar glukosa darah bila memodifikasi diet dan latihan, bila tidak
berhasil mungkin akan memerlukan insulin dalam waktu yang
pendekj / panjang untuk mencegah hiperglikemia, ketosis jarang
terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress / menderita infeksi serta
komplikasi akut sindrom hiperosmalor non ketotik.
3) Diabetes mellitus dengan Malnutrisi (DMTM)
Diabetes mellitus jenis ini biasanya ditemukan didaerah
tropis yang disebabkan oleh adanya malnutrisi dan disertai
kekurangan protein. DMTM ini dimasa mendatang masih akan
banyak terjadi, mengingat jumlah penduduk yang masih berada di
bawah garis kemiskinan yang masih tinggi.
4) Diabetes Gestasional
Diabetes mellitus jenis ini adalah diabetes mellitus yang
timbul selama kehamilan. Hal ini sangat penting untuk diketahui
karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani
dengan tepat.
c. Proses
Diabetes mellitus tipe I (IDDM) disebabkan oleh genetik,
faktor imunologi, lingkungan, virus. Pada diabetes mellitus tipe I
terdapat pankreas untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping
itu, glukosa dari makan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tidak tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post
prandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut keluar dalam urine (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
(diuresis osmotik). Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan, pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poligfagia)
akibat menurunannya simpanan kalori. Gejala lain dari tipe diabetes
mellitus mencakup kelelahan dan kelemahan.
Diabetes mellitus tipe II (NDDM) belum diketahui
penyebabnya dengan pasti namun ada beberapa faktor risiko yaitu usia,
obesitas, herediter, diit tinggi lemak rendah karbohidrat dan kurang
gerak badan. Diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II
disertai penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Pada orang yang terkena diabetes mellitus tipe II dimana produksi
insulin tidak sesuai dengan kebutuhan, maka selalu mengalami
kekurangan glukosa dan glukosa tersebut menumpuk di pembuluh
darah sehingga ginjal tidak mampu menyerap glukosa yang harusnya
di saring oleh ginjal, keluar melalui urine atau disebut glukosaria
sehingga mengakibatkan diuresis osmotik (pengeluaran cairan dan
elektrolit). Jika tidak ditangani segera akan menyebabkan dehidrasi
dimana dari dehidrasi akan mengakibatkan syok hipovolemik.
d. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinik pada penyakit diabetes mellitus yaitu :
1) Diabetes mellitus tipe I yaitu : hiperglikemia post prandial
(peningkatan kadar glukosa dalam darah sesudah makan,
glukosuria (glukosa muncul dalam urine), diuretik osmosis
(pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan), poliuria
(peningkatan rasa haus), penurunan berat badan, kelelahan dan
kelemahan, nafas bau keton serta hiperventilasi, nyeri abdomen,
mual, muntah, perubahan kesadaran, koma.
2) Diabetes mellitus tipe II yaitu : kelelahan, iritabilitas, poliuria
(peningkatan dalam berkemih), polidipsi (peningkatan rasa haus),
bila terjadi luka pada kulit, lama sembuhnya
e. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut antara lain hipoglikemia (kadar glukosa
darah yang abnormal rendah), ketoasidosis diabetik, dan sindrom
HHNK (hiperosmolar non ketotik)
a) Hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah turun di bawah
50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/1) akibatnya karena
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berlebihan.
b) Ketoasidosis diabetik terjadi oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
c) Sindrom hiperglikemia hiperosmoler non ketosis (HHNK)
yaitu keadaan yang dideminasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
2) Komplikasi jangka panjang
a) Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit arteri koroner /
jantung koroner yang disebabkan perubahan arterosklrerotik
dalam pembuluh arteri koroner, pembuluh darah serebral atau
pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh
darah dan penyakit vaskuler perifer disebabkan perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas
bawah.
b) Komplikasi mikrovaskuler seperti retingpati diabetik
disebabkan oleh perubahan pembuluh-pembuluh darah pada
retina mata, dan juga terdapat 3 stadium utama neuropati yaitu
Retinopati non proliferatif dan retinopati praproliferatif dan
retinopati proliferatif.
3) Komplikasi oftalmologi
Komplikasi oftalmologi antara lain : katarak dikarenakan
opasitas lensa mata, perubahan lensa dikarenakan kadar glukosa
darah meningkat sehingga meningkat, hipoglikemia dikarenakan
kadar glukosa darah yang abnormal rendah dibawah 50 – 60 mg/dl
(2,7 – 3,3 mmol/L). Glukoma terjadi dengan frekuensi yang agak
lebih tinggi pada populer diabetik. Kelumpuhan ekstra okuler jadi
akibat neuropati diabetik, neuropati dikarenakan kadar glukosa
darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami
stres terjadi kebocoran protein darah ke dalam urine dan neropati
dabetik menyerang semua tipe saraf termasuk saraf perifer (sensori
motor) otonom dan spinal.
3. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Lab darah
a) Glukosa plasma sewaktu : > 200 mg/dl atau lebih
b) Glukosa plasma puasa : > 140 mg/dl
c) Glukosa plasma 2 jam post prandial (PP) : > 200 mg/dl
d) Trombosit : Ht meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stres
atau infeksi
e) GDA : Biasanya menunjukkan PH
rendah dan penurunan HCO3
(asidosis metabolik dengan
kompresi, alkalosis, respiraturik)
f) Insulin darah : Mungkin menurun bahkan
sampai tidak ada (pada diabetes
mellitus tipe I) dan meningkat
(pada diabetes mellitus tipe II)
g) Amilase darah : Mungkin meningkat
h) Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali
lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes
mellitus yang kurang selama 4
bulan terakhir (lama hidup SDM)
dan karenanya sangat bermanfaat
dalam membedakan DKA
dengan kontrol tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan
dengan insiden
i) Aseton plasma (Keton) : Positif secara mencolok
j) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol
meningkat
k) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang
dari mOSm/L
2) Elektrolit
a) Natrium : mungkin normal, meningkat / menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler) selanjutnya menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
3) Urine
a) Ureum / kreatinin : mungkin normal, meningkat / menurun
b) Urine / normal / peningkatan semu
c) Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih
4) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan insulin
b. Terapi
1) Farmakologi
a) Terapi insulin
b) Obat hipoglikemia ringan : pemberian 10 hingga 15 gram gula
yang bekerja cepat peroral, 2 – 4 tablet glukosa yang dapat
dibeli diapotik, 4 – 6 ons sari buah atau teh manis, 6 – 10 butir
permen khusus / permen manis lainnya, 2 – 3 sendok teh sirup
atau madu.
