PEMANFAATAN TELESKOP SPEKTOGRAF...
-
Upload
nguyendien -
Category
Documents
-
view
238 -
download
8
Transcript of PEMANFAATAN TELESKOP SPEKTOGRAF...
PEMANFAATAN TELESKOP SPEKTOGRAF ATMOSFER UNTUK MENGETAHUI PENGARUH PERUBAHAN MUSIM TERHADAP KANDUNGAN UAP AIR (H2O) PADA LAPISAN ATMOSFER DI
LAPAN WATUKOSEK PERIODE FEBRUARI 2013-MARET 2014
Gita Iswantari1, Bambang Setiahadi2, Sutrisno3
1Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
2Pembimbing Skripsi, LAPAN Watukosek
3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
Gita Iswantari
Abstrak
Bumi memiliki lapisan gas yang disebut atmosfer. Atmosfer Bumi mengandung Nitrogen (78,17%), Oksigen (20,97%), Argon (0,90%), Karbondioksida (0,04%), uap air dan gas lainnya. Di Indonesia yang be-rada di ekuator hanya mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Penelitian ini ber-tujuan untuk mengetahui apakah kandungan uap air di atmosfer di atas ekuator berubah atau tidak dengan menggunakan teleskop spektograf atmosfer. Hasil analisa data menunjukkan perubahan musim di ekuator tidak berpengaruh terhadap jumlah uap air di atmosfer.
Kata Kunci : atmosfer, uap air, musim, spektograf atmosfer.
Abstract
Earth has a layer of gases called Atmosphere. Earth's atmosphere consists of Nitrogen (78.17 %), Ox-ygen (20.97 %), Argon (0.90%), Carbon dioxide ( 0.04 %), water vapor, and other gases. Indonesia has only two seasons: the rainy season and dry season since it is located in the equator area. This study wanted to de-termine the substance of water vapor in the atmosphere at the equator area which is likely stable by using a spectrograph atmosphere telescope. The data analyse shown that rainy and dry seasons in the equator area does not affect to water vapor concentration (0,70%) in the atmosphere. Keywords: atmosphere, water vapor, season, atmosphere spectrograph
I. PENDAHULUAN
Bumi memiliki lapisan gas yang disebut atmosfer yang berada pada ketinggian 0 km hingga 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik sep-erti komposisi gas, suhu, dan tekanan. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain ber-langsung bertahap. [5]
Sebagai media lingkungan, atmosfer ber-
fungsi untuk menampung berbagai macam gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti Oksigen, Karbon dioksida, dan uap air. Keberadaan berbagai macam gas tersebut apa-bila sesuai kadar maka tidak akan berpengaruh banyak terhadap aktivitas manusia namun se-
baliknya apabila keberadaan gas-gas tersebut melebihi ukuran yang seharusnya maka dikhawatirkan dapat membahayakan umat manusia dan kehidupan di Bumi.
Uap air merupakan salah satu komponen yang berada di atmosfer Bumi meskipun keberadaannya hanya dalam jumlah kecil na-mun uap air bisa mempengaruhi berbagai ak-tivitas kehidupan di Bumi.
Perubahan musim yang tidak menentu
akhir-akhir ini berpengaruh terhadap kan-dungan uap air yang tersimpan pada atmosfer. Ketika di Indonesia terjadi musim kemarau maka kandungan uap air yang ada di atmosfer akan menipis, sebaliknya apabila di Indonesia
sedang terjadi musim penghujan maka kan-dungan uap air di atmosfer meningkat.
Maksud dari penelitian ini adalah ingin
mengetahui kandungan uap air (H2O) yang terkandung pada atmosfer yang teramati dari LAPAN Watukosek dengan menggunakan teleskop spektograf atmosfer. Penelitian juga ingin membuktikan apakah perubahan musim berpengaruh terhadap kandungan uap air di atmosfer.
II. TEORI
1. Pengertian Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang ber-fungsi melindungi bumi dan merupakan reaktor sangat besar tempat terjadinya berbagai reaksi antara berbagai unsur dan senyawa yang diemisikan dari berbagai kegiatan di Bumi. [1]
2. Sifat Atmosfer Bumi
a. Selimut gas tebal yang secara menye-luruh menutupi Bumi sampai ketinggian 560 km dari permukaan Bumi
b. Tidak mempunyai batas mendadak, tetapi menipis lambat laun dengan menambah ketinggian.
c. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan, tidak dapat diraba (kecuali bergerak sebagai angin)
3. Lapisan Atmosfer Lapisan atmosfer terbagi menjadi enam
lapisan yaitu : troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, dan eksosfer.
4. Kandungan Udara Atmosfer
Gas (zat) Berat
Molekul Jumlah
(Komposisi)
Nitrogen (N2) 28.016 78,07%
Oksigen (O2) 32.000 20,95%
Argon (Ar) 39.940 0,93%
Uap air (H2O) 18.020 0-4% Karbondioksida (CO2) 44.010 325 ppm
Neon (Ne) 20.180 18 ppm
Helium (He) 4.000 5 ppm
Krypton (Kr) 83.700 1 ppm
Hidrogen (H2) 2.020 0,5 ppm
Ozon (O3) 48.000 0-12 ppm
5. Kelembaban Udara di Atmosfer Bumi
Kelembaban udara dapat digambarkan se-bagai kelembaban mutlak yaitu kandungan uap air yang sebenarnya di dalam udara. Kelemba-ban relatif merupakan bentuk yang menunjuk-kan indikasi langsung dari potensi penguapan. Jumlah uap air udara yang dapat ditampung tergantung kepada suhu. [2]
6. Musim di Indonesia
Pada bulan Oktober sampai dengan April, Matahari berada pada belahan langit selatan sehingga benua Australia lebih banyak mem-peroleh pemanasan Matahari dari benua Asia. Akibatnya, di Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan ter-jadinya arus angin dari benua Asia menuju benua Australia. Di Indonesia, angin tersebut merupakan angin musim timur laut di belahan bumi utara dan angin barat di belahan bumi se-latan. Oleh karena angin melewati samudera Pasifik dan samudera Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan. [2]
Pada bulan April sampai dengan Oktober matahari berada di belahan langit utara, se-hingga benua Asia lebih panas daripada benua Australia. Akibatnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di Aus-tralia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari Aus-tralia menuju ke Asia. Di Indonesia, terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka pada umumnya di Indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Su-matera, Sulawesi Tenggara dan pantai selatan Irian Jaya. [2]
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di LAPAN Watu-kosek, Pasuruan, Jawa Timur pada periode Februari 2013 sampai Maret 2014.
Prosedur pengambilan data dalam
penelitian ini mempunyai langkah-langkah se-bagai berikut: (1) Pengoperasian Alat Secara Manual (2) Pengambilan Data (3) Pengolahan Data dengan Plot dalam Bentuk Grafik atau Kurva. Setelah proses tersebut maka data dapat dianalisis dengan menggunakan software Mi-crosoft Excel 2007. Analisis juga dilakukan
menggunakan aturan statistik yaitu uji kesa-maan dua rata-rata.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA-
SAN
IV.1 Hasil Penelitian IV.1.1 Data Kandungan Uap Air pada
Musim Penghujan
Waktu Pengambilan
Data
Kandungan H2O
(nanoCounts)
Lama Penyinaran Matahari
(Jam) Tanggal /Bulan/
Tahun
26 Februari
2013
5,87 x 107 3
28 Februari
2013
1,03 x 109 6
6 maret 2013 7,59 x 108 7
13 Maret 2013 4,23 x 109 6,5
21 Maret 2013 3,71 x 108 6,5
5 Maret 2014 1,64 x 106 5
13 Maret 2014 2,95 x 107 4
14 Maret 2014 1,95 x 107 4,5
18 Maret 2014 1,52 x 107 4
21 Maret 2014 9,94 x 106 4
25 Maret 2014 1,84 x 107 8
26 Maret 2014 1,99 x 107 8
28 Maret 2014 1,11 x 107 5
30 Maret 2014 1,18 x 105 7,5
Rata-rata 4,69 x 108 5,64
Simpangan 1,09 x 109
Dari data yang diperoleh rata-rata kan-dungan molekul air pada musim penghujan sebesar 4,69 x 108 Counts dengan simpangan baku sebesar 1,09 x 109. Pengamatan dil-akukan pada bulan Februari dan Maret.
IV.1.2 Data Kandungan Uap Air (H2O) pada Musim Kemarau
Waktu Pengambilan
Data
Kandungan H2O
(nanoCounts)
Lama Penyinaran Matahari
(Jam) Tanggal /Bulan/ Tahun
30 April 2013 1,87 x 107 4
7 Mei 2013 4,94 x 108 6
22 Mei 2013 2,91 x 108 4
12 Juni 2013 2,73 x 108 5
Rata-rata 2,69 x 108 4,8
Simpangan 1,69 x 108
Dari data yang diperoleh diatas didapatkan rata-rata kandungan molekul air pada musim kemarau sebesar 2,69 x 108 Counts dengan simpangan baku sebesar 1,69 x 108. Pengama-tan dilakukan pada bulan April, Mei dan Juni.
IV.2 Analisis Data
Dalam penelitian ini, menggunakan uji sa-tu pihak disebabkan karena nilai dari simpan-gan baku data pada saat musim penghujan dan musim kemarau berbeda, dimana nilai simpan-gan baku dan rata-rata data diperoleh bahwa data pada saat musim penghujan lebih besar daripada data pada saat musim kemarau.
Hipotesis pertama (H0) yang diajukan ada-lah perubahan musim tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan uap air pada lapisan atmosfer, dan untuk hipotesis tandingan (H1) adalah perubahan musim mem-berikan pengaruh terhadap besar kandungan uap air pada atmosfer bumi.
Dalam hal ini ketika nilai simpangan baku pertama (s1) tidak sama nilainya dengan sim-
pangan baku kedua (s2), maka statistik yang digunakan adalah statistik t’ yaitu:[3]
dengan s2 menggunakan perumusan :
Kriteria pengujian adalah : tolak hipotesis H0 apabila
dan terima H0 jika terjadi sebaliknya, dengan :
Peluang untuk penggunaan daftar distri-
busi t ialah (1-α) sedangkan untuk dk masing-masing (n1-1) dan (n2-1). Hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 mendapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Analisis Data
n1 14 w2 7,12 x 1015
n2 4 t1 1,77
Dk 16 t2 2,02
Peluang 0,95 s kuadrat 3,03 x 108
s1 1,09 x 109 Batas 1,79
s2 1,69 x 108 t hitung 0,66
w1 8,46 x 1016
Dari perhitungan dan analisis data seperti tabel diatas diperoleh nilai t’ sebesar 0,66, kriteria pengujian adalah tolak H0 jika :
Karena t’ = 0,66 maka hasil pengujian di-atas dapat disimpulkan bahwa perubahan musim tidak berpengaruh terhadap kandungan uap air pada lapisan atmosfer bumi.
IV.3 Pembahasan
Dari hasil data pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata di-peroleh bahwa hipotesis pertama (H0) diterima. Hal ini terlihat dari hasil uji (t) yang lebih kecil dari batas yang seharusnya. Maka dapat disim-pulkan bahwa hipotesis awal terbukti, peru-bahan musim tidak mempengaruhi besar kan-dungan uap air di lapisan atmosfer.
Pada saat musim hujan, lama penyinaran matahari relatif kecil hal ini berakibat pada menurunnya suhu di bumi yang menyebabkan tingginya kandungan uap air pada lapisan at-mosfer. Sedangkan pada saat musim kemarau, lama penyinaran matahari memiliki angka yang cukup tinggi hal ini berakibat pada meningkatnya suhu di bumi dan menyebabkan kecilnya kandungan uap air yang ada pada lapisan atmosfer. Namun hal yang terjadi secara penelitian menunjukkan hasil yang ber-beda yaitu tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara besar kandungan uap air rata-rata pada musim penghujan dan musim kema-rau.
Prinsip kerja teleskop spektograf atmosfer adalah menempatkan matahari sebagai sumber cahaya. Teleskop dapat menangkap atom yang tereksitasi di atmosfer dengan bantuan cahaya matahari. Atom yang tereksitasi tersebut digambarkan sebagai garis hitam pada garis-garis spektrum. [4]
V. KESIMPULAN
1. Besar kandungan molekul air rata-rata pada saat musim penghujan sebesar 4,69 x 108 Counts, sedangkan pada saat musim kemarau memiliki besar kandungan molekul air rata-rata pada lapisan atmosfer yang teramati sebe-sar 2,69 x 108 Counts. Dimana variabel bebas dari penenlitian ini yaitu lama penyinaran ma-tahari yang diterima setiap hari selama penelitian. Untuk variabel terikat merupakan besar kandungan molekul air yang tersimpan pada atmosfer.
2. Kelembaban udara yang tersimpan pada lapisan atmosfer cenderung konstan meskipun terdapat perubahan musim maupun variasi cuaca. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian dan juga hasil analisis data yang dilakukan bahwa perubahan musim tidak memberikan pengaruh pada besar kandungan uap air yang tersimpan di lapisan atmosfer bumi.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] Tatyafiah. 2009. Struktur dan Komposisi Atmosfer.(Online),
(http:/tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/struktur-dan-komposisi-atmosfer.pdf)
[2] Hidayat, Syarif. Arsitektur-Tropis. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB http://organisasi.org/pengertian-atmosfer-atmosfir-komposisi-fungsi manfaat-atmosfer-bumi (online)
[3] Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito
[4] Setiahadi, B. 2005, Advances and Frontiers in Solar-Terrestrial Magnetohydrodynam-
ics, Computer Simulation and Space Early Warnings at Lapan Watukosek 2005, Pro-siding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi III, P3TIEBPPT, p. 32.
[5] Sasmito, A. 1998 : Characteristic Sea Sur-face Temperature in the Eastern Indone-sian Region to Detect of the ENSO Phe-nomenon. Paper Presented on Conference of Meteorology and Geophysics for Mit-igation of Natural Disaster, Hanoi, Vi-etnam, October 13, 1998
PEMANFAATAN TELESKOP SPEKTOGRAF ATMOSFER UNTUK MENGE-
TAHUI PENGARUH PERUBAHAN MUSIM TERHADAP KANDUNGAN
UAP AIR (H2O) PADA LAPISAN ATMOSFER DI LAPAN WATUKOSEK
PERIODE FEBRUARI 2013-MARET 2014
SKRIPSI
OLEH
GITA ISWANTARI
NIM 100322400947
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
MEI 2014
Pemanfaatan Teleskop Spektograf Atmosfer untuk Mengetahui Pengaruh
Perubahan Musim Terhadap Kandungan Uap Air (H2O) pada Lapisan At-
mosfer di LAPAN Watukosek Periode Februari 2013-Maret 2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Fisika
OLEH
Gita Iswantari
NIM 100322400947
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
Mei 2014
To Determine the Effect of The Changing Seasons to The Vapor Substance in
the Atmosphere Layer in the Period of February 2013- March 2014 Using
Atmospheric Spectograph Telescope at LAPAN Watukosek
THESIS
Present to State University of Malang
in partial fulfillment of the requirements
for the degree of Sarjana
By
Gita Iswantari
NIM 100322400947
STATE UNIVERSITY OF MALANG
FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES
PHYSICS STUDY PROGRAM
Mei 2014
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gita Iswantari
NIM : 100322400947
Jurusan/Program Studi : Fisika/Fisika
Fakultas/Program : MIPA/S1
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, Mei 2014
Yang membuat pernyataan,
Gita Iswantari
i
ABSTRAK
Iswantari, Gita. 2014. Pemanfaatan Teleskop Spektograf Atmosfer untuk Menge-
tahui Pengaruh Perubahan Musim Terhadap Kandungan Uap Air (H2O)
pada Lapisan Atmosfer di LAPAN Watukosek Periode Februari 2013-
Maret 2014. Skripsi, Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Ma-
lang. Pembimbing : (I) Drs. Bambang Setiahadi P., B. Sc, M.Sc, D.Sc,
(II)Drs. Sutrisno, M.T
Kata Kunci : atmosfer, uap air, kelembaban, musim, spektograf atmosfer.
Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk
bumi dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, at-
mosfer terdapat pada ketinggian 0 km di atas permukaan tanah hingga ketinggian
sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa
lapisan yang dinamai menurut fenomena yang terjadi pada lapisan tersebut. Tran-
sisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Atmosfer bumi terdiri atas nitrogen (78,17%) dan oksigen (20,97%),
dengan sedikit argon (0,9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0,0357%),
uap air, dan gas lainnya.
Pada umumnya pembagian musim dalam satu tahun dibedakan menjadi
empat macam musim yaitu musim panas, musim gugur, musim semi dan musim
dingin. Namun, tidak seperti yang terjadi di Indonesia yang hanya memiliki dua
macam musim yaitu musim hujan dan musim kemarau hal ini disebabkan karena
Indonesia terletak pada daerah tropis.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kandungan uap air pada
lapisan atmosfer menggunakan alat yang disebut teleskop spektograf atmosfer.
Prinsip kerja teleskop spektograf atmosfer yaitu intensitas sinar matahari sebagai
sumber cahaya. Disini peneliti ingin membuktikan apakah perubahan musim ber-
pengaruh terhadap kandungan uap air di Atmosfer.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala lim-
pahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Teleskop Spektograf Atmosfer
untuk Mengetahui Pengaruh Perubahan Musim Terhadap Kandungan Uap Air
(H2O) pada Lapisan Atmosfer di LAPAN Watukosek Periode Februari 2013-
Maret 2014”.
Penyusunan skripsi dilakukan dengan melalui tahapan penelitian pengama-
tan terlebih dahulu. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh perubahan musim
terhadap kandungan uap air dalam atmosfer bumi. Hasil pengamatan dianalisis
menggunakan software Microsoft excel 2007 dimana data pengamatan diperoleh
dengan menggunakan software Stellarnet dan juga RunSWDemo. Banyak sekali
hambatan dan kesulitan dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi. Oleh ka-
rena itu, dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Arif Hidayat, M.Si, selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang
2. Bapak Dr. Markus Diantoro, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fisika Uni-
versitas Negeri Malang
3. Bapak Drs. Bambang Setiahadi P., B.Sc, M.Sc, D.Sc selaku pembimb-
ing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan serta saran selama
penulisan skripsi dengan penuh kesabaran
iii
4. Bapak Drs. Sutrisno, M.T selaku pembimbing II yang telah mem-
berikan dukungan dan arahan agar penulisan skripsi ini lebih baik
5. Bapak Samsul Hidayat , S.Si, M.T selaku penguji yang telah mem-
berikan masukan dan saran agar penulisan skripsi ini memberikan hasil
yang baik
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Manan dan Ibu Markamah yang sudah
memberikan motivasi, dukungan dan do’a selama penelitian hingga
penyusunan skripsi
7. Untuk keluarga dan kakak-kakak ku, mbak Tutik, Mbak Amin, mas
Bari yang senantiasa selalu memberi dorongan semangat supaya adek
kecilnya ini segera lulus terimakasih untuk semuanya
8. Seluruh pegawai Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Wa-
tukosek, Pak Nanang, Pak Marlan, Mas Amri, Mas MPR, Mas Ninoi
yang telah memberikan dukungan dan hiburan
9. Sahabat-sahabatku tersayang Oncom, Nanoy, Tiara, Linda, Cicik, No-
via, Didit yang telah dengan setia menemani dan saling mendukung
dari awal hingga akhir penelitian
10. Semua teman-teman Fisika angkatan 2010 khususnya keluarga GM
mania, Lilis, Nisfi terimakasih untuk kebersamaan yang indah selama
ini
11. Semua penghuni kost Magelang 5, Kakak Idhah, dek Ria, Ninik, mama
Vian, mbak Vika, mbak Lita, mbak Nora, mbak Yeni, dek Hanum, Pu-
iv
tri, Ayu terima kasih untuk semua kebersamaan dan dukungan selama
ini
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terima kasih untuk dukungan dan motivasi selama penulisan skripsi
Skripsi ini tentu masih banyak memiliki kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua
orang.
Malang, Mei 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ………………………………………………. i KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii DAFTAR ISI ………………………………………………. v DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. vii DAFTAR TABEL
………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……………………….…….…... 1 1.2 Rumusan Masalah………………………………….…….. 3 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………… 3 1.4 Manfaat Penelitian………………………………….……. 4 1.5 Batasan Masalah…………………………………………. 4 1.6 Definisi Operasional……………………………………... 4 1.7 Hipotesis…………………………………………………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Atmosfer…………………………………….. 6 2.2 Sifat Atmosfer Bumi……………………………………. 7 2.3 Lapisan Atmosfer……………………………………….. 8 2.4 Kandungan Udara Atmosfer……………………………. 13 2.5 Manfaat Atmosfer Bumi………………………………… 15 2.6 Kelembaban Udara di Atmosfer Bumi………………….. 16 2.7 Musim di Indonesia……………………………………... 17 2.8 Teleskop Spektograf Atmosfer………………………….. 19 2.9 Prinsip Kerja Teleskop Spektograf Atmosfer…………… 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……………………………………….. 26 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………… 26 3.3 Alat-alat……………………………………………….…. 26 3.4 Prosedur Kerja…………………………………………… 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian…………………………………………... 32
4.1.1 Data Intensitas Matahari…………………………… 32 4.1.2 Data Kandungan Uap Air (H2O) pada Musim
Penghujan………………………………………….. 33
4.1.3 Data Kandungan Uap Air (H2O) pada Musim Ke-marau……………………………………………
34
4.2 Analisis Data Uji Kesamaan Dua Rata-rata : Uji Satu Pihak……………….…………………………………...
35
4.3 Pengaruh Perubahan Musim Terhadap Kandungan H2O dalam Atmosfer………………………………….…...
37
vi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………. 39 5.2 Saran……………………………………………………... 40
DAFTAR RUJUKAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1.1 Lapisan Atmosfer Bumi………………………………. 7
2.3.1 Lapisan Atmosfer Bumi dengan Ketinggiannya…….... 13
2.6.1 Perubahan Arah Angin di Indonesia………………….. 18
2.7.1 Diagram Skematis Cahaya Kuantum…………………. 20
2.7.2 Kurva Planck secara Teori……………………………. 20
2.7.3 Hasil Pengamatan Tanggal 10 Juni 2012……….…….. 21
2.7.4 Garis Spentrum Fraunhofer…………………………… 21
2.7.5 Perbandingan dengan Spektra lab…………………….. 23
2.7.6 Diagram Skematis Spektograf………………………… 24
2.9.1 Diagram alir prinsip kerja Teleskop…………………… 25
3.3.1 Teleskop Hα beserta spektograf………………………. 26
3.4.1 Menu Awal Software runSWDemo…………………… 27
3.4.2 Analisis data dengan Microsoft Excel………………… 31
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.4.1 Komposisi Atmosfer Bumi…………………………….. 14
2.8.1 Garis Utama Fraunhofer……………………………….. 22
4.1. Lama Penyinaran Matahari..…...……………………….. 32
4.2 Kandungan Uap Air pada Musim Penghujan………………. 33
4.3 Kandungan Uap Air pada Musim Kemarau…………….. 34
4.4 Hasil analisis uji kesamaan rata-rata………………….. 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi sebuah planet termasuk
Bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi,
atmosfer berada pada ketinggian 0 km di atas permukaan Bumi sampai dengan
ketinggian sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas
beberapa lapisan yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut.
Atmosfer juga dapat dibedakan berdasarkan karakteristik seperti komposisi gas,
suhu, dan tekanan. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung
bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan
masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar Matahari saat terbit dan tenggelam,
serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di
wahana luar angkasa kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
atmosfer.
Atmosfer sebagai salah satu media lingkungan perlu mendapat
perlindungan terhadap pencemaran yang mengganggu kesehatan manusia.
Sebagai media lingkungan, atmosfer berfungsi untuk menampung berbagai
macam gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti oksigen, karbon
dioksida, dan uap air. Keberadaan berbagai macam gas tersebut apabila berada di
batas ambang baku mutu maka tidak akan berpengaruh banyak terhadap aktivitas
2
manusia namun sebaliknya apabila keberadaan gas-gas tersebut melebihi batas
ambang baku mutu maka dikhawatirkan dapat membahayakan umat manusia dan
kehidupan di Bumi.
Uap air merupakan salah satu komponen yang berada di atmosfer Bumi
dimana keberadaannya hanya dalam jumlah kecil namun uap air bisa
mempengaruhi berbagai aktivitas kehidupan di Bumi. Kandungan uap air yang
hanya berkisar pada 0,7% dari berbagai gas yang terkandung dalam atmosfer bisa
sangat berpengaruh apabila keberadaannya melebihi batas maksimum berada di
atmosfer.
Perubahan musim yang tidak menentu akhir-akhir ini sedikit banyak juga
berpengaruh terhadap kandungan uap air yang tersimpan pada atmosfer. Ketika di
Indonesia terjadi musim kemarau maka kandungan uap air yang ada di atmosfer
akan menipis, sebaliknya apabila di Indonesia sedang terjadi musim penghujan
maka bisa diperkirakan jika kandungan uap air di atmosfer meningkat.
Maksud dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui kandungan
uap air (H2O) yang terkandung pada atmosfer yang teramati dari LAPAN
Watukosek dengan menggunakan alat yang dinamakan teleskop spektograf
atmosfer. Di sini peneliti juga ingin membuktikan bahwa perubahan musim
berpengaruh terhadap kandungan uap air di atmosfer. Untuk itu peneliti
mengambil judul “Pemanfaatan Teleskop Spetograf Atmosfer Untuk Mengetahui
Pengaruh Perubahan Musim Terhadap Kandungan Uap Air (H2O) pada Lapisan
Atmosfer di LAPAN Watukosek Periode Februari 2013-Maret 2014”
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah besar kandungan uap air (H2O) pada musim kemarau dan musim
penghujan di lapisan atmosfer yang teramati dengan menggunakan teleskop
spektograf atmosfer di area Watukosek?
2. Apakah pengaruh perubahan musim kemarau dan musim penghujan di Indonesia
terhadap kandungan uap air (H2O) pada lapisan atmosfer yang teramati dari
LAPAN Watukosek pada periode Februari 2013-Maraet 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dikemukakan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi besar kandungan uap air (H2O) pada musim kemarau dan
musim penghujan di lapisan atmosfer yang diamati dengan menggunakan teleskop
spektograf atmosfer di area Watukosek
2. Mengetahui pengaruh perubahan musim kemarau dan musim penghujan di
Indonesia terhadap kandungan uap air (H2O) di lapisan atmosfer yang teramati
dari LAPAN Watukosek pada periode Februari 2013-Maret 2014
4
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penulisan ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memperoleh informasi tentang kandungan uap air pada lapisan atmosfer saat
musim kemarau dan musim penghujan di LAPAN Watukosek periode Februari
2013-Maret 2014
2. Memberikan informasi tentang pengaruh perubahan musim terhadap besarnya
kandungan uap air di LAPAN Watukosek periode Februari 2013-Maret 2014
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terfokus, maka terdapat beberapa batasan
masalah yang diantaranya:
1. Permasalahan yang ditinjau adalah tentang kandungan uap air (H2O) yang ada di
atmosfer
2. Data yang diambil untuk dianalisis adalah data berupa kurva spektrum atmosfer
yang diambil pada bulan Februari 2013-Maret 2014 di LAPAN Watukosek
1.6 Definisi Operasional
1. Atmosfer Bumi merupakan lapisan udara yang menyelubungi Bumi, tersusun atas
mermacam-macam gas dengan ketebalan hingga 560 km dari permukaan Bumi
2. Teleskop Spektograf Atmosfer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengetahui unsur-unsur dan juga berbagai macam kandungan unsur seperti
oksigen, ozon, uap air, dan aerosol yang ada dalam atmosfer Bumi
5
3. Musim adalah peristiwa yang terjadi pada setiap tahun ketika kondisi cuaca
sedang terjadi dalam wilayah tertentu dalam jarak tertentu. Di daerah ekuator
bumi (yang berada pada paralel 0o atau khatulistiwa) terdapat dua musim yaitu :
musim kemarau dan musim hujan, karena wilayah tersebut memiliki curah hujan
yang tinggi, namun suhunya tidak berbeda jauh dari daerah-daerah lain yang
berada pada 7o yang memiliki empat perubahan musim.
4. Intensitas sinar Matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang berkisar antara 380-750 nm yang berbentuk paket-
paket partikel yang dinamakan foton
5. Kelembaban udara disebut juga kelengasan atau kebasahan udara, yaitu
kandungan uap air di udara. Tekanan dan suhu udara mempengaruhi kandungan
air di udara.
6. Uap air berasal dari penguapan (evapotranspirasi) yang terjadi di permukaan bumi
dan merupakan sumber utama bagi pembentukan awan dan presipitasi.
1.7 Hipotesis
Dari tujuan dan kajian pustaka di atas, maka dapat ditarik hipotesis dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Kandungan partikel air rata-rata di atmosfer akan lebih besar ketika pada
musim hujan dibandingkan saat musim kemarau
2. Perubahan musim yang terjadi di Indonesia ikut mempengaruhi besar
kandungan partikel uap air yang tersimpan pada lapisan atmosfer Bumi
41
DAFTAR PUSTAKA
Endangjegoz.wordpress.com/2012/12/13/cuaca-dan-iklim/ (Online)
Hidayat, Syarif. Arsitektur-Tropis. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB
http://organisasi.org/pengertian-atmosfer-atmosfir-komposisi-fungsi
manfaat-atmosfer-bumi (online)
httpaas07.files.wordpress.com200905atmosfer-bumi1.pdf (Online)
http://organisasi.org/pengertian-atmosfer-atmosfir-komposisi-fungsi-manfaat-atmosfer-bumi (online)
Jain S.L., Ghude D., Arya C.B., 2005. Signature of Increasing Total Column Wa-
ter Vapour and Surface Temperatur at Maitri, Antarctica, CURRENT
SCIENCE, Vol.89, No.11
National Research Council (U.S.). Astronomy and Astrophysics Survey Commit-
tee. Astronomy and astrophysics in the new millennium: Panel reports.
National Academies Press, 2001
Sasmito, A. 1998 : Characteristic Sea Surface Temperature in the Eastern Indo-
nesian Region to Detect of the ENSO Phenomenon. Paper Presented on
Conference of Meteorology and Geophysics for Mitigation of Natural Dis-
aster, Hanoi, Vietnam, October 13, 1998
Schneider, K., Kirtman P., Lindzen R. 1999. Tropospheric Water Vapor and Cli-
mate Sensitivity, American Meteorological Society
42
Setiahadi, B. 2005, Advances and Frontiers in Solar-Terrestrial Magnetohydro-
dynamics, Computer Simulation and Space Early Warnings at Lapan Wa-
tukosek 2005, Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi ser-
ta Aplikasi III, P3TIEBPPT, p. 32.
Setiahadi, Bambang. 2009. Global MHD Simulation Of The Magnetospheric Re-
sponse Due To Transient Solar Wind Studied At LAPAN Watukosek 2009:
The Space Early Warnings: LAPAN
Setiahadi, Bambang. 2012. Digital Solar Physics. LAPAN. Course Conducted at
The Langkawi National Observatory Angkasa Space Agency, Malaysia
Setiahadi, B. (2012). First Light Global Solar-Atmospheric Spectrograph Tele-
scope Developed at Watukosek, in progress
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito
Tatyafiah. 2009. Struktur dan Komposisi Atmosfer (Online),
(http:/tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/struktur-dan-komposisi-
atmosfer.pdf)
Totok Gunawan, Dr, dkk. 2002. Kurikulum 1994 Suplement GBPP 1999 Geografi
SMU Jilid 1. Jakarta : Erlangga
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang berfungsi melindungi bumi dan
merupakan reaktor sangat besar tempat terjadinya berbagai reaksi antara berbagai
unsur dan senyawa yang diemisikan dari berbagai kegiatan di Bumi. (Tatyalfiah,
2009)
Di Bumi, atmosfer terdapat pada ketinggian 0 km diatas permukaan
tanah hingga ketinggian sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer ter-
susun atas beberapa lapisan yang dinamai menurut fenomena yang terjadi pada
lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung
bertahap.
Atmosfer mengandung campuran gas-gas yang lebih dikenal dengan
nama udara dan menutupi seluruh permukaan Bumi. Campuran gas-gas ini
menyatakan komposisi dari atmosfer Bumi. Bagian bawah dari atmosfer Bumi
dibatasi oleh daratan, samudera, sungai, danau es, dan permukaan salju. Batas
atasnya tidak terdefinisi, tetapi dalam kajian meteorologi akan dipelajari atmosfer
dalam ketinggian tertentu, dimana didalamnya terdapat fenomena-fenomena
cuaca. (Prawirowardoyo, 1996. 14)
7
Gambar 2.1.1 Lapisan Atmosfer Bumi
2.2 Sifat Atmosfer Bumi
1. Merupakan selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi Bumi
sampai ketinggian 560 km dari permukaan Bumi
2. Atmosfer bumi tidak mempunyai batas mendadak, tetapi menipis lambat
laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer
dan angkasa luar
3. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan, tidak dapat diraba
(kecuali bergerak sebagai angin)
4. Mempunyai berat (56 x 1014 ton) dan dapat memberikan tekanan 99%
dari beratnya berada sampai ketinggian 30 km dan separuhnya berada di
bawah 6 km
5. Memberikan tahanan jika suatu benda melewatinya berupa panas akibat
pergesekan (misalnya meteor hancur sebelum mencapai permukaan bumi).
Sangat penting untuk kehidupan dan sebagai media untuk proses cuaca.
Sebagai selimut yang melindungi bumi terhadap tenaga penuh dari ma-
tahari pada waktu siang, menghalangi hilangnya panas pada waktu malam.
8
2.3 Lapisan Atmosfer
a. Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling
ideal untuk menopang kehidupan di Bumi. Dalam lapisan ini kehidupan
terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit
lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah
lapisan yang paling tipis (kurang lebih 15 km dari permukaan tanah). Da-
lam lapisan ini hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak,
angin, tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung.
Suhu udara pada permukaan air laut berkisar antara 30oC dan semakin baik
ke atas maka suhu akan semakin turun. Setiap kenaikan 100 m akan berku-
rang sekitar 0,61oC (Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca
seperti hujan, angin, musim salju, kemarau dan berbagai fenomena cuaca
yang lain. (Wikipedia)
Ketinggian paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari
lapisan troposfer karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari Ma-
tahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Apabila ketinggian bertambah
maka suhu udara akan berkurang secara tunak (steady) dari sekitar 17oC
sampai -52oC. Pada permukaan bumi tertentu seperti daerah pegunungan
dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu ter-
sebut. (Wikipedia)
Pada lapisan troposfer terdapat gas-gas rumah kaca yang dapat me-
nyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global yang akhir-akhir ini
9
sangat meresahkan manusia. Lapisan troposfer terdiri atas beberapa sub
lapisan, yaitu :
1. Lapisan planetair : 0-1 km
2. Lapisan konveksi : 1-8 km
3. Lapisan tropopause : 8-12 km
Tropopause merupakan lapisan pembatas antara lapisan troposfer
dengan lapisan stratosfer yang temperaturnya relatif konstan. Pada lapisan
tropopause kegiatan udara secara vertical terhenti.
b. Stratosfer
Lapisan kedua dari atmosfer adalah lapisan stratosfer. Stratosfer ter-
letak pada ketinggian antara 18-49 km dari permukaan bumi. Lapisan ini
ditandai dengan adanya proses inverse suhu, artinya suhu udara bertambah
tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian dari permukaan bumi. Kenaikan
suhu udara berdasarkan ketinggian mulai terhenti yaitu pada puncak
lapisan stratosfer yang disebut dengan stratopause dengan suhu udara seki-
tar 0oC. (Gunawan, 2002)
Stratopause adalah lapisan batas antara stratosfer dengan mesosfer,
lapisan ini terletak pada ketinggian sekitar 50-60 km dari permukaan bumi.
Stratosfer terdiri atas tiga lapisan yaitu, lapisan isotermis, lapisan panas,
dan lapisan campuran teratas.
Pada umumnya suhu udara pada lapisan stratosfer sampai ketinggian
20 km adalah tetap. Lapisan ini disebut dengan lapisan isotermis. Lapisan
isotermis merupakan lapisan paling bawah dari stratosfer. Setelah lapisan
isotermis, berikutnya terjadi peningkatan suhu hingga ketinggian sekitar
10
45 km. Kenaikan temperatur pada lapisan ini disebabkan oleh adanya
lapisan ozon yang menyerap sinar ultraviolet yang dipancarkan sinar ma-
tahari, lapisan stratosfer ini tidak memiliki uap air, awan ataupun debu at-
mosfer, dan biasanya pesawat-pesawat yang menggunakan mesin jet
terbang pada lapisan ini.
Perubahan secara bertahap dari lapisan troposfer menuju lapisan
stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Suhu pada lapisan
stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu -70oF
atau sekitar -57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi
dengan pola aliran yang tertentu. Awan tinggi jenis cirrus sering terjadi
pada lapisan paling bawah namun tidak ada pola cuaca signifikan yang ter-
jadi pada lapisan ini. Dari bagian tengah stratosfer ke atas, pola suhu beru-
bah menjadi semakin bertambah seiring kenaikan ketinggian. Hal ini
dikarenakan bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon semakin ber-
tambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra violet, suhu pada
lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km.
Lapisan stratopause memisahkan lapisan stratosfer dengan lapisan beri-
kutnya.
c. Mesosfer
Lapisan mesosfer merupakan lapisan udara ketiga dimana suhu at-
mosfer akan berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga lapisan se-
lanjutnya yaitu termosfer. Mesosfer terletak pada ketinggian antara 49-82
km dari permukaan bumi. Lapisan ini merupakan lapisan pelindung bumi
dari jatuhan meteor atau benda-benda angkasa luar lainnya. Udara yang
11
berada disini akan mengakibatkan pergeseran yang berlaku dengan objek
yang datang dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Sebagian
besar meteor yang sampai ke bumi terbakar pada lapisan ini. (Universitas
Hasanudin, 2012)
Lapisan mesosfer ini ditandai dengan penurunan suhu udara, rata-rata
0,4oC per seratus meter. Penurunan suhu udara ini disebabkan karena
mesosfer memiliki kesetimbangan radioaktif yang negatif. Temperatur ter-
endah di mesosfer kurang dari -81oC, bahkan di puncak mesosfer yang
disebut mesopause yaitu lapisan batas antara mesosfer dengan lapisan ter-
mosfer temperaturnya diperkirakan mencapai sekitar -100oC.
d. Termosfer
Termosfer adalah lapisan udara keempat, transisi dari lapisan mesosfer
menuju lapisan termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Lapisan
termosfer berada di atas mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km
sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Pada lapisan ini gas-gas akan
terionisasi, oleh karenanya lapisan ini sering juga disebut lapisan ionosfer.
Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksigen atomik di sini. Proses
pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan
menghasilkan panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu pada
lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan meningkatnya
ketinggian. (Wordpress, 2009)
Lapisan ini disebut lapisan termosfer karena terjadi kenaikan tempera-
tur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini
terjadi karena serapan (absorpsi) radiasi sinar ultraviolet. Radiasi ini me-
12
nyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik
yang dikenal dengan nama ionosfer yang dapat memantulkan gelombang
radio. (Wordpress, 2009)
e. Ionosfer
Lapisan ionosfer terletak sekitar 80 km sampai 450 km diatas per-
mukaan bumi. Dalam lapisan ini, molekul-molekul nitrogen dan oksigen
banyak melepaskan elektron setelah menyerap sinar ultraviolet. Akibatnya,
pada lapisan ini banyak terdapat ion-ion positif dan elektron bebas. Peri-
stiwa seperti ini disebut dengan ionisasi. Pada keadaan tertentu elektron
bebas dapat menumbuk ion positif. Akibat tumbukan tersebut, ion positif
berubah menjadi atom netral. Peristiwa seperti ini disebut rekombinasi.
Ionosfer dapat memantulkan gelombang radio, pemantulan tersebut dapat
berlangsung beberapa kali antara lapisan ionosfer dengan permukaan
bumi. Akibatnya, gelombang radio dapat mencapai tempat yang sangat
jauh. Itulah sebabnya kita dapat mendengar siaran radio atau televisi dari
pemancar yang letaknya sangat jauh. (Gunawan, 2002)
f. Eksosfer
Eksosfer merupakan lapisan udara kelima, eksosfer terletak pada
ketinggian antara 800-1000 km dari permukaan bumi. Lapisan ini merupa-
kan lapisan atmosfer paling luar. Pada lapisan ini hampir tidak ada tekanan
udara dengan kata lain, berat udara pada lapisan ini sama dengan nol (tidak
ada pengaruh gravitasi bumi). Akibatnya, molekul-molekul gas pada
lapisan ini dapat meninggalkan atmosfer menuju luar angkasa. (Gunawan,
2002)
13
Pada lapisan eksosfer merupakan tempat terjadinya gerakan atom-atom
secara tidak beraturan. Lapisan ini merupakan lapisan paling panas, sering
disebut pula dengan ruang antar planet dan geostasioner. Lapisan eksosfer
sangat berbahaya, karena merupakan tempat terjadinya kehancuran meteor
dari angkasa luar.
Gambar 2.3.1 Lapisan Atmosfer Bumi dengan Ketinggian Masing-masing (Wikipedia)
2.4 Kandungan Udara Atmosfer
Atmosfer mengandung campuran gas-gas yang lebih dikenal dengan
nama udara dan menutupi seluruh permukaan bumi. Campuran gas-gas ini menya-
takan komposisi dari atmosfer bumi. Bagian bawah dari atmosfer bumi dibatasi
oleh daratan, samudera, sungai, danau es, dan permukaan salju. (Prawirowardoyo,
1996. 14)
Udara adalah campuran berbagai unsur dan senyawa kimia sehingga
udara menjadi beragam. Keberagaman terjadi karena kandungan uap air dan
susunan masing-masing bagian dari sisa udara (disebut angin kering). Atmosfer
bumi terdiri atas nitrogen (78,17%) dan oksigen (20,97%), dengan sedikit argon
14
(0,9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0,0357%, uap air, dan gas
lainnya).
Tabel 2.4.1 Komposisi Atmosfer Bumi s/d Ketinggian 100 km
Gas (zat) Berat Molekul Jumlah (Kom-
posisi) Nitrogen (N2) 28.016 78,07% Oksigen (O2) 32.000 20,95% Argon (Ar) 39.940 0,93% Uap air (H2O) 18.020 0-4% Karbondioksida (CO2) 44.010 325 ppm Neon (Ne) 20.180 18 ppm Helium (He) 4.000 5 ppm Krypton (Kr) 83.700 1 ppm Hidrogen (H2) 2.020 0,5 ppm
Ozon (O3) 48.000 0-12 ppm
Gas nitrogen merupakan gas yang paling banyak terdapat dalam
lapisan udara atau atmosfer bumi. Salah satu sumbernya yaitu berasal dari pemba-
karan sisa-sisa pertanian dan akibat letusan gunung api. Gas lain yang cukup ban-
yak dalam atmosfer adalah oksigen. Oksigen antara lain berasal dari hasil proses
fotosintesis pada tumbuhan yang berdaun hijau. Dalam proses fotosintesis, tum-
buhan menyerap karbondioksida dari udara dan mengeluarkan oksigen.
Selain keempat gas tersebut ada beberapa gas lain yang terdapat di da-
lam atmosfer, yaitu diantaranya ozon. Walaupun ozon memiliki jumlah yang san-
gat kecil namun sangat berguna bagi kehidupan karena ozon dapat menyerap sinar
ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari sehingga jumlahnya sudah sangat
berkurang ketika sampai di permukaan bumi.
Selain unsur pembentuk yang berupa gas, atmosfer juga mengandung
partikel padat dan cair, yang kebanyakan begitu kecilnya sehingga gerakan udara
15
dapat mengimbangi kecenderungan partikel tersebut jatuh ke tanah. Partikel terse-
but dapat berasal dari debu yang terangkai oleh angin, partikel garam laut, atau-
pun hasil pembakaran dan pengolahan dalam industri.
Salah satu jenis gas yang juga ikut menyusun atmosfer bumi adalah
uap air, meskipun jumlah uap air dalam atmosfer relatif sedikit namun
keberadaannya memiliki peran penting. Uap air berasal dari penguapan (evapo-
transpirasi) yang terjadi di permukaan bumi dan merupakan sumber utama bagi
pembentukan awan dan presipitasi. Di samping sebagai penyerap radiasi surya,
bumi dan atmosfer, juga dapat berfungsi sebagai bahan pemindah energi kalor
laten.
Penelitian terbaru menunjukkan pendinginan di stratosfer di daerah
yang konsentrasi uap airnya meningkat, hampir sama dengan akibat penguraian
molekul ozon di stratosfer, menunjukkan adanya peningkatan penyebab yang
mengakibatkan penurunan temperatur stratosfer. (Jain, et.al, 2005)
2.5 Manfaat Atmosfer Bumi
Sebagai lapisan yang berfungsi melingkupi atau menyelimuti bumi,
atmosfer sudah tentu memiliki banyak manfaat entah bagi bumi sendiri atau bagi
semua makhluk yang hidup di bumi. Beberapa contoh manfaat atmosfer bagi
bumi dan kehidupannya adalah sebagai berikut:
1. Melindungi bumi dari benda-benda angkasa yang jatuh ke bumi
yang dikarenakan oleh gaya gravitasi bumi
2. Melindungi bumi dari radiasi ultraviolet yang berbahaya bagi ke-
hidupan makhluk di bumi dengan lapisan ozon
16
3. Mengandung gas-gas yang sangat dibutuhkan makhluk hidup un-
tuk bernafas dan keperluan lainnya seperti oksigen, nitrogen, kar-
bondioksida, dan uap air
4. Pelindung bumi dari pemanasan dan pendinginan yang berlebihan
(tanpa atmosfer suhu pada siang hari lebih dari 93oC dan dimalam
hari dapat mencapai -184oC
2.6 Kelembaban Udara di Atmosfer Bumi
Kelembaban udara dapat digambarkan sebagai kelembaban mutlak yai-
tu kandungan uap air yang sebenarnya di dalam udara. Kelembaban relatif meru-
pakan bentuk yang menunjukkan indikasi langsung dari potensi penguapan.
Jumlah uap air udara yang dapat ditampung tergantung kepada suhu. Kandungan
uap air di atmosfer secara rata-rata cenderung konstan sekalipun ada perubahan
musim dan variasi cuaca. (Syarif Hidayat, 2010)
Untuk mendapatkan data kondisi kelembaban cukup dengan menen-
tukan kelembaban relatif rata-rata bulanan maksimum dan minimum. Sedangkan
kelembaban relatif minimum rata-rata selama 12 bulan. Kelembaban relatif bi-
asanya maksimum pada pukul 6.00 pagi dan pukul 15.00 minimum pada sore hari.
Udara di atas Indonesia senantiasa lembab. Di Dataran rendah kelem-
baban udara selalu tinggi sedangkan untuk di daerah dataran tinggi kelembaban
udara yang tinggi lebih memungkinkan turunnya hujan. Karena sifat kepulauan
dari Indonesia maka kelembaban udara di atas Indonesia cenderung tinggi.
17
2.7 Musim di Indonesia
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi
ke daerah bertekanan udara rendah. Tekanan udara berhubungan erat dengan tem-
peratur. Apabila temperatur tinggi maka tekanannya rendah. (Tugino, 2011)
Tekanan udara pada berbagai wilayah di muka bumi tidak sama. Dae-
rah tropis, terutama disekitar ekuator (10oLU-10oLS) mempunyai tekanan udara
rendah. Daerah pusat tekanan udara rendah pada wilayah ini disebut daerah mini-
mum ekuatorial (daerah Doldrum). Hal ini disebabkan oleh suhu rata-rata yang
selalu tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, daerah subtropis merupakan pusat
tekanan udara tinggi karena kurang mendapat sinar matahari. (Syarif Hidayat,
2010)
Di Indonesia yang secara geografis terletak di antara dua benua dan
dua samudera, memiliki angin pasat yang mengalami perubahan menjadi angin
musim (angin muson). Perubahan ini disebabkan oleh pergeseran semu tahunan
Matahari antara garis balik utara dan garis balik selatan. (Syarif Hidayat, 2010)
Pada bulan Oktober sampai dengan April, Matahari berada pada be-
lahan langit selatan sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pema-
nasan Matahari dari benua Asia. Akibatnya, di Australia terdapat pusat-pusat
tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan
udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan terjadinya arus angin dari
benua Asia menuju benua Australia. Di Indonesia, angin tersebut merupakan an-
gin musim timur laut di belahan bumi utara dan angin barat di belahan bumi se-
latan. Oleh karena angin melewati samudera Pasifik dan samudera Hindia maka
18
banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim
penghujan. (Syarif Hidayat, 2010)
Pada bulan April sampai dengan Oktober matahari berada di belahan
langit utara, sehingga benua Asia lebih panas daripada benua Australia. Aki-
batnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di Australia
terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari
Australia menuju ke Asia. Di Indonesia, terjadi angin musim timur di belahan
bumi selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tid-
ak melewati lautan yang luas maka pada umumnya di Indonesia terjadi musim
kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, Sulawesi Tenggara dan pantai selatan
Irian Jaya. (Syarif Hidayat, 2010)
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pan-
caroba atau peralihan. Musim pancaroba sendiri terdiri dari dua musim yaitu
musim kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim
kemarau dan musim labuh yang merupakan peralihan dari musim kemarau
menuju musim penghujan.
19
Gambar 2.6.1 Perubahan Arah Angin di Indonesia
2.8 Teleskop Spektograf Atmosfer
Selain data dua dimensi, unsur-unsur dalam lapisan atmosfer bisa dia-
mati dengan data lain, dan outputnya digambarkan dengan kurva spektrum yaitu
intensitas energi spektra versus data panjang gelombang. Ini adalah data kurva
Planck seperti yang ditunjukkan oleh beberapa buku teks dalam fisika statistik
yang mempelajari kemungkinan dari elektron pada atom untuk dieksitasi atau di
de-eksitasi.
Plasma pada permukaan atmosfer yang bisa teramati dari sinar mataha-
ri adalah pada wilayah gas ideal, mentaati fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann
untuk transisi elektron pada atom.
Kurva Planck sendiri secara eksplisit diperoleh dari distribusi Max-
well-Boltzmann yang tertulis seperti di bawah ini:
dehc
dE Tkhc 1/5 1
8)(
Energi total dalam suatu rentang panjang gelombang mungkin dil-
akukan dengan mengintegrasikan suatu panjang gelombang yang sudah diketahui
sebagai titik awal dan untuk panjang gelombang selanjutnya sebagai titik akhir.
(Setiahadi, 2012)
20
Gambar 2.7.1 Diagram Skematis Cahaya Kuantum dari Generator Alam
(Sumber : Setiahadi, 2012)
Diagram skematis cahaya kuantum dari generator alam yaitu Matahari.
Matahari berfungsi sebagai suatu kesatuan energi cahaya kuantum. Atom pada
atmosfer Bumi dan juga atmosfer planet-planet lain menyerap energi ini pada pan-
jang gelombang tertentu dengan bantuan cahaya Matahari. (Setiahadi, 2012)
Gambar 2.7.2 Kurva Planck secara Teori untuk Energi Sebagai Fungsi Panjang
Gelombang pada Suhu berbeda, dimana T1>T2>T3 (Sumber: Setiahadi, 2012)
21
Gambar 2.7.3 Hasil Pengamatan pada Tanggal 10 Juni 2012. Kurva yang teramati sedikit
bergerigi disebabkan oleh adanya serapan radiasi cahaya matahari yang terjadi pada at-
mosfer bumi. (Sumber: Setiahadi, 2012)
Hasil pengamatan Bambang Setiahadi dari pengamatan di Observato-
rium Sinar Matahari Watukosek pada 10 Juni 2012. Kurva ini menunjukkan pen-
ampakan yang kurang lebih sama dengan kurva Planck teoritis karena efek total
dari sebagian besar absorpsi (serapan) molekul atmosfer. (Setiahadi, 2012)
Gambar 2.7.4 Garis Spektrum Fraunhofer (Sumber: Setiahadi, 2012)
22
Garis Fraunhofer C, F, G, dan H berhubungan dengan garis alfa, beta,
gamma, dan delta dari segi garis emisi Balmer dari atom hidrogen. Garis D1 dan
D2 dari “pasangan sodium” yang terkenal, panjang gelombang pusat (589,29 nm)
ditunjukkan dengan huruf “D”. Garis utama Fraunhofer dan elemen yang mereka
hubungkan dengannya ditunjukkan pada gambar di bawah:
Tabel 2.8.1 Garis utama Fraunhofer
Designation Element Wavelength (nm) Designation Element Wavelength (nm)
Y O2 898.765 C Fe 495.761
Z O2 822.696 F Hβ 486.134
A O2 759.370 D Fe 466.814
B O2 686.719 E Fe 438.355
C Hα 656.281 G' Há 434.047
A O2 627.661 G Fe 430.790
D1 Na 589.592 G Ca 430.774
D2 Na 588.995 H H~ 410.175
D3 or d He 587.5618 H Ca+ 396.847
E Hg 546.073 K Ca+ 393.368
E2 Fe 527.039 L Fe 382.044
b1 Mg 518.362 N Fe 358.121
b2 Mg 517.270 P Ti+ 336.112
b3 Fe 516.891 T Fe 302.108
b4 Fe 516.891 T Ni 299.444
b4 Mg 516.733
Spektrum cahaya Matahari dengan garis Fraunhofer dan pita absorpsi
air atmosfer yang terindikasi. Dalam ilmu fisika dan optik, garis Fraunhofer
merupakan set dari garis spektra yang berasal dari seorang ahli fisika dari Jerman
yaitu Joseph von Fraunhofer (1787-1826). Garis ini pada faktanya diamati sebagai
filter gelap (garis absorpsi) pada spektrum theoptis dari Matahari.
Kimiawan berkebangsaan Inggris, William Hyde Wollaston di tahun
1802 merupakan orang pertama yang mencatat keberadaan jumlah dari fitur gelap
23
pada spektrum sinar Matahari. Pada tahun 1814, Fraunhofer secara independen
menemukan kembali garis tersebut dan memulai penelitian secara sistematis me-
lalui pengukuran yang hati-hati dari panjang gelombang fitur tersebut. Secara
keseluruhan, dia memetakan lebih dari 570 garis dan menunjuk fitur utama
dengan huruf “A” melalui “K” dan garis yang lebih lemah dengan huruf yang lain.
Pengamatan modern dari cahaya Matahari dapat mendeteksi beberapa ribu garis.
Kemudian selanjutnya ditemukan oleh Kirchoff dan Bunsen bahwa
masing-masing elemen kimia dihubungkan dengan suatu set dari garis spektra
maka dapat disimpulkan bahwa garis gelap pada spektrum sinar Matahari
disebabkan absorpsi oleh elemen tersebut yang berada diatas lapisan Matahari.
Beberapa fitur yang teramati juga disebabkan oleh absorpsi dalam molekul oksi-
gen pada atmosfer Bumi.
Gambar 2.7.5 Perbandingan dengan Spektra Lab dari Beragam Unsur Pokok
Atmosfer (Sumber: Setiahadi, 2012)
24
Gambar 2.7.6 Diagram Skematis Spektograf Sinar Matahari Kecil Prototype 1 untuk Mempelajari Desain Kuantum Sederhana dann Diarahkan untuk Mengamati Dina-mika Atmosfer Lokal dimana Spektograf Sinar Matahari yang Sudah Diatur Akan Diinstal (Sumber: Setiahadi, 2012)
Spektograf yang kecil dipasangkan pada bagian atas teleskop sinar Ma-
tahari yang besar di Watukosek. Teleskop yang lain adalah teleskop digital sinar
putih, teleskop digital Coronado 90mm H-alfa. (Setiahadi, 2012)
2.9 Prinsip Kerja Teleskop Spektograf Atmosfer
Prinsip kerja teleskop spektograf atmosfer adalah menempatkan ma-
tahari sebagai sumber cahaya. Teleskop dapat menangkap atom yang tereksitasi di
atmosfer dengan bantuan cahaya matahari. Atom yang tereksitasi tersebut digam-
barkan sebagai garis hitam pada garis-garis spektrum.
Ketika cahaya matahari melewati atmosfer bumi maka sebagian dari
cahaya tersebut dipantulkan kembali dan sebagian diterima oleh bumi. Ketika ca-
haya matahari diterima oleh teleskop spektograf atmosfer dalam bentuk paket-
paket gelombang (foton).
25
Lensa objektif teleskop menerima cahaya tersebut dan meneruskan
menuju diafragma pertama yang memiliki sifat multi reflections. Setelah itu caha-
ya masuk melewati diafragma kedua dimana terdapat celah kecil yang mampu
menyebarkan (dispersi) cahaya putih menjadi cahaya yang berwarna-warni
dengan panjang gelombang masing-masing.
Untuk selanjutnya cahaya-cahaya tersebut dikumpulkan dan difokus-
kan oleh collimator. Setelah cahaya verhasil difokuskan maka cahaya akan diubah
menjadi bentuk-bentuk pulsa elektrik oleh fiber optic. Hasil penguraian cahaya
tersebut yang nantinya akan diuraikan lagi menjadi bentuk spektrum di dalam alat
ukur yang disebut spekto meter. Spektrum-spektrum hasil dari konversi yang ter-
jadi didalam spektometer nantinya dihubungkan menuju komputer untuk diolah
menjadi data yang berbentuk kurva Planck.
Gambar 2.9.1 Diagram alir prinsip kerja Teleskop Spektograf Atmosfer
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode lapangan yaitu metode yang bertujuan untuk mempelajari
secara intensif latar belakang keadaan saat ini dan interaksi lingkungan suatu ob-
jek. Proses pengambilan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, pengam-
bilan data, dan terakhir analisis data.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Stasiun Pengamatan Dirgantara (SPD) Wa-
tukosek, LAPAN Pasuruan periode Februari 2013 sampai Maret 2014.
3.3 Alat-alat
1. Satu set Teleskop Spektograf Atmosfer
Gambar 3.3.1 Teleskop Hα beserta Teleskop Spektograf Atmosfer
27
2. Satu set komputer
3. Harddisk komputer
4. Software stellarnet 2011
5. Software RunSWDemo
6. Microsoft Excel 2007
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki be-
berapa langkah sebagai berikut:
1. Pengoperasian Alat Secara Manual
Teleskop diarahkan langsung ke arah Matahari. Teleskop sebelumnya telah
dihubungkan dengan komputer menggunakan kabel fiber optik.
2. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan software RunSWDemo
yang merupakan bagian dari software Stellarnet 2011. Tahapan-tahapan dalam
pengambilan data dijelaskan dalam beberapa langkah berikut:
a. Membuka software RunSWDemo.
Gambar 3.4.1 Menu awal software RunSWDemo
b. Memulai pengambilan data dengan menentukan berapa episode
yang akan diambil. Pilih menu File → Start EP
28
Dalam penelitian ini peneliti mengambil 50 periode setiap
harinya, oleh karena itu menu “select number of episode” diisi
dengan 50.
c. Kemudian akan muncul menu “select delay between episode”.
Menu ini digunakan untuk menentukan selang waktu antara ep-
isode yang satu dengan episode yang lain. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil jeda waktu 5 menit dari episode satu ke ep-
isode selanjutnya.
d. Kemudian data disimpan
29
e. Software RunSWDemo siap mengambil data
f. Kemudian akan muncul menu seperti gambar dibawah ini dari
episode 1 sampai periode 50
g. Jika episode sudah lengkap maka akan muncul menu seperti ini
h. Kemudian data yang sudah tersimpan di convert dalam bentuk
excel. Dengan cara membuka software RunSWDemo lalu
kemudian file → Convert EP
30
i. Kemudian akan muncul menu sebagai berikut
Pilih data yang sudah tersimpan tadi. Data akan langsung
terconvert dan bisa dibuka di Microsoft Excel.
j. Kemudian membuka Microsoft Excel
File → open → pilih file yang sudah di convert.
Data yang dihasilkan akan ditampilkan dalam bentuk Microsoft
Excel.
3. Pengolahan Data dengan Plot dalam Bentuk Grafik atau Kurva
a. Memasukkan data kandungan uap air sebagai variabel y dan in-
tensitas penyinaran matahari sebagai variabel x, kemudian
31
kedua variabel tersebut diblok. Setelah itu pilih bentuk grafik
seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.4.2 Analisis Data dengan Microsoft Excel
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil metode penelitian telah diperoleh data dalam bentuk kurva
spektograf yang grafiknya berbentuk grafik polynomial. Namun kurang lengkap
apabila analisis data yang disajikan hanya berupa kurva, sehingga penulis juga
menyampaikan gambaran secara subjektif yang perlu dicantumkan dalam analisis
data. Kandungan H2O di atmosfer dapat diperoleh dari perhitungan secara ma-
tematis dengan menggunakan persamaan integral sebagai berikut:
L =
X1 merupakan batas bawah kurva
X2 merupakan batas atas kurva
a adalah persamaan kurva
4.1.1 Data Intensitas Matahari
Table 4.1 Lama Penyinaran Matahari (data BMKG Karangploso, Malang)
Lama Penyinaran Matahari pukul 08.00-16.00 (%)
TGL FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR
2013 2014
1 48 41 37 98 90 39 100 100 19 68 50 0 55 70
2 53 38 74 73 75 80 96 100 3 90 25 25 40 50
3 48 66 81 69 81 0 97 100 31 82 38 34 28 62
4 56 85 71 100 78 95 81 100 54 85 27 38 73 58
5 90 16 41 66 72 81 41 98 91 66 5 43 58 63
33
6 94 85 50 100 41 97 14 88 54 76 81 23 95 90
7 72 56 56 87 75 27 88 79 60 72 35 44 31 85
8 100 52 19 70 48 90 85 100 69 50 51 62 0 83
9 55 59 0 90 10 59 83 100 100 94 15 57 19 47
10 0 71 3 82 15 70 48 100 94 81 69 56 50 45
11 30 48 40 68 25 37 100 82 98 73 60 56 15 41
12 56 71 10 95 64 69 100 0 98 39 0 33 97 79
13 50 81 0 91 4 39 100 89 66 63 29 2.5 51 45
14 63 30 58 12 23 69 85 100 69 45 30 25 25 48
15 59 25 91 93 13 28 85 100 100 37 19 5 56 69
16 44 34 60 10 32 68 72 52 100 12 13 0 10 13
17 51 48 78 51 6 92 95 65 81 48 35 73 13 60
18 48 43 90 70 65 94 100 78 100 15 28 35 40 59
19 49 98 29 33 87 98 90 100 100 31 29 26 12 100
20 6 99 29 37 78 81 100 100 100 42 0 72 31 4
21 13 81 85 25 78 75 100 100 100 25 44 40 63 50
22 87 98 100 59 50 65 100 96 78 81 0 85 40 45
23 19 95 90 68 51 80 88 100 75 60 0 63 33 96
24 69 66 100 48 100 12 100 100 71 49 6 5 33 100
25 62 66 55 55 98 79 0 94 50 33 0 5 15 100
26 38 43 96 75 100 64 98 100 81 61 100 56 70 100
27 59 85 100 45 84 35 93 100 56 28 75 74 46 87
28 90 53 100 0 93 90 100 86 95 26 99 27 66 58
29 38 100 40 92 100 65 91 100 28 88 46 100
30 43 95 25 94 100 25 86 83 100 63 60 94
31 37 72 78 100 100 10 44 100
4.1.2 Data Kandungan Uap Air (H2O) pada Musim Penghujan
Tabel 4.2 Kandungan Uap Air pada Musim Penghujan
Waktu Pengambi-
lan Data
Kandungan H2O per
Jam (Counts)
Lama Penyinaran Ma-
tahari (Jam)
26 Februari 2013 5,88 x 107 3
28 Februari 2013 1,03 x 109 6
6 maret 2013 7,59 x 108 7
13 Maret 2013 4,23 x 109 6,5
21 Maret 2013 3,71 x 108 6,5
34
5 Maret 2014 1,64 x 106 5
13 Maret 2014 2,95 x 107 4
14 Maret 2014 1,95 x 107 4,5
18 Maret 2014 1,52 x 107 4
21 Maret 2014 9,94 x 106 4
25 Maret 2014 1,84 x 107 8
26 Maret 2014 1,99 x 107 8
28 Maret 2014 1,11 x 107 5
30 Maret 2014 1,18 x 105 7.5
Rata-rata 4,69 x 108 5,64
Simpangan baku 1,10 x 109
Dari data yang diperoleh diatas didapatkan rata-rata kandungan uap air
pada musim penghujan sebesar 4,69 x 108 Counts dengan simpangan baku sebesar
1,09 x 109. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari dan Maret.
4.1.3 Data Kandungan Uap Air (H2O) pada Musim Kemarau
Tabel 4.3 Kandungan Uap Air pada Musim Kemarau
Waktu Pengambilan
Data
Kandungan H2O per
Jam (Counts)
Lama Penyinaran Ma-
tahari
30 April 2013 1,87 x 107 4
7 Mei 2013 4,94 x 108 6
22 Mei 2013 2,91 x 108 4
12 Juni 2013 2,73 x 108 5
Rata-rata 2,69 x 108
4,8
Simpangan Baku 1,69 x 108
35
Dari data yang diperoleh diatas didapatkan rata-rata kandungan uap air
pada musim kemarau sebesar 2,69 x 108 Counts dengan simpangan baku sebesar
1,69 x 108. Pengamatan dilakukan pada bulan April, Mei dan Juni.
4.2 Analisis Data Uji Kesamaan Dua Rata-Rata : Uji Satu Pihak
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil uji satu pihak disebabkan ka-
rena nilai dari simpangan baku data pada saat musim penghujan dan musim kema-
rau berbeda, dimana nilai simpangan baku dan rata-rata data diperoleh bahwa data
pada saat musim penghujan lebih besar daripada data pada saat musim kemarau.
Hal ini berdasarkan dari data pada rata-rata dan simpangan baku pada tabel 4.2
dan pada tabel 4.3.
Hipotesis awal (H0) yang diajukan adalah perubahan musim tidak
memberikan pengaruh terhadap kandungan uap air pada lapisan atmosfer, dan un-
tuk hipotesis tandingan (H1) adalah perubahan musim memberikan pengaruh ter-
hadap besar kandungan uap air pada atmosfer bumi.
Dalam hal ini ketika nilai simpangan baku pertama (s1) yaitu sebesar
1,09 x 109 tidak sama nilainya dengan simpangan baku kedua (s2) yang memiliki
nilai sebesar 1,69 x 108, maka statistik yang digunakan adalah statistik t’ yaitu:
dengan s2 menggunakan perumusan :
Nilai simpangan baku rata-rata dari kedua sampel data yaitu sebesar 3,03 x 108.
36
Kriteria pengujian adalah : tolak hipotesis H0 apabila
dan terima H0 jika terjadi sebaliknya, dengan :
Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1-α) sedangkan un-
tuk dk masing-masing (n1-1) dan (n2-1).
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software Mi-
crosoft Excel 2007 mendapatkan hasil sebagai berikut : (rincian perhitungan dapat
dilihat pada lampiran)
Tabel 4.4 Hasil analisis uji kesamaan rata-rata
n1 (Jumlah data pada musim Hujan) 14 w2 7,12.1015
n2 (data pada musim Kemarau) 4 t1 1,77
Dk (Derajat Kebebasan) 16 t2 2,02
Peluang 0,95 Simpangan baku 3,03.108
Simpangan baku 1 (s1) 1,09.109 Batas 1,79
Simpangan baku 2 (s2) 1,69.108 t hitung 0,66
w1 8,46.1016
Dari perhitungan dan analisis data seperti tabel diatas diperoleh nilai t’ sebesar
0,66, kriteria pengujian adalah tolak H0 jika :
37
Karena t’ = 0,66 maka H0 diterima dan hasil pengujian diatas dapat disimpulkan
bahwa perubahan musim tidak berpengaruh terhadap kandungan uap air pada
lapisan atmosfer bumi.
4.3 Pengaruh Perubahan Musim Terhadap Kandungan H2O dalam Atmosfer
Dari hasil data pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh bahwa hipotesis pertama (H0)
diterima. Hal ini terlihat dari hasil uji (t) yang lebih kecil dari batas yang seha-
rusnya. Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa musim tidak berpengaruh ter-
hadap kandungan uap air di lapisan atmosfer. Dengan diterimanya hipotesis per-
tama maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal yang diajukan peneliti terbuk-
ti yaitu perubahan musim tidak mempengaruhi besar kandungan uap air di lapisan
atmosfer.
Pada saat musim hujan, lama penyinaran matahari relatif kecil hal ini be-
rakibat pada menurunnya suhu di bumi yang menyebabkan tingginya kandungan
uap air pada lapisan atmosfer. Sedangkan pada saat musim kemarau, lama
penyinaran matahari memiliki angka yang cukup tinggi hal ini berakibat pada
meningkatnya suhu di bumi dan menyebabkan kecilnya kandungan uap air yang
ada pada lapisan atmosfer. Namun hal yang berbeda ditunjukkan setelah dil-
akukan penelitian. Setelah dilakukan penelitian dan analisis data diperoleh hasil
kandungan uap air rata-rata yang tidak jauh berbeda ketika pengamatan dilakukan
pada saat musim penghujan dan musim kemarau.
38
Prinsip kerja teleskop spektograf atmosfer adalah menempatkan ma-
tahari sebagai sumber cahaya. Teleskop dapat menangkap atom yang tereksitasi di
atmosfer dengan bantuan cahaya matahari. Atom yang tereksitasi tersebut digam-
barkan sebagai garis hitam pada garis-garis spektrum.
Ketika cahaya matahari melewati atmosfer bumi maka sebagian dari
cahaya tersebut dipantulkan kembali dan sebagian diterima oleh bumi. Ketika ca-
haya matahari diterima oleh teleskop spektograf atmosfer dalam bentuk paket-
paket gelombang (foton).
Lensa objektif teleskop menerima cahaya tersebut dan meneruskan
menuju diafragma pertama yang memiliki sifat multi reflections. Setelah itu caha-
ya masuk melewati diafragma kedua dimana terdapat celah kecil yang mampu
menyebarkan (dispersi) cahaya putih menjadi cahaya yang berwarna-warni
dengan panjang gelombang masing-masing.
Untuk selanjutnya cahaya-cahaya tersebut dikumpulkan dan difokus-
kan oleh collimator. Setelah cahaya verhasil difokuskan maka cahaya akan diubah
menjadi bentuk-bentuk pulsa elektrik oleh fiber optic. Hasil penguraian cahaya
tersebut yang nantinya akan diuraikan lagi menjadi bentuk spektrum di dalam alat
ukur yang disebut spekto meter. Spektrum-spektrum hasil dari konversi yang ter-
jadi didalam spektometer nantinya dihubungkan menuju komputer untuk diolah
menjadi data yang berbentuk kurva Planck.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan analisis data yang telah dilakukan selama periode Feb-
ruari 2013 hingga Maret 2014 untuk mengetahui kandungan H2O di atmosfer
dapat disimpulkan bahwa :
1. Besar jumlah partikel air rata-rata pada saat musim penghujan sebesar
4,695.108 Counts, sedangkan pada saat musim kemarau memiliki besar jumlah
partikel air rata-rata pada lapisan atmosfer yang teramati sebesar 2,692.108
Counts. Dimana variabel bebas dari penelitian ini yaitu lamanya penyinaran ma-
tahari yang diterima setiap hari selama penelitian. Untuk variabel terikat merupa-
kan besar jumlah partikel air yang tersimpan pada atmosfer.
2. Kelembaban udara adalah kandungan uap air yang tersimpan atau ter-
tampung dalam atmosfer Bumi. Kelembaban udara yang tersimpan pada lapisan
atmosfer cenderung konstan meskipun terdapat perubahan musim maupun variasi
cuaca. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian dan juga hasil analisis data yang
dilakukan bahwa perubahan musim tidak memberikan pengaruh pada besar kan-
dungan uap air yang tersimpan di lapisan atmosfer bumi.
40
5.2 Saran
Pada penelitian yang telah dilaksanakan, penulis dapat memberikan be-
berapa saran diantaranya sebagai berikut :
1. Penelitian terhadap gas-gas yang terkandung dalam atmosfer harus ter-
us dikembangkan, mengingat semakin banyaknya faktor yang ber-
pengaruh terhadap kadar kandungan gas atmosfer
2. Penelitian sebaiknya dilakukan saat musim kemarau agar diperoleh
hasil yang terbaik
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Gita Iswantari dilahirkan di Blitar tanggal 12 Mei 1992,
anak tunggal dari pasangan Bapak Manan dan Ibu Markamah.
Pendidikan dasar hingga menengah telah ditempuh di kampung
halamannya di Blitar. Pendidikan sekolah dasar dia tempuh di
SDN Babadan 3 dan lulus SD pada tahun 2004. Masuk sekolah
menengah pertama di SMPN 1 Wlingi dengan jalur PMDK dan lulus SMP pada
tahun 2007, setelah lulus dia melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Talun
juga dengan melalui jalur PMDK. Setelah menyelesaikan pendidikan selama 3
tahun maka dia lulus pada tahun 2010.
Pendidikan berikutnya ia tempuh di Universitas Negeri Malang melalui
jalur PMDK pada tahun akademik 2010/2011. Ia mendapatkan kesempatan
mengikuti pendidikan untuk Jurusan Fisika dalam Program Studi S1 Fisika.
Selama masa kuliah dia pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Watukosek selama
sebulan. Dari sana dia mendapatkan banyak sekali tambahan ilmu dan
pengetahuan yang belum pernah didapatkannya.
43
LAMPIRAN
A. Pengukuran H2O tanggal 26 Februari 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,677x2 – 3,165x + 978,0
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,763.108 nano count
44
B. Pengukuran H2O tanggal 28 Februari 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,808x2 – 6,932x + 1603
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,029.109 nano count
45
C. Pengukuran H2O tanggal 6 Maret 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,826x2 – 6,339x + 1468
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 7,594.108 nano count
46
D. Pengukuran H2O tanggal 13 Maret 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,782x2 – 10,91x + 2650
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 4,230.109 nano count
47
E. Pengukuran H2O tanggal 21 Maret 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,876x2 – 4,909x + 1132
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 3,706.108 nano count
48
F. Pengukuran H2O tanggal 30 April 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,772x2 – 2,634x + 456,7
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,870.107 nano count
49
G. Pengukuran H2O tanggal 7 Mei 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,814x2 – 5,637x + 1266
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 4,942.108 nano count
50
H. Pengukuran H2O tanggal 12 Juni 2013
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,621x2 – 7,618x + 1136
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 2,726.108 nano count
51
I. Pengukuran H2O tanggal 5 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,608x2 – 0,555x + 220,4
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,642.106 nano count
52
J. Pengukuran H2O tanggal 13 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,691x2 – 1,724x + 541,3
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 2,951.107 nano count
53
K. Pengukuran H2O tanggal 14 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,666x2 – 1,438x + 478,7
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,954.107 nano count
54
L. Pengukuran H2O tanggal 18 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,725x2 – 1,324x + 438,7
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,522.107 nano count
55
M. Pengukuran H2O tanggal 20 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,484x2 – 0,115x + 79,19
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 4,011.104 nano count
56
N. Pengukuran H2O tanggal 21 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,614x2 – 1,142x + 385,9
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 9,941.106 nano count
57
O. Pengukuran H2O tanggal 25 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,813x2 – 1,368x + 457,2
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,840.107 nano count
58
P. Pengukuran H2O tanggal 26 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,759x2 – 1,477x + 469,8
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,998.107 nano count
59
Q. Pengukuran H2O tanggal 28 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,689x2 – 1,138x + 398,8
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,114.107 nano count
60
R. Pengukuran H2O tanggal 30 Maret 2014
Dari grafik diatas diperoleh persamaan grafik sebagai berikut :
Y = 0,654x2 – 2,135x + 1788
Dari persamaan grafik diatas diperoleh hasil luasan sebesar
L = 1,180.105 nano Counts
61
Data Hasil Uji Kesamaan: Satu Pihak
hujan rata kemarau rata
5.88E+07 4.695E+08 1.687E+17 1.87E+07 2.692E+08 6.27503E+16
1.03E+09 3.130E+17 4.94E+08 5.0625E+16
7.59E+08 8.403E+16 2.91E+08 4.8841E+14
4.23E+09 1.414E+19 2.73E+08 1.156E+13
3.71E+08 9.785E+15 jumlah 1.13875E+17
1.64E+06 2.189E+17
2.95E+07 1.936E+17
1.95E+07 2.025E+17
1.52E+07 2.064E+17
9.94E+06 2.112E+17
1.84E+07 2.035E+17
2.00E+07 2.021E+17
1.11E+07 2.101E+17
1.18E+05 2.203E+17
jumlah 1.659E+19
n1 14.00 s kuadrat 1.54096E+19
n2 4.00 S 3.93E+09
dk 16.00 w1 8.46E+16
s1 kuadrat 1.18E+18 w2 7.12E+15
s1 1.09E+09 t1 1.77
s2 kuadrat 2.85E+16 t2 2.02
s2 1.69E+08
akar w1 dan
w2 3.03E+08
batas 1.79
t hitung 0.66
62
Nilai Presentil untuk Distribusi t