PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK TENTANG … · TENTANG TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS...
Transcript of PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK TENTANG … · TENTANG TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS...
i
PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK
TENTANG TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS
EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI
UNTUK ANAK 9-12 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
\
Oleh:
Merpin Saogo
NIM: 121134242
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu setia menyertai dan
memberiku kekuatan jasmani dan rohani
2. Kedua orang tua: Bapak Elimar Saogo dan Ibu Nursi Saogo, yang selalu
memberikan perhatian, motivasi dan kasih sayang yang tulus.
3. Kelompok Bakti Kasih Kemanusia (KBKK) yang telah memberikan beasiswa
dan perhatian kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata
Dharma.
4. Seluruh pastor di Mentawai yang selalu memberikan doa dan dukungan
kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma.
5. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan nasehat.
6. Teman-temanku PGSD angkatan 2012 yang turut membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Dunia adalah sebuah buku dan mereka yang tidak
melakukan perjalanan hanya membaca sebuah halaman”.
(Santo Agustinus)
Melibatkan imajinasi bukanlah tambahan manis terhadap
pembelajaran; Keterlibatan ini adalah inti dari pembelajaran
itu sendiri.
(Kieran Egan)
Mungkin aku bukanlah teman yang baik untuk
diajak ngobrol, tetapi aku adalah teman terbaik jika
diajak untuk bekerja.
(Merpin Saogo)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20Januari 2016
Peneliti
Merpin Saogo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma
Nama : Merpin Saogo
Nomor Mahasiswa : 121134242
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK
TENTANG TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS
EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI UNTUK ANAK 9-
12 TAHUN.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 20 Januari 2016
Yang menyatakan,
Merpin Saogo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK TENTANG
TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT
MENTAWAI UNTUK ANAK 9-12 TAHUN
Merpin Saogo
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang diawali adanya
potensi dan masalah terkait kurangnya kesadaran masyarakat Mentawai untuk
mengkonservasi terumbu karang. Potensi yang peneliti soroti adalah manfaat terumbu
karang sebagai pelindung pantai dan tempat tinggal biota laut. Masalah yang peneliti
lihat adalah adanya perilaku masyarakat yang mengambil terumbu karang secara
sembarangan. Dari hasil analisis kebutuhan guru dan anak di SDK St.Fransiskus
Sikabaluan, peneliti mendapatkan data jika mereka membutuhkan buku panduan
tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Oleh sebab itu, peneliti terdorong
mengembangkan prototype buku cerita “ Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak usia
9-12 tahun agar mereka dapat memelihara terumbu karang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and
Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan tujuh langkah yang diadopsi
dari Sugiyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk dan (7) revisi
akhir produk. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengembangan
prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” serta kualitas . prototype tersebut
dapat anak 9-12 tahun memiliki persepsi untuk memelihara terumbu karang.
Prototype divalidasi oleh seorang validator dengan skor 54 (sangat baik), sehingga
layak diuji cobakan.
Uji coba dilakukan di SDK St. Fransiskus Sikabaluan Mentawai kepada 22
siswa. Hasil persepsi siswa setelah mengikuti uji coba adalah 54.54% anak mengerti
dampak kerusakan terumbu karang, 68.18% anak mengetahui penyebab rusaknya
terumbu karang, serta 72.72% anak termotivasi untuk menjaga kelestarian terumbu
karang. Jadi prototype buku tersebut dapat digunakan untuk melakukan pendidikan
tentang konsevasi terumbu karang (empowering).
Kata kunci: pengembangan, buku cerita anak, empowering, terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Saogo, M. 2016. Developing a Prototype of Children Story Book about Coral reef
For Children Aged 9-12 Years In whithin the Context of Empowering in the
Mentawai Society. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Study
Program of Sanata Dharma University.
This research was a research and development that preceded the potential and
problems related to lack of awareness of the Mentawai people to conserve coral reefs.
The researchers highlight the potential benefits of coral reefs are as protective beach
dwelling marine life. Problems that researchers see was the existence of the behavior
of the people who takes coral reefs carelessly for building materials and destroy
fishing use bomb that destroys coral reefs. Therefore , researchers impelled do
research development prototype story books about coral reefs for children aged 9-12
years in the context of empowering the Mentawai society .Thus the prototype can be
used for social learning to infuse habit of the importance of tending coral reefs.
This research was a research and development (Research and Development or
R & D). This research uses seven steps adopted from Sugiyono which includes: (1)
the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4)
design validation, (5) a revision of design, (6) test products and (7) the revision of the
final product. The purpose of this research was to produce products of prototype story
books suffered hen the litle octopus. The prototype validated by a validator with the
average of score 54 (very good), So as to be feasible in tested.
The trial was done in the SDK St. Francis Sikabaluan Mentawai to 22
students, on 16-19 June 2015 in inside and outside the room. Results perceptions of
students after participating in trials was that students understand the impact of
damage to coral reefs (54.54%), determine the cause of the destruction of coral reefs
(68.18%), motivated to preserve coral reefs (72.72%). Thus the prototype of the book
can be a means to carry out education about coral reef conservation.
Keywords: development , story books children , empowering , coral reefs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (TYME),
karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK TENTANG
TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT
MENTAWAI UNTUK ANAK 9-12 TAHUN. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi.
5. Seluruh dosen dan staff karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.
6. Antonius Samino, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDK St.Fransiskus Sikabaluan
yang sudah mengijinkan peneliti dalam melakukan penelitian demi
terselesaikannya skripsi ini.
7. Para guru dan seluruh siswa-siswi SDK St.Fransiskus Sikabaluan yang sudah
membantu peneliti demi terselesaikannya skripsi ini.
8. Validator yang berkenan memvalidasi produk skripsi ini dengan memberikan
komentar dan saran demi perbaikan kualitas produk yang dikembangkan peneliti.
9. Mespin Zulian Samaloisa dan Agustinus Aris, teman penelitian kolaboratif, yang
sama-sama berjuang serta saling menyemangati dan memberikan masukan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan perhatian,
kasih sayang, dan cinta kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata
Dharma.
11. Romo Madya Utama, SJ sebagai bapak rohani peneliti yang telah mendampingi
peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Semua pastor yang berkarya di Mentawai yang selalu memberikan dukungan dan
doa yang tulus.
13. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Elimar Saogo dan Ibu Nursi Saogo) yang
selalu memberikan doa, perhatian, dan kasih sayang yang tulus.
14. Kakak Yosfrial Saogo dan seluruh keluarga yang memberikan dukungan dan
nesehat;
15. Sahabat terdekat Rena Christiani yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada peneliti saat menyelesaikan skripsi ini.
16. Teman-temanku PGSD angkatan 2012 yang turut membantuku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
18. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 20 Januari 2016
Peneliti,
Merpin Saogo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTARCT ................................................................................................... ix
PRA KATA .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
1.5 Definisi Operasional ........................................................................... 6
1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan .................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9
2.1 Kajian Pustaka ...................................................................................... 9
2.1.1 Kepulauan Mentawai .......................................................................... 9
2.1.1.1 Geografis Sikabaluan .............................................................. 9
2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Mentawai ...................................... 10
2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai ................. 12
2.1.2 Terumbu Karang sebagai Salah Satu Sumber
Daya Alam Mentawai ........................................................................ 14
2.1.2.1 Definisi Terumbu Karang ....................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.1.2.2 Manfaat Terumbu Karang ....................................................... 18
2.1.2.3 Penyebab dan Bahaya Kerusakan Terumbu Karang ............... 19
2.1.3 Pendidikan sebagai Sarana Empowering ........................................... 21
2.1.3.1 Pendidikan Empowering ......................................................... 21
2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran ........................................... 24
2.1.4 Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun .............................................. 27
2.1.4.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun ................... 27
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 9-12 Tahun ................................... 29
2.1.5 Peran Media Pembelajaran dalam Konteks
Pendidikan Empowering ................................................................... 30
2.1.5.1 Pengertian Media .................................................................... 30
2.1.5.2 Media Pembelajaran ................................................................ 32
2.1.5.3 Media Cetak ............................................................................ 33
2.1.5.4 Pengertian Buku Cerita Bergambar ........................................ 37
2.2 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 39
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 42
2.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 44
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 46
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 46
3.2 Setting Penelitian ................................................................................... 46
3.2.1 Tempat Penelitian........................................................................ 46
3.2.2 Subjek Penelitian ......................................................................... 46
3.2.3 Objek Penelitian .......................................................................... 47
3.2.4 Waktu Penelitian ......................................................................... 47
3.3 Prosedur Pengembangan ...................................................................... 47
3.3.1 Potensi dan Masalah .................................................................... 49
3.3.2 Pengumpulan Data ...................................................................... 49
3.3.3 Desain Prototype ......................................................................... 49
3.3.4 Validasi Desain ........................................................................... 50
3.3.5 Revisi Desain .............................................................................. 51
3.3.6 Uji Coba Produk .......................................................................... 51
3.3.7 Revisi Akhir Produk .................................................................... 51
3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 52
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 61
3.6 Teknik Analisi Data ............................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 64
4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototype Buku Cerita ............................... 64
1. Potensi dan Masalah ............................................................................... 64
2. Pengumpulan Data ................................................................................. 66
3. Desain Produk ........................................................................................ 73
4. Validasi Desain ...................................................................................... 77
5. Revisi Desain ......................................................................................... 81
6. Uji Coba Produk ..................................................................................... 83
a. Uji Coba Produk Tanggal 16 Juni 2015 ........................................... 83
b. Uji Coba Produk Tanggal 17 Juni 2015 ........................................... 85
7. Revisi Akhir Produk .............................................................................. 87
4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototype Buku Cerita .............................................. 90
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 92
1. Prototype Berisi Informasi Tentang Manfaat Terumbu Karang ........... 92
2. Prototype Menjadi Sarana Pendidikan Cinta lingkungan
Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik. .......................... 93
3. Prototype Dikembangkan dalam Bentuk Buku Cerita Bergambar
yang Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 9-12 Tahun. ................... 95
4. Prototype Tersebut Menginspirasi Guru tentang Pentingnya
Mengintegrasikan Pendidikan Cinta Lingkungan di Tengah
Masyarakat Mentawai ............................................................................. 97
5. Kelebihan dan Kelemahan Prototype Buku ........................................... 99
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...................... 100
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 100
5.2 Keterbatasan ................................................................................... 100
5.3 Saran ............................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103
LAMPIRAN .................................................................................................... 105
RIWAYAT PENELITI .................................................................................. 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak.............................. 52
Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak ............................. 53
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru .............................. 54
Tabel 3.4 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru .............................. 54
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap
Kualitas Prototype Buku Cerita ..................................................... 55
Tabel 3.6 Instrumen Validasi Produk............................................................. 57
Tabel 3.7 Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak .................................... 58
Tabel 3.8 Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru ..................................... 60
Tabel 3.9 Skala Likert .................................................................................... 62
Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak.................................... 67
Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak .................... 68
Tabel 4.3 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru .................................... 69
Tabel 4.4 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untu Guru ...................... 70
Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak ........................... 71
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak..................... 72
Tabel 4.7 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru ............................ 72
Tabel 4.8 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ..................... 72
Tabel 4.9 Presentase Respon Anak dan Guru dalam Mengisi Kuesioner ...... 73
Tabel 4.10 Validasi Ahli dari Produk Awal ................................................... 77
Tabel 4.11 Pedoman Kelayakan Prototype ................................................... 79
Tabel 4.12 Validasi Ahli dari Produk yang Sudah Direvisi ........................... 79
Tabel 4.13 Pedoman Kelayakan Prototype .................................................... 80
Tabel 4.14 Analisis Instrumen Persepsi Siswa terhadap
Kualitas Prototype Buku Cerita .................................................. 90
Tabel 4.15 Persentase Persepsi Siswa terhadap Kualitas
Prototype Buku Cerita................................................................. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan .................................................... 42
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan .............................................................. 48
Gambar 4.1 Desain Cover Prototype Buku Cerita ........................................... 75
Gambar 4.2 Desain Awal Prototype Buku Cerita ............................................ 76
Gambar 4.3 Perbaikan Cover .......................................................................... 81
Gambar 4.4 Perbaikan Efek Warna yang Cerah .............................................. 82
Gambar 4.5 Perbaikan Bahasa dalam Penulisan .............................................. 82
Gambar 4.6 Pembacaan Prototype Buku Cerita di Kelas ................................ 84
Gambar 4.7 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 16 Juni 2015 ............................. 85
Gambar 4.8 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 17 Juni 2015 ............................. 86
Gambar 4.9 Produk Akhir setelah Revisi ......................................................... 87
Gambar 4.10 Anak sedang Membaca Prototype Secara Bergiliran ................ 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak dan Guru .......... 105
Lampiran 2: Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak ........................... 106
Lampiran 3: Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ........................... 110
Lampiran 4: Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak .................................. 114
Lampiran 5: Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru .................................. 116
Lampiran 6: Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli
Kelautan dan Perikanan .............................................................. 118
Lampiran 7: Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap
Kualitas Prototype Buku Cerita “Derita Aat Si
Gurita Kecil” untuk Anak Usia 9-12 Tahun ............................... 122
Lampiran 8: Presensi Kehadiran Uji Coba Produk .......................................... 126
Lampiran 9: Tabel Jadwal Penelitian ............................................................... 128
Lampiran 10: Foto Kegiatan Uji Coba di Dalam Kelas ................................... 129
Lampiran 11: Foto Kegiatan di Luar Kelas...................................................... 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3)
tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang diharapkan, dan
(6) definisi operasional.
1.1. Latar Belakang Masalah
Sikabaluan merupakan salah satu pusat kecamatan di Pulau Siberut yang
disebut dengan Kecamat Siberut Utara. Warga Sikabaluan bermukim tidak jauh dari
tepi pantai, sehingga banyak warga menggantungkan hidup mereka sebagai nelayan.
Sikabaluan yang juga bagian dari Pulau Siberut memiliki sebaran terumbu karang
yang indah dengan berbagai ukuran. Keberadaan terumbu karang menjadi faktor
melimpahnya jenis biota laut yang hidup disekitar terumbu karang tersebut. Kondisi
seperti ini, dengan banyaknya terumbu karang yang hidup memenuhi hampir seluruh
bibir pantai memungkin para nelayan tidak kesulitan dalam mencari ikan. Banyak
jenis ikan karang dengan berbagai bentuk dan ukuran bisa dilihat dan diambil sebagai
sumber protein bagi masyarakat Sikabaluan. Selain itu, keadaan ekosistem terumbu
karang dengan kehidupan di dalamnya menyajikan pemandangan yang indah yang
dapat dijadikan sebagai tempat wisata bawah laut.
Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai warga masyarakat di Pulau Siberut,
peneliti melihat bahwa masyarakat di sana kurang menyadari arti pentingnya
mengkonservasi terumbu karang. Ada banyak terumbu karang sekarang ini dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi
karena ulah masyarakat yang mencari ikan dengan melakukan pengeboman ikan,
sehingga terumbu karang mengalami kerusakan dan beberapa biota laut yang hidup di
sekitar terumbu karang menjadi mati. Selain itu, beberapa masyarakat cenderung
melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan tujuan bisnis sebagai bahan
bangunan, akibatnya terumbu karang tidak dapat optimal untuk menjadi peredam
gelombang yang besar. Gelombang besar dengan mudah langsung menerjang ke arah
daratan, sehingga garis pantai mengalami abrasi atau pergeseran ke arah darat.
Menurut Supriyono (2010: 4-7), terumbu karang sebagai salah satu kekayaan hayati
laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar pantai, seperti:
melindungi pantai dari hempasan ombak, tempat tinggal dan menyediakan makanan
bagi biota laut (ikan, kepiting, gurita, dll), sumber obat-obatan, sebagai sumber bibit
budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian.
Berdasarkan gagasan tersebut, peneliti mencari data-data awal tentang
pemahaman anak usia 9-12 tahun dan guru di SDK St.Fransiskus Sikabaluan, yang
terdapat di Pulau Siberut. Data-data yang peneliti gali melalui kuesioner adalah
tentang: (1) manfaat terumbu karang bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak
terumbu karang, (3) upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi
terumbu karang, (4) sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan
(empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang.
Berdasarkan hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 22 anak kelas IV-V
SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015, didapatkan data: 18.18%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
anak mengetahui bahwa terumbu karang diambil untuk dijual, 86.36% anak melihat
ada terumbu karang yang mengalami kerusakan di laut, 86.36% anak mengetahui
terumbu karang rusak karena ada kebiasaan masyarakat yang mengambilnya untuk
dijadikan bahan bangunan, 95.45% anak mengatakan bahwa terumbu karang
memiliki manfaat melindungi pantai dari hempasan ombak dan juga tempat tinggal
bagi biota laut, 100% anak menjawab bahwa mereka memerlukan buku tentang
pentingnya memelihara terumbu karang.
Hasil kuesioner yang dibagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus
Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah: 71.43% guru mengetahui terumbu
karang bisa dijadikan sumber ekonomis, 85.71% guru melihat kondisi terumbu
karang di Sikabaluan mengalami kerusakan, 85.71% guru mengetahui ada kebiasaan
masyarakat yang mengeksploitasi terumbu karang secara liar untuk bahan bangunan,
92.86% guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara memelihara
terumbu karang, dan 100% guru memerlukan buku tentang pentingnya memelihara
terumbu karang.
Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
pengembangan dalam menyusun sebuah prototype buku cerita tentang terumbu
karang di Mentawai berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil”. Tokoh utamanya adalah
seekor gurita kecil yang diberi nama Aat. Selain mudah diingat dan lucu, nama Aat
juga sangat terkenal di tengah masyarakat. Aat adalah nama seorang pemuda yang
sangat dekat dengan banyak orang. Meski sudah dewasa, kondisi fisik tidak
menggambarkan dia seperti itu melainkan dia terlihat seperti anak yang kira-kira baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berusia lima belas tahun. Aat bekerja sebagai tukang angkat mesin boat. Senyum dan
cara berbicaranya yang sedikit gagap membuatnya disenangi oleh banyak orang.
Dengan alasan itulah, peneliti menggunakan nama Aat sebagai nama tokoh utama
dalam cerita. Keberadaan nama Aat yang akrab di tengah masyarakat dan juga mudah
diingat oleh anak-anak, akan membuat anak-anak semakin tertarik untuk membaca
buku cerita tersebut. Maka dari itu, buku tersebut tidak hanya membuat anak tertarik
untuk membaca karena Aat sebagai tokoh utama, tetapi lebih dari itu dapat dijadikan
sebagai panduan supaya anak-anak di Sikabaluan sedini mungkin menyadari
pentingnya mengkonservasi terumbu karang (empowering). Konsep empowering ini
peneliti maksudkan untuk merealisasikan ide dari Sastrapratedja (2013:14) tentang
pentingnya pendidikan yang dapat memberdayakan atau membantu orang agar dapat
mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya.
