Mana ismail kita koran tempo 5 nov 2011

1
PENDAPAT SABTU, 5 NOVEMBER 2011 A8 A lkisah, putri Nabi SAW, Fatimah, dan keluarganya berpuasa. Kala itu ia, suaminya, Ali bin Abi Tha- lib, dan kedua putra mereka, Ha- san dan Husain, berpuasa tiga hari berturut-turut—sebagai pelunasan nazar yang dilakukan setelah kesembuhan kedua putra mereka itu dari sakit. Mereka berem- pat dikenal sebagai ahlulbait Nabi SAW yang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran. Hari pertama, persis menjelang saat bu- ka puasa, datang seorang pengemis yang kelaparan. Mereka berikan sedikit roti gandum yang mereka siapkan kepada sang pengemis, dan malam itu mereka hanya berbuka dengan minum air. Hari kedua mereka puasa, datang seorang anak yatim memohon makanan. Melihat anak kecil yang lapar, ahlulbait Nabi itu merelakan makanan mereka. Pada hari kedua itu me- reka kembali berbuka hanya dengan air. Hari ketiga, datang seorang tawanan. Ia juga meminta makan. Untuk ketiga kali- nya, keluarga Ali dan Fatimah hanya ber- buka dengan air. Atas perilaku mulia itu, menurut Ibnu Abbas, Malaikat Jibril turun membawa wahyu—dan termaktub kisahnya dalam Al-Quran. Itulah rupanya akhlak sempur- na atau “jalan lurus”yang diajarkan aga- ma.Tanpa pamrih, keluarga Ali dan Fati- mah menunjukkan bahwa mereka berkor- ban demi orang lain, semata-mata karena Tuhan. Kata mereka,“Kami tidak mengha- rap dari kalian balasan ataupun terima kasih. Kami takutkan dari Tuhan kami ha- ri yang kelabu dan penuh duka.” Keteladanan berkorban demi orang lain itu amat penting sebagai cermin beragama di “jalan yang lurus”. Keluarga Nabi SAW mencontohkannya. Nabi Ibrahim dan Is- mail juga memberikan keteladanannya. Ib- rahim berkomitmen mengorbankan nyawa anaknya. Sang putra sendiri, Ismail, siap sedia di meja sembelihan. Saat itu Ibrahim telah menjadi tua dan sendirian. Di tengah kenabiannya, ia tetap seorang “lelaki”yang, sebagaimana manu- sia lainnya, sangat menginginkan anak la- ki-laki. Ismail sendiri adalah pemuda yang cerdas, berbudi, dan kuat. Ia adalah upah kehidupan yang penuh perjuangan. Ia membawa kebahagiaan bagi Ibrahim. Ia juga harapan, cinta, dan penerus keturun- an Ibrahim—yang silsilahnya belakangan mengalir hingga Nabi Muhammad SAW dan anak cucunya.Tapi kini Tuhan memin- tanya mengorbankan “milik”yang paling dicintainya itu. Sekiranya pengorbanan yang diminta Tuhan adalah nyawanya sen- diri, mungkin itu lebih mudah bagi Ibra- him. Maka Ibrahim membawa anaknya ke Mina. Di situ Ibrahim masuk ke panggung untuk berevolusi, tempat idealisme diung- gah, tempat kebebasan absolut yang diser- tai penyerahan total diwujudkan. Kalau Ibrahim mengorbankan putranya, kita pa- tut bertanya,“siapa”atau “apa”-kah Ismail kita? Jabatan? Kehormatan? Uang? Cinta? Keluarga? Ilmu? Hidup kita? Tak ada yang tahu, kecuali diri kita sendiri.Tapi, menu- rut intelektual Iran, Dr Ali Shariati, tanda- tanda “Ismail”kita adalah segala hal yang melemahkan keyakinan (iman), segala yang menyebabkan kita mementingkan di- ri sendiri, apa pun yang membuat kita ti- dak bisa mendengar pesan dan mengakui kebenaran, serta segala hal yang mendo- rong kita mencari pembenaran demi “ke- nyamanan”. Itu sebabnya, satu- satunya cara mema- tuhi perintah Tuhan, sebagaimana dilaku- kan Ibrahim, adalah dengan melakukan “perang besar”mela- wan bisikan “setan” dalam ego sendiri. Maksudnya, agar ma- nusia tidak merasa aman dan terlindungi dari pengaruh musuh itu: masih banyak je- ratan kemegahan artifisial yang bisa mem- butakan. Manusia harus terus berusaha, dan minta kepada Allah, agar selalu bisa “diamankan”di jalan yang lurus—shiratal mustaqiim. Lewat pengorbanan itu,Tuhan seperti mengingatkan Ibrahim agar tidak berpikir bahwa “urusan”-nya dengan Allah sudah selesai setelah ia mengabdikan diri selama lebih dari 100 tahun sebagai nabi. Sebagai pendiri agama monoteisme (tauhid), pem- bangun jalan bagi Musa,Yesus, dan Mu- hammad SAW, serta simbol kemenangan manusia, harga diri, dan kesempurnaan— tugas Ibrahim dalam “pengabdian”sejati adalah jauh lebih sulit.Tuhan seperti ber- pesan,“Engkau harus ‘bebas total’, dan ja- ngan terlalu yakin serta bangga pada diri- mu, sebab selalu ada kemungkinan untuk ‘jatuh’ pada setiap ‘puncak’.” Jalan lurus Singkat cerita, sesudah mengetahui ko- mitmen Ibrahim dan putranya, kemudian Tuhan menggantikan nyawa Ismail dengan “Penyembelihan Agung”. Belakangan ba- nyak ahli tafsir yang memaknai “Penyem- belihan Agung”itu bukanlah seekor kam- bing—mana mungkin domba lebih agung daripada seorang nabi—melainkan saat di- sembelihnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain, yang namanya disinggung di atas. Baik sejarawan Sunni maupun Syiah mencatat, Husain gugur sebagai syahid da- lam upayanya menentang penguasa tiran, Yazid bin Muawiyah. Pada 10 Muharram 61 H, kepala Husain dipenggal bala tenta- ra Yazid dalam pertempuran yang tidak se- imbang di Karbala, Irak. Berhubung Nabi Muhammad SAW adalah cucu Nabi Ismail AS, dan Husain adalah cucu Nabi, menjadi sebuah keniscayaan bahwa “berkat pe- ngorbanan Husain menggantikan pemeng- galan Ismail itulah, Nabi SAW “terselamat- kan”. Itu sebabnya, dalam sebuah hadis- nya, Nabi SAW me- nyatakan,“Husain da- ri aku dan aku dari Husain.” Sebelum menuju Karbala, sebenarnya Husain sudah siap berhaji—bahkan ia telah berada di Me- kah sejak Ramadan tahun 60 H. Tapi bela- kangan ia tinggalkan hajinya demi menun- jukkan bahwa meme- rangi penguasa zalim dan memperjuangkan keadilan merupakan sebuah tindakan yang lebih penting dari- pada berhaji. Perjuangan demi keadilan, penentangan terhadap “berhala-berhala” simbol kehidupan fana, kekuasaan, nafsu, egoisme, dan kebanggaan diri, semuanya harus digapai lewat perjuangan serius ser- ta pengorbanan diri—demi mewujudkan sebuah penyerahan total kepada Tuhan. Itulah makna hakiki penghambaan (iba- dah) kepada Allah SWT. Itulah shiratal mustaqiim, sebagaimana yang selalu di- minta muslimin dalam salat. Barangkali bisa kita analogikan bahwa shiratal mustaqiim dalam surat Al-Fatihah itu semacam jalan tol, jalan bebas hambat- an. Jalan yang lurus itu adalah juga jalur yang paling dekat. Ilmu ukur membukti- kan bahwa “jarak terpendek dari dua buah titik adalah garis lurus yang menghubung- kan keduanya”. Maka, kalau jaraknya ter- pendek, berarti jalan lurus itu adalah jarak yang terdekat. Secara spiritual sejatinya Tuhan telah memberitahukan bahwa Dia memang de- kat. Dan jalan terdekat mencapai-Nya adalah lewat jalan lurus. Karena itu, Dia menyuruh sang hamba menyeru-Nya.Tu- han pun menjamin akan menjawab seruan itu, kecuali bila sang hamba bersikap “aro- gan”dalam beribadah kepada-Nya. Sebab, ketika ada keangkuhan, muncullah jarak yang menganga lebar antara sang hamba dan Tuhannya, sehingga ia berada di tem- pat yang jauh “tak terjangkau”—dan akan dimurkai oleh Dia. Al-Quran sendiri me- mandang arogansi sebagai sumber ke- musyrikan (politeisme), yang menyebabkan munculnya kezaliman; dan menganggap kezaliman sebagai kesesatan. Arogansilah yang menghancurkan penguasa seperti Namrud, Firaun, dan Yazid. Mereka yang di jalan lurus itu, dalam su- rat Al-Fatihah, adalah mereka yang “telah mendapat nikmat”Tuhan; bukan mereka yang mendapat murka-Nya (al-maghdzuu- bi ‘alaihim) ataupun orang-orang yang ter- sesat (adh-dhalliien). Para ulama menegas- kan bahwa “nikmat”yang dimaksud tentu- lah bukan sekadar “kesenangan”duniawi yang rendah dan fana seperti harta atau takhta dan kekuasaan yang dimiliki Fira- un,Yazid, atau Abu Jahal.Yang dimaksud mereka “yang diberi nikmat”adalah orang- orang yang dekat dengan Allah, seperti Na- bi SAW, sahabat Nabi yang baik, dan ahlul- baitnya—yang berseberangan total dengan dua golongan lainnya. Sedikitnya 17 kali sehari muslimin mengulangi permohonan itu dalam salat guna menunjukkan kerendahan hati kita bahwa kita bukan hamba yang arogan— karena kapan saja manusia bisa terjeru- mus ke jurang kezaliman atau tersesat. Di tengah jalan lurus yang penuh kerendahan hati itulah seorang hamba tunduk kepada Rabb-nya, semata-mata karena cinta kepa- da-Nya. Rupanya kedekatan antara kita dan Yang Kita Cintai hanya bisa terwujud lewat perjuangan keras (“jihad”) member- sihkan hati dari kotoran akibat mempertu- rutkan nafsu duniawi, dan dengan menja- lin cinta dengan sesama manusia sebagai- mana dicontohkan di atas. Kisah di atas juga mengingatkan kita akan firman Tu- han kepada Nabi Musa AS, ketika Dia me- ngatakan,“Satu-satunya ibadah yang Aku hitung sebagai benar-benar ibadah kepa- da-Ku adalah membahagiakan orang- orang yang hancur hatinya.” Itulah sesungguhnya makna Islam yang ditegaskan Nabi.“Sesungguhnya makna agama adalah mengenal Allah (ma’rifatul- lah), dan ma’rifatullah hakikatnya adalah bertingkah laku dengan akhlak yang baik. Akhlak adalah menghubungkan tali silatu- rahmi (kasih sayang), dan silaturahmi ada- lah ‘memasukkan rasa bahagia di hati sau- dara kita’.” Syafiq Basri Assegaff PENGAMAT MASALAH AGAMA, SOSIAL, DAN KOMUNIKASI; PENELITI DI PUSAT STUDI ISLAM DAN KENEGARAAN UNIVERSITAS PARAMADINA Mana ‘Ismail’ Kita? PENERBIT: PT Tempo Inti Media Harian. PEMIMPIN REDAKSI: Gendur Sudarsono. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Daru Priyambodo. PJ. REDAKTUR EKSEKUTIF: M. Taufiqurohman. REDAKTUR SENIOR: Bambang Harymurti, Diah Purnomowati, Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, S. Malela Mahargasarie, Toriq Hadad. REDAKTUR UTAMA: Yos Rizal Suriaji, Tulus Wijanarko. SEKRETARIAT REDAKSI: Dyah Irawati Hapsari. REDAKTUR: Andree Priyanto, Ahmad Taufik, Dody Hidayat, Dwi Arjanto, Firman Atmakusumah, Hari Prasetyo, Nurdin Saleh, Yuyun Nurrachman, Sapto Yunus, Zacharias Wuragil B. K. SIDANG REDAKSI: Endri Kurniawati, Hadriani Pudjiarti, Kelik M. Nugroho, Maria Hasugian, Martha Warta Silaban, Rini Kustiani, Sita Planasari Aquadini, Sunariyah, Tjandra Dewi Harjanti, Untung Widyanto, Utami Widowati, Ali Anwar, Bagus Wijanarko, Arif Firmansyah, Sutarto, Basuki Rahmat, Suseno, Sudrajat, Istiqomatul Hayati, Yophiandi. FOTOGRAFI: Rully Kesuma (Redaktur), Amston Probel, Wahyu Setiawan, Arie Basuki, Ayu Ambong, Budi Yanto, Gunawan Wicaksono, Mahanizar Djohan, Yunizar Karim, Zulkarnaen. DESAIN: Gatot Pandego. TATA LETAK: Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Arief Mudi Handoko, Agung Nugraha, Agus Kurnianto, Erwin Santoso, Fuad Hasyim, Imam Riyadi Untung, Kuswoyo, Mistono, Rudy Asrori, Suteja, Talib Abdillah. ILUSTRATOR: Imam Yunni, Machfoed Gembong. REDAKTUR BAHASA: Hasto Pratikto, Dewi Kartika Teguh W., Hadi Prayuda, Heru Yulistiyan, Iyan Bastian, Michael Timur Kharisma. TEMPO NEWS ROOM, TEMPO INTERAKTIF, PUSAT DATA dan ANALISA TEMPO – PEMIMPIN REDAKSI: Daru Priyambodo. PJ. REDAKTUR EKSEKUTIF: Burhan Sholihin. REDAKTUR UTAMA: Yosep Suprayogi, Metta Dharmasaputra, Elik Susanto. REDAKTUR: Ali Nur Yasin, Jajang Jamaludin, Mustafa Ismail, Widiarsi Agustina, Fajar W. Hermawan, Jobpie Sugiharto, Raju Febrian. SIDANG REDAKSI: Agus Supriyanto, Dewi Rina, Bobby Chandra, Efri Ritonga, Erwin Dariyanto, Eni Saeni, Lis Yuliawati, Poernomo Gontha Ridho, Purwanto, Ramidi, Rr. Ariyani, Rudy Prasetyo, Sukma N. Loppies, Dimas Adityo, Abdul Manan, Faisal Assegaf, Kodrat Setiawan. BIRO JAKARTA: Agung Sedayu, Akbar Tri Kurniawan, Amandra Mega Mustika, Amirullah, Bunga Manggiasih, Cornila Desyana, Dian Yuliastuti, Dwi Riyanto Agustiar, Eko Ari Wibowo, Erwin Prima, Eka Utami Aprilia, Ezther Lastania, Gabriel Wahyu Titiyoga, Heru Triono, Ismi Wahid, Kartika Candra, M. Nur Rochmi, Muhammad Iqbal Muhtarom, Munawwaroh, Rina Widyastuti, Riky Ferdianto, Retno Dianing Sari, Anton William, Arie Firdaus, Aryani Kristanti, Pingit Aria, Ratnaning Asih, Sutji Decilya, Evana Dewi, Febriana Firdaus, Febriansyah, Gustidha Budiartie, Mahardika Satria Hadi, Isma Savitri, Ririn Agustia, Rosalina. SURABAYA: Jalil Hakim, Zed Abidin. YOGYAKARTA: Phillipus Parera, L.N. Idayani, R. Fadjri. BANDUNG: Juli Hantoro. MAKASSAR: Yudono Yanuar, Nur Haryanto, Hayati Maulana Nur. Riset: Ngarto Februana (Pj. Kepala Bagian), Indra Mutiara, Viva B. Kusnandar. IKLAN: Gabriel Sugrahetty (Wakil Direktur). Adelisnasari,Tito Prabowo, Adeliska Virwani, Haderis Alkaf, Imam Hadi, Melly Rasyid, Nurulita Pasaribu, Sulis Prasetyo PENGEMBANGAN DAN KOMUNIKASI PEMASARAN: Meiky Sofyansyah (Kepala), Promosi: Rachadian Nashidik Riset Pemasaran: Ai Mulyani K. Business Development: Rhanty KREATIF PEMASARAN: Prasidono Listiaji (Kepala). Tim Penulis: S. Dian Andryanto, Danis Purwono, Dewi Retno Lestari, Hotma Siregar, Mira Larasati, Nugroho Adhi, Rifwan Hendri, Susandijani, V. Nara Patrianila. Fotografi & Riset Foto: Lourentius EP. Desain Iklan: Kemas M. Ridwan. Andi Faisal, Andi Suprianto, Arcaya Manikotama, Jemmi Ismoko, Junaidi Abdillah, Juned Aryo Sembada, Rachman Hakim Traffic: Abdul Djalal. SIRKULASI DAN DISTRIBUSI: Windalaksana (Kepala), Erina (Sekretariat). Sirkulasi: Shanty Nurpatria, Shalfi Andri (Kepala Unit), Yefri, Indra Setiawan, Ivan B. Putra, Alex Anindito, M. Oemar Sidiq. Perwakilan Daerah: Didiet Setiaji (Bandung), Solex Kurniawan (Surabaya). Distribusi: Ismet Tamara (Kepala Unit). Layanan Pelanggan: Berkah Demiat. KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT: Toriq Hadad. KEPALA desain korporat: S. Malela Mahargasarie. KEPALA BIRO EKSEKUTIF & pendidikan: M. Taufiqurohman. DIREKTUR UTAMA: Bambang Harymurti. DIREKTUR: Herry Hernawan, Toriq Hadad. SEKRETARIS KORPORAT: Rustam F. Mandayun. ALAMAT REDAKSI & Iklan: Kebayoran Centre Blok A11-A15 Jalan Kebayoran Baru-Mayestik, Jakarta 12240. Telp. 021-7255625 Faks. 725-5645/50. E-mail: [email protected]. ALAMAT PERUSAHAAN: Jalan Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210, Telp. 021-5360409 Faks. 021-5349569. HARGA ECERAN RP 3.000, LANGGANAN RP 69.000. UNTUK WILAYAH JABOTABEK, BANDUNG, SERANG, DAN LAMPUNG. LUAR WILAYAH TERSEBUT: DITAMBAH ONGKOS KIRIM. CUSTOMER SERVICE TELP. 021-5360409/70749261 EXT. 307/310/481/334 FAKS. 021-5349569 EDI WAHYONO

Transcript of Mana ismail kita koran tempo 5 nov 2011

Page 1: Mana ismail kita   koran tempo 5 nov 2011

PENDAPAT S A B T U , 5 N O V E M B E R 2 0 1 1 A8

Alkisah, putri Nabi SAW, Fatimah,dan keluarganya berpuasa. Kalaitu ia, suaminya, Ali bin Abi Tha-lib, dan kedua putra mereka, Ha-san dan Husain, berpuasa tiga hari

berturut-turut—sebagai pelunasan nazaryang dilakukan setelah kesembuhan keduaputra mereka itu dari sakit. Mereka berem-pat dikenal sebagai ahlulbait Nabi SAWyang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran.

Hari pertama, persis menjelang saat bu-ka puasa, datang seorang pengemis yangkelaparan. Mereka berikan sedikit rotigandum yang mereka siapkan kepada sangpengemis, dan malam itu mereka hanyaberbuka dengan minum air. Hari keduamereka puasa, datang seorang anak yatimmemohon makanan. Melihat anak kecilyang lapar, ahlulbait Nabi itu merelakanmakanan mereka. Pada hari kedua itu me-reka kembali berbuka hanya dengan air.Hari ketiga, datang seorang tawanan. Iajuga meminta makan. Untuk ketiga kali-nya, keluarga Ali dan Fatimah hanya ber-buka dengan air.

Atas perilaku mulia itu, menurut IbnuAbbas, Malaikat Jibril turun membawawahyu—dan termaktub kisahnya dalamAl-Quran. Itulah rupanya akhlak sempur-na atau “jalan lurus”yang diajarkan aga-ma.Tanpa pamrih, keluarga Ali dan Fati-mah menunjukkan bahwa mereka berkor-ban demi orang lain, semata-mata karenaTuhan. Kata mereka,“Kami tidak mengha-rap dari kalian balasan ataupun terimakasih. Kami takutkan dari Tuhan kami ha-ri yang kelabu dan penuh duka.”

Keteladanan berkorban demi orang lainitu amat penting sebagai cermin beragamadi “jalan yang lurus”. Keluarga Nabi SAWmencontohkannya. Nabi Ibrahim dan Is-mail juga memberikan keteladanannya. Ib-rahim berkomitmen mengorbankan nyawaanaknya. Sang putra sendiri, Ismail, siapsedia di meja sembelihan.

Saat itu Ibrahim telah menjadi tua dansendirian. Di tengah kenabiannya, ia tetapseorang “lelaki”yang, sebagaimana manu-sia lainnya, sangat menginginkan anak la-ki-laki. Ismail sendiri adalah pemuda yangcerdas, berbudi, dan kuat. Ia adalah upahkehidupan yang penuh perjuangan. Iamembawa kebahagiaan bagi Ibrahim. Iajuga harapan, cinta, dan penerus keturun-an Ibrahim—yang silsilahnya belakanganmengalir hingga Nabi Muhammad SAWdan anak cucunya.Tapi kini Tuhan memin-tanya mengorbankan “milik”yang palingdicintainya itu. Sekiranya pengorbananyang diminta Tuhan adalah nyawanya sen-diri, mungkin itu lebih mudah bagi Ibra-

him.Maka Ibrahim membawa anaknya ke

Mina. Di situ Ibrahim masuk ke panggunguntuk berevolusi, tempat idealisme diung-gah, tempat kebebasan absolut yang diser-tai penyerahan total diwujudkan. KalauIbrahim mengorbankan putranya, kita pa-tut bertanya,“siapa”atau “apa”-kah Ismailkita? Jabatan? Kehormatan? Uang? Cinta?Keluarga? Ilmu? Hidup kita? Tak ada yangtahu, kecuali diri kita sendiri.Tapi, menu-rut intelektual Iran, Dr Ali Shariati, tanda-tanda “Ismail”kita adalah segala hal yangmelemahkan keyakinan (iman), segalayang menyebabkan kita mementingkan di-ri sendiri, apa pun yang membuat kita ti-dak bisa mendengar pesan dan mengakuikebenaran, serta segala hal yang mendo-rong kita mencaripembenaran demi “ke-nyamanan”.

Itu sebabnya, satu-satunya cara mema-tuhi perintah Tuhan,sebagaimana dilaku-kan Ibrahim, adalahdengan melakukan“perang besar”mela-wan bisikan “setan”dalam ego sendiri.Maksudnya, agar ma-nusia tidak merasaaman dan terlindungidari pengaruh musuh itu: masih banyak je-ratan kemegahan artifisial yang bisa mem-butakan. Manusia harus terus berusaha,dan minta kepada Allah, agar selalu bisa“diamankan”di jalan yang lurus—shiratalmustaqiim.

Lewat pengorbanan itu,Tuhan sepertimengingatkan Ibrahim agar tidak berpikirbahwa “urusan”-nya dengan Allah sudahselesai setelah ia mengabdikan diri selamalebih dari 100 tahun sebagai nabi. Sebagaipendiri agama monoteisme (tauhid), pem-bangun jalan bagi Musa,Yesus, dan Mu-hammad SAW, serta simbol kemenanganmanusia, harga diri, dan kesempurnaan—tugas Ibrahim dalam “pengabdian”sejatiadalah jauh lebih sulit.Tuhan seperti ber-pesan,“Engkau harus ‘bebas total’, dan ja-ngan terlalu yakin serta bangga pada diri-mu, sebab selalu ada kemungkinan untuk‘jatuh’ pada setiap ‘puncak’.”

Jalan lurusSingkat cerita, sesudah mengetahui ko-

mitmen Ibrahim dan putranya, kemudianTuhan menggantikan nyawa Ismail dengan“Penyembelihan Agung”. Belakangan ba-nyak ahli tafsir yang memaknai “Penyem-

belihan Agung”itu bukanlah seekor kam-bing—mana mungkin domba lebih agungdaripada seorang nabi—melainkan saat di-sembelihnya cucu Nabi Muhammad SAW,Husain, yang namanya disinggung di atas.

Baik sejarawan Sunni maupun Syiahmencatat, Husain gugur sebagai syahid da-lam upayanya menentang penguasa tiran,Yazid bin Muawiyah. Pada 10 Muharram61 H, kepala Husain dipenggal bala tenta-ra Yazid dalam pertempuran yang tidak se-imbang di Karbala, Irak. Berhubung NabiMuhammad SAW adalah cucu Nabi IsmailAS, dan Husain adalah cucu Nabi, menjadisebuah keniscayaan bahwa “berkat pe-ngorbanan Husain menggantikan pemeng-galan Ismail itulah, Nabi SAW “terselamat-kan”. Itu sebabnya, dalam sebuah hadis-

nya, Nabi SAW me-nyatakan,“Husain da-ri aku dan aku dariHusain.”

Sebelum menujuKarbala, sebenarnyaHusain sudah siapberhaji—bahkan iatelah berada di Me-kah sejak Ramadantahun 60 H.Tapi bela-kangan ia tinggalkanhajinya demi menun-jukkan bahwa meme-rangi penguasa zalim

dan memperjuangkan keadilan merupakansebuah tindakan yang lebih penting dari-pada berhaji. Perjuangan demi keadilan,penentangan terhadap “berhala-berhala”simbol kehidupan fana, kekuasaan, nafsu,egoisme, dan kebanggaan diri, semuanyaharus digapai lewat perjuangan serius ser-ta pengorbanan diri—demi mewujudkansebuah penyerahan total kepada Tuhan.Itulah makna hakiki penghambaan (iba-dah) kepada Allah SWT. Itulah shiratalmustaqiim, sebagaimana yang selalu di-minta muslimin dalam salat.

Barangkali bisa kita analogikan bahwashiratal mustaqiim dalam surat Al-Fatihahitu semacam jalan tol, jalan bebas hambat-an. Jalan yang lurus itu adalah juga jaluryang paling dekat. Ilmu ukur membukti-kan bahwa “jarak terpendek dari dua buahtitik adalah garis lurus yang menghubung-kan keduanya”. Maka, kalau jaraknya ter-pendek, berarti jalan lurus itu adalah jarakyang terdekat.

Secara spiritual sejatinya Tuhan telahmemberitahukan bahwa Dia memang de-kat. Dan jalan terdekat mencapai-Nyaadalah lewat jalan lurus. Karena itu, Diamenyuruh sang hamba menyeru-Nya.Tu-

han pun menjamin akan menjawab seruanitu, kecuali bila sang hamba bersikap “aro-gan”dalam beribadah kepada-Nya. Sebab,ketika ada keangkuhan, muncullah jarakyang menganga lebar antara sang hambadan Tuhannya, sehingga ia berada di tem-pat yang jauh “tak terjangkau”—dan akandimurkai oleh Dia. Al-Quran sendiri me-mandang arogansi sebagai sumber ke-musyrikan (politeisme), yang menyebabkanmunculnya kezaliman; dan menganggapkezaliman sebagai kesesatan. Arogansilahyang menghancurkan penguasa sepertiNamrud, Firaun, dan Yazid.

Mereka yang di jalan lurus itu, dalam su-rat Al-Fatihah, adalah mereka yang “telahmendapat nikmat”Tuhan; bukan merekayang mendapat murka-Nya (al-maghdzuu-bi ‘alaihim) ataupun orang-orang yang ter-sesat (adh-dhalliien). Para ulama menegas-kan bahwa “nikmat”yang dimaksud tentu-lah bukan sekadar “kesenangan”duniawiyang rendah dan fana seperti harta atautakhta dan kekuasaan yang dimiliki Fira-un,Yazid, atau Abu Jahal.Yang dimaksudmereka “yang diberi nikmat”adalah orang-orang yang dekat dengan Allah, seperti Na-bi SAW, sahabat Nabi yang baik, dan ahlul-baitnya—yang berseberangan total dengandua golongan lainnya.

Sedikitnya 17 kali sehari musliminmengulangi permohonan itu dalam salatguna menunjukkan kerendahan hati kitabahwa kita bukan hamba yang arogan—karena kapan saja manusia bisa terjeru-mus ke jurang kezaliman atau tersesat. Ditengah jalan lurus yang penuh kerendahanhati itulah seorang hamba tunduk kepadaRabb-nya, semata-mata karena cinta kepa-da-Nya. Rupanya kedekatan antara kitadan Yang Kita Cintai hanya bisa terwujudlewat perjuangan keras (“jihad”) member-sihkan hati dari kotoran akibat mempertu-rutkan nafsu duniawi, dan dengan menja-lin cinta dengan sesama manusia sebagai-mana dicontohkan di atas. Kisah di atasjuga mengingatkan kita akan firman Tu-han kepada Nabi Musa AS, ketika Dia me-ngatakan,“Satu-satunya ibadah yang Akuhitung sebagai benar-benar ibadah kepa-da-Ku adalah membahagiakan orang-orang yang hancur hatinya.”

Itulah sesungguhnya makna Islam yangditegaskan Nabi.“Sesungguhnya maknaagama adalah mengenal Allah (ma’rifatul-lah), dan ma’rifatullah hakikatnya adalahbertingkah laku dengan akhlak yang baik.Akhlak adalah menghubungkan tali silatu-rahmi (kasih sayang), dan silaturahmi ada-lah ‘memasukkan rasa bahagia di hati sau-dara kita’.”●

Syafiq Basri AssegaffPENGAMAT MASALAH AGAMA, SOSIAL, DAN KOMUNIKASI; PENELITI DI PUSAT STUDI ISLAM DAN KENEGARAAN UNIVERSITAS PARAMADINA

Mana ‘Ismail’ Kita?

PENERBIT: PT Tempo Inti Media Harian. PEMIMPIN REDAKSI: Gendur Sudarsono. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Daru Priyambodo. PJ. REDAKTUR EKSEKUTIF: M. Taufiqurohman. REDAKTUR SENIOR: Bambang Harymurti, Diah Purnomowati,Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, S. Malela Mahargasarie, Toriq Hadad. REDAKTUR UTAMA: Yos Rizal Suriaji, Tulus Wijanarko. SEKRETARIAT REDAKSI: Dyah Irawati Hapsari. REDAKTUR: Andree Priyanto, AhmadTaufik, Dody Hidayat, Dwi Arjanto, Firman Atmakusumah, Hari Prasetyo, Nurdin Saleh, Yuyun Nurrachman, Sapto Yunus, Zacharias Wuragil B. K. SIDANG REDAKSI: Endri Kurniawati, Hadriani Pudjiarti, Kelik M. Nugroho, Maria Hasugian, MarthaWarta Silaban, Rini Kustiani, Sita Planasari Aquadini, Sunariyah, Tjandra Dewi Harjanti, Untung Widyanto, Utami Widowati, Ali Anwar, Bagus Wijanarko, Arif Firmansyah, Sutarto, Basuki Rahmat, Suseno, Sudrajat, Istiqomatul Hayati, Yophiandi.

FOTOGRAFI: Rully Kesuma (Redaktur), Amston Probel, Wahyu Setiawan, Arie Basuki, Ayu Ambong, Budi Yanto, Gunawan Wicaksono, Mahanizar Djohan, Yunizar Karim, Zulkarnaen. DESAIN: Gatot Pandego. TATA LETAK: Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Arief Mudi Handoko, Agung Nugraha, Agus Kurnianto, Erwin Santoso,Fuad Hasyim, Imam Riyadi Untung, Kuswoyo, Mistono, Rudy Asrori, Suteja, Talib Abdillah. ILUSTRATOR: Imam Yunni, Machfoed Gembong. REDAKTUR BAHASA: Hasto Pratikto, Dewi Kartika Teguh W., Hadi Prayuda, Heru Yulistiyan, Iyan Bastian, Michael Timur Kharisma.

TEMPO NEWS ROOM, TEMPO INTERAKTIF, PUSAT DATA dan ANALISA TEMPO – PEMIMPIN REDAKSI: Daru Priyambodo. PJ. REDAKTUR EKSEKUTIF: Burhan Sholihin. REDAKTUR UTAMA: Yosep Suprayogi, Metta Dharmasaputra, Elik Susanto. REDAKTUR: Ali Nur Yasin, Jajang Jamaludin, Mustafa Ismail, Widiarsi Agustina,Fajar W. Hermawan, Jobpie Sugiharto, Raju Febrian. SIDANG REDAKSI: Agus Supriyanto, Dewi Rina, Bobby Chandra, Efri Ritonga, Erwin Dariyanto, Eni Saeni, Lis Yuliawati, Poernomo Gontha Ridho, Purwanto, Ramidi, Rr. Ariyani, Rudy Prasetyo, Sukma N. Loppies, Dimas Adityo, Abdul Manan, Faisal Assegaf, Kodrat Setiawan.

BIRO JAKARTA: Agung Sedayu, Akbar Tri Kurniawan, Amandra Mega Mustika, Amirullah, Bunga Manggiasih, Cornila Desyana, Dian Yuliastuti, Dwi Riyanto Agustiar, Eko Ari Wibowo, Erwin Prima, Eka Utami Aprilia, Ezther Lastania, Gabriel Wahyu Titiyoga, Heru Triono, Ismi Wahid, Kartika Candra, M. Nur Rochmi, MuhammadIqbal Muhtarom, Munawwaroh, Rina Widyastuti, Riky Ferdianto, Retno Dianing Sari, Anton William, Arie Firdaus, Aryani Kristanti, Pingit Aria, Ratnaning Asih, Sutji Decilya, Evana Dewi, Febriana Firdaus, Febriansyah, Gustidha Budiartie, Mahardika Satria Hadi, Isma Savitri, Ririn Agustia, Rosalina. SURABAYA: Jalil Hakim,Zed Abidin. YOGYAKARTA: Phillipus Parera, L.N. Idayani, R. Fadjri. BANDUNG: Juli Hantoro. MAKASSAR: Yudono Yanuar, Nur Haryanto, Hayati Maulana Nur. Riset: Ngarto Februana (Pj. Kepala Bagian), Indra Mutiara, Viva B. Kusnandar.

IKLAN: Gabriel Sugrahetty (Wakil Direktur). Adelisnasari,Tito Prabowo, Adeliska Virwani, Haderis Alkaf, Imam Hadi, Melly Rasyid, Nurulita Pasaribu, Sulis Prasetyo PENGEMBANGAN DAN KOMUNIKASI PEMASARAN: Meiky Sofyansyah (Kepala), Promosi: Rachadian Nashidik Riset Pemasaran: Ai Mulyani K. BusinessDevelopment: Rhanty KREATIF PEMASARAN: Prasidono Listiaji (Kepala). Tim Penulis: S. Dian Andryanto, Danis Purwono, Dewi Retno Lestari, Hotma Siregar, Mira Larasati, Nugroho Adhi, Rifwan Hendri, Susandijani, V. Nara Patrianila. Fotografi & Riset Foto: Lourentius EP. Desain Iklan: Kemas M. Ridwan. Andi Faisal,Andi Suprianto, Arcaya Manikotama, Jemmi Ismoko, Junaidi Abdillah, Juned Aryo Sembada, Rachman Hakim Traffic: Abdul Djalal. SIRKULASI DAN DISTRIBUSI: Windalaksana (Kepala), Erina (Sekretariat). Sirkulasi: Shanty Nurpatria, Shalfi Andri (Kepala Unit), Yefri, Indra Setiawan, Ivan B. Putra, Alex Anindito, M. OemarSidiq. Perwakilan Daerah: Didiet Setiaji (Bandung), Solex Kurniawan (Surabaya). Distribusi: Ismet Tamara (Kepala Unit). Layanan Pelanggan: Berkah Demiat.

KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT: Toriq Hadad. KEPALA desain korporat: S. Malela Mahargasarie. KEPALA BIRO EKSEKUTIF & pendidikan: M. Taufiqurohman. DIREKTUR UTAMA: Bambang Harymurti. DIREKTUR: Herry Hernawan, Toriq Hadad. SEKRETARIS KORPORAT: Rustam F. Mandayun. ALAMAT REDAKSI & Iklan: Kebayoran Centre Blok A11-A15 Jalan Kebayoran Baru-Mayestik, Jakarta 12240. Telp. 021-7255625 Faks. 725-5645/50. E-mail: [email protected] PERUSAHAAN: Jalan Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210, Telp. 021-5360409 Faks. 021-5349569. HARGA ECERAN RP 3.000, LANGGANAN RP 69.000. UNTUK WILAYAH JABOTABEK, BANDUNG, SERANG, DAN LAMPUNG. LUAR WILAYAH TERSEBUT: DITAMBAH ONGKOS KIRIM. CUSTOMER SERVICE TELP. 021-5360409/70749261 EXT. 307/310/481/334 FAKS. 021-5349569

EDI WAHYONO