Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

142
Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan 2017 COREMAP-CTI Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI FFPIK - Universitas Diponegoro

Transcript of Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Page 1: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang

dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

2017

COREMAP-CTI

Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

FFPIK - Universitas Diponegoro

Page 2: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...
Page 3: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang

dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

2017

Penyusun:

Giyanto, Frensly Demianus Hukom, Ni Wayan

Purnama Sari, Agus Budiyanto, Agus Dendy

Rochendy, Johan Picasouw, Abdullah Salatalohy,

Abdullah Salatalohy, Andy Achmad Romadhoni,

Muhammad Abdul Hakim, Nandya Egi Jannati, Nenik

Kholilah, Aditya Sukma Bahari, Abdul Majid Al Hanif,

Julian Aditya Ghaffar, Dwi Indra Bagus Nugroho

COREMAP-CTI

Pusat Penelitian Oseanografi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

dan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

2017

Page 4: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

ii Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

.

Page 5: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah

Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan hidayah-Nya maka

buku hasil kegiatan penelitian ”Monitoring Kesehatan

Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan

Bakauheni dan Sekitarnya” dapat diselesaikan. Kegiatan

yang dilaksanakan pada bulan Desember 2017 ini

merupakan lanjutan dari program kegiatan COREMAP-CTI

yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

dibantu oleh para peneliti dari Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk

memberikan gambaran mengenai kondisi terkini terumbu

karang dan ekosistem terkait di perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan, serta melihat perubahan

yang mungkin terjadi selama kurun waktu 2015 - 2017.

Sebagai informasi, kegiatan monitoring ini merupakan

kegiatan rutin tahunan COREMAP-CTI, dan kegiatan

serupa juga pernah dilakukan di stasiun-stasiun

pengamatan yang sama di perairan Bakauheni pada

tahun 2015 dan 2016.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan

membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan ini, baik

Page 6: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

iv Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

selama penelitian di lapangan, analisis data hingga

tersusunnya buku ini. Selain itu, kami juga mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

buku ini. Semoga buku ini dapat menjadi bahan evaluasi

dan bermanfaat untuk kelestarian lingkungan serta dapat

menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan dan

semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Desember 2017

Tim Penyusun

Page 7: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

v

RINGKASAN EKSEKUTIF

Terumbu karang di perairan Bakauheni Kabupaten

Lampung Selatan umumnya ditemukan bersama lamun

dan mangrove pada pesisir dan gugusan pulau-pulau

kecil. Sebagai pintu gerbang utama Pulau Sumatra,

perairan Kabupaten Lampung Selatan telah

dimanfaatkan sebagai pelabuhan utama

penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dan

Pulau Sumatra. Lalu lintas penyeberangan di kawasan ini

merupakan salah satu penyeberangan yang paling sibuk

di Indonesia sehingga menjadikan kawasan ini mengalami

peningkatan pembangunan yang sangat pesat. Adanya

pemanfaatan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil

berpotensi mempengaruhi keberlanjutan ekosistem

terumbu karang dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Hal inilah yang mendorong untuk menjadikan lokasi ini

sebagai salah satu lokasi pemantauan kondisi ekosistem

terumbu karang dan ekosistem terkait di wilayah barat

Indonesia.

Lokasi penelitian berada di perairan Bakauheni

Kabupaten Lampung Selatan. Karena kegiatan ini

merupakan kegiatan monitoring, maka jumlah stasiun

pengamatan pada tahun ini sama dengan jumlah stasiun

Page 8: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

vi Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

pada pengamatan tahun sebelumnya, dan berada pada

titik koordinat yang sama. Jumlah stasiun pengamatan

untuk terumbu karang, ikan karang dan mega bentos

sebanyak 10 stasiun, lamun sebanyak 8 stasiun, dan

mangrove sebanyak 12 stasiun.

Kegiatan monitoring terumbu karang dan ekosistem

terkait di perairan Bakauheni, Kabupaten lampung

Selatan dilaksanakan pada tanggal 1-12 Desember 2017.

Personil yang terlibat dalam pelaksana kegiatan

penelitian ini berasal dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

Jakarta, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro, serta dibantu oleh tenaga lokal

lapangan.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini cukup

beragam tergantung dari bidang yang dikaji. Untuk

bidang terumbu karang dilakukan dengan metode

Underwater Photo Transcect (UPT), sedangkan pada ikan

karang menggunakan metode Underwater Visual Cencus

(UVC) dan untuk mega bentos memakai metode Belt

Transect. Penelitian lamun memakai metode transek

kuadrat dan untuk mangrove memakai transek kuadrat

dan hemispherical photography.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Page 9: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

vii

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum kondisi terumbu karang di perairan

Bakauheni, Kabupaten lampung Selatan dan

sekitarnya berada dalam kondisi “sedang”, dengan

rerata tutupan karang hidup sebesar 30,07% dengan

kesalahan baku (SE) 7,50%. Hasil analisis statistik

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tutupan

karang antara tahun 2015, 2016 dan 2017.

2. Hasil sensus visual pada 10 stasiun penelitian

menemukan 36 jenis ikan karang dengan total ikan

karang sebanyak 367 individu yang terdiri dari ikan

indikator (koralivora) sebanyak 9 jenis dengan total

146 individu, ikan target kelompok herbivora sebanyak

15 jenis dengan total 169 individu, dan ikan target

kelompok karnivora sebanyak 12 jenis dengan total 52

individu. Nilai kelimpahan yang diperoleh pada tahun

2017 relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang

diperoleh tahun 2016. Meskipun demikian, pada nilai

rerata biomassa ikan target per stasiun pada tahun

2017 lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2015

maupun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa rerata ikan

yang disensus pada tahun 2017 berukuran relatif lebih

besar.

Page 10: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

viii Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

3. Berdasarkan pengamatan terhadap delapan

megabentos yang berasosiasi dengan ekosistem

terumbu karang di 10 stasiun, Siput Drupella

mendominasi megabentos lainnya yaitu 46% (5

individu), sedangkan teripang ditemukan 9% (1

individu), kerang kima 18% (2 individu), Acanthaster

planci 18% (2 individu), dan bulu babi 9% (1 individu).

4. Tutupan lamun di pesisir Bakauheni berkisar antara

5,556-41,667% dengan tutupan rata-rata 21,836%. Nilai

tutupan ini menurun dibanding hasil pengamatan

tahun sebelumnya (2016) yaitu 32%. Jenis lamun yang

mendominasi di seluruh lokasi pengamatan adalah

jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides.

Lamun jenis tersebut ditemukan merata hampir di

seluruh lokasi pengamatan, kecuali jenis Enhalus

acoroides yang tidak ditemukan di lokasi Pulau

Kandang Balak (LMPS04).

5. Hampir seluruh stasiun ditemukan spesies mangrove

dari genus Rhizophoraceae. Nilai kerapatan

mangrove menunjukan peningkatan dari tahun 2015

hingga 2017. Dari 12 stasiun pengamatan terdapat 2

stasiun yang mengalami sedikit penurunan yaitu LPGM

07 (Desa Keramat). Hal ini disebabkan masih terdapat

penebangan mangrove oleh masyarakat dan stasiun

Page 11: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

ix

ini pula yang merupakan stasiun terdekat dengan

pemukiman.

Page 12: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...
Page 13: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ...............................................................v

DAFTAR ISI .................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................... xix

PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................1

B. Tujuan dan Sasaran Penelitian .......................................3

C. Tahapan Penelitian ..........................................................3

METODOLOGI.............................................................................5

A. Lokasi Penelitian ...............................................................5

B. Waktu Penelitian ..............................................................9

C. Pelaksana Penelitian .......................................................9

D. Pengumpulan dan Analisis Data ................................ 10

1. Terumbu Karang ....................................................... 10

2. Ikan Karang ............................................................... 14

3. Mega bentos ............................................................ 16

4. Lamun ........................................................................ 18

5. Mangrove .................................................................. 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 25

A. Terumbu Karang............................................................ 25

1. Kondisi Terumbu Karang di Masing-masing

Stasiun ........................................................................ 25

2. Kondisi Terumbu Karang .......................................... 41

3. Perubahan Tutupan Karang Hidup ....................... 43

B. Ikan karang .................................................................... 45

1. Ikan koralivora atau ikan indikator ........................ 47

Page 14: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

xii Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

2. Ikan Target ................................................................. 49

C. Mega bentos .................................................................. 56

D. Lamun .............................................................................. 64

1. Pengamatan Lamun di Masing-masing Stasiun ... 66

2. Tutupan Lamun ......................................................... 74

E. Mangrove ....................................................................... 77

1. LPGM01....................................................................... 77

2. LPGM02....................................................................... 79

3. LPGM03....................................................................... 81

4. LPGM04....................................................................... 83

5. LPGM05....................................................................... 85

6. LPGM06....................................................................... 87

7. LPGM07....................................................................... 89

8. LPGM08....................................................................... 91

9. LPGM09....................................................................... 93

10.LPGM10 ...................................................................... 95

11.LPGM11 ...................................................................... 96

12.LPGM12 ...................................................................... 98

KESIMPULAN ........................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 117

Page 15: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta habitat perairan dangkal di lokasi

penelitian yang berada di perairan

Bakauheni. ..........................................................6

Gambar 2. Stasiun pengamatan untuk terumbu

karang, ikan karang dan mega bentos di

perairan Bakauheni. ..........................................7

Gambar 3. Lokasi penelitian lamun di perairan

Bakauheni. ..........................................................8

Gambar 4. Lokasi penelitian mangrove di perairan

Bakauheni ...........................................................9

Gambar 5. Ilustrasi pengambilan foto dengan

metode UPT. .................................................... 12

Gambar 6. Skema transek mega bentos dengan

metode Benthos Belt Transect yang

dimodifikasikan dari metode Belt

Transect. ........................................................... 17

Gambar 7. Skema transek kuadrat lamun. ..................... 19

Gambar 8. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC01 (Foto Andy Achmad R.).................. 26

Gambar 9. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC02 ............................................................. 28

Gambar 10. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC03 ............................................................. 30

Gambar 11. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC04 ............................................................. 31

Gambar 12. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC05 ............................................................. 33

Page 16: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

xiv Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 13. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC06 ............................................................. 35

Gambar 14. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC07 ............................................................. 37

Gambar 15. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC08 ............................................................. 38

Gambar 16. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC09 ............................................................. 39

Gambar 17. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC10 ............................................................. 41

Gambar 18. Persentase tutupan biota dan substrat di

masing-masing stasiun pengamatan. .......... 42

Gambar 19. Persentase tutupan karang hidup di

masing-masing stasiun pengamatan ........... 43

Gambar 20. Tutupan karang hidup di masing-masing

stasiun pengamatan tahun 2015, 2016

dan 2017. .......................................................... 44

Gambar 21. Rerata tutupan karang hidup beserta

kesalahan bakunya di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan pada

tahun 2015, 2016 dan 2017. ........................... 45

Gambar 22. Jumlah jenis dan kelimpahan ikan yang

dijumpai di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan pada tahun 2017. ........... 47

Gambar 23. Jumlah jenis dan kelimpahan ikan

kelompok koralivora yang dijumpai di

perairan Bakauheni, Lampung Selatan

tahun 2017. ....................................................... 49

Gambar 24. Rerata kelimpahan ikan terumbu karang

yang dijumpai di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan tahun 2015, 2016 dan

2017. .................................................................. 54

Page 17: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

xv

Gambar 25. Rerata biomassa ikan terumbu karang

yang dijumpai di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan tahun 2015, 2016 dan

2017. .................................................................. 54

Gambar 26. Biomassa ikan terumbu karang di

masing-masing stasiun pengamatan

yang dijumpai di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan tahun 2017. ...................... 55

Gambar 27. Diagram perbandingan jumlah individu

dari masing-masing kelompok

megabentos target di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan tahun

2017. .................................................................. 59

Gambar 28. Lokasi pengamatan di Pulau Tumpul

Lunik (LMPS01) (kiri) yang didominasi oleh

lamun jenis Enhalus acoroides (kanan). ...... 66

Gambar 29. Lokasi pengamatan Pulau Keramat

(LMPS02) (kiri) yang didominasi oleh

lamun jenis Enhalus acoroides dan

Syringodium isoetifolium (kanan).................. 67

Gambar 30. Lokasi pengamatan Pulau Rimau Balak

(LMPS03) (kiri) yang didominasi oleh

lamun jenis Enhalus acoroides (kanan). ...... 68

Gambar 31. Lokasi pengamatan Pulau Kandang

Balak sebelah utara (LMPS04) (kiri)

dengan sebaran lamun jenis tunggal

Thalassia hemprichii (kanan). ........................ 69

Gambar 32. Lokasi pengamatan Pulau Kandang

Balak sebelah selatan(LMPS05) (kiri) yang

didominasi oleh lamun jenis Enhalus

acoroides (kanan). ......................................... 70

Gambar 33. Lokasi pengamatan Pulau Sindu

(LMPS06) (kiri) yang didominasi oleh

lamun jenis Enhalus acoroides (kanan). ...... 71

Page 18: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

xvi Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 34. Lokasi pengamatan Pesisir Pulau

Sumatera 1 (LMPS07) (kiri) dengan

didominasi oleh lamun jenis Enhalus

acoroides (kanan). .......................................... 72

Gambar 35. Lokasi pengamatan Pesisir Pulau

Sumatera 2 (LMPS08) (kiri) dengan

didominasi oleh lamun jenis Enhalus

acoroides (kanan). .......................................... 73

Gambar 36. Tutupan lamun di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan pada tahun 2015,

2016 dan tahun 2017 ....................................... 75

Gambar 37. Ilustrasi posisi stasiun LPGM01 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 78

Gambar 38. Mangrove di Stasiun LPGM01.......................... 79

Gambar 39. Ilustrasi posisi stasiun LPGM02 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 80

Gambar 40. Mangrove di Stasiun LPGM02 ........................ 81

Gambar 41. Ilustrasi posisi stasiun LPGM03 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 82

Gambar 42. Mangrove di Stasiun LPGM03 yang

didominasi oleh mangrove anakan ............. 82

Gambar 43. Ilustrasi posisi stasiun LPGM04 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 84

Gambar 44. Mangrove di Stasiun LPGM04 yang

berdekatan dengan perkebunan sawit

(kiri). Mangrove jenis Rhizophora

mucronata mendominasi stasiun ini

(kanan) .............................................................. 84

Gambar 45. Ilustrasi posisi stasiun LPGM05 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 86

Page 19: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

xvii

Gambar 46. Mangrove di Stasiun LPGM05 yang

didominasi oleh jenis Ceriops tagal (kiri),

dan tanda plat yang hampir terlepas

karena karena pertumbuhan batang

(kanan) ............................................................. 86

Gambar 47. Ilustrasi posisi stasiun LPGM06 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 88

Gambar 48. Mangrove di Stasiun LPGM06 (kiri), dan

kawasan industri yang berdekatan

dengan stasiun LPGM06 (kanan) ................. 88

Gambar 49. Ilustrasi posisi stasiun LPGM07 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 90

Gambar 50. Mangrove di Stasiun LPGM07 yang

didominasi oleh jenis Ceriops tagal ............. 90

Gambar 51. Ilustrasi posisi stasiun LPGM08 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 92

Gambar 52. Mangrove di Stasiun LPGM08 ....................... 92

Gambar 53. Ilustrasi posisi stasiun LPGM09 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 94

Gambar 54. Mangrove di Stasiun LPGM09 yang

berhadapan langsung dengan alur

pelayaran ........................................................ 94

Gambar 55. Ilustrasi posisi stasiun LPGM10 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 95

Gambar 56. Mangrove di Stasiun LPGM10 ....................... 96

Gambar 57. Ilustrasi posisi stasiun LPGM11 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 97

Gambar 58. Mangrove di Stasiun LPGM11 dengan

penanda plat dan tali transek yang

masih utuh karena tidak adanya

gangguan manusia. ....................................... 98

Page 20: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

xviii Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 59. Ilustrasi posisi stasiun LPGM12 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017 ................... 99

Gambar 60. Mangrove di Stasiun LPGM12 yang

berdekatan dengan lokasi alih fungsi

lahan menjadi area perkebunan ................. 99

Gambar 61. Peta persentase tutupan tajuk

mangrove di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan. .................... 101

Gambar 62. Foto pengambilan data dan kondisi

lapangan di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung, Selatan. ................... 103

Gambar 63. Grafik perbandingan persen cover

mangrove di Kecamatan Bakauheni,

Lampung Selatan dari tahun 2015 – 2017 .. 107

Gambar 64. Grafik perbandingan kerapatan

mangrove di Kecamatan Bakauheni,

Lampung Selatan dari tahun 2015 – 2017 .. 107

Gambar 65. Perawatan yang dilakukan oleh tim

guna memperjelas tanda kembali untuk

penelitian mendatang ................................. 111

Page 21: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Lokasi penelitian terumbu karang, ikan

karang dan mega bentos di perairan

Bakauheni. ...............................................................6

Tabel 2. Lokasi penelitian lamun di perairan

Bakauheni. ...............................................................7

Tabel 3. Lokasi penelitian mangrove di perairan

Bakauheni. ...............................................................8

Tabel 4. Kode masing-masing biota dan substrat. ........ 13

Tabel 5. Kriteria penilaian kesehatan terumbu

karang berdasarkan persentase tutupan

karang hidup. ....................................................... 14

Tabel 6. Kelompok ikan karang yang menjadi target

pengamatan........................................................ 15

Tabel 7. Spesies atau kelompok spesies mega

bentos target yang menjadiobjek

monitoring ............................................................. 18

Tabel 8. Kategori tutupan lamun. .................................... 21

Tabel 9. Kriteria status padang lamun. ............................ 21

Tabel 10. Total kelimpahan ikan karang di seluruh

stasiun pengamatan (10 stasiun) di perairan

Bakauheni (individu/3500m2), Lampung

Selatan pada tahun 2015 , 2016, 2017. ........... 46

Tabel 11. Jumlah individu ikan koralivora yang

dijumpai di masing-masing stasiun. .................. 48

Tabel 12. Jenis dan jumlah individu ikan target dari

kelompok ikan herbivora di masing-masing

stasiun pada pengamatan tahun 2017. .......... 50

Page 22: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

xx Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 13. Jenis dan jumlah individu ikan target dari

kelompok ikan karnivora di masing-masing

stasiun pada pengamatan tahun 2017. ........... 51

Tabel 14. Biomassa ikan target di masing-masing

stasiun pada pengamatan tahun 2017. ........... 56

Tabel 15. Jumlah individu kelompok mega bentos

yang dijumpai pada setiap stasiun di

perairan Bakauheni, Lampung Selatan

tahun 2017. ............................................................ 58

Tabel 16. Keanekaragaman jenis lamun di masing-

masing stasiun Perairan Bakauheni,

Lampung Selatan tahun 2017. ........................... 65

Tabel 17. Tutupan dan dominansi jenis lamun di

perairan Bakauheni, Lampung Selatan ............ 74

Tabel 18. Jumlah Jenis, Persentase Tutupan Tajuk dan

Status Komunitas Mangrove di Kecamatan

Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. .... 105

Tabel 19. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting (INP)

setiap stasiun di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan di Tahun

2015 dan 2016. .................................................... 106

Tabel 20. Tipe substrat pantai di setiap stasiun

pemantauan kondisi kesehatan komunitas

mangrove di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan.......................... 110

Page 23: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and

Management Program) merupakan kegiatan untuk

merehabilitasi dan mengelola terumbu karang,

sehingga terumbu karang di Indonesia dapat terjaga

kelestariannya. Terjaganya kelestarian terumbu

karang, yang merupakan rumah bagi biota laut

ekonomis penting diharapkan akan bermanfaat bagi

masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan hidupnya.

COREMAP fase 3 atau yang dikenal sebagai

COREMAP-CTI secara resmi dimulai sejak akhir tahun

2014. Meskipun secara resmi dimulai sejak akhir tahun

2014, namun banyak kegiatan-kegiatan COREMAP-

CTI yang baru dapat dilaksanakan di tahun 2015.

Meskipun perairan Bakauheni yang berada di wilayah

Kabupaten Lampung Selatan bukan merupakan

lokasi COREMAP, tetapi kegiatan monitoring terumbu

karang dan ekosistem terkait tetap dilakukan di

perairan ini sebagai pembanding untuk lokasi-lokasi

yang memang sejak awal telah ditetapkan sebagai

Page 24: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

2 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

lokasi COREMAP. Selama COREMAP-CTI berlangsung,

kegiatan monitoring terumbu karang di perairan

Bakauheni pernah dilakukan pada tahun 2015 dan

2016.

Terumbu karang di perairan Bakauheni

Kabupaten Lampung Selatan umumnya ditemukan

bersama lamun dan mangrove pada pesisir dan

gugusan pulau-pulau kecil. Sebagai pintu gerbang

utama Pulau Sumatra, perairan Kabupaten Lampung

Selatan telah dimanfaatkan sebagai pelabuhan

utama penyeberangan yang menghubungkan Pulau

Jawa dan Pulau Sumatra. Lalu lintas penyeberangan

di kawasan ini merupakan salah satu penyeberangan

yang paling sibuk di Indonesia sehingga menjadikan

kawasan ini mengalami peningkatan pembangunan

yang sangat pesat. Adanya pemanfaatan perairan

pesisir dan pulau-pulau kecil berpotensi

mempengaruhi keberlanjutan ekosistem terumbu

karang dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Hal

inilah yang mendorong untuk menjadikan lokasi ini

sebagai salah satu lokasi pemantauan kondisi

ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait di

wilayah barat Indonesia.

Page 25: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

3

B. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui kondisi terkini kondisi terumbu karang dan

ekosistem terkait di perairan Bakauheni, serta untuk

melihat perubahan yang mungkin terjadi

dibandingkan dengan pengamatan tahun-tahun

sebelumnya (tahun 2015 dan 2016). Adapun sasaran

penelitiannya dalah untuk mengetahui:

Persentase tutupan biota dan substrat dalam

ekosistem terumbu karang,

Kepadatan ikan karang,

Kepadatan dari beberapa mega bentos yang

memiliki nilai ekonomis penting ataupun dapat

dipakai sebagai indikator kesehatan terumbu

karang,

Jenis dan kerapatan lamun (seagrass),

Jenis dan kerapatan mangrove.

Membandingkan kondisi terumbu karang dan

ekosistem terkait antara tahun 2015, 2016 dan 2017.

C. Tahapan Penelitian

Pada pemantauan kesehatan terumbu karang

yang dilakukan di Kabupaten Biak Numfor ini terdapat

beberapa tahapan kegiatan meliputi :

Page 26: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

4 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

1. Tahap persiapan.

Termasuk kegiatan administrasi, koordinasi dengan

tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun

di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas

peralatan penelitian serta perancangan penelitian

untuk memperlancar pelaksanaan survei di

lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga

dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk

lokasi penelitian yang akan dilakukan.

2. Tahap pengumpulan data.

Merupakan kegiatan utama yang dilakukan

langsung di lapangan yang meliputi pengambilan

data karang, ikan karang dan mega bentos.

3. Tahap analisis data.

Merupakan kegiatan yang meliputi verifikasi data

lapangan dan pengolahan data, sehingga data

lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif.

4. Tahap pelaporan.

Merupakan kegiatan penyusunan laporan akhir.

Page 27: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

5

METODOLOGI

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di perairan Bakauheni

Kabupaten Lampung Selatan (Gambar 1). Karena

kegiatan ini merupakan kegiatan monitoring, maka

jumlah stasiun pengamatan pada tahun ini sama

dengan jumlah stasiun pada pengamatan tahun

sebelumnya, dan berada pada titik koordinat yang

sama. Jumlah stasiun pengamatan untuk terumbu

karang, ikan karang dan mega bentos sebanyak 10

stasiun, lamun sebanyak 8 stasiun, dan mangrove

sebanyak 12 stasiun.

Khusus untuk pengamatan terumbu karang, ikan

karang dan mega bentos berada pada garis transek

yang sama sehingga stasiun pengamatannya

berada pada koordinat yang sama (Tabel 1; Gambar

2). Stasiun pengamatan lamun ditampilkan pada

Tabel 2 dan Gambar 3, sedangkan stasiun untuk

pengamatan mangrove ditampilkan pada Tabel 3

dan Gambar 4.

Page 28: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

6 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 1. Peta habitat perairan dangkal di lokasi penelitian

yang berada di perairan Bakauheni.

Tabel 1. Lokasi penelitian terumbu karang, ikan karang dan

mega bentos di perairan Bakauheni.

Stasiun Lokasi Koordinat

LMPC01 Pulau Sindu bagian selatan 05,890670 LS; 105,738720 BT

LMPC02 Pulau Kandang Balak (pantai selatan) 05,896320 LS; 105,750560 BT

LMPC03 Pulau Kandang Balak (pantai barat tengah) 05,895880 LS; 105,757600 BT

LMPC04 Pulau Kandang Balak (pantai barat utara) 05,882260 LS; 105,779240 BT

LMPC05 Pulau Penjurit bagian selatan 05,886850 LS; 105,779240 BT

LMPC06 Pulau Rimau Balak bagian selatan (pantai timur) 05,864550 LS; 105,787590 BT

LMPC07 Pulau Rimau Balak bagian utara (pantai timur) 05,852770 LS; 105,791970 BT

LMPC08 Pulau Rimau Balak bagian utara (pantai barat) 05,848450 LS; 105,782620 BT

LMPC09 Pulau Rimau Balak bagian selatan (pantai barat) 05,859870 LS; 105,773090 BT

LMPC10 Pulau Tumpul Lunik 05,846830 LS; 105,775520 BT

Page 29: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

7

Gambar 2. Stasiun pengamatan untuk terumbu karang, ikan

karang dan mega bentos di perairan Bakauheni.

Tabel 2. Lokasi penelitian lamun di perairan Bakauheni.

Stasiun Lokasi Koordinat

LMPS01 Pulau Tumpul Lunik 05,846620 LS; 105,774900 BT

LMPS02 Pulau Keramat 05,852560 LS; 105,767680 BT

LMPS03 Pulau Rimau Balak 05,858050 LS; 105,77418 0 BT

LMPS04 Pulau Kandang Balak sebelah utara 05,888750 LS; 105,761610 BT *)

LMPS05 Pulau Kandang Balak sebelah selatan 05,895190 LS; 105,751740 BT

LMPS06 Pulau Sindu 05,886390 LS; 105,737500 BT

LMPS07 Pesisir Pulau Sumatera (barat daya P. Keramat) 05,885700 LS; 105,735900 BT

LMPS08 Pesisir Pulau Sumatera (utara dermaga fery) 05,852150 LS; 105,765350 BT

*) Posisi koordinat bergeser sedikit dibanding tahun sebelumnya.

Page 30: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

8 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 3. Lokasi penelitian lamun di perairan Bakauheni.

Tabel 3. Lokasi penelitian mangrove di perairan Bakauheni.

Stasiun Lokasi Koordinat

LMPM01 Pulau Keramat 05,85197o LS; 105,76739o BT

LMPM02 Pulau Tumpul Lunik 05,84489o LS; 105,77641o BT

LMPM03 Pulau Rimau Balak 05,85447o LS; 105,77744o BT

LMPM04 Pulau Rimau Balak 05,84789o LS; 105,78391o BT

LMPM05 Pulau Rimau Balak 05,84603o LS; 105,78761o BT

LMPM06 Desa Kramat 05,84565o LS; 105,77018o BT

LMPM07 Desa Muara Bakau 05,85470o LS; 105,76295o BT

LMPM08 Pulau Rimau Balak 05,86546o LS; 105,77798o BT

LMPM09 Pulau Dua Balak 05,87139o LS; 105,76980o BT

LMPM10 Pulau Sindu 05,88638o LS; 105,73784o BT

LMPM11 Pulau Kandang Balak 05,89778o LS; 105,74951o BT

LMPM12 Pulau Kandang Balak 05,88376o LS; 105,75895o BT

Page 31: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

9

Gambar 4. Lokasi penelitian mangrove di perairan Bakauheni

B. Waktu Penelitian

Kegiatan Monitoring terumbu karang dan

ekosistem terkait di perairan Bakauheni, Kabupaten

lampung Selatan dilaksanakan pada tanggal 1-12

Desember 2017.

C. Pelaksana Penelitian

Personil yang terlibat dalam pelaksana kegiatan

penelitian ini berasal dari Pusat Penelitian Oseanografi

LIPI Jakarta, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Page 32: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

10 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Universitas Diponegoro, serta dibantu oleh tenaga

lokal lapangan.

D. Pengumpulan dan Analisis Data

Kegiatan Monitoring terumbu karang dan

ekosistem terkait di perairan Bakauheni dan

sekitarnya melibatkan beberapa kelompok penelitian.

Teknik pengumpulan dan analisis data yang

digunakan oleh masing-masing bidang penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Terumbu Karang

Kegiatan lapangan dilakukan dengan

penyelaman menggunakan peralatan selam

SCUBA. Untuk mengetahui profil dan deskripsi umum

masing-masing stasiun penelitian dilakukan

pengamatan visual secara bebas mulai dari bagian

pinggir pantai hingga ke bagian terumbu tempat

dilakukannya transek. Sedangkan untuk

mendapatkan data kesehatan terumbu karang

dilakukan dengan metode UPT (Underwater Photo

Transect=Transek Foto Bawah Air) (Giyanto et al.,

2010; Giyanto, 2012a; Giyanto, 2012b; Giyanto,

2013; Giyanto et al., 2014) yaitu dengan melakukan

pemotretan bawah air menggunakan kamera

Page 33: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

11

digital bawah air sepanjang 50 m garis transek

dimulai dari meter ke-1 dengan jarak antar

pemotretan sekitar 1 m, sehingga ada sebanyak 50

frame foto yang diperoleh pada setiap stasiun.

Garis transek ditarik sejajar pulau pada

kedalaman sekitar 5 m dimana karang umum

dijumpai. Posisi pulau berada di sebelah kiri garis

transek. Pemotretan dilakukan tegak lurus substrat

pada jarak sekitar 60cm dari dasar substrat. Untuk

keseragaman luas bidang pemotretan, digunakan

alat bantu ”frame” yang terbuat dari besi dengan

ukuran 58x44 cm. Untuk pemotretan frame ke-1

(pada garis transek meter ke-1) dan juga frame-

frame berikutnya dengan nomer frame ganjil

(Frame ke-3, ke-5, dan seterusnya sampai frame ke-

49), pemotretan dilakukan dengan bidang

pemotretan agak banyak ke arah bagian yang

dekat dengan daratan. Sedangkan untuk

pemotretan frame ke-2 (pada garis transek meter

ke-2) dan juga frame-frame berikutnya dengan

nomer frame genap, pemotretan dilakukan

dengan bidang pemotretan agak banyak ke arah

laut. Ilustrasi teknis pemotretan di lapangan dapat

dilihat di Gambar 5. Selain itu juga dilakukan

Page 34: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

12 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

pengamatan visual untuk mendapatkan gambaran

umum masing-masing stasiun penelitian.

Gambar 5. Ilustrasi pengambilan foto dengan

metode UPT.

Analisis foto berdasarkan foto hasil

pemotretan dilakukan menggunakan komputer

dan piranti lunak (software) CPCe (Kohler & Gill,

2006). Sebanyak 30 sampel titik acak dipilih untuk

setiap frame foto, dan untuk setiap titiknya diberi

kode sesuai dengan kode masing-masing kategori

dan biota dan substrat yang berada pada titik

acak tersebut (Tabel 4).

Selanjutnya dihitung persentase tutupan masing-

masing kategori biota dan substrat untuk setiap frame

foto menggunakan rumus:

Persentase tutupan kategori = jumlah titik kategori tersebut

banyaknya titik acak x 100

Page 35: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

13

Tabel 4. Kode masing-masing biota dan substrat.

Kode Keterangan

LC Live Coral = Karang batu hidup = karang hidup = AC+NA

- AC - Acropora = karang batu marga Acropora

- NA - Non Acropora = karang batu selain marga Acropora

DC Dead Coral = karang mati

DCA Dead Coral with Algae = karang mati yang telah ditumbuhi

alga

SC Soft Coral = karang lunak

SP Sponge = spon

FS Fleshy Seaweed = alga

OT Other Fauna = fauna lain

R Rubble = pecahan karang

S Sand = pasir

SI Silt = lumpur

RK Rock = batuan

Karang batu hidup (kadang disebut sebagai

“karang hidup/live coral” atau “karang” saja)

merupakan komponen utama terumbu karang.

Oleh karena itu, untuk sederhananya, penilaian

kesehatan terumbu karang didasarkan pada

besarnya nilai persentase tutupan karang hidup

yang mengacu pada kriteria Gomez & Yap (1988).

Kriteria tersebut disajikan pada Tabel 5. Tutupan

Karang hidup (LC) merupakan penjumlahan dari

tutupan karang hidup dari marga Acropora (AC)

dan tutupan karang hidup dari marga non

Acropora (NA).

Page 36: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

14 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 5. Kriteria penilaian kesehatan terumbu

karang berdasarkan persentase tutupan

karang hidup.

Tutupan Karang Hidup (%) Kriteria Penilaian

75 – 100

50 – 74,9

25 – 49,9

0 – 24,9

sangat baik

baik

sedang

jelek

Sumber : Gomez & Yap (1988)

2. Ikan Karang

Metode yang digunakan dalam pengamatan

ikan karang adalah belt transect mengikuti cara

English et al. (1997). Pengambilan data dilakukan

dengan underwater visual census (UVC) dengan

mencatat jenis, kelimpahan dan estimasi panjang

ikan karang yang menjadi target pengamatan di

sepanjang garis transek 70 m dengan batas kanan

dan kiri masing-masing berjarak 2,5 m sehingga luas

area pengamatan yaitu (5 x 70) = 350 m2.

Identifikasi jenis ikan karang mengacu pada

Matsuda (1984), Kuiter (1992) dan Allen et al. (2009).

Ikan karang yang menjadi target pengamatan

disajikan pada Tabel 6.

Page 37: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

15

Tabel 6. Kelompok ikan karang yang menjadi

target pengamatan.

Kategori Famili Data yang dicatat

Corallivora Chaetodontid

ae

1. Jumlah jenis

2. Kelimpahan individu setiap

jenis

Herbivora Scaridae

Siganidae

Acanthuridae

1. Jumlah jenis

2. Kelimpahan individu setiap

jenis

3. Estimasi panjang standar,

panjang total atau panjang

menggarpu setiap individu

Carnivora Serranidae

Lutjanidae

Lethrinidae

Haemulidae

1. Jumlah jenis

2. Kelimpahan individu setiap

jenis

3. Estimasi panjang standar,

panjang total atau panjang

menggarpu setiap individu

Spesies ikan

langka,

terancam

dan

dilindungi

Semua jenis

ikan yang

terancam

termasuk

semua jenis

pari dan hiu

1. Jumlah jenis

2. Kelimpahan individu setiap

jenis

3. Estimasi panjang standar,

panjang total atau panjang

menggarpu setiap individu

Pengolahan dan analisis data yang didapat

dari pengamatan meliputi:

a. Keanekaragaman jenis

Keanekaragaman jenis adalah total dari

spesies ikan karang yang diamati selama

monitoring di suatu lokasi ekosistem terumbu

karang.

Page 38: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

16 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

b. Densitas

Densitas (D) adalah jumlah individu seluruh

spesies ikan karang per luas area pengamatan.

Untuk setiap transeknya, nilai D adalah:

D = individu seluruh spesies ikan

350 𝑚2

c. Hubungan panjang-berat

Hubungan panjang berat adalah berat

individu ikan target (W) sama dengan indeks

spesifik spesies (a) dikalikan dengan estimasi

panjang total dipangkat indeks spesifik spesies

(b).

W = a x Lb

d. Biomassa

Biomassa (B) adalah berat (W) seluruh

individu ikan target per luas area pengamatan.

Untuk setiap transeknya, nilai D adalah:

B = W seluruh ikan target

350 𝑚2

3. Mega bentos

Pengamatan mega bentos target dilakukan

dengan metode Benthos Belt Transect yang

Page 39: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

17

merupakan pengembangan dari benthos belt

transek method untuk monitoring mega bentos

(Loya, 1978). Pengamatan di lakukan dengan

menggunakan bantuan peralatan selam SCUBA

(Brower & Zar, 1997). Transek disinkronisasikan

dengan transek untuk pengamatan/monitoring

karang dan ikan karang pada sebuah transek

permanen. Metode ini dilakukan dengan cara

menarik garis sejajar garis pantai pada kedalaman

5 – 10 meter dengan panjang transek 70 meter dan

lebar pengamatan satu meter ke arah kiri dan satu

meter ke arah kanan garis transek (140 m2)

(Gambar 6).

Gambar 6. Skema transek mega bentos dengan

metode Benthos Belt Transect yang

dimodifikasikan dari metode Belt Transect.

Semua jenis mega bentos dalam transek

dicatat nama spesies atau kelompok spesiesnya,

terutama spesies dan kelompok spesies mega

Page 40: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

18 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

bentos yang menjadi target monitoring, serta

jumlah individunya. Mega bentos target merupakan

biota yang memiliki nilai ekonomis penting dan

memiliki nilai ekologis penting yang keberadaannya

sangat berkaitan erat dengan kondisi kesehatan

karang. Mega bentos target monitoring terdiri dari

tujuh kelompok biota seperti yang disajikan pada

Tabel 7. Identifikasi terhadap spesies dan kelompok

spesies merujuk pada Abbott & Dance (1990),

Matsuura et al. (2000), Clark & Rowe (1971), Neira &

Cantera (2005) dan Colin & Arneson (1995).

Tabel 7. Spesies atau kelompok spesies mega bentos

target yang menjadiobjek monitoring

No. Megabenthos Target Nama Spesies / Kelompok Spesies Group

1. BintangLaut Berduri Acanthasterplanci Echinodermata

2. BuluBabi Echinoidea Echinodermata

3. Teripang Holothuroidea Echinodermata

4. Bintang Laut Biru Linckia laevigata Echinodermata

5. Kerang Kima Tridacna spp., Hippopus spp. Mollusca

6. Siput Drupella Drupella spp. Mollusca

7. Keong Lola Trochusspp., Tectus spp. Mollusca

8. Lobster Lobsters Crustacea

4. Lamun

Metode yang digunakan adalah transek

kuadrat yang dimodifikasi dari metode Seagrass

Watch. Pengambilan data dilakukan pada tiga

Page 41: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

19

transek dengan jarak antar transek 50 m. Transek

pertama dicatat posisi koordinatnya dan ditandai

dengan patok besi yang dipasang pelampung.

Transek nomor 2 dan 3 ditentukan ke arah sebelah

kanan dengan posisi pengamat menghadap ke

laut. Jarak antar kuadrat pada masing-masing

transek adalah 10 m, dan kuadrat yang digunakan

adalah ukuran 50 x 50 cm atau 0,25 m2 (Gambar 7).

Kesehatan lamun ditentukan berdasarkan

persentase penutupan lamun pada kuadrat ukuran

0,25 m2 yang dibagi lagi menjadi 4 kotak kecil.

Penilaian penutupan lamun dalam kotak kecil

berdasarkan Saito & Atobe (1970) dalam English et

al. (1994) yang dimodifikasi. Pada masing masing

kuadrat diamati juga substrat dan biota yang

berasosiasi dengan lamun.

Gambar 7. Skema transek kuadrat lamun.

Page 42: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

20 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Data hasil monitoring padang lamun, diolah

untuk menghasilkan nilai rata-rata penutupan

lamun (%) per stasiun, persentase penutupan per

jenis pada satu stasiun, dan penutupan lamun

perlokasi/pulau, dengan menggunakan persamaan

sesuai buku Panduan Monitoring Padang Lamun

(2014), sebagai berikut :

a. Persentase penutupan lamun dalam satu

kuadrat

b. Rata-rata penutupan lamun per stasiun

c. Penutupan lamun per jenispadasatustasiun

Page 43: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

21

d. Rata-rata penutupan lamun per lokasi/pulau

Selanjutnya tutupan lamun dikategorikan

berdasarkan Tabel 8, sedangkan penentuan status

padang lamun berdasarkan kriteria yang

ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 8. Kategori tutupan lamun.

Persentase penutupan (%) Kategori

0-24,9 Jarang

25-49,9 Cukup padat

50-74,9 Padat

75-100 Sangat padat

Tabel 9. Kriteria status padang lamun.

Kondisi Penutupan (%)

Baik Kaya/sehat ≥ 60

Jelek Kurang kaya/kurang sehat 30-59,9

Miskin ≤ 29,9

Page 44: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

22 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

5. Mangrove

Pada setiap stasiun pengamatan mangrove

dilakukan penggelaran plot transek seluas 10 x 10

m. Setiap stasiun dilakukan minimal tiga kali

pengulangan penggelaran plot transek baik itu

sejajar garis pantai maupun tegak lurus dengan

garis pantai.

Data yang diambil dilapangan meliputi data

keliling pohon serta jenis pohon. Pengukuran keliling

pohon menggunakan acuan Diameter Breast High

(DBH) atau ketinggian ± 1,3 m. Pengidentifikasian

mangrove di lapangan mengacu pada Kitamura et

al (1997), apabila terdapat keragu – raguan dalam

identifikasi lapangan maka akan dilakukan

identifikasi lanjutan dengan mengambil sampel

serta dokumentasi habitus yang identifikasinya

berdasarkan Tomlinson (1994) dan Giesen et al

(2002).

Pada setiap plotnya dilakukan identifikasi jenis

serta pengukuran keliling pohon. Persentase

tutupan mangrove menggunakan pendekatan

Hemispherical Photography, yaitu pengambilan

foto kearah langit dari dalam vegetasi mangrove

(Dharmawan & Pramudji, 2014). Pada pengamatan

Page 45: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

23

tahun 2016 setiap plot diambil 4 (empat) foto,

namun di tahun 2017 pengambilan foto disesuaikan

dengan estimasi kerapatan tajuk di lapangan yaitu

rapat diambil 4 (empat foto), sedang diambil 5

(lima) foto dan jarang diambil 9 (sembilan) foto.

Pengambilan foto menggunakan beberapa

kamera telepon genggam (handphone) dengan

merek yang berbeda dan pixel yang berbeda.

Kamera yang digunakan merupakan kamera

depan dari setiap telepon genggam yang

digunakan. Namun, walaupun merek dan pixel

yang berbeda tidak mempengaruhi perhitungan

persen tutupan mangrove.

Foto dianalisis dengan menggunakan

perangkat lunak Image J dengan merubah foto

menjadi 8-bit, dilakukan threshold Black/White dan

dihitung jumlah pixel naungan mangrove dan

langit. Persentase tutupan mangrove merupakan

persentase dari jumlah pixel naungan mangrove

dibagi dengan total pixel kemudian dikali 100%.

Data Image J, dianalisis dengan Microsoft Excel.

Hasil analisis foto diinterpretasikan ke dalam tiga

kategori yaitu Padat (≥75%), Sedang (50%-75%) dan

Jarang (<50%), berdasarkan acuan yang telah

ditetapkan Pemerintah Indonesia melalui

Page 46: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

24 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201 tahun

2004 tentang degradasi komunitas mangrove.

Page 47: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Terumbu Karang

1. Kondisi Terumbu Karang di Masing-masing Stasiun

a. Stasiun LMPC01

Stasiun LMPC01 berlokasi di selatan Pulau

Sindu yang berada dekat dengan daratan Pulau

Sumatera. Perairan pantai di lokasi ini memiliki

rataan terumbu yang pendek, sekitar 20-30

meter yang dilanjutkan dengan lereng terumbu

yang landai.

Saat pengamatan dilakukan, perairan cukup

keruh dengan jarak pandang sekitar 3 meter. Pada

kedalaman antara 1-3 meter banyak ditemukan

makro alga terutama dari marga Halimeda. Pada

kedalaman antara 4-6 meter terdapat koloni karang

yang berupa boulder – boulder yang didominasi

oleh karang Porites. Hasil perhitungan persentase

tutupan karang hidup pada lokasi ini termasuk

dalam kategori kurang yaitu 18,67%, yang menurun

dibandingkan dengan data tahun 2016 yaitu 27,20%.

Persentase tutupan Recent Dead Coral (DC) sebesar

0,13%, sedangkan persentase tutupan Dead Coral

with Algae (DCA) sebesar 29,27% yang menurun

dibandingkan dengan data tahun 2016 sebesar

Page 48: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

26 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

25,33%. Persentase tutupan makro alga pada stasiun

ini merupakan nilai yang terbesar dibandingkan

dengan stasiun lainnya dengan nilai 19,87%. Pada

stasiun ini, persentase pecahan karang (R)

meningkat drastis dibandingkan tahun lalu dari 0 %

menjadi 13,20%. Hal ini mungkin dikarenakan

adanya akktivitas yang dapat merusak koloni

karang, seperti penggunaan jangkar.

Gambar 8. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC01 (Foto Andy Achmad R.)

b. Stasiun LMPC02

Stasiun LMPC02 berada di perairan sebelah

selatan Pulau Kandang Balak bagian barat.

Vegetasi pantai di stasiun ini ditumbuhi oleh

mangrove jenis Rhizopora, dan dibelakangnya

ditanami pohon kelapa dan kelapa sawit.

Saat pengamatan dilakukan, kondisi

perairan relatif jernih. Rataan terumbu karang di

stasiun penelitian ini relatif pendek yaitu sekitar

Page 49: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

27

20-30 meter. Substrat dasar perairan berupa pasir

halus berlumpur dan pecahan karang mati.

Pertumbuhan karang dari marga Acropora

mendominasi rataan terumbu. Bagian lereng

terumbu memiliki kemiringan yang landai dan

banyak dijumpai karang lunak yang tumbuh di

antara substrat pecahan karang mati. Dominasi

karang di lokasi transek berupa karang jenis

Acropora sp. yang diikuti oleh karang jenis

Seriatopora hystrix dan Montipora sp.. Persentase

tutupan karang hidup yang tercatat di lokasi ini

adalah 36,53%. Jumlah tutupan ini lebih tinggi

dibandingkan dengan tutupan tahun 2016

(33,20%) dan tahun 2015 (31,73%). Pada stasiun

ini terlihat kompetisi ruang antara karang dengan

sponge, khususnya karang jenis Seriatopora

hystrix yang diselimuti oleh sponge, dengan

tutupan yang mencapai 23,87%. Meskipun

demikian, jumlahnya masih lebih sedikit

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

mencapai 30,80%. Pada lokasi ini dan juga pada

hampir seluruh stasiun di Bakauheni terdapat

sedimentasi yang mungkin disebabkan oleh

resuspensi sedimen akibat dari lokasi transek

yang dekat dengan habitat mangrove dan

teraduk akibat aktivitas pelayaran yang

kemudian terbawa oleh arus. Selain ketiga jenis

Page 50: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

28 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

karang tersebut, juga ditemukan koloni – koloni

Millepora. Tutupan karang mati menempati

jumlah sebesar 8,73% dan pecahan karang

sebesar 10,73%, sedangkan karang lunak yang

sebagian besar hidup diatas pecahan karang

memiliki tutupan sebesar 18,80%. Karang lunak

yang sering dijumpai adalah Sinularia dan Xenia.

Gambar 9. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC02

(Foto Andy Achmad R.)

c. Stasiun LMPC03

Stasiun LMPC03 berada di sebelah timur

Pulau Kandang Balak bagian selatan, dan

posisinya menghadap ke laut terbuka yang

berhadapan dengan Pulau Jawa. Pantainya

berupa batu vulkanik yang ditumbuhi vegetasi

pohon kelapa dan tumbuhan pantai yang

dilanjutkan dengan rataan terumbu yang

pendek sekitar 20-30 meter. Rataan terumbu

dilanjutkan dengan lereng terumbu yang landai

Page 51: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

29

yang terdiri dari karang mati dan banyak

ditumbuhi karang lunak hingga kedalaman 6

meter.

Saat pengamatan dilakukan, kondisi

perairan relatif jernih dan tenang. Lereng

terumbu pada lokasi ini didominasi oleh karang

lunak Xenia sp.. Dasar perairan berupa lumpur

pasiran yang berwarna putih keabu-abuan.

Beberapa marga karang seperti Acropora,

Montipora dan Fungia dapat ditemukan di lokasi

ini. Kondisi terumbu karang di lokasi ini termasuk

dalam kategori sangat buruk, dengan tutupan

karang hidup yang hanya mencapai 6,53%. Nilai

ini tidak begitu berbeda dengan nilai yang

diperoleh tahun lalu yang sebesar 5,93%. Substrat

yang mendominasi di stasiun ini adalah karang

lunak (Soft Coral), yang tutupannya meningkat

dari 42,40% pada tahun 2016 menjadi 67,47%

pada tahun ini. Hal ini disebabkan karena karang

mati di lokasi ini mulai ditumbuhi oleh karang

lunak dan menyebabkan jumlah tutupan Dead

Coral with Algae (DCA) menurun dari 45,07%

pada tahun 2016 menjadi sebesar 16,27% pada

tahun ini. Stasiun LMPC03 merupakan area yang

terbuka, sehingga menjadi salah satu penyebab

mengapa rekruitmen anakan karang sulit terjadi

di lokasi ini.

Page 52: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

30 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 10. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC03 (Foto Andy Achmad R.)

d. Stasiun LMPC04

Lokasi stasiun LMPC04 berada di sisi kiri

bagian utara Pulau Kandang Balak. Pantai

sekitar lokasi ini ditumbuhi mangrove, sedangkan

rataan terumbu relatif pendek yaitu antara 20-30

meter. Cuaca dalam kondisi cerah saat

pengamatan dilakukan, meskipun sehari

sebelumnya pengamatan di lokasi ini dibatalkan

karena kondisi arus yang tidak memungkinkan

untuk pengambilan data. Hal ini terjadi karena

lokasi penelitian berada di sekitar gosong

sehingga lokasi monitoring ini merupakan sebuah

selat yang mempunyai arus yang cukup kuat

saat terjadinya pasang surut dan dapat

menyebabkan kondisi perairan menjadi sangat

keruh karena proses adukan dari dasar perairan

yang berupa lumpur berpasir.

Pada stasiun ini, rataan terumbu dilanjutkan

dengan lereng terumbu yang landai yang

Page 53: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

31

sebagian besar didominasi oleh pertumbuhan

karang lunak Xenia sp. dan beberapa karang

Acropora serta Seriatopora sp.. Terdapat

beberapa jenis karang lain yang dapat

ditemukan pada lokasi ini dengan bentuk

pertumbuhan umumnya submasif dan masif

yang telah beradaptasi dengan kondisi

lingkungan yang keruh seperti Galaxea sp. dan

Porites sp.. Pada kedalaman lebih dari 6 meter,

dasar perairan berupa substrat lumpur berpasir,

dan karang sangat jarang dijumpai lagi. Lokasi

transek berada pada kedalaman sekitar 6 meter.

Persentase tutupan karang hidup di lokasi ini

masuk dalam kategori kurang dengan tutupan

sebesar 13,87% yang meningkat jika

dibandingkan dengan data tahun 2016 yang

berada pada angka 9,67%. Dominasi tutupan

substrat di lokasi ini berupa lumpur pasiran (Silt)

sebesar 42,67% dan karang lunak 27,27%.

Gambar 11. Kondisi tutupan karang di stasiun

LMPC04 (Foto Andy Achmad R.)

Page 54: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

32 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

e. Stasiun LMPC05

Lokasi Stasiun LMPC05 berada di sebelah

selatan Pulau Penjurit. Posisinya menghadap ke

laut terbuka. Pantai berupa pasir putih, dan

relatif datar dengan ditumbuhi vegetasi pantai di

sekitarnya. Saat pengamatan dilakukan di lokasi

ini, cuaca cerah meskipun gelombang cukup

besar dengan jarak pandang sejauh 5 meter.

Rataan terumbu relatif pendek dan memiliki tubir

dengan kemiringan lereng terumbu yang landai.

Lokasi transek berjarak sekitar 20 meter dari bibir

pantai. Komposisi tutupan substrat di lokasi ini

yang tertinggi antara lain DCA sebesar 21,87%,

pasir (S) sebesar 20,93% dan pecahan karang (R)

sebesar 19,13%. Sedangkan tutupan karang

keras hidup sebesar 13,20%, yang jumlahnya

meningkat dari data tahun sebelumnya yang

sebesar 10,33%. Beberapa karang lunak seperti

Lobophytum, Sinularia, dan Sarcophyton terlihat

di stasiun ini dengan total tutupan karang lunak

sebesar 10,20%. Jumlah tutupan karang lunak ini

menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar

18,40%. Bentuk pertumbuhan karang di lokasi ini

banyak dijumpai karang masif Porites yang

berukuran besar dan Acropora dengan bentuk

pertumbuhan tabulate dengan ukuran sedang

antara 0,5-1 meter. Peningkatan cukup signifikan

Page 55: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

33

terjadi pada tutupan fleshy seaweed atau makro

alga dimana pada tahun sebelumnya (2016)

hanya sebesar 0,87% menjadi 13,33% pada tahun

ini. Keanekaragaman hayati pada lokasi ini

tampaknya lebih tinggi dibandingkan dengan

lokasi di stasiun lain. Karang hidup, karang lunak,

sponge, makro alga dan biota lainnya dapat

dijumpai.

Gambar 12. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC05

(Foto Andy Achmad R.)

f. Stasiun LMPC06

Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi

terumbu karang pada stasiun LMPC06, yang

berada di sebelah tenggara Pulau Rimau Balak

termasuk dalam kategori baik (tutupan karang

hidup sebesar 73,32%). Kondisi pantai pada

stasiun ini landai dan memiliki vegetasi lamun

dan mangrove, serta menjadi tempat

pendaratan perahu nelayan yang tinggal di

Page 56: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

34 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

pulau ini. Pada bagian lereng terumbu relatif

landai dan terdapat terumbu karang yang

membentuk sabuk pada kedalaman 1 hingga 10

meter. Pada pengamatan tahun 2017 ini, terjadi

peningkatan persentase tutupan karang hidup

yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya

(2016) yang hanya sebesar 52,53%. Hal

sebaliknya terjadi pada tutupan DCA yang

mengalami penurunan dari 29,13% menjadi

17,95% dan tutupan sponge (yang merupakan

pesaing/kompetitor bagi koloni karang keras

dalam menempati ruang) dari tahun

sebelumnya yang sebesar 10,93% menjadi 3,00%.

Hal ini menunjukkan adanya proses pemulihan

karang keras yang cukup baik pada stasiun ini.

Bentuk pertumbuhan karang keras

didominasi oleh karang bercabang Acropora

spp., Seriatopora spp. dan bentuk pertumbuhan

lembaran (foliose) seperti Montipora spp..

Dominasi bentuk pertumbuhan karang

bercabang kemungkinan dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan perairan di lokasi ini yang

tenang dan arus yang baik sehingga karang

branching dapat tumbuh dengan maksimal.

Page 57: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

35

Gambar 13. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC06

(Foto Andy Achmad R.)

g. Stasiun LMPC07

Stasiun LMPC07 terletak sebelah timur laut

Pulau Rimau Balak dan posisinya berdekatan

dengan stasiun LMPC06. Stasiun LMPC07 ini

memiliki pantai yang relatif pendek dengan

vegetasi berupa tanaman kebun seperti pohon

kelapa dan pisang. Adanya aktivitas rutin

manusia di daerah pantai terlihat dengan

adanya beberapa tempat tinggal.

Rataan terumbu berkisar antara 50 - 75

meter dengan lereng terumbu yang memiliki

kemiringan 60°. Terumbu karang ditemukan dari

kedalaman 1 meter hingga kedalaman 10 – 11

meter dengan dominasi hampir sama dengan di

stasiun LMPC06 yaitu karang dengan bentuk

pertumbuhan bercabang dari jenis Seriatopora

spp. dan Acropora spp. dengan variasi bentuk

foliose dari jenis Montipora spp. saat

Page 58: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

36 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

pengamatan dilakukan, jarak pandang di

bawah air sekitar 5 meter dengan arus dan

ombak yang sedang. Tutupan karang hidup di

stasiun ini mengalami peningkatan yang paling

besar dari 29,47% pada tahun 2016 menjadi

52,87% pada tahun 2017. Peningkatan yang

drastic terjadi pula pada tutupan sponge yang

semula 0% di tahun 2016 menjadi 27,27% di tahun

2017. Sebaliknya, penurunan drastis terjadi pada

tutupan Dead Coral with Algae (DCA) yang

pada tahun 2016 berada di 65,53% menjadi

16,33% pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh

tertutupnya DCA oleh sponge dan juga Karang

hidup. Keanekaragaman jenis karang di stasiun

ini terbilang cukup beragam, selain ditumbuhi

oleh jenis yang dominan seperti Seriatopora spp.,

Acropora spp. dan Montipora spp. juga

ditumbuhi oleh karang jenis lain seperti Porites

spp dan Fungia spp. meskipun jumlahnya sedikit.

Page 59: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

37

Gambar 14. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC07

(Foto Andy Achmad R.)

h. Stasiun LMPC08

Stasiun LMPC08 berlokasi di sebelah barat

Pulau Rimau Balak bagian utara dengan

vegetasi pantai berupa mangrove. Bagian

daratan stasiun ini di belakangnya berbukit dan

dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit.

Rataan terumbu pada stasiun ini cukup lebar

dengan kondisi perairan yang keruh. Pada saat

pendataan dilakukan, jarak pandang di perairan

ini hanya berkisar sekitar 3 meter dengan arus

dan gelombang yang relatif tenang. Lereng

terumbu relatif landai yang didominasi oleh

karang keras tipe bercabang serta karang keras

tipe lembaran / foliose dan masif dalam jumlah

kecil. Tutupan karang hidup jenis Seriatopora spp.

sangat mendominasi dari jumlah total tutupan

karang hidup yang mencapai 52,87%. Jumlah

tutupan karang hidup ini berkurang sebesar 5,2%

dari tutupan tahun sebelumnya sebesar 58,07%,

Page 60: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

38 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

namun masih dalam kategori yang sama yaitu

baik. Keanekaragaman jenis karang di lokasi ini

tergolong rendah dengan dominasi yang cukup

tinggi dari marga Seriatopora. Pada lokasi ini

terjadi peningkatan tutupan Dead Coral Algae

dari tahun 2016 yang sebesar 10,73% menjadi

26,80%. Salah satu hal yang menyebabkan

tingginya DCA adalah keruhnya perairan

tersebut yang dikarenakan vegetasi mangrove

yang berada di sepanjang pesisir.

Gambar 15. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC08

(Foto Andy Achmad R.)

i. Stasiun LMPC09

Stasiun LMPC09 berada di sisi barat Pulau

Rimau Balak bagian selatan. Pantai di stasiun ini

ditumbuhi oleh segerombol kecil-kecil mangrove

dari marga Rizhopora. Rataan terumbu tidak

terlalu lebar dengan panjang sekitar 50 meter

yang di tumbuhi oleh lamun dan algae serta

karang dari marga Montipora. Saat

pengamatan, perairan di lokasi ini cukup keruh

Page 61: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

39

hanya berkisar 3 meter dengan kemiringan

lereng terumbu sekitar 30°. Terumbu karang

banyak dijumpai antara kedalaman 1-7 meter

yang didominasi oleh karang keras tipe

bercabang, lembaran, dan masif. Meskipun

dalam jumlah yang sedikit, karang keras

encrusting dan mushroom juga terdapat pada

stasiun ini. Tidak ada perubahan yang cukup

signifikan pada stasiun ini. Tutupan karang keras

hidup di lokasi ini sebesar 32,40%, dan mengalami

peningkatan dari data tahun sebelumnya (2016)

yang memiliki tutupan karang keras hidup

sebesar 30,60%. Persentase tutupan DCA

mengalami penurunan dimana tahun 2016

berada di angka 63,87% menjadi 59,60% di tahun

2017. Pemutihan (bleaching) karang dijumpai

pada stasiun ini meskipun dalam jumlah yang

sangat kecil.

Gambar 16. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC09

(Foto Andy Achmad R.)

Page 62: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

40 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

j. Stasiun LMPC10

Stasiun LMPC10 berada di Pulau Tumpel

Lunik yang memiliki garis pantai berupa

ekosistem mangrove dari marga Rizhopora.

Rataan terumbu ditumbuhi oleh lamun dan

makro alga dengan substrat berupa pecahan

karang yang semakin rapat menuju tubir

didominasi oleh DCA. Kondisi perairan pada saat

pendataan sangat keruh dengan jarak pandang

hanya 2 meter dengan arus dan gelombang

yang relatif kecil. Tutupan karang keras hidup di

lokasi ini sangat buruk pada nilai 0,47%, dan

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

yaitu 2,60%. Karang dari marga Seriatopora dan

Porites dijumpai di stasiun ini tetapi dalam jumlah

yang sangat sedikit. Sedimentasi yang tinggi

menyebabkan banyak karang yang tertutup

sedimen dan kemudian mati. Hal ini dapat

terlihat dari banyaknya tutupan DCA (92,87%)

yang mendominasi tutupan substrat. Lokasi

stasiun ini dekat dengan pemukiman dan

merupakan area pembukaan lahan, serta lalu

lintas kapal Fery yang menghubungkan antara

Merak-Bakauheni. Adanya adukan air yang

cukup keras dapat dirasakan saat melakukan

kegiatan pengamatan di stasiun ini.

Page 63: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

41

Gambar 17. Kondisi tutupan karang di stasiun LMPC10

(Foto Andy Achmad R.)

2. Kondisi Terumbu Karang

Persentase tutupan biota dan substrat di

masing-masing stasiun pengamatan ditampilkan

pada Gambar 18, sedangkan persentase tutupan

Karang hidup (yang merupakan penjumlahan dari

kategori Acropora dan Non-Acropora) ditampilkan

pada Gambar 19.

Secara umum kondisi terumbu karang di

perairan Bakauheni, Lampung Selatan berada

dalam kondisi “sedang”, dengan rerata tutupan

karang hidup sebesar 30,07% dengan kesalahan

baku (SE) 7,50% (Gambar 19). Stasiun LMPC06

merupakan stasiun pengamatan dengan tutupan

karang hidup yang tertinggi dengan tutupan

mencapai 73,32%, sedangkan stasiun LMPC10

merupakan stasiun pengamatan dengan tutupan

karang hidup yang terendah (0,47%). Stasiun

LMPC06 merupakan stasiun yang terbuka yang

Page 64: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

42 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

berada di sisi barat bagian selatan Pulau Rimau

balak, sedangkan stasiun LMPC10 merupakan stasiu

yang terlindung yang berada di antara Pulau

Sumatera dan Pulau Rimau Balak.

Gambar 18. Persentase tutupan biota dan substrat di

masing-masing stasiun pengamatan.

0

20

40

60

80

100

LMP

C0

1

LMP

C0

2

LMP

C0

3

LMP

C0

4

LMP

C0

5

LMP

C0

6

LMP

C0

7

LMP

C0

8

LMP

C0

9

LMP

C1

0

Tutu

pan

ku

mu

lati

f (%

)

RK

SI

S

R

OT

FS

SP

SC

DCA

DC

HC

Page 65: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

43

Gambar 19. Persentase tutupan karang hidup di masing-

masing stasiun pengamatan

.

3. Perubahan Tutupan Karang Hidup

Data tutupan karang hidup yang diperoleh

pada pengamatan tahun 2015, 2016 dan 2017 di

masing-masing stasiun pengamatan yang berada

di perairan Bakauheni, Lampung Selatan

ditampilkan pada Gambar 20. Tampak tutupan

karang hidupnya di beberapa stasiun mengalami

peningkatan, sedangkan di beberapa stasiun

lainnya mengalami penurunan. Pada stasiun

LMPC01 dan LMPC08 terlihat bahwa tutupan

karang hidup cenderung menurun dari tahun 2015

ke tahun 2016 dan kembali menurun di tahun 2017.

Rerata tutupan karang hidup pada tahun 2015

0

25

50

75

100

LMP

C0

1

LMP

C0

2

LMP

C0

3

LMP

C0

4

LMP

C0

5

LMP

C0

6

LMP

C0

7

LMP

C0

8

LMP

C0

9

LMP

C1

0

Rer

ataTu

tup

an

ka

ran

g h

idu

p (

%)

Page 66: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

44 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

sebesar 36,50%, tahun 2016 sebesar 23,07% dan

tahun 2017 sebesar 30,07% (Gambar 21). Meskipun

demikian, hasil analisis varian satu arah (one-way

ANOVA) yang dilakukan memperlihatkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan (nilai P=0,49)

tutupan karang hidup (data ditransformasikan ke

bentuk arcsin akar pangkat dua) antara ketiga

tahun pengamatan (tahun 2015, 2016 dan 2017).

Gambar 20. Tutupan karang hidup di masing-

masing stasiun pengamatan tahun

2015, 2016 dan 2017.

0

25

50

75

100

LMP

C0

1

LMP

C0

2

LMP

C0

3

LMP

C0

4

LMP

C0

5

LMP

C0

6

LMP

C0

7

LMP

C0

8

LMP

C0

9

LMP

C1

0

Rer

ata

Tutu

pan

kar

ang

hid

up

(%

)

2015 2016 2017

Page 67: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

45

Gambar 21. Rerata tutupan karang hidup beserta

kesalahan bakunya di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan pada

tahun 2015, 2016 dan 2017.

B. Ikan karang

Berdasarkan hasil pengamatan ikan karang di 10

stasiun di perairan Bakauheni, Lampung Selatan,

sedikitnya ditemukan 36 jenis ikan karang dengan

total ikan karang sebanyak 367 individu yang terdiri

dari ikan indikator (koralivora) sebanyak 9 jenis

dengan total 146 individu, ikan target kelompok

herbivora sebanyak 15 jenis dengan total 169 individu,

dan ikan target kelompok karnivora sebanyak 12 jenis

dengan total 52 individu. Dari Tabel 10 terlihat

terjadinya fluktuasi kelimpahan individu dari masing-

masing kategori ikan pada pengamatan tahun 2015

hingga 2017.

0

10

20

30

40

50

2015 2016 2017

Tutu

pan

kar

ang

hid

up

(%

)

Page 68: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

46 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 10. Total kelimpahan ikan karang di seluruh

stasiun pengamatan (10 stasiun) di perairan

Bakauheni (individu/3500m2), Lampung

Selatan pada tahun 2015 , 2016, 2017.

Kelompok Tahun

2015 2016 2017

Ikan Koralivora 252 103 146

Ikan Herbivora 154 228 169

Ikan Karnivora 168 47 52

Total Kelimpahan Individu 531 378 367

Di antara 10 stasiun yang diamati, terlihat bahwa

stasiun LMPC06 yang terletak pada sisi tenggara Pulau

Rimau Balak, memiliki tingkat kelimpahan dan

keanekaragaman jenis ikan tertinggi jika

dibandingkan dengan lokasi lainnya. Sebaran total

kelimpahan individu ikan karang pada masing-masing

lokasi dapat dilihat pada Gambar 22.

Page 69: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

47

Gambar 22. Jumlah jenis dan kelimpahan ikan

yang dijumpai di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan pada tahun 2017.

1. Ikan koralivora atau ikan indikator

Semua jenis ikan dari suku (famili)

Chaetodontidae pada penelitian ini

dikelompokkan kedalam kelompok ikan koralivora.

Ikan kelompok ini juga disebut sebagai ikan

indikator karena berperan penting sebagai

indikator lingkungan terumbu karang. Hasil sensus

visual pada 10 stasiun penelitian terdiri dari 9 jenis

yang termasuk kedalam marga Chelmon,

Chaetodon, dan Heniochus. Jenis Chaetodon

octofasciatus merupakan jenis yang paling umum

dijumpai dengan persentase kehadiran sebesar

90% (dijumpai di 9 dari 10 stasiun pengamatan).

10 811

713 13

103

94

3732

47

34

5457

39

23

36

8

0

20

40

60

80Jumlah jenis Kelimpahan (individu/transek)

Page 70: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

48 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Hasil pengamatan secara keseluruhan, rerata

kelimpahan ikan kelompok koralivora pada

perairan Bakauheni, Lampung Selatan ini adalah 15

individu/350m2 (Tabel 11, Gambar 23). Jumlah ini

lebih kecil jika dibandingkan hasil pengamatan

pada tahun 2015 yang mencapai 25

individu/350m2, namun lebih tinggi dari hasil

pengamatan pada tahun 2016 yang hanya 10

individu/350 m2.

Tabel 11. Jumlah individu ikan koralivora yang dijumpai di

masing-masing stasiun.

No. Jenis

LMP

C0

1

LMP

C0

2

LMP

C0

3

LMP

C0

4

LMP

C0

5

LMP

C0

6

LMP

C0

7

LMP

C0

8

LMP

C0

9

LMP

C1

0 Total

% kehadiran (berdasarkan

stasiun)

1. Chaetodon collare 2 2 1 4 9 40

2. Chaetodon octofasciatus 2 11 16 4 6 10 20 12 2 83 90

3. Chaetodon kleini 2 2 2 3 4 13 50

4. Chaetodon lunula 2 2 10

5. Chaetodon trifasciatus 2 4 2 4 2 6 6 26 70

6. Chaetodon vagabundus 2 2 10

7. Chelmon rostratus 4 4 10

8. Heniochus monoceros 2 3 5 20

9. Heniochus varius 2 2 10

Kepadatan (individu/350m2) 10 15 6 24 8 15 20 20 26 2 Rerata=15 ind./350m2

Kepadatan (individu/ha) 286 429 171 686 229 429 571 571 743 57 Rerata=417 ind./ha

Jumlah jenis 5 2 3 4 3 3 4 1 5 1 Total=9 jenis

Page 71: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

49

Gambar 23. Jumlah jenis dan kelimpahan ikan kelompok

koralivora yang dijumpai di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan tahun 2017.

2. Ikan Target

Ikan target merupakan kelompok ikan

terumbu karang yang menjadi target tangkapan

nelayan. Ikan target yang dicatat pada

pengamatan ini hanya berdasarkan 7 suku saja

seperti yang dijelaskan pada bagian metodologi,

dan terdiri dari kelompok ikan herbivora (3 suku)

dan ikan karnivora (4 suku). Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan di 10 stasiun, total

terdapat 27 jenis ikan target yang terdiri dari 15 jenis

herbivora (Tabel 12) dan 12 jenis karnivora (Tabel

13).

Pemantauan terhadap kelompok ikan

herbivora, yang terdiri dari 3 suku (Acanthuridae,

Scaridae, dan Siganidae) di perairan Bakauheni,

14

79

25

10

15

0

10

20

30

40

2015 2016 2017

Total jumlah jenis Kelimpahan (individu/350m2)

Page 72: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

50 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Lampung Selatan tercatat 5 jenis suku

Acanthuridae (7 jenis pada tahun 2016), 7 jenis suku

Scaridae (11 jenis pada tahun 2016), dan 3 jenis

suku Siganidae (6 jenis pada tahun 2016), dengan

total jenis ikan kelompok herbivora pada perairan

Bakauheni mencapai 15 jenis (tahun 2016

ditemukan 24 jenis). Jumlah jenis ikan ini lebih sedikit

apabila dibandingkan pengamatan tahun 2016

maupun tahun pengamatan 2015.

Tabel 12. Jenis dan jumlah individu ikan target dari

kelompok ikan herbivora di masing-masing

stasiun pada pengamatan tahun 2017.

No. Suku dan Jenis

LMP

C01

LMP

C0

2

LMP

C0

3

LMP

C0

4

LMP

C0

5

LMP

C0

6

LMP

C0

7

LMP

C0

8

LMP

C0

9

LMP

C10

Total

I. ACANTHURIDAE

1. Acanthurus auranticavus 8 4 2

14

2. Acanthurus lineatus

3

4

7

3. Acanthurus mata

10

10

4. Acanthurus pyroferus

20

4

24

5. Ctenochaetus striatus 10

4

4

4

2

24

II. SCARIDAE

6. Chlorurus bleekeri

2

4 3

9

7. Chlorurus sordidus 2 2 4 3 15 4 7

2 3 42

8. Scarus forsteni

4

4

9. Scarus gobhan

2 4

6

10. Scarus niger

2

2

11. Scarus rivulatus

8

8

12. Scarus rubroviolaeceus

5

5

III. SIGANIDAE

13. Siganus pueleus

4

4

14. Siganus doliatus

2

2

15. Siganus virgatus 4 4

8

Kepadatan (individu/350m2) 24 12 36 3 36 33 14 0 8 3 Rerata=17 ind./350m2 Kepadatan (individu/ha) 686 343 1029 86 1029 943 400 0 229 86 Rerata=483 ind./ha Jumlah Jenis 4 4 6 1 6 7 3 0 3 1 Total=15 jenis

Page 73: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

51

Tabel 13. Jenis dan jumlah individu ikan target dari

kelompok ikan karnivora di masing-masing

stasiun pada pengamatan tahun 2017.

Suku Scaridae merupakan jenis ikan yang

paling umum ditemukan. Ikan suku Scaridae ini

selalu dijumpai pada saat pengamatan, kecuali

pada stasiun LMPC08. Hasil yang diperoleh pada

tahun ini berbeda dengan hasil yang diperoleh

pada tahun 2016 dimana ikan dari suku Siganidae

merupakan ikan yang paling umum dijumpai. Pada

tahun 2017 ini, suku Siganidae sangat jarang

No. Suku dan Jenis

LAM

PC01

LAM

PC02

LAM

PC03

LAM

PC04

LAM

PC05

LAM

PC06

LAM

PC07

LAM

PC08

LAM

PC09

LAM

PC10

Total

I. SERRANIDAE

1. Aethaloperca rogaa

1

1

2. Cephalopholis argus

2

2 5

2 11

3. Cephalopholis boenack

3

1 4

4. Cephalopholis cyanostigma

1

1

5. Cephalopholis mincroprion

1

1

2

2

6

6. Epinephelus bontoides

1

1

7. Plectropomus maculatus

2

1

II. LUTJANIDAE

8. Lutjanus biguttatus

4 3

7

9. Lutjanus decussatus 3

6

9

10. Macolor macularis

2 2

4

III. LETHRINIDAE

11. Lethrinus harak

2

2

Iv. HAEMULIDAE

12. Plectorhinchus vitatus

4

4

Kepadatan (individu/350m2) 3 5 5 7 10 9 5 3 2 3 Rerata=5 ind./350m2 Kepadatan (individu/ha) 86 143 143 200 286 257 143 86 57 86 Rerata=149 ind./ha Jumlah Jenis 1 2 2 2 4 3 3 2 1 2 Total=15 jenis

Page 74: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

52 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

ditemukan, hanya ditemui di 4 dari 10 stasiun

pengamatan.

Berdasarkan kelimpahannya, ikan dari suku

Acanthuridae memiliki kelimpahan yang tertinggi

diantara 3 suku ikan kelompok herbivora yang

diamati. Ikan dari suku Acanthuridae ini dijumpai

sebanyak 79 individu dari seluruh stasiun

pengamatan yang dilakukan di perairan Bakauheni

(10 stasiun), meskipun kehadirannya tidak terlihat

pada stasiun LMPC04, LMPC 08 dan LMPC 10.

Sedangkan ikan dari suku Scaridae yang dijumpai

di 9 dari 10 stasiun pengamatan hanya memiliki

kelimpahan individu sebesar 76 individu di seluruh

stasiun pengamatan.

Hasil pemantauan ikan karnivora di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan menunjukkan bahwa

ikan dari suku Serranidae merupakan suku yang

ditemukan hampir di semua stasiun pengamatan

dengan persentase kehadiran 90% (artinya dijumpai

di 9 dari 10 stasiun pengamatan). Selanjutnya diikuti

oleh ikan dari suku Lutjanidae sebesar 60%,

sedangkan ikan dari suku Haemulidae dan

Lethrinidae yang masing-masing hanya di temukan

pada satu stasiun pengamatan saja, yaitu di stasiun

LMPC05.

Page 75: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

53

Total kelimpahan ikan karnivora tertinggi,

ditemukan di stasiun LMPCO5 yang berada di Pulau

Panjurit bagian selatan. Pada stasiun ini dijumpai

sebanyak 4 jenis ikan dari suku karnivora yang

merupakan ikan kelompok target dengan total 10

individu dijumpai pada stasiun tersebut.

Rerata kelimpahan ikan karang

(individu/transek), baik dari kelompok herbivora,

karnivora maupun ikan target secara keseluruhan

(herbivora dan karnivora), terlihat bahwa nilai

kelimpahan yang diperoleh pada tahun 2017 relatif

lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh

tahun 2016 (Gambar 24). Meskipun demikian, pada

Gambar 25 terlihat bahwa nilai rerata biomassa

ikan target per stasiun pada tahun 2017 lebih tinggi

dibandingkan pada tahun 2015 maupun 2016. Hal

ini menunjukkan bahwa rerata ikan yang disensus

pada tahun 2017 berukuran relatif lebih besar.

Gambar 25 juga menunjukkan bahwa nilai rerata

biomassa kelompok ikan karnivora (844,6 gr/350m2)

lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ikan

herbivora (2379,8 gr/350m2). Lokasi LMPC05

merupakan lokasi yang memiliki biomassa ikan

target (7957 gr/350 m2) tertinggi diantara sepuluh

lokasi lainnya, sedangkan Lokasi LMPC08

merupakan lokasi yang terendah nilai biomassa

ikan targetnya (317 gr/350 m2) (Gambar 26).

Page 76: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

54 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 24. Rerata kelimpahan ikan terumbu karang

yang dijumpai di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan tahun 2015, 2016 dan

2017.

Gambar 25. Rerata biomassa ikan terumbu karang yang

dijumpai di perairan Bakauheni, Lampung

Selatan tahun 2015, 2016 dan 2017.

15,412,5

27,9

22,9

4,7

27,6

16,9

5,2

22,1

0

10

20

30

40

Herbivora Karnivora Target(Herbivora+Karnivora)

Rer

ata

kelim

pah

an (

ind

ivid

u/3

50

m 2

)

2015 2016 2017

1396

,747

273,

553

2379

,8

764,

852

81,3

47 844,

6

2161

,60

354,

90

3224

,40

0

1000

2000

3000

4000

5000

2015 2016 2017

Rer

ata

Bio

mas

sa (g

ram

/35

0m

2)

Herbivora Karnivora Target (Herbivora+Karnivora)

Page 77: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

55

Gambar 26. Biomassa ikan terumbu karang di masing-

masing stasiun pengamatan yang dijumpai

di perairan Bakauheni, Lampung Selatan

tahun 2017.

Pada kelompok ikan herbivora terlihat bahwa

ikan suku Acanthuridae memiliki nilai rerata

biomassa tertinggi yakni sebesar 1236,4 gr/350 m2,

sedangkan rerata biomassa untuk ikan dari suku

Scaridae sebesar 981,8 gr/350 m2 dan suku

Siganidae sebesar 161,6 gr/350m2. Pada kelompok

ikan karnivora terlihat bahwa ikan suku Seranidae

mempunyai nilai biomassa tertinggi yakni 538,4

kg/350 m2 dibandingkan dengan suku Lutjanidae

186,0 gr/350 m2, suku Haemulidae 104,6 kg/350 m2

dan suku Lethrinidae 15,6 kg/350 m2 (Tabel 14).

0

2000

4000

6000

8000

10000B

iom

assa

(gr

/350

m2)

Karnivora Herbivora

Page 78: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

56 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 14. Biomassa ikan target di masing-

masing stasiun pada pengamatan

tahun 2017.

C. Mega bentos

Terdapat delapan mega bentos yang diamati di

dalam penelitian ini. Dari ke delapan mega bentos

yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang

ini dapat dibedakan kedalam kelompok yang

memiliki nilai ekonomis dan kelompok yang berperan

dalam fungsi ekologis. Yang termasuk kedalam

kelompok ekonomis penting adalah kima, teripang,

lobster dan lola (keong trokha). Selanjutnya terdapat

kelompok biota yang berperan dalam fungsi ekologis

yaitu dapat mempengaruhi kesehatan ekosistem

terumbu karang yaitu bintang laut berduri, bulu babi

dan siput Drupella. Selain itu bintang laut biru (Linckia

Kategori Suku Biomassa

(gr/350m2)

Karnivora Acanthuridae 1236.40

Scaridae 981.80

Siganidae 161.60

Herbivora Serranidae 538.40

Lutjanidae 186.00

Haemulidae 104.60

Lethrinidae 15.60

Page 79: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

57

laevigata) yang berasosiasi dengan ekosistem

terumbu karang juga diamati.

Menurut Jumanto (2013), beberapa

Echinodermata termasuk sumberdaya hayati yang

mempunyai nilai ekonomis seperti teripang, kima,

lobster dan bulu babi. Mereka digemari oleh

masyarakat sebagai sumber makanan serta obat-

obatan. Eksploitasi berlebih terhadap megabentos

tersebut dapat mengancam kelestariannya.

Mega bentos seperti Acanthaster planci dan

Drupella merupakan kelompok mega bentos yang

merugikan karena mereka memakan polyp karang.

Keberadaan A. planci merupakan salah satu masalah

serius dalam upaya penyelamatan terumbu karang.

Menurut Moran (1990), setiap individu A. planci dapat

memakan karang seluas 5-6 m2/tahun sehingga A.

planci dalam jumlah populasi yang besar dapat

meyebabkan kematian karang secara luas. Namun

ada juga kelompok mega bentos yang berperan

bagus dalam menjaga keseimbangan ekosistem

terumbu karang seperti bulubabi. Menurut Nystrom et

al., (2000) bulu babi adalah salah satu spesies penting

bagie kosistem terumbu karang dimana dia bertugas

mengontrol mikro alga yang ada di ekosistem

tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan di sepuluh stasiun

yang berada di perairan Bakauheni, Lampung

Page 80: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

58 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Selatan pada tahun 2017 ini, hanya lima kelompok

mega bentos yang menjadi target monitoring berhasil

ditemukan. Total terdapat 11individu megabentos

target dengan pola kehadiran seperti yang disajikan

pada Tabel 15.

Dari Tabel 15 terlihat bahwa tidak banyak mega

bentos yang dapat ditemukan pada seluruh lokasi.

Hanya teripang, kima, Acanthaster planci, Siput

Drupella, dan bulu babi yang dapat ditemukan dan

itupun hanya pada beberapa lokasi saja. Lobster, lola,

dan Linckia laevigata tidak ditemukan sama sekali

pada kesepuluh stasiun pengamatan. Pada lokasi

LMPC01, LMPC03, LMPC04, LMPC06, LMPC08, dan

LMPC10 tidak ditemukan mega bentos sama sekali.

Tabel 15. Jumlah individu kelompok mega bentos yang

dijumpai pada setiap stasiun di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan tahun 2017.

No. Mega bentos

LAM

PC

01

LAM

PC

02

LAM

PC

03

LAM

PC

04

LAM

PC

05

LAM

PC

06

LAM

PC

07

LAM

PC

08

LAM

PC

09

LAM

PC

10

1. Acanthaster planci - 2 - - - - - - - -

2. Bulu babi - - - - - - 1 - - -

3. Linckia laevigata - - - - - - - - - -

4. Siput Drupella spp. - - - - 5 - - - - -

5. Kerang kima - - - - 1 - - - 1 -

6. Teripang - - - - 1 - - - - -

7. Lobsters - - - - - - - - - -

8. Keong trokha - - - - - - - - - -

Page 81: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

59

Secara keseluruhan memang tidak banyak

mega bentos yang dapat ditemukan pada seluruh

stasiun pengamatan. Jika dilihat dari jumlah individu

tiap kelompok spesies mega bentos yang didapatkan

di seluruh stasiun pengamatan, terlihat bahwa Siput

Drupella mendominasi karena nilainya terlihat paling

tinggi dibanding megabenthos lainnya yaitu 46% (5

individu), sedangkan teripang ditemukan 9% (1

individu), kerang kima 18% (2 individu), Acanthaster

planci 18% (2 individu), dan bulu babi 9% (1 individu)

(Gambar 27).

Gambar 27. Diagram perbandingan jumlah individu

dari masing-masing kelompok

megabentos target di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan tahun 2017.

Keberadaan setiap kelompok megabentos tidak

lepas dari kondisi kesehatan terumbu karang maupun

Teripang

Kerang Kima

Lobster

Lola

Acanthaster planci

Siput Drupella spp.

Bulu Babi

Linckia laevigata

Page 82: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

60 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

keanekaragaman jenis karang sebagai habitat dari

berbagai jenis fauna mega bentos pada masing-

masing stasiun tersebut. Persentase kategori bentik

sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan

komposisi mega bentos pada suatu perairan.

Beberapa kelompok mega bentos sering kali terlihat

melimpah di perairan yang didominasi oleh substrat

yang berupa karang mati yang ditumbuhi oleh algae.

Beberapa kelompok lainnya lebih memilih habitat

yang banyak ditumbuhi oleh karang hidup. Begitu

juga dengan rugositas dari dasar suatu perairan juga

memiliki peran terhadap keberadaan dan komposisi

mega bentos. Beberapa kelompok mega bentos lebih

menyukai habitat dengan rugositas dasarperairan

yang kasar dimana terdapat banyak karang boulder.

Beberapa spesies yang lain justru lebih memilih

rugositas dasar perairan yang rata.

Jika dibandingkan dengan hasil monitoring

pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2015 dan 2016,

terdapat beberapa perbedaan kemunculan pada

biota indikator. Pada tahun 2017, ditemukan 5

kelompok mega bentos yaitu teripang, kima,

Acanthaster planci, siput Drupella, dan bulu babi

dengan jumlah total 11 individu (Tabel 14). Pada

tahun 2016 ditemukan 3 jenis kelompok mega bentos

yaitu kima, bulu babi, dan Linckia laevigata dengan

jumlah total 17 individu. Sedangkan pada tahun 2015

Page 83: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

61

ditemukan 7 jenis kelompok mega bentos yaitu

teripang, kima, lobster, lola, Acanthaster planci, siput

Drupella, bulu babi, dan Linckia laevigata. Biota yang

merugikan bagi ekosistem terumbu karang seperti

Acanthaster planci dan siput Drupella kembali

ditemukan pada tahun 2017, setelah mengalami

penurunan pada tahun 2016. Hal ini dapat menjadi

faktor yang mngindikasikan jika kondisi ekosistem

terumbu karang terancam dengan munculnya biota

tersebut. Sedangkan untuk biota menguntungkan

yang memiliki nilai ekonomis dan sebagai indikator

kesehatan terumbu karang seperti teripang, bulu babi

dan kima masih dapat dijumpai pada tahun 2017

meski jumlah total individunyamengalami penurunan.

Bulu babi, terutama jenis Diadema setosum,

memakan alga yang tumbuh pada karang yang

telah mati. Bulu babi secara umum merupakan grazer

(algae feeder). Kehadiran bulu babi pada dasarnya

berperan dalam membersihkan alga di ekosistem

terumbu karang, sehingga memungkinkan karang

untuk tumbuh setelah substrat dibersihkan. Pada lokasi

yang terumbu karang yang telah mengalami

kerusakan tetapi tidak terdapat bulu babi umumnya

banyak ditumbuhi oleh algae. Berbeda kondisinya jika

di lokasi tersebut banyak terdapat bulu babi,

pertumbuhan alga akan dikontrol sehingga

Page 84: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

62 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

kesempatan karang untuk melakukan pemulihan

(recruitment) lebih tinggi.

Drupella spp. merupakan kelompok siput yang

memiliki kebiasaan memakan polip karang, terutama

pada karang bercabang (terutama dari kelompok

Acropora dan Pocillopora) maupun karang masif

(kelompok Porites) (Arbi, 2009). Namun demikian,

terlihat siput ini juga memakan polip karang pada

jenis karang dengan tipe pertumbuhan karang

submasif maupun karang berbentuk lembaran daun.

Pada kondisi yang tertekan, Acanthaster planci

atau dikenal sebagai bintang laut bermahkota duri

akan mempercepat proses pematangan gonad dan

segera melakukan pemijahan dengan mengeluarkan

telur dalam jumlah besar (Setyastuti, 2010). Di samping

itu, bintang laut bermahkota duri tersebut dapat

meregenerasi diri menjadi individu baru yang utuh dari

potongan tubuh karena tercabik. Spesies ini juga

diketahui memiliki umur larva planktonik yang relatif

lama yang memungkinkan untuk menyebar luas ke

seluruh dunia mengikuti pola arus. Dengan kata lain,

walaupun pada suatu lokasi tidak ditemukan bintang

laut bermahkota duri ini, bukan berarti bebas dari

ancaman pemangsaan. Bisa jadi, pada lain waktu

arus membawa larva Acanthaster planci ke tempat

tersebut, karena perairan laut di seluruh dunia

terkoneksi satu sama lain, dan akhirnya pemakan

Page 85: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

63

polip karang ini akan tumbuh dan berkembang biak

setelah menemukan habitat yang cocok. Di sisi lain,

tidak adanya predator alaminya juga menjadi faktor

yang layak dikhawatirkan. Siput Charonia tritonis atau

triton dan Casis cornuta atau siput kepala kambing

merupakan predator alami dari Acanthaster planci.

Bahkan pada suatu kesempatan, terlihat seorang

nelayan sedang membawa Casis cornuta sebagai

tangkapan sampingan selain ikan sebagai tangkapan

utamanya.

Kerang kima berdasarkan keberadaannya pada

substrat terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu

kelompok meliang, kelompok melekat dan kelompok

bebas yang tidak meliang maupun melekat pada

substrat. Kelompok kerang kima yang meliang

maupun kelompok melekat umumnya ditemukan

pada substrat bertipe keras. Substrat tersebut antara

lain karang hidup, batu, karang mati, karang mati

yang ditumbuhi alga. Sedangkan kelompok bebas

yang tidak meliang maupun melekat umumnya

ditemukan pada substrat pasir. Kerang kima yang

ditemukan selama pengamatan umumnya meliang

atau melekat pada substrat berupa karang mati yang

telah ditumbuhi algae (dead coral with algae / DCA).

Page 86: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

64 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

D. Lamun

Ekosistem padang lamun merupakan salah satu

ekosistem di wilayah pesisir yang mempunyai

produktivitas primer yang relatif tinggi dan

mempunyai peranan yang penting untuk menjaga

kelestarian dan keanekaragaman orgnisme laut. Adi

(2000) ; Chute et al. (2001) dan Helfman et al. (2009)

menjelaskan bahwa padang lamun mempunyai

fungsi ekologis yang sangat penting sebagai daerah

pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi

berbagai jenis orgnisme laut. Padang lamun

mempunyai peranan penting dalam menjaga

keseimbangan ekosistem di perairan laut. Salah satu

fungsi fisik padang lamun adalah sebagai pendaur

ulang zat hara di perairan. Aktivitas mikro organisme

pengurai mengembalikan bahan anorganik ke

perairan melalui proses dekomposisi dari bahan

organik atau jaringan mati yang berupa detritus

serasah lamun. Keberadaan bahan anorganik

sebagai nutrien atau zat hara ini sangat dibutuhkan

oleh lamun untuk proses produksi selanjutnya

(Tomascick et al., 1997 dan Riniatsih et al., (2000).

Hasil pengamatan tentang ekosistem padang

lamun di perairan Bakauheni, Lampung Selatan

memperlihatkan bahwa di lokasi pengamatan

terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan menyebar

Page 87: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

65

di delapan lokasi pengamatan, yaitu: Enhalus

acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea

rotundata, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium,

Halodule pinifolia,dan Halodule uninervis.

Lamun jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus

acoroides merupakan lamun yang mendominasi

hampir di setiap lokasi pengamatan. Lamun jenis

tersebut merupakan lamun yang umum ditemukan

hampir di setiap pesisir, karena merupakan jenis lamun

yang kuat dan dapat hidup di berbagai jenis substrat

dasar. Namun demikian lamun jenis Thalassia

hemprichii dan Enhalus acoroides lebih menyukai

habitat dengan substrat pasir lumpuran. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa jenis lamun yang

ditemukan menyebar hampir merata di setiap lokasi

(Tabel 16).

Tabel 16. Keanekaragaman jenis lamun di masing-

masing stasiun Perairan Bakauheni, Lampung

Selatan tahun 2017.

Jenis Lamun

LMPS01

LMPS02

LMPS03

LMPS04

LMPS05

LMPS06

LMPS07

LMPS08

I. SUKU CYMODOCEAEAE

1. Halodule uninervis

2. Halodule pinifolia

3. Cymodocea rutondata

4. Syringodium isoetifolium

-

-

+

-

-

-

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

+

-

-

-

-

+

-

-

-

II.SUKU HYDROCHARITACHEAE

1. Enhalus acoroides

2. Thalassia hemprichii

3. Halophila ovalis

+

+

-

+

+

+

+

+

-

-

+

-

+

+

-

+

+

-

+

+

-

+

+

-

Jumlah Jenis 3 5 2 1 2 5 2 3

Page 88: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

66 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

1. Pengamatan Lamun di Masing-masing Stasiun

a. Pulau Tumpul Lunik (LMPS01)

Hasil pengamatan ekosistem padang

lamun di Pulau Tumpul Lunik (LMPS01 ditemukan

tiga jenis lamun, yaitu jenis Enhalus acoroides,

Thalassia hemprichii, dan jenis Cymodocea

rotundata (Gambar 28). Hasil pengamatan

menunjukkan rerata tutupan lamunnya berkisar

antara 25-75% dengan rerata total tutupan

sebesar 13,75% (Tabel 16) yang didominasi oleh

lamun jenis Enhalus acoroides, dengan substrat

dasar berupa pasir dan pecahan karang.

Dengan demikian tutupan lamun di lokasi Pulau

Tumpul Lunik termasuk dalam kategori jarang (0-

25%) dengan lamun berada dalam kondisi miskin

(< 29,9%).

Gambar 28. Lokasi pengamatan di Pulau Tumpul Lunik

(LMPS01) (kiri) yang didominasi oleh lamun

jenis Enhalus acoroides (kanan).

Page 89: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

67

b. Pulau Keramat (LMPS02)

Hasil pengamatan di stasiun LMPS02 yang

berlokasi di Pulau Keramat (LMPS02)

menunjukkan adanya sebaran lima jenis lamun,

yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,

Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, dan

Syringodium isoetifolium (Gambar 29). Rerata

tutupan lamun berkisar antara 25-75% dengan

rerata total tutupan sebesar 35,93% (Tabel 16)

yang didominasi oleh Syringodium isoetifolium

yang tumbuh pada substrat lumpur berpasir.

Dengan demikian tutupan lamun di lokasi Pulau

Keramat termasuk dalam kategori sedang (25-

50%) dengan lamun berada dalam kondisi

kurang kaya atau kurang sehat (30-59,9%).

Gambar 29. Lokasi pengamatan Pulau Keramat

(LMPS02) (kiri) yang didominasi oleh lamun

jenis Enhalus acoroides dan Syringodium

isoetifolium (kanan).

Page 90: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

68 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

c. Pulau Rimau Balak (LMPS03)

Hasil pengamatan ekosistem padang

lamun di Pulau Rimau Balak (LMPS03)

menunjukkan bahwa di lokasi tersebut ditemukan

dua jenis lamun, yaitu jenis Enhalus acoroides

dan Thalassia hemprichii. (Gambar 30). Hasil

pengamatan menunjukkan rerata tutupan

lamunnya berkisar antara 25-75% dengan rerata

total tutupan sebesar 20,83% (Tabel 16) yang

didominasi oleh lamun jenis Enhalus acoroides,

dengan substrat dasar berupa pasir dan

pecahan karang. Dengan demikian tutupan

lamun di lokasi Pulau Rimau Balak ini termasuk

dalam kategori jarang (0-29,9%) dengan lamun

yang berada dalam kondisi miskin (<29,9%).

Gambar 30. Lokasi pengamatan Pulau Rimau Balak

(LMPS03) (kiri) yang didominasi oleh lamun

jenis Enhalus acoroides (kanan).

Page 91: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

69

d. Pulau Kandang Balak (LMPS04)

Hasil pengamatan di Pulau Kandang Balak

sebelah utara (LMPS04) hanya menemukan satu

jenis lamun, yaitu jenis Thalassia hemprichii

(Gambar 31). Hasil pengamatan menunjukkan

rerata tutupan lamunnya berkisar antara 12,25-

25% dengan rerata total tutupan sebesar 5,56%

(Tabel 16) dengan lamun jenis tunggal Thalassia

hemprichii yang tumbuh pada substrat dasar

berupa pasir dan pecahan karang. Kondisi

tutupan lamun di lokasi Pulau Kandang Balak

sebelah utara tersebut termasuk dalam kategori

jarang (0-29,9%) dengan lamunyang berada

dalam kondisi miskin (<29,9%).

Gambar 31. Lokasi pengamatan Pulau Kandang Balak

sebelah utara (LMPS04) (kiri) dengan sebaran

lamun jenis tunggal Thalassia hemprichii

(kanan).

Page 92: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

70 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

e. Pulau Kandang Balak (LMPS05)

Hasil pengamatan ekosistem padang

lamun di Pulau Kandang Balak sebelah selatan

(LMPS05) menunjukkan bahwa di lokasi tersebut

ditemukan dua jenis lamun, yaitu jenis Enhalus

acoroides dan Thalassia hemprichi (Gambar 32).

Hasil pengamatan menunjukkan rerata tutupan

lamunnya berkisar antara 25-85% dengan rerata

total tutupan sebesar 22,92% (Tabel 16) yang

didominasi oleh lamun jenis Enhalus

acoroides.dengan substrat dasar berupa pasir

dan pecahan karang. Dengan demikian tutupan

lamun di lokasi Pulau Kandang Balak sebelah

selatantermasuk dalam kategori jarang (0-25%)

dengan lamun yang berada dalam kondisi miskin

(<29,9%).

Gambar 32. Lokasi pengamatan Pulau Kandang Balak

sebelah selatan(LMPS05) (kiri) yang

didominasi oleh lamun jenis Enhalus

acoroides (kanan).

Page 93: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

71

f. Pulau Sindu (LMPS06)

Hasil pengamatan di lokasi Pulau Sindu

(LMPS06) menunjukkan adanya sebaran lima

jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia

hemprichii, Cymodocea serrulata, dan

Syringodium isoetifolium, dan Halodule pinifolia

(Gambar 33). Rerata tutupan lamun berkisar

antara 25-75% dengan rerata total tutupan

sebesar 16,66% (Tabel 16) yang didominasi oleh

Thalassia hemprichii yang tumbuh pada substrat

lumpur berpasir. Dengan demikian tutupan

lamun di lokasi Pulau Sindu termasuk dalam

kategori jarang (0-25%) dengan lamun yang

berada dalam kondisi miskin (< 29,9%).

Gambar 33. Lokasi pengamatan Pulau Sindu (LMPS06)

(kiri) yang didominasi oleh lamun jenis

Enhalus acoroides (kanan).

Page 94: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

72 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

g. Pesisir Pulau Sumatera 1 (LMPS07)

Lokasi ini berada di barat daya Pulau

Keramat. Hasil pengamatan di lokasi pesisir Pulau

Sumatera 1 (LMPS07) menunjukkan adanya

sebaran dua jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides

dan Thalassia hemprichii (Gambar 34). Rerata

tutupan lamun berkisar antara 25-75% dengan

rerata total tutupan sebesar 17,36% (Tabel 16)

yang didominasi oleh Enhalus acoroides yang

tumbuh pada substrat pecahan karang. Dengan

demikian tutupan lamun di lokasi Pesisir Pulau

Sumatera 1 termasuk dalam kategori jarang (0-

25%) dengan lamun yang berada dalam kondisi

miskin (< 29,9%).

Gambar 34. Lokasi pengamatan Pesisir Pulau Sumatera 1

(LMPS07) (kiri) dengan didominasi oleh lamun

jenis Enhalus acoroides (kanan).

Page 95: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

73

h. Pesisir Pulau Sumatera 2 (LMPS08)

Lokasi ini tepatnya berada di sebelah utara

dermaga feri. Hasil pengamatan di lokasi Pesisir

Pulau Sumatera 2 (LMPS08) menunjukkan adanya

sebaran tiga jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides,

Thalassia hemprichii, Halodule uninervis (Gambar

35). Rerata tutupan lamun berkisar antara 25-

75% dengan rerata total tutupan sebesar 41,67%

(Tabel 16) yang didominasi oleh Halodule

uninervis yang tumbuh pada substrat lumpur

berpasir. Dengan demikian tutupan lamun di

lokasi Pesisir Pulau Sumatera 2 termasuk dalam

kategori cukup padat (26-50%) dengan lamun

yang berada dalam kondisi kurang kaya atau

kurang sehat (30-50%).

Gambar 35. Lokasi pengamatan Pesisir Pulau Sumatera 2

(LMPS08) (kiri) dengan didominasi oleh lamun

jenis Enhalus acoroides (kanan).

Page 96: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

74 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

2. Tutupan Lamun

Tutupan lamun beserta dominansi jenis lamun

di setiap lokasi disajikan pada Tabel 17. Adapun

perubahan tutupan lamun pada tahun 2015, 2016

dan tahun 2017 disajikan pada Gambar 36.

Tabel 17. Tutupan dan dominansi jenis lamun di perairan

Bakauheni, Lampung Selatan

No. Lokasi/Pulau Stasiun

Rerata

Tutupan

Lamun (%)

Dominansi Jenis (%)

Ea Th Cr Hp Hu Ho Si

1. P. Tumpul Lunik LMPS01 13,75 9,58 1,67 2,50 0,00 0,00 0.00 0.00

2. P. Kramat LMPS02 35,94 3,13 8,85 8,85 0,00 0,00 2.08 13.02

3. P. Rimau Balak LMPS03 20,83 17,71 3,13 0,00 0,00 0,00 0.00 0.00

4. P. Kandang

Balak

LMPS04 5,56 0,00 5,56 0,00 0,00 0,00 0.00 0.00

5. P. Kandang

Balak

LMPS05 22,92 18,75 4,17 0,00 0,00 0,00 0.00 0.00

6. P. Sindu LMPS06 16,67 0,52 9,38 0,52 1,04 0,00 0.00 2.08

7. Pesisir Pulau

Sumatera 1

(Barat Daya P.

Keramat)

LMPS07 17,36 15,97 1,39 0,00 0,00 0,00 0.00 0.00

8. Pesisir Pulau

Sumatera 2

(Utara Dermaga

Fery)

LMPS08 41,67 8,33 8,33 0,00 0,00 25,00 0.00 0.00

Rata - Rata 21,84 9,25 5,31 1,48 0,13 3,13 0,26 1,89

STDEV 11,02

Keterangan:

Ea : Enhalus acoroides Hu : Halodule uninervis

Th : Thalassia hemprichii Ho : Halophilla ovalis

Cr : Cymodocea rotundata Si : Syringodium isoetifolium

Hp : Halodule pinifolia

Page 97: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

75

Gambar 36. Tutupan lamun di perairan Bakauheni,

Lampung Selatan pada tahun 2015, 2016

dan tahun 2017

Secara keseluruhan, tutupan lamun di pesisir

Bakauheni pada tahun 2017 berkisar antara 5,56-

41,67% dengan tutupan rata-rata 21,84%. Nilai

tutupan ini menurun dibanding hasil pengamatan

tahun sebelumnya (2016) yaitu 32%. Jenis lamun

yang mendominasi di seluruh lokasi pengamatan

adalah jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus

acoroides. Lamun jenis tersebut ditemukan merata

hampir di seluruh lokasi pengamatan, kecuali jenis

Enhalus acoroides yang tidak ditemukan di lokasi

Pulau Kandang Balak (LMPS04). Kondisi rerata total

tutupan sebesar 21,84% dapat dikatakan bahwa

kondisinya miskin, sedangkan kategori tutupannya

0

10

20

30

40

50

60

LMP

S01

LMP

S02

LMP

S03

LMP

S04

LMP

S05

LMP

S06

LMP

S07

LMP

S08

Rer

ata

Tutu

pan

(%)

2015 2016 2017

Page 98: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

76 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

termasuk dalam kategori jarang (0-25%). Kondisi

lamun di semua lokasi memperlihatkan kondisi yang

kurang baik dan menurun dibandingkan tahun lalu

karena adanya laju sedimentasi yang relatif tinggi

yang mengakibatkan perairan bersubstrat dasar

lumpur dan sangat keruh. Hal ini diduga karena

pada saat pengamatan dilakukan cuaca buruk

dengan arus dan gelombang yang kuat sehingga

menyebabkan teraduknya sedimen. Hal tersebut

juga mempengaruhi proses pengambilan data

beserta hasil foto yang diambil di setiap stasiun.

Selain itu pemanfaatan padang lamun

sebagai tempat lalu lintas jalur pelayaran (perahu

nelayan dan perahu pengangkut hasil ladang milik

petani jagung dan pisang) dikhawatirkan dapat

mengakibatkan penurunan nilai tutupan lamun di

perairan pesisir Bakauheni, Lampung Selatan. Untuk

itu diharapkan perlu adanya pengelolaan untuk

tata ruang yang lebih intensif dan terpadu untuk

terjaganya kelestarian ekosistem lamun di pesisir

Lampung Selatan.

Page 99: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

77

E. Mangrove

Perbandingan kondisi umum dari setiap stasiun

berdasarkan pengamatan tahun 2016 dengan 2017

yaitu:

1. LPGM01

Stasiun ini berada di Pulau Tumpul Lunik yang

berada berdekatan dengan keramba jaring apung

milik masyarakat lokal. Hal ini juga yang menjadi

salah satu faktor amannya stasiun dari gangguan

manusia yang dibuktikan dengan masih utuhnya

plat, tali serta cat semprot yang masih terlihat jelas

walaupun stasiun dekat dengan pemukiman.

Pengamatan di tahun 2017 masih mengikuti pola

gelaran dari tahun 2016 dengan total 6 (enam)

penggelaran plot di 2 (dua) kondisi yang berbeda

(Gambar 37). LPGM01A berada di sempadan

pantai sementara LPGM01B lebih naik kearah

daratan Pulau Tumpul Lunik.

Kondisi mangrove di stasiun ini (Gambar 38)

masih cukup baik dan tidak ada perbedaan begitu

mencolok dengan tahun sebelumnya. Mangrove

di sempadan pantai mampu tumbuh dan

berkembang yang dibuktikan dengan lepasnya

plat karena membesarnya batang ataupun tali

yang masuk kedalam batang karena batang yang

membesar. Hal ini dibuktikan dengan data

Page 100: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

78 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

kerapatan disempadan pantai. Namun untuk yang

didarat terjadi penebangan di dalam plot sehingga

data kerapatan terlihat menurun walaupun tidak

signifikan.

Gambar 37. Ilustrasi posisi stasiun LPGM01 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Page 101: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

79

Gambar 38. Mangrove di Stasiun LPGM01

2. LPGM02

Stasiun terletak di Pulau Tepol yang berada di

selat antara mainland Pulau Sumatera dengan

Pulau Rimau Balak (Gambar 39). Mangrove yang

berada di Pulau Tepol (Gambar 40) merupakan

wilayah yang terus-menerus terancam erosi, yang

terlihat sejak pengamatan tahun 2016. Daratan di

pulau Tepol yang tidak terlindungi vegetasi

mangrove semakin terkikis. Hal ini terlihat jelas pada

sisi selatan pulau. Meskipun demikian, di dalam plot

penelitian yang berada di Pulau Tepol terjadi

regenerasi yang cukup baik. Sebagai contoh,

walaupun Pemphis acidula tertebang namun

anakannya menunjukkan perkembangan yang

baik walaupun belum dapat diukur karena belum

masuk kategori pohon. Begitu pula Bruguiera

gymnorrhiza masih dijumpai di stasiun ini. Xylocarpus

granatum terdapat di dalam plot penelitian yang

Page 102: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

80 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

merupakan spesies yang tidak ditemukan didalam

plot penelitian di pulau lain.

Gambar 39. Ilustrasi posisi stasiun LPGM02 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Page 103: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

81

Gambar 40. Mangrove di Stasiun LPGM02

3. LPGM03

Stasiun ini berada di Pulau Rimau Balak bagian

barat (Gambar 41). Stasiun ini dekat dengan

pemukiman masyarakat yang ada di pulau.

Mangrove yang ada di stasiun ini merupkan

mangrove yang tingginya berkisar antara 3 – 6 m

dan memiliki lingkar batang yang kecil (Gambar

42). Hal inilah yang menjadi faktor meningkatnya

kerapatan distasiun ini karena tegakan yang di

tahun 2016 belum masuk kategori pohon tetapi di

tahun ini sudah masuk kategori pohon. Kerapatan

dan tutupan tajuk dari hasil pengamatan di tahun

2017 lebih tinggi dibandingkan tahun 2016. Hal ini

diharapkan mampu terus berlanjut agar mangrove

di stasiun ini tetap bisa tumbuh dan berkembang.

Page 104: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

82 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 41. Ilustrasi posisi stasiun LPGM03 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 42. Mangrove di Stasiun LPGM03 yang

didominasi oleh mangrove anakan

Page 105: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

83

4. LPGM04

Stasiun yang berada di sisi barat Pulau Rimau

Balak ini (Gambar 43) merupakan stasiun yang

dekat dengan perkebunan sawit dan plot transek

nya berada tepat di sebelah perkebunan sawit

Gambar 44). Kondisi mangrove yang berada dalam

plot berada di wilayah intertidal, relatif lebih aman

dibandingkan tumbuhan mangrove asosiasi yang

dijumpai tertebang karena adanya perkebunan ini.

Kondisi mangrove di stasiun ini terus tumbuh

dan berkembang, serta semakin banyak tegakan

yang masuk kategori pohon di pengamatan tahun

2017 sehingga meningkatkan nilai kerapatan.

Rhizophora mucronata merupakan spesies yang

mendominasi di LPGM04. Namun dari pengamatan

di lapangan, pertumbuhan semai diduga lebih sulit

karena kompetisi yang ketat. Minimnya substrat

untuk semai dapat tumbuh dan berkembang, serta

tebalnya kanopi karena mangrove semakin

membesar menyebabkan masuknya sinar matahari

menjadi minim. Hal ini diduga menjadi salah satu

faktor yang menghambat dalam proses tumbuh

kembang semai.

Page 106: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

84 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 43. Ilustrasi posisi stasiun LPGM04 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 44. Mangrove di Stasiun LPGM04 yang

berdekatan dengan perkebunan sawit (kiri).

Mangrove jenis Rhizophora mucronata

mendominasi stasiun ini (kanan)

Page 107: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

85

5. LPGM05

Stasiun yang berada di sisi utara Pulau Rimau

Balak (Gambar 45) merupakan salah satu stasiun

yang sangat baik bagi tumbuh kembang ekosistem

mangrove. Di stasiun ini, mangrove jenis Ceriops

tagal (Gambar 46) mampu tumbuh dan

berkembang serta melakukan penjarangan secara

alami. Di tahun 2016, pengamat lebih sulit untuk

masuk karena rapatnya vegetasi Ceriops tagal

dalam plot, namun di tahun 2017 Ceriops tagal

lebih mudah ditembus dan meningkatnya tegakan

yang masuk kategori pohon walaupun mayoritas

keliling batang antara 13 – 17 cm saja.

Gangguan manusia tampaknya jarang terjadi

di stasiun ini. Hal ini dibuktikan dengan tanda yang

masih utuh serta plat yang hampir terlepas karena

membesarnya batang dari tegakannya (Gambar

46). Pada stasiun ini dijumpai tegakan besar dari

spesies Rhizophora lamarckii yang masih utuh dan

tidak adanya tanda – tanda penebangan.

Page 108: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

86 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 45. Ilustrasi posisi stasiun LPGM05 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 46. Mangrove di Stasiun LPGM05 yang

didominasi oleh jenis Ceriops tagal (kiri),

dan tanda plat yang hampir terlepas

karena karena pertumbuhan batang

(kanan)

Page 109: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

87

6. LPGM06

Stasiun ini merupakan stasiun yang rentan

terhadap alih fungsi lahan dari ekosistem mangrove

menjadi kawasan industri. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, tidak jauh dari lokasi plot

(Gambar 47) terdapat perusahaan (Gambar 48)

yang berdiri sejak tahun 2016. Kegiatan

pengembangan perusahaan dengan reklamasi

masih dilakukan.

Seperti halnya di stasiun lainnya, kerapatan

mangrove naik dikarenakan terdapat tegakan

yang masuk kedalam kategori pohon karena

tumbuh dan berkembangnya tegakan tersebut.

Distasiun ini minim dari gangguan penebangan

oleh masyarakat walaupun stasiun ini berada di

daratan Pulau Sumatera, tepatnya Desa Kramat.

Page 110: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

88 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 47. Ilustrasi posisi stasiun LPGM06 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 48. Mangrove di Stasiun LPGM06 (kiri), dan

kawasan industri yang berdekatan dengan

stasiun LPGM06 (kanan)

Page 111: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

89

7. LPGM07

Ilkustrasi posisi stasiun LPGM07 ini ditampilkan

pada Gambar 49, sedangkan kondisi mangrove di

stasiun LPGM07 yang banyak didominasi oleh jenis

Ceriops tagal ditampilkan pada Gambar 50. Stasiun

yang berada di wilayah Desa Muara Bakau ini

merupakan stasiun yang rentan terhadap kegiatan

penebangan, sehingga nilai kerapatan turun di

tahun 2017. Umumnya, jenis mangrove yang

ditebang adalah Ceriops tagal. Meskipun demikian,

nilai tutupan mangrove tidak turun, karena pohon –

pohon besar tetap utuh dan tidak mengalami

penebangan. Bila regenerasi mangrove di stasiun

ini dapat berjalan baik dan tidak ada gangguan

maka kemungkinan vegetasi mangrove dapat

kembali dalam kondisi baik dengan ukuran pohon

yang besar.

Page 112: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

90 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 49. Ilustrasi posisi stasiun LPGM07 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 50. Mangrove di Stasiun LPGM07 yang

didominasi oleh jenis Ceriops tagal

Page 113: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

91

8. LPGM08

Stasiun LPGM08 berada di sisi selatan Pulau

Rimau Balak (Gambar 51). Pada saat pengamatan,

kondisi sedang pasang sehingga pengamat

lapangan harus berjalan di atas akar karena bila

berjalan di tanah maka akan tenggelam. Hal ini

bisa menjadi catatan untuk pengamatan di tahun

mendatang.

Kondisi ekosistem di stasiun ini baik (Gambar

52). Perbedaannya dengan stasiun lainnya adalah

banyaknya sampah yang dijumpai di wilayah ini.

Hal ini mungkin karena letaknya yang berada dekat

dengan pemukiman dan jalur pelayaran. Sampah –

sampah dari kegiatan masyarakat terbawa arus

hingga terkumpul di stasiun ini.

Dari pengamatan lapangan ditahun 2017,

terlihat regenerasi mangrove yang ada di stasiun ini

tidak begitu baik. Walaupun kerapatan naik namun

dikarenakan terdapat tegakan yang sudah masuk

dalam kategori pohon. Pada kategori semai ,

pertumbuhannya tidak begitu baik.

Page 114: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

92 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 51. Ilustrasi posisi stasiun LPGM08 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 52. Mangrove di Stasiun LPGM08

Page 115: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

93

9. LPGM09

Stasiun ini berada di Pulau Dua (Gambar 53)

yang lokasinya berada di dekat alur pelayaran

Bakauheni – Merak. Walaupun berada di dekat alur

pelayaran, vegetasi mangrove di stasiun ini relatif

aman dari hempasan gelombang karena

gelombang sudah pecah di area terumbu karang

sebelum sampai ke vegetasi mangrove (Gambar

54).

Pada stasiun ini terdapat mangrove yang mati

serta terjadi pelapukan. Sonneratia alba

merupakan salah satu spesies yang di tahun

sebelumnya ada di plot namun di tahun ini tegakan

sudah mati dan lapuk. Selain itu juga terdapat

beberapa tegakan Rhizophora mucronata yang

sudah lapuk dan kemungkinan kecil dapat

bertahan hidup.

Page 116: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

94 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 53. Ilustrasi posisi stasiun LPGM09 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 54. Mangrove di Stasiun LPGM09 yang

berhadapan langsung dengan alur

pelayaran

Page 117: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

95

10. LPGM10

Stasiun yang ada di Pulau Sindu (Gambar 55)

merupakan salah satu stasiun yang minim akan

gangguan manusia. Stasiun LPGM10 (gambar 56)

yang ditemukan Scyphiphora hydrophylacea

didalam plotnya serta mampu hidup dengan baik

sampai pengamatan di tahun 2017 yang ditahun

2016 terlihat daunnya gugur dan mengering.

Spesies lainnya juga mampu tumbuh dan

berkembang dengan baik.

Gambar 55. Ilustrasi posisi stasiun LPGM10 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Page 118: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

96 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 56. Mangrove di Stasiun LPGM10

11. LPGM11

Stasiun yang berada di sisi selatan Pulau

Kandang Balak (Gambar 57) merupakan stasiun

yang memiliki tegakan – tegakan dengan keliling

yang besar dibandingkan stasiun yang lain. Spesies

Rhizophora lamarckii merupakan spesies yang

mendominasi di stasiun ini. Hal ini yang

membuktikan bahwa mangrove yang semakin

besar maka akan semakin sedikit tegakan yang

ada di dalam plot. Walaupun kerapatan paling

rendah diantara stasiun lainnya bukan berarti

stasiun ini buruk, namun stasiun inilah yang dinilai

peneliti merupakan stasiun yang tergolong baik dan

alami dalam pertumbuhannya.

Page 119: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

97

Tidak adanya gangguan dari manusia serta

masih utuhnya setiap tanda yang ada menjadi hal

penting untuk tetap menjaga kealamian dari

vegetasi yang ada di plot serta vegetasi yang ada

disekitar plot agar mangrove yang ada di Pulau

Kandang Balak tetap terjaga.

Gambar 57. Ilustrasi posisi stasiun LPGM11 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Page 120: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

98 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 58. Mangrove di Stasiun LPGM11 dengan

penanda plat dan tali transek yang masih utuh

karena tidak adanya gangguan manusia.

12. LPGM12

Stasiun yang ada di utara Pulau Kandang

Balak menjadi stasiun yang menurut pengamat

lapangan merupakan stasiun dengan kompetisi

yang cukup tinggi. Sonneratia alba masih menjadi

spesies yang mati dan lapuk dalam plot. Hanya

tersisa beberapa tegakan yang mampu hidup

didalam plot sementara genus Rhizophoraceae

lainnnya yang lebih mendominasi. Walaupun dekat

dengan perkebunan warga tetapi wilayah ini masih

relatif aman dari gangguan. Tanda – tanda plot

serta transek permanen masih utuh dan dalam

kondisi yang baik.

Page 121: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

99

Gambar 59. Ilustrasi posisi stasiun LPGM12 dan pola

gelaran plot transek tahun 2017

Gambar 60. Mangrove di Stasiun LPGM12 yang

berdekatan dengan lokasi alih fungsi lahan

menjadi area perkebunan

Page 122: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

100 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Hasil interpretasi analisis pixel foto hemispherical

photography yang dilakukan menunjukkan bahwa

seluruh kategori kerapatan persen tutupan ditemukan

di Kecamatan Bakauheni. Stasiun yang memiliki

tutupan tajuk paling tinggi berada di Desa Muara

Bakau yaitu stasiun LPGM07 (92,44 ± 1,38%).

Sementara itu, stasiun yang memiliki tutupan tajuk

terendah berada di Pulau Tepol yaitu di stasiun

LPGM02 (36,63 ± 24,01%). Kerapatan tutupan tajuk

tertinggi masih di stasiun LPGM07, namun untuk

kerapatan tajuk terendah yang sebelumnya di LPGM

08, di tahun 2017 di stasiun LPGM02. Kerapatan

tutupan tajuk yang paling dominan di Kecamatan

Bakauheni pada tahun 2016 adalah Sedang (50%-

75%) yang ditemukan di 8 (delapan) stasiun

sedangkan di tahun 2017 persebaran kategori lebih

merata dan tidak ada yang lebih dominan yaitu rapat

5 (lima) stasiun, sedang 5 (lima) stasiun dan jarang 2

stasiun. Perbandingan persentase tutupan tajuk antar

stasiun di Kecamatan Bakauheni dapat dilihat di

Gambar 61.

Page 123: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

101

Gambar 61. Peta persentase tutupan tajuk mangrove di

Kecamatan Bakauheni, Kabupaten

Lampung Selatan.

Untuk perbedaan persen tutupan antara tahun

2016 dan 2017 tidak terlalu signifikan. Seperti di stasiun

LPGM02, status dari Sedang menjadi Jarang ataupun

seperti di stasiun LPGM11 dari status Sedang menjadi

Padat. Hal ini bisa dikarenakan perbedaan sudut

pengambilan gambar yang berbeda namun hal ini

tidak menjadi perbedaan yg mencolok seperti tidak

adanya status yang berubah seperti status Jarang

menjadi Padat ataupun sebaliknya. Selain itu, selisih

nilai perbedaan naik turunnya kategori juga tidak

terlalu besar. Untuk kategori dari sedang menjadi

Page 124: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

102 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

padat bisa dikarenakan pertumbuhan mangrove itu

sendiri, sementara untuk kategori yang turun dapat

dikarenakan pengurangan tutupan karena

penjarangan alami oleh mangrove itu sendiri

sehingga tegakan lain ada yang mati ataupun

karena penebangan oleh manusia.

Hampir seluruh stasiun ditemukan spesies dari

genus Rhizophoraceae. Stasiun dengan jenis paling

banyak yang ditemukan di dalam transek berada di

Pulau Kramat (LPGM 01) dan stasiun dengan jenis

paling sedikit didalam transek berada di Pulau Rimau

Balak (LPGM04). Jumlah jenis di setiap stasiun di

jabarkan di Tabel 18. Terdapat nilai yang naik dan

turun tentang julah jenis yang ditemukan. Contohnya

di stasiun LPGM02 dan LPGM11 spesies yang

ditemukan bertambah, hal ini sebenarnya bukan

spesies baru yang ditemukan tetapi spesies tersebut

sudah ada dari tahun sebelumnya tetapi pada tahun

lalu lingkar batang belum bisa masuk kategori untuk

pengukuran.

Page 125: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

103

Pengambilan foto tutupan

mangrove

Pengukuran keliling batang dari

setiap tegakan mangrove dalam

plot

Sisa batang yang ditebang oleh

masyarakat

Kondisi salah satu plot pengambilan

data

Gambar 62. Foto pengambilan data dan kondisi

lapangan di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung, Selatan.

Untuk mengurangnya spesies yang ada didalam

plot terdapat dua kasus yang berbeda. Di stasiun

LPGM06 pengurangan spesies dikarenakan masih

adanya kegiatan penebangan serta perbaikan data

dalam identifikasi. Sedangkan di LPGM09 yang jumlah

Page 126: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

104 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

spesiesnya berkurang, hal ini dikarenakan terjadi

kompetisi antar tegakan dalam bertahan hidup,

sehingga mangrove yang tidak mampu bertahan

akan mati. Salah satu spesies yang mati yaitu

Sonneratia alba walaupun sudah memiliki batang

yang besar namun tidak mampu bertahan. Mangrove

yang ada di Kecamatan Bakauheni merupakan

mangrove yang tumbuh secara alami tanpa bantuan

manusia, hal ini diperkuat dari keterangan masyarakat

setempat bahwa belum ada kegiatan penanaman

yang dilakukan di Kecamatan Bakauheni, sehingga

dapat disimpulkan bahwa mangrove yang ada di

Kecamatan Bakauheni masih alami.

Berdasarkan Tabel 19 terlihat perbedaan

kerapatan antara pengamatan tahun 2015 dengan

tahun 2016. Kembali, hal ini harus dilakukan

pertemuan antara kedua tim di masing – masing

tahun guna menyelaraskan data. Di tahun 2016

terlihat di semua stasiun kerapatannya lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil pengamatan di tahun

2015. Spesies yang memiliki Indeks Nilai Penting tiap

stasiun juga ada perbedaan antara tahun 2015 dan

2016 namun ada juga kesamaan seperti di stasiun

LPGM05 dan LPGM07 yang INP tertinggi dan terendah

dengan spesies yang sama.

Page 127: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan 105

Tabel 18. Jumlah Jenis, Persentase Tutupan Tajuk dan Status Komunitas Mangrove di Kecamatan

Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.

Stasiun Lokasi

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Jumlah

Jenis

% Cover Status Jumlah

Jenis

% Cover Status Jumlah

Jenis

% Cover Status

LPGM 01 P. Kramat 5 56,42± 27,22 Sedang 7 66,57 ± 15,82 Sedang 7 61,87 ± 18,69 Sedang

LPGM 02 P. Tumpul Lunik 3 43,35± 27,09 Jarang 5 51,83 ± 29,29 Sedang 6 36,63 ± 24,01 Jarang

LPGM 03 P. Rimau Balak 4 56,99± 27,99 Sedang 3 57,31 ± 24,91 Sedang 3 57,41 ± 26,81 Sedang

LPGM 04 P. Rimau Balak 4 70,27± 20,28 Sedang 2 67,72 ± 18,59 Sedang 2 78,55 ± 9,59 Padat

LPGM 05 P. Rimau Balak 4 40,50± 35,86 Jarang 4 68,03 ± 24,79 Sedang 4 59,06 ± 27,58 Sedang

LPGM 06 Desa Kramat 4 83,43± 12,18 Padat 5 81,67 ± 12,37 Padat 4 78,34 ± 7,18 Padat

LPGM 07 Desa Muara Bakau 3 90,83± 5,80 Padat 3 86,93 ± 3,18 Padat 3 92,44 ± 1,38 Padat

LPGM 08 P. Rimau Balak 6 50,48± 31,00 Sedang 5 41,92 ± 27,79 Jarang 5 47,46 ± 29,22 Jarang

LPGM 09 P. Dua Balak 6 60,93± 18,62 Sedang 6 54,81 ± 18,08 Sedang 4 55,59 ± 17,54 Sedang

LPGM 10 P. Sindu 7 69,48± 18,40 Sedang 4 73,31 ± 8,31 Sedang 4 77,83 ± 8,77 Padat

LPGM 11 P. Kandang 4 73,16± 16,64 Sedang 5 74,32 ± 11,90 Sedang 6 81,26 ± 10,10 Padat

LPGM 12 P. Kandang 6 75,70± 17,44 Padat 5 66,39 ± 23,85 Sedang 5 70,53 ± 21,73 Sedang

Page 128: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

106 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 19. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting (INP) setiap stasiun di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan di Tahun 2015 dan 2016.

Stasiun Lokasi

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Kerapatan

(Ind/Ha)

INP Kerapatan

(Ind/Ha)

INP Kerapatan

(Ind/Ha)

INP

Min Max Min Max Min Max

LPGM 01 P. Kramat 700 ± 337 PA: 34.84% RL: 99.22% 2167±709 LR: 12,98% RM: 188,84% 3433±961 LR: 11.95% RL: 177.73%

1633±493 LR: 14,05% RL: 177,81% 1533±569 LR: 15.78% RL: 186.42%

LPGM 02 P. Tumpul Lunik 1667 ± 351 BG: 43.48% RS: 194.52% 1700±779 RA: 11,02% RM: 191,43% 2250±975 XG: 10.64% RL: 156.50%

LPGM 03 P. Rimau Balak 1467 ± 289 RS: 42.62% BG: 137.38% 2967±757 RA: 49,65% RM: 156,59% 3433±1050 RA: 25.15% RM: 179.84%

LPGM 04 P. Rimau Balak 2500 ± 985 RM:17.99% RS: 188.71% 2467±1012 RA: 123,26% RM: 176,74% 3400±854 RA: 96.13% RM: 203.87%

LPGM 05 P. Rimau Balak 2033 ± 208 EA: 25.14% RA: 157.33% 1900±1100 EA: 21,80% RA: 154,09% 2567±1021 RM: 17.93% RA: 156.29%

LPGM 06 Desa Kramat 1300 ± 100 BG: 17.81% RA: 181.37% 1850±238 BG: 9,62% RL: 102,29% 2750±733 BG: 9.43% RL: 128.91%

LPGM 07 Desa Muara Bakau 2467 ± 950 XG: 50.68% RA: 159.80% 2300±529 XG: 31,87% RA: 176,29% 2133±737 XG: 16.03% RA: 185.15%

LPGM 08 P. Rimau Balak 1933 ± 929 EA: 12.72% RL: 104.78% 1533±751 EA: 12,55% RA: 123,64% 2233±751 EA: 12.45% RA: 85.11%

LPGM 09 P. Dua Balak 3333 ± 503 RS: 9.22% RA: 129.07% 3233±1007 BG: 11,10% RM: 145,16% 3700±1300 RA: 31.53% RM: 156.20%

LPGM 10 P. Sindu 2333 ± 321 XG: 12.74% RS: 121.74% 2367±153 PA: 31,26% RM: 182,04% 3067±666 BG: 25.46% RM: 191.92%

LPGM 11 P. Kandang 900 ± 400 CT: 18.86% RL: 188.84% 1267±451 RL: 15,11% RM: 137,07% 1567±551 CT: 14.50% RL: 168.00%

LPGM 12 P. Kandang 2233 ± 503 LL: 10.48% RA: 88.90% 2300± 1054 CT: 23,09% RA: 106,14% 3067±208 RM: 15.22% RA: 122.35%

Page 129: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

107

Gambar 63. Grafik perbandingan persen cover

mangrove di Kecamatan Bakauheni,

Lampung Selatan dari tahun 2015 – 2017

Gambar 64. Grafik perbandingan kerapatan mangrove di

Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan

dari tahun 2015 – 2017

0

1000

2000

3000

4000

LP

GM

01A

LP

GM

01B

LP

GM

02

LP

GM

03

LP

GM

04

LP

GM

05

LP

GM

06

LP

GM

07

LP

GM

08

LP

GM

09

LP

GM

10

LP

GM

11

LP

GM

12

Kerapatan

2015 2016 2017

Page 130: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

108 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Grafik perbandingan kerapatan mangrove

diatas menunjukan peningkatan nilai kerapatan dari

tahun 2015 hingga 2017. Dari 12 stasiun pengamatan

terdapat 2 stasiun yang mengalami sedikit penurunan

yaitu LPGM07 (Desa Keramat). Hal ini disebabkan

masih terdapat penebangan mangrove oleh

masyarakat dan stasiun ini pula yang merupakan

stasiun terdekat dengan pemukiman (gambar xf).

Pada penelitian kali ini kerapatan mangrove tertinggi

terdapat pada LPGM09 dengan nilai kerapatan

sebesar 3700 ind/ha sedangkan kerapatan terendah

terdapat pada stasiun LPGM01B yaitu 1533 ind/ha.

Rhizophora lamarckii merupakan spesies yang

mendominasi di Kecamatan Bakauheni, Lampung

Selatan yang ditemukan di 5 (lima) stasiun dengan

memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi. Hasil

pengamatan menunukkan bahwa mangrove yang

ada di Kecamatan Bakauheni mampu tumbuh dan

berkembang secara optimal. Hal ini dibuktikan

dengan plat yang lepas dari batang yang

dikarenakan batang semakin membesar.

Pengambilan data kali ini dilakukan pada saat musim

berbunga dan berbuah (Gambar 65), berbeda

halnya pada tahun 2016 belum ada bunga pada

saat pengambilan data. Pengidentifikasian yang

dilakukan pada saat musim berbunga dan berbuah

Page 131: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

109

memudahkan pengamat dalam mengidentifiasi

spesies mangrove.

Gambar 65. Penebangan dilokasi LPGM 07 (kiri); Spesies

mangrove Ceriops tagal pada musim

bunga dan buah (kanan).

Hasil pengamatan tipe substrat yang ada

dilokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak

ada perubahan subtrat antara pengamatan tahun

2016 dengan tahun 2017. Tipe subtrat disetiap stasiun

juga mempengaruhi jenis mangrove yang mampu

hidup di stasiun tersebut. Seperti di Desa Muara Bakau

(LPGM07 tipe substrat yang ada di stasiun tersebut

merupakan tipe lumpuran. Sementara itu, jenis

mangrove yang mendominasi distasiun tersebut

adalah Rhizophora apiculata yang disusul dengan

Ceriops tagal, karena kedua jenis ini memang sangat

baik apabila hidup disubstrat lumpuran.Sementara

untuk stasiun lain dengan tipe substrat yang berbeda

seperti pasir lumpuran, spesies yang mampu tumbuh

juga berbeda seperti Pemphis acidula ataupun

Page 132: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

110 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Xylocarpus granatum. Tipe setiap substrat yang ada di

Kecamatan Bakauheni di jelaskan di Tabel 20.

Tabel 20. Tipe substrat pantai di setiap stasiun

pemantauan kondisi kesehatan komunitas

mangrove di Kecamatan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan.

No Lokasi Stasiun Tipe Substrat

1 Pulau Kramat LPGM 01 Pasir Lumpuran

2 Pulau Tumpul Lunik LPGM 02 Pasir

3 Pulau Rimau Balak LPGM 03 Lumpuran

4 Pulau Rimau Balak LPGM 04 Lumpuran

5 Pulau Rimau Balak LPGM 05 Lumpuran

6 Desa Kramat LPGM 06 Lumpuran

7 Desa Muara Bakau LPGM 07 Lumpuran

8 Pulau Rimau Balak LPGM 08 Lumpuran

9 Pulau Dua Balak LPGM 09 Lumpuran

10 Pulau Sindu LPGM 10 Pasir Lumpuran

11 Pulau Kandang LPGM 11 Pasir Lumpuran

12 Pulau Kandang LPGM 12 Lumpuran

Kendala – kendala di lapangan sudah mampu

diatasi oleh tim, karena di pengamatan tahun

sebelumnya tim telah membuat sketsa transek. Pada

tahun 2017 tim hanya melakukan perawatan tanda

berupa pemasangan plat yang lepas, pemberian cat

ulang serta penggelatan transek permanen yang

baru (Gambar 65). Diharapkan dengan dilakukan

perawatan ini, tanda masih jelas sampai ada

pengamatan ditahun selanjutnya.

Page 133: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

111

Penebalan tanda plot menggunakan

cat semprot

Perawatan plat yang digunakan

sebagai tanda untuk plot

Kondisi plot awal sebelum ada

perbaikan dan penyemprotan ulang

Kondisi plat setelah dilakukan

pengecatan ulang, penggelaran tali

serta perabaikan plat

Gambar 65. Perawatan yang dilakukan oleh tim guna

memperjelas tanda kembali untuk

penelitian mendatang

Page 134: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...
Page 135: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

113

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum kondisi terumbu karang di perairan

Bakauheni, Kabupaten lampung Selatan dan

sekitarnya berada dalam kondisi “sedang”, dengan

rerata tutupan karang hidup sebesar 30,07% dengan

kesalahan baku (SE) 7,50%. Hasil analisis statistik

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tutupan

karang antara tahun 2015, 2016 dan 2017.

2. Hasil sensus visual pada 10 stasiun penelitian

menemukan 36 jenis ikan karang dengan total ikan

karang sebanyak 367 individu yang terdiri dari ikan

indikator (koralivora) sebanyak 9 jenis dengan total

146 individu, ikan target kelompok herbivora sebanyak

15 jenis dengan total 169 individu, dan ikan target

kelompok karnivora sebanyak 12 jenis dengan total 52

individu. Nilai kelimpahan yang diperoleh pada tahun

2017 relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang

diperoleh tahun 2016. Meskipun demikian, pada nilai

rerata biomassa ikan target per stasiun pada tahun

2017 lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2015

maupun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa rerata ikan

Page 136: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

114 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

yang disensus pada tahun 2017 berukuran relatif lebih

besar.

3. Berdasarkan pengamatan terhadap delapan

megabentos yang berasosiasi dengan ekosistem

terumbu karang di 10 stasiun, Siput Drupella

mendominasi megabentos lainnya yaitu 46% (5

individu), sedangkan teripang ditemukan 9% (1

individu), kerang kima 18% (2 individu), Acanthaster

planci 18% (2 individu), dan bulu babi 9% (1 individu).

4. Tutupan lamun di pesisir Bakauheni berkisar antara

5,556-41,667% dengan tutupan rata-rata 21,836%. Nilai

tutupan ini menurun dibanding hasil pengamatan

tahun sebelumnya (2016) yaitu 32%. Jenis lamun yang

mendominasi di seluruh lokasi pengamatan adalah

jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides.

Lamun jenis tersebut ditemukan merata hampir di

seluruh lokasi pengamatan, kecuali jenis Enhalus

acoroides yang tidak ditemukan di lokasi Pulau

Kandang Balak (LMPS04).

5. Hampir seluruh stasiun ditemukan spesies mangrove

dari genus Rhizophoraceae. Nilai kerapatan

mangrove menunjukan peningkatan dari tahun 2015

hingga 2017. Dari 12 stasiun pengamatan terdapat 2

stasiun yang mengalami sedikit penurunan yaitu LPGM

07 (Desa Keramat). Hal ini disebabkan masih terdapat

Page 137: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

115

penebangan mangrove oleh masyarakat dan stasiun

ini pula yang merupakan stasiun terdekat dengan

pemukiman.

Page 138: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...
Page 139: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

117

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R., Steene, R., Humann, P. & Deloach, N. 2009.

Reef Fish Identification, Tropical Pacific. New World

Publications, Inc. El Cajon CA. 480 pp.

Dharmawan, I.W.E. dan Pramudji. 2014. Panduan

Monitoring Kesehatan Ekosistem Mangrove.

COREMAP-CTI, P2O LIPI. Jakarta. 35pp

Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zieren & L. Scholten. 2006.

Mangrove Guidebook for Southeast Asia. FAO

and Wetlands International. Bangkok.

Giyanto; B.H. Iskandar; D. Soedharma and Suharsono.

2010. Effisiensi dan akurasi pada proses analisis

foto bawah air untuk menilai kondisi terumbu

karang. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia

36 (1): 111-130.

Giyanto. 2012a. Kajian tentang panjang transek dan jarak

antar pemotretan pada penggunaan metode

transek foto bawah air. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 38 (1): 1-18.

Giyanto. 2012b. Penilaian kondisi terumbu karang dengan

metode transek foto bawah air. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 38 (3):377-389.

Page 140: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

118 Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

Giyanto, 2013. Metode transek foto bawah air untuk

penilaian kondisi terumbu karang. Oseana XXXVIII

(1): 47-61.

Giyanto; A.E.W. Manuputty; M. Abrar; R.M. Siringoringo; S.R.

Suharti; K. Wibowo; I.N. Edrus; U.Y. Arbi; H.A.W.

Cappenberg; H.F. Sihaloho; Y. Tuti and D.

Zulfianita, 2014. Panduan Monitoring Kesehatan

Terumbu Karang: Terumbu Karang, Ikan Karang,

Mega bentos dan Penulisan Laporan. CRITC

COREMAP-CTI LIPI, Jakarta, 77p

Gomez, E.D. and H.T. Yap. 1984. Monitoring Reef

Condition. In: R.A. Kenchington, R.A. & B.E.T.

Hudson (Eds). Coral Reef Management

Handbook. Unesco Publisher, Jakarta, 171p.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201

tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman

Penentuan Kerusakan Mangrove.

Kohler, K.E and M. Gill. 2006. Coral Point Count with Excel

extensions (CPCe): a visual basic program for the

determination of coral and substrate coverage

using random point count methodology. Comput

Geosci 32(9):1259-1269.

Page 141: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Giyanto, et. al., 2017

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Perairan Bakauheni,

Kabupaten Lampung Selatan

119

Kuiter, R.H. and H. Debelius. 1994. Souteast Asia Tropical

Fish Guide. IKAN-Unterwasseerarchiv, Frankfurt.

321 pp.

Noor, Y.R., M. Khazali & I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan

Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:

PHKA/Wi-IP.

Rahmawati, S; A. Irawan; I.H. Supriyadi; M.H. Azkab.2014.

Panduan Monitoring Padang Lamun.COREMAP-

CTI .Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Page 142: Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait ...

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang

dan Ekosistem Terkait

di Perairan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan

2017

COREMAP-CTI

Pusat Penelitian Oseanografi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia