PENYELESAIAN KONFLIK TANAH ULAYAT DALAM …
Transcript of PENYELESAIAN KONFLIK TANAH ULAYAT DALAM …
i
PENYELESAIAN KONFLIK TANAH ULAYAT DALAM PENGELOLAAN
DI DESA DEMANG KECAMATAN LIMUN KABUPATEN
SAROLANGUN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Guna Memdapatkan Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Syariah
Oleh:
ALDO NOPAL ANRONI
NIM: 105170387
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Illy Yanti, M.Ag
Wenny Dastina S. Sos. M. Si
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021M/1443H
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab
dengan membawa kebenaran; dan Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam
penyimpangan yang jauh (dari kebenaran). (QS. Al-Baqarah (2):176)1
1 QS. Al-Baqarah (2):176
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
1. Ibuku tercinta Turniasih yang telah membesarkanku, mengajariku arti
kehidupan, memberi motivasi dan doa untukku.
2. Ayahku Syamsiruddin yang sangat kucintai yang telah membesarkanku,
selalu mengajariku arti semangat hidup dalam mencapai cita-citaku dan selalu
memberikanku kasih sayang.
3. Serta kakak perempuanku Vika Rizky Mardiansyah yang sangat aku cintai
dan sayangi.
vii
ABSTRAK
Nama :Aldo Nopal Anroni
Nim : 105170387
Judul : Penyelesaian Konflik Tanah Ulayat Dalam Pengelolaan di Desa
Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab munculnya masalah
sengketa lahan di Desa Demang dan proses penyelesaian sengketa lahan sawit
antara masyarakat dengan pemerintah desa Demang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, melalui tahapan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab munculnya masalah
sengketa lahan di Desa Demang, diantarnaya; perbedaan antar perorangan
(individu), perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan terjadinya
perubahan sosial yang cepat. Proses penyelesaian sengketa lahan sawit antara
masyarakat dengan pemerintah desa, diantarnaya; dilakukan dengan cara duduk
bersama dan melakukan rapat dengan Ninik Mamak dan Tuo Tengganai,
menghentikan sepenuhnya terkait pengerjaan penanaman sawit dan mediasi
ditengahi pihak kecamatan demi menemukan solusi untuk penghentian total
penanaman dan yang telah tertanam tidak dirusak sebagai asset desa.
Kata kunci: penyelesaian, sengketa, lahan sawit
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat allah swt yag mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skiripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula
iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad saw.
Skripsi ini diberi judul “Penyelesaian Konflik Tanah Ulayat Dalam
Pengelolaan Di Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi
Jambi”. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam
penyusunanya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat
diselesaiakan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan
adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini, terutama sekalai kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti, S. Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph. D, selaku Wakil Dekan I, Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H, selaku Wakil Dekan II,
Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. H., Ishaq,
SH., M. Hum, selaku Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................. i
MOTTO ........................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
D. Kerangka Teori ................................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 14
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................. 20
B. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 20
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 21
D. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 21
E. Instrument Pengumpulan Data ......................................................... 22
F. Teknik Analisis Data........................................................................ 23
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Aspek Geografis............................................................................... 25
B. Aspek Demografis ........................................................................... 26
C. Aspek Pemerintahan ........................................................................ 28
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penyebab Munculnya Masalah Sengketa Lahan di
xi
Desa Demang ................................................................................... 39
B. Proses Penyelesaian Sengketa Lahan Sawit Antara Masyarakat
Dengan Pemerintah Desa ................................................................. 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60
B. Saran-saran ....................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xii
DFTAR TABEL
Tabel 1: Jumlah Penduduk Desa Demang dari Tahun 2018 – 2020 .................. 5
Tabel 2: Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Demang ................................... 6
Tabel 3: Perbatasan Desa .................................................................................. 26
Tabel 5: Jumlah Sarana Ibadah di Desa Demang .............................................. 34
Tabel 6: Jumlah Sarana Pendidikan ................................................................... 35
Tabel 7: Status Pekerjaan Masyarakat Desa Demang ....................................... 35
Tabel 8: Aset Desa ............................................................................................. 36
Tabel 9: Prasarana yang berasal dari pihak ketiga ............................................. 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum semua yang
menyangkut kesejahteraan umum sudah diatur dalam undang-undang dalam
bentuk peraturan-peratura tertulis. Dalam konteks kehidupan dunia modern.
Beberapa hal seringkali menjadi pemicu lahirnya sengketa antara masyarakat
dengan masyarakat maupun antara pemerintah dengan masyarakat. Sengketa
antara masyarakat dengan masyarakat disebabkan salah satunya permasalahan
atas tanah yang bersengketa dengan munculnya dualisme sertifikat atau tumpang
tindihnya kepemilikan atas tanah. 2
Sengketa antara masyarakat dengan pemerintah yang pertama yaitu
tentang kepemilikan tanah dalam perbedaan persepsi mengenai konsep
penguasaan dan pemanfaatan tanah. Pemerintah dengan berbagai program
pembangunannya beranggapan bahwa bumi (atau tanah), air, dan segala kekayaan
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, karena itu mereka berhak
melakukan perubahan atas setiap tanah untuk kepentingan bersama.3
Tanah adalah suatu aset negara yang sangat banyak sekali, sumber
penghasilan negara juga sebagian besar dari pajak dan salah satu pajak yaitu pajak
dari tanah, baik itu pajak bangunan maupun pajak-pajak yang lain misalnya sewa,
hak pakai, daln lain sebagainya. Tanah lama kelamaan pasti akan habis dengan
2 Borni Kurniawan, desa Mandiri, desa Membangun, (Jakarta: Kementerian desa,
pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm. 27. 3 Fatahurohman, “Konflik Ketidakadilan dan Perbedaan Indentitas,” jurnal konflik
masyarakat, 2008, hlm. 220
2
setiap tanah bermilik atau berpenghuni karena semakin banyaknya penduduk
Indonesia. Bisa jadi lama‑ kelamaan tanah kita habis dan semua untuk
dimanfaatkan sudah tidak ada lahan yang kosong atau terlantar. 4
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum, merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan tugas dan
tanggungjawabnya untuk memajukan kesejahteraan umum. Tugas negara yang
demikian, menyebabkan Indonesia tergolong sebagai negara kesejahteraan
(welfarestaat),dan dalam rangka tersebut kepada negara diberikan wewenang
untuk menguasai tanah.5 Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, disebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.6
Pengertian penguasaan negara atas bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, terdapat dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria, yang lebih dikenal dengan sebutan
“Undang-undang Pokok Agraria (UUPA)”. Dalam UUPA ditentukan bahwa hak
menguasai negara tersebut, memberi wewenang kepada negara, diantaranya untuk
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
4Ningrum, Herlina Ratna Sambawa, "Analisis Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa Atas
Tanah Berbasis Keadilan," Jurnal Pembaharuan Hukum 1.2 (2014): 219-227. 5Sufriadi, Yanto, "Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
(Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di Bengkulu)," Jurnal Hukum
Ius Quia Iustum 18.1 (2011): 42-62. 6 Majelis Permusyaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, BAB XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial,
Pasal 33 ayat 3.
3
Berkaitan dengan kewenangan ini, untuk menyelenggarakan
penyediaan tanah bagi berbagai keperluan masyarakat dan negara, pemerintah
dapat mencabut hak-hak atas tanah dengan memberikan ganti kerugian yang layak
menurut cara yang diatur dengan undang-undang,apabila upaya melalui cara
musyawarah gagal membawa hasil.
Dalam melaksanakan wewenang pengaturan tersebut, hal yang sudah
disadari oleh pembentuk UUPA, bahwa hukum tanah yang dibangun itu harus
didasarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia sendiri, yaitu
hukum adat, Secara teoritik, hukum tanah yang dibangun berdasarkan nilainilai
yang hidup dalam masyarakat, dan pencabutan hak atas tanah oleh negara untuk
kepentingan umum harus dilakukan dengan pemberian ganti kerugian yang layak
dan sedapat-dapatnya harus didapatkan melalui musyawarah, maka pengambilan
hak atas tanah untuk kepentingan umum, seharusnya akan diterima dan dipatuhi
oleh masyarakat sehingga sengketa akan relatif jarang terjadi. Akan tetapi
kenyataannya, pengadaan tanah untuk kepentingan umum ternyata banyak
menimbulkan sengketa antara pemerintah dengan para pemilik tanah.7
Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berhadapan
dengan konflik yang mewarnai kehidupan, berawal dari permasalahan yang
mengiringi setiap aktivitas dalam kehidupan manusia. Bervariasinya
permasalahan yang menimbulkan konflik tentunya tidak selalu dapat diselesaikan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil dari pemecahan masalah
yang dapat diterima bagi para pihak yang berselisih bahkan tidak jarang berujung
7Sufriadi, Yanto, "Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
(Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di Bengkulu)," Jurnal Hukum
Ius Quia Iustum 18.1 (2011): 42-62.
4
pada munculnya sengketa. Namun sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
sempurna, manusia tentunya senantiasa mengusahakan dan berupaya dengan
berbagai cara terbaik untuk tercapainya solusi yang diinginkan, sehingga
terciptanya keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan manusia. Oleh
Karena itu diharapkan bukan hanya adanya pihak yang menang atau kalah namun
lebih diupayakan dapat melahirkan kesepakatan antara pihak-pihak yang
bersengketa dengan mufakat dirasakan dapat memenuhi keinginan para pihak
tersebut (win-win solution).
Tindak lanjut dari sengketa yang timbul dalam masyarakat tentunya ada
upaya untuk dapat diselesaikan melalui suatu wadah yang ditentukan oleh
masyarakat itu senfiri yang berawal dari kelompok yang terkecil dalam
masyarakat (seperti halnya keluarga) sampai dengan lembaga Negara yang
dilengkapi dengan seperangkat aturan hukum sebagai pedoman dalam
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti adanya hakim perdamaian
desa sudah sejak lama terbentuk dalam lingkungan masyarakat hukum adat yang
biasanya menyelesaikan sengketa-sengketa adat melalui kelembagaan tradisional
tersebut. 8
Pada peradilan desa, kepala desa, bahkan ada juga yang sekaligus
merupakan tokoh adat dan agama. Dalam hubungan dengan tugas kepala desa
sebagai hakim perdamaian.9 Desa Demang pada beberapa pekan lalu pemerintah
desanya membuat sebuah kebijakan bahwasanya ingin membuat sebuah lahan
8 Kofi A. Annan, Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan untuk
Negosiator, (Jakarta: AMEEPRO, 2000), hlm. 13. 9Fitriani, Riska, "Penyelesaian sengketa lahan hutan melalui proses mediasi di
Kabupaten Siak," Jurnal Ilmu Hukum 3.1 (2012).
5
sawit di Desa Demang yang mana lahan tersebut bersumber dari lahan milik Desa
Demang itu sendiri, dan anggarannya bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD).
Seiring dengan berjalannya waktu lahan itu sudah mulai digarap dan ditanami
sawit, namun tidak lama kemudian masyarakat tidak sepakat dengan keberadaan
lahan tersebut. Sehingga terjadilah konflik oleh sebagian besar masyarakat
terkhususnya Orang Tuo Niniak Mamak masyarakat Desa Demang. Yang mana
pada hal ini masyarakat demo karena pihak pemerintah desa mengambil
keputusan sepihak tentang penetapan lahan tersebut dan timbul lah konflik.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Desa Demang dari Tahun 2018 – 202010
No Tahun Jumlah
1 2018 420
2 2019 435
3 2020 452
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Demang
dalam kurun waktu tiga tahun mengalami peningkatan, ini disebabkan
penambahan jumlah anggota keluarga dan juga adanya pendatang yang mencari
keberhasilan di Desa Demang. Pada tahun 2018 terdapat 420 orang, dan pada
tahun 2019 terjadi penambahan sehingga menjadi 435 dan ditahun 2020
peningkatan kembali terjadi sehingga menjadi 452 orang penduduk yang tinggal
di Desa Demang.
