pelahiran bayi.docx
-
Upload
puteri-rara-balerna-pratiwi -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of pelahiran bayi.docx
II.1.4.3. Pelahiran Bayi
Pada presentasi kepala, tangan masuk kedalam rongga uterus di antara simfisis dan
kepala janin. Kepala janin dielevasi secara perlahan dengan jari dan telapak tangan melalui
insisi, ditambah tekanan transabdominal sedang pada fundus yang lama pada dispoporsi
sefalopelvik, kepala janin dapat sangat terdesak pada jalan lahir. Tekanan ke atas dengan
tangan asisten operasi didalam vagina akan membantu melonggarkan kepala dan
memungkinkan pengeluaran janin di atas simfisis. Pada wanita yang belum memasuki proses
persalinan, kepala janin mungkin tidak molase, dan karena tidak terdapat bagian kepala yang
menonjol, kepala yang bulat dapat sulit diangkat melalui insisi uterus. Pada keadaan
demikian, peralatan forsep atau vakum dapat digunakan untuk melahirkan kepala janin. Bahu
dilahirkan dengan traksi perlahan dan tekanan pada fundus. Sisa tubuh lain akan mengikuti.
Untuk mencegah aspirasi cairan amnion pada janin, maka hidung dan mulut diaspirasi
dengan balon hisap. Setelah bahu dilahirkan, diberikan infus intravena berisi dua ampul atau
20 unit oksitosin perliter kristaloid dengan kecepatan 10 mL/menit hingga uterus berkontraksi
dengan baik. Setelah itu, kecepatan dapat dikurangi. Pemberian bolus dengan dosis 5 hingga
10 unit dihindari karena dapat menyebabkan hipotensi. Tali pusat kemudian di klem dab bayi
baru lahir dberikan pada anggota tim yang akan memberikan resusitasi jika terjadi asfiksia.
Insisi uterus diamati apakah terjadi perdarahan hebat atau tidak. Sebelumnya insisi ini diklem
dengan forceps cincin atau Pennington atau instrumen lain yang serupa. Kemudian plasenta
dilahirkan jika plasenta tidak keluar secara spontan. American Academy of Pediatrics dan
American College of Obstetricians and Gynecologist (2007) merekomendasikan bahwa
“seseorang yang memenuhi syarat dan memiliki keterampillan dalam resusitasi neonatus
harus berada didalam ruang operasi pelahiran, dengan seluruh alat yang diperlukan untuk
resusitasi neonatus, dan perawatan neonatus.”
Setelah pelahiran plasenta, uterus dapat diangakat melalui lubang insisi ke atas
dinding abdomen yang tertutup kain, dan fundus ditutupi dengan kasa laparotomi yang
lembab, Setelah pelahiran plasenta dan pemeriksaan plasenta, rongga uterus diinspeksi dan
dihisap lalu dibersihkan untuk membuang selaput yang lepas, vekniks, bekuan darah, dan
debris lain. Tepi irisan bagian atas dan bawah serta sudut lateral insisi uterus diperiksa secara
seksama untuk melihat ada tidaknya perdarahan. Insisi uterus kemudian ditutup dengan satu
atau dua lapis benang yang dapat diserap. Banyak ahli menggunakan benang kromik. Hal
penting yang perlu diperhatikan adalah memilih lokasi tusukan dengan hati-hati dan hindari
menarik jarum setelah jarum menembus miometrium. Tindakan ini meminimalkan perforasi
pembuluh darah yang tidak terligasi dan perdarahan lanjut. Jahitan running-lock dilanjutkan
hingga sudut insisi yang berlawanan. Penutupan tepi irisan biasanya memuaskan dengan satu
lapis jahitan, terutama bila segmen bawah uterus tipis. Tepi serosa yang mendasari uterus dan
kandung kemih biasanya ditutup dengan jahitan kontinu benang catgut 2-0.
Semua kasa dibuang, sulci paracolici dan cul-de-sac diksongkan dari darah dan
cairan amnion dengan suction secara perlahan. Beberapa ahli bedah mengirigasi lekukan dan
cul-de-sac, terutama bila terinfeksi mekonium.Setelah penghitungan spons dan instrumen
bedah benar, insisi abdomen ditutup. Seiring dengan ditutupnya setiap lapisan, lokasi
perdarahan dicari, diklem dan diligasi. M.rectus dikembalikan keposisi asal,dan rongga
subfascia di periksa secara hati-hati untuk hemostasis.
Dengan diastasis yang baik, M.rectus dapat ditutup dengan satu atau dua jahitan
figure of eight benang kromik gut 0 atau #1. Fascia rectus diatasnya ditutup dengan jahitan
interuptus benang ukuran 0 yang diabsorbsi lambat pada lateral dari tepi fascia yang berjarak
tidak lebih dari 1 cm, atau dengan teknik kontinu non-locking menggunakan benang yang
diabsorbsi lambat. Jaringan subkutan biasanya tidak perlu ditutup jika ketebalannya kurang
dari 2 cm, dan kulit ditutup dengan jahitan matras vertikal benang silk 3-0 atau 4-0; atau
dengan jahitan subcuticular menggunakan benang 4-0 yang diabsorbsi lambat.
Teknik Insisi Caesar Klasik
Insisi klasik kadang-kadang perlu digunakan untuk pelahiran. Beberapa indikasinya
berasal dari kesulitan memperlihatkan atau memasuki segmen bawah uterus dengan aman.
Sebagai contoh ditemukannya perlekatan kandung kemih dari pembedahan sebelumnya,
leiomioma pada segmen bawah uterus, serviks yang telah diinvasi kanker, obesitas masif
pada ibu yang menyulitkan akses ke segmen bawah uterus, dan beberapa kasus plasenta
previa implantasi anterior, terutama kasus dengan plasenta previa yang tumbuh pada insisi
uterus sebelumnya.
Pada keadaan lain, indikasi janin menentukan perlunya insisi klasik. Pada janin besar
letak lintang, terutama jika membran telah ruptur dan bahu terimpaksi dalam jalan lahir,
biasanya memerlukan insisi klasik. Janin dengan letak lintang punggung bawah sulit untuk
dilahirkan melalui insisi uterus transversal. Kadang-kadang jika janin sangat kecil, terutama
sunsang , dan segmen bawah uterus tidak menipis, maka insisi klasik adalah pilihan terbaik.
Insisi klasik juga disukai jika terdapat janin multipel.
Insisi uterus vertikal dimulai dengan skapel yang diletakan serendah mungkin,
tergantung pada seberapa baik penipisan bawah uterus. Bila perlekatan, paparan tidak cukup,
tumor, atau plasenta prekerta menyulitkan tindakan bladder falp, maka insisi dibuat lebih
tinggi dari kandung kemih. Setelah skalpel memasuki uterus, insisi diperluas ke arah sefal
dengan gunting kasa hingga panjangnya cukup untuk pelahiran janin. Banyaknya pembuluh
darah besar yang mengalami perdarahan hebat biasanya terdapat pada miometrium. Salah
satu metode untuk penjahitan uterus pada teknik insisi klasik adalah menggunakan selapis
kromik catgut 0 atau #1 kontinu untuk menutup separuh insisi yang lebih dalam. Kemudian
separuh insisi uterus bagian luar ditutup dengan jahitan yang sama, baik jahitan kontinu atau
figure of eight. Tusukan jarum yang tidak penting tidak perlu dilakukan agar supaya
pembuluh darah miometrium tidak perforasi dan tidak terjadi perdarahan atau hematoma.
Untuk mendapatkan penjahitan yang baik dan untuk mencegah jahitan sobek melewati
miometrium, maka dibutuhkan asisten untuk menekan uterus disetiap sisi luka menuju tengah
saat setiap menjahit dan mengangkat jahitan. Bila tepi serosa uterus belum ditutup, dijahit
kontinu dengan benang kromik catgut 2-0. Kemudian luka operasi ditutup seperti yang telah
dibahas sebelumnya.