Proposal Asli Revisi 17-5

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) adalah tumbuhan tropis dan subtropis dari famili Euphorbiaceae yang terkenal sebagai sumber utama karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.Ubi kayu dikatakan berasal dari bagian tropisAmerika Selatan, namun sekarang telah menyebar hampir di semua kawasan tropis seluruh dunia.Ubi kayu atau singkongmerupakan salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan (Sinurat, 2011). Mineral sebagai salah satu nutrisi yang terkandung dalam ubi kayu sangat diperlukan bagi proses metabolisme dalam tubuh. Besi sebagai salah satu unsur mineral mikro esensial yang terdapat dalam ubi kayu berperan dalam 1

description

analisis fe

Transcript of Proposal Asli Revisi 17-5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangUbi kayu (Manihot Esculenta Crantz) adalah tumbuhan tropis dan subtropis dari famili Euphorbiaceae yang terkenal sebagai sumber utama karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.Ubi kayu dikatakan berasal dari bagian tropisAmerika Selatan, namun sekarang telah menyebar hampir di semua kawasan tropis seluruh dunia.Ubi kayu atau singkongmerupakan salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan (Sinurat, 2011).Mineral sebagai salah satu nutrisi yang terkandung dalam ubi kayu sangat diperlukan bagi proses metabolisme dalam tubuh. Besi sebagai salah satu unsur mineral mikro esensial yang terdapat dalam ubi kayu berperan dalam transfer oksigen dari paru-paru ke jaringan serta terlibat dalam pemindahan atau transfer elektron.Kebutuhan zat besi pada tubuh pria dewasa adalah 40 - 50 mg zat besi/kg berat badan. Bagi tubuh wanita dewasa adalah 35- 50 mg/kg berat badan. Gejala defisiensi Fe adalah anemia, hipokrornik, dan normositik. Sedangkan kelebihan Fe dapat menyebabkan kondisi tubuh melemah, terjadi kerusakan hati, jantung, pankreas, dan kemungkinan kerusakan pada organ tubuh lain (Sinurat, 2011).

Metode yang dapat digunakan untuk analisa kuantitatif besi adalah Spektrofotometri UV-VIS dan AAS. Penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS karena ketersediaan alat di laboratorium.1.2. Rumusan Masalah

Ubi kayu merupakan salah satu alternatif makanan pokok di negara Indonesia. Kebutuhan industri yang menggunakan ubi kayu cukup banyak, salah satunya dalam bentuk makanan.Ubi kayu sangat mudah tumbuh dan dikembangbiakkan salah satunya dengan cara stek batang. Salah satu tempat penanaman ubi kayu di kampus FMIPA ini yaitu kebun di depan Laboratorium Fisika Bumi/Kebumian.Ubi kayu dikebun tersebut diduga mengandungzat besi (Fe) lebih banyak karena pertumbuhan ubi kayu tersebut hidup di tepi jalan yangh sering dilalui oleh kendaraan bermotor. Kondisi lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kandungan yang ada di dalam ubi kayu. Oleh karena itu, untuk menganalisa kandungan zat besi dalam ubi kayu dilakukan penelitian ini dengan menggunakan metode analisa spektrofotometri UV-VIS.1.3. Tujuan PenelitianMenentukan kadar total zat besi(Fe) pada ubi kayu yang diambil di kebun depan Laboratorium Fisika Bumi/Kebumian FMIPA UR menggunakan metode analisa spektrofotometri UV-VIS.1.4.Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilakukan dari 17 April 2014 sampai dengan 02 Mei 2014 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau-Pekanbaru.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) atau singkong adalah salah satu umbi-umbian yang berasal dari Brasil (Amerika Selatan). Ubi kayu merupakan tanaman multiguna yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, makanan ternak, dan sebagai bahan baku berbagai macam industri. Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang cukup luas, baik terhadap kondisi iklim yang kurang baik, maupun lahan yang tidak subur, sehingga menjadi tanaman yang cukup penting di negara tropis. Budidaya tanaman ubi kayu di Indonesia sudah cukup maju dan berkembang. Budidaya tanaman ubi kayu secara tradisional dapat menghasilkan 8-9 ton/ha, dengan sistem tumpang sari menghasilkan 22-24 ton/ha.Tanaman ubi kayu sebenarnya bukan termasuk tanaman musiman, sehingga dapat dipanen kapan saja jika umur tanamnya sudah mencukupi, yaitu + 9 bulan.Klasifikasi singkong:

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super DiVISi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

DiVISi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: EuphorbiaceaeGenus

: ManihotUbi kayu mengandung dua jenis unsur, yaitu unsur gizi yang bermanfaat bagi kesehatan dan unsur pengganggu HCN (Asam Sianida) yang bersifat racun dan mempengaruhi rasa ubi kayu.Kadar unsur gizi yang terkandung di dalam ubi kayu sangat kecil, sehingga kurang memenuhi syarat jika dimanfaatkan sebagai makanan pokok pengganti. Komposisi kimiaubi kayu segar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Ubi Kayu Segar (per 100 gram bahan)

No.Nama UnsurKadar Gizi/ 100 g Bahan

1.Energi146 kal

2.Karbohidrat34.7 g

3.Protein1.2 g

4.Lemak0.3 g

5.Mineral1.3 g

6.Zat besi0.0007 mg

7.Kalsium0.003 mg

8.Fosfor0.004 mg

9.Vitamin C0.003 mg

10.Vitamin B0.006 mg

11.Air62.5 g

(Suprapti, 2005).Ubi kayu memiliki kandungan pati yang cukup tinggi yaitu rata-rata 28.5%. Oleh karena kandungan patinya yang cukup tinggi, ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan baku pembuat etanol (Suprapti, 2005).2.2.Zat Besi (Fe)Nama lain dari zat besi adalah ferrum atau Fe. Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh.Kebutuhan zat besi pada tubuh pria dewasa adalah 40 - 50 mg zat besi/kg berat badan. Bagi tubuh wanita dewasa adalah 35-50 mg/kg berat badan. Zat besi diperlukan dalam proses pembentukan sel darahmerah yaitu hemoglobin, yang berfungsimembawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Kekuranganzat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yangdikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah(Sediaoetama, 2006). 2.2.1.Manfaat zat besi (Fe) Dalam sistem peredaran darah, dengan kadar tertentu besi berada dalam sel darah merah (Erythrocyte) dan bertugas untuk mengikat Oksigen (O2) yang sangat penting bagi proses pembakaran yang terjadi dalam sel-sel tubuh.a. Fungsi zat besi:Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan menghilangkan racun dari tubuh.

b. Efek jika kekurangan: anemia, hipokrornik, dan normositik.

c. Efek jika kelebihan:Zat besi dapat mencegah penyerapanobat.Sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan jika sedang mengkonsumsi suatu obat agar khasiat obat tidak terbuang percuma.Zat besi yang berlebih dapat menyebabkan pembengkakan pada hati dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat tembaga (Arifin, 2007).2.2.2.Pengaruh besi (Fe) terhadap kesehatan manusiaSenyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air.Tetapi zat besi yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan.Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe(Arifin, 2007)..

Pada hemokromatesis primer besi yang diserap dan disimpan dalam jumlah yang berlebihan di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan pankreas sehingga menimbulkan diabetes.Hemokromatis sekunder terjadi karena transfusi yang berulang-ulang.Dalam keadaan ini besi masuk ke dalam tubuh sebagai hemoglobin dari darah yang ditransfusikan dan kelebihan besi ini tidak disekresikan.

Zat besi (Fe) merupakan suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh meskipun sukar diserap (10-15%).Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin yaitu sekitar 75%, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh(Parulian, 2009).

Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam hitaman, sakit kepala, gagal hati, hepatitis, mudah emosi, hiperaktif, hipertensi, infeksi, insomnia, sakit liver, masalah mental, rasa logam di mulut, myasthenia graVIS, nausea, nevi, mudah gelisah dan iritasi, parkinson, rematik, sikoprenia, sariawan perut, sickle-cell anemia, keras kepala, strabismus, gangguan penyerapan vitamin dan mineral, serta hemokromatis(Parulian, 2009).2.3. Spektrofotometri UV-VIS2.3.1. Prinsip spektrofotometri UV VISPengukuruan absorbansi atau sinar transmitan dalam spektrofotometri UV-VIS digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spktrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan (Khopkar, 2002).Spektrofotometer UV-VIS adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometri UV-VIS adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet VISible untuk semua struktur elektronik tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan ( dan non bonding elektron (Khopkar, 2002).Spektrofotometer UV-VIS digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga sampel yang akan diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks. Analisis unsur berasal dari jaringan tanaman, hewan, manusia harus diubah dalam bentuk larutan, misalnya destruksi campuran asam (H2SO4+ HNO3 + HClO4) pada suhu tinggi.Pada larutan sampel dilakukan preparasi tahap berikutnya dengan pereaksi tertentu untuk memisahkan unsur satu dengan lainya (Beran, 1996).2.3.2. Komponen spektrofotometri UV VIS

Berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).

Gambar 1. Komponen spektroskopi UV VISSpektrfotometri UV-VIS memiliki instrumentasi yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu sumber radiasi, wadah sampel, monokromator, detektor, serta amplifier dan rekorder. Secara umum diagram instrumen UV-VIS, yaitu :a. Sumber radiasi, sumber radiasi yang biasa digunakan pada spektrofotometer UV-VIS adalah lampu wolfarm dan ada juga lampu tabung discas(discharge tube) hidrogen (atau deuterium).Kebaikan lampu wolfarm adalah energi radsiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan mendapatkan energi yang bervariasi. Untuk mengkompensasi hal ini maka dilakukan pengukuran transmitan larutan sampel selalu disertai larutan pembanding (Khopkar, 2002). Dibawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfarm itu tak memadai untuk spektrofotometer dan haruslah digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung discas (discharge tube) hidrogen (atau deuterium) yang digunakan kira-kira dari 175 ke 375 atau 400 nm. Bila suatu discas antara dua elektroda mengeksitasi pancaran cahaya oleh suatu sampel gas seperti hidrogen, akan diperoleh suatu karakteristik spektrum garis yang tak sinambung (diskontinu) dari gas itu, asal saja tekanannya relatif rendah. Dengan dinaikkannya tekanan hidrogen, garis-garis itu melebar dan akhirnya tumpang tindih sampai dipancarkannya spektrum yang berkesinambungan pada tekanan yang relatif tinggi (Underwood, 2002).b. Wadah sampel, wadah sampel yang digunakan disebut sel atau kuvet. Kuvet yang baik untuk spektrofotometri UV-VIS yaitu kuvet dari kuarsa yang dapat melewatkan radiasi daerah ultraviolet (< 350 nm). Sel yang baik tegak lurus terhadap arah sinar untuk meminimalkan pengaruh pantulan radiasi. Kuvet harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :

1) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.

2) Permukaannya secara optis harus benar-benar sejajar.

3) Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.

4) Tidak boleh rapuh.

5) Mempunyai bentuk (desain) yang sederhana.

Pada pengukuran di daerah UV dipakai kuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar tampak (VISible) (Sastrohamidjojo, 1991).c. Monokromator, monokromator digunakan untuk memsperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan yang diinginkanada dua tipe prisma, yaitu susunan Cornu dan susunan Littrow. Secara umum tipe Cornu menggunaan sudut 60, sedangkan tipe Littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus dengna arah sinar yang berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30(Khopkar, 2002).d. Detektor berfungsi untuk menangkap sinar yang merupakan sinar terusan dari larutan. Sifat-sifat detektor yang ideal, antara lain :

1) Kepekaan tinggi

2) Perbandingan sinyal dan noise tinggi

3) Punya respon tetap pada daerah panjang gelombang pengamatan.

4) Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

5) Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

e. Amplifier dan Rekorder berfungsi untuk memperkuat hasil pembacaan detektor tadi dalam hal panjang gelombang. Selanjutnya panjang gelombang tersebut di lanjutkan kerecorder untuk mengubah kedalam bentuk sinyal-sinyal listrik dalam bentuk spekrum (Sastrohamidjojo, 1991).Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer :

a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan melalui kuvet.Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.Instrumensingle-beamdapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal.instrumensingle-beam mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata.

Gambar 2. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)

b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)Gambar 3. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)

Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190-750 nm. Instrumendouble-beammempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan fotodetektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Krisnandi, 2002).BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat yang digunakan

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-VIS, lumpang dan alu, neraca analitik, labu takar 50 dan 100 mL, dan peralatan gelas lainnya.

3.1.2. Bahan yang digunakan

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu (Manihot esculenta crantz) yang diperoleh dari kebun di depan Laboratorium Fisika Bumi/Kebumian FMIPA UR, kertas saring Whatman No. 42, karbon aktif, asam klorida (HCl) pekat, FeCl3.6H2O, akuades, fenantrolin, hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl), ammonium asetat, asam asetat dan aluminium foil.

3.2. Persiapan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Sampel yang digunakan adalah sampel ubi kayu yang terdapat di kebun depan Laboratorium Fisika Bumi/Kebumian FMIPA UR. Ubi kayu yang diambil berusia sekitar 3-6 bulan. Sampel diambil dari tiga titik yaitu tiga pohon yang berbeda dan kemudian dikompositkan menjadi satu sampel.3.2.1. Penanganan sampel

Ubi kayu dikupas kulitnya dan dicuci dengan air lalu ditiriskan, kemudian sampel ubi kayu ditumbuk halus menggunakan lumpang dan alu yang terbuat dari keramik.3.3. Penentuan kadar Besi (Fe) dengan Metoda Fenantrolin (SNI 19-1127-1989)

3.3.1. Ekstraksi sampel

Sebanyak 5,0031 gram sampel basah ditimbang dan dimasukkan ke dalam beaker gelas 250 mL. Sampel dilarutkan dengan 100 mL larutan (CH3COONH4) 1 N dan diaduk selama 30 menit dengan batang pengaduk. Kemudian ditambahkan 0,5 gram karbon aktif kedalam sampel selama 2 hari dan disaring dengan kertas Whatman No. 42. Ekstrak siap dianalisis kandungan besinya.3.3.2. Penentuan panjang gelombang optimum

Sebanyak 17,5 mL larutan intermediet besi 12 ppm dipipet ke dalam Erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 25 mL akuades. Kemudian ditambahkan 2 mL HCl pekat dan 1 mL larutan hidroksilamin hidroklorida. Kemudian didiamkan selama 3-5 menit. Ditambahkan 10 mL buffer amonium asetat dan 2 mL larutan fenantrolin. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 480-540 nm tiap interval 5 nm dengan spektrofotometer UV-VIS. Kemudian dibuat grafik absorbansi terhadap panjang gelombang.3.3.3. Penentuan waktu kestabilan warna besi

Sebanyak 17,5 mL larutan intermediet besi 12 ppm dipipet ke dalam Erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 25 mL akuades. Ditambahkan 2 mL HCl pekat dan 1 mL larutan hidroksilamin hidroklorida. Lalu didiamkan selama 3-5 menit. Ditambahkan 10 mL buffer amonium asetat dan 2 mL larutan fenantrolin. Diukur absobansinya tiap interval 2 menit selama kurang lebih 40 menit (sampai didapatkan waktu kestabilan warna) pada panjang gelombang optimum 510 nm dengan spektrofotometer UV-VIS. Kemudian dibuat grafik absorbansi terhadap interval waktu3.3.4. Pembuatan kurva kalibrasi

Beberapa buah Erlenmeyer 100 mL masing-masing dimasukkan 0 mL (blanko) : 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; 2 mL; 2,5 mL larutan besi 5 ppm dan ditambahkan akuades 12,5 mL. Ditambahkan 2 mL HCl pekat dan 1 mL larutan hidroksilamin hidroklorida. Larutan didiamkan selama 3-5 menit. Ditambahkan 10 mL buffer amonium asetat dan 2 mL larutan fenantrolin. Diukur absorbansinya (sesuai waktu kestabilan warna dan panjang gelombang optimum) dengan spektrofotometer UV-VIS. Dibuat kurva kalibrasi antara absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar.

3.3.5. Penentuan kadar besi (Fe) dalam sampel

Sebanyak 12,5 mL filtrat dipipet ke dalam Erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan 1 mL HCl pekat dan 0,5 mL larutan hidroksilamin hidroklorida. Larutan didiamkan selama 3-5 menit. Ditambahkan 5 mL buffer amonium asetat dan 1 mL larutan fenantrolin. Diukur absorbansinya (sesuai waktu kestabilan warna dan panjang gelombang optimum) dengan spektrofotometer UV-VIS. Kadar besi dihitung dalam sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi yang sudah dibuat dalam satuan ppm.

3.4. Analisis Data

Hasil analisis kandungan logam Fe pada ubi kayu disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dibahas secara deskriptif. Pembahasan didasarkan kepada referensi yang ada dan dengan hasil-hasil penelitian yang mendukung.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil4.1.1 Data pengamatana. Penentuan panjang gelombang optimum

Berikut merupakan data absorbansi yang diperoleh pada larutan standar Fe dengan konsentrasi 12 ppm setelah diukur menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Tabel 3.1 Penentuan panjang gelombang optimum

Panjang Gelombang (nm)Absorbansi (A)

4800.583

4850.584

4900.585

4950.598

5000.602

5050.663

510*0.667

5150.598

5200.58

5250.539

5300.489

5350.428

5400.366

Keterangan :510* : Panjang gelombang optimum untuk larutan standar Fe 12 ppm

Gambar 3.1 Grafik penentuan panjang gelombang optimum b. Penentuan waktu kestabilan warnaBerikut merupakan data absorbansi yang diperoleh dari pengukuran larutan standar Fe dengan konsentrasi 12 ppm pada panjang gelombang 510 nm dengan waktu 1-30 menit.Tabel 3.2 Penentuan waktu kestabilan warna pada = 510 nmWaktu (menit)Absorbansi (A)

Gambar 3.2 Grafik penentuan waktu kestabilan warnac. Penentuan kurva kalibrasi

Berikut merupakan data absorbansi yang diperoleh dari pengukuran larutan standar Fe dengan konsentrasi 0 (blanko); 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ppm pada = 510 nm.Tabel 3.3 Penentuan kurva kalibrasiKonsentrasi (ppm)Absorbansi (A)

00

0,10,09

0,20,202

0,30,295

0,40,366

0,50,373

Gambar 3.3 Grafik penentuan kurva kalibrasid. Penentuan absorbansi sampelSampel yang digunakan adalah sampel ubi kayu yang terdapat di kebun depan Laboratorium Fisika Bumi/Kebumian FMIPA UR dan data absorbansi dari sampel disajikan dalam table berikut.Tabel 3.4 Pengukuran absorbansi sampel

Sampel Absorbansi (A)

Blanko

Sampel (ubi kayu)0

0,096

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kandungan zat besi (Fe) pada ubi kayu yang diambil di kebun depan Laboratorium Fisika Bumi/Kebumian FMIPA UR menggunakan metode analisa spektrofotometri UV-VIS adalah sebesar 0.9296 ppm.4.2 SaranDari penelitian yang telah dilakukan disarankan agar dapat menggunakan larutan standar yang lainnya seperti Ferro Ammonium Sulfat yang lebih mudah untuk mendapatkan panjang gelombang optimumnya.

DAFTAR PUSTAKAAhmad bin Jusoh. et.al.2005.Study on the Removal of Iron and Manganese in Groundwater by Granular Activated Carbon. Santa Margherita Italia: Elsevier.

Alaerts, G. dan Sri, S.S. 1987.MetodePenelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.Arifin. 2007.TinjauandanEvaluasi Proses Kimia (Koagulasi, Netralisasi, Desinfeksi)diinstalasiPengolahan Air MinumCikokol, Tangerang.Tangerang: PT. TirtaKencanaCahayaMandiri.Beran, J.A., 1996. Chemistry in The Laboratory. John Willey & Sons.Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI-Press.Krisnandi, I. 2002. Pengantar Analisis Instrumental.Bogor: Sekolah Menengah Analis Kimia.

Parulian, A. 2009. Monitoring dan Analisis kadar Aluminium (Al) dan Besi (Fe) pada Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Sunggal. Tesis.Medan : USU.Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.Sediaoetama, A. D. 2006.Ilmu Gizi Jilid 1 Cetakan Keenam. Jakarta: Balai Pustaka.Sinurat, T.S. 2011. Anemia Defesiensi Besi.Jurnal Universitas Wijaya Kusuma. 1(2):1-8

Suprapti, L. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya.Yogyakarta : Kanisius.Underwood dan Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.LAMPIRAN

1. Pembuatan Larutan

a. Pembuatan larutan standar besi

1) Pembuatan larutan standar besi 100 ppm

Sebanyak 0,4840 gram FeCl3.6H2O ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL aquades kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan sampai tanda batas dengan aquades lalu dihomogenkan.2) Pembuatan larutan standar besi 12 ppm

Larutan standar besi 100 ppm dipipet sebanyak 12 mL lalu diencerkan di dalam labu takar 100 mL sampai tanda batas dengan aquades lalu dihomogenkan.

3) Pembuatan larutan standar besi 10 ppm

Larutan standar besi 100 ppm dipipet sebanyak 10 mL lalu diencerkan di dalam labu takar 100 mL sampai tanda batas dengan aquades lalu dihomogenkan.

4) Pembuatan larutan standar besi 5 ppm

Larutan standar besi 10 ppm dipipet sebanyak 25 mL lalu diencerkan di dalam labu takar 50 mL sampai tanda batas dengan aquades lalu dihomogenkan.2. Pembuatan larutan Hidroksilamin Hidroklorida (NH2OH.HCl) 5%

Sebanyak 2,5 gram Hidroksilamin Hidroklorida ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades dalam beaker gelas dan diencerkan dalam labu takar 50 mL sampai tanda batas lalu dihomogenkan.

3. Pembuatan larutan buffer Amonium Asetat

Sebanyak 25 gram CH3COONH4 dilarutkan dengan 15 ml aquades kemudian ditambahkan 70 ml asam asetat glasial kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas lalu dihomogenkan.

4. Pembuatan larutan Fenantrolin 0,1%

Sebanyak 0,1 gram Fenantrolin dilarutkan dengan 10 mL aquades, setelah larut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian diencerkan sampai tanda batas dengan akuades lalu dihomogenkan. 5. Pembuatan larutan Amonium Asetat 1 N

Sebanyak 7,7082 gram Amonium Asetat (CH3COONH4) dilarutkan dengan 50 mL aquades, setelah larut dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Kemudian diencerkan sampai tanda batas dengan aquades lalu dihomogenkan.

6. Perhitungan kadar besi pada sampel dari persamaan regresi

Berat sampel basah= 5,0031 g

Volume sampel ekstraksi= 100 mL

Volume sampel cuplikan= 12,5 mL

Absorbansi sampel = 0,096Persamaan regresi (y) = 0,796x + 0,022Konsentrasi besi pada sampel diperoleh

y = 0,796x + 0,022

0,096= 0,796x + 0,022

0,096 0,022 = 0,796x

0,074=0,796x

x = 0,093 ppm atau 0,093 mg/LBerat besi (Fe) dalam 25 mL cuplikan :

Sehingga berat sampel dalam volume 100 mL :

Jadi kadar besi dalam sampel daun singkong:

Lampiran foto belum lia buat iiSementara ini dulu ya

Ie kemarin berapa yg ditimbang?

20

_1463223743.xlsChart1

0.583

0.584

0.585

0.598

0.602

0.663

0.667

0.598

0.58

0.539

0.489

0.428

0.366

Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi (A)

Sheet1

4800.583

4850.584

4900.585

4950.598

5000.602

5050.663

5100.667

5150.598

5200.58

5250.539

5300.489

5350.428

5400.366

Sheet1

Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi (A)