10
Kantor Desa Demang : Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Demang Tahun 2018 –
2020, 22 Februari 2021
6
Tabel 2
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Demang 11
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD 109
2 SMP 170
3 SMA 105
4 D.I / D.II / DIII 14
5 S.1 51
6 S.2 3
Berdasarkan data yang didapat di kantor Desa Demang pada tabel 2
menunjukan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Demang didominasi oleh
tinggak SMP. Sebagian masyarakat masih saja enggan untuk menyelesaikan
permasalahan tahan 20 hektar yang dikelola desa menjadikan kekhawatiran
masyarkat. Tanah 20 hektar merupakan hak milik desa yang merupakan asset desa
untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat desa. Penyelesaiain konflik belum bisa
teratasi sehingga konflik tersebut berlarut-larut. Idealnya suatu permasalahan yang
tidak kunjung selesai akan selalu menjadi masalah di masa yang akan datang
bahkan dapat mempengaruhi dinamika kehidupan sosial.
Pada mulanya terdapat lahan yang luasnya ±20 hektar yang berlokasi di
Desa Demang Kecamataan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Lahan
merupakank milik asset Desa Demang yang kemudian dikelola pemerintah desa
Demang yang mana pada sistem pembagian hasil tersebut akan dialokasikan
untuk kas desa, kas mesjid, fakir miskin, dan anak yatim. Pemberdayaan lahan
tersebut tidak mendapat persetujuan dari sebagian besar masyarakat Desa Demang
11
Kantor Desa Demang : Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Demang Tahun 2018 –
2020, pada 22 Februari 2021
7
seperti Orang Tuo Niniak Mamak. Sejak digarap pada awal tahun 2017 dengan
dasar karena pada dahulunya lahan tersebut hanya boleh ditanami tanaman lembut
atau tanaman yang hidupnya tidak lama seperti padi, cabe tidak diperbolehkan
untuk menanami tanaman keras seperti pohon karet, sawit dan sejenisnya.
Kemudian pada tahun 2018 lalu lahan yang luasnya ±20 tersebut akan dipenuhi
dengan tanaman sawit oleh pemerintah Desa Demang. Setelah tertanam ±10
hektar sawit dengan anggaran 38.000.000, masyarakat tidak sepakat dengan hal
itu yang mana sebagian besar masyarakat beranggapan bahwasanya tanah tersebut
lebih baik dimanfaatkan untuk menanam padi dan juga sayur-sayur, karena
sebagian besar masyarakat Desa Demang berprofesi sebagi petani sawah. Ini
seolah pemerintah desa mengambil keputusan sepihak sehingga memicu konflik
disertai demo oleh sebagian besar masyarakat Desa Demang seperti Orang Tuo
Niniak Mamak. Namun sampai tahun 2021 ini konflik tersebut belum ada
penyelesaiannya oleh pemerintah desa dan belum pernah dibawa ke ranah hukum.
Berdasarkan beberapa alasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Penyelesaian Konflik Tanah Ulayat Dalam Pengelolaan di
Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi yang
terjadi pada tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan mengenai permasalahan yang akan penulis angkat dalam proposal
skripsi ini adalah sebagai berikut:
8
1. Apa faktor penyebab munculnya masalah sengketa lahan di Desa Demang
Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun?
2. Bagaimanana proses penyelesaian sengketa lahan sawit antara masyarakat
dengan pemerintah Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun?
C. Tujaun dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya masalah sengketa lahan di Desa
Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.
b. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa lahan sawit antara masyarakat
dengan pemerintah Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa berguna untuk:
a. Sebagai sumbangan pemikiran penulis terhadap para pembaca khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya tentang penyelesaian konflik antara
masyarakat dengan pemerintah desa dalam pengelolaan lahan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kritikan terhadap
pemerintah desa agar lebih memperhatikan keinginan dan kebutuhan
masyarakat.
c. Sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan tugas akhir berupa skripsi yang
dapat di pertanggung jawabkan.
9
D. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian yang ringkas tentang teori yang
digunakan dan cara menggunakan teori ini dalam menjawab pertanyaan
penelitian12
. Agar penelitian ini lebih tearah dan tepat sasaran maka penulis
menganggap perlu penggunaan kerangka teori sebagai landasan berfikir guna
mendapat konsep yang benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini sebagai
berikut.
1. Pengertian Konflik
Konflik, perselesihan, percekcokan, pertentangan dan perkelahian,
merupakan pengalaman hidup yang cukup mendasar, karena meskipun tidak
harus, tetapi mungkin bahkan amat mungkin terjadi. Seperti pengalaman hidup
yang lain, konflik tidak dapat dirumuskan secara ketat. Lebih tepat bila konflik itu
diuraikan dan dilukiskan. Aderiani mendefinisikan konflik sebagai berikut yaitu
persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
Keadaan atau perilaku yang bertentangan (misal pertentangan pendapat,
kepentingan, atau pertentangan individu), perselisihan akibat kebutuhan,
dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan dan perseteruan.13
Konflik
merupakan sebagai sebuah proses yang dimulai ketika suatu pihak memiliki
persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang
menjadi kondisi yang merupakan titik awal proses konflik.14
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009). hlm. 283. 13
Aderiani, dkk, “Identifikasi Konflik Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Gedung”, jurnal Nasional Manajemen Teknologi, 25-26 Pebruari 2005, hlm. 22 14
Andri Wahyudi, “Konflik, Konsep Teori dan Permasalahan”, Jurnal Manajemen
Konflik , 2011, hlm. 4.
10
Dari uraian di atas kesimpulannya, konflik ialah proses atau keadaan di
mana dua atau lebih dari pihak-pihak itu melakukan persaingan, pertentangan,
perselisihan dan perseteruan dengan berusaha menggagalkan tujuan masing-
masing pihak dan hal itu merupakan kekuasaan yang kreatif dari sejarah manusia.
2. Penyebab Konflik
Ahli sosiologi di Indonesia, yaitu Andri Wahyudi menyimpulkan bahwa ada
empat (4) faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat. Keempat faktor itu
adalah perbedaan antar kebudayaan, perbedaan antar perorangan, perbedaan
kepentingan, dan perubahan sosial yang cepat. 15
a. Perbedaan Antar Perorangan (individu)
Dalam bermasyarakat, individu satu dengan yang lainnya tidak selalu
sependapat mengenai pandangan tertentu. Tentunya hal ini disebabkan setiap
individu mempunyai sifat dan karakter berbeda-beda, sehingga perbedaan inilah
yang menjadi faktor terjadinya konflik di masyarakat.
b. Perbedaan Kebudayaan
Indonesia memiliki perbedaan budaya yang beragam. Perbedaan ini dapat
mendorong terjadinya konflik. Hal ini disebabkan perbedaan pola pikir, watak,
tabiat, dan tingkah laku dari masing-masing kebudayaan berbeda. Selain itu,
konflik yang diawali dari kebudayaan umumnya dikarenakan tidak ada rasa
saling menghormati satu sama lain.
15
Andri Wahyudi, “Konflik, Konsep Teori dan Permasalahan”, hlm. 4.
11
c. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan dapat berarti luas. Perbedaan kepentingan dapat mencakup
dari sisi politik, sosial budaya, ekonomi, keamanan, sumber daya, dan lainnya.
Kenapa bisa terjadi? Pasalnya setiap orang memiliki maksud, tujuan dan
kepentingan tertentu dalam suatu hal. Selain itu, konflik juga dipicu rasa saling
tidak mau mengalah satu sama lain. Inilah penyebab terjadinya konflik di
masyarakat.
d. Terjadinya Perubahan Sosial Yang Cepat
Kehidupan sosial di masyarakat merupakan hal yang dinamis, artinya
selalu mengalami pembaharuan dan perubahan. kedinamisan yang terlalu cepat
dapat memicu terjadinya disorganisasi serta ketidaksiapan masyarakat dalam
menerimanya. Hal ini akan memantik konflik sosial dilingkungan masyarakat.
3. Teori Penyelesaian Konflik
Ada beberapa bentuk dan proses penyelesaian konflik yaitu menghindari
(avoidance), pemecahan masalah secara informal (Informal problem salving),
bernegoisasi (negotiation), munculnya pihak ketiga yang mengadakan mediasi
(mediation), kemunculan puhak lain yang memberikan bentuk penyelesaian
(executive dispute resolution approach), pihak yang bertikai mencari pihak ketiga
yang dipandang netral (arbitration), intervensi pihak berwenang dalam memberi
kepastian hukum (judicial approach), dan penanganan oleh pihak yang memiliki
12
kekuatan legal (extra legal approach).16
Menurut Ralf Dahrendorf, penyelesaian
konflik yang efektif sangat bergantung pada 3 faktor yaitu :
1. Kedua pihak harus mengakui kenyataan dan situasi konflik yang terjadi di
antara mereka.
2. Kepentingan-kepentingan yang diperjuangkan harus terorganisasi secara
rapi, tidak tercerai berai dan terkotakkotak sehingga masing-masing pihak
memahami dengan jelas lingkup tuntutan pihak lain.
3. Kedua pihak menyepakati aturan main yang menjadi landasan dan
pegangan dalam hubungan dan interaksi diantara mereka 17
.
Konflik memang tidak dapat dihindari, tetapi sedapat mungkin harus
diselesaikan secara bijak. Dalam masyarakat yang rentan, baik dalam hal budaya,
ekonomi, dan politik, maka konflik akan mudah mengarah pada hal destruktif,
bahkan konflik bisa diikuti oleh bentuk-bentuk kekerasan, seperti perang dan
pembantaian. Namun pada masyarakat yang memiliki kapasitas tinggi maka
sangat mungkin konflik dapat mendinamisasi perubahan ke arah yang konstruktif
dan positif. Penyelesain suatu konflik pada umumnya akan sangat bergantung
pada faktor internal dan eksternal. faktor internal adalah bagaimana pihak-pihak
yang berkonflik menyikapi konflik yang dihadapinya, sedangkan faktor eksternal
adalah bagaimana pihak luar berperan dalam melakukan penanganan konflik.
16
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Kontemporer, (Jakarta: Kencana,
2010). hlm. 177-178. 17
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1999). hlm. 153.
13
Untuk itu penting dibuat suatu perencanaan dan langkah tata pengelolaan konflik
dalam bentuk pembangunan perdamaian.18
Konflik merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Sebagaia mahluk sosial, seseorang tidak bisa hidup tanpa manusia lain
di sekitarnya sehingga dalam interaksinya seringkali menimbulkan persinggungan
atau pergesekan. Pemeuhan kebutuhan dasar mamnusia seringpula menimbulkan
konflik karena setiap orang pasti mengingingkan hajat hidupnya terpenuhi yang
bisa saja menimbulkan kerugian pada orang lain sehingga konflik sulit di
hindarkan. Sehingga dapat katakana bahwa konflik merupakan bagian dari
kehidupan manusia mulai sejak dilahirkan sampai meninggal dunia19
.
Karakteristik konflik terbagi atas dua: .20
a. Konflik Ekonomi
Konflik ekonomi adalah konflik yang berlangsung karena perebutan
sumber-sumber ekonomi yang terbatas. Beberapa contoh seperti:
1). Konflik masyarakat dan pemilik modal dalam soal sengketa tanah, antara
perusahaan dan masyarakat.
2). Konflik antara masyarakat dan pemerintah dalam kasus pertembangan emas,
timah dan penggalian pasir.
3). Konflik antara masyarakat vs masyarakat dalam hal perebutan lahan.
4). Konflik antara warga dan preman dalam soal perebutan lahan parkir.
18
Simon Fisher, Manajeman Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak (Jakarta
: British Council, 2000). hlm. 4. 19
Nur Aliyah, Manajemen konflik, (Makassar: Alauddin University Press, 2015). h. 7. 20
Simon Fisher, Manajeman Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak hlm. 7.
