Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir...

5
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” PEMETAAN SEBARAN MANGROVE, PADANG LAMUN, DAN TERUMBU KARANG MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI WILAYAH PESISIR LAUT ARAFURA Syarif Budhiman 1 dan Bidawi Hasyim 1 1 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional – LAPAN Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh Jl. Lapan No. 70, Pekayon – Pasar Rebo, Jakarta 13710 – Indonesia Telp. + 62 21 87717816, 8710786, Fax,. +62 21 8722733 email: [email protected] Abstract Mapping of Mangrove, Seagrass and Coral Reef Using Remote Sensing Data in the Coastal Area of Arafura Sea. Arafura Sea represent paparan Sahul (Sahul Continental shelf), partly the territorial water come into region of management of Provinsi Papua and some of management Provinsi Moluccas and also ZEE Indonesia. Arafura Sea has deep range from 5-60 m with the bottom of the sea in the form of mud and a few/little sand. Most Fishery Resources comes significantly from this area are prawn penaeid (e.g. P. merguensis P. monodon P. semisulcatus, Metapenaeus ensis) and the demersal fish like type Nemipteridae, various type of fish compose, cuttle, shark and ray. Determination of Mangrove conducted with visual interpretation and delineation object showing existence mangrove. Mangrove can be identified by using colour combination ( Red:Green:Blue), that is band IR (Infra Red) presented at red layer (Red), band NIR (Near Infra Red) presented at green layer and Red band presented at blue layer. So that combination of colour of Landsat data colour composite of band 4: band 5: band 3. Determination of Coral reef and Seagrass done by using algorithm of Lyzenga where used blue band and red band which is in data of Landsat is band 1 and band 2 respectively. Algorithm of Lyzenga used to correct water column. In this study, type of mangrove identified in the area are Rhizopora stylosa, Avicennia Marina, Bruguera Parfiflora, and Bruguera exaresta.. Coral reef in the coastal of Arafura Sea found in north, east and south coast of Aru Archipelago and in the north coast of Papua. Keywords: Mangrove, Coral reef, seagrass, Remote Sensing 1. PENDAHULUAN Dalam perkembangannya, suatu wilayah memiliki potensi-potensi yang dapat dijadikan sebagai pendukung dalam melakukan pengembangan wilayah tersebut. Potensi yang dapat didayagunakan adalah potensi sumber daya alam wilayah itu sendiri. Sumber daya alam merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, dimana setiap wilayah memiliki keunikan dan keanekaragaman sendiri. Kawasan Timur Indonesia sendiri, mempunyai luas daratan sekitar 1.293.215 km 2 atau 67,91 persen dari seluruh wilayah Indonesia, terdiri dari 14 propinsi yang meliputi 110 kabupaten dan 20 kota. Kawasan ini didominasi oleh laut dan kepulauan dengan karakteristik khas dan memiliki kandungan sumberdaya alam yang dapat memainkan peran penting dalam pembangunan nasional. Akan tetapi, wilayah yang luas ini juga dapat menjadi kendala dalam perencanaan ruang maupun pemanfaatannya. Sumber daya alam dapat bersifat dinamis, terutama sumber daya alam hayati, misalnya, hutan yang kemudian berubah menjadi perkebunan. Melihat hal tersebut, perlu kiranya dilakukan inventarisasi sumber daya alam terkini yang meliput areal wilayah yang luas. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan sumber daya alam merupakan modal utama dalam melaksanakan pembangunan. Namun sampai Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 SDA - 29

Transcript of Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir...

Page 1: Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir Laut Arafura

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”

PEMETAAN SEBARAN MANGROVE, PADANG LAMUN, DAN TERUMBU KARANG MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH

DI WILAYAH PESISIR LAUT ARAFURA

Syarif Budhiman1 dan Bidawi Hasyim1

1Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional – LAPAN

Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh Jl. Lapan No. 70, Pekayon – Pasar Rebo, Jakarta 13710 – Indonesia

Telp. + 62 21 87717816, 8710786, Fax,. +62 21 8722733 email: [email protected]

Abstract

Mapping of Mangrove, Seagrass and Coral Reef Using Remote Sensing Data in the Coastal Area of Arafura Sea. Arafura Sea represent paparan Sahul (Sahul Continental shelf), partly the territorial water come into region of management of Provinsi Papua and some of management Provinsi Moluccas and also ZEE Indonesia. Arafura Sea has deep range from 5-60 m with the bottom of the sea in the form of mud and a few/little sand. Most Fishery Resources comes significantly from this area are prawn penaeid (e.g. P. merguensis P. monodon P. semisulcatus, Metapenaeus ensis) and the demersal fish like type Nemipteridae, various type of fish compose, cuttle, shark and ray. Determination of Mangrove conducted with visual interpretation and delineation object showing existence mangrove. Mangrove can be identified by using colour combination ( Red:Green:Blue), that is band IR (Infra Red) presented at red layer (Red), band NIR (Near Infra Red) presented at green layer and Red band presented at blue layer. So that combination of colour of Landsat data colour composite of band 4: band 5: band 3. Determination of Coral reef and Seagrass done by using algorithm of Lyzenga where used blue band and red band which is in data of Landsat is band 1 and band 2 respectively. Algorithm of Lyzenga used to correct water column. In this study, type of mangrove identified in the area are Rhizopora stylosa, Avicennia Marina, Bruguera Parfiflora, and Bruguera exaresta.. Coral reef in the coastal of Arafura Sea found in north, east and south coast of Aru Archipelago and in the north coast of Papua. Keywords: Mangrove, Coral reef, seagrass, Remote Sensing 1. PENDAHULUAN Dalam perkembangannya, suatu wilayah memiliki potensi-potensi yang dapat dijadikan sebagai pendukung dalam melakukan pengembangan wilayah tersebut. Potensi yang dapat didayagunakan adalah potensi sumber daya alam wilayah itu sendiri. Sumber daya alam merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, dimana setiap wilayah memiliki keunikan dan keanekaragaman sendiri. Kawasan Timur Indonesia sendiri, mempunyai luas daratan sekitar 1.293.215 km2 atau 67,91 persen dari seluruh wilayah Indonesia, terdiri dari 14 propinsi yang meliputi 110 kabupaten dan 20 kota. Kawasan ini didominasi oleh laut dan

kepulauan dengan karakteristik khas dan memiliki kandungan sumberdaya alam yang dapat memainkan peran penting dalam pembangunan nasional. Akan tetapi, wilayah yang luas ini juga dapat menjadi kendala dalam perencanaan ruang maupun pemanfaatannya. Sumber daya alam dapat bersifat dinamis, terutama sumber daya alam hayati, misalnya, hutan yang kemudian berubah menjadi perkebunan. Melihat hal tersebut, perlu kiranya dilakukan inventarisasi sumber daya alam terkini yang meliput areal wilayah yang luas. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan sumber daya alam merupakan modal utama dalam melaksanakan pembangunan. Namun sampai

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005

SDA - 29

Page 2: Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir Laut Arafura

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”

sekarang pembangunan ekonomi Kawasan Timur Indonesia masih tertinggal akibat sumber daya pembangunan yang ada belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya data dan informasi mengenai sumber daya alam. Tujuan kegiatan ini sendiri adalah melakukan inventarisasi sumber daya alam di wilayah pulau-pulau di pesisir perairan Laut Arafura. Istilah sumber daya alam itu sendiri terlalu luas untuk ditafsirkan, oleh karena itu pada kegiatan ini dibatasi sumber daya alam yang akan diinventarisir adalah lebih mengarah kepada sumber daya alam hayati yang terdeteksi oleh data satelit penginderaan jauh. Apabila lebih disederhanakan menjadi inventarisasi penutup/penggunaan lahan, khususnya habitat pesisir seperti mangrove, terumbu karang dan padang lamun. 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan informasi penutup/penggunaan lahan ini adalah menggunakan klasifikasi secara digital dengan interpretasi visual langsung ke layar monitor dengan menggunakan penggabungan data multispektral (color composite). Informasi spasial kanal pankromatik data Landsat-7 digunakan untuk mempertajam kenampakan citra dengan cara subtitusi intensitas pada kombinasi kanal 542 (Red:Green:Blue). Sebagai data sekunder untuk membantu interpretasi digunakan peta penggunaan lahan RePPProt. Diagram alir kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan

Penentuan mangrove dilakukan dengan interpretasi visual dan delineasi obyek yang menunjukkan keberadaan mangrove. Mangrove dapat diidentifikasi dengan menggunakan kombinasi warna (Red:Green:Blue), yaitu band IR (Infra Red) ditampilkan pada layer merah (Red), band NIR (Near Infra Red) ditampilkan pada layer hijau (Green) dan band merah (Red) ditampilkan pada layer biru (Blue). Sehingga kombinasi warna pada data Landsat adalah RGB band 4:band 5:band 3. Penentuan terumbu karang dan padang lamun dilakukan dengan menggunakan algoritma Lyzenga dimana yang digunakan adalah band biru (Blue) dan band merah (Red) yang dalam data Landsat adalah band 1 dan band 2. Algoritma Lyzenga digunakan untuk mengkoreksi kolom air, adapun algoritmanya adalah:

(1)

(2)

dimana σi adalah variance dari band 1, σj adalah variance dari band 2, dan σij adalah covariance antara band 1 dan band 2, sedangkan ki/kj adalah ratio koefisien attenuasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Laut Arafura merupakan paparan Sahul (Sahul continental shelf), sebagian perairan masuk ke dalam wilayah pengelolaan Provinsi Papua dan sebagiannya lagi ke dalam wilayah pengelolaan Provinsi Maluku serta wilayah ZEE Indonesia. Laut Arafura memiliki kedalaman berkisar antara 5-60 m dengan dasar berupa lumpur dan sedikit pasir (Sadhotomo et al., 2003). Sumberdaya perikanan yang paling signifikan dari kawasan ini adalah udang penaeid (seperti P. merguensis, P. monodon, P. semisulcatus, Metapenaeus ensis) dan ikan-ikan dasar seperti jenis Nemipteridae, berbagai jenis ikan karang, cumi-cumi, hiu dan pari (Sadhotomo et al., 2003). Wilayah pesisir yang termasuk ke dalam pesisir perairan Laut Arafura adalah Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Kaimana (Maparpe,

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005

SDA - 30

Page 3: Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir Laut Arafura

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”

Kaimana, Pulau Adi). Beberapa lokasi mangrove di Kepulauan Aru masih banyak dijumpai mangrove, antara lain di Benjina (Pulau Warkam), Dobo (Pulau Warmar), Pulau Ujir, dan lain-lain. Di Kabupaten Maluku Tenggara dijumpai beberapa spesies vegetasi bakau diantaranya adalah Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Aegiceras comiculatum, Aegiceras floridum, Avicennia alba, Sonneratia alba, Xylocerpus granatum, Excoecaria agallocha dan sebagainya (Atlas Sumberdaya Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Maluku Tenggara, 2003). Kawasan hutan mangrove di Pulau Warmar yang bervegetasi mangrove telah banyak berubah fungsi menjadi permukiman masyarakat sehingga daerah ini rawan abrasi dan infiltrasi, terutama di Dobo, dan Desa Yamtel. Kepulauan Aru mempunyai pantai berlumpur, dan pulau kecilnya didominasi pantai berpasir. Daerah yang berlumpur banyak ditumbuhi oleh vegetasi mangrove dengan spesies yang sering dijumpai antara lain Rhizophora sp. dan Bruguiera sp. Sedangkan pantai berpasir ditumbuhi oleh vegetasi pantai, seperti cemara (Casuarina equisetifolia) dan formasi Barringtonia) serta vegetasi budidaya, seperti kelapa. Kondisi mangrove di Kepulauan Aru, pada umumnya cukup baik dan luas, namun di sekitar Dobo (P. Warmar) mangrove sudah terganggu. Mangrove di sekitar Benjina, P. Ujir masih cukup rapat dan tebal (> 200 meter) dan hampir tidak terganggu sehingga dapat dijumpai diameter pohon yang cukup besar (> 40 cm) (Atlas Sumberdaya Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Maluku Tenggara, 2003). Sebaran mangrove di setiap pulau di tepian Kepulauan Aru dan pesisir Papua menurut interpretasi citra satelit disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Terumbu karang di tepian Laut Arafura terkonsentrasi di pesisir utara, timur, dan selatan Kepulauan Aru dan di bagian utara pesisir Papua dari tepian Laut Arafura, tepatnya di Kaimana dan sekitarnya. Terumbu

karang di Kepulauan Aru termasuk dalam kategori terancam berat oleh kegiatan manusia (Burke et al., 2000). Ancaman tersebut terutama berasal dari praktek penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan penangkapan ikan berlebihan. Sebaliknya ancaman terhadap terumbu karang di Papua relatif lebih ringan, kecuali di tempat-tempat yang berdekatan dengan permukiman. Tabel 1. Luas lahan mangrove di Kepulauan Aru berdasarkan interpretasi citra satelit

No Nama Pulau Mangrove Luas Total

1 Aduar 323.1 737.0 2 Arakula 12.8 12.8 3 Babi 181.7 642.4 4 Barakan 3,164.5 4,342.9 5 Baun 4,435.8 11,698.1 6 Belading 0.0 319.8 7 Binaar 359.4 378.5 8 Wolil 46.6 60.5 9 Wokam 32,712.5 190,069.5

10 Wodinhun 111.7 133.5 11 Watulai 84.9 135.5 12 Wasir 0.0 1,875.0 13 Warkai 1,624.2 16,655.2 14 Warilau 3,305.2 6,993.2 15 Waria 0.0 399.3 16 Wamar 552.0 4,966.5 17 Ujir 361.8 4,364.6 18 Turturjuring 594.8 1,193.9 19 Trangan 25,796.1 243,494.4 20 Toposur 0.0 108.0 21 Toba 0.0 90.1 22 Tabaar 365.2 558.3 23 Surat 0.0 92.1 24 Penjuring 2,281.8 3,547.8 25 Penambulai 6,692.4 13,722.5 26 Panjuring 324.5 1,086.6 27 Nyamuk 0.0 19.1 28 Ngoba 82.1 170.1 29 Mimien 1,466.5 1,880.3

No Nama Pulau Mangrove Luas Total

30 Menlau 0.0 16.3 31 Meirang 156.6 156.6 32 Mariri 24.4 287.2 33 Maria 15,007.8 20,629.7 34 Mar 0.0 15.6 35 Mangan 59.0 83.6 36 Maikor 10,577.8 41,415.5

37 Lewakai 121.4 121.4 38 Lelamtuti 0.0 39 Leer 59.5 480.0 40 Kumul 182.3 292.2 41 Kulur 632.8 632.8 42 Kultubai 0.0 24.0 43 Kola 6,075.1 8,449,534.5 44 Kultubai 336.4 601.7

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005

SDA - 31

Page 4: Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir Laut Arafura

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”

Tabel 2. Lahan mangrove di pesisir Papua tepian Laut Arafura berdasarkan interpretasi citra satelit

No Nama Kabupaten Mangrove Luas Total

1 Asmat 34,481.5 1,636,741.2 2 Boven Digoel 0.0 144,229.5 3 Fak-Fak 1,946.6 665,743.9 4 Kaimana 37,920.8 1,732,262.3 5 Mappi 30,025.9 1,435,699.5 6 Merauke 334,518.0 3,549,514.6 7 Mimika 199,614.9 1,348,220.9 8 Paniai 0.0 139,137.2 9 Teluk Bintuni 0.0 132,649.9

10 Teluk Wondama 0.0 52,160.8

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember SDA - 32

Di pesisir Kepulauan Aru dilaporkan ada sebelas spesies yaitu Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Thallasodendrom ciliatum, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila ovata dan Halophila spinulosa (Bappeda Kab. Maluku Tenggara, 2003). Gambar 2 memperlihatkan hasil akhir pemetaan penutup lahan dan habitat pesisir di perairan Laut Arafura. Dalam gambar tersebut dicontohkan penutup lahan dan habitat pesisir di sebelah tenggara dari Kepulauan Aru. 4. KESIMPULAN Mangrove banyak ditemukan di Kepulauan Aru dan di muara sungai besar di pesisir Papua. Terumbu Karang dan padang Lamun di tepian Laut Arafura terkonsentrasi di pesisir utara, timur, dan selatan Kepulauan Aru dan di bagian utara pesisir Papua dari tepian Laut Arafura.

Keberadaan habitat pesisir tersebut, khususnya untuk mangrove masih terlihat baik, karena masih banyak daerah mangrove yang cukup rapat, akan tetapi daerah terumbu karang dan padang lamun termasuk mengkhawatirkan karena ada ancaman terutama berasal dari praktek penangkapan ikan yang bersifat destruktif. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Daniel R. Monintja, Dr. Ir. H. Fedi Alfiadi Sondita MSc., Dr. Ir. Ari Purbayanto, MSc., Dr. Ir. Richardus Kaswadji, MSc. dan Dr. Ir. Max Maanema yang telah memberikan masukan mengenai informasi data lapangan serta tulisan-tulisan yang ada. DAFTAR PUSTAKA Burke, L., L. Selig, and M. Spalding. 2002. Reef at risk in Southeast Asia. World Resource Institute. RePPProt. 1989. Tinjauan Hasil-Hasil Tahap 1 Maluku dan Nusa Tenggara Jilid 1: Laporan Utama. Pemerintah Republik Indonesia Departemen Transmigrasi, Direktorat Jenderal Penyiapan Pemukiman dengan Land Resource Department and Overseas Development Administration, Foreign and Commonwealth Office. Jakarta. Sadhotomo, B., P. Rahardjo, Wedjadmiko. 2003. Pengkajian kelimpahan dan distribusi sumber daya demersal dan udang di perairan Laut Arafura. Prosiding Forum Pengkajian Stok Ikan Laut 2003, Pusat Riset Perikanan Tangkap, BRKP DKP. 33-45.

Surabaya, 14 – 15 September 2005

Page 5: Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data PJ Di Wilayah Pesisir Laut Arafura

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”

Gambar 2. Peta Informasi Spasial Penutup/Penggunaan Lahan dan Habitat Pesisir di Perairan Arafura

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005

SDA - 33