PAPILLON LEFÈVRE SYNDROME
description
Transcript of PAPILLON LEFÈVRE SYNDROME
PAPILLON LEFÈVRE SYNDROME
Pada tahun 1924, Papillon dan Lefèvre untuk pertama kalinya mendeskripsikan
sindrom yang menyandang nama mereka. Gangguan autosomal resesif ini menunjukkan
manifestasi oral dan dermatologis; perubahan dermatologis serupa dapat ditemukan tanpa
adanya manifestasi oral (keratoderma palmoplantar dari Unna-Thost Syndrome dan Meleda
disease). Karena pola pewarisan autosomal resesif, orang tua biasanya tidak terpengaruh,
hubungan kekerabatan dicatat pada kira-kira sepertiga kasus. Temuan oral yang dominan
adalah periodontitis progresif yang disebabkan oleh cacat pada fungsi neutrofil dan
mekanisme mediasi imun multipel.
Studi genetik dari pasien dengan sindrom Papillon Lefèvre telah memetakan gen
lokus utama pada kromosom 11q14-q21 dan mengungkapkan mutasi dan hilangnya fungsi
dari gen cathepsin C. Gen ini penting dalam pertumbuhan struktur dan perkembangan kulit
dan sangat penting untuk respon kekebalan sel-sel myeloid dan limfoid. Peneliti percaya
bahwa hilangnya fungsi gen cathepsin C mengakibatkan perubahan dalam respon kekebalan
terhadap infeksi. Di samping itu, perubahan gen dapat mempengaruhi integritas epitel
junctional di sekitar gigi.
Sebuah penyakit yang terkait erat dengan sindrom Papillon Lefèvre, Sindrom Haim-
Munk, juga menunjukkan palmoplantar keratosis, penyakit periodontal progresif, infeksi kulit
rekuren, dan beberapa malformasi skeletal. Pada sindrom ini ditemukan manifestasi kulit
yang lebih parah dan penyakit periodontal yang lebih ringan. Penelitian telah menunjukkan
bahwa sindrom Haim-Munk dan periodontitis prepubertal menunjukkan mutasi gen cathepsin
C dan menunjukkan varian alel dari mutasi gen yang bertanggung jawab pada sindrom
Papillon Lefèvre.
GAMBARAN KLINIS DAN RADIOGRAFIS
Sindrom Papillon Lefèvre menunjukkan prevalensi 1-4/ 1 juta orang dalam populasi, dan
carrier terdapat pada 2-4/ seribu orang. Dalam banyak kasus, manifestasi dermatologis
muncul secara klinis dalam 3 tahun pertama kehidupan. Penyebaran transgredient (pertama
terjadi pada telapak tangan dan kaki dan kemudian menyebar ke dorsa tangan dan kaki)
palmar-plantar keratosis berkembang, dengan kadang-kadang terdapat follicular
hiperkeratosis, distrofi kuku, hiperhidrosis, dan keratosis pada siku dan lutut. Bagian tubuh
yang kurang umum terlibat termasuk kaki, paha, permukaan dorsal jari tangan dan kaki, dan
badan. Meskipun penampilan manifestasi dermatologis bervariasi, lesi biasanya hadir sebagai
plak putih, kuning muda, coklat, atau merah yang berkembang menjadi kerak, retakan, atau
celah dalam. Beberapa pasien mengalami kondisi yang memburuk di musim dingin, yang
lainnya menggambarkan deskuamasi keratotik, yang mungkin sulit dibedakan dengan
psoriasis.
Gambar 1. Gambaran klinis dan radiografis pasien dengan sindrom Papillon Lefèvre (a) Lesi
palmar hiperkeratosis. (b) Lesi plantar hiperkeratosis. (c) Hiperkeratosis pada lutut. (d)
Periodontitis pada gigi permanen. (e) Gambaran radiografi periapikal menunjukkan
kehilangan tulang alveolar pada gigi permanen yang erupsi.
Manifestasi oral terdiri dari periodontitis progresif yang dapat ditemukan pada gigi
sulung maupun permanen dan berkembang segera setelah erupsi gigi, juga terdapat gingivitis
hiperplastik dan perdarahan yang luas. Terjadi kehilangan perlekatan dengan cepat, gigi
kehilangan dukungan tulang dan secara radiografis gigi terlihat melayang di jaringan lunak.
Tanpa terapi agresif, hilangnya gigi tak bisa dihindari. Mobilitas dan migrasi gigi dapat
diamati secara konsisten, dan pengunyahan sering kali menyakitkan karena kurangnya
dukungan. Gigi eksfoliasi secara spontan atau diekstraksi karena sensitivitas saat berfungsi.
Proses ini menyebabkan kehilangan dini gigi sulung dan dengan erupsi gigi permanen, pola
destruktif diduplikasi. Ketika terjadi kehilangan gigi, penampilan mukosa alveolar terlihat
normal.
Gambar 2. Gambaran klinis dan radiografis pasien dengan sindrom Papillon Lefèvre (a, c)
Periodontitis pada gigi permanen. (b, d) Gambaran panoramik pada gigi permanen. (e)
Hiperkeratosis. (f) Plantar hiperkeratosis. (g) Palmar hiperkeratosis.
Gambar 3. Gambaran klinis dan radiografis pasien dengan sindrom Papillon Lefèvre (a, b, c,
d) Eritema dan hiperkeratosis. (e) Gambaran radiografi panoramik menunjukkan resorpsi
tulang alveolar.
Meskipun bakteri patogen lainnya telah diisolasi dari situs penyakit, Actinobacillus
actinomycetemcomitans dianggap berhubungan langsung dengan kerusakan periodontal.
Meskipun terdapat komponen herediter dan disfungsi leukosit dapat ditunjukkan, tampak
bahwa infeksi dengan bakteri spesifik poten seperti A. actinomycetemcomitans, harus hadir
untuk pengembangan komponen periodontal. Salah satu penelitian mendokumentasikan
perkembangan fungsi leukosit perifer setelah resolusi sukses dari organisme patogen yang
bertanggung jawab untuk periodontitis. Hal ini menunjukkan bahwa disfungsi leukosit dapat
disebabkan oleh infeksi A. actinomycetemcomitans.
Selain manifestasi dermatologis dan oral, peneliti telah mendokumentasikan berbagai
temuan yang jarang terjadi. Kelambatan perkembangan somatik dan kalsifikasi ektopik dari
cerebri falx dan koroid pleksus telah dilaporkan, selain terjadi peningkatan kerentanan
terhadap infeksi di luar rongga mulut. Infeksi pioderma, furunkulosis, pneumonia, abses hati,
dan infeksi lainnya juga telah didokumentasikan.