14
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa konflik merupakan
pertentangan berbagai kepentingan yang sangat beragam, tidak hanya fokus pada
soal ekonomi, tetapi juga ideologi, politik dan identitas. Untuk menghasilkan
suatu perubahan yang maksimal, konflik diperlukan. Konflik dapat terjadi karena
banyak sebab, seperti perbedaan nilai-nilai, kepentingan dan tujuan, serta
persaingan untuk memenangkan sesuatu. Konflik dapat berupa segala bentuk
interaksi yang bersifat bertentangan atau bersebrangan yang disebabkan oleh
beberapa faktor dari dalam diri. Bentuk konflik dapat terjadi dari yang lunak
hingga yang keras dan terbuka, yang sumbernya beragam dan pada umumnya
merujuk pada dua dimensi yang meliputi dimensi fundamental (biasanya
diengaruhi aspek budaya dan ideologi, berhubungan dengan masalah identitas),
dan dimensi intrumental (biasanya dipengaruhi aspek politik dan ekonomi,
berhubungan dengan masalah instrumental dan materil).
b. Konflik Sosial
Konflik sosial adalah konflik yang timbul karena masyarakat terdiri atas
sejumlah kelompok sosial yang mempunyai karaktaristik yang berbeda,
masyarakat yang tersusun dalam kelompok dan strata yang berbeda. Beberapa
contoh seperti, 21
1). Kemiskinan bisa memicu konflik sosial dengan pengelompokan warga yakni
kelas atas, menengah dan bawah.
2). Migrasi sosial bisa menimbulkan konflik, dari satu daerah ke daerah lainnya.
3). Eklusifisme kelompok bisa melahirkan konflik dengan kelompok lain.
21
Simon Fisher, Manajeman Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak hlm. 7.
15
4). Konflik antara pribumi dan non pribumi, dll.
4. Pengelolaan Lahan
Lahan merupakan wadah yang meliputi ruang darat sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
a. Pengelolaan lahan menurut undang-undang
Menurut Uundang-Undang RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
fungsi lahan merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan lahan
di dalam suatu kawasan atau wilayah dilakukan dan dilaksanakan dengan
mengacu kepada rencana peruntukan fungsi lahan. Peruntukan fungsi lahan pada
hakekatnya menjadi arahan pemanfaatan lahan yang mengupayakan terwujudnya
keserasian dan keselarasan pemanfaatan lahan untuk fungsi lindung dan fungsi
budidaya. Pemanfaatan lahan yang senantiasa memperhatikan dan mengacu
kepada rencana peruntukkan fungsi lahan dengan sendirinya akan dapat
mewujudkan kelestarian lingkungan. Dengan demikian rencana peruntukan fungsi
lahan juga berfungsi sebagai pengendalian pemanfaatan lahan agar senantiasa
mengindahkan aspek-aspek keselarasan dan kelestarian lingkungan hidup.22
b. Teori lahan
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,
tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa
lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil
22
Uundang-Undang RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
16
yang merugikan seperti yang tersalinasi. Menurut Fajriany Nur Isra lahan di bagi
atas dua kategori yaitu :
1. Use value atau nilai penggunaan yang dapat pula disebut sebagai personal
use values. Manfaat ini dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau kegiatan
usaha tani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian.
2. Kedua, non- use values yang dapat pula disebut sebagai intrinsic values atau
manfaat bawaan. Yang termasuk kategori manfaat ini adalah berbagai
manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan
dari kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan. Salah satu
contohnya adalah terpeliharanya keragaman biologis atau keberadaan spesies
tertentu, yang pada saat ini belum diketahui manfaatnya, tetapi di masa yang
akan datang mungkin akan sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan
manusia.23
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-
penelitian lain) yang berkaitan dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang
diteliti.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hendrik Risman Mahasiswa
Jurusan Pemerintahan Integratif Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman tahun 2015 dengan judul “Upaya pemerintah daerah kabupaten
kutai barat dalam menyelesaikan konflik tapal batas antar kampung di daerah
kabupaten kutai barat (konflik Kampung Muhur dan Kampung Kaliq)”. Penelitian
23
Fajriany Nur Isra, Skripsi, Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian Di Kabupaten Pangkep, makasar . 2017.
17
ini mengkaji tentang Upaya Pemerintah Kabupaten Kutai Barat Dalam
Menyelesaikan Konflik Tapal Batas Antara Kampung Di daerah Kabupaten Kutai
Barat. Penelitian ini mengggunakan metode penelitian kualitaif, dan hasil
penelitian ini menunjukan bahwa upaya Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam
hal ini Pemerintah kecamatan Siluq Ngurai dan Pemerintah Kabupaten melalui
Tim PBD dalam menangani Konflik Tapal Batas antara kampung Muhur Dan
Kampung Kaliq, Sang Sang adalah negosiasi, mediasi, fasilitasi. Adapun
hambatan penyelesaian konflik tersebut adalah ketidak sabaran masyarakat, ego
satu sama laian masih tinggi, belum memiliki data yang akurat dan susah diajak
berdiskusi karena selalu salah anggapan terhadap pemerintah.24
Kedua, yang di lakukan oleh Ansar Suherman dan Arief Sirajuddin
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton, tahun 2018 dengan judul
„‟Kearifan Lokal Sebagai Basis Komunikasi Pemerintah Dalam Penyelesaian
Konflik Sosial Dan KomunaL‟ Peneltian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriftif dan hasil penelitian ini adalah Salah satu aspek yang
turut menentukan laju pembangunan yang berlangsung adalah perlu adanya
sinergitas antara pemerintah sebagai penggerak dan penentu kebijakan
pembangunan di satu sisi, dengan masyarat di sisi lain, karena tanpa adanya
pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pemilik sumber daya, ataupun tanpa
partisipasi nyata dari masyarakat dalam pembangunan maka pelaksanaan
pembangunan tersebut tentunya akan mengalami hambatan dan akan berjalan
24
Hendrik Risman, “Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat
DalamMenyelesaikan Konflik Tapal Batas Antar Kampung Di Daerah Kabupaten Kutai Barat
(Konflik Kampung Muhur Dan Kampung Kaliq)”, (Jurusan Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, 2015). h. Iv.
18
tidak sesuai harapan. Salah satu kunci demi terciptanya kelancaran pembangunan
khususnya di daerah adalah peranan komunikasi pemerintahan untuk dapat
menyempaikan berbagai informasi tentang kebijakan pembangungan yang akan
dilaksanakan kepada masyarakat lokal agar masyarakat turut berpartisipasi aktif
dalam pembangunan tersebut. Salah satu penyebab terjadi konflik sosial
ditengarai diakibatkan oleh kompleksitas permasalahn sosial, ekonomi, dan
kepentingan politik. Ketiadaan pembangunan komunikasi yang berbasis kearifan
lokal oleh pemerintah terhadap masyarakat menjadi salah satu penyebab semakin
sering terjadinya konflik sosial dan komunal di Indonesia. 25
Ketiga yang di lakukan oleh Dedi Kurniawan Dan Abdul Syani tahun
2016 dengan judul „‟Faktor Penyebab, Dampak Dan Strategi Penyelesaian
Konflik Antar Warga Di Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan‟‟
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriftif dan
Dari hasil penelitian, didapatkan faktor utama yang menjadi penyebab konflik
adalah: kurang baiknya keadaan moral pribadi masyarakat yang sering
menggunakan budaya kekerasan dalam setiap menyelesaikan permasalahan,
karena hal ini dapat menimbulkan sebuah dendam berupa akumulasi kebencian
dari kelompk masyarakat lain yang merasa mendapatkan perlakuan kekerasan
tersebut. kondisi pemerintahan yang kurang baik juga menjadi celah untuk
menimbulkan konflik. Sebuah konflik pasti akan menimbulkan dampak baik itu
negatif maupun positif. Dampak-dampak tersebut berupa dampak fisik,
25
Suherman, Ansar, and Arief Sirajuddin. "Kearifan Lokal Sebagai Basis Komunikasi
Pemerintah Dalam Penyelesaian Konflik Sosial Dan Komunal." DIALEKTIKA: Jurnal Ekonomi
dan Ilmu Sosial 3.2 (2018). 34-42.
19
psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Positif negatif dari dampak ini tentu akan
membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan
kehidupan yang ada menjadi berbeda dengan kehidupan yang dahulu. Apabila
dampak yang timbul itu adalah positif maka akan adanya peningkatan hubungan
baik antar warga, namun apabila dampak yang timbul itu negatif, justru akan
menjadikan kehidupan yang sudah ada akan menjadi lebih buruk. Dampak negatif
ini juga bisa mejadikan konflik yang telah terjadi tidak terselesaikan, melainkan
akan berkembang semakin besar dan berbahaya bagi kehidupan dimasa yang akan
datang. 26
Keempat yang di lakukan oleh Nur Azizah Raja pada tahun 2019 dengan
judul „‟Analisis Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelesaian Konflik Agraria
(Studi Kasus Konflik Antara PT. PP. London Sumatra dengan Masyarakat di
Kabupaten Bulukumba)‟‟ Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriftif dan dari hasil penelitian adalah Peran Pemerintah
Daerah Kabupaten Bulukumba dalam proses penyelesaian konflik agraria
khususnya kasus konflik lahan antara PT. PP. Lonsum dengan masyarakat di
Kabupaten Bulukumba adalah dengan melakukan upaya konsiliasi dan
membentuk tim verifikasi penyelesaian konflik. Upaya konsiliasi dilakukan
dengan melakukan pertemuan dengan pihak yang berkonflik dan instansi-instansi
pemerintahan terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam proses
konsiliasi ini, pemerintah daerah berperan sebagai konsiliator yang memberikan
26
Kurniawan, Dedi, and Abdul Syani, "Faktor penyebab, dampak dan strategi
penyelesaian konflik antar warga di Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan." Jurnal
Sosiologi 15.1 (2012). 1-12.
20
pendapat dan membantu pihak yang bersengketa dengan mengemukakan daftar
langkah alternatif yang dapat dipilih untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Adapun kesepakatan dari hasil konsiliasi tersebut adalah menjamin kepada
masyarakat bahwa tidak akan memberikan izin perpanjangan Hak Guna Usaha di
atas lahan yang diklaim oleh masyarakat berdasarkan bukti-bukti alam dan
sertifikat sebelum konflik dengan Masyarakat Adat Kajang dan Bulukumpa Toa
selesai secara jelas. 27
Kelima yang di lakukan oleh Arizal Triadiyatma pada tahun 2016 dengan
judul „‟Model Penyelesaian Konflik Nelayan Berbasis Kearifan Lokal Sebagai
Modal Sosial Di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan‟‟ Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriftif dan hasil dari
penelitian ini adalah Bentuk konflik yang terjadi berupa perselisihan yang
disebabkan oleh perebutan wilayah penangkapan antara nelayan Lekok dengan
nelayan Madura, serta perselisihan yang disebabkan oleh kecemburuan
penggunaan alat tangkap antara sesama nelayan modern dan antara nelayan
modem dengan nelayan tradisional, di mana nelayan modern adalah nelayan
Lekok dan nelayan tradisional adalah nelayan Madura. Selanjutnya, pola konflik
yang muncul bermula dari penyebab potensial berupa perairan Kabupaten
Pasuruan yang sudah overfishing sehingga sumberdaya menjadi terbatas dan
mengharuskan mereka untuk andon ke perairan Madura, di tambah dengan faktor
pemicu berupa penggunaan alat tangkap mini trawl. Setelah konflik yang terjadi
27
Raja, Nur Azizah, "Analisis Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelesaian Konflik
Agraria (Studi Kasus Konflik Antara PT. PP. London Sumatra dengan Masyarakat di Kabupaten
Bulukumba)." Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan 12.1 (2019). 53-66.
21
antara sesama nelayan Lekok dan antara nelayan Lekok dengan nelayan Madura
muncul, penyelesaian konflik tidak serta merta melalui jalur hukum, melainkan
berupa pertemuan nelayan yang berkonflik dengan tokoh masyarakat sebagai
bentuk dan peran kearifan lokal.28
Perbedaan yang terdapat pada penelitian yang saya lakukan adalah dari
segi objek kajiaannya penelitian saya mengambil segala jenis informasi di Desa
Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan sistemik. Penelitian
ini menggunakan teori Penyelesaian Konflik, fokus pembahasan dalam penelitian
ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam kajian Penyelesaian konflik, faktor
munculnya konflik dan gaya pengambilan keputusan oleh pemerintah Desa
Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
28
Triadiyatma, Arizal, Model penyelesaian konflik nelayan berbasis kearifan lokal
sebagai modal sosial di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Diss. Universitas Airlangga,
2016.
22
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris yang dengan kata lain adalah
jenis penelitian ini mengkaji aktivitas dan permasalahan yang ada di lokasi
penelitian.29
Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap
keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan
maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan,
setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi
masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif deskriptif adalah pendekatan yang akan
mengabarkan kejadian dan juga aktivitas yang ada di lokasi penelitian. Danzin
dan Lincoln menjelaskan dalam bukunya Sudaryono bahwa pendekatan kualitatif
digunakan untuk mencari pemahaman tentang objek yang diteliti yang didapatkan
secara dan ikut serta menyaksikan kejadian atau aktivitas tersebut.30
Itu artinya
pendekatan kualitatif mengedepankan kebenaran data yang ada dilapangan dengan
teknik deskriptif yaitu menjelaskan kenyataan yang sedang diteliti. Sehingga
memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka
mengetahui faktor munculnya konflik dan penyelesaian yang diambil oleh
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2020), hlm. 9. 30
Sudaryono, metodologi penelitian, Kuantitatif, Kualitatid dan Mix Method, (Depok: PT
Grafindo Persada, 2018), hlm. 118
23
pemerintah Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi
Jambi.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi, untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat
sehingga akan sangat membantu bagi penulis dalam membuat skripsi ini.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada 12 Februari 2021 hingga 17
Mei 2021, mengingat, menimbang dan memperhatikan segala kekurangan dan
keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, moril dan material pada diri peneliti, dan
penelitian ini sedang berlangsung.
D. Jenis dan Sumber Data
Ada 2 (dua) jenis yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu data
primer da data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang
didapatkan secara langsung dari seumbernya maupun dari lokasi objek penelitian,
atau keseluruhan data hasil penelitian yang didapatkan dilapangan.contoh data
primer yang di dapat dalam penelitian ini adalah dokumen yang di dapatkan
langsung dari Kantor Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.
24
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang didapat langsung dari
lapangan dan hasil dari berbagai literatur. Contoh dari data sekunder adalah hasil-
hasil yang di dapatkan berasal dari wawancara, observasi, dokumentasi serta
penalaran dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. 31
a. Observasi
Observasi adalah kegitan pengamatan langsung di lokasi penelitian.
Penulis menggunakan observasi non-partisipan, artinya peneliti melihat dan
mengamati secara langsung namun tidak telibat dalam kegiatan di lokasi
penelitian. Observasi non-partisipan adalah teknik pengamatan di lokasi penelitian
namun tidak ikut ambil dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diselidiki.32
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi
terstruktur (semistructure interview) di mana pelaksanaannya lebih bebas bila
31
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), Jambi, Syariah Press, 2012.,
hlm.37. 32
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
143.
25
dibandingkan dengan wawancara terstruktur.33
Wawancara terstruktur yaitu bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan didapatkan dari informan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data berupa dokumen-
dokumen, catatan, transkip, buku, surat kabar atau majalah notulen rapat, anggota
dan sebagainya.34
Metode dokumentasi adalah metode atau teknik pengumpulan data dari
beberapa dokumen yang bersifat resmi dan diakui sebagai memo, buku, surat
kabar, dan sebagainya. Metode dokumen ini digunakan untuk memdapatkan data-
data yang mampu meneliti dan memperkuat penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang didapatkan dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lainnya, sehingga mudah dipahami dan tentunya dapat di informasikan kepada
orang lain.Analisis data dalam penelitian secara teknis dilaksanakan secara
induktif yaitu analisa yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan verifikasi data. Secara singkat, komponen- komponen analisis
data dikemukakan oleh (Miles dan Hubermen dalam Lexy Meleong dapat dilihat
penjelasan di bawah ini: 35
33
Sugiyono, Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 96. 34
Cholid Narbuko dan Abdu Acmhmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2018), hlm, 72 35
Lexy Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 279
26
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan penyaringan data dimana data diringkas sesuai
dengan kebnutuhan penulis agar mendapatkan jawaban yang diinginkan. Reduksi
dilakukan saat pengumpulan data telah dimulai, dengan meringkas dan juga
mengkode data agar mudah dipahami sesuai dengan poin-poin yang tengah
diteliti.
b. Penyadian Data
Penyajian data merupakan langkah kedua setelah data diringkas sesuai
dengan rumusan pertanyaan. Data dijelaskan dengan menggunakan naratif atau
uraian-uraian singkat sehingga mudah dipahami dan juga dimengeri. Data yang
dijelaskan meruapakan data yang bersumber dari data urtama dan data sekunder.
c. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah akhir setelah dilakukan peringkasan data dan
juga penjelasan data. Kesimpulan awal yang nantinya didapatkan meruapakan hal
yang sementara apabila tidak lagi ditemukan bukti kuat lain maka akan menjadi
akhir keimpulan.
27
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Aspek Geograifs
1. Historis
Desa Demang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Limun
Kabupaten Sarolangun, sebelum berdiri sebagai desa sendiri, Desa Demang
merupakan bagian dari Desa Pancakarya. Desa ini terbentuk pada tahun 2008,
pemekaran dari Desa Panca Karya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
kesatuan wilayah marga Datuk Nan Tigo yang memiliki kesatuan hukum adat
yang sama termasuk juga dalam mengatur dan mengelola sumber daya alam dan
hutan. Dinamakan Desa Demang karena pemekaran dari Desa Panca karya dan
dibuat kedemangan sendiri.36
Desa Demang sendiri terdapat dua dusun yaitu Kampung Pondok dan
Dusun Baru, dinamakan kampung pondok menurut cerita Nenek Khalijah yang
lahir di kampung pondok pada tahun 1945, dikarenakan pada masa itu rumah
hannya ada empat dan berbentuk pondok makanya dinamakan kampung pondok.
Semakin berkembang dan bertambahnya penduduk desa maka dibuatlah Dusun
baru yang diberi nama Dusun Baru.
Adapun asal usul masyarakat Desa Demang umumnya berasal dari provinsi
Sumatra barat, yaitu minang kabau. Desa Demang memiliki luasan 4.200 ha
dengan jumlah 2 dusun, yang berada pada kordinat. Diantaranya : Dusun
Kampung pondok dan Dusun Baru
36
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Rozi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021
28
2. Geografis
Desa Demang Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun adalah
salah satu Desa yang berada di wilayah Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun dengan luas wilayah 85 km2 dengan jumlah penduduk pada
saat ini 452 jiwa yang terkelompok dalam 107 kepala keluarga dan terdiri
dari 6 RT.
Tabel 3
Perbatasan Desa 37
No Penjuru Mata Angin Berbatasan
1. Utara Desa Ranggo
2. Selatan Tanjung Raden / Sei Kudis
3. Barat Panca Karya
4. Timur Ma. Mensao
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat batasan yang ada di Desa
Demang yang mana pada sebelah utara berbatasan denan Desa Ranggo, pada
abgian Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Raden, sebelah Barat Berbatasan
dengan Desa Panca Karya dan sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Mensao.
3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang system Perencanaan
Pebangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
37
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Rozi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021
29
b. Undang–Undang Nomor 17 Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasinal Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
d. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5459);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagimana telah diubah
pada Peraturan Pemerintah Noomor 47 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5549);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558);
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang pedoman
Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2094);
h. Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 70 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun
30
2015 Nomor 70);
i. Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 71 Tahun 2015 tentang tata cara
pembagian dan penetapan rincian dana desa setiap desa di Kabupaten
Sarolangun Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Sarolangun
Tahun 2015 Nomor 71);
j. Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 28 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa da Rencana
Kerja Pemerintah Desa;
B. Aspek Demografis
Gambar
Struktur Pemerintahan Desa Demang
Kepala Desa
Nasrullah S.E
Sekretaris Desa
Fahrul Rozi
Kaur Pembangunan Kaur Pemerintahan Kaur Umum
Baihaki Herman Marzulian
Kadus Dusun Baru Kadus Kampung Pondok
Zulkrnain Habibi
31
Tabel di atas merupakan struktur Desa Demang Kecamatan Limun dari
mulai kepala desa yang dipimpin oleh bapak Aidi Toni dan sekretaris desa bapak
Fahrul Rozi dan perangkat lain nya yang telah tersruktur.38
1. Visi dan Misi
a. Visi
Visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan
dan secara potensi untuk terwujud kemana dan apa yang diwujutkan suatu
organisasi dimasa depan, Visi harus bersama yang mampu menarik, dan
harus konsisten, tetap eksis, antisifatif secara insentif dikominikasi kepada
segenaaf anggota organisasi sehingga semuanya merasa memiliki visi,
hendaknya :
1) Bukan fakta tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang
ingin di capai.
2) Dapat memberikan arahan dan mendorong anggota organisasi
mewujutkan kenerja yang baik.
3) Dapat menimbulkan Infirasi dan siap menghadapi tantangan.
4) Menjembatani masa kini dan masa mendatang.
5) Gambaran yang dealistis dan kridibel dengan masa depan yang
menarik.
6) Sipat tidak statis dan tidak selamanya.
38
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021
32
Dalam upaya mewujudkan harapan dan aspirasi Stakholder
serta melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka pernyataan Visi
Desa Demang Kecamatan Limun adalah : “Menjadikan Desa
Demang Kecamatan Limun Menjadi Desa Makmur dan Sejahtera
Yang Berkepribadian Santun Serta Beriman” 39
b. Misi
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi
pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan ini membawa
organisasi kepada suatu focus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu
ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya. Misi adalah
suatu yang dilaksanakan / diemban oleh Instansi pemerintah, sebagai
penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi
diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat
mengenal instani pemerintah dan mengetahui peran dan programnya serta
hasil yang didapatkan dimasa mendatang. Pernyataan visi yang jelas, akan
memberikan arahan jangka panjang dan stabiltas dalam manajemen dan
kepemimpinan Desa Demang Kecamatan Limun.
Berikut ini adalah misi Desa Demang Kecamatan Limun untuk
mendukung pencapaian visi yang tersebut diatas :
39
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021
33
1) Pembangunan Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan
Masyarakat40
Pembangunan Bidang Pemerintahan Kebijakan strategi yang
akan ditempuh meliputi :
a) Pengembangan kapasitas dan kemampuan perangkat Desa.
b) Pengembangan kapasitas BPD
c) Meningkatkan system dokumentasi dan pelaporan
penyelenggaraan pemerintahan.
d) Meningkatkan Kerjasama dengan desa-desa tetangga yang
saling menguntungkan.
Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan
strategi yang akan ditempuh meliputi :
(1) Peningkatan kemampuan dan kapasitas lembaga – lembaga
desa.
(2) Peningkatan kemampuan perempuan dalam pembangunan.
(3) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam bidang hukum
dan politik.
(4) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam bidang
ekonomi.
40
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021
34
2) Pembangunan Bidang Sarana dan prasarana
Kebijakan bidang sarana dan prasarana ini diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
prasarana yang mendukung peningkatan produktifitas ekonomi
masyarakat.
3) Pembangunan Bidang Agama.
Kebijakan strategis yang akan ditempuh meliputi :
a) Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana masjid dan
mushola.
b) Meningkatkan pendidikan keagamaan sejak usia dini.
4) Pembangunan Bidang Pendidikan.
Kebijakan strategis yang akan ditempuh meliputi :
a) Meningkatkan pendidikan dan mutu pendidikan masyarakat.
b) Meningkatkan keahlian generasi muda.
5) Pembangunan di bidang Pertanian, Perkebunan, Perikanan,
Perternakan dan Kehutanan
Meliputi segala bidang sesuai dengan potensi dan kultur
budaya Lokal. 41
6) Pembangunan Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup.
Kebijakan strategis yang akan ditempuh meliputi :
a) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b) Meningkatkan standar pelayanan kesehatan.
41
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021
35
c) Meningkatkan kemampuan kader posyandu.
d) Meningkatkan kesadaran masyarakatdalam menjaga kelestarian
sumber daya alam.
7) Pembangunan Bidang Sosial Budaya
Kebijakan stategis yang akan ditempuh meliputi :
a) Peningkatan pelestarian budaya lokal
b) Peningkatan rasa aman dan tentram dimasyarakat.
c) Peningkatan kemampuan pemuda dalam kesenian dan
kebudayaan lokal.
C. Aspek Pemerintahan
1. Penduduk Desa Demang
Salah satu syarat berdirinya wilayah adalah mempunyai penduduk.
Penduduk Desa Demang salah satunya. Adapun jumlah Desa Demang secara
keseluruhan adalah 452 jiwa, sedangkan kepala keluarga berjumlah 107 KK.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan wilayah
pada tabel dibawah ini:
2. Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat Desa Demang bermata pencaharian pokok
petani, yaitu seperti perkebunan karet dan sawit. Sekitar 60% masyarakat Desa
Demang mengandalkan hasil komoditi pohon karet sebagai sumber
pendapatan. Sedangkan 20% dari berkebun sawit. Selebihnya 20%
mengandalkan sumber ekonomi dari bekerja sebagai pedagang,tukang / buruh
harian dan sebagai Aperatur Sipil Negara (ASN)/Swasta.
36
D. Keadaan Agama dan Pendidikan
1. Agama
Agama yang di akui di Indonesia ada lima (Islam, Kristen, Hindu,
Budha dan Katolik). Walaupun demikian penduduk Desa Demang yang
berjumlah 452 jiwa, secara keseluruhan beragama islam. Masyarakat Desa
Demang ini pemeluk agamai islam yang kuat. Hal ini dapat di lihat dari para
orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya kesekolah agama, baik dari
sekolah SD, MDT, Pesantren sampai ke sekolah MA.
Tabel 4
Jumlah Sarana Ibadah di Desa Demang 42
No Sarana Ibadah Jumlah
1. Masjid 2
2. Musholla 1
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tempat peribadatan yang ada di
Desa Demang terdapat dua masjid besar, dimana keberadaanya di dalam dua
dusun. Sedangkan terdapat satu mushola yang ada di Desa Demang yang
dijadikan sebagai aktivitas madrasah sore dengan anak-anak di Desa Demang.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan ujung tombak untuk meraih kesuksesan dan
kemajuan suatu daerah. Tanpa adanya pendidikan manusia tidak akan
mengetahui perubahan dunia yang semakin hari semakin cepat. pendidikan
42
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021
37
untuk memdapatkan ilmu pengetahuan sangat penting dimiliki manusia. Di
Desa Demang terdapat sarana pendidikan yang terdiri dari Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengan Pertama. Selain pendidikan dasar terdapat juga sarana
pendidikan untuk anak usia dini atau yang dikenal dengan istilah Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD).
Tabel 5
Jumlah Sarana Pendidikan 43
NO SEKOLAH JUMLAH
1. PAUD 1
2. SDN 1
3. MDT 2
4 SMPN 1
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat sarana pendidikan
di Desa Demang yang mana sarana pendidikan tersebut masih aktif dan
digunakan oleh anak-anak di Desa Demang dengan baik. Terdapat 1
PAUD dengan kondisi baik, dan Sekolah Dasar Negeri dan juga MDT.
Ada pula SMP N 5 Desa Demang yang masih aktif.
Tabel 6
Status Pekerjaan Masyarakat Desa Demang44
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 ASN / TNI / POLRI / PENSIUNAN 22
2 Honorer / Kontrak 31
3 Swasta 58
4 Petani 153
5 IRT 188
43
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021 44
Dokumentasi di kantor Desa Demang Kecamatan Limun Sarolangun, data tahun 2020,
pada tanggal 21 Februari 2021
38
Dari tabel di atas dapt dicermati bahwa terdapat beberapa masyarakat Desa
Demang yang telah mencapai keberhasilan, di mana ada 22 masyarakat yang
bekerja sebagai ASN / TNI / POLRI / Pensiunan dan sebagai honorer ada 31
orang, sedangkan swasta terdapat 58 masyarakat dan petani 153 orang, sedangkan
IRT mencapai 188 orang yang ada di Desa Demang.
39
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penyebab Munculnya Masalah Sengketa Lahan di Desa Demang
1. Perbedaan Antar Perorangan (individu)
Kurang komunikasi yang baik antara pemerintah desa dan juga masyarakat
menyebabkan permasalahan pemanfaatan lahan hingga kini masih bergejolak.
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan
Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, sebagai berikut:
Di desa ini tentu berbagai macam karakter di dalamnya, tentu ini membuat
setiap orang memiliki pandangan yang baik menunrutnya. Jadi karena
perbedaan pendapat menyebabkan konflik pamanfaatan tanah menjadi
berlarut-larut. Kami sebelum mengambil keputusan ini, kita melakukan
rapat dengan perwakilan RT dan Kepala Dusun yang ada, jadi kita rapat
dulu, barulah keluar hasil rapat. Mencari solusi bersama dalam menanganin
masalah yang ada disini. Mengumpulkan seluruh desa beserta yang terkait
lainnya. tidak boleh tidak ada yang tidak datang saat jadwal yang telah
dijadwalkan secara, karena masih ada yang tidak datang dan melaggar maka
akan dikenakan sanski.45
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
dalam menangani permasalahan anatra pemerintah desa dengan masyarakat tentu
harus dilakukan dengan musyawarah anatar satu sama lain. Dalam musyarawarah
tersebut haruslah menemukan hasil yang baik dengan bersama dan bisa
menguntungkan satu sama lain. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan
Desa Demang, sebagai berikut:
45
Wawancara dengan Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, pada 23 Februari
2021
40
Saya telah melakukan rapat, tapi memang tidak semua masyarakat ada yang
datang dan juga perwakilannya tidak datang, itu yang membuat masalah.
Mereka membuat alasan yang tidak bisa diterima dengan baik, dengan
masalah yang sebelumnya belum terselesaikan dengan baik tentu saja akan
menambah masalah yang ada tidak akan teratasi dengan cepat. Perlunya
menerapkan sanksi kepada mereka yang tidak mau datang saat telah
diundang oleh pihak desa.46
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
rapat yang diadakan oleh pemerintah tidak akan didengar oleh masyarakat kalau
pemerintah kalau masih sepihak. Penyelesaian masalah tentu saja akan rumit
terselesaikan kalau masyarakat tidak bisa mendatangi musyawarah dengan
pemerintah desa. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari
wawancara dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang, sebagai
berikut:
Kita rutin membahas masalah tanah 20 hektar yang akan kita manfaatkan
untuk ditanami sawit, itu kita tanami untuk kepentingan bersama, tapi ada
aja masyarakat yang tidak setuju, sebagain banyak yang tidak setuju
dikarenakan mereka mengira akan mengenyangkan perut pemerintah desa
beserta perangkat-perangkatnya. Ada yang memberi solusi kepada kita
untuk dijual saja kepada orang yang ingin membelinya. Kita keberatan akan
masalah tersebut, kami menyarankan dimanfaatkan lahan dengan baik
bersama masyarakat agar bisa membantu perekonomian mereka. itu masih
menjadi masalah yang belum ada solusi dalam menyelesaikan masalah
tersebut.47
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pernyataan masalah lahan hal yang paling sulit untuk diselesaikan. Jika dari
sebelah pihak yaitu pihak desa yang memilik maksud yang tersebut dalam
mengelola lahan tersebut. Masyarakat tentu saja tidak terima akan hal tersebut dan
menolak keras kepada pemerintah desa untuk tidak melanjutkan proyek lahan
46
Wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, pada 3
Maret 2021 47
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Rozi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021
41
tersebut dikarenakan itu dapat berpotensi menguntungkan salah satu pihak saja.
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan
Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, sebagai berikut:
Sebelum kita sepakati untuk pemanfaatan lahan desa, ini kita rapatkan dulu,
yang jadi masalah masyarakat tidak mau ikut rapat kita undang. Kendala ini
tentu saja membuat kami sangat sulit untuk mencari solusi bersama
masyarakat, kita tentu saja tidak boleh sepihak dalam menyelesaikan
masalah yang ada, masyarakat harus andil dalam menyelesaikan masalah
dengan mengikuti rapat ini. Kita terus berusaha mencari cara agar mereka
mau mengahadiri rapat ini demi kepentingan bersama. 48
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
dalam hal mencari solusi tentang penggunaaan lahan ini masih sulit. Dikarenkan
masyarakat dan pemerinah desa tidak bisa diajak kerjas sama untuk mencari jalan
keluar yang baik. masalah lahan ini juga bersifat sepihak dan hanya untuk
kepentingan para panjabat desa dan tidak peruntukkan untuk masyarakat. Peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak M
Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
Tidak ada kami diundang, mereka hanya meminta pak RT untuk
mengundang kami selaku perwakilan Karangtaruna Desa, mereka itu rapat
sepihak. Kejelasan informasi yang kami dapat tentu saja bohong, mereka
melakukan rapat tersebut diam-diam di balai desa tanpa mengundang kami,
salah kami dimana sebenarnya sehingga kami tidak bisa menghadiri rapat
tersebut. Apakah mereka mempunyai tujuan yang licik dalam
mempermainkan masyarakat, atau ada niat terselubung mereka demi
mengait keuntungan untuk diri mereka sendiri.49
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
dalam menyelesaikan masalah ini haruslah mengundang pihak-pihak yang
berkompeten antara pemerintah desa dan masyarakat. Masalah terus bertambah
48
Wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, pada 3
Maret 2021 49
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
42
serius dikarenakan para pemerintah desa diam-diam dalam melakukan
musyawarah tanpa mengundang masyarakat. Peneliti mendapatkan hasil
penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh
masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
Seharusnya kalau rapat itu, mengundang secara resmi dan mereka itu mau
juga mendengarkan keluhan masyarkaat, menanami tanah yang telah selama
ini menjadi pekerjaan amsyarakat ya sama aja membunuh masyarakat desa,
dan kami tidak ada diundang sama sekali oleh mereka, mereka acuh tak
acuh kepada kami, terkadang hasil rapat mereka terskesan lebih
menguntungkan dari pihak mereka daripada masyarakat, ini tidak boleh
terus berlangsung, kalau tidak mereka akan mendapatkan keuntungan yang
berlimpah atas proyek yang mereka buat. 50
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
solusi terbaik dalam menyelesaikan adalah dengan berdisjusi anatara pemerintah
desa dan masyarakat desa. Dan hasil rapat yang dilakukan tersebut tentu saja tidak
berpihak dengan masyarakat dan berat sebelah. Itu akan menjadi masalah yang
rumit dan bisa membuat masyarakat sengsara dengan keputusan tersebut. Peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak
Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
Janganlah merugikan masyarakat kalau buat keputusan itu, mereka itu
hanya mau mengambil keuntungan dengan menanam sawit ditanah desa
yang selama ini ditanami padi untuk kebutuhan masyrakat desa. Mereka
beralasan bahwa dengan proyek lebih mensejahterkan masyarakat, tapi
malah sebaliknya yang kami dapatkan tidak sesuai dengan apa yang mereka
katakan, malah itu menjadi lading bisnis bagi mereka demi memperkayadiri
mereka sendiri. Kami malah menjadi tersiksa karena hal tersebut. 51
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masyarakat tentu tidak ingin dirugikan oleh desa. Dikarenakan hanya ingin
50
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 51
Wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
43
menambah pundi-pundi penghasilan dengan melakukan segala cara dengan
memanfaatkan lahan untuk ditanamkan sawit tersebut.
2. Perbedaan Kebudayaan
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, sebagai berikut:
Sebagaian masyarakat kita menjunjung nilai-nilai adat, jadi kalau tuan adat
berbicara maka kita mematuhi, sehingga ada sebagian pemuka adat
bertentangan dengan pemerintah. Yang mendukung masyarakat untuk
melakukan perlawanan, sehingga masyarakat ada yang setuju ada juga yang
tidak, jadi kita harus pertimbangan ini baik. tentu saja kami memirkan
bagaimana cara mensejahterakan masyarakat dengan apa yang kami buat,
dengan lahan tersebut tentu saja dapat membuat perekonomian desa menjadi
meningkat, tidak ada yang salah akan hal tersebut. Kita juga dikatakan oleh
masyarakat tidak adil dalam proyek itu, mereka sangat tidak setuju dengan
yang kami buat tersebut, masyarakat bilang itu dapat merugikan mereka. 52
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
tekait masalah lahan tersebut belum ada titik kejelasannya. Ada beberapa dari
masyarakat setuju dengan hal itu dan ada juga menolak dengan keras dengan hal
tersebut. Pemerintah desa mengatakann dengan pengggunaan lahan tersebut dapat
meningkatkan perekonomian desa dan masyarakat. Masyarakat pun bersih keras
menolak akan hal itu, karena itu akan menjadi tercipta peluang bisnis bagi pihak
perangkat desa. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari
wawancara dengan Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, sebagai
berikut:
Kami selaku sekretaris desa, sudah bosan sebetulnya rapat yang dibahas ini
terus, orang untuk kepentingan masyarakat, malah diperotes. Segala yang
kami ajukan untuk medatangin rapat mereka tidak datang, kami terus
memberitahu informasi tentang masalah itu, kami juga telah berusaha
52
Wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, pada 3
Maret 2021
44
mencari solusii untuk mereka malah mereka tidak acuh dengan yang kami
sampaikan, jadi masalah ini menjadi rumit dan juga masyarakat belum bisa
diajak bekerja sama dengan baik. 53
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan
bahwasanyaada sebagian anggota telah merasa bosan dalam menyelesaikan
masalah ini. Masalah tetap saja ditolak oleh masyarakat dinilai dapat merugikan
masyarakat dalam pengelolahan lahan ini. Jadi masalah menjadi lebih rumit dan
belum ada solusi untuk menyelesaikannya. Peneliti mendapatkan hasil penelitian
yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat
di Desa Demang, sebagai berikut:
Sama sekali tidak ada manfaatnya untuk kami selaku masyarakat, yang ada
kami harus mencari pekerjaan lain, kalau tanah itu tetap digarap lahan tani
padi, tentu akan memberikan manfaat bagi kami, kmai bisa kerja dan kami
pun bisa makan, kami tahu sebenarnya tujuan mereka terhadap lahan
tersebut. Mereka menggunakan lahan tersebut demi kepentingan pribadi
mereka sendiri, yang kami dapatkan tentu saja tidak ada, justru kami akan
sulit lagi dalam mencari beras untuk makan. Kami tidak setuju dengan lahan
padi itu dibikin. Disitulah tempat kami bisa mencari beras untuk memenuhi
kebutuhan pokok kami. 54
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
selaku masyarakat harus menolak proyek lahan ini. Dimana kata pemerintah desa
akan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, dan itu semua adalah akal-
akalan dari pemerintah desa untuk meningkatkan pengahasilan mereka.
masyarakat tentu saja akan dirugikan masalah lahan tersebut. Peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak M
Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
53
Wawancara dengan Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, pada 23 Februari
2021 54
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
45
Selaku yang dituokan di sini, tanah itu tidak pernah dimanfaatkan selain
untuk kebutuhan makan masyarakat desa, dari jaman sejarah dulu, tanah itu
adalah tanah untuk ditanami padi dan sayuran, kok malah sekarang ditanami
sawit, jadi rusah tanah itu. Masyarakat disini tentu saja merasa susah dalam
memenuhi kebutuhan pokok mereka, mereka merasa sengsara akan proyek
yang dilakukan oleh pemerintah desa itu. Saya merasa tujuan mereka
membuat masyarakat menjadi sengsara, banyak masyarakat sekarang
mencari pekerja lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. 55
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
sulit dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah lahan tersebut. Parta
tetuo mengatakan masalah lahan tersebut jannganlah dimanfaatkan selain
kebutuhan bercocok tanam masyarakat. Karena lahan tersebut telah menjadi lahan
bercocok sejak dari dahulu. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan
dari wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa
Demang, sebagai berikut:
Janganlah tanah peninggalan tuo tengganai dulu, dijadikan kepentingan
pribadi, seharusnya mereka itu mikir untukkepentingan anak cucu mereka
sendiri. Ternyata malah digunkan untuk membuat masyarakat menjadi
sengsara, lahan tersebut yang seharusnya tempat bercocok tangan oleh
masyarakat, malah dibuat ladang bisnis yang dilakukan oleh pemerintah
desa disini. Mereka sangat sulit sekali untuk diajak musyarawah dengan
masyarakat, mereka malah melakukan musyawarah tersebut antara mereka
sendiri. 56
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pemerintah desa ditekankan agar mengolah lahan tersebut menjadi lahan yang
ditanami sawit. Mereka harus berpikir bahwa lahan tersebut telah menjadi mata
pencaharian masyarakat dari zaman dahulu. Tidak boleh dirusak hanya karena
kepentingan pribadi.
55
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 56
Wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
46
3. Perbedaan Kepentingan
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai
berikut:
Initinya ada kepentingan pribadi, mereka hanya mau mencari untung saja.
Kami tidak pernah tahu untuk apa ditanami sawit itu, yang jelas itu pasti
untuk kepentingan pribadinya, selama ini kan kepala desa toke sawit.
Pemerintah desa sangat bersih keras terhadap lahan tersebut dijadiin
sebagaii acuan untuk meningkatkan perekomian desa, terlebih lagi kepala
desa tersebut yang mengurus proyek tersebut, disana ada bau-bau
kecurangan yang telah direncakan oleh pemerintah desa, mereka melakukan
cara apapun untuk lahan tersebut bisa menghasilkan dan meraup keuntungan
mereka sendiri. 57
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masyarakat tidak mengetahui hasil dari lahan yang digunakan pemerintah desa
hanya untuk ditanamin sawit. Apalagi pihak yang terkait tersebut seperti kepala
desa adalah toke sawit. Disini juga berpotensi menyalahgunakan dalam menguasai
lahan masyarakat ini. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari
wawancara dengan Bapak Salbawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang,
sebagai berikut:
Tanaman sawit itu untuk kepentingan pribadi, bukan untuk masyarakat,
pemerintah desa itu sudah sepakat mereka untuk membayar gaji mereka,
bukan untuk menghidupi fakir dan miskin yang ada di sini. Tindakan
tersebut tentulah tidak baik untuk masyarakat disini, urusan harus
diutamakan disini tanpa memikirkan bahwa masyarakat. Segala urusan
mereka dipermudah saat mempunyai proyek, akan tetapi berbanding terbalik
ketika dalam menguruws kepentingan masyarakat disini. 58
57
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 58
Wawancara dengan Bapak Salbawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
47
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
tujuan dari memanfaatkan lahan sawit tidaklah bukan hanya untuk melakukan
bisnis antar sesama perangkat desa. Tindakan tersebut tentu saja dapat merugikan
pihak masyarakat karena lahan tempat mereka bercocok tanam dijadikan tempat
ladang bisnis oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Peneliti mendapatkan
hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku
Kaur Pembangunan Desa Demang, sebagai berikut:
Kami memberi tahun pemanfaatan tanaman sawit itu untuk kebutuhan desa,
dari mulai menghidupi fakir miskin, membangun masjid dan juga
memperbaiki kerusakan kepentingan umum. Semua demi masyarakat
bahkan lebih buruknya masyarakat terkesan tidak senang dengan apa yang
lakukan untuk mereka, mereka terus berpikir buruk kepada kinerja kami
disini, mereka seakan tidak puas dengan apa yang kami kerjakan. Padahal
yang kami kerjakan tersebut diperuntukan untuk mereka dan desa. 59
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
sebetulnya pemanfaatan dari lahan sawit tentu saja banyak,di jami dapat
menghidupi fakir miskin, membangun masjid, dan juga demi kepentingan yang
lainnya. akan tetapi masyarakat tidak percaya akan tersebut karena dinilai dapat
merugikan mereka secara sepihak. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di
Desa Demang, sebagai berikut:
Tidak pernah kami mengetahui kemana uang yang sudah dihasilkan,
sekarang ini sudah buah pasir, tapi diam-diam saja pemerintah desa. Kami
tidak tahu arah uang itu mau dikemanakan, dan kami tidak ada juga
merasakan uang itu, mungkin uang dari lahan sawit itu dijadikan untuk
bisnis pribadi. Apalagi kepala desa disini merupakan tokeh sawit, jadi bisa
59
Wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, pada 3
Maret 2021
48
dipungkiri duit tersebut disalah gunakan oleh pemerintah desa. Mereka
seakan tidak menahu dengan masalah lahan tersebut. 60
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masalahan lahan tersebut masih belum menemukan titik terang. Hasil terhadap
lahan sawit itu tentu belum memiliki arah tujuan yang jelas uangnya. Hal yang
paling buruknya lagi uang tersebut telah disalahgunakan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari
wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang,
sebagai berikut:
Kami menanyakan pemanfaatan uang yang dihasilkan tapi mereka bilang
lihat saja nanti bukti nyatanya, itu kan tidak masuk diakal. Terus kami harus
nuggu terus gitu, mereka terus menyakinkan kami bahwa hasil lahan
tersebut digunakan untuk pembangunan desa, mereka juga bersih keras
tidak mau disalahkan, sedangakan mereka berdiskusi dengan pihak-pihak
mereka saja tanpa mengundang kami secara langsung. Lahan tersebut tentu
saja telah bisa dipanen, dan hasil panen tersebut belum jelas uangnya mau
diapakan dan dikemanakan. 61
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pemerintah desa terus menegaskan hasil lahan yang ditaman sawit tersebut dapat
membuat mereka bisa membantu perekonomian masayakat. Tapi justru itu dapat
merugikan masyarkat, banyak dari pihak masyarakat menolak dengan tegas hal
tessebut. Ditambah lagi pemerintah desa tidak mengonfirmasi saat mereka
melakukan rapat dan tidak mengundang masyarakat dalam rapat itu. Peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak
Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
60
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 61
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
49
Tidak betul semua perangkat desa, mereka serakah dan tidak peduli dengan
masyarakat di sini. Yang namanya orang kalau sudah dikasih jabatan itu
hanyalah manis diawalnya. Mereka saat pertama kalau ada pemilihan
perangkat desa tersebut ucapan dan janji mereka sangatlah manis, mau
membikin ini itulah dan semuanya demi kepentingan masyarakat. Nyatanya
semuanya berubah ketika mereka kalau sudah jadi jabatannya. Mereka
terkesan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pundi-pundi
penghasilan mereka. 62
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
memang tidak semua perangkat desa tamak dan serakah, akan lebih baiknya tidak
serakah dan tamak juga. Dikarenakan kebanyakan perangkat desa sekarang
memiliki sifat yang begitu. Itu tentu saja dapat merugikan masyarakat karena
tidak bisa memihak dengan masyarkat itu sendiri.
4. Terjadinya Perubahan Sosial Yang Cepat
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai
berikut:
Banyak masyarakat yang kehilangan mata pencarian, yang selama ini
mereka kerja buruh di sawah, sekarang mereka harus mencari pekerjaan lain
dan tidak tahu kerja apa. Ditambah lagi dengan kondisi covid sekarang
menambah rumit dalam mencari kerja. Mereka pun kenyang dengan kondisi
begini, dengan hasil lahan sawit ini tentu saja dapat membuat mereka
menjadi lebih kaya lagi. Mereka berasalan demi masyarakat akan tetapi
demi kepentingan mereka sendiri. 63
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masyarakat tidak kehilangan mata pencaharian mereka karena masalah lahan
sawit tersebut. Apalagi di masa pendemi sekarang sangat sulit untuk mencari
pekerjaan yang layak. Dengan adanya lahan tersebut tentu saja dapat memenuhi
62
Wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 63
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
50
kebutuhan pokok masyarakat. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di
Desa Demang, sebagai berikut:
Masyarakat di sini banyak menggangtungkan hidupnya di sana, sekarang ini
masih ada 10 hektar yang belum digarap, kita stop untuk sementara, kami
memang menanyakan dengan baik-baik pemerintahan desa untuk benar-
benar tidak mengarap lahan itu berikan saja kepada masyarakat disini untuk
bisa bercocok tanam. Jawaban mereka hanya iya, tapi berbanding terbalik
dengan perkataan mereka tersebut. 64
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masyarakat banyak mengatungkan kehidupan mereka dengan lahan tersebut,
pemerintah desa ternyata malah menananmi lahan tersebut dengan sawit,
pemerintah sekarang menstop proyek tersebut banyak masyarakat karena hal
tersebut dapat merugikan mereka Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat
di Desa Demang, sebagai berikut:
Kami kasihan dengan masyarakat harus bekerja lain, seperti menjadi buruh
di Desa lain untuk menanam padi atau juga kerja bangunan. Dengan sifat
pemerintah yang serakah akan jabatan. Mereka tidak memikirkan
masyarakat dengan baik, mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi
sendiri. Mereka terus mengupayakan untuk mengarap lahan tersebut untuk
dijadikan kebun sawit. Mereka tidak mendengarkan saran dan masukan dari
masyarakat. Mereka terus melanjutkan proyek tersebut untuk kepentingan
pribadi mereka sendiri. 65
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
karena faktor lahan tersebut dapat merugikan masyarakat. Tempat mereka
bercocok tanam tentu saja telah diambil oleh pemerintah desa untuk digunakan
64
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 65
Wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
51
untuk menanam sawit dilahan tersebut. Semuanya mereka lakukan atas dasar
mencari keuntungan pribadi. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di
Desa Demang, sebagai berikut:
Sekarang ini banyak terjadi pencurian, ini penyebab banyaknya orang yang
tidak memiliki pekerjaan, kemana kami mau mengadu kalau seperti in,
pengaduan kami lambat diproses oleh mereka. seakan mereka tidak peduli
dengan masalah yang di Desa ini. Kalau urusan mereka sangat cepat
melakukan apalagi kalau udah berbicara masalah uang ini, tidak ada kata
terlambat. Segala cara diupayakan demi meningkatkan pundi-pundi
penghasilan mereka. 66
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, sebagai berikut:
Memang ada beberapa pencurian di sini, seperti mencuri di beberapa toko,
kita tindak lanjuti untuk diprses secara hokum. Kami tidak ada
menelantarkan laporan yang masuk kepada kita, kita respond dengan cepat
laporan tersebut, kita usahakan laporan cepat diproses agar mereka tidak
merasa kesulitan lagi. Dan sayangnya malah banyak konplen kepada kami
bahwa kita lambat, tidak peduli, tidak memikirkan masyarakat, dan masih
banyak lagi tuduhan yang diajukan kepada kami. 67
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
ada kasus yang terjadi didesa ini, seperti kasus tenatng pencurian dibeberpa tokoh
yang sedang maraknya. Masyarakat pun melapor kepada pemerintah desa dan
pemerintah seakan lambat dalam menanganin masalah tersebut.
66
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 67
Wawancara dengan Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, pada 23 Februari
2021
52
B. Proses Penyelesaian Sengketa Lahan Sawit Antara Masyarakat Dengan
Pemerintah Desa
1. Melakukan Rapat Bersama Ninik Mamak dan Tuo Tengganai
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, sebagai berikut:
Kita rapat rutin untuk membahas yang saat ini terjadi di Desa ini, mereka
protes dan demo ke sini, hasil yang kita dapatkan rapat bersama Ninik
Mamak dan Tuo Tengganai adalah menghentikan pengerjaan penanaman
sawit di lokasi tersebut. Untuk itu kita melakukan rapat bersama mereka.
kami sebagai pihak desa disini tentu saja terus disalahi disini, merak
mengatakan kepada kami tidak memberikan keadilan kepada masyarakat
disini, mereka tidak puas dengan segala yang kami laukan untuk mereka.
tidak ada hal-hal yang benar kami lakukan disini. 68
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pemerintah desa rajin dalam membahas masalah yang ada didesa ini, akan tetapi
itu berbandung terbalik dengan mereka katakana. Masyarakat merasa tidak merasa
kana kinerja perangkat tersebut. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa
Demang, sebagai berikut:
Seperti yang saya sampaikan kita rapat terus menerus untuk mencarikan
solusi yang baik. Saat ini usia tanaman sawit sudah 3 tahun dan sudah
menghasilkan yaitu berhenti pengerjaannya, namun untuk merubah kembali
tidak kita penuhi karena sangat merugikan. Untuk itu tidak mungkin kita
tebang. Saya mengajak masyarakat yang ada didesa ini untuk menemukan
jalan keluar untuk lahan sawit ini, kita melakukan musyarawah dengan
mereka mau dikemanakan uang lahan sawit ini nantinya, masyarakat pun
68
Wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, pada 3
Maret 2021
53
tidak puas akan tindakan tersebut mereka meminta lahan mereka untuk
dikembalikan agar mereka bisa bercocok tanam lagi. 69
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
solusi terbaik belum bisa ditemukan antara masyarakat dengan pemerintahan desa
ini. Masyarakat tentu saja sangat dirugikan akan tindakan lahan mereka yang
ditanamin sawit oleh pemerintah desa tersebut, mereka sepakat untuk melakukan
musyawarah kepada mereka untuk mengembalikan lahan masyarakat tersebut.
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan
Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
Masyarakat bersikeras unutk menebang batang sawit itu, ada sebagian
mereka telah menyuntikkan obat rumput ke batang sawit, sehingga sebagian
batang sawit telah mati. Tindakan yang dilakukan masyarakat tersebut
adalah salah. Padahal kita membuka musyawarah terbuka kepada mereka
untuk mencari jalan keluar untuk masalah lahan tersebut. Mereka terus
menolak dengan pernyataan tersebut terus membangkang untuk segera
ditebang lahan tersebut. Mereka berpikir lahan tersebut tidak bisa membuat
mereka merasa sejahtera. 70
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pemerintah desa mengeluh dengan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap proyek lahan tersebut. Mereka mencari solusi dengan membuka
musyawarah antara mereka dengan masyarakat. Hasilnya tetap masyarakat
menginginkan lahan mereka tersebut dikembalikan. Peneliti mendapatkan hasil
penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh
masyarakat di Desa Demang, sebagai berikut:
Kami meminta mereka untuk menebang batang pohon dan kami meminta
untuk dihentikan penaman berikutnya. Keinginan pemerintah desa tersebut
69
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021 70
Wawancara dengan Bapak Sargawi selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
54
sangat bertentangan masyarakat. Mereka pun tetap menolak akan saran yang
kami sampaikan kepada meraka, saran yang kami berikan tersebut hanya
didengar saja dan tidak akan dikabulkan permintaan kami untuk
menghentikan masalah lahan tersebut. Kami merasa tidak senang dengan
tindakan tersebut, tanpa masyarakat mereka tentu saja tidak bisa menjadi
penjabat. 71
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
keputusan yang diambil oleh pemerintah desa terhadap masyarakat tentu saja
sangat bertentangan dengan masyarakat. Banyak keluhan dari masyarakat tidak
didengarkan oleh pemerintah desa. Masyarakat pun merasa kesal dengan
pemerintah desa tersebut.
2. Menghentikan Pengerjaan Penanaman Sawit
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai
berikut:
Sementara kita hentikan dulu untuk penanaman berikutnya, setelah ada
kesepakatan baru kita lanjutkan. Proyek seputar mempunyai potensi yang
tinggi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat disini, tapi mereka
dengan tindak tegas akan hal tersebut. Mereka merasa dengan lahan yang
ditanam sawit ini dapat merugikan mereka, padahal niat kami demi
masyarakat dan malah mereka berpikir sebaliknya. Dan sekarang belum ada
penyelesaian dengan masalah ini.72
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pemerintah desa menghentikan untuk menanam sawit terlebih dahulu. Jika belum
ada kesepakatan dari masyarakat tentang hal itu tentu saja lahan tersebut tidak
bisa dilantukan. Banyak masyarakat merasa lahan yang ditanami sawit tersebut
tentu saja dapat merugikan mereka. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
71
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 72
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, pada 3
Maret 2021
55
didapatkan dari wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris
Desa Demang, sebagai berikut:
Masih dicari solusi yang disepakati bersama, jangan sampai ada yang
dirugikan initnya seperti itu. Kami terus berupaya untuk mensejahterkan
masyarakat dengan mengupayakan lahan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Masyarakat tersebut menolak dengan keras akan proyek lahan tesebut. Kami
pun kesulitan dalam menemukan solusi terbaik kalau tidak ada dukungan
dari masyaraka disini. Mereka ingin kami untuk menghentikan proyek
tersebut dengan bersi kerah dan kalau tidak kami akan didemo oleh mereka.
73
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan
bahwasanyamasih sulitnya menemukan titik terang dalam penyelesaiian masalah
lahan. Masyarakat terus menerus dengan proyek tersebut. Padahal pemerintah
menujukan itu semua demi kebaikan untuk masyarakat itu sendiri bukan untuk
kepentingan sepihak. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari
wawancara dengan dengan Bapak Herman selaku Kaur Pemerintahan Desa
Demang, sebagai berikut:
Status tanah tersebut adalah milik pemerintah desa. Semua orang juga sudah
tahu kalau tanah itu berjumlah 20 hektar, jadi sama-sama menjaga tanah
tersebut, ada bagusnya dimanfaatkna untuk peningkatan ekonomi
masyarakat, tetapi ada yang tidak setuju. Kita mengupayakan untuk tanaman
sawit tetap ada yang sudah tertanam, namun yang belum tidak kita ganggu
yang nantinya untuk ditanami padi seperti sedia kala. Kalau misalnya
ditebang semua tentu saja sayang dan dapat membuat rugi untuk desa,
potensi dari sawit tentu dapat meningkatkan perekonomian desa disini.
Masyarakat pun sangat sulit diajak kerja sama dalam hal ini. Mereka lebih
setuju jika lahan sawit yang telah tumbuh tersebut ditebang dan
dikembalikan menjadi lahan bercocok tanam lagi. 74
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
pemerintahkan terus berupaya untuk menpertahankan lahan yang ditanamin sawit
73
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021 74
Wawancara dengan dengan Bapak Herman selaku Kaur Pemerintahan Desa Demang,
pada 3 Maret 2021
56
tersebut. Kalau ditebang tentu saja akan rugi. Dilain pihak masyarakat tidak setuju
akan hal terus menolak agar lahan mereka dikembalikan menjadi seperti
sebelumnya. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari
wawancara dengan Bapak Alfian selaku tokoh masyarakat di Desa Demang,
sebagai berikut:
Kita meminta untuk menghentikan sementara, dan kita minta untuk
dilakukan penebangan dan pengemburan kembali. Kalau misalnya ditebang
kami bisa bercocok tanam lagi untuk menanam padi dan sayur-sayur
lainnya. disitu juga tempat kami bisa memenuhi bahan pokok kami untuk
mencari makan. Kami melakukan demo besar-besaran jika pemerintah desa
tidak mendengarkan saran kami. mereka harus mendengarkan saran kami
demi kesejahteraan bersama. 75
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masyarkat terus meminta haknya disini, mereka menginginkan pemerintah desa
unutk mengembalikan lahan mereka seperti dulu kala. Dimana lahan tersebu
adalah salah satu tempat mata pencaharian mereka dalam memenuhi kebutuhann
mereka. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, sebagai
berikut:
Solusi yang mereka tawarkan masih belum menemukan solusinya, kita
inginkan semuanya ditebang. Lahan tersebut menjadi tempat kami bercocok
tanam sejak dahulu, ini juga merupakan peninggalan kakek buyut agar
dijaga dengan baik. ini malah penjabat desa yang tamak dan serakah ingin
mengambil alih lahan tersebut demi kepentingan mereka pribadi. Solusi
yang mereka berikan tidak berpihak kepada masyarakat sepenuhnya. 76
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
masalah teruslah menjadi tidak selesai karena belum ditemukan solusi yang teoat
75
Wawancara dengan Bapak Alfian selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021 76
Wawancara dengan Bapak M Rawis selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
57
dalam mengatasinya. Lahan tersebut tentu saja sangat penting bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan tersebut diambil alih oleh perangkat desa
yang tamak dan serakah. Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan
dari wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa
Demang, sebagai berikut:
Kalau kita setuju untuk tidak ditembang, nanti akan timbul masalah baru,
tanaman sawit itu banyak makan air, dan tentu akan berpengaruh pada
tanaman padi yang ditanam. Sawit ini tentu saja dapat merusak kesuburan
dari tanah. Jika pun ditebang sawitnya tersebut belum tentu tanah itu subur
seperti dulu lagi, mungkin hasil dari bercocok tanam kami menjadi tidak
sebanyak dengan kami dapatkan dahulu. 77
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
mengenai lahan tersebut haruslah di tebang dan diselesaikan dengan cepat. Kalau
tidak hal tersebut bisa menjadi dampak buruk desa. Apalagi lahan yang ditanam
sawit tersebut tanahnya bisa menjadi rusak dan tidak subur lagi. Yang merasa
dirugikan disini tentu saja masyarakat.
3. Mediasi Ditengahi Pihak Kecamatan
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara
dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, sebagai berikut:
Kita melakukan mediasi lanjautan yang ditengahi oleh pihak kecamatan,
akhirnya mendapatkan solusi bahwa yang tetanam dijadikan asset desa dan
yang belum tertanam tidak diganggu sebagai lahan masyarakat untuk
bertani. Sosialisasi kepada masyarakat agar mereka mengerti kalau ditebang
merugikan kita semua, lahan tersebut adalah sumber dalam meningkatkan
kesejahteraan bagi sesama. Masyarakat masih belum percaya akan itu,
mereka mendemo kami supaya memberhentikan proyek lahan tersebut
untuk selamanya. Jadi kami pun tidak bisa berbuat apa-apa kalau memang
77
Wawancara dengan Bapak Darul Qutni selaku tokoh masyarakat di Desa Demang, 26
Februari 2021
58
masyarajat tidak setuju akan hal itu. Kita terus berupaya akan bisa
menyakinkan mereka dengan segala cara. 78
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan
bahwasanyasolusi masalah lahan tersebut tentu saja akan merugikan. Selain bisa
menuai hasil tersebut dan perekonomian bisa meningkat juga. Tetap saja dari
masyarakat tidak setuju akan hal itu. Penebangan harus tetap dilakukan agar bisa
mengembalikan lahan mereka supaya bisa bercocok tanam lagi. Peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan Bapak
Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, sebagai berikut:
Kita memberikan kesempatan siapapun untuk mencarikan jalan kesepakatan
bersama. Kami mengumpulkan orang tetua disini dan serta pegawai sara
untuk mendiskusikan tentang masalah ini. Kita berdiskusi dengan mereka
dengan memberikan tahu dampak dari penanaman sawit sangat memiliki
untung yang banyak bagi masyarakat didesa ini. Akan tetapi mereka pun
dengan kepala tegak tidak setuju dengan proyek lahan untuk ditumbuhkan
sawit tersebut. 79
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
kesepakatam haruslah dicari dalam menyelesaikan masalah ini. Mengumpulkan
orang yang memiliki pengaruh dalam penyelesaian masalah adalah hal yang
diutamakan. Dan tentu saja jawaban dari tetua disini tentu tetap tidak setuju
dengan apa yang dibuat oleh pemerintah desa. Dinilai dapat merugikan dari pihak
masyarakat dan harus dihentikan segera. Peneliti mendapatkan hasil penelitian
yang didapatkan dari wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Razi selaku
Sekretaris Desa Demang, sebagai berikut:
78
Wawancara dengan Bapak Baihaki, selaku Kaur Pembangunan Desa Demang, pada 3
Maret 2021 79
Wawancara dengan Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang, pada 23 Februari
2021
59
Kita melibatkan masyarakat untuk mencari jalan terbaik dalam penyelesaian
masalah ini, dan alhamdulilah sejauh ini kita hentikan penanaman. Pada
akhirnya kita mendengarkan perkataan dari masyarakat. Kami juga terbuka
dalam menemukan solusi yang terbaik bagi mereka, jika solusi tersebut
mengenai diberhentikan penanaman pada lahan tersebut adalah solusi yang
terbaik iya kami harus mendengarkan mereka dengan baik. kami tidak mau
gara-gara masalah lahan ini bisa menjadi petaka besar bagi desa kami.80
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
mengumpulkan seluruh masyarakat untuk melakukan musyawarah dengan
pemerintah demi mencari jalan keluar akan masalah ini. Solusi yang telah
ditemukan adalah memberhentikan menanam sawit dilahan tersebut dan
mengembalikan lahan tersebut seperti dahulu kala demi kesejahteraan bersama.
Peneliti mendapatkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dengan
dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang, sebagai berikut:
Dalam melakukan penyelesaian ini kmai juga melakukan sosialisasi bahwa
tanah itu milik bersama, tanah itu adalah asset desa kita, jadi untuk apa kita
ribut gara-gara tanah itu, sudah jelas kepemilikannya ada seporadiknya dan
diperuntukkan kesejahteraan bersama.81
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan bahwasanya
status tanah 20 hektar adalah tanah desa, yang mana kepemilikinnya atas nama
pemerintah desa dengan bukti seporadik yang ada di kantor pemerintah desa.
80
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021 81
Wawancara dengan dengan Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang, pada 3
Maret 2021
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penlitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor penyebab munculnya masalah sengketa lahan di Desa Demang,
diantarnaya; perbedaan antar perorangan (individu), perbedaan kebudayaan,
perbedaan kepentingan dan terjadinya perubahan sosial yang cepat.
2. Proses penyelesaian sengketa lahan sawit antara masyarakat dengan
pemerintah desa, diantarnaya; melakukan rapat bersama Ninik Mamak dan Tuo
Tengganai, di mana pemerintah desa melakukan musyawarah dengan ditengahi
kepala Ninik Mamak dan Tuo Tengganai desa agar dapat mendapatkan solusi,
menghentikan pengerjaan penanaman sawit, di mana didapati hasil rapat
dengan menghentikan penanaman kelapa sawit di tanah desa dan mediasi
ditengahi pihak kecamatan, di mana pihak camat ikut serta dalam melakuan
mediasi dan menemukan solusi untuk penghentian total penanaman dan yang
telah tertanam tidak dirusak sebagai asset desa.
B. Saran-Saran
Adapun beberapa saran dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Hendaknya pemerintah Desa Demang terus menjaga masyarakat agar tidak
terjadi konflik yang merugikan banyak orang, untuk itu seharusnya pemerintah
tidak gegabah dalam mengambil kebijakan yang sifatnya milik bersama.
2. Hendaknya pemerintah desa terus melakukan msuyawarah untuk mencari cara
terbaik dalam meningkatkan ekonomi masyarakat tanpa ada pihak yang
dirugikan
3. Hendaknya masyarakat lebih tenang dalam menyelesaikan konflik tanah desa
dan tidak mengambil langkah sendiri dan merusak fasilitas desa, sehingga
dapat merugikan masyarkat itu sendiri.
4. Hendaknya pemerintah Kecamatan yang betul-betul tidak berpihak kesalah
satu, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang adil dan bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi
Borni Kurniawan, desa Mandiri, desa Membangun, Jakarta: Kementerian desa,
pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia,
2015.
Cholid Narbuko dan Abdu Acmhmad, Metodologi Penelitian, Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2018.
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Kontemporer, Jakarta:
Kencana, 2010.
Kofi A. Annan, Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan untuk
Negosiator, Jakarta: AMEEPRO, 2000.
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Kontemporer, Jakarta:
Kencana, 2010.
Nur Aliyah, Manajemen konflik, Makassar: Alauddin University Press, 2015.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 1999.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta, 2020.
Syarifuddin Jurdi, Bahan Perkuliahan Tata Kelola Konflik Makassar: Alauddin
University Press. 2014.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), Jambi, Syariah Press,
2021.
Sudaryono, metodologi penelitian, Kuantitatif, Kualitatid dan Mix Method,
Depok: PT Grafindo Persada, 2018.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), Jambi, Syariah Press,
2012.
Simon Fisher, Manajeman Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak
Jakarta : British Council, 2000.
B. Karya Ilmiah, Skripsi/Jurnal
Fajriany Nur Isra, Skripsi, Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Alih
Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Pangkep, makasar . 2017.
Fatahurohman, “Konflik Ketidakadilan dan Perbedaan Indentitas,” jurnal konflik
masyarakat, 2008.
Fitriani, Riska, "Penyelesaian sengketa lahan hutan melalui proses mediasi di
Kabupaten Siak," Jurnal Ilmu Hukum 3.1 (2012).
Hendrik Risman, “Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat Dalam
Menyelesaikan Konflik Tapal Batas Antar Kampung Di Daerah Kabupaten
Kutai Barat (Konflik Kampung Muhur Dan Kampung Kaliq)”, (Jurusan
Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman, 2015.
Kurniawan, Dedi, and Abdul Syani, "Faktor penyebab, dampak dan strategi
penyelesaian konflik antar warga di Kecamatan Way Panji Kabupaten
Lampung Selatan." Jurnal Sosiologi 15.1 (2012.
Majelis Permusyaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB XIV Perekonomian Nasional
dan Kesejahteraan Sosial, Pasal 33 ayat 3.
Ningrum, Herlina Ratna Sambawa, "Analisis hukum sistem penyelesaian sengketa
atas tanah berbasis keadilan," Jurnal Pembaharuan Hukum 1.2 2014.
Sufriadi, Yanto, "Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum (Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
di Bengkulu)," Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 18.1 (2011):
Sufriadi, Yanto, "Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum (Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
di Bengkulu)," Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 18.1 (2011).
Suherman, Ansar, and Arief Sirajuddin. "Kearifan Lokal Sebagai Basis
Komunikasi Pemerintah Dalam Penyelesaian Konflik Sosial Dan
Komunal." DIALEKTIKA: Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial 3.2 (2018.
Raja, Nur Azizah, "Analisis Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelesaian
Konflik Agraria (Studi Kasus Konflik Antara PT. PP. London Sumatra
dengan Masyarakat di Kabupaten Bulukumba)." Government: Jurnal Ilmu
Pemerintahan 12.1 (2019.
Triadiyatma, Arizal, Model penyelesaian konflik nelayan berbasis kearifan lokal
sebagai modal sosial di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Diss.
Universitas Airlangga, 2016.
Lampiran I :
Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Tahun 2020-2021
September
-Desember
Januari-
Februari
Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul x x
2. Pembuatan Proposal x
3. Perbaikan Proposal dan
Seminar
x x x x
4. Surat Izin Riset x x x
5. Pengumpulan Data x x x
6. Pengolahan dan Analisis
Data
x x x x x x
7. Pembuatan Laporan x x x x
8. Bimbingan dan
Perbaikan
x x x x
9. Agenda dan Ujian
Skripsi
x x x
10. Perbaikan dan Penjilidan x x x x x
Lampiran II :
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan/Pekerjaan Ket
1. Bapak Nasrullah Kepala Desa Aktif
2. Bapak Fahrur Razi Sekretaris Desa Aktif
3. Bapak Baihaki Kaur Pembangunan Aktif
4. Bapak M Rawis Tokoh Masyarakat Aktif
5. Bapak Sargawi Tokoh Masyarakat Aktif
6. Bapak Darul Qutni Tokoh Masyarakat Aktif
7. Bapak Salbawi Tokoh Masyarakat Aktif
8. Bapak Alfian Tokoh Masyarakat Aktif
Lampiran III :
DOKUMENTASI
Kondisi Lahan Yang Telah Ditanami Sawit
Kondisi Lahan Yang Telah Ditanami Sawit
Kondisi Lahan Yang Belum Digarap Untuk Ditanami Sawit
Poto bersama Bapak Nasrullah selaku Kepala Desa Demang
Poto bersama Bapak Baihaki selaku Kaur Pembangunan Desa Demang
Poto bersama Bapak Fahrur Razi selaku Sekretaris Desa Demang
Poto bersama Bapak Salbawi tokoh Masyarakat Desa Demang
Poto bersama Bapak Sargawi selaku tokoh Masyarakat Desa Demang
Poto bersama Bapak M. Rawis selaku tokoh Masyarakat Desa Demang
Poto bersama Bapak Alfian selaku tokoh Masyarakat Desa Demang
Poto bersama Bapak Darul Qutni selaku tokoh Masyarakat Desa Demang
Daftar absesi kehadiran antara pemerintah desa dan masyarakat
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Aldo Nopal Anroni
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Kp. Pondok, 09 November 1998
Alamat : RT 03 Dusun Kampung Pondok Desa Demang
Kec.Limun Kab.Sarolangun
No. Telp/HP : 082282157689
Nama Ayah : Syamsirudin
Nama Ibu : Turniasih
B. Riwayat Pendidikan
SD/ MI, Tahun Lulus : SD Negeri 53/VII Panca Karya I Tahun 2011
SMP/ MTS : SMP Negeri 24 Sarolangun Tahun 2014
SMA/ MA, Tahun Lulus : SMK Negeri 1 Sarolangun Tahun 2017
UIN STS JAMBI : Sedang Berlangsung