Dalam konteks ini, tanggung jawab yang hendak ditanamkan pada anak-anak di
Sikabaluan adalah tentang pentingnya merawat terumbu karang. Oleh sebab itu
penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototype Buku Cerita Tentang Terumbu
Karang dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai untuk Anak 9-12 Tahun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototype buku cerita
“Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak 9-12 tahun dalam konteks
empowering masyarakat Mentawai?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2.2 Bagaimana kualitas prototype buku cerita dapat membantu anak 9-12
tahun memiliki persepsi untuk memelihara terumbu karang dalam
konteks empowering cinta lingkungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan prototype buku cerita tentang terumbu
karang ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan prototype buku cerita
anak terhadap konservasi terumbu karang untuk anak 9-12 tahun dalam
konteks empowering masyarakat Mentawai.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototype buku cerita membantu persepsi
anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar
(empowering).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada
masyarakat Sikabaluan di Kepulauan Mentawai agar dapat
mengkonservasi terumbu karang.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Peneliti
Mampu melakukan penelitian pengembangan dengan
menghasilkan prototype berupa buku yang dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
anak SD usia 9-12 tahun di Sikabaluan agar dapat memelihara
terumbu karang.
b. Guru
Guru mendapatkan salah satu sarana berupa buku cerita yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV-VI SD agar
anak dapat memelihara terumbu karang.
c. Siswa
Mendapatkan salah satu sumber bacaan berupa buku cerita
yang mampu merangsang imajinasinya tentang kehidupan biota laut
yang bergantung pada terumbu karang. Dengan demikian mereka
termotivasi memelihara terumbu karang.
1.5 Definisi Operasional
a. Prototype
Prototype adalah model dari suatu produk sesungguhnya yang
akan dikembangkan. Model ini harus bersifat representative dari
produk akhirnya.
b. Buku cerita bergambar
Buku cerita bergambar adalah buku cerita dengan dengan narasi
singkat yang disertai gambar sebagai ilustrasi yang memberikan efek
visual bagi pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang
bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut
.zooxanthellae
d. Anak usia 9-12 tahun
Menurut Piaget, anak usia 9-12 sedang berada berada pada
tahap operasional konkrit umumnya mampu berpikir logis, mampu
memperhatikan lebih dari satu dimesi sekaligus dan juga dapat
menghubungkan suatu dimensi dengan dimensi yang lain, kurang
egosentris, dan belum bisa berpikir abstrak.
e. Empowering
Kegiatan yang dapat memberdayakan atau membantu orang
agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan
berefleksi atas tindakannya. Dalam konteks ini, tanggung jawab yang
hendak ditanamkan pada anak-anak di Sikabaluan adalah tentang
pentingnya merawat terumbu karang.
f. Mentawai
Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari
beberapa pulau besar. Pulau yang paling besar ada empat, yakni Pulau
Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.
Keempat pulau tersebut selain pulau terbesar juga pulau yang
berpenghuni. Memiliki sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan dan hasil hutan.
Kekayaan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masyarakat
Mentawai pada umumya.
1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Prototype berupa buku cerita anak berjudul “Derita Aat si Gurita
Kecil”
2. Prototype buku cerita terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 20
gambar disertai narasi singkat, evaluasi dan kepustakaan.
3. Tokoh utama dalam buku bernama Aat karena merupakan nama salah
seorang pemuda yang memiliki postur tubuh seperti anak-anak yang
terkenal di Mentawai, mudah diingat dan lucu.
4. Buku tersebut berisi informasi tentang pentingnya terumbu karang
bagi kehidupan biota laut.
5. Dalam setiap gambar ada narasi singkat berbahasa Indonesia yang
dapat membantu anak untuk mengimajinasikan isi cerita.
6. Prototype buku berisi evaluasi untuk mengetahui persepsi anak tentang
pemahamannya dalam konteks memelihara terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka, (2) Penelitian yang Relevan
dan (3) Kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kepulauan Mentawai
Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar
dan puluhan pulau kecil. Di antara empat pulau besar tersebut, pulau yang paling
besar adalah Pulau Siberut dengan luas 4.480 km² (mentawaikab.bps diakses 10
November 2015). Kepulauan Mentawai merupakan sebuah Kabupaten di Propinsi
Sumatera Barat. Posisi Mentawai berada pada jarak 150 km sebelah barat lepas pantai
Pulau Sumatera. Mentawai terdiri dari 213 pulau dengan 4 pulau utama yaitu Siberut,
Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Beribukota di Tuapejat, Kabupaten Mentawai.
Penelitian ini dilaksanakan di Sikabaluan yang merupakan pusat salah satu kecamatan
di Pulau Siberut. Sikabaluan merupakan pusat kecamatan Siberut Utara yang letaknya
tidak jauh dari tepi pantai.
2.1.1.1 Geografis Sikabaluan
Sikabaluan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Siberut Utara,
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Memiliki salah satu kekayaan laut yakni terumbu
karang yang tersebar di seluruh tepi pantai Sikabaluan, tetapi terumbu karang yang
begitu melimpah tersebut tidak dapat diolah dengan baik oleh masyarakat karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kamajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan pengetahuan. Penyebab banyaknya
terumbu karang yang mengalami kerusakan, sebagian besar karena diambil oleh
masyarakat setempat untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Berdasarkan
pengamatan peneliti sebagai warga masyarakat Mentawai, peneliti melihat bahwa
tidak hanya masyarakat disana yang kurang menyadari arti pentingnya terumbu
karang tetapi hampir semua masyarakat Mentawai pada umumnya. Didesak dengan
kemajuan zaman masyarakat beralih dari pembangunan rumah dari kayu menjadi
berbahan beton. Rumah-rumah yang baru dibangun biasanya memiliki pondasi yang
bahan utamanya adalah terumbu karang. Selain rumah, pembangunan jalan dan
jembatan rabat beton biasanya membutuhkan karang untuk bahan bangunan tersebut.
Maka bisa dibayangkan seberapa banyak terumbu karang yang diambil oleh
masyarakat Mentawai untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut. Padahal
mereka menyadari bahwa terumbu karang merupakan rumah bagi ikan dan biota laut
lainnya yang hidup di terumbu karang, tapi ketidak pahaman resiko dari rusaknya
terumbu karang masyarakat tetap saja mengambili terumbu karang.
2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Mentawai
Masyarakat Mentawai dalam keadaan asalnya hidup dalam kesatuan sosial
ekonomi yang sederhana, berdasarkan persamaan derajat, tidak ada kelompok
pemimpin dan budak dikalangan mereka. Tanah yang subur dan kaya akan alam
membuat masyarakat Mentawai dengan mudah mendapatkan makanan hasil ladang
atau kebun dan hasil laut. Pada zaman dahulu, cara hidup masyarakat Mentawai
adalah mengelompok pada pemukiman yang disebut UMA. Lazimnya, nama uma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berasal dari jenis pohon, sungai, bukit, gunung, hutan atau tempat tertentu dimana
orang pertama dari Uma menemukan lokasi tersebut sebelum uma lain dan lokasi
uma bermukim (Darmanto, 2009: 134). Masyarakat Mentawai menganut sistem
kekeluargaan patrilineal, dimana interaksi sosial berpusat pada Uma yang memiliki
kekuasaan tertinggi dalam lingkar budaya Mentawai. Sementara kosmologi
masyarakat Mentawai sangat dipengaruhi oleh cara pandang dunianya (Arat
Sabulungan). Dalam perspektif agama Mentawai tersebut, makhluk hidup dan alam
raya disekitarnya memiliki roh (simagre).
Roh memiliki empat bagian dalam pandangan orang Mentawai yaitu sebagai
berikut: (1) roh yang ada di tubuh manusia atau mahkluk hidup (Simagre); (2) roh
yang telah meninggalkan tubuh manusia atau benda mati (Ketcat); (3) kumpulan roh-
roh leluhur orang Mentawai yang meninggal, masih hidup seperti manusia tetapi
dalam dimensi yang berbeda secara umum (Ukkui), biasanya roh ini suka mendiami
hutan belantara; (4) roh jahat yang berasal dari daging dan tulang orang mati (Pitto’)
(Darmanto, 2009: 135). Bertepatan dengan penelitian ini, peneliti menggunakan kata
roh-roh yang mengacu pada pengertian roh yang ketiga. Oleh karenanya, masyarakat
Mentawai berkewajiban untuk menjaga keseimbangan/keserasian antara roh dan
hutan untuk terhindar dari penyakit. Kepercayaan mengenai roh dan bagaimana
menjaga keseimbangan alam, merupakan prinsip dasar yang melandasi kehidupan
orang Mentawai termasuk dalam pemenuhan kehidupan ekonomi.
Kehidupan ekonomi masyarakat Mentawai masih menggantungkan diri
terhadap hasil alam, bercocok tanam, nelayan, dan jualan. Kendatipun perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ilmu dan teknologi semakin pesat, namun sebagian besar masyarakat Mentawai
belum bisa mengelola hasil alam dengan baik dan bijaksana karena keterbatasan
pengetahuan dan banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah.
Secara umum, masyarakat Sikabaluan hidup dengan hasil nelayan, bercocok tanam,
buruh, kulih bangunan dan beberapa berprofesi PNS.
2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai
Ditinjau dari segi pendidikan, masyarakat Mentawai masih memiliki tingkat
pendidikan yang rendah. Kesadaran akan pentingnya pendidikan belum ada
dikarenakan pengaruh budaya lokal yang masih sangat kental dengan kondisi alam
yang sangat menguntungkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Darmanto (2009:
145) bahwa makananan pokok orang Mentawai telah disediakan oleh sagu
(Metroxylon sago) dan keladi (Colocasia esculenta). Sagu dan tunas keladi tumbuh
dengan pesat di rawa-rawa berair yang dibudidayakan setegah liar atau tanpa
memerlukan perawatan secara intensif dari penduduk. Mata pencaharian utama
mereka adalah meramu sagu, berburu dan nelayan. Setiap anak laki-laki sejak kecil
sudah diajarkan untuk berburu sehingga kelak ketika sudah dewasa setiap anak laki-
laki tersebut mengetahui cara berburu yang baik. Dengan latar belakang budaya
seperti ini, pendidikan bukan hal yang menjadi prioritas. Hal ini juga dipertegas oleh
Darmanto (2009: 145) bahwa kehidupan orang Mentawai yang bergantung dengan
kekayaan alam, terbukti bahwa masyarakat Mentawai hanya bekerja dalam kurun
waktu selama 21 hari untuk mencari kebutuhan makanan selama 1 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Hal inilah yang melatar belakangi rendahnya kesadaran orang Mentawai
terhadap pendidikan. Pandangan orang Mentawai terhadap pendidikan sering
disamaartikan dengan mempermudah untuk mencukupi kebutuhan ketika sudah
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan. Sehingga pandangan ini
terus menerus dipegang hingga sekarang karena untuk sekedar kebutuhan makanan
tidak perlu susah payah bahkan sampai harus sekolah.
Di beberapa kampung ada beberapa orangtua yang sampai saat ini masih buta
huruf. Jika disimpulkan bahwa para orangtua yang hidup di desa-desa pada umumnya
hanya sekolah dari kelas I-V SD atau paling tinggi tamat SD. Tingkat pendidikan
yang rendah membuat mereka tidak berkompeten dalam mengelola kekayaan hayati
yang ada di kepulauan Mentawai. Buktinya adalah mereka yang menjadi petani hanya
sekedar mengetahui menanam dan memanen, yang menjadi nelayan hanya tahu
memancing, membom tanpa mengetahui akibat dari tindakannya, dan sebagian dari
pedagang mengeksploitasi terumbu karang dengan menjualnya sebagai bahan
bangunan dan hiasan.
Upaya untuk memajukan pendidikan pun terus dilakukan, namun tidak sedikit
juga persoalan yang muncul dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pertama, yang
ditandai dengan kurangnya jumlah tenaga guru. Di beberapa sekolah masih terdapat
tenaga guru tamatan SMA yang dengan secara suka rela mengabdikan diri sebagai
honorer demi pendidikan anak-anak bangsa yang ada di Mentawai. Kedua, kurangnya
tenaga guru yang berkualitas dan memiliki komitmen untuk mengajar. Banyaknya
guru PNS yang sering mangkir ke kabupaten atau kota dengan alasan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menyelesaikan urusan administrasi, seolah-olah lebih penting memenuhi urusan
administrasi ketimbang anak-anak yang sangat membutuhkan pelajaran. Ketiga,
buruknya fasislitas yang dimiliki sekolah. Hal ini ditandai dari sarana dan prasarana,
mulai dari kurangnya ruang kelas, kekurangan mobiler, alat peraga pembelajaran,
buku-buku sumber belajar yang memadai. Keempat, tingginya angka putus sekolah.
Seperti diketahui, banyaknya anak-anak Mentawai yang belum mengenal pendidikan
dan anak-anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi. Masalah-masalah tersebut
menunjukkan belum baiknya pengelolaan pendidikan di Mentawai. Di samping itu,
didukung dengan kondisi letak geografis yang terletak di kepulauan menjadikan
Mentawai sulit dijangkau. Selain itu tidak adanya pembangunan sarana transportasi
dan komunikasi yang memadai menjadi tantangan terbesar bagi para penggiat
pendidikan.
Maka dari itu, pendidikan sangat penting bagi masyarakat Mentawai.
Diharapkan dengan adanya pendidikan akan dapat memberikan gambaran
pengetahuan bagi masyarakat untuk mengelolah sumber hayati yang ada dengan baik.
Mereka tidak lagi semata-mata hanya melihat keberadaan terumbu karang sebagai
batu yang keras yang bisa digunakan untuk bahan bangunan, tetapi mengetahui juga
betapa pentingnya terumbu karang bagi biota laut dan kehidupan disekitarnya.
2.1.2 Terumbu Karang sebagai Salah Satu Sumber Daya Alam Mentawai
2.1.2.1 Definisi Terumbu Karang
Secara umum, istilah terumbu karang menggambarkan suatu kumpulan
organisme laut yang tampak indah dan berasosiasi dengan ikan warna-warni dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
air laut yang jernih dan relatif dangkal (Saputra, 2006 dalam Alikodra, 2012: 210).
Supriyono (2010: 4,6,7) juga mejelaskan beberapa devinisi terumbu karang, terumbu
karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanthellae. Dari asal katanya, istilah terumbu karang tersusun
atas dua kata, yaitu terumbuh dan karang. Dua kata tersebut apabila berdiri sendiri
akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah
terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu
menunjukkan suatu ekosistem dan kata yang lain menunjukkan suatu komunitas.
Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan
terumbu karang.
1. Terumbu (Reef)
Terumbu merupakan endapan masif batu kapur (Limestone), terutama
kalsium karbonat (Ca2CO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan
karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur seperti alga berkapur
dan Mollusca.
Terumbu dapat pula diartikan sebagai konstruksi batu kapur biogenis yang
menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut,
terumbuh adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau
pesisir didekat permukaan air
2. Karang (Coral)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo
Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO. Hewan karang Tunggal
biasanya disebut polip.
3. Karang Terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang
hermatipik (hermatypic coral). Jadi, berbeda dengan batu karang yang
merupakan benda mati.
4. Terumbu Karang
Merupakan ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh
biota laut penghasil kapur (CaCO) khususnya jenis-jenis karang batu dan
alga berkapur, bersam-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya
seperti jenis-jenis Mollusca, Crustacea, Echinodermata, Polichaeta,
Porifera, dan Tunicata, serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.
Terumbu karang adalah struktur hidup yang besar dan tertua di dunia. Untuk
sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun
lamanya. Bukti-bukti fosil menunjukkan terumbu karang sebagai fenomena yang
sangat primitif. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta
tahun lalu. Terumbu karang pertama ini sudah lama punah, terumbu karang modern
hasil evolusi muncul sejak lebih dari 50 juta tahun lalu. Biasanya, waktu yang
dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5.000 sampai 10 ribu tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sedangkan terumbu karang yang ada saat ini merupakan terumbu karang yang
berkembang dalam episode waktu sekitar 5.000 tahun atau kurang.
Terumbu karang yang hidup di perairan laut dangkal memiliki dua sistem
perkembangbiakan yaitu berkembangbiak secara seksual (kawin)-antara individu
polip jantan dan individu polip betina dan juga dapat memperbanyak diri sendiri
tanpa melalui perkawinan yaitu dengan membelah diri (Guntur, 2011: 41). Untuk
perkembangbiakan secara seksual, satu polip karang keras dapat mengeluarkan sel
telur ke air, dan polip yang lain dapat melepaskan sel sperma ke air. Di dalam air sel
telur dan sel sperma akan melebur menjadi satu dan membentuk larva (planula),
yakni calon atau benih polip karang keras yang baru. Setelah menjalani hidup seperti
plankton selama 1 bulan, larva karang keras akan menuju dasar laut dan mencari
substrat untuk menempel. Setelah larva karang keras menempel, ia akan berusaha
menjadi satu polip karang keras. Kemudian dari satu polip karang keras ini, ia
kembali berkembang biak secara membelah diri dan bertunas (aseksual) sehingga
terbentuklah koloni karang yang keras yang baru (Wulandari, 2009: 43). Selain
proses perkembangbiakan di atas terumbu karang juga membutuhkan banyak aspek
atau faktor pendukung dalam mempertahankan hidupnya. Saputra (2006) dalam
Alikodra (2012: 212) menjelaskan bahwa dalam mempertahankan hidupnya terumbu
karang memiliki beberapa persyaratan hidup diantaranya; (1) cahaya matahari yang
cukup, (2) suhu yang berkisar 25-300C, (3) salinitas yang sesuai yakni antara 27-40
promil, (4) kejernihan air, (5) pergerakan air, dan (6) substrat dasar yang keras dan
bersih dari endapan. Kondisi Mentawai yang merupakan bagian dari Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sebagai daerah tropis sangat baik bagi perkembangbiakan terumbu karang. Jadi, wajar
bila di kepulauan Mentawai tersebar banyak terumbu karang dengan beragam jenis
dan ukuran.
2.1.2.2 Manfaat Terumbu Karang
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti penting baik dari segi sosial,
ekonomi maupun budaya masyarakat kita. Hampir sepertiga penduduk Indonesia
yang tinggal di pesisir menggantungkan hidup dari perikanan laut dangkal. Begitupun
dengan masyarakat Mentawai yang pada umumnya tinggal di pesisir pantai dari
setiap pulau yang berpenghuni.
Di samping itu terumbu karang mempunyai nilai penting sebagai pendukung
dan penyedia bagi perikanan pantai termasuk didalamnya sebagai penyedia bahan dan
tempat berbagai hasil laut. Berikut ini beberapa manfaat dari terumbu karang yang
dapat dirasakan oleh manusia atau pun makhluk hidup laut lainnya menurut
Supriyono (2010: 7) yaitu: .
1. Perlindungan pantai dari hempasan ombak
2. Tempat tinggal dan berkembang biak bagi ikan karang
3. Menyediakan sumber protein bagi masyarakat
4. Menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi biota laut
5. Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata
6. Sumber obat-obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
7. Sebagai sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan
penelitian.
Melihat dari banyaknya manfaat terumbu karang bagi kehidupan masyarakat
Mentawai, perlu adanya kesadaran untuk menjaga terumbu karang agar tetap terawat
dan tidak rusak. Karena ada banyak dampak yang terjadi jika terumbu karang sampai
rusak atau hancur dan bahkan tidak hanya generasi sekarang yang terkena dampak
kerusakan tersebut melainkan juga generasi Mentawai selanjutnya yang mungkin
hanya bisa mendengar melalui cerita.
2.1.2.3 Penyebab dan Bahaya Kerusakan Terumbu Karang
Menurut Burke dalam Sudiono (2008: 39) menyatakan bahwa terdapat
beberapa penyebab kerusakan terumbu karang yaitu: (1) pembangunan di wilayah
pesisir yang tidak dikelolah dengan baik, (2) aktivitas di laut antara lain dari kapal
dan pelabuhan termasuk akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal, (3)
penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan yang menyebabkan peningkatan
sedimentasi, (4) penangkapan ikan-ikan secara berlebihan yang memberikan dampak
terhadap keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem terumbu karang, (5)
penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom, dan (6) perubahan iklim
global.
Bahaya pengikisan terumbu karang bagi pantai merupakan sebuah bencana
bagi masyarakat yang hidup di daerah tepi pantai khususnya bagi pantai itu sendiri
dan biota laut. Melihat dari fungsinya terumbu karang memiliki manfaat seperti
berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Bagi Pantai
Alikodra (2012: 208) mengungkapkan bahwa selain potensi
biologinya yang termasuk tinggi, terumbu karang juga berperan sebagai
pelindung wilayah pesisir dari ancaman gelombang pasang. Ini membuktikan
bahwa terumbu karang melindungi pantai serta aktivitas penduduk yang
berada di sekita pantai. Selain itu juga menjaga kestabilan garis pantai agar
tidak bergeser akibat abrasi.
b. Bagi Biota Laut
Terumbu karang merupakan habitat alami bagi berbagai biota laut.
Seperti udang, berbagai jenis ikan dan sejenisnya. Karenanya, sangat keliru
jika ada yang dengan sengaja merusak dan mengambili terumbu karang untuk
tujuan memenuhi kebutuhan individu atau kelompok dengan cara menjual
atau menggunakan sebagai bahan bangunan.
Iyam (2006: 20) mengungkapkan bahwa terumbu karang bermanfaat
sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk
pangan, seperti ikan-ikan kerapu, ikan baronang, ikan hias, gurita, tripang dan
lain-lain. Alikodra (2012: 219) menjelaskan bahwa konsep pengelolaan
ekosistem terumbu karang atau ekosistem lainnya dan siapa pun
pengelolanya, yang penting diperhatikan adalah jangan terjebak pada
paradigma enviromentalis dangkal. Artinya hanya berhubungan dengan
pengendalian dan manajemen lingkungan demi kepentingan manusia,
sehingga perlu penanaman paradigma ekologi dalam (deep ecology) (Deval,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1985 dalam Alikodra, 2012: 219) yang berakar pada persepsi realitas yang
melampaui kerangka ilmiah hingga mencapai suatu kesadaran intuitif tentang
kesatuan semua kehidupan.
Pengertian ini sebagai modus kesadaran di mana individu merasa
terkait dengan kosmos secara keseluruhan bukan hanya ekosistem terumbu
karang. Maka menjadi jelaslah bahwa kesadaran ekologis itu juga menjadi
benar-benar bersifat spiritual. Gagasan manusia individual yang terkait
dengan kosmos terungkap dalam akar agama (Saputra, 2006) dalam Alikodra
(2012: 219). Untuk itu sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk
menjaga keseimbangan alam, agar tercipta sebuah keharmonisan hidup dalam
setiap aspek kehidupan yang akan kita jalani.
Belum ada kata terlambat untuk menyelamatkan terumbu karang.
Kerusakan dapat dihindari jika ada pendidikan cinta lingkungan yang
diberikan kepada masyarakat Sikabaluan, dengan begitu masyarakat
disadarkan akan tanggungjawabnya untuk memelihara lingkungan. Kegiatan
yang membuat masyarakat menjadi tahu akan pentingnya menjaga lingkungan
dan sadar akan tanggungjawabnya untuk menjaganya inilah yang disebut
empowering.
2.1.3 Pendidikan sebagai Sarana Empowering
2.1.3.1 Pendidikan Empowering
Kata empowerment dan empower diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
menjadi pemberdayaan dan memberdayakan, menurut Merriam Webster dan Oxfort
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
English Dictionery dalam Prijono dan Pranarka (1996:3) mengandung dua pengertian
yaitu : pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua
berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai
memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak
lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan
kemampuan atau keberdayaan.
Pendidikan menurut Rechey (Noor Syam, 2003: 3-4) dalam bukunya, Planing
for Teaching, an Introduction, menjelaskan bahwa pendidikan adalah:
“The term education refers to the broad function of preserving the life
of the group through bringing new members into its shared concern.
Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It
is an essensial social activity by which cummunities continue to exist. In
complex communities, this function is specialized and institutionalized in
formal education, but there is always the education outside the school with
which the formal process in related”.
Richey dalam bukunya „Planning for teaching, an Introduction to Education‟
menjelaskan istilah „pendidikan‟ berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung
jawabnya di dalam masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan secara sadar dan disengaja, penuh
tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul
interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan (Soedijarto, 2008:
260). Kedewasaan yang dimaksud disini ialah aspek pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga aspek tersebut haruslah terpenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
di dalam diri siswa guna bekal hidup layak di tengah masyarakat. Akan tetapi
kesemuanya harus dipulangkan kepada satu karakteristik, yaitu keterlibatan
intelektual emosional siswa-siswa dalam pembelajaran yang bersangkutan: asimilasi
dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan; perbuatan serta pengalaman
langsung terhadap balikannya (feed-back) dalam pembentukan keterampilan motorik
maupun kognitif dan sosial; dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai (Isjoni dkk,2012:50).
Hakikat pendidikan itu sendiri adalah untuk mengejar pencapaian kualitas
hidup yang tinggi para peserta didiknya. Untuk itu pendidikan juga harus didesain
sedemikian rupa agar peserta didik mampu memaknai setiap pembelajaran dengan
baik.
Pendidikan empowering munurut Sastrapratedja (2013: 14) pemberdayaan
atau empowerment dapat diartikan sebagai kekuatan atau keberdayaan. Dalam istilah
powerment, power diartikan sebagai (1) daya untuk berbuat (power to), (2) kekuatan
bersama (power-with), dan (3) kekuatan dari dalam (power-within). Power-to adalah
kekuatan yang kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Hal ini
merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu orang agar ia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, bekerja
dan membangun berbagai keterampilan dan pengetahuan.
Pendidikan empowering menurut jurnal yang berjudul “Does Education
Empower Women? Evidence from Indonesia” adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
“Education may increase women’s bargaining power within their
households because it endows them with knowledge, skills, and resources to
make life choices that improve their welfare (Duflo, 2012; Lundberg &
Pollak, 1993). Estimation of the effects of education on empowerment,
however, is difficult because women’s preferences, family background, and
community characteristics that affect both education and empowerment may
be unobserved”.
Perkiraan efek pendidikan pemberdayaan sulit karena preferensi perempuan,
latar belakang karakteristik keluarga, dan masyarakat yang mempengaruhi baik
pendidikan dan pemberdayaan mungkin tidak teramati (Duflo dalam Sari, 2014: 34).
Jika karakteristik teramati berkorelasi dengan pendidikan dan pemberdayaan
perempuan, perkiraan paling biasa persegi efek pendidikan akan menjadi biasa.
Kesimpulan dari definisi tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian
pendidikan tersebut dalam paradigma pendidikan sebagai humanisasi yang ditulis
oleh Sastrapratedja bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membantu
membangun power-with, kekuatan bersama, yaitu agar peserta didik membangun
solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk menciptakan suatu caring
society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua
pihak. Yang lebih penting lagi adalah bahwa pendidikan bertujuan membangun
power-within, yaitu kekuatan spritual yang ada dalam diri peserta didik. Power-within
inilah yang membuat manusia lebih manusiawi karena disitu dibangun harga diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai yang mengalir
dalam martabat itu.
2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran
Empowering dalam kegiatan pembelajaran bisa terjadi dalam bentuk apa pun.
Seperti dalam penelitian ini, kegiatan empowering dalam pembelajaran dapat berupa
hadirnya buku cerita yang memberikan pesan tentang sesuatu hal. Dalam buku
tersebut diceritakan bahwa kerusakan terumbu karang akan menyebabkan penderitaan
bagi biota laut. Jika biota laut punah, maka masyarakat Mentawai pun akan
kehilangan salah satu sumber pangan (ikan, gurita, udang, dan lain-lain). Buku cerita
tersebut diharapkan dapat memotivasi anak-anak di Sikabaluan juga di kepulauan
Mentawai pada umumnya, untuk mengkonservasi terumbu karang. Dengan demikian
anak-anak dapat menjadi generasi pembaharu yang sungguh memahami tentang
pentingnya memiliki kebiasaan menjaga terumbu karang. Inilah yang dimaksud
dengan konsep pendidikan empowering/pemberdayaan Sastrapratedja (2013:14),
yaitu pendidikan yang dapat membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab
atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Aktivitas belajar siswa tidak
hanya berpaku pada lingkungan sekolah atau di dalam kelas tapi juga di lingkungan
luar sekolah. Bagi anak-anak, alam yang terbentang adalah semesta bermain dan
belajar (Farida, et al. 2012). Lingkungan sekolah bukan satu-satunya tempat belajar
anak. Dengan melangkah ke luar kelas, bahkan keluar sekolah, pengalaman dan
pengetahuan anak-anak akan berkembang lebih luas. Di luar kelas, anak-anak
memiliki kesempatan yang lebih bervariasi untuk mengikuti berbagai petualangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
belajar yang mengandung nilai filosofis, teoritis, dan praktis. Dapat kita pahami
bahwa dalam proses pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa
memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia (Kurniawan, 2014:
27).
Pembelajaran yang berkutat di kelas dan lingkungan sekolah secara terus
menerus bisa membosankan bagi anak-anak. Petualangan yang terbuka akan
memantikkan kegembiraan, menghidupkan semangat, dan membuat belajar lebih
menyenangkan. Outdoor learning efektif untuk pengembangan karakter dan wawasan
anak, karena merupakan miniatur dari kehidupan yang sesungguhnya sesuai dengan
konsep pemberdayaan (empowering) dalam upaya perubahan dan pertumbuhan dalam
diri peserta didik dan perilaku yang tidak selalu mengutamakan perkembangan
kognitif semata tetapi kepada peningkatan kemampuan individual untuk membentuk
atau mengorganisir terus menerus hubungannya dengan dunia internal dan eksternal.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas adalah
conseravtion scout: program pengenalan konservasi lingkungan pada anak
(conservation scout) pernah dilakukan oleh Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari
program ini adalah untuk menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada
anak-anak. Davis dalam Sari (2014: 34) menuliskan bahwa hubungan antara anak
dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting untuk membangun
hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penjelajah alami. Mereka mengobservasi dan meneliti lingkungan di sekitar mereka
secara alami dan belajar darinya (learning by doing).
Kegiatan jalan-jalan di pantai dan membaca buku cerita tentang terumbu
karang serta conseravtion scout merupakan kegiatan pembelajaran empowering yang
bertujuan untuk menanamkan sikap atau karakter cinta lingkungan kepada anak-anak
sebagai generasi peduli lingkungan. Menanam bakau merupakan salah satu cara
untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak betapa pentingnya menjaga dan
melestarikan terumbu karang untuk kelangsungan hidup semua mahkluk hidup.
Selain dari menanam bakau, masyarakat khususnya anak-anak sekolah dasar di
Mentawai harus diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dengan
begitu anak turut ambil bagian dalam menjaga kelestarian lingkungan dan akan
memiliki cinta terhadap lingkungan.
Kesadaran anak untuk ambil bagian dalam menjaga lingkungan merupakan
bentuk tanggungjawab mereka sebagai pionir untuk memelihara lingkungan yang
dalam hal ini adalah terumbu karang. Maka penting bagi guru atau oarang tua
memberikan pendidikan cinta lingkungan sedini mungkin yaitu pada saat anak mulai
mengikuti pendidikan sekolah dasar.
2.1.4 Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun
2.1.4.1 Psikologis Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun
Piaget (Suparno, 2001: 25) berpendapat bahwa pemikiran kanak-kanak
berbeda pada masing-masing tingkatan. Ia membagi perkembangan pemikiran kanak-
kanak menjadi empat tahap yaitu tahap sensorimotorik, praoperasional konkret,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
operasional konkret, dan operasional formal. Setiap tahap tersebut memiliki tugas
perkembangan kognitif yang harus diselesaikan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
membahas perkembangan anak usia 9 hingga 12 tahun yang berada pada tahap
operasional konkret.
Piaget (Djiwandono, 2002:73) menjelaskan bahwa anak-anak yang berada
pada tahap operasional konkrit umumnya mampu berpikir logis, mampu
memperhatikan lebih dari satu dimesi sekaligus dan juga dapat menghubungkan suatu
dimensi dengan dimensi lain, kurang egosentris, dan belum bisa berpikir abstrak. Dari
penjelasan tersebut peneliti melihat adanya satu sisi perkembangan yang bisa
dimanfaatkan yakni adalah kemampuan untuk menghubungkan dimensi satu dengan
dimensi lain. Kemampuan ini merupakan daya imajinasi yang tinggi.
Peneliti melihat bahwa pada usia 9-12 tahun anak memiliki kemampuan untuk
cepat beradaptasi dengan lingkungan bermain, dan mudah mengikuti pola dinamika
belajar yang menyenangkan. Pada tahap ini anak-anak juga senang dengan hal-hal
yang berbau cerita dan mewarnai gambar. Masa anak merupakan suatu fase yang
sangat penting dan berharga, serta merupakan masa pembentukan dalam periode
kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life). Oleh karenanya
masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan
pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan
individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk
pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang (karakter).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengembangkan prototype
buku cerita tentang terumbu karang untuk menyadarkan anak-anak tentang
pentingnya memelihara terumbu karang di kepulauan Mentawai serta membantu
persepsi siswa anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar.
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 9-12 Tahun
Erikson (Nuryanti, 2008: 25) menyatakan delapan tahap perkembangnan
Psikologi Sosial Anak yang dimana pada usia sekolah dasar anak pada tahap empat
yaitu Industry vs Inferiority (tekun versus rasa rendah diri). Tahap ini kira-kira dilalui
ketika anak melaui usia sekitar 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak-anak
mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti: (a) berhubungan dengan teman
sebaya berdasar pada aturan-aturan tertentu, (b) berkembang dari pola bermain yang
bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerjasama
kelompok, dan (c) menguasai materi pelajaran sosial, membaca, dan matematika.
Berdasarkan pendapat dan penejelasan tersebut, peneliti mengembangkan sebuah
prototype buku cerita untuk anak supaya dapat memahami pelajaran sosial dan
membaca. Prototype buku tersebut dapat dibaca bersama-sama atau secara pribadi
yang kemudian diceritakan kepada sesama temannya, dengan begitu buku tersebut
dapat menjadi sarana untuk melatih keterampilan berhubungan dengan teman. Selain
itu, buku tersebut dapat membantu anak mengasah keterampilan membaca yang
sekaligus melatih anak mengembangkan imajinasinya terhadap peristiwa-peristiwa
yang terjadi di lingkungnnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kesempatan inilah yang menginspirasi peneliti membuatkan sebuah buku cerita
yang memberikan dorongan bagi anak Mentawai, mengarahkan rasa percaya dan rasa
aman serta inisiatif yang tinggi untuk melindungi kekayaan alamnya seperti terumbu
karang.
Anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan karakter
akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh Piaget dan Kohlberg
(Gunarsa dan Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami tahap
perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai suatu
tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟ dilanjutkan tahap konsep selajutnya
„mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan.
Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Buku cerita yang dalam hal ini sebagai media untuk menyadarkan anak
merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk empowering. Buku cerita
bisa digunakan di dalam kelas atau di luar kelas. Peran media yang efektif inilah
memungkinkan anak bisa mengembangkan imajinasinya tidak hanya di dalam kelas
tetapi juga di luar kelas.
2.1.5 Peran Media Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan Empowering
2.1.5.1 Pengertian Media
Munadi (2008: 6) menyatakan bahawa kata media berasal dari Bahasa Latin,
yakni medius (tengah atau perantara). Perantara yang berarti yang mengantarkan atau
menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Smaldino, dkk (2011: 7) mengatakan bahwa media merupakan sarana komunikasi
yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Arsyad (2007:
4-5) juga mengemukakan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau
wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Dari ketiga pernyataan tersebut apabila disimpulkan
merupakan pernyataan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Dengan
demikian, pengertian media menurut ketiga ahli tersebut adalah sarana komunikasi
yang menjadi perantara informasi yang akan diterima oleh siswa.
Winkel (2004: 318) menyatakan media pengajaran diartikan sebagai suatu
sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga
pengjar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai
tujuan isntruksional. Dari pandapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan atau saluran komunikasi yang dapat merangsang pemikiran siswa,
meningkatkan minat belajar, dan yang terpenting bahwa pembelajaran akan lebih
mudah baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas.
Rahadi dalam Riyani (2011: 33) menyatakan bahwa sumber belajar memiliki
cakupan yang lebih luas dari pada media pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa
pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar/lingkungan. Dalam penelitian ini hanya
akan membahas mengenai buku cerita bergambar sebagai media untuk sarana
empowering anak-anak Mentawai agar mencintai dan merawat alamnya yang dalam
hal ini adalah terumbu karang. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 152) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Riyani (2011: 33) menjelaskan bahwa buku diartikan sebagai “lembar kertas yang
berjilid, berisi atau kosong”. Pengertian ini sangat sederhana dan umum tetapi secara
khusus menyatakan bahan, susunan, dan isi sebuah buku.
2.1.5.2 Media Pembelajaran
Menurut Heinich yang dikutip oleh Arsyad (2011: 4), media pembelajaran
adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Hal tersebut
sama seperti yang dinyatakan oleh Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2010: 4)
media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan
dari komikator menuju komunikan. Media pembelajaran yang digunakan memiliki
jumlah yang banyak, dan dapat dikolompokkan menjadi beberapa bagian.
Menurut Arsyad (2011: 29) media dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok berdasarkan teknologi yang digunakan yaitu:
1) Media hasil teknologi cetak
2) Media hasil teknologi audio-visual
3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer
4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Berdasarkan klasifikasi media di atas, media buku cerita bergambar “Derita
Aat Si Gurita Kecil” termasuk klasifikasi media hasil teknologi cetak. Seperti yang
dijelaskan dalam spesifikasi produk bahwa prototipe buku cerita bergambar “Derita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Aat si Gurita Kecil” merupakan media dua dimensi yang dicetak terdiri atas cover, 20
gambar yang disertai narasi pendek dan juga evaluasi.
Media pembelajaran mempunyai fungsi yang besar dalam memberikan
pengetahuan yang mudah dipahami oleh anak. Hal tersebut senada dengan apa yang
disampaikan oleh Sadiman, dkk (2012: 17) bahwa kegunaan media antara lain:
(1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk
kata-kata tertulis atau lisan), (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya
indera, (3) penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik, (4) memberikan perangsang belajar yang sama, (5)
menyamakan pengalaman, (6) menimbulkan persepsi yang sama.
2.1.5.3 Media Cetak
Menurut Susilana dan Riyana dalam Riyani (2011: 37) media cetak adalah
media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset.
Media cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang
diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Media
cetak ini memiliki beberapa jenis yaitu buku, surat kabar dan majalah, ensiklopedi
atau kamus besar, pengajaran terpogram atau komik (Daryanto, 2010: 24). Maka
berdasarkan jenis media cetak tersebut, media prototype buku cerita “Derita Aat Si
Gurita Kecil” termasuk dalam media cetak jenis buku.
Media cetak juga termasuk dalam media grafis/visual sehingga dalam
mengembangkannya harus memperhatikan prinsip-prinsip visual. Berikut prinsip
pengembangan media cetak dalam Arsyad (2013: 103-108):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
1) Kesederhanaan
Secara umum kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen yang
terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit
memudahkan anak menangkap dan memahami pesan yang disajikan. Pesan
atau informasi yang panjang harus dibagi dalam beberapa bahan visual agar
mudah dibaca dan mudah dipahami. Kata-kata harus memakai huruf
sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam
dalam serangkaian tampilan. Kalimat-kalimatnya harus ringkas, padat dan
mudah dimengerti. Maka, dalam pengembangan media prototype buku cerita
“Derita Aat si Gurita Kecil” menggunakan prinsip kesederhanaan dengan
penggabungan elemen antara gambar yang lebih dominan dengan teks
sederhana sebagai pemberi kejelasan.
2) Keterpaduan
Keterpaduan mengacu pada hubungan antar elemen-elemen visual
yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen
tersebut harus saling terkait dan menyatu sebagai satu keseluruhan yang
merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat membantu pemahaman pesan
dan informasi yang dikandungnya. Dalam pengembangan media prototype
buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”, antara elemen gambar dan teks saling
terkait, karena gambar berfungsi memberikan visualisan suatu kondisi dalam
teks cerita. Seperti salah satu kodisi dalam cerita yang menunjukan kesedihan,
maka ada gambar Gurita sebagai Ibu dari Aat sedang mengeluarkan air mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3) Penekanan
Prinsip penekanan harus diperhatikan, meskipun penyajian secara
visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan
memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat
perhatian anak. Menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna
atau ruang, penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Penekanan
dalam media prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” nampak pada
persepktif yang memberikan gambaran pengalaman pada anak.
4) Keseimbangan
Keseimbangan mencakup dua macam, yaitu keseimbangan formal
(simetris) dan kesimbangan informal (asimetris). Bentuk atau pola yang
dipilih sebaiknya menempati ruang penyangan yang memberikan persepsi
keseimbangan, meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang
simetris memberikan kesan yang statis, sebaliknya kesimbangan yang
asimetris akan memberikan kesan dinamis. Dalam media prototype buku
cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” menggunakan keseimbangan asimetris
dengan penayangan gambar sesuai dengan kondisi yang disampaikan dalam
teks.
5) Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat
menentukan perhatian anak untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus.
Fungsi garis adalah sebagai penuntun bagi para pengamat (anak), dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mempelajari rangkaian konsep, gagasan makna atau isi materi yang
disampaikan. Selain itu, garis juga berfungsi untuk membatasi masing-masing
elemen. Bentuk garis tidak harus tegak lurus, tetapi dapat menyesuaikan
penempatan elemen-elemen tersebut.
6) Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi anak dapat membangkitkan minat
dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam
penyajian pesan, informasi atau isi materi perlu diperhatikan. Dengan
demikian, pada prinsip ini untuk prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita
Kecil” digunakan tokoh gurita yang unik. Dalam gambar pun diberi warna
agar dapat menarik perhatian anak.
7) Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau
halusnya permukaan. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan, aksentuasi
atau pemisahan, serta menambah kesan keterpaduan dari suatu unsur seperti
halnya warna. Maka pengembangan media ini, unsur tekstur tidak diperlukan
karena lebih menonjolkan penggunaan gambar dan warna.
8) Warna
Warna digunakan untuk memberikan kesan pemisahan atau penekanan
atau untuk membangun keterpaduan. Di samping itu, warna dapat
mempertinggi tingkat realisme objek atau sistuasi yang digambarkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respon emosional
tertentu. Arsyad (2013: 108) mengemukakan ada tiga hal penting yang harus
diperhatikan ketika menggunakan warna, yaitu: (1) pemilihan warnna khusus
(merah, biru, kuning, dan sebagainya), (2) nilai warna (tingkat ketebalan dan
ketipisan warna tersebut dibangdingkan dengan unsur lain dalam visual
tersebut), dan (3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan
dampak yang diinginkan. Setiap anak menyukai warna yang cerah seperti
merah, hijau, kuning dan lain-lain. Dalam hal pengembangan media ini,
peneliti menggunakan warna-warna yang yang tingkat keserasian dengan
objek yang mau digambarkan seperti warna-warna biota laut yang ada di
terumbu karang.
2.1.5.4 Pengertian Buku Cerita Bergambar
Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-
fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-
kata dan gambar. Mitchell dalam Sari (2010: 34) mengatakan, “Picture storybooks
are books in which the picture and text are tightly intertwined. Neither the picture
nor the words are selfsufficient; they need each other to tell the story”. Pernyataan
tersebut memiliki makna bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang di
dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, dimana gambar dan kata-kata tersebut tidak
berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan
cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Sedangkan Rothlein dan Meinbach dalam Sari (2010: 34) mengemukakan
bahwa “a picture storybooks conveys its message through illustrations and written
text; both elements are equally important to the story”. Ungkapan ini mengandung
pengertian bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang membuat pesan melalui
ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan tersebut merupakan
kesatuan.
Berikut beberapa karakteristik buku cerita bergambar menurut Sutherland
dalam Sari (2010: 34) antara lain adalah:
a) buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung;
b) buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri;
c) konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak-anak;
d) gaya penulisannya sederhana;
e) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.
Berdasarkan beberapa definisi di atas jelas bahwa prototype buku cerita
“Derita Aat Si Gurita Kecil” adalah sebuah cerita yang ditulis dengan gaya bahasa
ringan, cenderung dengan gaya obrolan, dilengkapi dengan gambar yang merupakan
kesatuan dari cerita untuk menyampaikan fakta atau gagasan tentang kehidupan
terumbu karang yang dirusak oleh manusia. Cerita dalam cerita bergambar juga
seringkali berkenaan dengan pribadi/pengalaman pribadi sehingga pembaca mudah
mengidentifikasi dirinya melalui perasaan serta tindakan dirinya melalui perwatakan
tokoh-tokoh utamanya. Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan
teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-
hari anak.
Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia dan binatang. Seperti cerita
dalam buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” merupakan gambaran berkenaan
dengan pengalaman pribadi anak dimana terumbu karang yang menjadi sumber daya
alam yang ada di lingkungan dieksploitasi secara sembarang tanpa anak menyadari
bahwa hal itu merusak terumbu karang. Dan dengan kehadiran prototype buku cerita
tersebut anak akan dengan mudah memahami makna atau pesan yang disampaikan
dalam cerita karena itu terjadi dalam kehidupan mereka dan ada disekitar mereka.
Penelitian yang berkaitan dengan pemberdayaan, buku cerita anak dan
bagaimana anak mengekspresikan imajinasinya melalui berbagai media sudah diteliti
oleh banyak orang. Seperti halnya penelitian pengembangan prototype buku cerita
“Derita Aat si Gurita Kecil” dalam kontek empowering pada anak diperkuat oleh
adanya beberapa penelitian yang relevan yang mendukung.
2.2 Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu :
Pertama, penelitian yang berjudul “Upaya The Nature Conservancy Dalam
Konservasi Terumbu Karang Dan Lingkungan Pesisir Di Kawasan Perairan Nusa
Penida, Bali” yang dilakukan oleh Savitri dkk (2013). Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa kepedulian terhadap terumbu karang adalah tanggung jawab
bersama sebagai warga masyarakat dunia secara umum. Salah satu bentuk tanggung
jawab dalam memperhatikan kelesetarian terumbu karang adalah organisasi non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pemerintah yang bernama The Nature Conservancy atau disingkat TNC. Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa penting bagi masyarakat Nusa Penida mendapatkan
sosialisasi dan pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang
pengetahuan dan pendidikan setiap masyarakat. Dengan begitu masyrakat Penida
tersadarkan bahwa kekayaan hayati yang dimiliki saat ini seperti terumbu karang
hanyalah sebuah titipan yang harus diwariskan kepada generasi penerus. Dengan
adanya kesadaran seperti ini masyarakat bisa kembali memperkuat kebijakan adat
yang sudah ada sebelumnya.
Kedua, penelitian ini berjudul “Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu
Karang Untuk Anak Sekolah Dasar di Bali Melalui Desain Komunikasi Visual” yang
ditulis oleh Kurniawan (2013). Dalam penelitian ini dibahas bahwa tujuannya adalah
bagaimana menciptakan media komunikasi visual yang membantu anak dalam proses
edukasi. Pentingnya desain buku cerita yang menarik perhatian anak serta
mempermudah anak lebih memahami apa yang dia pelajari dan juga terjadi sebuah
konsep belajar yang “fun” yang biasa di sebut dengan Education with Fun. Konsep
terseebut merupakan penggambaran dari proses edukasi atau pembelajaran untuk
anak dengan cara menyenangkan sehingga komunikasi berjalan efektif.
Ketiga, penelitian dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran
Memahami Cerita Legenda dengan Buku POP-UP untuk Siswa SMP Kelas VIII di
Kabupaten Pati” yang ditulis oleh Nugraheni (2015). Penelitian ini menjelaskan
prototype media pembelajaran berupa buku Pop-Up berisikan gambar-gambar
ilustrasi cerita dengan tampilan tiga dimensi pada setiap halamannya. Prototype ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mempermudah siswa untuk memahami cerita legenda dengan baik. Gambar-gambar
yang terdapat dalam ilustrasi cerita membantu siswa untuk mengimajinasikan cerita
tersebut, sehingga ada motivasi dan niat untuk mencari tahu isi cerita legenda yang
terdapat dalam prototype tersebut. Selain membantu siswa untuk berimajinasi,
keberadaan gambar yang menarik membuat siswa tidak bosan dalam belajar atau
membaca.
Berdasarkan tiga penelitian tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi: (1)
berkaitan penelitian dengan tujuan pengadaan pelatihan kepada masyarakat pesisir di
kawasan perairan Nusa Penida untuk menumbuhkan kepedulian dalam merawat
terumbu karang. Peneliti mendapat masukan betapa pentingnya pemberdayaan dan
sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kepedulian dan tanggung jawab
akan lingkuangan. (2) Dari penelitian tentang desain komunikasi visual yang menarik
dan menyenangkan anak sehingga memotivasi anak dalam memahami terumbu
karang, peneliti terinspirasi untuk membuat suatu desain media pembelajaran berupa
buku cerita untuk membantu anak dalam mengembangkan imajinasinya akan
pentingnya memelihara terumbu karang, (3) Dari penelitian yang menghasilkan
media buku cerita tiga dimensi tentang legenda. Prototype berisi gambar tiga dimensi
membantu anak untuk mengimajinasikan isi cerita legenda tersebut, sehingga anak
akan terbantu untuk memahami legenda.
Ulasan dari tiga penelitan tersebut semakin memperkuat penelitian
pengembangan yang dilakukan oleh peneliti tentang prototype buku cerita. Dengan
begitu, peneliti mendapat inspirasi untuk membuat media buku cerita dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
fabel. Apabila dibuat dalam bentuk skema, maka konsep skema yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Bagan Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Ide dari Savitri, dkk tentang Perlunya pelatihan kepada masyarakat pesisir di
kawasan perairan Nusa Penida untuk menumbuhkan kepedulian dalam merawat
terumbu karang dan dari Kadek Karina Kurniawan tentang menciptakan media
komunikasi visual dalam proses edukasi terumbu karang, serta ide dari Silvia Oti
Nugraheni tentang media berisi gambar tiga dimensi tentang cerita legenda dapat
Penelitian II
Kadek Karina Kurniawan Penelitian I
Santhi Pradayini Savitri,dkk
Upaya The Nature Conservancy dalam
Konservasi Terumbu Karang dan
Lingkungan Pesisir di Kawasan
Perairan Nusa Penida, Bali
Perlunya pelatihan kepada masyarakat
pesisir di kawasan perairan Nusa Penida
untuk menumbuhkan kepedulian dalam
merawat terumbu karang.
Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak Tentang Terumbu
Karang Untuk Anak 9-12 Tahun Dalam Konteks Empowering”
Masyarakat Mentawai.
Kampanye Edukasi Eksplorasi
Terumbu Karang untuk Anak
Sekolah Dasar di Bali melalui
Dasain Komunikasi Visual
Perlunya media komunikasi
visual dalam bentuk buku
cerita dalam proses edukasi
yang menyenangkan
Media berisi gambar tiga dimensi
tentang cerita legenda dapat
membantu siswa mengimajinasikan
isi cerita legenda.
Pengembangan Media Pembelajaran
Memahami Cerita Legenda dengan
Buku POP-UP untuk Siswa SMP
Kelas VIII di Kabupaten Pati
Penelitian III
Silvia Oti Nugraheni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
membantu siswa mengimajinasikan isi cerita legenda, menginspirasi peneliti untuk
mengembangkan prototype buku cerita. Prototype yang peneliti kembangkan berupa
buku cerita dengan judul “ Derita Aat si Gurita Kecil”. Prototype buku cerita tersebut
dapat dijadikan sarana pembelajaran (baik di dalam maupun di luar kelas) untuk
menumbuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab akan pentingnya memelihara
terumbu karang yang menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai
Masyarakat Mentawai mempunyai tingkat pendidikan yang cukup rendah.
Melihat dunia pendidikan di Mentawai khususnya di tingkat SD yang masih rendah,
minimnya bahan ajar salah satunya buku, dan minimnya media pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam mengajar, maka sebagai calon guru peneliti ikut
menyumbangkan pemikiran untuk menyediakan salah satu media buku cerita
bergambar karena buku merupakan media yang penting untuk belajar. Media buku
cerita bergambar itu penting karena anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau
memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi melalui cerita (berkaitan
dengan imajinasi).
Hasil pengamatan yang didukung oleh data pra penelitian melalui pembagian
kuesioner kepada 22 anak dan 14 guru di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan,
menunjukkan bahwa terumbu karang di Mentawai saat ini dalam kondisi sangat
memprihatinkan dimana banyak ditemukan terumbu karang yang mengalami
kerusakan akibat ulah manusia maupun secara alami karena gempuran ombak.
Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penagkapan ikan
secara liar yakni dengan menggunakan bom yang mengakibatkan tidak hanya ikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang mati tetapi juga terumbu karang ikut mati dan hancur. Selain itu masyarakat pun
melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan mengambil terumbu karang
untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
Hal tersebut membuat peneliti menjadi prihatin sehingga peneliti terdorong
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita
Anak Tentang Terumbu Karang dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai
Untuk Anak 9-12 Tahun” supaya dapat digunakan oleh peneliti untuk memberikan
pembelajaran dalam konteks empowering. Prototype yang peneliti susun tersebut
mendapat inspirasi dari penelitian yang relevan dari Savitri, dkk dan Kadek Karina
Kurniawan yang sama-sama memberikan informasi konservasi terumbu karang
sehingga menjadi wadah edukasi peduli lingkungan. Prototipe buku cerita “Derita Aat
si Gurita Kecil” yang peneliti susun terdiri dari dua puluh gambar dengan teks narasi
disetiap gambarnya. Kedua puluh gambar tersebut memberikan informasi bagaimana
terumbu karang memiliki arti penting dalam kelangsungan hidup biota laut lainnya
yang mendiami terumbu karang. Selain itu, terdapat evaluasi di akhir cerita tujuannya
agar menggugah kesadaran anak untuk memiliki motivasi menjaga kelestarian
terumbu karang.
2.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat
si Gurita Kecil” untuk anak 9-12 tahun dalam konteks empowering
masyarakat Mentawai ?
2. Bagaimana kualitas prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”
membantu persepsi anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan
sekitar (empowering)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan, yang
biasa dikenal dengan nama R&D (Research and Development). R&D merupakan
sebuah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, yang nantinya
produk tersebut akan diuji keefektifannya (Sugiyono, 2010: 407). Dalam penelitian
ini, produk yang akan dikembangkan berupa prototype buku cerita tentang terumbu
karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak usia 9-12 tahun.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua tempat. Penelitian awal dan pembuatan
prototype buku dilakukan di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan uji
coba penelitian dilakukan di SD St.Fransiskus yang berlokasi di Sikabaluan
Kabupaten kepulauan Mentawai.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas IV-V yang berjumlah 22 orang
serta 14 orang guru di SD St. Fransiskus Sikabaluan. Untuk anak perempuan
berjumlah 10 dan anak laki-laki berjumlah 12 orang. Seluruh anak kelas IV-V serta
guru akan menjadi subjek analisis kebutuhan sedangkan untuk uji coba hanya bisa
dilakukan pada anak saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan prototype buku cerita tentang
terumbu karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak usia 9-
12 tahun yang diujikan di SD St. Fransiskus Sikabaluan, Mentawai.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan satu tahun, terhitung mulai dari bulan Januari
2015 sampai Januari 2016. Dalam kurun waktu satu tahun tersebut dilakukan
penelitian dengan tahapan sebagai berikut: (1) Analisis kebutuhan dengan
memberikan kuesioner, (2) studi pustaka (Bab I-III), (3) membuat produk sebagai
respon atas analisis kebutuhan (4) Validasi, (5) revisi prototype dan cetak prototype,
(6) uji terbatas ke Mentawai, (7) training guru dan siswa di Mentawai, (8) olah data,
(9) menyusun bab IV, (10) revisi bab I-IV, (11) persiapan ujian skripsi, dan (12) ujian
skripsi.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan prototype buku cerita tentang terumbu karang untuk
anak 9-12 tahun dalam konteks empowering di SD St.Fransiskus Sikabaluan
Kabupaten Kepulauan Mentawai mengikuti langkah-langkah penelitian dan
pengembangan dalam buku Sugiyono (2010: 298). Peneliti menggunakan tujuh tahap
dari sepuluh tahap yang ditawrkan, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan
data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7)
revisi akhir produk. Ke tujuh langkah tersebut akan diuaraikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan
Tahap I
Potensi dan Masalah
Tahap II
Pengumpulan Data
Tahap III
Desain Prototype
Tahap IV
Validasi Prototype
Tahap V
Revisi Prototype
Tahap VI
Uji Coba Prototype
Tahap VII
Revisi Akhir Prototype
Prototipe Pengembangan Buku Cerita tentang Terumbu Karang untuk Anak 9-12 Tahun dalam
Konteks Empowering Masyarakat Mentawai
Potensi : manfaat terumbu karang.
Masalah: perilaku masyarakat yang mengambil
terumbu karang secara sembarangan
Wawancara
Pembagian lembar kuesioner Guru
Pembagian Lembar Kuesioner Siswa
Menentukan Cerita dan Tokoh
Membuat Sketsa
Merancang Prototipe Buku Cerita
Dilakukan oleh seorang ahli Kelautan
dan Perikanan
Revisi prototype berdasarkan masukan
validator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.3.1 Potensi dan Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah tentang terumbu
karang yang ditemukan oleh peneliti melalui observasi dan analisis kebutuhan kepada
22 anak dan 14 orang guru yang berada di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan. Analisis
kebutuhan dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner. Pembagian lembar
kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak-anak dan guru membutuhkan
sebuah buku cerita tentang terumbu karang dalam meningkatkan pemahaman mereka
akan pentingnya memelihara terumbu karang.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara membagikan lembar kuesioner
kepada 22 orang anak dan 14 orang guru di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan, untuk
analisis kebutuhan, pada bulan Februari 2015. Pengumpulan data ini dilakukan
sebagai salah satu cara untuk mengetahui bentuk perencanaan buku cerita yang akan
dibuat sehingga produk yang dihasilkan dapat membantu pemahaman anak-anak dan
guru di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan terhadap terumbu karang. Pengumpulan data
untuk pembuatan buku cerita sebagai media, juga dilakukan dengan studi pustaka,
mencari bahan melalui internet dan mengumpulkan jenis-jenis cerita dari berbagai
sumber.
3.3.3 Desain Prototype
Dari data hasil kuesioner yang berkaitan dengan kurang adanya kesadaran
anak maupun guru (sebagi bagian dari masyarakat Mentawai) yang kurang peduli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terhadap kelestarian terumbu karang, peneliti menentukan desain prototype adalah
sebuah buku cerita. Buku tersebut diperuntukkan untuk anak usia 9-12 tahun.
Setelah menentukan cerita dan membuat cerita yang sesuai dengan tingkat
pemahaman anak, peneliti mencoba menggambar ilustrasi dalam setiap bagian cerita
dengan tujuan memberikan efek visual pada anak dengan begitu anak akan lebih
mudah untuk mengimajinasi realita kehidupan di dalam komunitas terumbu karang.
Seperti yang dinyatakan oleh Lynch-Brown dalam Astuti (2012: 18) buku bergambar
adalah buku-buku yang banyak mengandung ilustrasi, untuk mendeskripsikan sesuatu
hal baik itu pesan atau pun situasi di dalam cerita. Untuk alasan ini, ilustrasi gambar
dalam buku-buku cerita sangat penting keberadaannya sebagai elemen yang
memberikan efek visual dalam cerita dan terlebih lagi akan membantu anak
memahami situasi cerita dengan baik. Ilustrasi dalam buku-buku bergambar
menyediakan plot aktual atau informasi konsep serta petunjuk untuk jalan tokoh,
setting, dan suasana hati. Pada tahap ini, peneliti merancang dan menyusun prototype
buku cerita tentang terumbu karang agar ilustrasi yang terkandung di dalam buku
tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap terumbu karang.
Peneliti mendesain prototype buku cerita tentang terumbu karang untuk anak 9-12
tahun dalam konteks empowering.
3.3.4 Validasi Desain
Produk yang peneliti kembangkan, divalidasi oleh seorang ahli kelautan dan
perikanan sebagai evaluasi formatif terhadap desain bahan produk pengembangan
buku cerita tentang terumbu karang. Validasi desain produk ini bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mendapatkan kritik dan saran serta penilaian terhadap produk yang dikembangkan.
Melalui kritik dan saran maka peneliti dapat menemukan kelebihan dan kekurangan
dari produk yang dikembangkan.
3.3.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari ahli
kelautan. Kritik dan saran dari para pakar menjadi landasan bagi peneliti dalam
memperbaiki kekurangan dari produk. Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk
berupa prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” yang baik dan mudah
dipahami oleh anak-anak usia 9-12 tahun.
3.3.6 Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dalam
menentukan kualitas buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”. Data tersebut diperoleh
dari validasi seorang validator pakar kelautan dan perikanan yang digunakan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan produk prototype buku cerita tentang terumbu
karang. Hasil validasi tersebut, maka produk dapat diuji cobakan kepada siswa SDK.
St.Fransiskus Sikabaluan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah prototype
buku cerita tentang terumbu karang ini benar-benar layak dan mempunyai kualitas
yang baik untuk diajarkan kepada siswa.
3.3.7 Revisi Akhir Produk
Revisi akhir produk dilakukan peneliti seteleh melakukan uji coba produk.
Produk yang sudah divalidasi dan direvisi kembali sebelum diujicobakan sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
benar-benar layak untuk diujicobakan. Maka untuk memperoleh kualitas produk yang
lebih baik, perlu dilakukan revisi akhir setelah mendapat saran dan masukan dari ahli.
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun 2 instrumen yaitu: (1) instrumen pra
penelitian untuk anak dan guru , (2) instrumen setelah uji coba untuk mengetahui
persepsi siswa terhadap kualitas buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil”.
1) Instrumen Pra Penelitian untuk Anak dan guru
Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk menyusun produk
yang dikembangkan. Instrumen yang berupa kuesioner pra penelitian
dibagikan kepada 22 anak dan 14 guru SD St. Fransiskus Sikabaluan pada
Februari 2015. Lembar kuesioner tersebut telah divalidasi dengan teknik
expert judgement (oleh ahli). Adapun kisi-kisi dan kuisioner yang digunakan
pada pra penelitian untuk anak dan guru. kisi-kisi ada 4 aspek dan 15
pertanyaan.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak
No Aspek Nomor Item
1. Manfaat terumbu karang bagi masyarakat Mentawai 1-4
2. Bahaya jika merusak terumbu karang 5-10
3. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi
terumbu karang 11-13
4 Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi terumbu karang
14-15
Saran atau komentar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra-Penelitian untuk Anak
No. Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
1. Saya tahu terumbu karang bisa diambil untuk dijual
dengan mudah.
2. Saya mengetahui terumbu karang memiliki manfaat utama
sebagai tempat tinggal dan berkembang biak ikan karang.
3. Saya mengetahui terumbu karang dapat bermanfaat
melindungi pantai dari hempasan ombak
4. Saya mengetahui bahwa terumbu karang itu indah dan bisa
dijadikan sebagai tempat wisata.
5. Saya melihat ada banyak terumbu karang yang mengalami
kerusakan di pantai.
6.
Saya mengetahui penyebab dari kerusakan terumbu karang
adalah karena banyak diambil masyarakat untuk bahan
bangunan.
7.
Saya mengetahui ada kebiasaan masyarakat yang mencari
ikan dengan melakukan pengemboman sehingga
menghancurkan beberapa terumbu karang.
8. Saya tahu terumbu karang terbentuk sangat lama.
9. Saya tahu bahwa terumbu karang terbentuk dari fosil-fosil
binatang karang.
10. Saya melihat salah satu akibat kerusakan terumbu karang
adalah terkikisnya pantai/ terjadinya abrasi.
11. Saya mengetahui salah satu cara memelihara terumbu
karang adalah dengan tidak merusaknya.
12. Saya pernah diajarkan cara memelihara terumbu karang.
13. Saya perlu mengingatkan teman-teman tentang pentingnya
memelihara terumbu karang.
14. Saya pernah membaca buku tentang cara memelihara
terumbu karang.
15. Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara
terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru
No Aspek Nomor
Item
1. Manfaat terumbu karang bagi masyarakat Mentawai 1-4
2. Bahaya jika merusak terumbu karang 5-10
3. Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi terumbu karang 11-12
4. Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi terumbu karang
13-15
Saran atau komentar:
Tabel 3.4 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut bapak/ ibu apakah terumbu karang
bisa dijadikan uang? Bagaimana caranya?
2. Apakah manfaat terumbu karang bagi biota laut
yang bapak/ ibu ketahui?
3. Apakah manfaat utama dari terumbu karang
bagi perlindungan pantai?
4.
Jika terumbu karang berpotensi sebagai tempat
wisata, apakah itu akan merusak atau justru
melestarikan? Mengapa?
5.
Bagaimana keadaan terumbu karang di sini?
Apakah terawat atau rusak? Jika rusak,
mengapa?
6.
Bagaimana perilaku masyarakat dalam
mengeksploitasi terumbu karang? Dijadikan
apa?
7. Bagaimana cara nelayan menangkap ikan?
8.
Apakah bapak/ ibu mengetahui akibat
kerusakan terumbu karang adalah terjadinya
abrasi?
9. Terbuat dari apakah terumbu karang?
10. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
terbentuknya terumbu karang?
11. Bagaimana cara memelihara bakau supaya
tidak rusak?
12.
Apakah bapak/ibu pernah mendapat
penyuluhan tentang cara memelihara terumbu
karang?
13 Apakah bapak/ibu pernah mengajarkan tentang
pentingnya memelihara terumbu karang?
14 Apakah bapak/ibu pernah membaca buku
tentang cara memelihara terumbu karang?
15 Apakah bapak/ibu memerlukan buku panduan
tentang cara memelihara terumbu karang?
2) Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Buku Cerita
tentang Terumbu Karang untuk usia 9-12 tahun
Selain instrumen pra penelitian, peneliti juga menyusun instrumen
yang akan digunakan pada saat penelitian. Tujuan dari pengadaan intrumen ini
adalah untuk melihat persepsi siswa terhadap kualitas prototipe buku cerita
“Derita Aat Si Gurita Kecil”. Berikut instrumen tersebut yang dibuat dalam
bentuk tabel.
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas
Prototype Buku Cerita
Keterangan:
1: kurang baik, 2: cukup, 4: baik, 5: sangat baik
No. Pernyataan skor
Komentar 1 2 4 5
1 Buku Derita Aat si Gurita Kecil mudah
dipahami karena bahasanya sederhana.
2. Saya memahami alur/ jalan cerita
tentang “Derita Aat si Gurita Kecil”
3. Saya tertarik dengan gambar-gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yang terdapat dalam buku “Derita Aat si
Gurita Kecil”
4.
Warna-warna dari gambar pada buku
“Derita Aat si Gurita Kecil” membuat
saya senang mempelajari pentingnya
memelihara terumbu karang.
5.
Tampilan gambar serta alur cerita pada
buku “Derita Aat si Gurita Kecil”
membuat saya tertarik untuk
mempelajari pentingnya terumbu
karang.
6. Saya mengerti jalan cerita dalam buku
ini.
7. Melalui buku ini saya mengerti
penyebab rusaknya terumbu karang.
8.
Dengan buku cerita “Derita Aat si
Gurita Kecil” membuat saya mengerti
manfaat dari terumbu karang.
9.
Buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”
membuat saya mengerti dan aktif
bertanya tentang terumbu karang
10.
Buku “Derita Aat si Gurita Kecil”
membuat saya mengerti dampak
kerusakan terumbu karang.
11.
Buku cerita “Derita Aat Si Gurita
Kecil” membuat saya menemukan
sendiri masalah dan kesimpulan dari
kondisi terumbu karang saat ini.
12.
Buku cerita “Derita Aat Si Gurita
Kecil” membuat saya dalam mencari
jalan bagaimana menjaga kelestarian
terumbu karang.
Jumlah Skor
Komentar umum dan saran perbaikan untuk buku cerita “Derita Aat Si Gurita
Kecil”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3) Instrumen Validasi
Tabel 3.6 Instrumen Validasi Produk
Keterangan:
1: sangat kurang baik, 2: kurang baik, 4: baik, 5: sangat baik
No. Komponen yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1
Cover
a. Judul buku menarik
b. Judul buku sesuai dengan
tujuan pengenalan
konservasi terumbu karang
c. Ilustrasi cover mendukung
judul
d. Ilustrasi buku
menggambarkan konservasi
terumbu karang
2 Format penulisan buku
a. Sesuai kaidah penulisan
buku
b. Gambar pada buku
mendukung alur cerita
3.
Bahasa
a. Bahasa sesuai dengan
kaidah penulisan yang baik
dan benar.
b. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak seusia
9-12 tahun.
c. Pilihan kata sesuai
karakteristik anak
4.
Isi Buku
a. Materi membantu pembaca
untuk menyadari
pentingnya memelihara
terumbu karang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b. Isi cerita mengandung
unsur refleksi bagi anak
untuk membangun niat
memelihara terumbu
karang
c. Materi yang disampaikan
memberikan tambahan
wawasan bagi anak
mengenai terumbu karang
d. Materi yang disampaikan
menggugah atau
membangun kesadaran anak
untuk melakukan aksi untuk
memelihara terumbu karang
e. Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan konteks
nyata kehidupan anak-anak
di Pagai.
Total Skor
Tabel 3.7 Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak
No. Komponen yang dinilai No.
Aitem Skor Saran
1.
Bahasa 1 2 4 5
d. Bahasa sesuai dengan
kaidah penulisan yang
baik dan benar.
1-15
e. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak. 1-15
f. Susunan kalimat
mendukung pencarian
data yang berkaitan
dengan tema
penelitian.
1-15
2. Pertanyaan
f. Pertanyaan yang 1-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
diajukan untuk
mengetahui manfaat
terumbu karang bagi
masyarakat.
g. Pertanyaan yang
diajukan untuk
mengetahui bahaya
bagi masyarakat
apabila merusak
terumbu karang.
4-7
h. Pertanyaan yang
diajukan untuk
mengetahui upaya-
upaya yang sudah
dilakukan masyarakat
untuk mengkonservasi
terumbu karang.
8-11
i. Pertanyaan yang
diajukan untuk
mengetahui sarana-
sarana apa yang
diperlukan Bapak/Ibu
untuk empowering
(pemberdayaan) tentang
mengkonservasi
terumbu karang.
12-15
j. Pertanyaan yang
diajukan sesuai dengan
konteks nyata
kehidupan anak-anak di
pulau Sikakap.
1-15
k. Pertanyaan yang
diajukan sesuai dengan
tingkat pemahaman
siswa.
1-15
Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 3.8 Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru
No. Komponen yang dinilai No.
Aitem Skor Saran
1.
Bahasa 1 2 4 5
a. Bahasa sesuai dengan
kaidah penulisan yang
baik dan benar.
1-5
b. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh guru. 1-15
c. Susunan kalimat
mendukung pencarian
data yang berkaitan
dengan tema penelitian.
1-15
2.
Pertanyaan
a. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengetahui
manfaat terumbu karang
bagi masyarakat.
1-3
b. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengetahui bahaya
bagi masyarakat apabila
merusak terumbu karang.
4-7
c. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengetahui upaya-
upaya yang sudah
dilakukan masyarakat
untuk mengkonservasi
terumbu karang .
8-11
d. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengetahui sarana-
sarana apa yang
diperlukan Bapak/Ibu
untuk empowering
(pemberdayaan) tentang
mengkonservasi terumbu
karang.
12-15
e. Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan konteks
nyata kehidupan guru di
pulau Sikakap.