Hipoglikemia berat : preparat glukogen 1 mg dapat disuntikan
secara subkutan atau intramuskular
2) Non Farmokalogi
a) Diet
b) Komposisi seimbang karbohidrat 60% - 70%, protein 10%
15% dan lemak 20% - 25%
c) Jumlah kalori disesuaikan dengan penghitungan status gizi,
umur, kegiatan jasmani dan berat badan
Waktu Bahan makanan Penukar Urut Menu
06.30
pagi
Nasi
Telur ayam
Tempe
Sayuran A
Minyak
1 ½ porsi
1 porsi
1 porsi
seperlunya
2 porsi
1 gls
2 btr
2 ptng
seperlunya
1 sdm
Nasi
Telur dadar
Oseng-oseng tempe
Sup oyong + tomat
12.00
Siang
Buah
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran B
Buah
Minyak
1 porsi
2 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
2 sdm
1ptng sedang
1 ½ gls
1 ptg sedang
2 ptg sedang
1 gelas
¼ bh sedang
1 sdm
Pepaya
Nasi
Pepes ikan
Tempe goreng
Lalap kac. Panj+kol
nanas
19.00
Siang
Buah
Nasi
Ayam tanpa kulit
Tahu
Sayuran B
Buah
Minyak
1 porsi
2 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
2 porsi
1 bh
1 1/5 gelas
1 ptg sedang
1 bh
1 porsi
1 ptg sedang
1 sdm
Pisang
Nasi
Ay bkr+bumb.kecap
Tahu bacem
Sup buncis+wortel
pepaya
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, gangguan istirahat /
tidur, letargi, koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Takikardi, hipertensi, nadi yang menurun, disritmia, kulit panas, kering
dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas ego
Stres, ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Poliuria, nokturia, kesulitan berkemih, infeksi saluran kemih (ISK)
baru / berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urin berkabut dan bau
busuk (infeksi)
e. Makanan/cairan
Mual muntah , tidak nafsu makan, kulit kering / bersisik, turgor jelek,
kekakuan / distensi abdomen, pembesaran tiroid, nafas bau aseton
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia, gangguan penglihatan,
letargi, koma
g. Nyeri / kenyamanan
Abdomen yang tegang / nyeri, wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan : diare,
muntah
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan
oral : anoreksia, mual
c. Resiko tinggi infeksi b/d kadar glukosa tinggi
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori persepsi b/d
ketidakseimbangan glukosa / insulin
3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan : diare,
muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
masalahkekurangan volume cairan teratasi
KH : TTV (DBN < 120 mmHg, suhu 36 – 37oC, nadi 60 – 100
x/m, nafas 16 – 20 kali/m, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik (< 3 detik) keluar urin tepat secara individual
Intervensi mandiri :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
ortostatik
R/ : hipovolema dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardi
2) Observasi pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul/nafas yang
bau keton
R/ : paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan
yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratori terhadap
keadaan ketoasidosis.
3) Observasi frekuensi dan kualitas pernafasan penggunaan otot bantu
nafas dan adanya periode apnea dan adanya sianosis
R/ : takipnea, sianosis merupakan indikasi dari kelelahan pernafasan
dan klien kehilangan kemampuan untuk melakukan
kompensasi pada osidosis.
4) Observasi suhu, warna kulit dan kelembabannya
R/ : meskipun demam, menggigil, dan diaforesis merupakan hal yang
umum terjadi pada proses infeksi, dimana dengan kulit yang
kemerahan, kering kemungkinan sebagai cerminan dari
dehidrasi.
5) Observasi mual, nyeri absomen, muntah dan distensi lambung
R/ : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah matelitas lambung
yang dapat menyebabkan muntah.
Kolaborasi :
6) Pantau pemeriksaan lab seperti
a) Hematokrit
R/ : mengkaji tingkat dehidrasi dan meningkat akibat
hemokonsentrasi setelah terjadi diuresis osmotik
b) BUN (Blood urea nitrogen) / kreatinin
R/ : peningkatan BUN / kreatinin mencerminkan kerusakan sel
karena dehidrasi
c) Osmolalitas darah
R/ : Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan
dehidrasi
d) Natrium
R/ : Mungkin menurun yang dapat mencerminkan diuresis
osmotik
e) Kalium
R/ : akan terjadi hiperkalemia dalam berespon pada asidosis,
namun akan hilang melalui urin dan kadar kalium absoluit
dalam tubuh berkurang
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan
oral : anoreksia, mual
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tuubh teratasi
KH : BB stabil / meningkat
Intervensi mandiri :
1) Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
R/ : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
2) Tentukan program diet dan pola makan klien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan klien
R/ : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari kebutuhan
terapeutik
3) Berikan makanan yang mengandung nutrient dan elektrolit
R/ : pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar
dan fungsi gastrointestinal baik
4) Identifikasi makanan yang disukai / tidak disukai termasuk
kebutuhan etnik / kultural
R/ : jika manan yang disukai klien dapat dimasukkan dalam
perencanaan pulang
Kolaborasi :
5) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick
R/ : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah, lebih akurat
6) Berikan larutan glukosa, misalnya dextrose dan stengah salin
normal
R/ : larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan
membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl
4. Evaluasi
a. Kekurangan volume cairan teratasi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
c. Resti infeksi perubahan sensori persepsi teratasi
d. Resti infeksi b/d kadar glukosa tinggi teratasi
Sklerosis renal failure
Patoflow
GenetikAutoimun
Infeksi virus
Tipe I Destruksi sel beta mendefisiensi insulinIDDM
Proses autoimun Berkurangnya glikogenesis (conversi glukosa glikogen)
Kemampuan sel beta pankreas menurun Peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen glukosa)
Glukosa tidak teratur Berkurangnya glikoneogenesisTerukur hati hiperglikemia terjadi (Pembentukan glukosa dari non karbohidrat, misalnya
asam amino proses distrimulasi glukokorticoid)
glukosuria, diuresis, osmotik Berkurangnya glikolisis (pemecahan glukosa poliuria, polifagia menjadi CO2 dan air)
Peningkatan hipolisis untuk persediaan energi sel-selGlikogenesis & glukoneogenesis pemecahan lemak Karena kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat
terjadi masuk ke dalam sel menyebabkan sel mengalami kelaparan, tetapi di lain pihak kadar glukosa darah tinggi. Tubuh
hiperglikemia produksi keton mulai mempersepsikan laporan sel sebagai keadaan yang kritis meningkat dengan memungkinkan “Counter regulatori” untuk tetap memenuhi
kebutuhan energi dengan memungkinkan sumber energi lainTipe II Ketoasidosis Misalnya lemak. Akibat tingginya kadar glukosa darah, menimbulkanNIDDM
Poliuri, polidipsi, polifagiaResistensi insulin gangg. Sekresi insulin
Pembentukan glukosa baruPenurunan reaksi intra sel insulin menurun & glukosa darah normal
BUN meningkatPengbl glukosa tdk efektif sindrom hiperglikemia hiperosmolari
Komplikasi neuropati dilaktasi pelvis Hiperglikemi Non ketotik (HHNK) & tubulus ginjal
BAB III
TINJAUAN KASUS19
Pada bab ini kelompok akan laporan kasus pada Tn A. dengan diabetes
mellitus dengan gangren yang dirawat di ruang pulau Sangeang RSAL Dr.
Mintohardjo. Kelompok melakukan pengkajian dari tanggal 3 Juni 2008 dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara langsung yang meliputi
tahapan : pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian19
Pada pengkajian kelompok mendapatkan data-data dari klien, keluarga,
status dan perawat ruangan. Adapun hasil pengkajian tanggal 3 Juni 2008
sebagai berikut:
1. Identitas klien
Klien bernama Tn A usia 47 tahun jenis kelamin laki-laki, status
perkawinan kawin, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan anggota TNI
AL, suku Palembang, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, alamat Jl
Soekarno Hatta, panjang Bandar Lampung. Klien masuk rumah sakit
tanggal 29 Mei 2008, nomor RM 207834, sumber biasa ASKES AL
dengan diagnosa medis Diabetes mellitus gangren.
2. Resume
Klien dengan nama Tn A umur 47 tahun, datang ke UGD pada
tanggal 29 mei 2008 dengan keluhan luka kaki kanan terasa baal, bengkak
sejak 1 bulan yang lalu. Diagnosa medis di UGD yaitu gangguan
deabetikum. Kemudian klien dipindahkan ke ruang rawat pulau Sangeang
sebelumnya klien dilakukan pemeriksaan lab GDS yaitu 311 gr%, serta
hasil pemeriksaan kimia darah antara lain Trgiliserida 357 mg/dl,
Cholesterida 128 mg/dl, asam urat 9,8 mg/dl, ureum I 92 mg/dl, creatinin I
4,3 mg.dl. pemeriksaan darah lengkap dengan leukosit 12.800 /u, Hb 10,5
g/dl, Ht 30,8 %, trombosit 492.000 ribu/mm3. pada tanggal 30 Mei 2008
klien dilakukan operasi dan pemeriksaan kimia darah albumin 3,1 g/dl,
paket darah lengkap leukosit 10.900 /uL, Hb 9,4 g/dl, Ht 28,4 %, trombosit
422,00 ribu/mm3 . Pemeriksaan gula 311 mg/%. Pukul 16.19 wib paket
darah lengkap klien dengan leukosit 11.499/uL, Hb ,9 g/dl, Ht 28,8%,
Trobosit 429.000 ribu/mm3, LED 60 mm/gram. Diagnosa pre operasi yang
ditemukan adalah gangguan rasa nyaman nyeri intoleransi aktivitas dan
ansietas.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama klien saat ini adalah luka dikaki kanan, bengkak
dan jari telunjuk telah diamputasi karena telah dilakukan tindakan
operasi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan pernah menginjak beling dan tidak diobati,
klien juga tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang
dan lingkungan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Klien
: Tinggal 1 rumah
d. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan kakak kandungnya mengalami sakit yang
sama juga.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1) Klien sangat dekat dengan istrinya
2) Bila interaksi dalam keluarga pola komunikasi yang diinginkan
dalam keluarga adalah komunikasi dua arah, pengambilan
keputusan dalam keluarga adalah klien sebagai kepala keluarga,
klien mengikuti kegiatan di masyarakat.
3) Dampak penyakit klien pada keluarga, klien mengatakan semua
keluarga menganggap hal yang biasa dan tidak terlalu
memikirkannya dan klien yakin akan sembuh.
4) Masalah yang mempengaruhi klien, klien mengatakan tidak terlalu
berat masalahnya hanya saja saya diperlakukan seperti masih anak
kecil, tapi memang harus begitu, karena saya sakit dengan kondisi
yang butuh orang lain.
5) Mekanisme koping terhadap stres klien mengatakan menyelesaikan
masalahnya sendiri.
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya
Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah ingin luka
pada kakinya diterapi hiperbarik namun saat ini belum terlaksana.
Harapan setelah menjalani pengobatan, klien mengatakan
ingin sembuh dan pulang.
Perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit, klien
mengatakan aktivitasnya jadi tidak maksimal.
7) Sistem nilai kepercayaan
Klien tidak memiliki nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan dan selama di rumah sakit klien melakukan kegiatan
keagamaan dengan berdoa.
8) Kondisi lingkungan rumah
Klien mengatakan rumahnya terletak di kawasan yang jauh dari
polusi udara, ventilasi cukup baik
9) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Sebelum sakit
(1) Pola nutrisi
Klien makan 3 kali perhati, nafsu makan baik, makan 1
porsi, tidak ada alergi makanan, suka makanan yang
berkuah.
(2) Pola eliminasi
Klien BAK 5 kali perhati, warna urin kuning teh, BAK
cukup banyak, tidak ada keluhan dengan BAKnya, klien
BAB 1 kali sehari pada waktu tidak tahu, warna feses
coklat dempul, konsistensi lunak, tidak ada keluhan dalam
BAB nya.
(3) Pola personal hygiene
Klien mandi 2 kali perhari waktu pagi dan sore, sikat gigi 2
kali perhari tiap mandi dan tidak pernah memakai sampho
hanya disiram air saja.
(4) Pola kebiasaan tidur
Klien tidur 7 – 8 jam perhari, tidak ada keluhan dalam
tidur, klien tidur siang 4 jam per hari.
(5) Pola aktivitas dan latihan
Klien bekerja pada pagi hari, klien tidak mempunyai
keluhan saat beraktivitas.
(6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien tidak merokok juga tidak minum-minuman keras
ataupun NAPZA.
b) Selama di rumah sakit
1) Pola nutrisi
Klien makan 3 kali perhati namun nafsu makan kurang
karena klien mual muntah, makan ½ porsi.
2) Pola eliminasi
Klien BAK terkadang memakai pispot karena luka pada
kakinya belum kering, warna urin kuning the.
3) Pola personal hygiene.
Klien masih melakukan mandi, hanya memakai waslap saja
dengan air.
