MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

30
“ORIENTASI KERJA DAN KARIR FARMASI” OLEH: AKMAL N111 12 253 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

Transcript of MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Page 1: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

“ORIENTASI KERJA DAN KARIR FARMASI”

OLEH:

AKMAL

N111 12 253

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 LATAR BELAKANG

I. 2 RUMUSAN MASALAH

BAB II ISI

BAB III PENUTUP

III. 1 KESIMPULAN

III. 2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

AUTOBIOGRAFI

Page 3: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu

penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk

disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.

Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan

(selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan

pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan

kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai

dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter berizin, dokter gigi, dan

dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara

menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai [2].

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas pada makalah ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan orientasi farmasi ?

2. Bagaimana farmasi sebagai ilmu dan profesi ?

3. Bagaimana karir dan dunia kerjaan farmasi ?

Page 4: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Farmasi

Sejak dahulu nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal

penggunaan obat tradisional (jamu) dan pengobatan secara tradisional

(dukun). Pada zaman itu sebenarnya dukun melaksanakan dua profesi

sekaligus, yaitu profesi kedokteran, (mendiagnose penyakit) dan profesi

kefarmasian (meramu dan menyerahkan obat kepada yang

membutuhkannya).

Penggunaan obat dapat ditelusuri sejak tahun 2000 S.M. pada zaman

kebudayaan Mesir dan Babilonia telah dikenal obat dalam bentuk tablet tanah

liat (granul), dan bentuk sediaan obat lain. Saat itu juga sudah dikenal

ratusan jenis bahan alam yang digunakan sebagai obat.Pengetahuan tentang

obat dan pengobatan selanjutnya berkembang lebih rasional pada zaman

Yunani, ketika Hippocrates (460 S.M.) memperkenalkan metode dasar ilmiah

dalam pengobatan. Dalam zaman Yunani itu dikenal pula Asklepios atau

Aesculapius (7 S.M.) dan puterinya Hygeia. Lambang tongkat Asklepios yang

dililiti ular saat ini dijadikan lambang penyembuhan (kedokteran), sedangkan

cawan atau mangkok Hygeia yang dililiti ular dijadikan lambang kefarmasian.

Page 5: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Perkembangan profesi kefarmasian pada abad selanjutnya dilakukan

dalam biara, yang telah menghasilkan berbagai tulisan tentang obat dan

pengobatan dalam bahasa latin yang hampir punah itu, sampai saat ini

dijadikan tradisi dalam penulisan istilah di bidang kesehatan. Perkembangan

kefarmasian yang pesat pula telah terjadi dalam zaman kultur Arab dengan

terkenalnya seorang ahli yang bernama al-Saidalani pada abad ke-9.

Namun demikian tonggak sejarah yang penting bagi farmasi ialah tahun

1240 di Sisilia, Eropa, ketika dikeluarkan surat perintah raja (edict) yang

secara legal (menurut undang-undang) mengatur pemisahan farmasi dari

pengobatan. Surat perintah yang kemudian dinamakan ”Magna Charta”

dalam bidang farmasi itu juga mewajibkan seorang Farmasis melalui

pengucapan sumpah, untuk menghasilkan obat yang dapat diandalkan

sesuai keterampilan dan seni meracik, dalam kualitas yang sesuai dan

seragam. ”Magna Charta” kefarmasian ini dikembangkan sampai saat ini

dalam bentuk Kode Etik Apoteker Indonesia dan Sumpah Apoteker [2].

B. Perubahan Orientasi Farmasi

Mengikuti perkembangan zaman, telah terjadi pula perubahan

penekanan pada pengertian dan orientasi farmasi. Pada awalnya profesi

farmasi itu dikatakan merupakan seni (arts) dan pengetahuan (science). Hal

ini dapat dilihat pada buku teks yang digunakan di perguruan tinggi farmasi

Page 6: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

pada awal pertengahan abad ke-20, yang antara lain berjudul “Scoville’s The

Art of Compounding “ (Seni Meracik Obat), dan “Recepteerkunde” (Ilmu

Resep) karangan van Duin, dan van der Wielen. Definisi obat menurut

Undang-Undang No. 7 Tahun 1960 tentang Farmasi :

.. obat yang dibuat dari bahan yang berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan,

mineral, dan obat sintetis.

Definisi ini lebih menekankan sumber atau asal diperolehnya obat.

Perkembangan farmasi setelah itu berorientasi pada teknologi seperti

tergambar oleh buku teks yang populer pada saat itu, dan masih digunakan

sampai sekarang : “ Pharmaceutical Technology” oleh Lachman. Dalam

Kebijaksanaan Obat Nasional (KONAS, 1980) : …… obat ialah bahan atau

paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi.

Definisi obat ini lebih ditekankan pada tujuan penggunaannya

Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan

orientasi di bidang kesehatan. “World Health Organization” (WHO) yang

beranggotakan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, pada tahun 80-

an mencanangkan semboyan “Health for All by the year 2000”, yang

Page 7: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

merupakan tujuan sekaligus proses yang melibatkan seluruh negara untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya, suatu derajat kesehatan

yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat memperoleh kehidupan

yang produktif secara sosial maupun ekonomis. Semboyan tadi dirumuskan

melalui suatu konsep bernama “Primary Health Care” dalam konperensi

internasional di Alma Atta 1978, sehingga konsep itu dikenal dengan nama

Deklarasi Alma Atta. Deklarasi ini merupakan kunci dalam pencapaian tujuan

pengembangan sosio-ekonomi masyarakat dengan semangat persamaan hal

dan keadilan sosial. Perkembangan terakhir pengembangan di bidang

kesehatan pada milenium baru ini ialah konsep “Paradigma Sehat”.

Paradigma sehat, bukan paradigma sakit, berorientasi pada bagaimana

mempertahankan keadaan sehat, bukan menekankan pada manusia sakit

yang sudah menjadi tugas rutin bidang kesehatan. Jadi jelas perkembangan

farmasi yang menjadi bagian dari bidang kesehatan, juga harus mengikuti

perkembangan yang terjadi di bidang kesehatan.

The American Society of Colleges of Pharmacy (AACP) [1]

mendefinisikan farmasi sebagai ”suatu sistem pengetahuan (knowledge

system) yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan (health service)”.

Memang agak sulit untuk mendefinisikan farmasi secara lengkap, yang bukan

saja melihatnya dari aspek asal atau sumber obat, atau tujuan pemakaian

obat. Pada Ekspose Perkembangan Ilmu Kesehatan oleh ISFI/IDI di Jakarta

Page 8: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

bulan Maret 1986 [7] oleh suatu Tim dari Institut Teknologi Bandung telah

dikemukakan definisi Farmasi sebagai berikut :

Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahaun (ilmu, teknologi

dan sosial budaya) yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa

kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas,

menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti

dan dampak obat yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat pada

manusia dan hewan.

Untuk menumbuhkan kompetensi dalam sistem pengetahuan seperti

diuraikan di atas, farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang

relevan dari ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi;

pengetahuan ini dikaji, diuji, diorganisir, ditransformasi dan diterapkan.

Sebagian besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk

yang dikelola dan didistribusikan secara profesional bagi yang

membutuhkannya.

Pengetahuan farmasi disampaikan secara selektif kepada tenaga

profesional dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan

masyarakat umum agar pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat

memberikan sumbangan nyata bagi kesehatan perorangan dan

kesejahteraan umum masyarakat.

Page 9: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Tidak dapat disangkal bahwa sistem pengetahuan farmasi, karena

penerapannya untuk tujuan kesehatan, merupakan bagian yang berarti

secara kuantitatif maupun kualitatif dalam setiap upaya kesehatan.

B. Pengetahuan, Ilmu dan Profesi

Semua ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan

dapat disebut ilmu. Manusia mempunyai perasaan, pikiran, pengalaman,

panca indera, intuisi, dan mampu menangkap gejala alam lalu

mengabstraksikannya dalam bentuk ketahuan atau pengetahuan; misalnya

kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Apa yang diperoleh dalam

proses mengetahui itu dilakukan tanpa memperhatikan obyek, cara (ways of

knowing) dan kegunaannya, maka ini dikategorikan dalam ketahuan atau

pengetahuan, dalam bahasa Inggris disebut ”knowledge”. Ilmu atau

”Science” ialah pengetahuan yang diperoleh melalui ”metode ilmiah”, yaitu

suatu cara yang menggunakan syarat-syarat tertentu, melalui serangkaian

langkah yang dilakukan dengan penuh disiplin [6].

B. 1. Farmasi Sebagai Sains

Semua bentuk pengetahuan dapat dibeda-bedakan atau

dikelompokkan dalam berbagai kategori atau bidang, sehingga terjadi

diversifikasi bidang ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu, yang berakar dari

kajian filsafat, yaitu Seni (Arts), Etika (Ethics), dan Sains (Science). Di satu

Page 10: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

pihak Farmasi tergolong seni teknis (technical arts) apabila ditinjau dari segi

pelayanan dalam penggunaan obat (medicine); di lain pihak Farmasi dapat

pula digolongkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural science).

Dalam tinjauan pengelompokan bidang ilmu atau kategori di atas

digunakan kriteria :

1. Obyek ontologis. Di sini ditinjau obyek apa yang ditelaah sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut. Sebagai contoh, obyek ontologis

dalam bidang Ekonomi ialah hubungan manusia dan benda atau jasa

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup; obyek telaah pada

Manajemen ialah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah

disetujui bersama; obyek ontologis pada Farmasi ialah obat dari segi

kimia dan fisis, segi terapetik, pengadaan, pengolahan sampai pada

penyerahannya kepada yang memerlukan.

2. Landasan epistemologis, yaitu cara atau metode apa yang digunakan

untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Contoh landasan

Epistemologis Matematika ialah logika deduktif; landasan epistemologis

kebiasaan sehari-hari ialah pengalaman dan akal sehat; landasan

epitemologis Farmasi ialah logika deduktif dan logika induktif dengan

pengajuan hipotesis, yang dinamakan pula metode logiko-hipotetiko-

verifikatif.

3. Landasan aksiologis, yaitu mempertanyakan apa nilai kegunaan

pengetahuan tersebut. Nilai kegunaan pencak silat, matematika dan

Page 11: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

farmasi sudah jelas berbeda. Dalam hal ini nilai kegunaan atau landasan

aksiologis Farmasi dan Kedokteran itu sama karena kedua-duanya

bertujuan untuk kesehatan manusia [6].

Sebagai ilmu, Farmasi menelaah obat sebagai ”materi”, baik yang berasal

dari alam maupun sintesis (sama dengan bidang Kimia dan Fisika) dan

menggunakan metode logiko-hipotetiko-verifikatif sebagai metode telaah

yang sama seperti digunakan pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh

karena itu, Farmasi merupakan ilmu yang dapat dikelompokkan dalam bidang

Sains.

B. 2 Farmasi Sebagai Profesi

Dari kajian filsafat di atas terlihat bahwa di samping sebagai Ilmu atau

Sains, Farmasi meliputi pula pelayanan obat secara profesional. Istilah

Profesi dan Profesional saat ini semakin dikaburkan karena banyak

digunakan secara salah kaprah. Semua pekerjaan (job, vacation, occupation)

dan keahlian (skill) dikategorikan sebagai profesi. Demikian pula istilah

profesional sering digunakan sebagai lawan kata amatir. Menurut Hughes,

E.C. [2] :

…..Profesion profess to know better than other the nature of certain matters,

and to know better than their clients what ails them or their affairs.

Page 12: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Definisi ini menggambarkan suatu hubungan pelayanan antar-manusia,

sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan sebagai

profesi.

Menurut Schein, F.H. [2] :…The profession are a set of occupation that have

developed a very special set or norms deriving from their special role in

society .

Kelompok profesional dapat dibedakan dari yang bukan profesional menurut

kriteria berikut :

1. Memiliki Pengetahuan Khusus , yang berhubungan dengan kepentingan

sosial. Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama

untuk kepentingan masyarakat umum.

2. Sikap dan Prilaku Profesional . Seorang profesional memiliki seperangkat

sikap yang mempengaruhi prilakunya. Komponen dasar sikap ini ialah

mendahulukan kepentingan orang lain (altruisme) di atas kepentingan diri

sendiri. Menurut Marshall, seorang profesional bukan bekerja untuk dibayar,

tetapi ia dibayar agar supaya ia dapat bekerja.

3. Sanksi Sosial . Pengakuan atas suatu profesi tergantung pada masyarakat

untuk menerimanya. Bentuk penerimaan masyarakat ini ialah dengan

pemberian hak atau lisensi (lincense) oleh negara untuk melaksanakan

praktek suatu profesi. Lisensi ini dimaksudkan untuk menghindarkan

Page 13: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

masyarakat dari oknum yang tidak berkompetensi untuk melakukan praktek

profesional.

Apabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan

sifat sebagai berikut :

1. Profesi itu sendiri yang menentukan standar pendidikan dan

pelatihannya.

2. Mahasiswa yang mengikuti pendidikan profesi tertentu harus

memperoleh pengalaman sosialisasi menuju kedewasaan yang lebih

intensif dibanding mahasiswa pada bidang pekerjaan lain.

3. Praktek profesional secara legal (menurut hukum) diakui dengan

pemberian lisensi.

4. Pemberian lisensi dan dewan penilai dikendalikan oleh anggota profesi.

5. Umumnya peraturan yang berkaitan dengan profesi dibentuk dan

dirumuskan oleh profesi itu sendiri.

6. Okupasi ini akan berkembang dari segi pendapatannya, kekuasaan, dan

tingkat prestise, sehingga dapat menetapkan persyaratan yang lebih

tinggi bagi calon mahasiswanya.

7. Praktisi profesi secara relatif tidak dievaluasi dan dikontrol oleh orang

awam.

8. Norma-norma praktek yang dikeluarkan profesi itu lebih mengikat

dibanding kontrol legal.

Page 14: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

9. Anggota profesi sangat erat terikat dan terafiliasi dengan profesinya

dibanding dengan anggota okupasi lain.

10. Profesi ini biasanya merupakan terminal, dalam arti tidak ada yang akan

beralih ke profesi lain. [2]

C. Vokasi dan Karir dalam Farmasi

Perhatian utama para dokter, dokter gigi dan dokter hewan yang

menulis resep ialah pada efek obat pada penderita, nilai terapetika, dan

toksiologinya. Para perawat bertugas untuk memberikan obat, tanggap

terhadap bentuk sediaan obat, dan terhadap manifestasi toksisnya. Maka ahli

Farmasi (Farmasis) itulah satu-satunya ahli mengenai obat. Ia diberikan

tanggung jawab legal untuk menangani obat dan pengetahuan segala

sesuatu mengenai obat itu adalah tanggung jawab profesinya. Tidak ada

program studi lain selain Farmasi yang memberikan dasar-dasar

pengetahuan lengkap mengenai segala sesuatu yang perlu diketahui tentang

obat. Jadi hanya seorang Farmasis yang mempunya kompetensi keahlian

obat secara lengkap.

Farmasis Komunitas (Community Pharmacist)

Farmasis atau Apoteker memberikan kesan umum bahwa tempat kerja

seorang farmasi hanyalah di Apotik, yaitu salah satu tempat pengabdian

profesi seorang Apoteker. Seorang Farmasis di Apotik langsung berhadapan

dengan masyarakat sehingga fungsi tersebut dikelompokkan dalam Farmasi

Page 15: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Masyarakat (Community Pharmacy). Fungsi Farmasis Masyarakat di Apotik

merupakan kombinasi seorang profesional dan wiraswastawan. Dengan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 25/80 tentang Apotik, bahwa

Apotik adalah tempat pengabdian profesi seorang Apoteker, maka makin

besar harapan yang diberikan pemerintah kepada para Farmasis, baik dari

segi jumlah tenaga farmasi maupun dari segi kemampuan profesionalnya.

Farmasi Rumah Sakit (Hospital Pharmacy)

Farmasi Rumah Sakit ialah pekerjaan kefarmasiaan yang

dilakukan di rumah sakit pemerintah maupun swasta. Fungsi kefarmasian ini

yang sudah sangat berkembang di negara maju, juga sudah mulai dirintis di

Indonesia dengan pembukaan program spesialisasi Farmasi Rumah Sakit.

Jumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit di masa depan akan semakin

meningkat karena 3 hal :

1. Faktor pertambahan penduduk.

2. Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di rumah sakit.

3. Fungsi dan peranan Farmasis Rumah Sakit akan lebih meningkat dalam

berbagai aspek mengenai penggunaan dan pemantauan obat.

Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Mata rantai sebagai perantara industri farmasi dan masyarakat dalam

hal penyaluran obat ialah Pedagang Besar Farmasi (PBF). Di luar negeri PBF

ini mempunyai tenaga Farmasis terdaftar sebagai supervisor disebabkan oleh

Page 16: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

sifat khas produk yang ditanganinya itu sehubungan dengan peraturan

perundang-undangan. Di Indonesia hanya dipersyaratkan tenaga menengah

farmasi (Asisten Apoteker = AA) sebagai penanggungjawab, mengingat

belum cukup tersedianya tenaga ahli berpendidikan tinggi.

PBF sangat berperanan sebagai sumber penyalur obat dari berbagai

industri farmasi yang secara cepat dapat melayani kebutuhan Farmasis

Komunitas (Apoteker) untuk secara cepat pula melayani kebutuhan penderita

akan obat. PBF juga mengurangi beban finansial Apoteker dalam hal

menyimpan stok obat dalam jumlah besar dan menjembatani kerumitan

negosiasi dengan ratusan industri farmasi sebagai produsen obat.

Industri Farmasi

Farmasis di industri farmasi terlibat pula dalam fungsi pemasaran

produk, riset dan pengembangan produk, pengendalian kualitas, produksi

dan administrasi atau manajemen. Fungsi perwakilan pelayanan medis

(medical service representative) atau ”detailman” yang bertugas dan

langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker untuk memperkenalkan

produk yang dihasilkan industri farmasi mungkin juga dijabat seorang

Farmasis atau tenaga ahli lain. Namun paling ideal apabila fungsi itu

dipegang seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. Namun paling ideal apabila

fungsi itu dipegang seorang Farmasis karena latar belakang

pengetahuannya. Saat ini memang tidak banyak Farmasis yang mengisi

Page 17: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

jabatan ini karena jumlahnya belum mencukupi, dan lebih dibutuhkan di

tempat pengabdian profesi yang lain. Peningkatan karir jabatan ini dapat

mencapai tingkat supervisor dalam pemasaran produk, dan direktur

pemasaran produk dalam organisasi industri farmasi.

Pada unit produksi dan pengendalian kualitas (quality control) industri

dipersyaratkan seorang Apoteker. Untuk bidang riset dan pengembangan (R

& D = Research and Development) biasanya diperlukan lulusan pendidikan

pascasarjana, meskipun bukan merupakan persyaratan.

Instansi Pemerintah

Departemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling banyak

menyerap tenaga Farmasis, terutama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Minuman (DitJen POM) dan jajaran Pusat Pemeriksaan Obat (PPOM)

dan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (Balai POM) di daerah. Demikian

pula Bidang Pengendalian Farmasi dan Makanan pada setiap Kantor Wilayah

Dep.Kes dan jajaran Dinas Kesehatan sampai ke Daerah Tingkat II dan

Gudang Farmasi. Fungsi utama Farmasis pada instansi pemerintah ialah

administrastif, pemeriksaan, bimbingan dan pengendalian. Sejak tahun 2000,

telah terjadi perubahan struktur, Direktorat Jendral POM tidak lagi bernaung

di bawah Departemen Kesehatan, tetapi menjadi Badan POM yang

bertanggungjawab langsung kepada Presiden RI. Demikian pula struktur

Balai (besar,kecil) POM di daerah tingkat I, yang langsung berada di bawah

Page 18: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Badan POM, tidak berada di dalam Dinas Kesehatan Propinsi. Departemen

HANKAM, juga memerlukan Farmasis yang terutama berfungsi pada bagian

logistik dan penyaluran obat dan alat kesehatan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan merekrut Farmasis untuk jabatan dosen di perguruan tinggi.

Sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka fungsi seorang Farmasis ialah

dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Persyaratan untuk diterima menjadi dosen akan ditingkatkan

menjadi lulusan Pascasarjana, atau mempunyai Sertifikat Mengajar Program

PEKERTI/AA (Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik

Instruksional/Applied Approach), yaitu program penataran dosen dalam

aktivitas instruksional atau proses belajar mengajar.

Sebagai tenaga kesehatan, seorang Farmasis atau Apoteker diwajibkan

untuk mengabdi pada negara selama 3 tahun setelah lulus ujian Apoteker

sebelum dapat berpraktek swasta perorangan. Wajib kerja sarjana ini dikenal

sebagai Masa Bakti Apoteker (MBA) yang dapat dilaksanakan pada instansi

pemerintah seperti tersebut di atas atau penugasan khusus dari Kepala

Kantor Wilayah Departemen Kesehatan sebagai wakil Menteri Kesehatan di

daerah. Dengan dihapuskannya Kantor Wilayah, tugas ini diambil alih Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi.

Page 19: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

Wartawan Farmasi (Pharmaceutical Journalism)

Profesi ini mulai berkembang di luar negeri bagi Farmasis yang

memperoleh latihan khusus dalam kewartawanan dan mempunyai bakat

menulis dan mengedit. Pekerjaan ini diperlukan oleh instansi pemerintah atau

industri farmasi untuk publikasi, mengedit atau menulis tulisan yang berlatar

belakang kefarmasian.

Manajemen Perusahaan

Khususnya instansi swasta banyak memerlukan tenaga ahli berlatar

belakang kefarmasian dengan berkembangnya organisasi pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Untuk ini diperlukan pendidikan tambahan,

misalnya Magister Manajemen (MBA = Master of Business Administration).

Page 20: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. sistem pengetahuan farmasi, karena penerapannya untuk tujuan

kesehatan, merupakan bagian yang berarti secara kuantitatif

maupun kualitatif dalam setiap upaya kesehatan.

2. Farmasi bukan hanya sebagai ilmu atau sains semata tetapi

merupakan suatu profesi pelayanan obat secara professional.

3. Keahlian dan dunia karir Farmasis sangat luas, antara lain: Farmasis

Komunitas (Community Pharmacist), Farmasi Rumah Sakit (Hospital

Pharmacy), Pedagang Besar Farmasi (PBF), Industri Farmasi,

Instansi Pemerintah, Manajemen perusahaan, Wartawan Farmasi

(Pharmaceutical Journalism) dan lain-lain.

III.2 Saran

Dengan adanya tulisan diatas diharapkan agar para mahasiswa

farmasi lebih dapat mengenal lebih jauh tentang orientasi dan peluang karier

seorang farmasis.

Page 21: MAKALAH Orentasi kerja dan karier Farmasi.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Keputusan Kongres Nasional XIII,

N0.XIII/Kongres XIII/ISFI/1989 tentang Standar Profesi Apoteker dalam

Pengabdian Profesi di Apotik.

2. Ketut Patra dkk. (1988) “ 60 Tahun Dr. Midian Sirait, Pilar-Pilar Penopang

Pembangunan di Bidang Obat”, Penerbit P.T.Priastu, Jakarta.

3. Suryasumantri, Y.S (1985) “ Filsafat Ilmu, Suatu Pengantar Populer”,

Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.

4. Wattimena, J.R. dkk. (1986) makalah dalam Ekspose Perkembangan Ilmu

Kesehatan oleh IDI/ISFI, Jakarta.