PK ECCE

20
I. JUDUL Pemeriksaan Darah Rutin II. TUJUAN 1. mengetahui macam pemeriksaan darah rutin. 2. Mengetahui cara pemeriksaan Hb dengan metode Hb Sahli. III. DASAR TEORI 1. Sampling darah Macam bahan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Misal darah vena untuk pemeriksaan darah rutin, darah kapiler untuk pemeriksaan Hb dan Gula Darah. Tempat pengambilan di semua vena superficialis biasanya vena mediana cubiti. Zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Ada macam-macam cara yang digunakan: 1. Dengan memakai antikoagulansia 2. Dengan memperoleh darah defebrilasi 3. Dengan menggunakan alat-alat yang dilapisi silicon (dengan alat ini pembekuan diperlambat). Macam-macam antikoagulansia antara lain: a. EDTA (Ethylen Diamine tetra acetic acid) EDTA dipakai dalam bentuk garam natrium atau kaliumnya, bersifat sedikit toksik, dipakai untuk hematology rutin, takaran yang diperlukan adalah 1

description

hju

Transcript of PK ECCE

Page 1: PK ECCE

I. JUDUL

Pemeriksaan Darah Rutin

II. TUJUAN

1. mengetahui macam pemeriksaan darah rutin.

2. Mengetahui cara pemeriksaan Hb dengan metode Hb Sahli.

III. DASAR TEORI

1. Sampling darah

Macam bahan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan

dilakukan. Misal darah vena untuk pemeriksaan darah rutin, darah kapiler untuk

pemeriksaan Hb dan Gula Darah.

Tempat pengambilan di semua vena superficialis biasanya vena mediana

cubiti. Zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Ada macam-macam cara

yang digunakan:

1. Dengan memakai antikoagulansia

2. Dengan memperoleh darah defebrilasi

3. Dengan menggunakan alat-alat yang dilapisi silicon (dengan

alat ini pembekuan diperlambat).

Macam-macam antikoagulansia antara lain:

a. EDTA (Ethylen Diamine tetra acetic acid)

EDTA dipakai dalam bentuk garam natrium atau kaliumnya, bersifat

sedikit toksik, dipakai untuk hematology rutin, takaran yang diperlukan adalah

1 mg/mldarah, bila dosis lebih dari 2 mg/ml darah akan menyebabkan:

1. Sel darah merah degenerasi

2. Hematokrit menurun

3. MCV menurun

4. MCHC meningkat

5. Trombosit false meningkat

b. Heparin

Takaran menurut Dacie: 12,5 - 17,5 IU/mL darah. Menurut Kosasih: 1,0 mg /

10 mL darah. Tidak dapat digunakan untuk darah apus yang menggunakan cat

Romanowsky.

Page 2: PK ECCE

c. Tri sodium sitrat

Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 = 3,13 %. Takaran = 9 volume

darah : 1 volume anti koagulan. Tri sodium sitrat digunakan untuk studi

koagulasi.

d. Natrium sitrat

Bersifat tidak toksik, maka dapat dicampur dalam spuit saat pengambilan

darah, untuk studi koagulasi dipakai perbandingan darah dengan anti koagulan

1:9, LED dipakai darah dan antikoagulan 4:1, dapat digunakan untuk

pemeriksaan :LED, studi koagulasi, dan transfuse.

e. Double oksalat

Bersifat toksik, digunakan dalam bentuk kering, dengan takaran : 2 mg / mL

darah, mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisa.

f. Natrium fluoride

Digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah, anti koagulan ini dapat

mencegah glukolisis, takaran pemakaian 10 mg / mL darah.

g. ACD (acid citrate dextrose)

takaran pakai tiap 1 mL untuk 4 mL darah

2. Hb Sahli

Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan metode:

1. Kolorimetri visual

a. Tallquis

b. Spencer

c. Haden Housser

d. Sahli

2) Kolorimetrik / fotoelektrik

Page 3: PK ECCE

Prinsip metode Sahli ialah mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi

akibat perubahan Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N

(tidak semua Hb terukur).

Nilai rujukan menurut Dacie:

Dewasa laki-laki : 12,5 – 18,0 gr%

Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr%

Bayi < 3 bulan : 13,5 – 19,5 gr%

Bayi > 3 bulan : 9,5 – 13,5 gr%

Umur 1 tahun : 10,5 – 13,5 gr%

Umur 3-6 tahun : 12,0 – 14,0 gr%

Umur 10-12 tahun : 11,5 – 14,5 gr%

Cara Sahli kurang teliti jika dibandingkan dengan cara

cyanmethhemoglobin tetapi masih jauh lebih baik daripada Tallquis yang

menggunakan kertas dan dicocokkan dengan kertas standart. Kesalahan yang

terjadi diperkirakan sebesar 10%. Kesalahan yang terjadi akibat:

1. Keadaan alat: volume pipet tidak tepat, warna tabung sudah pucat.

2. Pemeriksa: ketajaman mata seseorang berbeda-beda, intensitas sinar yang

kurang, terdapat gelembung udara, darah pada ujung pipet tidak dihapus,

waktu tidak tepat satu menit sehingga asam hematin belum sempurna

terbentuk.