4) Pola istirahat dengan tidur
Klien tidur 6 – 8 jam per hari, tidur siang 4 jam
5) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari seperti mandi, Bak dan BAB masih
dibantu oleh keluarga dan perawat klien tidka bisa berjalan
ke kamar mandi karena baru postap pada kaki kanannya.
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan umum
Berat badan klien sekarang 59 kg, BB sebelum sakit 64 kg, tinggi
badan klien 167 cm, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 78 kali
permenti, frekuensi nafas 18 x/menit, suhu tubuh 36,5oC. keadaan
umum klien sakit sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan
Sisi mata klien simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera an ikterik,
pupil isokar, otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik,
tidak ada tanda-tanda radang. Klien tidak menggunakan kaca mata,
tidak menggunakan kontak lensa, reaksi terhadap cahaya positif.
c. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik, klien tidak memakai alat bantu pendengaran
d. Sistem wicara
Klien tidak mengalami kesulitan atau gangguan dalam wicara
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas, klien tidak mengeluh sesak, bernafas tidak menggunakan
alat bantu pernafasan, frekuensi nafas 18 x/menit, irama teratur, nafas
dalam, tidak batuk, suara nafas vasikuler, tidak menggunakan alat
bantu nafas.
f. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 78x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD 130/90
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat,
warna kulit kemreahan, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, tidak ada
edema, sirkulasi jantung : kecepatan denyut apical 84 x/menit, irama
teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada keluhan sakit dada.
g. Sistem hematologi
Kulit klien tidak pucat, tidak ada tanda-tanda pencarahan
h. Sistem syaraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,
GCS 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan
sistem persyarafan, reflek tandon positif dan reflek babinsky positif.
i. Sistem pencernaan
Tidak terdapat caries pada gigi, klien tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatis, lidah kotor, saliva normal, klien muntah, tidak nyeri
penant, bising usus 8x/menit, tidak diare atau konstipasi, hepar tidak
teraba, abdomen lembek
j. Sistem endokrin
Klien mengatakan pembesaran tiroid, nafas tidak bau keton
k. Sistem urogenital
Klien mengatakan tidak ada keluhan dalam kandung kemihnya
l. Sistem integumen
Turgor kulit klien buruk, temperatur kulit kurang, keadaan kulit ada
luka post op pada kaki kanannya yaitu jari telunjuk
m. Sistem muskuluskeletal
Tidak ada kelainan bentuk sendi dan struktur tulang belakang, keadaan
tonus otot baik, kekuatan otot normal
n. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)
Klien mengatakan tahu tentang penyakit yang dialaminya
5. Data penunjang
Pada tanggal 2 Juni 2008
Pemeriksaan kimia darah :
a. Alkali phosphatase 198 u/L 42 – 141
b. Creatinin I 2,3 mg/dl 0,8 – 1,6
Paket darah lengkap :
a. Leukosit 14 – 14.000 5000 – 10.000 / mm3
b. Eritorist 3,77 4,5 – 5,5 juta / mm3
c. HB 10,7 P = 14 – 18 g/dk, W : 12 – 16 g/dl
d. Ht 31,7 % P : 43 – 51 %, W : 38 – 46
Pada tanggal 3 Juni 2008
Pemeriksaan serologi – imunologi
a. HBSAG (-) / negatif
b. Anti HCV (-) / negatif
6. Penatalaksanaan
a. Actapid scleding scale mulai 200 – 250 SUI (Kelipatan 5)
b. Ceftrixone / bifotik 2 x 1 gr
c. Ranitidin2 x 1
d. Vit C 1 x 400
e. Lonturol 1 x 1
f. Agravan 2 x 50
g. Metronidazol 3 x 1
1. Resume
Pada tanggal 29 Mei Os 2008 datang dari UGD dengan diagnosa
yaitu gangren diabetikum. Os rencana akan diamputasi pada jari jempol
kaki kanan. Pada waktu pertama kali Os datang keadaan umum dan
kesadaran klien tampak sakit sedang dan compos mentis. Dilakukan
tekanan darah 130/90 mmHg, S : 36o C, N : 80 x/m, dan pada tanggal 29
Mei 2008 dilakukan juga pemeriksaan lab GDS yaitu 311 gr/% serta hasil
pemeriksaan kimia darah antara lain :
a. Trigliserida 357 mg/dl 60 – 170
b. Cholesterida 128 mg/dl 150 – 250
c. Asam urat 9,8 mg/dl 2,5 – 8,0
d. Ureum I 92 mg/dl 20 – 50
e. Creatinin I 4,3 0,8 – 1,6
Dan pemeriksaan darah lengkap :
a. Leukosit 12.800 / uL 5000 – 10000
b. Hb 10,5 P : 14-18 g/fl W : 12 – 16 g/dl
c. Ht 30,8% P : 43 – 51%, W : 38 – 46
d. Trombosit 492.000 ribu/mm3 150 - 400
Os mendapat terapi yaitu :
a. Ciprofloxacin 3 x 500 mg
b. Metronidazol 3 x 500 mg
c. Glibenklamid 1 x 1
d. Actapid scleding scale kelipatan 5 (200 – 250)
e. IVFD RL20 tts/mnt
Dan pada tanggal 30 mei 2008 dilakukan operasi di RSAL sampai pukul
13.00. Os mendapat terapi yaitu :
a. Bedrest total 24 jam
b. IVFD RL 30 tpm
c. Terapi obat : ceftriaxone 2 x 1
Metronidazol drip 2 x 500 mg
Ketese 3 x 1 amp
Pada tanggal 30 mei 2008, 16.13 dilakukan pemeriksaan kimia darah :
albumin 3,1 g/dl 3,5 – 5
Paket darah lengkap : Leukosit 10.900 /uL 5000 – 1000
Hb 10,5 P : 14-18 g/fl W : 12 – 16 g/dl
Ht 30,8% P : 43 – 51%, W : 38 - 46
Trombosit 492.000 ribu/mm3 150 - 400
Pemeriksaan gula pada tanggal 30 Mei 2008 puku; 16.19 yaitu : Glukosa
311 mg% 80 – 125
Pemeriksaan kimia darah
a. Trigliserida 260 mg/dl 60 – 170
b. Cholesterida 143 mg/dl 150 – 250
c. Alkali phosphatase 368 u/L 42 – 141
d. Ca 8,8 mg/dl 9 – 1
Paket darah lengkap
- Leukosit 11.400 /uL 5000 – 1000
- Hb 9,9 P : 14-18 g/fl W : 12 – 16 g/dl
- Ht 28,8% P : 43 – 51%, W : 38 – 46
- Trombosit 492.000 ribu/mm3 150 – 400
- LED 60 mm/jam P : < 10 mm/jam, W : < 20
Pada tanggal 30 mei 2008 pukul 11.25
Pemeriksaan urin lengkap
- Berat jenis 1.25
- Ph 5,5
Data Fokus
Nama/Umur : Tn. A / 47 tahun
Ruang : P. Sangeang
DS DO
- Klien mengatakan terdapat luka di
kaki kanannya pada jari jempol dan
telunjuk
- Klien mgnatakan jari jempol dan
telunjuk pada kakinya telah
diamputasi pada tanggal 30 Mei
2008
- Klien mengatakan selama di RS
kebutuhan sehari-hari, spt: BAK
dan mandi masih dibantu oleh
keluarga
- Klien mengatakan kaki kanannya
sulit digerakan dan sudah tidak ada
rasa / baal karena adanya luka
gangren
- Klien mengatakan seluruh badannya
lemas
- Klien mengatakan BB sebelum
sakit 64 kg setelah sakit BB
menjadi 50 kg
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengatakan mual, mulutnya
terasa pahit bila makan
- Klien mengatakan selama di RS
makan habis 4 – 5 sdm saja
- Klien tampak ada luka di kaki
kanan bekas diamputasi pada jari
jempol dan telunjuk kaki dengan
HT : …
- Luka tampak basah, bau, keluar
cairan / pus, dan sedikit darah serta
panjang luka
- Pemeriksaan paket darah lengkap
pada tanggal 2 Juni 2008, leukosit
14.499 / mm3 5000 – 10000/mm3
- Klien dapat turun jika ingin BAB
saja
- Kebutuhan sehari-hari klien
sebagian masih dibantu oleh
keluarga
- Klien tampak gelisah
- Konjungtiva anemis
- Badan klien tampak lemas
- Bising usus klien + 8x/mnt
- Klien makan habis 4 – 5 sdm
- Wajah klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
Analisa Data
Nama/Umur : Tn. A/ 47 tahun
Ruang : P. Sangerang
1 DS :
- Klien mengatakan seluruh
badannya lemas
- Klien mengatakan BB sebelum
sakit 64 kg dan setelah sakit
BB menjadi 58 kg
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan mulutnya
terasa pahit bila makan
- Klien mengatakan selama di
RS makan habis 4 – 5 sendok
saja
DO :
- Konjungtiva anemis, HB : 10,7
- Badan klien tampak kurus
- Bising usus klien + 8 x/m
- Klien makan habis 4-5 sendok
- Wajah klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Penurunan
masukan oral :
anoreksia, mual
2 DS :
- Klien mengatakan selama di
RS kebutuhan sehari-hari
seperti BAK dan mandi masih
dibantu oleh keluarga
- Klien mengatakan kaki
kanannya sulit digerakan dari
Intoleransi
aktivitas
Ketidaknyamanan
luka gangren
sudah, tidak ada rasa / baal
karena adanya luka gangren
- Klien dapat turun jika ingin
BAB saja
DO :
- Kebutuhan sehari-hari klien
sebagian masih dibantu oleh
keluarga
- Klien tampak gelisah
3 DS :
- Klien mengatakan terdapat
luka di kaki kanannya
- Klien mengatakan jari jempol
pada kakinya telah diamputasi
pada tanggal 30 Mei 2008
DO :
- Tampak ada luka dikaki kanan
bekas diamputasi pada jari
jempol dan telunjuk kaki
- Luka tampak basah, bau,
keluar pus / cairan dan sedikit
darah serta panjang luka + 10
cm
- Pemeriksaan paket darah
lengkap pada tanggal 2 Juni
2008 yaitu leukosit 14.400
/mm3 5000 – 10000/mm3
- GDH : 311 g%
Resiko
penyebaran infeksi
Tingginya kadar
gula darah
Intervens Keperawatan
1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan : oral, mual, anoreksia yang dimanifestasikan dengan DS :- Klien mengatakan
seluruh badannya lemas
- Klien mengatakan BB sebelum sakit 64 kg dan setelah sakit BB menjadi 58 kg
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan mulutnya terasa pahit bila makan
- Klien mengatakan selama di RS makan habis 4 – 5 sendok saja
DO :- Konjungtiva anemis - Badan klien tampak
kurus- Bising usus klien + 8
x/mnt- Klien makan habis 4-
Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan terpenuhiKH- Konjungtiva
ananemis - Klien tidak mual- Nafsu makan
bertambah- BB meningkat
0,5-1 kg/mgg)- Hb normal 14-
189/dl- Mukosa bibir
lembek- GDH < normal
200 mg/dl- Wajah tidak
pucat
Mandiri1. Timbang BB setiap
hari/ sesuai indikasiR/ : mengkaji
pemasukan makan yang adekuat
2. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti : perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, denyut cepatR/ : karena
metabolisme karbohidrat mulai terjadi < gula dan akan berkurang dan sementara diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi
3. Libatkan keluarga klien pada perencanaan makan sesuai indikasiR/ : meningkatkan
rasa
4-6-081)10.00
2)11.00
3)13.11
4)16.00
MandiriMenimbang BB klienRH: BB : 58 kg
Mengobverasi tanda-tanda hipoglikmeiaRH: klien tampak
sakit sedang, kesadaran klien compos mentis, nadi 98x/mnt
Melibatkan keluarga klien pada perencanaan makan sesuai dengan indikasiRH: klien
mendapat diiet DM
Kolaborasi :Melakukan pemeriksaan gula darahRH: Hasil GD
283 gr%, normal GD 80-120gr%
Prwt jaga/ lain
Prwt lain
Prwt lain
Prwt lain
Tgl. 4-6-08S : - Klien
mengatakan perutnya masih terasa mual
- Klien mengatakan kalau makan tidak pernah habis
O :- BB klien 58
kg- Kien tampak
sakit sedang- Kesadaran
compos mentis- Nadi 98x/m- Klien
mendapat diit DM
- Hasil gula darah klien pada tanggal 4-6-08 283 gr%
A :Masalah perubahan nutrisi kurang dari
Prwt jaga
Lusi
5 sendok- Wajah klien tampak
pucat
keterlibatannya memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi
4. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stickR/ : analisa
ditempat tidur gula darah lebih adekuat dari pada memantau gula urin
5. Pantau pemeriksaan laboratorium PH, HCO3, glukosa darah dllR/ : gula darah
akan menurun perlahan dengan pergantian cairan dan terapi insulin terkontrol
ii.
5-6-085)21.00
6)21.30
7)21.45
8)
Mengobservasi tanda-tanda hipoglikemiaRH: kulit klien
tampak hangat, denyut nadi dangkal, kesadaran compos mentis
Melibatkan keluarga klien pada perencanaan makan sesuai dengan indikasiRH: klien masih
mendapat diit DM
Menganjurkan klien untuk makan yang disukainya sesuai aturanRH: Klien
mengatakan makanan tambahannya yaitu roti/biskuit
Memberikan obat
Lusi
Lusi
Lusi
Lusi
kebutuhan tubuh belum teratasiP : ntervensi dilanjutkan
5-6-08S : - Klien
mengatakan makanan tambahannya yaitu roti / biskuit
O : - Kulit klien
tampak hangat- Denyut nadi
dangkal- Kesadaran
klien compos mentis
- Klien masih mendapat diit DM
- Klien masih mendapat obat ranitidin 2x lamp
A :Masalah perubahan nutrisi kurang dari
Lusi
05.00
9)07.00
10)
11)10.00
ranitidin 2x1 ampRH: obat masuk
melalui venvlon sebanyak 1 amp
Menimbang BBRH: BB klien 55
kg
Mengobservasi tanda-tanda hipoglikemiaRH: Kesadaran
klien compos mentisDenyut nadi klien tampak dangkal
Melakukan pemeriksaan gula darahRH: Hasil GD nya 250gr%
Lusi
Petugas Lab
kebutuhan tuubh belum teratasiP :intervensi dilanjutkan
S : -O :- Klien BBnya
55 kg- Kes CM- Denyut nadi
klien tampak dangkal
- Hasil GD 250 gr%
A :Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasiP :Intervensi dilanjutkan di ruangan oleh petugas
2 Intoleransi aktivitas fisik b/d ketidaknyamanan akibat adanya luka gangren yang dimanifestasikan denganDS :- Klien mengatakan
selama di RS kebutuhan sehari-hari seperti BAK dan mandi masih dibantu oleh keluarga
- Klien mengatakan kaki kanannya sulit digerakan dari sudah, tidak ada rasa / baal karena adanya luka gangren
- Klien dapat turun jika ingin BAB saja
DO :- Kebutuhan sehari-
hari klien sebagian masih dibantu oleh keluarga
- Klien tampak gelisah
Setelah dilakukan kegiatan keperawatan selama 3x 24 jam masalah gangguan mobilitas fisik teratasiKH :b. Klien mudah
memenuhi kebutuhan sehari-hari
c. Klien tidak terlihat gelisah
Mandiri :1. Kaji keterbatasan
aktivitas perhatikan adanya keterbatasan fisik klienR/ : membantu
dalam respon fisiologi terhadap stress aktivitas
2. Ubah posisi secara sering bila berbaring, sokong bagian yang sakit menggunakan bantalR/ : Meningkatkan
relaksasi3. Berikan pijatan
kulit pada daerah yang tidak luka, pertahankan kebersihan linen tempat tidurR/ : Memberikan
kenyamanan
i.
4-6-0820.00
20.15
Mandiri :1) mengkaji
keterbatasan aktivitas, memperhatikan adanya keterbatasan fisikRH : Klien
mengatakan masih dibantu oleh istri jika ingin berjalan ke kamar mandiri
2) Ubah posisi secara sering bila berbaring, sokong bagian yang sakit menggunakan bantalRH : Klien
terlihat dapat mengubah posisiny
Lusi
Lusi
4-6-08S :- Klien
mengatakan masih dibantu oleh istri jika ingin berjalan ke kamar mandir
O :- Klien terlihat
dapat mengubah posisinya tanpa bantuan istrinya
- Klien tampak rilek pada saat istrinya memijat kulit pada daerah yang tidak luka
A :Masalah intoleransi aktivitas fisik belum teratasiP :Intervensi dilanjutkan di ruangan
Lusi
21.00
5-6-0821.05
a tanpa bantuan istrinya
3) Berikan pijatan kulit pada daerah yang tidak luka, pertahankan kebersihan linen tempat tidurRH : Klien
tampak rilek pada saat istrinya memijat kulit pada daerah yang tidak luka
1) Menganjurkan klien untuk menggunakan kursi saat mandi supaya dapat menghemat energi dan luka
Lusi
Lusi 5-6-08S : -O :- Klien terlihat
mampu melakukannya yaitu membungkus
Lusi
Ren
21.15
6-6-0809.10
pada kaki klien ditutup dengan plastik agar luka tidak basah saat mandi/ BAKRH : Klien
terlihat mampu melakukannya
2) Mengkaji respon aktivitas, memperhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/m diatas frekuensi istirahatRH : nadi
klien 76x/mnt
1) Mengevaluasi respons klien terhadap aktivitas dan mencatat adanya perubahan tanda vital
Prwt jaga
Reni
luka dengan plastik jika ingin ke kamar mandi
- Nadi klien 76x/m
A :Masalah intoleransi aktivitas fisik belum teratasi P :Intervensi dilanjutkan
6-6-08S :- Klien
mengatakan sudah tidak dibantu oleh istrinya jika ingin berjalan
11.30
12.00
setelah aktivitasRH: Klien
mengatakan sudah tidak dibantu oleh istrinya jika ingin berjalan ke kamar mandir
2) Mencatat adanya perubahan tanda vital setelah aktivitasRH: TD klien
110/80 mmHg
3) Memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
Reni
ke kamar mandi
O:- TD klien
110/90 mmHg- Klien tampak
tenangaA :Masalah intoleransi aktivitas fisik teratasiP :Intervensi dihentikan
indikasiRH: Klien
mengatakan selama di rawat di ruangan ini, klien merasa lebih tenang
3 Risiko penyebaran infeksi b/d tingginya kadar gula darah yang dimanifestasikan denganDS :- Klien mengatakan
terdapat luka di kaki kanannya
- Klien mengatakan jari jempol pada kakinya telah diamputrasi pada tanggal 30 Mei 2008
DO :- Tampak ada luka
dikaki kanan bekas diamputasi pada jari jempol dan telunjuk kaki
- Luka tampak basah, bau, keluar pus/cairan dan sedikit darah serta panjang luka + 10 cm
- Pemeriksaan paket darah lengkap pada tanggal 2 Juni 2008 yaitu leukosit 14.400 /mm3 5000 – 10000/mm3
GDH : 311 g%
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadiKH:- Luka kering,
tidak keluar pus dan darah, tidak bau
Mandiri1. Observasi tanda-
tanda infeksi seperti demam, kemerahan adanya pus dan lukaR/ :
Memungkinkan untuk masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial
2. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif, pemberian obat IV dan memberikan perawatan pemeliharaanR/ : Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi
4-6-0809.00
10.00
Mandiri1) Mengobservasi
tanda-tanda infeksi pada luka seperti adanya kemerahan dan adanya pusRH : Luka
klien tmapak ada pus, cairan dan sedikit darah
2) Melakukan perawatan luka dengan menggunakan H2O2, NaCl betadin, albotyl salepRH : Luka
terlihat masih basah, bau, pus dan sedikit darah
Prwt jaga
Prwt jaga
4-6-08S : -O :- Luka tampak
ada pus, cairan dan sedikit basah
- Luka masih basah, bau
- GD : 283 gr%A :Masalah risiko penyebaran infeksi belum teratasiP :Intervensi dilanjutkan
Prwt jaga
media terbaik bagi pertumbuhan kuman
3. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakanR/ : Mencegah
timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
4. Lakukan perawatan luka tiap pagi dengan teknik asepik dengan menggunakan H2H2, NaCl albotyl salepR/ : Menurunkan
kemungkinan terjadinya infeksi lebih luas.
Kolaborasi :5. Berikan antibiotik
sesuai indikasiR/ : Mencegah
timbulnya sepsis
12.00
5-6-0805.00
10.10
3) Memantau hasil gula darahRH : GD : 283
gr%
1) Memberikan obat antibiotik ceftriazon 2x1 gr melalui venvlonRH : Obat
masuk melalui venulon
2) mengobservasi tanda-tanda infeksi spt : demam, kemerahan adanya pus dan darahRH : Klien
tampak tidak demamLuka klien tampak keringLuka masih
Prwt jaga
Lusi
Lusi
5-6-08S : -O :- Terapi
dilanjutkan/ ceptriaxon masuk ke venvlon 1 gr
- Klien tmapak tidak demam dengan suhu 367oC
- Luka tampak kering
- Luka masih ada pus, darah
- Luka tidak bau- Luka tampak
kemerahan- Luka masih
ada jahitan + 10 cm
- Perban tampak kering / basah
A :Masalah risiko
Reni
10.30
6-6-0811.15
ada pus, darahLuka tampak kemerahanLuka tampak luka jahitan
3) Melakukan ganti perban setiap pagi
1) Mengobservasi tanda-tanda infeksi spt : demam, kemerahan, adanya pus dan darahRH : luka
klien tampak keringLuka tidak tampak kemerahanTampak ada sedikit
Lusi
Reni
penyebaran infeksi belum teratasiP :Intervensi dilanjutkan
6-6-08S : -O :- Luka klien
tampak kering- Luka tidak
tampak kemerahan
- Tampak ada sedikit pus / cairan
- Darah tidak ada
- Luka masih ada jahitan dengan panjang + 10 cm
- Perban tampak
pus/ cairanDarah tidak adaLuka masih ada jahitan dengan panjang + 10 cm
2) Melakukan ganti perban RH : Perban
klien tampak bersih
Reni
bersihA :Masalah risiko penyeberan infeksi teratasi sebagianP :Intervensi dilanjutkan di ruangan oleh perawat jaga
BAB IV
PEMBAHASAN43
Pada bab ini, penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus
yang ditemukan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus Tipe I dan Gangren di ruang
Perawatan Pulau Sangeang. Pembahasan dibuat menggunakan tahap-tahap proses
keperawatan melalui pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
A. Pengkajian43
Secara teori, penyebab dari diabetes mellitus yaitu genetik,
imunologik, lingkungan dan virus, sedangkan secara kasus ditemukan
penyebabnya dari faktor genetik yaitu dari kakak laki-laki klien (anak ke 3).
Tanda dan gejala secara teori dari diabetes mellitus tipe I adalah penurunan
berat badan, polifagia (peningkatan selera makan), polidipsi (peningkatan rasa
haus), poliuri (peningkatan dalam berkemih), kelemahan, kelelahan, mual,
muntah, perubahan tingkat kesadaran (koma), diuresis osmotik (pengeluaran
cairan dan elektrolit berlebihan) dan seterusnya. Sedangkan pada saat
pengkajian kasus Tn A ditemukan tanda dan gejala, seperti : penurunan berat
badan, kelemahan, terdapat luka gangren diameter 5 x 10 cm kondisi : pus,
bengkak, kemerahan dan ekstremitas bawah pada jari jempol, hangat dan
terasa baal pada kaki kanan tepatnya di jari jempol, mual, aktivitas sehari-hari
dibantu oleh keluarga.
Data-data diatas baik secara teori maupun kasus hampir sama, tetapi
ada data-data pada teori yang tidak muncul pada kasus yaitu poliuria,
polifogia, polidipsi dan muntah. Hal ini disebabkan karena selama dirawat di
rumah sakit 2 hari sebelum penulis melakukan pengkajian, klien tidak nafsu
makan karena mual, klien minum 2 gelas/ hari, tidak ditemukan muntah.
Pemeriksaan penunjang yang terdapat pada teori adalah pemeriksaan
glukosa darah, aseton plasma (keton), asam laktat bebas, osmolalitas, serum
elektrolit, pemeriksaan urin dan fungsi tiorid. Sedangkan tanda kusus
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada Tn A adalah pemeriksaan
gula darah, pemeriksaan laboratorium darah dan pemeriksaan urin. Selain itu
pemeriksaan fungsi tiroid, urine, aseton plasma (keton) tidak dilakukan pada
kasus dikarenakan menurut dokter, pemeriksaan tersebut dianggap tidak perlu.
Pada teori penatalaksanaan medis dan keperawatan yang dilakukan
pada klien adalah diet, olahraga, pemantauan gula darah, obat hipoglikemia
oral dan pemberian insulin. Sedangkan pada kasus penatalaksanaan yang telah
dilakukan adalah diet 1600 kalori, pemberian insulin 3x sehari sesuai protokol
gula darah, dan pemantauan gula darah 3x sehari pada jam 06.00 wib, jam
11.00 wib dan jam 16.00 wib.
Faktor pendukung pada pengkajian antara lain sikap kooperatif klien
dan kemampuan klien untuk mengungkapkan semua keluhan kepada
kelompok.
Faktor penghambat proses pengkajian ini adalah waktu yang diberikan
untuk melakukan pengkajian sangat singkat, namun penulis dapat mengatasi
hal tersebut dengan cara membina hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarga / bekerja sama dengan perawat ruangan dan memanfaatkan waktu
seefektif mungkin.
B. Diagnosa Keperawatan44
Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
diabetes mellitus ada 4 diagnosa, dan ke 4 diagnosa tersebut secara teori
hanya 2 diagnosa yang muncul pada kasus dan 2 diagnosa lainnya tidak ada di
kasus
Diagnosa yang muncul sesuai teori yaitu kekurangan volume cairan
b/d kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral : anoreksia, mual. Resiko
tinggi infeksi b/d kadar glukosa tinggi, resiko tinggi terhadap perubahan
sensori persepsi b/d ketidakseimbangan glukosa / insulin. Sedangkan didalam
kasus diagnosa yang didapat yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d penurunan masukan oral, anoreksia, mual. Intoleransi aktivitas b/d
ketidaknyamanan luka gangren. Resiko penyebaran infeksi b.d tingginya
kadar gula darah.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan
masukan oral, anoreksia, mual didapatkan data : klien mengatakan seluruh
badannya lemas, klien mengatakan Bb sebelum sakit 64 kg dan setelah sakit
BB menjadi 58 kg, konjungtiva anemis, Hb , badan lien tampak kurus, klien
makan habis 4 – 5 sendok, wajah klien tampak pucat.
Intoleransi aktivitas b/d ketidaknyamanan luka gangren didapatkan
data : klien mengatakan selama di RS kebutuhan sehari-hari seperti : Bak dan
mandi masih dibantu oleh keluarga, klien mengatakan kaki kanannya sulit
digerakkan dan sudah tidak ada rasa / baal, klien dapat turun jika ingin BAB,
klien tampak gelisah.
Risiko penyebaran infeksi b.d tingginya kadar gula darah didapat kan
data : klien mengatakan terdapat luka dikaki kanannya, klien mengatakan jari
jempol telah diamputasi , klien tampak ada luka basah, bau, kokar pus, darah,
panjang luka + 10 cm.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam mengangkat diagnosa
keperawatan adalah data yang lengkap yang diperoleh dari klien, keluarga,
perawat ruangan dan status kesehatan klien. Tidak ada faktor penghambat
yang ditemukan dalam mengangkat diagnosa keperawatan.
C. Perencanaan45
Dalam teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow dan
Handerson adalah masalah nutrisi sebagai prioritas utama, namun pada kasus
Tn. A penulis memprioritaskan masalah yang sama juga yaitu perubahan
nutrisi karena jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan membuat kondisi
klien tidak stabil akibatnya klien mengalami kemunduran pada imunnya
sehingga kuman / virus akan mudah masuk kedalam tubuh klien dan dapat
memperluas luka klien atau infeksi lebih luas. Selain prioritas tersebut penulis
membuat perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruangan.
Dalam mengikuti perencanaan keperawatan, penulis tidak banyak
mengalami kesulitan karena terdapat banyak literatur yang berhubungan
dengan kasus Tn. A. Faktor penghambat yang ditemukan adalah kurangnya
pendokumentasian yang lengkap dikarenakan waktu yang tidak mencukupi
untuk dilakukan perencanaan keperawatan.
D. Pelaksanaan46
Setelah menyusun rencana keperawatan, selanjutnya dalam
pelaksanaan keperawatan penulis dapat melaksanakan semua rencana
keperawatan yang telah penulis susun. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan penulis bekerja sama dengan baik dengan klien, keluarga dan
perawat ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada
di ruangan.
Faktor penghambat yang penulis temukan dalam melaksanakan
tindakan keperawatan setelah set perawatan luka yang ada di ruangan pulau
Sangeang kurang lengkap dan terbatasnya sarung tangan steril di ruangan.
E. Evaluasi46
Pada teori proses evaluasi terbagi dalam dua komponen evaluasi proes
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan pada kasus kedua komponen
evaluasi tersebut dilaksanakan.
Dari ke empat diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus Tn A
hanya 2 diagnosa keperawatan yang tujuannya tidak tercapai yaitu perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh soal dikaji kembali klien mengatakan
masih mual dan tidak nafsu makan dan pada diagnosa keperawatan. Risiko
penyebaran infeksi saat dilakukan mengganti perban, luka klien tampak masih
ada pus dan darah sedikit. Pada diagnosa keperawatan dengan tujuan tercapai
sebagian yaitu intoleransi aktifitas saat di lakukan evaluasi yaitu klien
mengatakan sudah dapat berjalan sendiri jika ingin kekamar mandi, klien
tampak tidak cemas.
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama
yang baik antara penulis dan klien, keluarga dan perawat ruangan. Faktor
penghambat selama evaluasi tidak temukan adanya hambatan.
BAB V
PENUTUP48
B. Kesimpulan48
Secara teori etiologi diabetes mellitus yaitu faktor imunologi,
herediter, lingkungan dan virus, sedangkan pada kasus diabetes mellitus
disebabkan oleh faktor genetik. Pengkajian tidak selalu ditemukan tanda dan
gejala yang sama antara teori dan kasus. Tanda dan gejala yang sama antara
teori dan kasus adalah mual, luka sulit sembuh, kelemahan, penurunan BB.
Untuk pemeriksaan penunjang pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan urin,
gula darah dan laboratorium. Penatalaksanaan medis klien diberikan insulin 2x
sehari dan pada penatalaksanaan keperawatan diberikan diit 1600 kalori
diabetes mellitus, pemeriksaan gula darah.
Secara teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus di
temukan 2 diagnosa keperawatan sesuai dengan teori dan 1 diagnosa
keperawatan tidak sesuai dengan kasus.
Pada tahap perencanaan sesuai teori prioritas masalah keperawatan
adalah perubahan nutrisi, namun pada kasus juga kelompok mengangkat
diagnosa pertama adalah perubahan nutrisi, sesuai dengan konsep kebutuhan
manusia berdasarkan maslow. Kelompok rencana tersebut meliputi 4
komponen yaitu : nursing treatment, observasi, pendidikan kesehatan dan
kolaborasi dengan tim medis.
Pada pelaksanaan keperawatan semua rencana yang disusun pada
kasus Tn A pendekatan tindakan keperawatan yang telah mencakup yang
muncul ada 2 diagnosa dengan tujuan tidak tercapai, 1 diagnosa dengan tujuan
tercapai.
C. Saran49
Dari uraian yang dikemukakan diatas, maka kelompok menyarankan :
1. Perawat ruangan
Agar selalu meningkatkan pendokumentasian pada status klien
agar memudahkan pendelegasian kepada rekan sejawat dalam melakukan
asuhan keperawatan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Agar
melengkapi alat-alat keperawatan guna memperlancar pelakanaan asuhan
keperawatan.
2. Untuk klien dan keluarga
Agar selalu mengontrol makanan sehari - hari agar gula darah
tidak meningkat dan keluarga memberikan motivasi untuk melakukan olah
raga secara teratur sesuai kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA50
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran (IAPK)
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapilus
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC