PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7
7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 1/7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada  pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut (Soepardi dkk.,2007). Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh Ig E. Menurut Goldman (2004) Rinitis adalah suatu keradangan dari lapisan mukosa hidung yang disebabkan mekanisme alergi atau non alergi. Pada orang yang mempunyai predisposisi genetik, paparan pada bahan tertentu dapat menimbulkan terbentuknya antibodi imunoglobulin E (IgE) terhadap alergen spesifik, kemudian terjadi reaksi imunologi yang merupakan tahap awal rinitis alergika. Rhinitis alergi (AR) merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensi dan dampaknya terhadap kehidupan social pasien, prestasi sekolah dan produktivitas kerja (Bousquet J,et.al.,2008) Disebutkan oleh ARIA (  Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) bahwa  prevalensi RA di dunia berkisar antara 10-25% dari jumlah populasi (AA Cruz,2007).

Transcript of PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

Page 1: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 1/7

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

 pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen yang sama serta

dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen

spesifik tersebut (Soepardi dkk.,2007). Definisi menurut WHO ARIA (Allergic

Rhinitis and Its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan

gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar

allergen yang diperantarai oleh Ig E.

Menurut Goldman (2004) Rinitis adalah suatu keradangan dari lapisan mukosa

hidung yang disebabkan mekanisme alergi atau non alergi. Pada orang yang

mempunyai predisposisi genetik, paparan pada bahan tertentu dapat menimbulkan

terbentuknya antibodi imunoglobulin E (IgE) terhadap alergen spesifik, kemudian

terjadi reaksi imunologi yang merupakan tahap awal rinitis alergika. Rhinitis alergi

(AR) merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensi dan dampaknya

terhadap kehidupan social pasien, prestasi sekolah dan produktivitas kerja (Bousquet

J,et.al.,2008)

Disebutkan oleh ARIA ( Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) bahwa

 prevalensi RA di dunia berkisar antara 10-25% dari jumlah populasi (AA Cruz,2007).

Page 2: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 2/7

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa rinitis alergika merupakan

 penyakit yang sangat sering ditemui dan kurang lebih 2,5% kunjungan ke dokter

merupakan penderita rinitis alergika. Dalam setahun terjadi kehilangan dua juta hari

sekolah dan enam juta hari kerja sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk obat anti

alergi kurang lebih US$ 2,4 milyar dan US$ 1,1 milyar untuk biaya periksa dokter.

Kurang lebih 10 – 20% penduduk Amerika Serikat menderita rinitis alergika dan

 prevalensi pada daerah perkotaan makin meningkat. Prevalensi terendah terdapat

 pada anak usia kurang dari 5 tahun dan meningkat pada usia remaja hingga

 prevalensinya mencapai 24%, pada usia dewasa prevalensi menurun lagi (Goldman

L, 2004).

Di Belgia, prevalensi rinitis alergi sekitar 28,5%, Perancis 24,5%, Italia 16,9%,

Inggris 26%, Spanyol 21,5%.11 Sedangkan di Jepang sebanyak 35,5% pada penelitian

yang dilakukan pada laki-laki usia dewasa (Sakurai et al, 2009).

Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) Prevalensi Rhinitis di

Indonesia sebesar 24,3%, tertinggi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (49,8%)

dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Sumatera Utara (5,9%). Di Indonesia

sendiri sebanyak 10-26% pengunjung poliklinik THT di beberapa rumah sakit besar

datang dengan keluhan rinitis alergika. Di unit rawat jalan Alergi Imunologi THT RS

dr Wahidin Sudirohusodo Makassar selama 2 tahun (2004-2006) didapatkan 64,4%

 pasien rinitis alergika dari 236 pasien yang menjalani tes cukit kulit. Angka kejadian

Page 3: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 3/7

rinitis alergika pada anak juga meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa kejadian

rinitis alergika pada anak mencapai 42% pada anak usia 6 tahun (Munasir,2008)

Rinitis alergika yang muncul pada usia di bawah 20 tahun ditemukan sebanyak

80% dari keseluruhan kasus. Gejala rinitis alergika muncul 1 dari 5 anak pada usia 2

sampai 3 tahun dan sekitar 40% pada anak usia 6 tahun. Sebanyak 30% pasien akan

menderita rinitis pada usia remaja. Walaupun semua kelompok usia dapat terkena

rinitis alergika, tetapi rinitis alergika ini biasanya lebih sering muncul pada usia

kanak-kanak awal setelah terpapar atau tersensitisasi alergen tertentu. Rinitis alergika

sering terjadi pertama kali pada kelompok anak-anak antara usia 5-10 tahun dengan

 puncaknya pada usia remaja antara 10 dan 20 tahun dan cenderung menurun sesuai

dengan pertambahan usia. Rinitis alergika biasanya didapat pada penderita atopi

(Munasir,2008).

Sementara itu, di Kota Semarang ada 2 penelitian yang pernah dilakukan, yaitu

 pada range umur 6-7 tahun dan range umur 13-14 tahun. Prevalensi RA pada anak

umur 6-7 tahun di Semarang sebelumnya sudah pernah dilakukan pada tahun 2005

sebesar 11,5% (YM Nancy,2005). Sementara itu prevalensi RA pada anak umur 13-

14 tahun di Semarang didapatkan angka sebesar 17,3% (Widodo,2004).

Kebanyakan penelitian tentang prevalensi rinitis alergi yang telah dilakukan di

Indonesia menemukan proporsi perempuan lebih banyak dari laki-laki. Dalam suatu

 penelitian di RSUP. dr. Kariadi Semarang, dari 60 penderita rinitis alergi, ditemukan

 perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu masing-masing 75% dan 25%

Page 4: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 4/7

(Mey,2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ahmad pada tahun 2010 di

RSUD. dr. Saiful Anwar Malang, juga ditemukan proporsi perempuan (60,5%) lebih

tinggi dari pada laki-laki (39,5%).6  Penelitian oleh Nadardja (2010) di Medan,

ditemukan proporsi perempuan (58,1%) juga lebih tinggi dibanding laki-laki (41,9%).

Penyebab pasti peningkatan prevalensi RA belum jelas diketahui. Namun

diduga ada beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi angka kejadian RA.

Diantaranya yaitu serbuk bunga, asap kendaraan, asap rokok, tungau debu rumah,

 binatang peliharaan di rumah, makanan dan faktor genetik (Bousquet J,et.al., 2008).

Faktor risiko untuk rhinitis alergi termasuk ibu merokok pada kehamilan dan masa

kanak-kanak dan, seperti yang diharapkan , riwayat penyakit alergi pada orangtua

(Matheson MC,et al.,2011).

Pada kenyataannya risiko terbesar RA adalah jika kedua orang tua atopi atau

salah satu orang tua atopi, meskipun penyebab RA adalah multi faktorial. Komponen

genetik yang diwariskan kepada anaknya adalah kemampuan untuk memberikan

reaksi terhadap suatu alergen tertentu yang diturunkan. Gen yang berperan dalam RA

antara lain 3q21, 5q31 – q33, 7p14 –  p15, 14q24 (Brasch C,et.al., 2006).

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul“Anali

sis faktor-faktor yang berhubungan dengan Rhinitis Alergi

di Poli Klinik THT RS Bahteramas Kendari”.

Page 5: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 5/7

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1.  Apakah jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ? 

2.  Apakah riwayat keluarga atopi merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara ? 

3.  Apakah paparan udara dingin merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara ? 

4.  Apakah debu rumah merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ? 

C. 

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.  Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 6: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 6/7

a.  Untuk mengetahui jenis kelamin sebagai faktor yang berhubungan dengan

kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

 b.  Untuk mengetahui riwayat keluarga atopi faktor yang berhubungan dengan

kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

c.  Untuk mengetahui paparan udara dingin sebagai faktor yang berhubungan

dengan kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

d.  Untuk mengetahui debu rumah sebagai faktor yang berhubungan dengan

kejadian Rhinitis alergi di Poli THT RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

D. 

Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Manfaat ilmiah pemelitian ini adalah sebagai bahan bacaan yang bermanfaat

 bagi peneliti lain, khususnya mengenai faktor jenis kelamin, riwayat atopi keluarga,

 paparan udara dingin dan debu rumah sebagai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Rhinitis alergi.

2.  Manfaat institusi

Page 7: PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

7/21/2019 PROPOSAL RHINITIS (BAB I).docx

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rhinitis-bab-idocx 7/7

Manfaat bagi institusi dalam penelitian ini adalah untuk menambah informasi

tambahan dan berharga bagi pihak RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

tentang faktor risiko jenis kelamin, riwayat atopi keluarga, paparan udara dingin dan

debu rumah terhadap kejadian Rhinitis alergi dan dapat menjadi database dan

referensi bagi Pepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

3.  Manfaat bagi masyarakat

Manfaat bagi Masyarakat pada penelitian ini adalah dapat menambah informasi

kepada masyarakat secara umum dan kepada penderita rhinitis alergi khususnya

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam tifoid sehingga

dapat mengetahui tindakan atau pencegahan rhinitis alergi tersebut.