3. Reagensia: HCl 0,1%

Bila menggunakan darah kapiler kemungkinan akan memberikan hasil

yang lebih rendah bila dipijit-pijit pada waktu pengeluaran darah setelah

penusukan.

Gula darah

Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi

sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan

sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi

dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.

Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan diubah menjadi lemak yang terjadi di hati.

Lemak kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam

jumlah tidak terbatas.(Ganong-2003)

Secara umum glukosa didapat dari makanan sehari-hari (post prandial) atau

dapat pula dari glikogenilisis dan glukoneogenesis (keadaan puasa). Glukosa akan

Page 4: PK ECCE

dimetabolisme melalui oksidasi, dan disimpan dalam bentuk glikogen atau lemak.

(Pantjita-2004)

Proses yang pertama adalah glikolisis yaitu proses pengubahan glukosa

dengan bantuan berbagai macam enzim dan menghasilkan asam piruvat. Glikolisis

dapat terjadi apabila otot berkontraksi karena digunakan untuk bekerja. Asam piruvat

yang terbentuk dari proses glikolisis akan mengalami siklus asam sitrat (daur Krebs)

yaitu serangkaian reaksi kimia dalam mitokondria yang mengubah asam piruvat

menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi dalam bentuk ATP. Apabila jumlah asam

piruvat yang terbentuk berlebihan, maka akan akan direduksi menjadi asam laktat

dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Asam laktat akan dibawa oleh darah ke

hati dan diubah menjadi glukosa kembali melalui proses glukoneogenesis. Jumlah

glukosa yang terlalu berlebihan akan disimpan dengan jalan mengubah glukosa

menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot melalui proses glikogenesis.(Poedjiadi-

1994)

Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya

berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa dalam keadaan puasa ataupun

post prandial diatur oleh interaksi antara insulin dan glukagon. Insulin merangsang

peyimpanan nutrisi melalui glikogenesis, lipogenesis dan sintesa protein. Sebaliknya

glukagon berfungsi untuk mencegah hipoglikemia dengan merangsang proses

glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pencegahaan hipoglikemia pada keadaan pusa

sangat penting karena glukosa berperan penting sebagai sumber energi untuk system

saraf sentral, dan ketidak mampuan system saraf sentra untuk berfungsi dengan baik

akan terjadi bila kadar glukosa < 40 mg/dl. Sebaliknya pencegahan hiperglikemia juga

penting untuk menghindari kehilangan kalori karena glikosuria, bila kadarnya > 180

mg/dl (nilai ambang ginjal). (Murray-2000)

Kadar gula darah biasanya naik hingga 120-140 mg/dL selama jam 30 atau

satu jam sesudah makan, tetapi system umpan balik yang mengatur kadar glukosa

darah dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke nilai kontrolnya, biasanya

terjadi 2 jam sesudah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Pada waktu kelaparan fungsi

glukoneogenesis dari hati menyediakan glukosa yang dibutuhkan untuk

mempertahankan kadar glukosa darah sewaktu puasa. (Oswari-2006). Menurut

kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006,

seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126

mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.

Page 5: PK ECCE

Untuk pasien diabetes yang stabil, pemerksaan urin merupakan surveillance

yang sangat memuaskan, baik terapi diet, obat hipoglikemik oral, atau insulin. 

Namun, harus diketahui bahwa konsentrasi glukosa urin mencerminkan kadar glukosa

sebelumnya dan mungkin secara akurat menunjukkan perubahan akut dalam

pengaturan glukosa.

I. Cara Kerja

Percobaan 1 : Finger prick

Lokasi : salah satu bagian volar jari tangan

Prosedur :

a. operator mencuci tangannya sebelum melakukan tindakan

b. ujung distal jari tangan yang akan diambil darahnya di pijat-pijat dengan arah dari

proksimal ke distal sehingga tampak ujung distal jari kemerahan penuh dengan

darah

c. bersihkan ujung distal jari yang akan ditusuk dengan kapas dibasahi larutan

antiseptik.

d. Tusukkan lokasi yang sudah diberikan tersebut dengan ujung jarum steril secara

cepat.darah yang keluar segera ditampung atau diteteskan pada alat pembaca gula

darah digital.

e. Lokasi penusukan jarum segera ditekan dengan kasa steril dibasahi larutan

antiseptik selama kira-kira 1 menit.

f. Pastikan darah tidak keluar lagi dari lokasi penusukan jarum.

Page 6: PK ECCE

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

a. Kapas

b. Obyek glass

c. Cawan petri

d. Botol penampung

e. Karet penghisap

f. Hemometer Sahli

Page 7: PK ECCE

g. Batang pengaduk

h. Mikroskop

i. Alat periksa gula darah

Bahan :

1. Spesimen darah vena kapiler

2. Larutan HCl 0,1 N

3. Aquades

4. Metilen 90%

5. Larutan giemsa

PEMERIKSAAN KADAR HB (metode Sahli)

Cara kerja :

1. Tabung pengencer diisi dgn HCl 0,1N sampai angka 2

2. Darah dihisap dgn pipet Hb sampai angka 20 cmm à hapus ujungnya à

masukan dlm tabung pengencer à campur dgn HCl

3. Didiamkan 1 menit

4. + aquades à diaduk à dibandingkan dgn warna larutan standar

5. Skala dibaca di tempat terang.

V. HASIL

Nama probandus : Dewi silviani

Umur probandus : 20 tahun

Jenis kelamin probandus : Perempuan

1. Pemeriksaan Hb Sahli

Kadar Hb probandus = 8,5 gr% à rendah (anemia)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum Patologi Klinik kali ini dilakukan berbagai macam

pemeriksaan dengan menggunakan bahan utama berupa sampel darah. Pemeriksaan

darah atau biasa disebut dengan pemeriksaan hematologi digunakan untuk berbagai

kepentingan medis, salah satunya adalah untuk membantu menegakkan diagnosis.

Page 8: PK ECCE

Kejadian suatu penyakit dapat diidentifikasi dengan adanya hasil pemeriksaan

hematologi yang abnormal. Pemeriksaan hematologi dibagi menjadi pemeriksaan

hematologi rutin dan pemeriksaan lanjutan. Hasil dari pemeriksaan darah rutin dapat

dijadikan pedoman untuk pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan darah rutin atau pemeriksaan hematologi rutin meliputi :

1. Hemoglobin

2. Gula darah

Dalam praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan hemoglobin dengan metode

Sahli. Sebelum pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilakukan terlebih dahulu

dilakukan sampling darah kapiler. Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan

metode Sahli adalah pemeriksaan hemoglobin dengan cara yang paling sederhana.

Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan metode Sahli ini menggunakan

prinsip : “Kadar Hb ditentukan berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada

perubahan Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N”. Pemeriksaan

Hb dengan metode ini hasilnya kurang akurat.

Kurang akuratnya hasil yang didapatkan tersebut disebabkan oleh :

1. Volume pemipetan yang tidak tepat

2. Warna tabung standart yang sudah pucat atau pudar

3. Ketajaman mata tiap orang (sebagai pemeriksa) yang berbeda-beda.

4. Intensitas sinar di ruang pemeriksaan yang kurang

5. Terdapat gelembung udara

6. Darah pada ujung pipet tidak dihapus

7. Waktu yang tidak tepat satu menit sehingga asam hematin belum

sempurna terbentuk.

Dari hasil praktikum didapatkan kadar Hb probandus sebesar 8,5 gr%. Kadar

Hb probandus tersebut dapat disimpulkan sebagai kadar Hb rendah dan probandus

dapat dikatakan anemia. Anemia adalah suatu penyakit yang dikarenakan adanya

gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang , kehilangan jumlah darah merah

(eritrosit) secara kebutuhan fisiologis atau kecelakaan, dan hemolisis (penghancuran

eritrosit) belum waktunya. Hal ini sangat berkaitan dengan keadaan probandus ada

saat praktikum berlangsung, yaitu sedang masa menstruai, sehingga asupan darah

pada tubuh berkurang dan terjadi anemia. Sedangkan nilai normal untuk wanita

dewasa adalah sekitar 11,5-16,5 gr%.

Page 9: PK ECCE

Kadar hemoglobin normal bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin, dan

geografi (tinggi rendahnya daerah). Pada daerah tinggi terdapat lebih sedikit O2,

sehingga jumlah eritrosit pun meninggi, sehingga kadar hemoglobin pun meninggi.

Pada daerah yang berlawanan terjadi sebaliknya. Penurunan kadar hemoglobin

menurun secara fisiolgis pada keadaan hamil, dan penurun patologis pada thalasemia,

hemoglobinopathi, anemia kurang besi, perdarahan akut, perdarahan kronis, anemia

sideroblastik, infeksi kronis, dan leukimia. Peningkatan kadar hemoglobin terjadi

pada polisitemia dan dehidrasi. Sintesis Hemoglobin dimulai dengan Suksinat

(sebagai Suksinil Ko-A) dan glisin bergabung di dalam organ hemopoetik membentuk

asam α-amino β-ketoadipat dan kemudian asam δ-amino levulinat dihasilkan di

bawah pengaruh ALA sintase yang merupakan enzim pengatur kecepatan bagi

keseluruhan sintesa hemoglobin. Dua molekul ALA berkondensasi menjadi

porfobilinogen, monopirol pengganti dan empat molekul porfobiblinogen

berkondensasi (menggunakan uroprofirinogen I sintase dan uroporfirinogen III

kosintase) membentuk komponen isomer terapitol (porfirin) siklik., uroporfirinogen

seri 1 dan seri 3. uroporfirinogen 1 merupakan prekursor porfirin lain.

Uroporfirinogen III dikonversi menjadi koproporfirinogen selanjutnya menjadi

protoporfirinogen IX yang menchelasi ion ferro untuk membentuk hem. Tiap empat

hem bergabung dengan satu molekul globin menjadi hemglobin.

Pada pemriksaan gula darh hasil pemeriksaannya adalah .......... pada saat

pemerikaan pasien dalam keadaan puasa. Standar GDP adalah 110-125.

Page 10: PK ECCE

Aplikasi klinis

1. Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat6.

Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi,

poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi

(tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah

penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.

Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL)

 Bukan

Diabetes

Pra

DiabetesDiabetes

Puasa < 110 110-125 > 126

Sewaktu < 110 110-199 > 200

Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes

ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Hal ini untuk

mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil.

Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula

darah puasa. Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung

sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa. Pada

penderita diabetes, konsetrasi glukosa darah puasa hampir selalu di atas 126 mg/dl.

Glukosa darah gagal untuk turun dibawah kadar kontrol. Gagalnya glukosa turun di

bawah kadar kontrol menunjukkan bahwa peningkatan normal sekresi insulin setelah

makan glukosa tidak terjadi pada penderita diabetes melitus.

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk

mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon

yang tepat terhadap insulin.

Ada 2 tipe Diabetes Mellitus, yaitu:

1. Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)

2. Diabettes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM)

Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 2

Penderita menghasilkan sedikit insulin Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang

Page 11: PK ECCE

atau sama sekali tidak menghasilkan

insulin

kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi

tubuh membentuk kekebalan terhadap

efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin

relatif

Umumnya terjadi sebelum usia 30

tahun, yaitu anak-anak dan remaja.

Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa,

tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun

Para ilmuwan percaya bahwa faktor

lingkungan (berupa infeksi virus atau

faktor gizi pada masa kanak-kanak

atau dewasa awal) menyebabkan

sistem kekebalan menghancurkan sel

penghasil insulin di pankreas. Untuk

terjadinya hal ini diperlukan

kecenderungan genetik.

Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah

obesitas dimana sekitar 80-90% penderita

mengalami obesitas.

90% sel penghasil insulin (sel beta)

mengalami kerusakan permanen.

Terjadi kekurangan insulin yang berat

dan penderita harus mendapatkan

suntikan insulin secara teratur

Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung

diturunkan secara genetik dalam keluarga

Penyebab diabetes lainnya adalah:

Kadar kortikosteroid yang tinggi

Kehamilan (diabetes gestasional)

Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.

Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang

tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan

dikeluarkan melalui air kemih.

Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk

mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air

kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah

Page 12: PK ECCE

yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan

sehingga banyak minum (polidipsi).

Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami

penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali

merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan

berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga.

Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka

terhadap infeksi.

Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 2

Timbul tiba-tiba. Tidak ada gejala selama beberapa

tahun. Jika insulin berkurang semakin

parah maka sering berkemih dan

sering merasa haus.

Berkembang dengan cepat ke

dalam suatu keadaan yang

disebut dengan ketoasidosis

diabetikum.

Jarang terjadi ketoasidosis.

a. Diabetes tipe 1

Pada penderita diabetes tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan

ketoasidosis diabetikum. Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi tetapi sebagian

besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini mengambil

energi dari sumber yang lain.

Sumber untuk energi dapat berasal dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan

menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan

darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah

rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut

(terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh

berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.

Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan,

ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya

beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1

Page 13: PK ECCE

bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin

atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.

b. Diabetes tipe 2

Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama

beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang

berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.

Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya

terjadi akibat infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi

berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu

keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.

Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan

pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur

Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati

dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka

dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan

insulin.

1. Obat hipoglikemik oral

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara

adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.

Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini

menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh

pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.

Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi

meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan

cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.

2. Terapi Sulih Insulin

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus

diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui

suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan

per-oral (ditelan). (Slamet-2001)

Page 14: PK ECCE