1-15
Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa uji coba
produk prototipe buku cerita dan pembagian kuesioner. Hasil pengumpulan data pada
penelitian ini berupa kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan
kepada 22 orang anak dan 14 orang guru. Teknik pembagian kuesioner bertujuan
untuk membantu peneliti dalam melakukan revisi ulang atas pengembangan prototipe
buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” tersebut. Data atau informasi yang diperoleh
kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa
terhadap pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
a. Data kualitatif
Data kualitatif dapat berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli
kelautan dan perikanan, guru, dan siswa yang dikumpulkan dan disarikan untuk
memperbaiki produk pengembangan prototipe buku mewarnai. Selain itu
diperoleh komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun komentar
tersebut diperoleh dari komentar para pakar yang akan memberikan masukan
terhadap kelayakan prototipe buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” yang sudah
dirancang oleh peneliti. Jumlah item pada kuesioner tersebut adalah 15 item. Data
dianalisis sebagai dasar untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa skor dari hasil pra penelitian anak dan guru serta
validasi ahli kelautan dan perikanan. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner
diubah menjadi data interval. Peneliti dalam hal ini akan memberikan rentan skor
atas komentar para pakar dan siswa sehingga data yang awalnya berupa kuesioner
akan menjadi data interval. Skala penilaian terhadap pengembangan prototype
buku cerita anak, seperti sangat baik (5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak
baik (1). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif
menggunakan tabel konversi nilai skala lima berdasarkan penilaian acuan patokan
(PAP) atau skala Likert (Widoyoko, 2012: 112 ) sebagai berikut:
Tabel 3.9 Skala Likert
Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan (Sikap)
>4,2 s/d 5,0 Sangat Baik (SB)
>3,4 s/d 4,2 Baik (B)
>1,8 s/d 2,6 Tidak Baik (TB)
>1,0 s/d 1,8 Sangat Tidak Baik (STB)
Skala Likert sebenarnya ada tiga alternatif model, yaitu model tiga pilihan
(skala tiga), empat pilihan (skala empat), dan lima pilihan (skala lima). Dari ketiga
alternatif model yang digunakan untuk mengukur, masing-masing memiliki
kelemahan. Pada penelitian ini, peneliti lebih memilih menggunakan skala empat
seperti yang terlihat pada tabel di atas dari pada skala tiga atau pun skala lima. Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pun alasan kenapa peneliti menggunakan skala empat adalah variabilitas respon yang
memungkinkan responden tidak memiliki ruang untuk bersikap netral dan bisa
memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap fenomena sosial yang
ditanyakan atau dinyatakan dalam instrumen (Widoyoko, 2012: 105). Maka untuk
penelitian ini, peneliti akan lebih terbantu untuk bisa melihat sejauh mana kualitas
prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” tanpa ada usur ragu-ragu. Bagus
atau tidaknya kualitas prototype tersebut responden akan dipaksa untuk memberikan
jawaban yang pasti tanpa ada jawaban netral atau ragu-ragu yang dapat
mempengaruhi akurasi terhadap produk yang dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan: Hasil penelitian yang berisi tentang:
(1) prosedur pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”
tentang terumbu karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak
9-12 tahun, (2) deskripsi kualitas prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”
membantu persepsi anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar
(empowering). Pembahasan berkaitan dengan hasil penelitian. Semua itu akan peneliti
uraikan berikut ini.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototype Buku Cerita
Prototype buku cerita berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil” peneliti
kembangkan dengan mengadopsi tujuh langkah dari sepuluh yang ditawarkan oleh
Sugiyono. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Mentawai sebagai kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau memiliki salah satu
sumber daya alam yaitu terumbu karang yang sangat dibutuhkan oleh manusia
ataupun biota laut. Keberadaan terumbu karang yang tersebar diseluruh pulau-pulau
yang berpenghuni seperti Pulau Siberut dan Pulau Pagai sangat mempengaruhi
perekonomian masayarakat setempat. Sebagai pulau terbesar, Siberut tergolong
memiliki banyak ragam terumbu karang dengan ukuran yang bervariasi. Ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
berbentuk besar, lunak, keras, bercabang dan bulat. Selain memiliki beragam bentuk
dan warna yang sangat menarik, terumbu karang juga memiliki banyak manfaat yang
menjadi potensi dan disoroti oleh peneliti. Menurut Supriyono (2010: 4-7), terumbu
karang sebagai bagian dari biota laut memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
masyarakat di sekitar pantai sebagai contoh masyarakat Sikabaluan, seperti:
melindungi pantai dari hempasan ombak, tempat tinggal dan berkembang biak bagi
ikan karang, menyediakan sumber protein bagi masyarakat, menyediakan makanan
juga tempat tinggal dan perlindungan bagi biota laut, sumber obat-obatan, sebagai
sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian.
Kesadaran untuk pembangunan berwawasan lingkungan serta kurang adanya
kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan menjadi masalah yang
peneliti lihat. Masyarakat di Sikabaluan maupun di pulau-pulau lain, seperti di Pulau
Siberut dan Pulau Pagai kurang menyadari arti pentingnya mengkonservasi terumbu
karang. Kurangnya kesadaran akan mengkonservasi terumbu karang di Mentawai
sama persis seperti perilaku masyarakat di Nusa Penida Bali dalam jurnal yang di
tulis oleh Savitri, dkk (2013: 6). Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa masyarakat
masih minim ketertarikannya terhadap konservasi karena mereka menganggap
dengan mengkonservasi terumbu karang tidak berpengaruh pada mereka. Sekarang
ini, ada banyak ekosistem terumbu karang berada dalam kondisi sangat
memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah
masyarakat yang melakukan pengeboman ikan secara liar yang mengakibatkan tidak
hanya ikan yang mati tetapi juga terumbu karang ikut mati dan hancur. Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan tujuan untuk
bahan bangunan, di jual untuk hiasan, dan lain-lain yang menyebabkan terjadi
pergeseran garis pantai sehingga dapat menyebabkan abrasi, habitat biota laut yang
terancam, dan potensi bahaya terhadap tsunami. Beberapa hal yang menjadi faktor
penyebab rusaknya terumbu karang adalah sebagai berikut: (1) Pengendapan atau
sedimentasi dari daratan, (2) pencemaran dari daratan, (3) penangkapan ikan yang
merusak (misalnya menggunakan bom atau racun sianida), (4) pembuangan jangkar
kapal, (5) sampah yang sembarangan dibuang sembarangan di laut, (6) hewan laut
berduri pemakan karang (Bulu Seribu/ Acanthaster), dan (7) gempa bumi.
2. Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti perkuat dengan menyusun kuisioner
tentang (1) manfaat terumbu karang bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak
terumbu karang, (3) upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi
terumbu karang, (4) sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan
(empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang.
Kuesioner dibagikan kepada 22 anak kelas IV-V dan kepada 14 guru SD
St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015.
a. Data kuisioner pra penelitian untuk anak
Data kuisioner yang peneliti dapatkan dari anak yaitu anak mengetahui ada
kebiasaan masyarakat yang mencari ikan dengan melakukan pengeboman sehingga
menghancurkan beberapa terumbu karang (68.18%). Selain itu juga mereka
mengetahui penyebab dari kerusakan terumbu karang adalah karena banyak diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
masyarakat untuk bahan bangunan (86.36%). Dengan begitu, pantaslah jika ada
banyak kerusakan terumbu karang di laut yang mereka lihat (86.36%), yang mana
menjadi sangat memprihatikan bahwa mereka mengetahui manfaat dari terumbu
karang itu sendiri adalah melindungi pantai dari hempasan ombak dan rumah bagi
biota laut (95.45%). Dengan demikian, mereka perlu mendapatkan buku panduan
tentang cara memelihara terumbu karang (100%).
Berikut hasil data kuisioner pra penelitian untuk anak yang disarikan dalam
bentuk tabel
Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak
Keterangan:
1 = Jawaban Positif 0 = Berarti tidak atau negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak
No Pernyataan Persentase Jawaban
7 Kebiasaan masyarakat yang mencari ikan dengan
menggunakan bom sehingga menghancurkan beberapa
terumbu karang.
68,18%
6 Penyebab dari kerusakan terumbbu karang adalah karena
banyak diambil masyaakat untuk bahan bangunan.
86,36%
5 Ada banyak terumbu karang yang mengalami kerusakan di
laut.
86,36%
3 Saya mengetahui terumbu karang dapat bermanfaat
melindungi pantai dari hempasan ombak dan sekaligus
tempat hidup biotal laut.
95,45%
15 Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara
terumbu karang.
100%
Dari tabel dapat dilihat bahwa pemberian nomor dilakukan secara acak.
Angka yang tertera dalam tabel nomor tersebut adalah nomor urut dari item
kuesioner pra penelitian. Alasan kenapa tidak diurutkan, karena peneliti menyusun
tabel tersebut berdasarkan besarnya persentase jawaban dari anak yang dapat dilihat
pada kolom persentase jawaban.
Berdasarkan hasil kuesioner pra penelitian yang dibagikan kepada 22 anak,
dapat disimpulkan bahwa terumbu karang yang memiliki manfaat sebagai pelindung
pantai dan tempat tinggal biota laut lainnya banyak ditemukan dalam kondisi rusak
di laut. Selain itu, anak mengetahui bahwa masyarakat mengambil terumbu karang
sebagai bahan bangunan. Dengan demikian anak memerlukan buku panduan tentang
cara memelihara terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
b. Data kuisioner pra penelitian untuk guru
Hasil kuesioner yang dibagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus
Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah: 57.14% guru mengetahui bahwa akibat
kerusakan terumbu karang adalah terjadinya abrasi, 85.71% guru menjawab bahwa
kondisi terumbu karang di Mentawai terkhusus di Sikabaluan mengalami kerusakan,
85.71% guru menjawab bahwa masyarakat mengeksploitasi terumbu karang secara
liar dan diambil untuk bahan bangunan, 92.86% guru menjawab tidak pernah
mendapat penyuluhan tentang cara memelihara terumbu karang, dan 100% guru
menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat digunakan untuk
menyadarkan anak tentang manfaat terumbu karang.
Berikut adalah tabel kuisioner pra penelitian untuk guru:
Tabel 4.3 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru
Kode
Probandus
Item Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12
2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
3 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 9
4 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 10
5 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11
6 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
Kode
Probandus
Item Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
8 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
9 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 11
10 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 10
11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 11
13 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12
14 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11
Jumlah 10 10 9 9 12 12 11 8 5 11 12 13 11 12 14
%
71,
43
71,
43
64,
29
64,
29
85,
71
85,
71
78,
57
57,
14
35,
71
78,
57
85,
71
92
,86
78,
57
85,
71 100
Keterangan:
1 = Jawaban Positif 0 = Berarti tidak atau negatif
Tabel 4.4 Hasil Rekapan Kuisioner Pra penelitian untuk Guru.
No Pertanyaan Jawab
an (%)
8 Guru mengetahui akibat dari kerusakan terumbu karang adalah terjadinya
abrasi
57,14%
5 Guru menjawab bahwa kondisi terumbu karang di Mentawai terkhusus di
Sikabaluan mengalami kerusakan
85,71%
6 Guru menjawab bahwa masyarakat mengeksploitasi terumbu karang secara
liar dan diambil untuk bahan bangunan.
85,71%
12 Guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara
memelihara terumbu karang.
92,86%
15 Guru menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat terumbu karang.
Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
pengembangan dalam menyusun buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” yang berisi
tentang peranan terumbu karang bagi kehidupan biota laut. Prototype buku cerita
tersebut dapat dijadikan sebagai panduan supaya anak-anak di Sikabaluan dan
Mentawai secara keseluruhan, menyadari tentang pentingnya mengkonservasi
terumbu karang (empowering) sedini mungkin. Hal ini senada dengan seperti yang
dinyatakan oleh J. Piaget dan L. Kohlberg (Gunarsa dan Yulia, 2008: 69) bahwa
anak usia 6-12 tahun mengalami tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari
kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai suatu tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟
dilanjutkan tahap konsep selajutnya „mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran,
hak milik, keadilan dan kehormatan. Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
c. Validasi ahli terhadap kuisioner pra penelitian untuk anak dan guru
Peneliti menyusun lembar validitas kuesioner instrumen pra penelitian untuk
anak dan guru yang divalidasi oleh seorang ahli, agar peneliti dapat membuat
prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”. Adapun hasil validasi tersebut
adalah:
Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak.
Rentan Skore Skor Maksimal 45
1 sd 11 STB Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
12 sd 22 TB Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
23 sd 33 B Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan
34 sd 45 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak
Total Skor Kelayakan
37 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil dari validasi ahli adalah 37 (sangat baik) yang berarti keseluruhan
intrumen sudah layak digunakan.
Tabel 4.7 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru
Rentan Skor Skor Maksimal 40
1 sd 10 STB Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
11 sd 20 TB Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
21 sd 30 B
Keseluruhan instrumen sudah layak dengan
perbaikan
31 sd 40 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 4.8 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru
Total Skor Kelayakan
36 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil validasi dari ahli adalah 36 (sangat baik) yang berarti keseluruhan instrumen
sudah layak digunakan.
d. Presentase Respon Anak dan Guru dalam Mengisi Kuesioner
Dari 30 kuesioner yang dibuat oleh peneliti, yang disebarkan adalah 22
kuesioner kepada 22 anak dan kembali semua. Demikian juga yang dibuat oleh
peneliti untuk guru berjumlah 30 kuesioner. Kuesioner tersebut dibagikan kepada 14
guru dan kembali semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.9 Presentase Respon Anak dan Guru dalam Mengisi Kuesioner
No Nama Instrumen Jumlah Disebar Jumlah Kembali %
1
kuesioner pra penelitian untuk
anak 30 22 76.67
2
kuesioner pra penelitian untuk
guru 14 14 100
Peneliti melihat bahwa ada respon baik dari anak dan guru terhadap pengisian
kuesioner. Hal itu terlihat dari sebarapa banyak jumlah responden yang diberikan
kuesioner akan kembali dengan jumlah yang sama saat membagikan kuesioner.
3. Desain Produk
Peneliti menyusun prototype buku cerita anak dengan judul “Derita Aat si
Gurita Kecil”. Prototype buku cerita tersebut terdiri dari 20 kumpulan gambar-
gambar ilustrasi tentang kehidupan terumbu karang dan berbagai jenis ikan yang
hidup di sekitar terumbu karang. Dari dua puluh gambar tersebut terdapat narasi
singkat dalam setiap gambar ilustrasi dari buku cerita tersebut. Selain teks narasi dan
gambar ilustrasi, ada juga evaluasi di akhir cerita. Tujuan dari evaluasi tersebut agar
setiap pembaca dalam hal ini adalah anak mampu membahasakan sendiri cerita yang
telah ia baca. Di samping itu, anak juga sambil mengisi evaluasi, mereka juga sambil
berimajinasi dan memaknai pesan yang mau disampaikan penulis kepada pembaca.
Tokoh dalam cerita merupaka salah satu biota laut yang sering dijumpai oleh anak
Mentawai yaitu gurita yang dalam bahasa Mentawainya adalah goritak. Hal ini setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
elemen yang terdapat dalam prototype buku cerita “ Derita Aat Si Gurita Kecil”
menjadi lebih dekat dengan anak-anak Mentawai.
Penggunaan salah satu biota laut dalam cerita tersebut, merupakan pandangan
peneliti yang melihat kedekatan masyarakat Mentawai terhadap alam. Anak-anak
Mentawai memiliki dasar kecintaan akan lingkungan yang pada dasarnya adalah
turunan dan kebiasaan dari budaya Mentawai yang mungkin tanpa disadari oleh
masyarakat di zaman sekarang. Keharmonisan hubungan antara masyarakat dengan
alam terlihat dalam kepercayaan masyarakat yang mengatakan bahwa alam memliki
roh. Kondisi dan kepercayaan seperti ini sudah ada sejak berabad-abad lamanya
dalam dimasyarakat mentawai biasa dikenal dengan sebutan arat sabulungan. Pada
prinsipnya Arat Sabulungun merupakan suatu pengetahuan, nilai, aturan dan norma
yang dipergunakan oleh masyarakat dalam memahami serta menginterpretasi
lingkungan hidup yang ada di sekitarnya yang terdiri dari pola-pola interaksi
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, dan juga benda-benda hasil-
hasil buatan manusia (Pujiraharjo & Rudito, 2014)
Dari pemahaman tersebut, peneliti melihat bahwa menggunakan cerita dalam
bentuk fabel dengan tokoh salah satu biota yang hidup di terumbu karang dalam
upaya mendekatkan kembali anak-anak Mentawai untuk mencintai alam (terumbu
karang) yang menjadi tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Budaya yang
memelihara lingkungan sungguh budaya memberikan pandangan akan sakralnya
alam sehingga siapapun memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. Oleh sebab itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
maka peneliti mengembangkan prototype buku cerita dengan judul “Derita Aat si
Gurita Kecil” dalam upaya menyadarkan anak agar menkonservasi terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.1 Desain Cover Prototype Buku Cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 4.2 Desain Awal Prototype Buku Cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan dua kali oleh seorang ahli kelautan dan perikanan
(Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur). Adapun hasil
validasi pertama dari ahli kelautan dan perikanan adalah:
Tabel 4.10 Validasi Ahli dari Produk Awal
No. Komponen yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1
Cover
e. Judul buku menarik
f. Judul buku sesuai dengan
tujuan pengenalan
konservasi terumbu karang
g. Ilustrasi cover mendukung
judul
h. Ilustrasi buku
menggambarkan konservasi
terumbu karang
v
v
V
V
a. Sebaiknya penamaan bisa
membuat anak-anak makin
mengingat nama atau jenis
biota. Saya merasa nama Aat
tidak dapat memberikan
“pahatan” organisme laut
kepada anak-anak.
c. ilustrasi cover tidak
menggambarkan penderitaan.
Nampaknya semua senang,
biota yang ada sangat
beragam.
d. ilustrasi terumbu karang
masih terlalu jauh dari bentuk-
bentuknya yang indah, saya
khawatir anak-anak tidak
dapat memahami betapa
indahnya terumbu karang.
Kalau ilustrasi gurita sudah
sesuai dengan kondisi aslinya
dalam konteks karikatur.
2 Format penulisan buku
c. Sesuai kaidah penulisan
buku
d. Gambar pada buku
mendukung alur cerita
V
v
a. masih terdapat beberapa
kesalahan tata bahasa.
3. Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
g. Bahasa sesuai dengan
kaidah penulisan yang baik
dan benar.
v a. apakah bahasa yang
dirancang memang sesuai
dengan bahasa Indonesia gaya
Mentawai atau mau seutuhnya
menggunakan kaidah EYD?
Harus sudah ditentukan oleh
penulis
h. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak seusia
9-12 tahun.
v
i. Pilihan kata sesuai
karakteristik anak
v
4.
Isi Buku
l. Materi membantu pembaca
untuk menyadari
pentingnya memelihara
terumbu karang
v a. kurang terasa peran
terumbu karang bagi Aat dan
biota lainnya
m. Isi cerita mengandung
unsur refleksi bagi anak
untuk membangun niat
memelihara terumbu
karang
v
n. Materi yang disampaikan
memberikan tambahan
wawasan bagi anak
mengenai terumbu karang
v
o. Materi yang disampaikan
menggugah atau
membangun kesadaran anak
untuk melakukan aksi untuk
memelihara terumbu karang
v
p. Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan konteks
nyata kehidupan anak-anak
di Pagai.
v Tidak ada pertanyaan refleksi
dari awal sampai akhir cerita
Saran validator:
1. Ilustrasi cover tidak menggambarkan penderitaan, nampaknya semua senang
2. Ilustrasi terumbu karang masih jauh dari bentuk-bentuknya yang indah, saya khawatir
anak tidak akan tertarik.
3. Masih ada kesalahan dalam tata bahasa
4. Tidak terdapat pertanyaan refleksi.
Total Skor 2 + 12 + 24 = 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 4.11 Pedoman Kelayakan Prototipe
Score (Score max 65) Keterangan
1 sd 16 STB Prototipe Buku Tidak Layak Digunakan
17 sd 32 TB Prototipe Buku Belum Layak Digunakan
33 sd 48 B Prototipe Buku Sudah Layak Dengan Perbaikan
49 sd 65 SB Prototipe Buku Sudah Layak Digunakan
Keteraangan:
STB = Sangat Tidak Baik, TB = Tidak Baik, B = Baik, SB = Sangat Baik
Hasil validator adalah 48. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas maka
prototype yang dikembangkan peneliti “baik”. Buku sudah layak tetapi harus
melakukan perbaikan sehingga dengan perbaikan buku layak diujicobakan.
Tabel 4.12 Validasi Kedua dari Produk yang Sudah Direvisi.
No. Komponen yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1
Cover
i. Judul buku menarik
j. Judul buku sesuai dengan
tujuan pengenalan konservasi
terumbu karang
k. Ilustrasi cover mendukung
judul
l. Ilustrasi buku menggambarkan
konservasi terumbu karang
V
v
v
v
2 Format penulisan buku
e. Sesuai kaidah penulisan buku
f. Gambar pada buku
mendukung alur cerita
v
v
3.
Bahasa
j. Bahasa sesuai dengan kaidah
penulisan yang baik dan
benar.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
k. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak seusia 9-
12 tahun.
v
l. Pilihan kata sesuai
karakteristik anak
v
4.
Isi Buku
q. Materi membantu pembaca
untuk menyadari pentingnya
memelihara terumbu karang
v
r. Isi cerita mengandung unsur
refleksi bagi anak untuk
membangun niat memelihara
terumbu karang
v
s. Materi yang disampaikan
memberikan tambahan
wawasan bagi anak
mengenai terumbu karang
V Tidak ada penjelasan mengenai
terumbu karang
t. Materi yang disampaikan
menggugah atau membangun
kesadaran anak untuk
melakukan aksi untuk
memelihara terumbu karang
v
u. Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan konteks nyata
kehidupan anak-anak di
Sikabaluan.
v Refleksi cerita sudah ada di
dalam buku.
Total Skor 2 10 2
Tabel 4.13 Pedoman Kelayakan Prototype
Score (Score max 65) Keterangan
1 sd 16 STB Prototipe Buku Tidak Layak Digunakan
17 sd 32 TB Prototipe Buku Belum Layak Digunakan
33 sd 48 B Prototipe Buku Sudah Layak Dengan Perbaikan
49 sd 65 SB Prototipe Buku Sudah Layak Digunakan
Keterangan:
STB = Sangat Tidak Baik, TB = Tidak Baik, B = Baik, SB = Sangat Baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hasil validator adalah 54. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas maka
prototype yang dikembangkan peneliti “sangat baik”. Buku sudah layak tanpa
melakukan perbaikan dan buku layak diujicobakan.
5. Revisi Desain
Peneliti melakukan revisi desain prototype buku cerita sesuai dengan
komentar validator saat melakukan validasi. Komentar yang diberikan sesuai dengan
kekuarangan yang harus diperbaiki agar produk layak untuk diujicobakan. Adapun
komentar validator, yaitu: pertama, memperbaiki cover. Kedua, memberikan efek
warna yang lebih cerah dan menarik. Ketiga, memperbaiki beberapa bahasa yang
salah dalam penulisan. Dan yang keempat, memberikan evaluasi di akhir cerita, agar
anak semakin mendalami isi dan pesan yang mau disampaikan.
a. Memperbaiki cover
Gambar 4.3 Perbaikan Cover
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
b. Memberikan Efek Warna yang Cerah
Gambar 4.4 Perbaikan Efek Warna yang Cerah
c. Memperbaiki Bahasa dalam Penulisan
Gambar 4.5 Perbaikan Bahasa dalam Penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan elemen dalam produk yang berisi petunjuk berupa
pertanyaan. Tujuannya, untuk memberikan ruang bagi anak untuk membahasakan
sendiri cerita yang telah ia baca dan mengimajinasikan cerita tersebut.
6. Uji Coba produk
Uji coba produk dilakukan di dalam dan di luar kelas. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 16-17 Juni 2015.
a. Uji Coba Produk Tanggal 16 Juni 2015
Prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” peneliti perkenalkan
kepada anak-anak kelas IV-VI SD St.Fransiskus Xaverius Sikabaluan, pada tanggal
16 Juni 2015. Ada sekitar 22 anak yang mengikuti kegiatan yang peneliti lakukan
baik di dalam kelas maupun di luar kelas (di tepi pantai yang jaraknya sekitar 200
meter dari sekolah). Saat peneliti masuk ke dalam kelas, pertama-tama peneliti
memperkenalkan diri, kemudian mengajak anak-anak bermain sambil menyanyikan
lagu-lagu yang berkaitan binatang-binatang (gajah, burung dan ikan). Setelah itu
peneliti menunjukkan prototipe buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” dan
membacakan buku tersebut di hadapan mereka. Membaca adalah aktivitas yang
kompleks dengan mengerahkan aktivitas mengimajinasikan/berkhaya, mengamati,
dan mengingat-ingat. Hal ini juga dikemukakan oleh Wainwright (2007: 42) yang
menyatakan memahami bacaan merupakan proses kompleks yang melibatkan
kemampuan seseorang untuk mengingat informasi dalam bacaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Setelah peneliti selesai membacakan buku tersebut, peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah anak-anak mengetahui tokoh dan isi
cerita dari buku tersebut. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana mereka
memahami alur ceritanya, isi ceritanya maupun pesan dari cerita tersebut. Setelah itu
anak-anak diminta bergantian untuk maju ke depan kelas membacakan buku tersebut
dengan suara yang jelas, intonasi yang tepat dan penuh penghayatan.
Gambar 4.6 Pembacaan Prototype Buku Cerita di Kelas.
Setelah berceritera, peneliti melakukan tanya jawab dengan anak-anak,
misalnya: (1) Dari cerita tersebut, bagaimana sikap kita sebaiknya terhadap nasehat
ibu, ayah atau orang yang lebih tua dari kita?, (2) Bagaimana perilaku manusia
terhadap terumbu karang?, (3) Pesan apakah yang kalian dapatkan dari kisah Aat
yang hidupnya bergantung dari terumbu karang?. Hampir semua menjawab bahwa
harus mendengarkan nasehat ibu atau yang lebih tua dari kita. Mereka juga
menjawab, bahwa manusia secara sembarangan mengambil terumbu karang tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
peduli dengan biota laut yang hidup di terumbu karang. Maka dari itu, mereka harus
menjaga dan merawat terumbu karang dengan baik.
Sore harinya setelah pagi sampai dengan siang hari di dalam kelas, peneliti
mengajak anak-anak belajar di tepi pantai yang berada tak jauh dari lokasi sekolah.
Kegiatan tersebut peneliti lakukan untuk mengajak anak-anak mengamati keindahan
pantai, mengimajinasikan apa-apa saja yang ada di bawah air laut, membayangkan
bahayanya apabila terumbu-terumbu karang yang ada di pantai itu dirusak manusia.
Gambar 4.7 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 16 Juni 2015
b. Uji Coba Produk Tanggal 17 Juni 2015
Kegiatan di luar kelas yang kedua dilakukan pada tanggal 17 Juni 2015 sekitar
pukul 08.00 WIB. Tempatnya pun berbeda, kali ini di bantaran sungai yang
berbatasan langsung dengan laut. Tempatnya cukup strategis dan sangat indah. Di
tempat tersebut peneliti beserta anak-anak dapat menikmati hijaunya pohon bakau
dan sejuknyanya angin. Kegiatan kali ini, lebih mendekatkan anak pada lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Bermain sambil belajar di lingkungan yang terbuka dapat membantu anak lebih lepas
dalam berekspresi. Kegiatan di luar juga sekaligus memberikan pengarahan melihat
langsung kondisi alam sekitar yang mesti mereka jaga dan lestarikan. Nilai
meningkatkan kesadaran lingkungan, terlebih lingkungan alam sekitar anak yang
dalam hal ini adalah terumbu karang itu sangatlah penting. Michaels dalam jurnal
yang di tulis oleh Anderson tentang persepsi anak terhadap alam lokal menyatakan
bahwa koneksi awal untuk lingkungan dan kelestarian lingkungan merupakan dasar
untuk masa depan. Anak akan tumbuh sebagai orang dewasa muda dengan tanggung
jawab yang besar untuk lingkungan dan bumi, dan menjadi pribadi dewasa yang
mampu membuat kontribusi asli serta keputusan yang merujuk pada perubahan,
penanggulangan pemanasan global dan keberlanjutan.
Gambar 4.8 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 17 Juni 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
7. Revisi Akhir Produk
Setelah melakukan uji coba produk, peneliti melakukan revisi akhir dengan
sedikit perbaikan dari produk yang sudah di uji cobakan. Berikut produk yang berupa
prototipe buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” yang di kembangkan oleh peneliti;
Gambar 4.9 Produk Akhir setelah Revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototype Buku Cerita
Deskripsi kualitas prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” peneliti
dapatkan setelah mengolah kuesioner persepsi siswa terhadap kualitas buku tersebut.
Kuesioner dibagikan setelah peneliti melakukan uji coba di Sikabaluan kepada 22
siswa. Adapun hasil olah data yang didapat peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 14 Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku.
kode
probandus
Rentang Skor Jumlah Rerata
1 2 4 5
1 0 4 4 4 44 3,66
2 0 0 1 11 59 4,91
3 0 0 1 11 59 4,91
4 0 0 2 10 58 4,83
5 0 2 3 7 51 4,25
6 0 2 2 8 52 4,33
7 0 0 6 6 54 4,50
8 0 0 5 7 55 4,58
9 0 0 6 6 54 4,50
10 0 0 6 6 54 4,50
11 0 0 2 10 58 4,83
12 0 1 5 6 52 4,33
13 0 0 8 4 52 4,33
14 0 1 3 8 54 4,50
15 0 1 4 7 53 4,41
16 0 0 4 8 56 4,66
17 0 3 4 5 47 3,91
18 0 2 1 9 53 4,41
19 0 1 5 6 52 4,33
20 0 0 2 10 58 4,83
21 0 0 4 8 56 4,66
Jumlah 0 17 78 157 1131 4,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Hasil persepsi anak terhadap kualitas buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”
adalah 4,48. Jika mengikuti skala Likert menurut Widoyoko (2012: 112) maka rerata
skore 4,48 dikategorikan sangat baik. Dan jika diambil 3 item penting dari penyataan
yang terdapat dalam koesioner untuk dapat mengetahuhi ukuran persepsi siswa
terhadap kualitas buku, maka peneliti melakukan rekapan. Adapun hasil rekapan
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 15 Persentase Persepsi Siswa terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita
No Pernyataan Persentase
Jawaban
6 Siswa mengerti dampak kerusakan terumbu karang 54.54%
7 Siswa mengetahui penyebab rusaknya terumbu karang 68,18%
11 Dengan adanya buku cerita siswa termotivasi untuk
menjaga kelestarian terumbu karang
72.72%
Persentase hasil persepsi siswa tersebut diambil dari nilai tertinggi dari skal
Likert (skala empat) yaitu lima. Pernyataan siswa lewat nilai lima tersebut dari ketiga
item diatas ditotal dari seluruh jumlah siswa yang memberi nilai lima dibagi jumlah
seluruh siswa dikali seratus persen. Maka dapatlah persentase dari item tersebut
seperti yang terlihat dalam tabel di atas.
Hasil persepsi siswa di Sikabaluan setelah mengikuti uji coba adalah 54.54%
siswa memahami dampak kerusakan terumbu karang adalah abrasi dan hilangnya
tempat tinggal bagi biota laut yang hidup di sekitarnya, 68.18% siswa mengetahui
penyebab rusaknya terumbu karang adalah adanya masyarakat yang menangkap ikan
dengan bom dan pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan, dan 72.72%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
siswa mengatakan bahwa dengan adanya buku cerita memotivasi mereka untuk
menjaga kelestarian terumbu karang.
4.2 Pembahasan
Nilai validasi prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” adalah 54 maka
layak diuji cobakan. Uji coba peneliti lakukan pada tanggal 16-19 Juni 2015 di SD
St.Fransisikus, Sikabaluan. Hasil persepsi siswa seusai uji coba adalah 54.54% siswa
memahami dampak kerusakan terumbu karang adalah abrasi dan hilangnya tempat
tinggal bagi biota laut yang hidup di sekitarnya, 68.18% siswa mengetahui penyebab
rusaknya terumbu karang adalah adanya masyarakat yang menangkap ikan dengan
bom dan pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan, dan 72.72% siswa
mengatakan bahwa dengan adanya buku cerita memotivasi mereka untuk menjaga
kelestarian terumbu karang.
Kualitas prototype buku dinilai sangat baik oleh validator dan persepsi siswa
terhadap prototype tersebut juga sangat baik karena prototype tersebut dikembangkan
peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Prototype Berisi Informasi Tentang Manfaat Terumbu Karang.
Prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” terdiri atas 20 gambar
yang menggambarkan pentingnya terumbu karang bagi biota laut yang hidup di
sekitar terumbu karang. Dari dua puluh gambar, setiap gambar menggambarkan
bagaimana biota laut bisa hidup dan berlindung pada terumbu karang. Keberadaan
terumbu karang di Mentawai juga pasti tidak hanya bermanfaat bagi biota laut tetapi
juga bagi masyarakat Mentawai. Hanya saja masyarakat memanfaatkan terumbu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
karang dengan cara merusakanya seperti diambil sebagai bahan bangunan. Dalam
buku cerita “ Derita Aat si Gurita Kecil” juga digambarkan bagaimana manusia
mengambil terumbu karang tanpa menyadari bahwa dapat mengganggu kehidupan
biota laut lainnya.
2. Prototype Menjadi Sarana Pendidikan Cinta Lingkungan Hidup Demi Masa
Depan Mentawai yang Lebih Baik.
Alam merupakan satu-satunya realitas yang menyertai manusia. Ada tiga
aspek alam yang menonjol: kekuatannya, keindahannya dan keagungannya.
Kekuatan alam senantiasa menimbulkan perasaan gentar sekaligus terancam dalam
diri manusia. Keindahan alam membangkitkan perasaan estetis dalam jiwa manusia
atau membangkitkan hasratnya untuk mengekspresikan kekaguman akan keindahan
tersebut lewat: lagu (misalnya “Rayuan pulau kelapa” dll), lukisan, puisi, dll.
Tujuannya supaya keindahan alam yang menimbulkan kesan mempesona itu tidak
akan dengan mudah hilang dari ingatan manusia. Keagungan alam juga
menghidupkan perasaan religius manusia sehingga ia memiliki hasrat untuk memuja
serta membaktikan diri pada pada kekuatan yang lebih besar daripada dirinya
(Sumarah, 2016: 37). Bumi Mentawai pun memiliki kekayaan hayati yang demikian
besar yang harus diupayakan kelestariannya. Salah satu kekayaan hayati di sana
adalah adanya pohon-pohon bakau (Rhizopora sp). Akar-akar pohon bakau yang
tumbuhnya melengkung, saling berkeliling dan satu sama lain menunjukkan jika pada
dasarnya pohon-pohon tersebut telah membentuk pagar alami untuk melindungi
pantai dari gerusan abrasi. Sementara itu, di bawah naungan kerindangan pohon-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
pohon bakau tersebut hiduplah kerang, kepiting dan biota laut lainya. Begitu pun
dengan terumbu karang yang hidup dan tersebar di setiap laut di Mantawai. Kondisi
Mentawai sebagai daerah kepulauan yang letaknya tidak jauh dari garis khatulistiwa
memberikan potensi dan keindahan terumbu karang yang sungguh memukau. Air,
hutan dan spesies endemik seperti monyet (Bilou) yang hanya bisa ditemukan di
Mentawai pun membuktikan bahwa alam Mentawai begitu kaya dan mempesona.
Keindahan alam yang begitu memukau dan sumber daya alam yang begitu melimpah
kerap kali membuat orang gelap mata akan hal itu. Dan ini terbukti di dalam
masyarakat Mentawai sendiri. Keinginan untuk mengambil dan mengeksploitasi
sumber daya alam sampai-sampai tidak perduli lagi akan rusaknya alam.
Paradigma tersebut diperparah dengan adanya keyakinan dalam diri manusia
bahwa sumber daya alam tak mungkin habis. Akibatnya, manusia cenderung
bersikap konsumtif dan boros dalam penggunaan sumber daya alam, sehingga alam
menjadi “kehilangan daya hidupnya” (=kekuatan, keindahan dan keagungannya).
Hal tersebut diungkapkan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudate Si, no.106:
“Manusia selalu campur tangan atas alam, tetapi untuk waktu yang lama
aktivitas itu berciri mendukung sambil menyesuaikan diri pada kemungkinan
yang ditawarkan oleh benda-benda alam sendiri. Manusia menerima apa
yang diizinkan oleh kenyataan alam sendiri, yang sepertinya mengulurkan
tangannya. Kini, sebaliknya campur tangan manusia berniat memeras
sebanyak mungkin segala benda, sambil mengabaikan atau melupakan
kenyataan yang ada di depannya. Itulah sebabnya manusia dan benda-benda
alam tidak lagi ramah saling mengulurkan tangan; hubungan telah menjadi
konfrontatif. Dari situ orang dengan mudah menerima gagasan pertumbuhan
tanpa batas, yang telah menggairahkan banyak ekonom, pemodal, dan
teknolog. Gagasan itu didasarkan pada kebohongan tentang persediaan
sumber daya alam yang tak terbatas, yang menyebabkan planet ini diperas
habis-habisan. Ada asumsi yang salah bahwa “persediaan energi dan sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
daya itu tak terbatas untuk dimanfaatkan, bahwa regenerasinya terjadi
dengan cepat, dan bahwa efek-efek negatif dari manipulasi tatanan alam
dengan mudah dapat diserap”.
Erosi kesadaran untuk memelihara alam sebagaimana diungkapkan Paus
Fransiskus di atas ternyata telah terjadi juga di kepulauan Mentawai.
Peneliti yang juga putra daerah membuat sebuah prototype buku cerita yang
berisikan pesan untuk memelihara kekayaan alam. Buku cerita tersebut diharapkan
dapat memotivasi anak-anak di Sikabaluan juga di kepulauan Mentawai pada
umumnya, untuk mengkonservasi sumber daya alam seperti terumbu karang. Dengan
demikian anak-anak dapat menjadi generasi pembaharu yang sungguh memahami
tentang pentingnya memiliki kebiasaan menjaga terumbu karang. Inilah yang
dimaksud dengan konsep pendidikan empowering/pemberdayaan Sastrapratedja
(2013:14), yaitu pendidikan yang dapat membantu orang agar dapat mengambil
tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Anak akan
tumbuh sebagai orang dewasa muda dengan afinitas untuk lingkungan dan bumi, dan
menjadi pribadi dewasa yang mampu membuat kontribusi asli serta keputusan yang
merujuk pada perubahan, penanggulangan pemanasan global dan keberlanjutan.
3. Prototype Dikembangkan dalam Bentuk Buku Cerita Bergambar yang
Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 9-12 Tahun.
Buku bergambar memberikan kontribusi sederhana, konsep yang dibangun
dalam buku bergambar memberikan keseimbangan antara teks dan gambarnya,
Jalongo (2006: 10) dalam Astuti (2012: 2). Menurut Nurgiyantoro (2010: 154)
gambar dalam buku mengandung cerita. Gambar digunakan untuk memperkaya teks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
mengkonkretkan karakter dan alur secara naratif serta digunakan sebagai daya
tangkap dan imajinasi anak terhadap narasi teks yang masih terbatas. Dengan begitu
dari pengertian dapat disimpulakan bahwa buku cerita bergambar mampu
merangsang imajinasi anak dan membentuk anak dalam memperkaya imajinasi.
Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan tentang kejadian yang begitu dekat
dengan kenyataan atau pengalaman seseorang (Kartono, 2009: 174).
Melalui buku cerita bergambar, secara tidak langsung anak akan berinteraksi
baik sebagai pembaca atau sebagai pendengar. Anak semakin terdorong untuk bisa
mengerti akan apa yang ia baca atau dengar melalui cerita yang dalam hal ini adalah
cerita fabel dengan judul Derita Aat Si Gurita Kecil. Menurut Suparno (2013: 81),
dalam bukunya yang berjudul Guruku Panutanku, dijelaskan bahwa bercerita
merupakan cara yang efektif bagi guru untuk mengundang perhatian siswa dalam
menyampaikan pesan atau nasehat secara tidak langsung. Gagasan tersebut
mendorong penulis menyusun sebuah buku cerita yang dilengkapi dengan gambar
agar lebih menarik minat anak saat membacanya dan memudahkan anak menerima
pesan yang terdapat di dalam buku tersebut. Melalui cerita bergambar yang kisahnya
begitu dekat dengan kehidupan anak, maka anak dapat berimajinasi untuk
memahami isi cerita dan pesan yang terdapat di dalamnya. Bagi anak saat sedang
berimajinasi, mereka akan dengan polos memahami pesan yang disampaikan melalui
cerita. Anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan karakter
akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh J. Piaget dan L.
Kohlberg (Gunarsa dan Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai
suatu tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟ dilanjutkan tahap konsep
selajutnya „mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan
kehormatan. Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Gambar 4.10 Anak sedang Membaca Prototype Secara Bergiliran
4. Prototipe Tersebut Menginspirasi Guru tentang Pentingnya
Mengintegrasikan Pendidikan Cinta Lingkungan di Tengah Masyarakat
Mentawai.
Insipirasi utama dari lahirnya buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” adalah
alam Mentawai yang begitu indah dan melimpah. Ketersediaan sumber daya alam
yang melimpah berbanding terbalik dengan latar belakang pendidikan yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
memadai bagi masyarakat Mentawai, sehingga banyak kekeliruan dalam beranggapan
tentang pengolahan sumber daya alam. Pendidikan di Mentawai masih terhambat oleh
keberadaan beberapa faktor yang salah satunya adalah pengaruh budaya. Kebudayaan
serta kebiasaan masyarakat Mentawai sebelum masuknya kebudayaan luar serta
kemajuan teknologi adalah hidup dan bersatu dengan alam. Namun setelah masuknya
budaya luar dan majunya teknologi terlebih dalam pembangunan, masyarakat kerap
kali mengolah sumber daya alam yang berujung pada tindakan eksploitasi secara liar
yang menimbulkan kerusakan dan bahkankepunahan pada sumber daya alam
mentawai. Keinginan yang begitu besar sebagai putera daerah Mentawai, maka
peneliti membuat sebuah buku cerita untuk anak usia sekolah dasar yakni 9-12 tahun.
Ada pun tujuan dari buku cerita tersebut agar anak Mentawai memahami bahwa
terumbu karang yang merupakan salah satu sumber daya alam harus di jaga dan
dilestarikan.
Selain itu, keprihatinan peneliti terhadap lingkungan dan alam Mentawai
terinspirasi dari sebuah program kegiatan yaitu “Program pengenalan konservasi
lingkungan pada anak (conservation scout)” di Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) – Universitas Sanata Dharma. Program tersebut ditujukan kepada
anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari program ini adalah
untuk menanamkan pendidikan cinta lingkungan pada anak-anak.
5. Kelebihan dan Kelemahan Prototype Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Melalui validasi dan uji coba, peneliti memperoleh masukkan tentang kualitas
produk yang peneliti kembangkan. Data-data tersebut, membantu peneliti untuk dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan produk yang peneliti kembangkan. Berikut
penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan produk berupa prototype buku cerita
“Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak usia 9-12 tahun.
a. Kelebihan Prototype Buku
1. Berisi informasi tentang pentingnya terumbu karang bagi kehidupan
biota laut.
2. Disusun dengan memperhatikan karakteristik anak usia 9-12 tahun
yang senang dengan cerita dan gambar.
3. Disusun sesuai dengan konteks kehidupan anak-anak di Mentawai
4. Terdiri dari gambar dengan narasi yang pendek sehingga memudahkan
anak untuk membaca dan mengimajinasikannya.
5. Berisi evaluasi yang menggugah kesadaran anak untuk memiliki
motivasi menjaga kelestarian terumbu karang.
b. Kelemahan Prototype Buku
1. Huruf dalam buku cerita terlalu kecil
2. Tokoh yang menonjol dalam cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” hanya
berfokus pada kehidupan Aat dan ibunya saja, penderitaan biota laut
lainnya kurang mendapat penekanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Isi dari bab ini adalah uraian tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan
saran, berikut penjelasannya.
5.1. Kesimpulan
Prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” untuk anak usia 9-12
tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai yang dikembangkan oleh
peneliti sudah layak untuk digunakan. Prototype tersebut dapat dikatakan layak,
karena sudah melalui proses validasi ahli dan uji coba. Pelaksanaan uji coba kepada
anak dilakukan para tanggal 16-17 Juni 2015 di SDK St.Fransiskus Sikabaluan.
Kelayakan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” dapat
ditunjukkan melalui:
1. Proses penyusunan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita kecil”
dilakukan dengan 7 langkah penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi
desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi akhir produk.
2. Kualitas prototype buku yang dihasilkan mendapatkan nilai 4,48 yang artinya
sangat baik dan layak untuk digunakan.
5.2. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
1. Prototype buku hanya divalidasi oleh satu orang validator ahli kelautan
dan perikanan, sebab instrumen validasi yang diberikan kepada guru tidak
dikembalikan.
2. Kepulauan Mentawai terdiri dari 4 pulau besar. Pelaksanaan uji coba
prototype buku hanya bisa dilakukan kepada salah satu sekolah di SD
St.Fransiskus, Sikabaluan Pulau Siberut.
3. Uji coba prototype buku kepada guru tidak bisa peneliti lakukan sebab
guru-guru sudah disibukkan dengan pelatihan dan seminar seusai
pembagian raport.
4. Masih perlu dipikirkan buku cinta terumbu karang yang dapat digunakan
oleh masyarakat luas.
5. Peneliti melakukan uji coba dengan dana dari salah satu instansi sosial
swasta yang bergerak di bidang pendidikan, bukan atas bantuan dari pihak
sekolah dan pemerintah daerah Mentawai.
6. Prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” menggunakan huruf
terlalu kecil dan hanya berfokus pada kehidupan Aat dan ibunya saja,
penderitaan biota laut lainnya kurang mendapat penekanan.
5.3. Saran
1. Sebaiknya prototype buku minimal divalidasi oleh dua orang validator: (1)
Validator dari pakar lingkungan hidup dan (2) Validator dari seorang guru
sekolah dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
2. Pelaksanaan uji coba sebaiknya meliputi empat sample dari SD yang
terdapat di setiap pulau di Mentawai.
3. Sebaiknya uji coba prototype buku cerita juga dilakukan kepada guru dari
SD yang terdapat di setiap pulau di Mentawai.
4. Pengadaan buku cerita anak yang mengandung peran cinta terumbu karang
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Mentawai secara umum perlu
ditindaklanjuti.
5. Peneliti perlu bekerja sama dengan pihak pihak sekolah dan pemerintah
daerah Mentawai.
6. Prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” hendaknya berisi kisah
tentang penderitaan biorta laut pada umumnya apabila terumbu karang
mengalami karusakan, sekaligus menggunakan huruf yang cukup besar
sehingga memudahkan anak untuk membacanya dan mengimajinasikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H. S. 2012. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan; Pendekatan
Ecosophy bagi Penyelamatan Bumi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Astuti, R. D. 2012.Pengaruh Buku Bergambar Terhadap Minat Baca Siswa di
Sekolah Dasar Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri sunan Kalijaga.
Darmanto. 2009. BAB IX: Pandangan Tentang Hutan, Tempat Keramat dan
Perubahan Sosial di Pulau Siberut, Sumatera Barat. Dalam: Situs Keramat
Alami: Peran Budaya Dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati (Ed:
Hermono dkk). Jakarta: Obor-LIPI. Hlm. 130-164.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran: Perannya Sangat Penting dalam Mencapai
Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Djiwandono, S. E. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Sumarah, Esti, Ign. 2016. Ke Mentawai Aku Kan Kembali: Sebuah Refleksi atas
Pendampingan Mahasiswa. Dalam: Refleksi Pengembangan Buku Cinta
Lingkungan “Ke Mentawai Aku Kan Kembali” (Ed: Madya Utama).
Yogyakarta: USD
Farida, A. dkk. 2012. Sekolah yang Menyenangkan: Metode Kreatif Mengajar dan
Pengembangan Karakter Siswa. Bandung: NUANSA.
Gunarsa, S dan Yulia, S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia.
Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Isjoni. 2012. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Iyam. 2006. Pemeliharaan Terumbu Karang. Bandung: TITIAN ILMU
Kartono, St. 2009. Sekolah Bukan Pasar. Jakarta: Kompas.
Kurniawan, D. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, K. K. 2013. Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang untuk Anak
Sekolah Dasar Di Bali Melalui Desain Komunikasi Visual. Dalam Jurnal
Ilmiah Strata I. Bali: Institut Seni Indonesia.
Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Nugraheni, S. O. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Memahami Cerita
Legenda dengan Buku Pop-Up untuk Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten
Pati. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT INDEKS.
Prijono, O & Pranarka, A. 1966. Pemberdayaan (Empowerment): Konsep, Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta: CSIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Riyani, E. 2015. Pengembangan Media Buku Bergambar Tema “Tanah Airku” untuk
Menstimulus Aspek Bahasa Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sadiman, A. S, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo Persada.
Sari, A. K. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Cerita Bergambar Terhadap
Peningkatan Keterampilan Menyimak dan Membaca Pada Anak Berkesulitan
Belajar Kelas II SDN Petoran Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sari, Wahyu W. 2014. Persepsi Guru dan Siswa SD di Yogyakarta terhadap Program
Conservation Scout. Dalam Jurnal BIOEDUKATIKA Vol.2 No. 2.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Sastrapratedja. 2013. Pendidikan sebagai Humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat
dan Pancasila.
Smaldino, S. E. 2011. Instructional Technologi & Media For Learning: Teknologi
Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana.
Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Kompas
Sudiono, G. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi
Laut Daerah (KKLD) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten
Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius
Suparno, P. 2013. Guruku Panutanku. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.
Supriyono, Dwi. 2010. Terumbu Karang. Jakarta: CV. Pamularsih.
Widoyoko, S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Wulandari, S. 2009. Ekosistem Perairan. Semarang: PT .Sindur Press.
Sumber dari Internet:
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasankonservasi/details/1/102
http://mentawaikab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/8 di akses 10 November
2015)
http://pencerahnusantara.org/kabupaten-kepulauan-mentawai/ di akses 10 November
2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Kisi-Kisi
Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak dan Guru
No Aspek
Nomor
Item
1. Manfaat terumbu karang bagi masyarakat Mentawai 1-4
2. Bahaya jika merusak terumbu karang 5-10
3. Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi terumbu karang 11-12
4. Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi terumbu karang
13-15
Saran atau komentar:
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lembar Pertanyaan
Pra Penelitian untuk Anak
Lampiran 2. Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lembar pertanyaan
Pra Penelitian untuk Guru
Lampiran 3. Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lembar Validitas Kuesioner
kepada Anak
Lampiran 4. Validasi Kuesioner untuk Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru
Lampiran 5. Validasi Kuesioner untuk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli Kelautan dan Perikanan
Validasi Pertama Ahli Kelautan dan Perikanan
No. Komponen yang dinilai
Skor
Saran
1 2 4 5
1
Cover
m. Judul buku menarik
n. Judul buku sesuai dengan
tujuan pengenalan konservasi
terumbu karang
o. Ilustrasi cover mendukung
judul
p. Ilustrasi buku menggambarkan
konservasi terumbu karang
v
v
V
V
a. Sebaiknya penamaan bisa
membuat anak-anak makin
mengingat nama atau jenis biota.
Saya merasa nama Aat tidak
dapat memberikan “pahatan”
organisme laut kepada anak-
anak.
c. ilustrasi cover tidak
menggambarkan penderitaan.
Nampaknya semua senang, biota
yang ada sangat beragam.
d. ilustrasi terumbu karang masih
terlalu jauh dari bentuk-
bentuknya yang indah, saya
khawatir anak-anak tidak dapat
memahami betapa indahnya
terumbu karang. Kalau ilustrasi
gurita sudah sesuai dengan
kondisi aslinya dalam konteks
karikatur.
2 Format penulisan buku
g. Sesuai kaidah penulisan buku
h. Gambar pada buku
mendukung alur cerita
V
v
a. masih terdapat beberapa
kesalahan tata bahasa.
3. Bahasa
Lampiran 6. Lembar Validasi Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
m. Bahasa sesuai dengan kaidah
penulisan yang baik dan
benar.
v a. apakah bahasa yang dirancang
memang sesuai dengan bahasa
Indonesia gaya Mentawai atau
mau seutuhnya menggunakan
kaidah EYD? Harus sudah
ditentukan oleh penulis
n. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak seusia 9-
12 tahun.
v
o. Pilihan kata sesuai
karakteristik anak
v
4.
Isi Buku
v. Materi membantu pembaca
untuk menyadari pentingnya
memelihara terumbu karang
v a. kurang terasa peran terumbu
karang bagi Aat dan biota
lainnya
w. Isi cerita mengandung unsur
refleksi bagi anak untuk
membangun niat memelihara
terumbu karang
v
x. Materi yang disampaikan
memberikan tambahan
wawasan bagi anak
mengenai terumbu karang
v
y. Materi yang disampaikan
menggugah atau membangun
kesadaran anak untuk
melakukan aksi untuk
memelihara terumbu karang
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
z. Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan konteks nyata
kehidupan anak-anak di Pagai.
v Tidak ada pertanyaan refleksi
dari awal sampai akhir cerita
Saran validator:
5. Ilustrasi cover tidak menggambarkan penderitaan, nampaknya semua senang
6. Ilustrasi terumbu karang masih jauh dari bentuk-bentuknya yang indah, saya khawatir anak
tidak akan tertarik.
7. Masih ada kesalahan dalam tata bahasa
8. Tidak terdapat pertanyaan refleksi.
Total Skor 2 + 12 + 24 = 48
Validasi kedua setelah revisi
Tabel 4.12 Validasi Ahli dari Produk yang sudah direvisi.
No. Komponen yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1
Cover
q. Judul buku menarik
r. Judul buku sesuai dengan
tujuan pengenalan konservasi
terumbu karang
s. Ilustrasi cover mendukung
judul
t. Ilustrasi buku menggambarkan
konservasi terumbu karang
V
v
v
v
2 Format penulisan buku
i. Sesuai kaidah penulisan buku
j. Gambar pada buku
mendukung alur cerita
v
v
3.
Bahasa
p. Bahasa sesuai dengan kaidah
penulisan yang baik dan
benar.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
q. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak seusia 9-
12 tahun.
v
r. Pilihan kata sesuai
karakteristik anak
v
4.
Isi Buku
aa. Materi membantu pembaca
untuk menyadari pentingnya
memelihara terumbu karang
v
bb. Isi cerita mengandung unsur
refleksi bagi anak untuk
membangun niat memelihara
terumbu karang
v
cc. Materi yang disampaikan
memberikan tambahan
wawasan bagi anak
mengenai terumbu karang
V Tidak ada penjelasan mengenai
terumbu karang
dd. Materi yang disampaikan
menggugah atau membangun
kesadaran anak untuk
melakukan aksi untuk
memelihara terumbu karang
v
ee. Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan konteks nyata
kehidupan anak-anak di
Sikabaluan.
v Refleksi cerita sudah ada di
dalam buku.
Total Skor 2 10 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Prototipe Buku Cerita
“Derita Aat Si Gurita Kecil” untuk Anak Usia 9-12 Tahun
Lampiran 7. Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Prototype
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 8. Presensi Kehadiran Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Tabel Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni-Juli
Studi Pustaka (Bab I-III)
Draf I Prototipe Buku
Validasi
Revisi Prototipe dan
Cetak Prototipe
Uji Terbatas ke Mentawai
Training Guru dan Siswa
di Mentawai
Kegiatan Bulan
Agustus September Oktober November Desember Januari
Olah Data
Susun Bab IV Revisi Akhir Modul
Revisi Bab I-IV
Revisi Bab I-V
Latihan Ujian
Skripsi
Ujian Skripsi
Lampiran 9. Jadwal Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Foto Kegiatan Uji Coba di Dalam Kelas
Lampiran 10. Foto Kegiatan di Dalam Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Foto Kegiatan di Luar Kelas
Lampiran 11. Foto Kegiatan di Luar Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Merpin Saogo lahir di Beleraksok, 23 Juli 1988.
Pendidikan dasar diperoleh di SDK St.Vincentius Sikakap
Mentawai, tamat tahun 2005. Pendidikan menengah
pertama diperoleh di SMP Yossudarso II Muara Siberut
Mentawai, tamat pada tahun 2008. Pendidikan menengah
atas diperoleh di SMA Negeri 1 Muara Siberut, tamat
tahun 2011.
Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pendidikan di perguruan
tinggi diakhiri dengan menulis skripsi berjudul “Pengembangan Prototype Buku
Cerita Anak Tentang Terumbu Karang Dalam Konteks “Empowering” Masyarakat
Mentawai Untuk Anak 9-12 Tahun”. Selain itu, selama menempuh studi di
Universitas Sanata Dharma, penulis menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Program
Studi PGSD 2013/2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI