PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN...

124
PROSIDING SEMINAR DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM REVISI RTRWP TERHADAP NERACA KARBON DALAM KAWASAN HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BOGOR 2010

Transcript of PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN...

Page 1: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

0

PROSIDING SEMINAR DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN

DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM REVISI RTRWP TERHADAP

NERACA KARBON DALAM KAWASAN HUTAN

DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN

BOGOR 2010

Page 2: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT,maka selesailah penyusunan prosiding “Seminar Dampak PerubahanPeruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWPterhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan”.

Seminar ini merupakan forum komunikasi dan konsultasiantar berbagai pihak yang terkait dibidang penataan ruang kawasanhutan dalam rangka menyikapi perubahan kawasan hutan dalamrevisi RTRWP terkait dengan upaya-upaya mitigasi perubahan iklim.

Seminar ini dihadiri 100 orang peserta yang terdiri dari UnitEselon I dan II Lingkup Kementerian Kehutanan, Pokja PerubahanIklim Kementerian Kehutanan, Instansi teknis yang tergabungdalam keanggotaan BKPRN, Dinas Kehutanan Provinsi, PerguruanTinggi, Dewan Kehutanan Nasional, APHI, Perhutani, Inhutani danundangan lainnya

Prosiding ini disusun dari kumpulan presentasi pada seminartersebut yang terdiri dari 4 pembicara dengan judul Neraca atausiklus karbon di dalam hutan oleh Dr. Ir. Bahruni , Rantai produksiyang dimulai dari pemanenan sampai dengan pengguna akhir hasilhutan kayu oleh Dr. Ir. Sudarsono Sudomo, Politik ekonomi dalamperdagangan karbon oleh Prof. Dr. Sofyan Warsito, Strateginasional dalam menghadapi isu karbon oleh Dr. Ir. HariadiKartodiharjo, dan 3 makalah pembahas yaitu oleh Dr. Ir. ImanSantoso, Ir. Wandojo Siswanto, MSc dan Prof. Dr. Rizaldi Boer .

Akhirnya, kami sampaikan ucapan terima kasih danpenghargaan yang setinggi - tingginya atas kerjasama dari semuapihak dalam penyelenggaraan seminar dan penyusunan prosidingini.

Jakarta, 5 Juli 2010Direktur Perencanaan Kawasan Hutan

Ir. Basoeki Karyaatmadja, MSc

Page 3: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

2

RUMUSAN SEMINAR DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN DANFUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM REVISI RTRWP TERHADAP

NERACA KARBON DALAM HUTAN

Penataan ruang mengatur alokasi sumberdaya lahan untukberbagai penggunaan, yang mengharmoniskan kepentingkan tujuanekonomi, lingkungan ataupun kepentingan masyarakat secara luassebagai prasyarat optimalisasi penggunaan ruang/lahan. Kawasaanhutan merupakan bagian integral dari ruang wilayah, sehinggadalam setiap revisi RTRWP selalu memasukkan variabel kawasanhutan ke dalam subyek perubahan.

Siklus karbon pada ekosistem hutan menyangkut prosespenyerapan dan emisi karbon ke atmosfer. Proses ini dipengaruhioleh beberapa faktor atau kondisi yaitu : 1) Kondisi vegetasi yangmeliputi jenis atau tipe vegetasi atau hutan; 2) Kondisi tempattumbuh dan lingkungan yang meliputi faktor edafis, klimatis danfaktor hayati lainnya; 3) Kondisi pengelolaan yang meliputipengaturan ruang (tata ruang), penentuan peruntukan/penggunaanlahan dan hutan; 4) Kondisi gangguan seperti perubahanlingkungan, kemarau, ledakan gangguan hama dan penyakit,gangguan perbuatan manusia seperti pembakaran, eksploitasi tidakterkelola dengan baik dan lain-lain.

Siklus Karbon merupakan proses penyerapan dan emisikarbon, yang hasil akhirnya adalah akumulasi atau stok karbon ditegakan atau hutan. Neraca Karbon akan menggambarkanperubahan stok karbon dari waktu ke waktu di dalam ekosistemhutan tersebut di dalam suatu ruang. Ada beberapa konsep umumyang mengukur hasil yang terjadi pada siklus karbon ini yaitu: 1)Produksi Primer Bruto (Gross Primary Production) yang merupakanpenyerapan karbon dari atmosfer melalui proses fotosintesis denganbantuan energi matahari dan klorofil pada vegetasi; 2) ProduksiPrimer Neto (Net Primary Production) merupakan gambaran jumlahenergi yang difiksasi menjadi bahan kimia (karbon) oleh vegetasidikurangi oleh energi respirasi oleh vegetasi (autotrophic) berupapelepasan karbon dioksida ke atmosfer; dan Produksi EkosistemNeto (Net Ecosystem Production), merupakan gambaranmetabolisme ekosistem total yaitu pembentukan bahan organik(karbon) neto di suatu ekosistem.

Neraca Karbon dapat sebagai salah satu cermin kualitas tatakelola ekosistem hutan. Faktor penting yang terkait mempengaruhineraca karbon antara lain: 1) Faktor yang mempengaruhi sikluskarbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor prasyarat

Page 4: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

3

berupa kepastian ruang kelola, kepastian bentukpenggunaan/pengelolaan, kepastian hak pengelolaan, yang dijaminsecara legal; dan Faktor harmonisasi kepentingan para pihak didalam pengelolaan ekosistem hutan, untuk pencapaian tujuanekonomi, sosial dan lingkungan.

Dalam mitigasi perubahan iklim, hutan berperan dalam waktuterbatas, karena pada hutan klimaks stok karbon relatif stabil,penyerapannya sangat kecil, dibandingkan tegakan muda. Padahutan yang dikelola secara lestari stok karbon dapat dianggapkonstan. Kecuali ada gangguan deforestasi dan degradasi yangmengancam emisi dari stok karbon hutan tersebut.

Estimasi neraca karbon hutan Indonesia dengan skenario danasumsi tersebut, diperoleh peningkatan stok karbon dari awal 2007sampai tahun 2020. Peningkatan ini pengaruh pembangunan HTIyang dilakukan pada HP tanah kosong (tidak berhutan). Sehinggapenting untuk menekankan prioritas pembangunan HTI di areal tidakberhutan, agar peningkatan serapan karbon terjadi.

Neraca karbon setelah tahun 2020 mengalami defisit karenaproses deforetasi terus terjadi. Jadi meskipun sudah dilakukanupaya penyerapan karbon melalui pembangunan HTI sehinggaterjadi surplus karbon (peningkatan stok karbon), tetapi setelahselesai pembangunan HTI proses deforestasi tetap terjadi. Jadipenting adanya upaya yang nyata dari berbagai pendekatan secarakomprehensif antara lain kepastian kawasan hutan (tata ruang)untuk menurunkan laju deforestasi.

Hutan untuk kepentingan memproduksi kayu tidak perludipertentangkan dengan hutan untuk tujuan menyimpan karbon.Keduanya dapat berjalan seiring. Melalui hutan produksi yangdikelola dengan baik, jumlah karbon yang tersimpan dalam biomaslebih tinggi dibandingkan jumlah karbon yang tersimpan dalamhutan yang ditujukan hanya untuk menyimpan karbon. Disampingkeunggulan dalam menambat dan menyimpan karbon, hutanproduksi dapat membangkitkan kegiatan ekonomi masyarakat.Pemanenan hutan dan pemanfaatan kayunya dengan bijaksanaberpotensi meningkatkan jumlah karbon yang tersimpan danmeningkatkan kegiatan ekonomi. Oleh karenanya bukan trade-offantar keduanya, melainkan bergerak dalam satu arah.

Untuk menduga neraca karbon sepanjang rantai suplai kayukita perlu mengetahui total karbon di dalam tegakan hutan, polapertumbuhan tegakan, tingkat efisiensi perubahan dari satu tahap ke

Page 5: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

4

tahap berikutnya, daur yang digunakan, dan masa pakai produkkayu.

Proses pengolahan kayu dari kayu bulat menjadi produk akhirdapat dibagi dua, yakni pengolahan primer dan sekunder. Efisiensipengolahan sekunder ini sangat beragamyang tergantung pada jenisproduk akhir yang hendak dihasilkan. Jenis produk akhir ini jugaakan menentukan masa pemakaian. Perlakuan pengawetan terhadapkayu tentu saja akan dapat memperpanjang masa pakainya.

Agar terdapat pergerakan satu arah antara hutan untukkepentingan memproduksi kayu dan dalam m itigasi perubahan iklimmaka:

1. Untuk menambah penambatan karbon, Indonesia harus lebihbanyak menanam dan memanen kayu dari hutan. Antara hutanproduksi dan hutan karbon tidak perlu dipertentangkan karenamelalui hutan produksi karbon yang tersimpan dalam biomassangat mungkin lebih banyak ketimbang karbon yang tersimpandalam hutan karbon.

2. Hutan produksi memberikan dampak ekonomi yang lebihmenguntungkan dibanding hutan yang melulu untuk karbon.Aktivitas ekonomi dapat terguncang hebat dengan dialihkannyahutan produksi menjadi hutan karbon.

3. Konstruksi rumah Indonesia masa depan seharusnya dari kayu,bukan dari tembok dan beton. Disamping menyimpan lebihbanyak karbon, rumah kayu lebih tahan gempa. Ini sangat cocokuntuk Indonesia yang sering dilanda gempa.

Produk barang dan jasa oleh SDH adalah joint product, iniberarti produk barang dan jasa SDH adalah dalam satu paket.Produksi berupa jasa penyerapan karbon adalah tidak terpisahdengan produksi jasa dan barang lainnya. Oleh karena itu,sebenarnya pembangunan SDH akan sekaligus menghasilkan jasapenyerapan karbon dan jasa hutan lainnya (pengurangan resikobanjir dan kekeringan bentang alam) adalah merupakan kepentinganekonomi nasional

Perdagangan jasa lingkungan termasuk perdagangan karbon,adalah menyangkut efektifitas terbentuknya titik temu antarawillingness to pay (WTP) dan willingness to accept (WTA). Hukumekonomi pasar baru bisa bekerja secara efektif apabila bekerjanyakomponen penyusunnnya adalah sudah menjadi realitas. Selamasuatu kejadian masih merupakan ramalan, maka selama itu pula

Page 6: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

5

pasar bebas karbon akan sangat sulit untuk terlaksana, artinyamemerlukan negosiasi-negosiasi global yang tidak terlalu gampang.

Eksistensi Sumber Daya Hutan secara serentak memberikanmanfaat yang besar bagi kepentingan ekonomi bangsa paling tidakdalam hal penurunan resiko bencana alam. Oleh karena itu,sebenarnya kalaupun kita tidak terlalu sukses dalam perdagangankarbon, tidaklah merugi apabila pengelolaan hutan bisadilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu diperlukanstrategi ke depan untuk dapat menetapkan kawasan hutan tetapsehingga secara bertahap dapat mengeluarkan kawasan hutansebagai variabel perubahan di dalam revisi RTRWP, karenakeberadaan hutan adalah ditentukan oleh bentang alam, bukankepentingan lain.

Beperapa program dalam rangka pengurangan emisi darisektor kehutanan, antara lain:

1. Menekan laju deforestasi melalui a) Pengendalian penggunaandan pelepasan kawasan hutan; dan b) Penghentian izin baru dankonversi di hutan gambut untuk pertanian dan pemukiman.Untuk implementasi program ini diperlukan penyiapan peraturanperundangan, antisipasi/strtegi untuk memfasilitasi kebutuhansek tor lain baik secara parsial maupun dalam revisi RTRWP,serta upaya mengatasi terjadinya deforestasi yang tidak tencana

2. Mengurangi degradasi melalui a) Penerapan RIL (Reduced ImpactLogging); b) Rehabilitasi hutan gambut; dan c) Pengaturan &penurunan jatah tebang. Disamping langkah/solusi teknistersebut diperlukan kebijakan yang tegas tehadap IUPHHK-HAdan IUPHHK-HT yang kinerjanya buruk.

3. Pengelolaan hutan produksi lestari melalui a) Penerapan multisystem silvikultur; dan b) Penerapan sertifikasi legalitas kayu(SVLK).

4. Peningkatan Peran Konservasi melalui a) Intensifikasipengelolaan kawasan konservasi; dan b) Menetapkan areallindung lokal (setempat) yang mempunyai nilai konservasi tinggi(HCV) di areal kerja IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT. Sebagaimanadiketahui sebagian kawasan konservasi yang berdasarkan kondisieksistingnya tadak lagi berfungsi sebagai kawasan konservasi.

Page 7: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

6

5. Peningkatan Stok Karbon Hutan melalui pembangunan hutan 1,6jt ha/th dalam bentuk HKm/Hutan Desa, RHL DAS, HTI/HTR,Restorasi HPH, dan Hutan Rakyat kemitraan

Program-program tersebut dalam implementasinyamemerlukan dukungan antara lain berupa perlunya kebijakan lintassektor, penyiapan peraturan perundangan terkait karbon(pembatasan pemanfaatan lahan gambut, hutan alam primer, dsb),mekanisme penyelesaian konflik kawasan termasuk di dalamnyaadanya keterlanjuran kegiatan non kehutanan di dalam kawasanhutan, reformasi birokrasi yang antara lain percepatan pembentukanKPH, serta pemutakhiran data dan informasi.

Pada akhir seminar, diharapkan bahasan tentang topik-topikdi dalam seminar ini dapat dianjutkan untuk dapat terbangunnyapemahaman yang sama dari seluruh pemangku kepentingan, yanglebih lanjut dapat dibangun sinergisitas dalam gerak langkahpembangunan ke depan untuk dapat mewujudkan penataan ruangyang selaras, seras, seimbang dan terpadu dengan tetapmempertimbangkan upaya-upaya mitigasi perubahan iklim.

Page 8: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

7

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................... 1

Rumusan Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan FungsiKawasan Hutan dalam Revisi RTRWP terhadap Neraca Karbondalam Kawasan Hutan........................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................ 7

Daftar Lampiran .................................................................. 9

Laporan Ketua Panitia Seminar............................................... 11

Sambutan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan...................... 15

MAKALAH PEMBICARA

Neraca atau Siklus Karbon di dalam Hutan(oleh: Dr.Ir. Bahruni – Fakultas Kehutanan IPB)....................... 22

Karbon dalam Rantai Suplai Kayu(oleh: Dr. Ir. Sudarsono Sudomo – Fakultas Kehutanan IPB)..... 55

Politik Ekonomi dalam Perdagangan Karbon(oleh: Prof. Dr. Sofyan P.Warsito, Ph.D. – Fakultas KehutananUGM).................................................................................. 70

Posisi Kelembagaan Kehutanan dan Kawasan Hutandi dalam Strategi Nasional terkait Isu Karbon(oleh: Dr.Ir. Hariadi Kartodihardjo – Fakultas Kehutanan IPB)... 78

MAKALAH PEMBAHAS

Bahasan Terkait dengan Revisi RTRWP terhadap Neraca Karbondi dalam Hutan (oleh: Prof. Dr. Rizaldi Boer –CCROM SEAPIPB)................................................................................... 77

Bahasan terhadap Presentasi( oleh: Ir. Wandojo Siswanto, M.Sc- SAM Bidang Kermitraan/Ketua Harian Pokja Perubahan Iklim KementerianKehutanan)......................................................................... 88

Kelembagaan dan Ekonomi Karbon Hutan Indonesia(Oleh: Dr. Ir. Iman Santoso- Direktur Bina PerencanaPemanfaatan Hutan Produksi/ Anggota Pokja Perubahan IklimKementerian Kehutanan........................................................ 93

Tanggapan.......................................................................... 106

Page 9: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

8

Diskusi dan Tanggapan Nara Sumber.................................... 109

Kesimpulan Moderator........................................................ 114

Lampiran.......................................................................... 115

Page 10: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

9

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Peserta Seminar Dampak Perubahan Peruntukandan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP terhadapNeraca Karbon dalam Kawasan Hutan................................... 116

Dokumentasi Peserta Seminar Dampak Perubahan Peruntukandan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP terhadapNeraca Karbon dalam Kawasan Hutan.................................. 120

Keputusan Direktur Perencanaan Kawasan Hutan tentangPembentukan Panitia......................................................... 121

Page 11: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

10

LAPORAN KETUA PANITIA

Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan

Hutan Dalam Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbon Dalam

Kawasan Hutan

Ir. Basoeki Karyaatmadja, M.Sc.(Direktur Perencanaan Kawasan Hutan Kementerian

Kehutanan)

Page 12: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

11

LAPORAN KETUA PANITIA

Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan

Hutan Dalam Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbon Dalam

Kawasan Hutan

(Hotel Menara Peninsula, Jakarta 2 Juni 2010)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Salam Sejahtera bagi kita semua dan selamat pagi

Yth. Bapak Direktur Jenderal Planologi Kehutanan;

Yth. Narasumber/Pakar/Fasilitator;

Yth. Para Undangan dan Peserta Seminar;

Perkenankanlah kami secara singkat menyampaikan laporan tentangpenyelenggaraan Seminar “Dampak Perubahan Peruntukan danFungsi Kawasan Hutan dalam revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbondalam Kawasan Hutan” sebagai berikut :

Dasar Pelaksanaan :

Keputusan Direktur Perencanaan Kawasan Hutan No.SK.15/VII/Ren-

3/2010 tanggal 19 Mei 2010 tentang Panitia Penyelenggara Seminar

”Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam

Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan”

Latar Belakang

Isu global perubahan iklim akan memberikan dampak perhatian

dunia terhadap pengelolaan hutan, karena posisi hutan sebagai

penyerap karbon terkait mitigasi perubahan iklim.

Maksud dan Tujuan Seminar

Melalui penyelenggaraan seminar ini dimaksudkan untuk dapat

menyampaikan permasalahan dampak perubahan peruntukan dan

fungsi kawasan hutan dalam revisi RTRWP terhadap neraca karbon

dalam kawasan hutan.

Tujuan seminar ini antara lain:

Page 13: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

12

1. Membangun pemahanan dan langkah yang sama dalam

menyingkapi pengelolaan dan perubahan kawasan hutan

dalam review RTRWP terkait dalam mitigasi perubahan iklim;

2. Terwujudnya penataan hutan yang selaras serasi, seimbang.

Tempat dan waktu penyelenggaraan

Seluruh rangkaian kegiatan seminar dilaksanakan di Hotel Peninsula,Jakarta selama 1 (satu) hari pada tanggal 2 Juni 2010.

Persidangan

Seminar diawali dengan sambutan Direktur Jenderal Planologi

Kehutanan yang sekaligus membuka secara resmi pelaksanaan

seminar, yang dilanjutkan dengan sesi pengantar diskusi dengan

topik :

a. Neraca atau siklus karbon di dalam hutan, yang akan

disampaikan oleh Dr. Ir. Bahruni

b. Rantai produksi yang dimulai dari pemanenan sampai dengan

pengguna akhir hasil hutan kayu yang akan disampaikan oleh Dr.

Ir. Sudarsono Sudomo

c. Politik ekonomi dalam perdagangan karbon yang akan

disampaikan oleh Prof. Dr. Sofyan Warsito

d. Strategi nasional dalam menghadapi isu karbon, yang akan

disampaikan oleh Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo

Selanjutnya diiskusi diawali dengan penyampaian bahasan dari Dr.

Ir. Iman Santoso,Ir. Wandojo Siswanto, MSc, Prof. Dr. Rizaldi Boer.

Peserta Seminar

Peserta seminar direncanakan sebanyak ± 100 peserta yang terdiri

dari : Unit Eselon I dan II Lingkup Kementerian Kehutanan, Pokja

Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan, Instansi teknis yang

tergabung dalam keanggotaan BKPRN, Dinas Kehutanan Provinsi,

Perguruan Tinggi, Dewan Nasional Perubahan Iklim, Dewan

Kehutanan Nasional, APHI, Perhutani, Inhutani dan undangan

lainnya.

Page 14: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

13

Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kapada para pakar yang telah berkenan menjadi

narasumber dan pembahas pada pelaksanaan seminar ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak/Ibu atas

kehadirannya untuk mengikuti acara ini, dan atas nama

keseluruhan anggota panitia kami sampaikan permohonan maaf apa

bila ada hal-hal yang kurang berkenan dalam penyelenggaraan

kegiatan ini.

Untuk selanjutnya, kami mohon perkenan Bapak Direktur Jenderal

Planologi Kehutanan untuk memberikan arahan dan sekaligus

membuka secara resmi Seminar ” Dampak Perubahan Peruntukan

dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP Terhadap Neraca

Karbon dalam Kawasan Hutan” Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 2 Juni 2010

Direktur Perencanaan Kawasan Hutan

Ttd

Basoeki Karyaatmadja

Page 15: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

14

Sambutan dan Pembukaan Direktur Jenderal Planologi

Kehutanan pada Seminar Dampak Perubahan

Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Revisi

RTRWP Terhadap Neraca Karbon Dalam Kawasan Hutan

yang diwakili oleh Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang

Ekonomi

Dr. Ir. Achmad Fauzi Mas’ud, M.Sc (Staf Ahli Menteri

KehutananBidang Ekonomi)

Page 16: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

15

SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PADA ACARA PEMBUKAAN

SEMINAR DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN

FUNGSI KAWASAN HUTAN TERHADAP

NERACA KARBON DALAM KAWASAN HUTAN

Assalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarakatu,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yth. Para Pembicara;

Yth. Para Pembahas;

Yth. Pejabat Eselon I dan Eselon II Lingkup Kementerian Kehutanan;

Yth. Dekan Fakultas Kehutanan UGM dan IPB;

Yth. Anggota BKPRN;

Yth. Para Kepala Dinas Kehutanan Provinsi;

Yth. Sekretaris Dewan Nasional Perubahan Iklim;

Yth. Anggota Pokja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan;

Yth. Direktur Utama Perum Perhutani;

Yth. Direktur PT. Inhutani I s/d V;

Yth. Ketua Dewan Kehutanan Nasional (DKN);

Yth. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)

Bapak, Ibu Hadirin sekalian yang berbahagia.

Marilah kita awali pertemuan ini dengan memanjatkan puji dan

syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat dan karunia-

Nya kita semua dapat berkumpul untuk mengikuti acara seminar

"Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam

Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbon Dalam Kawasan Hutan" pada

hari ini.

Akhir-akhir ini isu perubahan iklim semakin mengemuka untuk

dibicarakan dan dibahas di berbagai belahan dunia. Meskipun saat ini

masih terdapat berbagai pandangan dalam menyikapi isu perubahan

Page 17: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

16

iklim tersebut, baik yang menyangkut tingkat bahaya lingkungan

yang akan ditimbulkan, cara atau pendekatan mitigasi dan adaptasi

terhadap perubahan iklim, mekanisme insentif terhadap upaya

pengurangan dampak perubahan iklim, dan sebagainya. Dari

kesemuanya tersebut, yang sudah pasti adalah isu perubahan iklim

saat ini dapat kita rasakan bersama telah memberikan pengaruh

yang sangat luar biasa terhadap posisi (peran strategis) hutan dalam

perubahan iklim tersebut. Kiranya tidak berlebihan jika di dalam

kondisi "Dunia di Tengah Perubahan Iklim" seperti saat ini,

menempatkan hutan pada posisi yang strategis tersebut, karena

hutan tidak hanya mampu menyerap CO2 dari udara tetapi juga

mampu menyimpan CO2 dalam jangka waktu yang panjang.

Saudara-saudara sekalian,

Pandangan terhadap peran strategis hutan dalam isu perubahan

iklim tersebut, di satu sisi dapat merupakan pendorong bagi upaya

perbaikan kondisi dan pelestarian hutan, tetapi di sisi lain dapat pula

menjadi pembatas bagi upaya pengelolaan hutan yang diarahkan

untuk memperoleh manfaat ekonomi dari hasil hutan dan

pemanfaatan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di

luar sektor kehutanan. Pemanfaatan hutan khususnya pemanfaatan

hasil hutan berupa kayu saat ini sangat erat dikaitkan dengan isu

deforestasi. Lebih lanjut, isu deforestasi tersebut diposisikan sebagai

penyebab signifikan terjadinya perubahan iklim, meskipun kita

ketahui bersama bahwa emisi CO2 lebih banyak berasal dari hasil

pembakaran bahan bakar fosil untuk kepentingan industri,

transportasi, listrik, dsb.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa dengan terbitnya UU

No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, saat ini sebagian besar

provinsi melakukan review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

nya. Dalam review RTRW tersebut sebagian besar provinsi

mengusulkan perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi areal

penggunaan lain (APL) untuk memenuhi kebutuhan lahan bagi

kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan. Seperti

pertanian, perkebunan, permukiman dan infrastruktur fisik seperti

jalan, perkantoran dsb. Kondisi ini tentunya akan menjadi perhatian

serius bagi semua pihak, karena kebutuhan lahan bagi

pembangunan tersebut akan menjadi bagian dari isu perubahan

Page 18: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

17

iklim melalui isu deforestasi. Dengan demikian isu deforestasi

tersebut dipicu oleh adanya kegiatan konversi (perubahan

peruntukan) kawasan hutan menjadi APL, dan kegiatan pemanfatan

hutan khususnya hasil hutan kayu.

Pandangan pentingnya insentif bagi upaya pengurangan dan/atau

menghambat terjadinya perubahan iklim tersebut, memunculkan

berbagai skema yang antara lain menjadikan insentif tersebut ke

dalam mekanisme pasar (carbon trading). Mekanisme tersebut pada

prinsipnya diarahkan pada upaya untuk menunda pemanfaatan

dan/atau untuk lebih mengkonservasi hutan meskipun fungsi

pokoknya adalah hutan produksi. Hal ini pula yang dapat

menimbulkan isu baru ketika kebutuhan akan hasil hutan khususnya

kayu menjadi terbatas, demikian juga terhadap kebutuhan lahan

bagi pembangunan di luar sektor kehutanan.

Sebagaimana sudah kita ketahui bersama, terdapat berbagai sistem

silvikultur di dalam pemanfaatan hutan baik untuk hutan alam

maupun hutan tanaman, yang kesemuanya diharapkan dapat

menjamin keberlanjutan fungsi ekonomi/produksi, ekologi dan sosial

yang diperankan oleh kawasan hutan (SFM). Namun dalam isu

perubahan iklim masih diperlukan kejelasan terhadap posisi sistem

silvikultur ini, karena terdapat sebagian pandangan yang

memposisikan sistem ini sebagai penyebab emisi CO2.

Terhadap tuntutan kebutuhan lahan bagi pembangunan di luar

sektor kehutanan melalui konversi (perubahan peruntukan) kawasan

hutan menjadi APL, kiranya perlu ditempatkan secara proporsional di

dalam isu perubahan iklim melalui isu deforestasi. Keberhasilan

pembangunan tegakan hutan di luar kawasan hutan seperti di Desa

Selopuro dan Sumber Rejo di Kabupaten Wonogiri dan di desa-desa

lain di P. Jawa, ternyata mampu menjawab terbatasnya atau tidak

terpenuhinya luas minimum kawasan hutan yang harus ada di

sebuah DAS atau wilayah.

Mungkin lebih jelas dan mudah dipahami ketika isu deforestasi

tersebut muncul sebagai akibat konversi (perubahan peruntukan)

kawasan hutan menjadi APL untuk kepentingan pembangunan diluar

sektor kehutanan , tetapi tidak demikan halnya ketika upaya

Page 19: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

18

pemanfaatan hutan berdasarkan sistem silvikultur tertentu yang

direncanakan dipandang (dikategorikan) sebagai penyebab

deforestasi.

Saudara-saudara sekalian

Banyak hal yang masih menjadi pertanyaan khususnya terkait

dengan pengaturan urusan kehutanan di Indonesia dikaitkan dengan

isu perubahan iklim tersebut. Pembagian kawasan hutan menjadi 3

(tiga) fungsi pokok secara relative permanen (yang masih

dimungkinkan terjadi perubahan dalam batas-batas dan kriteria

tertentu) dengan kejelasan arahan pemanfaatannya yaitu sebagai

hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi tentunya akan

mempunyai implikasi yang berbeda terhadap peran hutan di dalam

isu perubahan iklim tersebut.

Pada seminar kali ini kita berharap dapat memperoleh penjelasan

dari pakar manajemen hutan untuk menjelaskan bagaimana siklus

hidup hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman dalam

kaitannya dengan rantai penyerapan dan penyimpanan karbon di

dalam hutan. Dari pakar lain diharapkan dapat diperoleh penjelasan

bagaimana rantai produksi hasil hutan yang dimulai dari pemanenan

(penebangan pohon), pengolahan sampai dengan pengguna akhir

dalam kaitannya dengan emisi CO2. Disamping hal-hal teknis

tersebut, juga diperlukan penjelasan bagaimana peluang

implementasi mekanisme perdagangan karbon di Indonesia

khususnya di sektor kehutanan, serta strategi nasional dalam

menghadapi isu perubahan iklim khususnya kesiapan kelembagaan

kehutanan saat ini dan ke depan.

Saudara-saudara sekalian

Demikian beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Terima kasih

atas kehadiran dan peran sertanya dalam Seminar “Dampak

Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Revisi

RTRWP Terhadap Neraca Karbon Dalam Kawasan Hutan ini”.

Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami

sampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan

atas penyelenggaraan ini.

Page 20: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

19

Khususnya kepada para narasumber yang diantara kesibukannya

masih menyempatkan untuk dapat memenuhi undangan kami, sekali

lagi kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya.

Akhirnya, saya mengucapkan selamat berseminar dengan harapan

dapat dihasilkan rumusan solusi permasalahan pemanfaatan ruang.

Dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirahim SEMINAR “DAMPAK

PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM

REVISI RTRWP TERHADAP NERACA KARBON DALAM KAWASAN

HUTAN” saya nyatakan dengan resmi dibuka.

Wassalamualaikum Wr.Wb.,

DIREKTUR JENDERAL

PLANOLOGI KEHUTANAN,

Ttd

SOETRISNO

Page 21: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

20

2010

Seminar Dampak Perubahan

Peruntukan dan Fungsi Kawasan

Hutan Dalam Revisi RTRWP

Terhadap Neraca Karbon Dalam

Kawasan Hutan

MAKALAH

PEMBICARA

Page 22: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

21

Pembicara

Dr. Ir. Bahruni

Fakultas Kehutanan IPB

Neraca atau Siklus Karbon di dalam Hutan

Page 23: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

22

NERACA ATAU SIKLUS KARBON DI DALAM HUTAN

(Oleh: Dr. Ir. Bahruni)

A. PERKEMBANGAN HUTAN INDONESIA

Tanah atau lahan negara merupakan sumberdaya pentinguntuk berbagai keperluan pembangunan nasional dan daerah.Adanya tata ruang yang mengatur alokasi sumberdaya lahan untukberbagai penggunaan, yang mengharmoniskan kepentingkan tujuanekonomi, lingkungan ataupun kepentingan masyarakat secara luasmerupakan prasyarat optimalisasi penggunaan ruang/ lahan.Alokasi lahan yang ditujukan untuk pembangunan kehutanan di aturdalam tata ruang wilayah nasional, akan memberikan kepastianstatus kawasan hutan dan sasaran pengurusan hutan dankehutanan, dilakukan melalui penetapan dan pengukuhan kawasanhutan. Sesuai dengan fungsi utama setiap ekosistem hutan yangmemiliki karakteristik tertentu ditetapkan untuk hutan konservasi,hutan lindung, hutan produksi yang akan membentuk hutantetap/permamen. Di samping itu ada kawasan hutan yang bersifattemporal yaitu hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) untukberbagai kepentingan pembangunan.

Tutupan lahan pada suatu kawasan hutan bisa berupa hutandengan berbagai tingkatan kualitas, ataupun non hutan. Kondisihutan ini akan menentukan besar kerapatan karbon di setiap hutan.Kebijakan pemanfaatan hutan alam yang umumnya dalam kondisiklimaks (dilihat dari segi riwayat gangguan disebut hutan primer),menggunakan sistem silvikultur tebang pilih (manajemen hutantidak seumur). Salah satu karakteristik ekonomi dan manajemenhutan adalah adanya multi sifat dalam satu wujud tegakan. Sifat ituberupa produk yaitu kayu dan non kayu juga sekaligus sebagaipabrik yang menghasilkan produk itu. Pemanenan hasil kayusekaligus menghilangkan pabriknya, yang dapat menggangguketersediaan sumberdaya hutan dalam jangka panjang.

Berdasarkan data statistik kehutanan yang dibuat dandidokumentasikan oleh Ditjen Planologi, seperti dokumen neracasumberdaya hutan (NSDH 1998, 2002, 2005), peta deforestasiIndonesia periode 2003-2006, menunjukkan penurunan luas danpotensi hutan Indonesia. Banyak data dan pendapat yangmenyatakan bahwa kerusakan hutan disebabkan kombinasi berbagaifaktor.

Faktor teknis manajerial, motif ekonomi yang tidak disertaikemauan mempertahankan ketersediaan hutan jangka panjang, tata

Page 24: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

23

kelola dan regulasi yang tidak mampu menumbuhkan perilakupengelolaan hutan yang baik, birokrasi yang yang belum efisien,karakter opportunis, ketidakpastian lahan (masalah tenurial & tataruang) dan lain-lain.

Fakta bahwa hutan alam semakin berkurang sedangkanpembangunan hutan tanaman (HTI) relatif lambat dan keberhasilanreboisasi, penghijauan, rehabilitasi lahan dan hutan juga masihrendah. Pada tahun 2005 dari luas total 131, 65 juta ha, hutanprimer hanya tersisa 35,85%, sedangkan hutan sekunder mencapai32,37% dan tidak berhutan cukup luas yaitu 31,78%. Data luaskawasan hutan Indonesia menurut fungsi hutan tahun 2005 diLampiran 1. Berdasarkan data Peta Deforestasi Indonesia Periode2003-2006 dan data luas pada akhir tahun 2005 (awal 2006),diestimasi laju deforestasi di setiap kondisi hutan (hutan primer dansekunder) untuk masing-masing fungsi hutan. Secara umumdeforestasi tertinggi terjadi di HP sebesar 0,8%/thn, sedangkankondisi hutan yang tercepat terdeforestasi adalah hutan sekunder diHPK yaitu 1,77%/thn diikuti hutan sekunder di HP sebesar1,16%/thn (Tabel 1).

Tabel 1. Analisis laju deforestasi Indonesia periode 2003-2006

a. Deforestasi terhadap luas total setiap fungsi hutan 2003-2006

Deforestasi KSA+KPA HL HPT+HP HPK

Hutan primer 0,04% 0,05% 0,04% 0,02%

Hutan sekunder 0,21% 0,35% 0,63% 0,43%

Total 0,26% 0,42% 0,80% 0,48%

b. Deforestasi terhadap luas masing-masing kondisi hutan

Deforestasi KSA+KPA HL HPT+HP HPK

Hutan primer 0,08% 0,11% 0.16% 0,07%

Hutan sekunder 0,88% 1,18% 1.62% 1.77%

Total 0,26% 0,42% 0.80% 0,48%

Note: diolah dari informasi peta deforestasiIndonesia 2003-2006

Apakah perkembangan hutan yang semakin menurun ini, akan terusterjadi dengan kecepatan yang semakin cepat atau semakinmelambatkah. Bagaimana pengaruh review Rencana Tata Ruang

Page 25: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

24

Wilayah (nasional dan propinsi, kabupaten/kota) terhadap kuantitasdan kualitas hutan Indonesia, untuk mendukung berbagaikelangsungan sistem produksi hutan dan industri berbasis hasilhutan, serta memberikan jasa ekologis skala lokal nasional danglobal. Diantara jasa ekologis itu adalah penyerapan karbon padahutan baru (hutan tanaman) maupun hutan alam. Sebagaimanadiketahui perkembangan hutan dan stok karbon hutan dipengaruhioleh banyak faktor, diantaranya kepastian kawasan, melaluikemantapan tata ruang.

B. SIKLUS & NERACA KARBON HUTAN

Pembahasan tentang stok atau neraca karbon ekosistemhutan tidak terlepas dari pemahaman tentang siklus atau alirankarbon itu. Ekosistem memiliki empat komponen dasar yaitu a)substansi abiotik, b) produser (autotrophic), c) konsumer, d)dekomposer. Di dalam ekosistem (termasuk ekosistem hutan)terjadi proses pertukaran materi seperti air,unsur-unsur hara,ataupun bahan kimia, polutan dll, dan perubahan energi secara terusmenerus, yang mempengaruhi kelangsungan ekosistem sepertitingkat produktivitas, integritas dan kelestariannya.

Di dalam ekosistem dengan seluruh unsur pembentuknyatersebut terdapat tujuh atribut yang menjadi karakteristiknya(Kimmins, 1987 dalam Vogt et. al, 1997) yaitu a) strukturekosistem, b) fungsi ekosistem, c) kompleksitas sifat setiap unsurmaupun hubungan fungsional diantara komponennya, d) adanyainteraksi dan ketergantungan setiap komponen di dalam ekosistem,e) ekosistem tidak terlepas dengan dimensi ruang, f) ekosistemselalu mengalami perubahan temporal. Dalam konteks perubahantemporal ini sumber perubahan bisa dari faktor alam seperti cuacaataupun iklim, ataupun perbuatan manusia (antrophogenic).Tindakan manusia ini bisa secara terorganisir berupa tindakanpengelolaan ekosistem itu ataupun tindakan lainnya atau mengubahekosistem tersebut. Di dalam ekosistem terdapat kemampuan atauproses yang setelah adanya gangguan ekosistem akan menujukondisi semula (kondisi stabil) dinamakan proses suksesi(succession), sedangkan proses yang semakin menjauh dari kondisistabil karena adanya gangguan yang kronis dinamakan prosesretrogesi (retrogession), menuju degradasi dan deforestasi.

Siklus karbon pada ekosistem hutan menyangkut prosespenyerapan dan emisi karbon ke atmosfer. Proses ini dipengaruhioleh beberapa faktor atau kondisi yaitu :

Page 26: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

25

1. Kondisi vegetasi : meliputi jenis atau tipe vegetasi atau hutan halini terkait dengan sifat biologi tanaman, dan umur tanaman,yang mempengaruhi respon vegetasi terhadap karbon dioksida diatmosfer.

2. Kondisi tempat tumbuh dan lingkungan (faktor edafis, klimatisdan faktor hayati lainnya) : menyangkut geomorfologi, kondisitanah, unsur-unsur hara di tanah, curah hujan, kelembaban,suhu, jenis dan kepadatan populasi herbivor dan lain-lain.

3. Kondisi pengelolaan dan gangguan : menyangkut pengaturanruang (tata ruang), penentuan peruntukan/ penggunaan lahandan hutan, kegiatan pengelolaan sesuai dengan fungsi hutan dantujuannya. Adapun gangguan yang bersifat alami seperti stresoleh perubahan lingkungan, kemarau, ledakan gangguan hamadan penyakit, gangguan perbuatan manusia seperti pembakaran,eksploitasi tidak tidak terkelola (berlebihan) dan lain-lain.

Tata ruang berperan memberikan kepastian ruang bagi suatuekosistem yang memungkinkan atau prasyarat untuk pelaksanaanpengelolaan ekosistem dengan tujuan kepentingan sosial secaraluas. Di dalam hal peningkatan atau pemeliharaan akumulasi ataustok karbon di dalam produk primer (biomasa). Disamping faktortata ruang, tentu saja ada beberapa faktor lain yangmempengaruhinya, sebagaimana disebutkan di atas.

Page 27: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

26

Gambar 1. Proses siklus karbon hutan berdasarkan prosespenyerapan dan emisi karbon ke atmosfer

Pengelolaan ekosistem hutan merupakan upaya untukmeningkatkan pengaruh positif terhadap proses ekologis danmeminimalkan perubahan dari kondisi ekologis yang diinginkan(terkait dengan sistim output seperti berbagai hasil hutan yangdapat dipanen, tata air yang baik, keindahan bentang alam, kualitashabitat, dll) ke arah yang kurang diinginkan seperti banjir, erosi,kematian tegakan, penurunan populasi satwaliar,penurunan atauperubahan tutupan tajuk, penurunan stok karbon, dll). Di dalampengelolaan ekosistem hutan sistem outputnya terkait dengan sikluskarbon. Untuk memahami siklus karbon ditunjukkan pada Gambar 1.

Siklus Karbon merupakan proses penyerapan dan emisikarbon, yang hasil akhirnya adalah akumulasi atau stok karbon ditegakan atau hutan. Neraca Karbon akan menggambarkanperubahan stok karbon dari waktu ke waktu di dalam ekosistemhutan tersebut di dalam suatu ruang.

Ada beberapa konsep umum yang mengukur hasil yang terjadipada siklus karbon ini yaitu Produksi Primer Bruto (Gross PrimaryProduction), Produksi

DEFORESTASI,

DEGRADASI

DEKOMPOSISI,

RESPIRASI

HETEROTROPHIC

RESPIRASI

AUTOTROPHICFOTOSINTESIS

REGENERASI

, MATI

O2

TEGAKAN :

PRODUKSIPRIMERNETO;

PRODUKSIEKOSISTEMNETO

PERTUMBUHAN

NETO

PANEN, PAKAN

HERBIVOR

A

T

M

O

S

F

E

R

G

CO2

MANAJEMEN EKOSISTEM , ANTHROPOGENIC

TANAH & SERASAH

CO2

SPACE

O2

E

M

I

S

E

M

I

S

MATAHARI

Page 28: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

27

Primer Neto (Net Primary Production) dan Produksi Ekosistem Neto(Net Ecosystem Production), yang diacu dari Vogt et. al (1997). Produksi primer bruto (PPB) merupakan penyerapan karbon dari

atmosfer melalui proses fotosintesis dengan bantuan energimatahari dan klorofil pada vegetasi.

Produksi primer neto (PPN) merupakan gambaran jumlah energiyang difiksasi menjadi bahan kimia (karbon) oleh vegetasidikurangi oleh energi respirasi (R) oleh vegetasi (autotrophic)berupa pelepasan karbon dioksida ke atmosfer. Secara matematikPPN = PPB – R, namun pengkuran fotosintesis dan respirasi inirelatif sulit. Di dalam keperluan manajemen diperlukan carapraktis, yaitu mengukur biomasa pada vegetasi/hutan, ditambahbiomasa yang ada pada bagian yang mengalami regenerasi/mati(serasah) dan ditambah bagian vegetasi yang dimakan hewanherbivor.

Produksi ekosistem neto (PEN) merupakan gambaranmetabolisme ekosistem total yaitu pembentukan bahan organik(karbon) neto di suatu ekosistem. Yaitu biomasa vegetasidikurangi pelepasan karbon keatmosfer oleh respirasiheterotrophic, berupa dekomposisi bahan organik dari bagianyang mati (nekromasa) atau dekomposisi bahan organik olehorganisme tanah, termasuk juga dekomposisi dari yang dimakanoleh hewan herbivor.

Di dalam kepentingan pengelolaan, maka dimensi ruang yangtidak dapat dipisahkan dengan ekosistem dimasukan dalamperhitungan. Skala ruang ini bisa pada berbagai tingkatan. Produksiprimer pada skala ruang ini adalah PEN dikurangi denganpengurangan biomasa (karbon) oleh tindakan pengelolaan ataupungangguan, seperti pemanenan, kebakaran dll. Skala ruang ini bisadari tingkat sempit sampai luas, yaitu :

Produksi biomasa pada skala ekoton. Ekoton merupakan zonatransisi diantara individu vegetasi ataupun diantara komunitasvegetasi.

Produksi biomasa neto pada skala tegakan (stand level) atauProduksi tegakan neto (PTN). Tegakan didefinisikan sebagaiwilayah yang dicirikan oleh struktur vegetasi yang cukuphomogen, kesamaan umur, tipe tanah, topografi, iklim mikro,kesamaan riwayat gangguan masa lalu dan sekarang, sertadikelola sebagai suatu unit pengelolaan.

Produksi biomasa neto pada skala DAS (watershed level), atauwilayah sungai (PDN). Produksi neto pada daerah yang dicirikanoleh kesatuan proses hidrologis.

Page 29: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

28

Produksi neto pada skala bentang alam (landscape level).

Produksi biomasa neto pada skala biome (biome level). Biometerdiri dari komunitas vegetasi yang signifikan berbeda dengankomunitas vegetasi lainnya, dicirikan oleh kesamaan kualitasseperti tinggi tajuk, jumlah strata vegetasi dll (kimmins, 1987dalam Vogt et. al, 1997). Deliniasi biome biasanya didasarkanatas variabel iklim seperti curah hujan tahunan, temperatur rata-rata tahunan sebagai pembagian komunitas vegetasi, disebut jugatipe vegetasi klimatis. Seperti hutan tropis dibagi atas hutanhujan tropis, hutan musim dan lain-lain.

Pengelolaan lahan dan vegetasi pada level biome dapat Lebihlanjut mempertimbangkan faktor penciri edafis digabungkan denganfaktor klimatis sehingga lebih rinci menjadi tipe-tipe hutan. Padaskala ini memungkinkan membuat beberapa skenario pengelolaanperubahan lahan dan hutan. Apabila dipertimbangkan unsur waktupada suatu siklus karbon maka PPN merupakan pembentukan stokkarbon jangka pendek. Sedangkan proses dekomposisi bahanorganik yang akan melepas karbon ke atmosfer membutuhkanwaktu cukup panjang, yang akan mengurangi stok biomasa (karbon)di dalam ekosistem (PEN). Produksi biomasa neto pada skalategakan, tipe vegetasi ataupun bentang alam memperhitungkanpengurangan-pengurangan biomasa (karbon) oleh faktor diluarsistem alami, yaitu tindakan pengelolaan seperti penebangan danpembinaan hutan. Oleh karena itu diperlukan evaluasi neraca karbonterkait dengan ruang dan waktu.

Neraca Karbon dapat sebagai salah satu cermin kualitas tatakelola ekosistem hutan. Faktor penting yang terkait mempengaruhineraca karbon antara lain, adalah :

Faktor yang mempengaruhi siklus karbon (fotosintesis, respirasidan dekomposisi)

Faktor prasyarat berupa kepastian ruang kelola, kepastian bentukpenggunaan/ pengelolaan, kepastian hak pengelolaan, yangdijamin secara legal.

Faktor harmonisasi kepentingan para pihak di dalam pengelolaanekosistem hutan, untuk pencapaian tujuan ekonomi, sosial danlingkungan.

Gambaran perubahan kondisi hutan di dalam kawasan hutan,kemungkinannya dapat secara gradual atau secara cepat dari satukondisi ke kondisi lainnya. Perubahan ini kearah peningkatan karbon(kuantitas dan kualitas hutan) berupa reforestasi atau restorasi, atauperubahan penurunan stok karbon atau peningkatan emisi karbon ke

Page 30: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

29

atmosfer, suatu proses deforestasi dan degradasi hutan. Proses itudisajikan pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Proses reforestasi, deforestasi & degaradasi hutan

Dalam mitigasi perubahan iklim hutan berperan dalam waktuterbatas, karena pada hutan klimaks stok karbon relatif stabil,penyerapannya sangat kecil, dibandingkan tegakan muda. Padahutan yang dikelola secara lestari stok karbon dapat dianggapkonstan. Kecuali ada gangguan deforestasi dan degradasi yangmengancam emisi dari stok karbon hutan tersebut.

Berikut ini diuraikan pengelolaan hutan alam dan hutantanaman pada siklus dan neraca karbon di dalam kawasan hutanIndonesia.

1. Pengelolaan pada HP mencakup dua skenario yang digunakanadalah :

a. Skema pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), untukhutan alam dan hutan tanaman.

b. Skema pengelolaan hutan alam dan hutan tanaman padakondisi terjadi deforestasi, data historis 2003-2006.

2. Pengelolaan hutan pada fungsi HL, KSA & KPA, HPK diasumsikansebagaimana pengelolaan yang ada sekarang ini. Programintervensi terhadap deforestasi dan degradasi di HL, KSA & KPA,dan HPK tidak secara khusus atau tidak ada peningkatan. Skemadeforestasi berdasarkan data historis periode 2003-2006

KAWASAN NON HUTAN

PERKEBUNAN

PERTANIAN

SEMAK BELUKAR

PEMUKIMAN

HUTAN ALAM

KLIMAKS

HUTAN

DIKELOLA/PHPL

HUTAN SEKUNDER

TERDEGRADASI

SEMAK BELUKAR,

RUMPUT

Deforestasi

Degradasi

Reforestasi,

Restorasi

KA

W

AS

A

N

H

UT

A

N

Page 31: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

30

digunakan pada neraca karbon HL, KSA & KPA serta HPK.Penghitungan neraca karbon pada skala nasional.

Siklus karbon Hutan Produksi (HP) akan menghasilkanpertumbuhan neto tegakan. Pada hutan alam terkait dengandinamika tegakan, yang dianalisis dengan model pertumbuhan klasdiameter, yaitu (Michie, 1985; Michie & McCandless, 1986; Davis &Johnson, 1987; Vanclay, 1994; Tarumingkeng, 1994; Suhendang,1999)

Nk,t+1 = Nk,t +Ik - Uk - Mk - Hk,

Nk,t+1 adalah jumlah pohon kelas diameter k pada periode t+1;

Nk,t adalah jumlah pohon kelas diameter k pada periode t;

Ik adalah ingrowth ke kelas diameter k selama periode;

Uk adalah upgrowth dari kelas diameter k selama periode;

Mk adalah mortalitas pada kelas diameter k selama periode;

Hk adalah jumlah pohon yang dipanen pada kelas diameter k selamaperiode

Data pertumbuhan tegakan hutan alam menggunakaninformasi hasil penelitian dibeberapa lokasi pada ekosistem hutanhujan tropis dataran rendah (Bahruni, 2008). Potensi karbon hutanalam primer dari lembaga Penelitian IPB (1992), hutan bekastebangan dan sekunder hutan rawa dari Bahruni (2010),Rochmayanto (2009), Rahayu (2009). Pengelolaan hutan alammenggunakan sistem TPTI siklus tebang 35 tahun, dan TPTII dengansiklus tebang 25 tahun. Data siklus karbon hutan alam TPTII selama25 tahun pertumbuhan dari Hardiansyah (2009).

Adapun pertumbuhan tegakan hutan tanaman bersumber daridata tiga lokasi Unit Manajemen HTI di Sumatera dan Kalimantan.Hasil inventarisasi plot contoh & plot permanen untuk jenis A.crassicarpa, A. mangium dan E. pellita. Riap diduga dengan modelpertumbuhan yaitu :

A. crassicarpa : C = 42,032 Ln X + 2,5573. (R2 = 09882)

E. Pellita : C = -0,1301 X3 + 2,4791 X2 + 3,2142 X + 1,0174 (R2

= 09896)

A. mangium : C= -0,0955 X3 +1,6646 X2 + 13,732 X –15,698 (R2

= 09928)

Kurva perkembangan stok karbon (neraca) hutan alam terbagiatas TPTI, TPTII (TPTII-1 hanya memasukan stok karbon tegakan,TPTII-2 memperhitungkan karbon tegakan+serasah+pohon mati,

Page 32: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

31

sebagai Produksi Primer Neto). Pada Gambar 3 pengelolaan hutanalam dimulai dari penebangan hutan alam klimaks (primer) stok 237tC/ha. Penebangan TPTI menurunkan stok karbon menjadi (hutanbekas tebangan/LOA) TPTI menjadi 101 tC/ha. Pada skenario PHPLmaka melalui model penduga dinamika tegakan hutan bekastebangan (Bahruni, 2008) pada saat siklus tebang ke 2 (35 tahunkemudian) stok hutan alam naik mencapai 186 tC/ha. Adapunpenebangan TPTII mengakibatkan stok karbon hutan alam bekastebangan turun menjadi 49-98 tC/ha. Setelah 25 tahun kemudianstok karbon meningkat mencapai 219 tC/ha untuk stok tegakansaja, dan mencapai 271 tC/ha untuk stok karbon tegakan + serasah+ pohon mati. Produksi primer neto pada TPTI dan TPTII itu polanyatetap selama analisis, karena tidak ada faktor gangguan, kelestarianhutan dan hasil hutan dapat tercapai.

0

50

100

150

200

250

300

1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100

Waktu (thn)

Sto

kK

arb

on

Hu

tan

Ala

m(t

C/h

a)

HA-TPTII-2 HA-TPTI HA-TPTII-1

Gambar 3. Dinamika stok karbon pengelolaan hutan alam TPTI &TPTII

Pada skenario terjadi deforestasi, yang mempengaruhi kelajukematian di luar data kematian pada model, yaitu deforestasisebesar 0,8%/thn. Akibat deforestasi terjadi pada areal HP yangdikelola dengan TPTI dan TPTII (TPTJ), maka laju produksi biomasamenurun dibandingkan pada PHPL (Gambar 4).

Page 33: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

32

-

50

100

150

200

250

1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91

Waktu (thn)

Sto

kK

arb

on

(tC

/ha

)

Def HA-TPTI Def HTI

Gambar 4. Dinamika stok karbon pada pengelolaan hutan alam TPTIdan pengelolaan HTI pada pengaruh deforestasi.

Siklus karbon pada pengelolaan HTI, dimulai dari perubahanhutan alam sekunder dan hutan bekas tebangan. Pada hutansekunder Rawa stok karbon 50 tC/ha, dan bekas tebangan sebesar126 tC/ha, dan pada hutan lahan kering bekas tebangan 101 tC/ha.Model pertumbuhan digunakan melalui program Stella untukmenduga penyerapan karbon selama daur. Semua HTI (jenisMangium, Crassicarpa dan Pellita) dapat mengakumulasi karbonsebagai produksi primer neto lebih tinggi dari hutan alam semula,kecuali HTI jenis Crassicarpa yang dikembangkan di Hutan Gambutbekas tebangan yang memiliki stok karbon 126 tC/ha (Gambar 5).Apabila HTI dikembangkan di lahan tidak berhutan semua jenis HTIakan meningkatkan stok karbon di hutan.

0

50

100

150

200

250

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65

Waktu (thn)

Sto

kK

arb

on

HA

-HT

I(t

C/h

a)

Skd-Crassicarpa LOA-CrassicarpaLOA-Mangium LOA-Eucaliptus

Page 34: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

33

Gambar 5. Dinamika stok karbon pada pengelolaan HTI skema PHPL

Neraca karbon pengelolaan hutan alam dan HTI pada satuUnit Manajemen (UM), dianalisis untuk luas 35 ha (hutan alam danHTI) agar dapat diperbandingkan produksi biomasa yang diperoleh disetiap UM. Dinamika karbon skala Unit Manajemen jugamenggunakan skenario PHPL dan skenario pengaruh deforestasi.Pada luas UM yang sama masing-masing 35 ha, dengan daur atausiklus tebang yang berbeda-beda, diperoleh akumulasi stok karbonkondisi stabil (steady state pada pola pengaturan hasil selama siklustebang bukan steady state pada pertumbuhan) skenario PHPL.

Akumulasi stok karbon pada skenario PHPL, TPTI sebesar5.017,8 ton, TPTII-1 sebesar 4.050 ton dan TPTII-2 sebesar 5.885ton. Stok kondisi semula hutan primer di dalam satu UMpengelolaan hutan alam TPTI & TPTII sebesar 8.305 ton. Dengandemikian stok karbon kondisi steady state pengelolaan hutan alamTPTI & TPTII, lebih rendah dari stok hutan klimaks (steady statepertumbuhan). (Gambar 6).

Akumulasi stok karbon pengelolaan HTI pada skenario PHPLsatu UM luas 35 ha setelah selesai masa pembangunan satu daurmulai memasuki daur kedua mencapai 3.332 ton. Kondisi stok awalyaitu pada lahan kosong adalah 0 ton, sedangkan pada hutansekunder stok karbon awal 1.960 ton (35 ha x 56/ha ton). Dengandemikian akumlasi stok akrbon HTI lebih besar dari stok hutansemula, jadi berperan positif meningkatkan simpanan karbon dihutan (Gambar 6).

-1,0002,0003,0004,000

5,0006,0007,0008,0009,000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Waktu (thn)

Sto

kK

arb

on

Un

it

Ma

na

jem

en

(to

n)

UM HA-TPTI UM-HTIhs UM-HTInh UM HA-TPTII

Gambar 6. Neraca karbon pada skala satu UM hutan alam dan HTIpada skenario PHPL

Page 35: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

34

Skenario pengaruh deforestasi pada satu Unit Manajemenhutan alam maupun hutan tanaman tentu akan menurunkanakumlasi stok karbon, sehingga semakin lama kondisi stok semakinmenurun yang berarti emisi telah menguras stok karbon dihutan.

Gambar perkembangan atau neraca karbon pada satu UM pengaruhdeforestasi disajikan pada Gambar7.

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Umur (thn)

Sto

kK

arb

on

Un

it

Ma

na

jem

en

(to

n)

UM HA-TPTI UM-HTIhs UM-HTInh UM HA-TPTII

Gambar 7. Neraca karbon pada skala satu UM hutan alam dan HTIpada skenario pengaruh deforestasi

Neraca karbon di dalam kawasan hutan Indonesia diestimasimenggunakan beberapa asumsi/ skenario, yaitu :

Stok karbon hutan alam primer di semua fungsi hutan 237,29tC/ha, hutan sekunder sebesar 101 tC/ha.

Hutan sekunder pada HP merupakan keseluruhan UM pengelolaanhutan alam dengan TPTI yang sudah mencapai siklus tebangkedua stok karbon 35 ha sebesar 5.018 ton.

HTI yang sudah ada sebesar (definitif) 4.600.000 ha sudahmemasuki daur kedua. Pembangunan HTI ditargetkan total 15juta hektar, sehingga masih ada pembangunan HTI sebesar10.400.000 ha. Keseluruhan HTI baru dari HP yang tidakberhutan.

Laju deforestasi di masing-masing hutan (primer dan sekunder) disetiap fungsi hutan mengacu angka laju deforestasi pada Tabel 1.

Neraca karbon hutan di dalam kawasan hutan Indonesiamenggunaakan data luas kawasan tahun 2005 (Lampiran 1).

Page 36: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

35

Analisis neraca karbon hutan di dalam kawasan selama 20 tahun.

Estimasi neraca karbon hutan Indonesia dengan skenario danasumsi tersebut, diperoleh peningkatan stok karbon dari awal 2007sampai tahun 2020. Peningkatan ini pengaruh pembangunan HTIyang dilakukan pada HP tanah kosong (tidak berhutan). Sehinggapenting untuk menekankan prioritas pembangunan HTI di areal tidakberhutan, agar peningkatan serapan karbon terjadi.

Neraca karbon setelah tahun 2020 mengalami defisit karenaproses deforetasi terus terjadi. Jadi meskipun sudah dilakukanupaya penyerapan karbon melalui pembangunan HTI sehinggaterjadi surplus karbon (peningkatan stok karbon), tetapi setelahselesai pembangunan HTI proses deforestasi tetap terjadi. Jadipenting adanya upaya yang nyata dari berbagai pendekatan secarakomprehensif antara lain kepastian kawasan hutan (tata ruang)untuk menurunkan laju deforestasi.

-100

-50

0

50

100

150

200

250

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

Waktu (thn)

Peru

bah

an

Sto

kK

arb

on

Hu

tan

(ju

tato

n)

Surplus/Defisit

Gambar 8. Surplus dan defisit neraca karbon hutan Indonesiaselama 2006 - 2005

Data lebih rinci stok karbon di awal tahun dan di akhir tahunselama 20 tahun disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Estimasi neraca karbon hutan di dalam kawasan hutanIndonesaia 2006-2025

Page 37: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

36

NERACA KARBON DI DALAM KAWASAN HUTAN 2006-2025 (jutaton)

Tahun Awal Tahun Akhir Tahun Surplus/Defisit

2006 - 17,473

2007 17,473 17,400 (73)

2008 17,400 17,348 (52)

2009 17,348 17,317 (31)

2010 17,317 17,308 (9)

2011 17,308 17,319 12

2012 17,319 17,352 33

2013 17,352 17,406 54

2014 17,406 17,481 75

2015 17,481 17,578 96

2016 17,578 17,695 117

2017 17,695 17,833 138

2018 17,833 17,992 159

2019 17,992 18,173 180

2020 18,173 18,374 201

2021 18,374 18,297 (77)

2022 18,297 18,221 (76)

2023 18,221 18,146 (75)

2024 18,146 18,071 (74)

2025 18,071 17,998 (73)

Note : pengolahan data NSDH 2005, peta deforestasi Indonesia, riaphutan alam, dan hutan tanaman

Page 38: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

37

DAFTAR PUSTAKA

Badan Planologi. 1998. Neraca Sumberdaya Hutan Nasional 1998.Pusat Inventarisasi SDH dan Kebun. Badan Planologi DepartemenKehutanan dan Perkebunan.

Badan Planologi . 2002. Neraca Sumberdaya Hutan Nasional 2002.Pusat Inventarisasi & Statistik Kehutanan, Badan PlanologiKehutanan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Badan Planologi. 2008. Peta Deforestasi Indonesia Periode 2003-2006. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, Badan PlanologiDepartemen kehutanan.

Bahruni. 2009. Bahan Training Analisis Biaya Manfaat PenggunaanLahan dan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan.Puslitsosek. Badan Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan.Bogor.

Bahruni. 2008. Pendekatan Sistem dalam Pendugaan Nilai EkonomiTotal Ekosistem Hutan. Studi Kasus Hutan Alam Bekas Tebangan dikalimantan Tengah. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Bahruni. 2010. Valuasi Ekonomi Alternatif Pengelolaan KolaboratifBentang Alam Semenanjung Kampar. Tropenbos International -Indonesia Programme, Balikpapan.

Departemen Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan RI NoP.68/Menhut-II/2008 Tentang Penyelenggaraan DemontrationActivities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan DegradasiHutan. Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan RI NoP.30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dariDeforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan RI NoP.36/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Perizinan UsahaPemanfaatan Penyerapan dan /atau Penyimpanan Karbon padaHutan Produksi dan Hutan Lindung. Departemen Kehutanan.

Hardiansyah G. 2009. Potensi Pemanfaatan Sistem TPTII untukMendukung Upaya Penurunan Emisi dari Deforestasi dan DegradasiHutan (REDD). Studi Kasus Areal IUPHHK-HT PT. Sari Bumi Kusumadi kalimantan Tengah. Draft Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB.Bogor.

Leuschner WA. 1990. Forest Regulation Harvest Scheduling andPlanning Techniques. New York, Chichester, Brisbane, Toronto,Singapore : John Wiley & Sons, Inc.

Page 39: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

38

Lembaga Penelitian IPB. 1992. Studi Evaluasi Lingkungan HakPengusahaan Hutan PT. Sari Bumi Kusuma. IPB Bogor.

Pemerintah RI. 2008. Peraturan Pemerintah RI No 26 Tahun 2008Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Rahayu, S. 2008. Kajian Perolehan Karbon Sebagai DampakIntervensi. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol XIV (3) : 125-129.

Vogt KA, Gordon JC, Wargo JP, Vogt DJ, Asbjornsen H, Palmiotto PA,Clark HJ, O’Hara JL, Keaton WS, Weynand TP,Witten E. 1997.Ecosystem : Balancing Science with Management. Springer-VerlagNew York.

Wulansari M. 2008. Perbandingan Stok Karbon pada Hutanmangrove dan Non Mangrove di Pulau Dua Banten. Skripsi. ProgramStudi Sarjana Biologi, SITH ITB.

Yuli. 2003. Prospek Pengelolaan Agroforestry untuk TujuanPerdagangan Karbon. Studi Kasus di Kecamatan LeuwiliangKabupaten Bogor. Skripsi. IPB. Bogor.

Page 40: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

39

Lampiran 1. Luas hutan Indonesia di setiap fungsi hutan 2005

FungsiHutan

HutanPrimer

HutanSekunder

TidakBerhutan Total

KSA+KPA 11,102,557 4,924,975 5,129,203 21,156,735

LH 15,696,537 9,403,474 6,232,122 31,332,133

HP 14,680,320 22,806,529 19,044,337 56,531,186

HPK 5,720,288 5,485,238 11,433,228 22,638,754

Total 47,199,702 42,620,216 41,838,890 131,658,808

Prosentase(%) 35,85 32,37 31,78 100

Note : sumber NSDH 2005

Page 41: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

40

Lampiran 2. Perkembangan neraca karbon hutan primer dan

sekunder HL selama 20 tahun

4:15 AM Mon, May 31, 2010

Neraca Karbon HL

Page 4

1.00 27.00 53.00 79.00 105.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3.3e+009

3.55e+009

3.8e+009

250000000

650000000

1.05e+009

1: C HL[Hprimer] 2: C HL[Hsekunder]

1

1

1

1

2

2

2

2

Lampiran 6. Perkembangan neraca karbon HP (hutan primer, hutan

sekunder/ TPTI dan HTI) selama 20 tahun

Page 42: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

41

7:52 PM Mon, May 31, 2010

Neraca Karbon HP

Page 5

1.00 5.75 10.50 15.25 20.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

3.35e+009

3.45e+009

3.55e+009

2.45e+009

2.95e+009

3.45e+009

500000000

2e+009.

3.5e+009

1: C HP[HA hp] 2: C HP[HA hs] 3: C HP[HTI]

1

1

1

1

2

2

2

23

3

3

3

Lampiran 3. Perkembangan neraca karbon hutan primer dan

sekunder KSA & KPA selama 20 tahun

4:47 AM Mon, May 31, 2010

Neraca Karbon KSA&KPA

Page 6

1.00 5.75 10.50 15.25 20.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

2.59e+009

2.615e+009

2.64e+009

420000000

460000000

500000000

1: C KSA&KPA[Hprimer] 2: C KSA&KPA[Hsekunder]

1

1

1

1

2

2

2

2

Page 43: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

42

Lampiran 4. Perkembangan neraca karbon hutan primer dan

sekunder HPK selama 20 tahun

4:47 AM Mon, May 31, 2010

Neraca Karbon HPK

Page 7

1.00 5.75 10.50 15.25 20.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

1.335e+009

1.35e+009

1.365e+009

350000000

500000000

650000000

1: C HPK[Hprimer] 2: C HPK[Hsekunder]

1

1

1

1

2

2

2

2

Page 44: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

43

NERACA ATAU SIKLUSKARBON DI DALAM HUTAN

BAHRUNIFAKULTAS KEHUTANAN IPB

Email: [email protected]

TATA RUANG

• Tata ruang yang mengatur alokasi sumberdaya

lahan untuk berbagai penggunaan, yang

mengharmoniskan kepentingan tujuan ekonomi,

lingkungan ataupun kepentingan masyarakat secara

luas merupakan prasyarat optimalisasi penggunaan

ruang/ hutan

• Tata ruang bukan satu-satunya faktor penentu

keberhasilan

Page 45: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

44

KEMUNGKINAN RTRW THD HUTAN

TETAP BERUBAH

PERUNTUKAN & FUNGSI HUTAN

HUTAN PRIMER, SEKUNDER, NON HUTAN

BERTAMBAH

BERKURANG

KEMUNGKINAN RTRW THD HUTAN &KARBON HUTAN

KAWASAN NO NH UTAN

PERKEBU NAN

PERTANIAN

SEMAKBELUKAR

PEMUKIMAN

PERKO TAANDLL

HUTANALAMKLIMAKS

HUTANDIKELOLA/PHPL

HUTAN SEKUNDERTERDEGRADASI

SEMAKBELUKAR,RUMPUT

Deforestasi

Degradasi

Re forestasi,

Re storasi

KAWA

SAN

H

UTA

N

Page 46: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

45

KONDISI HUTAN

• Banyak data yang menunjukkan kerusakan hutan

• Banyak pendapat yang menyatakan bahwa kerusakan hutan

disebabkan kombinasi berbagai faktor.

– Tata kelola danregulasi yang tidak mampu menumbuhkan perilaku

pengelolaanhutan yang baik, birokrasi yang yang belum efisien,

– Ketidakpastian lahan(masalahtenurial & tata ruang) dan lain-lain.

– Faktor teknis manajerial,

– Motif ekonomi yang tidak disertai kemauan mempertahankan

ketersediaan hutan jangka panjang,

– Karakter opportunis,

DEFORESTASI

•Tabel 1. Analisis lajudeforestasi Indonesia periode 2003-2006

a. Deforestasi terhadap luas total setiap fungsi hutan 2003-2006

Deforestasi KSA+KPA HL HPT+HP HPK

Hutan primer 0,04% 0,05% 0,04% 0,02%

Hutan sekunder 0,21% 0,35% 0,63% 0,43%

Total 0,26% 0,42% 0,80% 0,48%

b. Deforestasi terhadap luas masing-masingkondisi hutan

Deforestasi KSA+KPA HL HPT+HP HPK

Hutan primer 0,08% 0,11% 0,16% 0,07%

Hutan sekunder 0,88% 1,18% 1,62% 1,77%

Total 0,26% 0,42% 0,80% 0,48%

Note: diolah dari informasi peta deforestasi Indonesia2003-2006

Page 47: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

46

SIKLUS KARBON

PROSES PENYERAPAN DAN EMISI KARBON, DENGANHASIL BIOMASA / STOK KARBON

PROSES INI PENGARUHI OLEH :

– KONDISI VEGETASI

– KONDISI TEMPAT TUMBUH & LINGKUNGAN (faktor

edafis, klimatis dan faktor hayati lainnya)

– KONDISI PENGELOLAAN & GANGGUAN

SIKLUS KARBON

DEFORESTASI ,DEGRADAS I

DEKOMPOSISI,RESPIRASIHETEROTROPHIC

RESPIRASIAUTOTROPHIC

FOTOSINTESIS

REGENERASI,MATI

O2

TEGAKAN : PRODUKSI PRIMER

NETO; PRODUKSI

EKOSISTEM NETO

PERTUMBUHANNETO

PANEN, PAKANHERBIVOR

ATMOSFER

GEOSFER

CO2

MANAJEMENEKOSISTEM , ANTHROPOGENIC

TANAH &SERASAH

CO 2

SPACE

O2

E

MISI

EMISI

MATAH ARI

Page 48: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

47

HASIL SIKLUS KARBON

• Produksi Primer Bruto (PPB) :– Karbon hsl fotosintesis pada vegetasi.

• Produksi Primer Neto (PPN) :– Karbon hsl fotosistensis dikurangi respirasi vegetasi.

– PPN = PPB – R.

– Cara praktis : B vegetasi + B. serasah + B. vegetasi yangdimakan herbivor.

• Produksi Ekosistem Neto (PEN) :– PPN – Dekomposisi bahan organik bagian veg yang mati

• KARBON AREAL HUTAN :– PEN – PANEN – GANGGUAN LAIN

NERACA KARBON

• PENGELOLAAN HP :

– Skema PHPL (HA & HTI)

– Skema deforestasi, data historis 2003-2006.

• PENGELOLAAN HL, KSA & KPA, HPK:

– Skema pengelolaan sekarang (deforestasi, datahistoris periode 2003-2006).

Page 49: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

48

MODEL PERTUMBUHAN

• SIKLUS KARBON PERTUMBUHAN TEGAKAN NETO

• HA : PERTUMBUHAN KLS DIAMETER

– Nk,t+1 = Nk,t + Ik - Uk - Mk – Hk

• HTI :

– A.crassicarpa :

– C = 42,032 Ln X + 2,5573. (R2 = 0,9882)

– E. pellita :

– C = -0,1301 X3 + 2,4791 X2 + 3,2142 X + 1,0174 (R2 = 0,9896)

– A. mangium :

– C= -0,0955 X3 +1,6646 X2 + 13,732 X –15,698 (R2 = 0,9928)

MODEL SIKLUS KARBON HA

pancang

t iang phn20

m p40

l j teb50

t eb total

m p30

phn40

up pan

kel uar

up t iang

lj up p m ti ang

m al am t

m p20

phn30up p20

lj up t

m teb t

m alam p30

m teb p30

l j up p20

up p30

j l up p30

m al am p20

m teb p20

phn50up p40

t eb50

m p50

teb40

l j up p40

phn60up p50

teb60

m alam p40

m teb p40

l j teb60

l j up p50

m teb p50

lj t eb40

m p60

m teb p60

m alam p50m alam p60

phn20

phn30 umur st lh t eb

masuksikl us teb

mul ai

teb total

karbon teg tot

phn40 phn50

phn60karbon VF

SUB SIST EM KA RBONT EGAKA NHA

Page 50: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

49

MODEL SIKLUS KARBON HTI

S tok K arbon

Riap M Crss E u

Panen

O ut

M ode l Riap

Daurl j tebUm ur

In

m ulai

S UB S IST E M KA RB ON HTI

NERACA KARBON HP (PHPL)

0

50

100

150

200

250

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65

Wa ktu (thn )

Sto

kK

arb

on

HA

-HT

I(t

C/h

a)

Skd-Crassicarpa LOA-CrassicarpaLOA-Mangium LOA-Eucaliptus

0

50

100

150

200

250

300

1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100

Waktu(thn)

Stok

Karb

onH

utan

Ala

m(tC

/ha)

HA-TPTII-2 HA-TPTI HA-TPTII-1

Page 51: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

50

NERACA KARBON HP DEF.

-

50

100

150

200

250

1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91

Waktu (thn)

Sto

kKar

bon

(tC/h

a)

Def HA-TPTI DefHTI

NERACA PD SKALA UM (PHPL)

-1,0002,0003,0004,000

5,0006,0007,0008,0009,000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Waktu (thn)

Sto

kK

arb

on

Un

it

Man

aje

men

(to

n)

UM HA-TPTI UM-HTIhs UM-HTInh UM HA-TPTII

Page 52: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

51

NERACA PD SKALA UM DEF.

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Umur (thn)

Sto

kK

arb

on

Un

it

Man

aje

men

(to

n)

UM HA-TPTI UM-HTIhs UM-HTInh UM HA-TPTII

NERACA C KAWASAN HUTAN INDONESIA

Stok karbon hutan alam primer di semua fungsi hutan 237,29 tC/ha,hutan sekunder sebesar 101 tC/ha.

Hutan sekunder pada HP merupakan keseluruhan UM pengelolaan hutanalam dengan TPTI yang sudah mencapai siklus tebang kedua stokkarbon 35 ha sebesar 5.018 ton.

HTI yang sudah ada sebesar (definitif) 4.600.000 ha sudah memasukidaur kedua. Pembangunan HTI ditargetkan total 15 juta hektar,sehingga masih ada pembangunan HTI sebesar 10.400.000 ha.Keseluruhan HTI baru dari HP yang tidak berhutan.

Laju deforestasi di masing-masing hutan (primer dan sekunder) disetiap fungsi hutan mengacu angka laju deforestasi pada Tabel 1.

Neraca karbon hutan di dalam kawasan hutan Indonesia menggunakandata luas kawasan tahun 2005 (Lampiran 1).

Analisis neraca karbon hutan di dalam kawasan selama 20 tahun.

Page 53: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

52

MODEL NERACA C HTN IND

L KSA&KPA Hp

L KSA&KPA Hs

KSA&KPA Nh

HL Hp

HL Hs

HL Nh

def1a

def1b

Ljdef1a

Ljdf1b

def2a

def2b

C KSA&KPA

Def HK

Lj def HK

Lj def2a

Ljdef2bC HL

Def HL

LjdefHL

C HP

Def HPRefHP

Lj ref

Lj defHP

Luas in

C HPK

Def HPK

LjdefHPK

HP Hp

Ref in

In HT

HP Hs

HPNh

Ljdef4a

def4a

def4b

HPK Hp

HPK Hs

HPK Nh

def3a

def3b

Ljdef3a

Ljdef3bLjdef4b

NERACA HUTAN

NERACA KARBON HTN INDNERACA KARBON DI DALAM KAWASAN HUTAN 2006 -2025 (juta ton)

Tahun Awal Tahun Akhir Tahun Surplus/Defisit

2006 - 17,473

2007 17,473 17,400 (73)

2008 17,400 17,348 (52)

2009 17,348 17,317 (31)

2010 17,317 17,308 (9)

2011 17,308 17,319 12

2012 17,319 17,352 33

2013 17,352 17,406 54

2014 17,406 17,481 75

2015 17,481 17,578 96

2016 17,578 17,695 117

2017 17,695 17,833 138

2018 17,833 17,992 159

2019 17,992 18,173 180

2020 18,173 18,374 201

2021 18,374 18,297 (77)

2022 18,297 18,221 (76)

2023 18,221 18,146 (75)

2024 18,146 18,071 (74)

2025 18,071 17,998 (73)

Page 54: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

53

SURPLUS/DEFISIT KARBON HUTAN

-100

-50

0

50

100

150

200

250

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

Waktu (thn)

Pe

rub

ah

an

Sto

kK

arb

on

Hu

tan

(ju

tato

n)

Surplus/Defisit

KESIMPULAN

• TATA RUANG DIHARAPKAN MEMBERIKANKEPASTIAN PENGGUNAAN LAHAN

• NERACA KARBON HUTAN DIPENGARUHIBANYAK FAKTOR

• PERLU UPAYA MENEKAN LAJU DEFORESTASI &DEGRADASI

• PENINGKATAN SERAPAN KARBON OLEH HUTANBARU : RESTORASI, HTI, HTR, HR dll

Page 55: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

54

Pembicara

Dr. Ir. Sudarsono SudomoFakultas Kehutanan IPB

KARBON DALAM RANTAI SUPLAI KAYU

Page 56: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

55

Karbon dalam Rantai Suplai Kayu

Sudarsono SoedomoFakultas Kehutanan IPB, Bogor

Ringkasan

Hutan untuk kepentingan memproduksi kayu tidak perlu

dipertentangkan dengan hutan untuk tujuan menyimpan karbon.

Keduanya dapat berjalan seiring. Melalui hutan produksi yang dikelola

dengan baik, jumlah karbon yang tersimpan dalam biomas lebih tinggi

dibandingkan jumlah karbon yang tersimpan dalam hutan yang

ditujukanmelulu untukmenyimpan karbon. Disamping keunggulan

dalammenambat danmenyimpan karbon, hutan produksi

dapatmembangkitkan kegiatan ekonomi masyarakat.

1. Pengantar

Tiga kata yang akhir-akhir ini sangat populer dalam diskursus

lingkungan adalah emisi, karbon, dan deforestasi. Bila satu hektar

hutan ditebang habis, imaginasi banyak orang adalah 200 ton karbon

terlepas ke udara. Adalah benar bahwa hutan yang masih berdiri

menyimpan karbon yang diambilnya dari udara selama proses

fotosintesis, tetapi sangat menyesatkan menyimpulkan bahwa bila

hutan yang bersangkutan ditebangmaka otomatis seluruh karbon

yang terkandungnya akan dilepaskan kembali ke udara. Kesesatan

pikir ini kemudianmenghasilkan kesesatan baru yangmenempatkan

kepentingan menghasilkan jasa penyimpanan karbon dan kepentingan

ekonomi dalam relasi trade-off.

Dewasa ini, penjualan karbon yang ditambat oleh hutan dapat

dilakukan dengan mempertahankan hutan tetap berdiri. Sementara

pasar bagi karbon hutan adalah problematik, banyak upaya telah

dilakukan untuk membuat pasar karbon berjalan, misalnya susunan

kelembagaan (Corbera et al., 2009), bank karbon untuk membuka

kesempatan bagi pemilik hutan skala kecil (Bigsby, 2009), penentuan

harga karbon yang tersimpan dalamtegakan (Hunt, 2008).

Sistem perdagangan karbon yang menyaratkan penyimpanan

karbon dalam tegakan hutan merupakan sistem yang rumit dan

Page 57: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

56

berpotensi tidak efisien. Pembeli harus memantau karbon yang

disimpan secara periodik karena principal-agent problem.1

Kebocoran kayu dari hutan tanaman yang didedikasikan untuk

menyerap karbon sangat mungkin terjadi yang pada gilirannya

mempengaruhi pasar kayu (Sedjo and Sohngen, 2000). Kesalahan

adalah sangat mungkin terjadi dalam menghitung simpanan karbon

(Tavoni et al., 2007). Biaya transaksi berpotensi sangat tinggi (van

Noordwijk et al., 2008). 2

Dalam paper ini, saya akanmenunjukkan bahwa pemanenan

hutan dan pemanfaatan kayunya dengan bijaksana

berpotensimeningkatkan jumlah karbon yang tersimpan

danmeningkatkan kegiatan ekonomi. Bukan trade-off antar keduanya,

melainkan bergerak dalam satu arah. Organisasi paper ini dibuat

sesederhana mungkin. Setelah seksi pengantar ini, seksi

2mendiskusikan rantai suplai kayu dan neraca karbon. Berikutnya

adalah seksi 3 yangmenyampaikan kesimpulan.

2. Rantai Suplai Kayu dan Neraca Karbon

Untuk menduga neraca karbon sepanjang rantai suplai kayu

kita perlu mengetahui total karbon di dalam tegakan hutan, pola

pertumbuhan tegakan, tingkat efisiensi perubahan dari satu tahap ke

tahap berikutnya, daur yang digunakan, dan masa pakai produk kayu.

Secara garis besar, tahapan dalam rantai suplai kayu dapat dilihat

pada Gambar 1. Dalam pemanenan, kayu bulat yang diperoleh

merupakan suatu fraksi (sebesar α) dari biomas total tegakan hutan,

sedangkan selebihnya akan menjadi limbah di dalam hutan.

Pengolahan kayu bulatmenjadi produk akhir juga akanmenghasilkan

limbah. Rendemen pengolahan dicatat dengan β. Selanjutnya, produk

akhir akan digunakan oleh konsumen untuk beberapa waktu.

Disampaikan dalam Seminar “Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi

KawasanHutan dalam Revisi RTRWP terhadap Neraca Karbon dalamKawasan Hutan”

tanggal 2 Juni 2010 di Jakarta.1 Pembeli merupakan principal dan penjual merupakan agent. Penjual mengetahui

informasi lebih lengkap ketimbang pembeli tentang hutan yang sedang ditransaksikan.2 Saat ini sangat banyak calo perdagangan karbon yang berkeliaran di sekitar kita.

Page 58: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

57

Gambar 1: Rantai Suplai Kayu dari Hutan Produksi

Proses pengolahan kayu dari kayu bulat menjadi produk akhirdapat dibagi dua, yakni pengolahan primer dan sekunder. Efisiensipengolahan sekunder ini sangat beragamyang tergantung pada jenisproduk akhir yang hendak dihasilkan. Produk ukiran, misalnya,banyakmenghasilkan limbah tetapi untungnya tidak banyak kayu yangdiperuntukkan bagi produk ukiran. Jenis produk akhir ini juga akanmenentukanmasa pemakaian (Tabel 1). Secara kasar 50%karbonhutan dari panen diubahmenjadi produk bermasa pakai lama dansisanya digunakan untuk memproduksi barang bermasa pakai pendek(Perez-Garcia et al., 2005). Ingerson (2009) yang mengutip Smith etal menyebutkan 60% dari produk kayu solid primer dipakai untukpenggunaan yang berumur panjang. Perlakuan pengawetan terhadapkayu tentu saja akanmemperpanjang masa pakainya.

Tabel 1: Jangka Sekuestrasi Karbon dalam Penggunaan Akhir (Skog

and Nicholson, 1998)

Page 59: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

58

Untuk analisis neraca karbon, kita akan mulai dengan satu unit

kayu olahan yang diperdagangkan dan kemudian digunakan oleh

konsumen per tahun. Dua model penyusutan terhadap kayu produk

akhir akan digunakan dalam analisis, yaitu:

1. Penyusutan per periode merupakan fraksi konstan (sebesar δ)

dari kayu produk akhir yangmasih tersisa. Jadi, setiap satu unit

kayu produk akhir yang dipakai selama satu periode akan

menyusut sebesar δ×1 dan menyisakan 1−δ.3 Setiap periode t

satu unit kayu produk akhir segar memasuki pemakaian dan

pada periode yang sama terjadi penyusutan sebesar δ dikalikan

dengan stok pada periode tersebut s(t ). Perubahan stok pada

periode t tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

(1)

Solusi terhadap persamaan ini dengan kendala stok di awal periode s

(0) = 1 adalah

Penyusutan per tahun merupakan jumlah konstan sebesar d, sehingga

satu unit kayu produk akhir yang dipakai akan habis dalam jangka

waktu tahun. Model ini digunakan oleh Aber dan Melillo dalam Perez-

Garcia et al. (2005). Dengan model penyusutan ini, satu unit kayu

produk akhir akan tersisa sebesar 1−d setelah terpakai selama satu

tahun. Pemakaian dua tahun akan menyisakan 1−2d. Kayu akan

benar-benar habis ketika sisanya sama dengan nol, yakni 1−td = 0.

Dengan kata lain, kayu benar-benar habis terpakai setelah digunakan

selama t = 1/d. Model penyusutan

3Dinamika satu unit ini dari waktu ke waktu mengikuti s(t ) = e−δt . Dalam notasi diskrit,

ekspresi 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

st = st−1 −δst−1 +1

Ketika kondisi steady state tercapai dimana stok kayu produk akhir terpakai sama untuk

sembarang t, yakni st = st+1 = s∗,maka jumlah stok kayu terpakai adalah sebesar s∗ = 1/δ

Page 60: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

59

ini akanmenghasilkan dinamika stok kayu produk akhir dalam

pemakaian sebagai berikut:

Contoh dinamika stok kayu dalam penggunaan untuk kasus δ = 0,1

dan d = 0,1 dapat dilihat pada Gambar 2. Kondisi steady state untuk

model penyusutan pertama terjadi lebih lambat ketimbang pencapaian

kondisi steady state menurut model penyusutan kedua. Tingkat

steady state model penyusutan pertama lebih tinggi dari tingkat

steady state model penyusutan model penyusutan kedua. Jika setiap

tahun satu unit kayu olahan masuk dalam peredaran pemakai, maka

model penyusutan

pertama menghasilkan tingkat steady state 10 unit, sedangkan model

penyusutan kedua memberikan steady state 5 unit.

Gambar 2: Dinamika Stok Kayu Produk Akhir Dalam Pemakaian

Page 61: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

60

Untuk memperkirakan berapa stok kayu dalam pemakaian yang lebih

realistis, kita perlu memilih berapa nilai δ dan d yang cukup realistis

dan

asumsi yang digunakan tentang keterpakaian kayu. Nilai δ dan d akan

sangat tergantung pada teknologi pengawetan dan jenis pemakaian

produk kayu.

Data pada Tabel 1 dapat digunakan sebagai pedoman untuk

menentukan nilai δ. Misalnya, half-life 100 adalah setara dengan δ =

0,007, sedangkan half-life 70 setara dengan δ = 0,010. Keterpakaian

kayu dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalnya, suatu produk

dianggap masih dalam pemakaian jika setengah darinyamasih utuh.

Sebagai contoh, jika satu unit kayu produk akhir digunakan dan setiap

tahun mengalami penyusutan 0,1 unit, maka pada tahun keenam

akan tersisa 0,5 unit. Sisa ini dianggap tidak dapat dipakai lagi, lalu

dibuang, dan dianggap segera terdekomposisi untukmelepaskan CO2

ke udara.

Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan stok kayu produk akhir dalam

pemakaian dalam keadaan steady state

Pertanyaan yang hendak dijawab sekarang adalah lebih banyak mana

stok kayu, dengan demikian juga stok karbon, antara bentuk hutan

Page 62: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

61

berdiri atau hutan yang dikelola untuk dipungut kayunya? Pertanyaan

ini tidak terlalumudah untuk dijawab karena banyak faktor yang

mempengaruhinya. Saya memfokuskan diri pada penggunaan yang

berumur panjang yang menyerap sekitar 50% kayu dari hutan,

khususnya konstruksi. Jika tingkat efisiensi untuk menghasilkan satu

unit kayukonstruksi adalah β = 0,50, maka kayu bulat yang

dibutuhkan untuk memproduksinya adalah 2 unit. Kayu bulat yang

dipanen ini kurang lebih 60% dari total biomas dalam hutan atau

dengan kata lain α = 0,60 (Ingerson, 2009). Jadi 2 unit kayu bulat

yang dipungut adalah setara dengan 2/0.60= 3,33 unit biomas dalam

hutan.

Artinya, setiap periode (satu tahun) 3,33 unit biomas dari hutan harus

ditebang untuk menghasilkan satu unit kayu konstruksi. Untuk sampai

kepada jawaban yang dikehendaki, kita perlu tahu masa pakai dari

kayu konstruksi dan daur hutannya. Diasumsikan masa pakai kayu

adalah 100 tahun - penyusutan konstan sebesar 0,005 unit per tahun

dan masa pemakaian berlangsung hingga kayu yang tersisa adalah

50%. Pada kondisi steady state, jumlah unit kayu dalam pemakaian

mencapai 75,75 unit. Jumlah ini kurang lebih setara dengan biomas

hutan produksi normal yang berdaur 23 tahun dan dibiarkan tidak

ditebang.4 Jika daur yang digunakan kurang dari 23 tahun, maka

karbon yang tersimpan dalam produk akhir akan lebih tinggi

ketimbang karbon yang tersimpan dalam hutan berdiri.

Baik secara ekonomis maupun penambatan dan penyimpanan

karbon, hutan produksi menunjukkan keunggulan dibanding hutan

yang dibangun hanya untuk tujuan penambatan dan penyerapan

karbon.

Perlu pula diingat bahwa hutan produksi yang menghasilkan

kayu olahan tersebut juga masih menyimpan karbon. Berapa sesilih

biomas antara hutan produksi normal dengan hutan yang dibiarkan

khusus untukmenyimpan karbon? Kita perlu melihat dari pertumbuhan

tegakan. Misalnya fungsi pertumbuhan biomas adalah V (t ), yakni

biomas merupakan fungsi dari waktu. Gambar 3memperlihatkan

pertumbuhan tipikal dari suatu tegakan hutan. Selisih biomas antara

hutan produksi normal dan hutan karbon adalah daerah antara kurva

V (t ) dan garis putus-putus yang merepresentasikanbiomas

maksimal.5

Page 63: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

62

2. Kesimpulan

4. Untuk menambah penambatan karbon, Indonesia harus lebih

banyak menanam dan memanenkayu dari hutan. Antara hutan

produksi dan hutan karbon tidak perlu dipertentangkan karena

melalui hutan produksi karbon yang tersimpan dalam biomas

sangat mungkin lebih banyak ketimbang karbon yang tersimpan

dalam hutan karbon.

5. Hutan produksi memberikan dampak ekonomi yang lebih

menguntungkan dibanding hutan yang melulu untuk karbon.

Aktivitas ekonomi dapat terguncang hebat dengan dialihkannya

hutan produksimenjadi hutan karbon.

6. Konstruksi rumah Indonesia masa depan seharusnya dari kayu,

bukan dari tembok dan beton. Disampingmenyimpan lebih

banyak karbon, rumah kayu lebih tahan gempa. Ini sangat

cocok untuk Indonesia yang sering dilanda gempa.

Pustaka

Bigsby, H. 2009. Carbon banking: Creating flexibility for forest

owners. Forest Ecology and Management, 257(1):378 – 383.

Corbera, E., Soberanis, C. G., and Brown, K. 2009. Institutional

dimensions of payments for ecosystem services: An analysis of

Mexico’s carbon forestry programme. Ecological Economics, 68(3):743

– 761.

Galik, C. S. and Jackson, R. B. 2009. Risks to forest carbon offset

projects in a changing climate. Forest Ecology and Management,

257(11):2209 – 2216.

Hunt, C. 2008. Economy and ecology of emerging markets and credits

for bio-sequestered carbon on private land in tropical Australia.

Ecological Economics, 66(2-3):309 – 318.

Ingerson, A. 2009. Wood Products and Carbon Storage: Can Increased

Production Help Solve the Climate Crisis? The Wilderness

Society,Washington, D.C.

Page 64: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

63

Perez-Garcia, J., Lippke, B., Comnick, J., and Manriquez, C. 2005. An

assessment of carbon pools, storage, and wood products market

substitution using life-cycle analysis results. Wood and Fiber Science,

37:140–148. Corrim Special Issue.

Sedjo, R. and Sohngen, B. 2000. Forestry sequestration of CO2 and

markets for timber. Discussion Paper 00-35, Resources for the Future.

Skog, K. E. and Nicholson, G. A. 1998. Carbon cycling through wood

products: The role of wood and paper products in carbon

sequestration. Forest Product Journal, 48(7/8):75–83.

Tavoni, M., Sohngen, B., and Bosetti, V. 2007. Forestry and the

carbon market response to stabilize climate. Energy Policy, 35:5346–

5353.

Van Noordwijk, M., Suyamto, D. A., Lusiana, B., Ekadinata, A., and

Hairiah, K. 2008. Facilitating agroforestation of landscapes for

sustainable benefits: Tradeoffs between carbon stocks and local

development benefits in Indonesia

according to the fallow model. Agriculture, Ecosystems and

Environment, 126(98-112):5346–535

Page 65: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

64

OUTLINEKARBON DALAM RANTAI SUPLAI KAYU

KARBON DALAM RANTAI SUPLAI KAYU

KA DALAM RANTAI SUPLAI KAYU

Sudarsono [email protected] Agricultural University

Jakarta, 2 Juni 2010

1. PENGANTAR

2. RANTAI SUPLAI KAYU

3. KESIMPULAN

Page 66: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

65

1. Dewasa ini, penjualan karbon yang ditambat olehhutan dapat dilakukan dengan mempertahankanhutan tetap berdiri. Sementara pasar bagi karbonhutan adalah problematik, banyak upaya telahdilakukan untuk membuat pasar karbon berjalan,misalnya susunan kelembagaan (Corbera et al.,2009), bank karbon untuk membuka kesempatanbagi pemilik hutan skala kecil (Bigsby, 2009),penentuan harga karbon yang tersimpan dalamtegakan (Hunt, 2008).

2. Dalam paper ini, saya akan menunjukkan bahwapemanenan hutan dan pemanfaatan kayunya denganbijaksana berpotensi meningkatkan jumlah karbonyang tersimpan dan meningkatkan kegiatanekonomi. Hubungan keduanya tidak harus trade-off,melainkandapat berjalan searah.

Page 67: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

66

Page 68: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

67

Page 69: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

68

Pembicara

Prof. Dr. Sofyan P.Warsito, Ph.D.

Fakultas Kehutanan UGM

POLITIK EKONOMI DALAM PERDAGANGAN KARBON

Page 70: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

69

POLITIK EKONOMI DALAMPERDAGANGAN KARBON

Oleh: Sofyan P.Warsito, Ph.D.

Fakultas Kehutanan UGM

PENYERAPAN KARBON ADALAHJASA LINGKUNGAN (JL)

• Banyak jenis jasa lingkungan, ada yang sudah mencapaitahap komersial dan ada yang belum mencapai tahap itu.

• Pertama: Jasa Lingkungan adalah salah satu bentukeconomics goods and services. Apa itu ? Periksa gambar 1dan 2.

Page 71: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

70

A

B

Demand foroks igen oleh A

Demand for oksigen

oleh B

PriceO2

PriceO2

Quan tity

Gambar 1

A

B

Demand oksigenoleh A

Demand oksigenolehB

PriceO2

PriceO2

QuantityGambar 2

P-1

Q O2

P-2

Page 72: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

71

•Kedua: Jasa Lingkungan adalah“public property”. Apakarakteristiknya ?

•Ketiga: rendahnya Kebudayaanuntuk menghargai dan memeliharabersama public property,mempengaruhi kinerja pengelolaanSDH.

GAP ANTARA KEINGINANDENGAN KENYATAAN

• Sering diberitakan bahwa Indonesia memiliki potensi kuatdalam perdagangan karbon, sehubungan dengan potensihutan Indonesia yang melimpah.

• Melimpahnya hutan indonesia dikatakan sebagai yangakan ditingkatkan, terutama untuk ikut mendukungpengurangan emisi karbon yang 26 % itu, dengan caramelaksanakan reboisasi dan pencegahan illegal logging.Premisnya: melaksanakan reboisasi tanpa penghilanganIllegal Logging adalah pemborosan ekonomi.

Page 73: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

72

• Reboisasi bisa mudah dilaksanakan, namun illegal loggingdan perambahan hu tan adalah re latif sulit dibrantas.

Misalnya , bisakah d ilaksanakan penghentian “peladanganberpindah” yang jelas merupakan salah sa tu faktorpengurang luas tu tupan hutan ?

• Kemudian, berkenaan dengan pinjam pakai kawasan hutan(PP nomor 2/208), apakah PP ini adalah konsisten dengankomitmen Pemerintah dalam hal perdagangan karbon ?Kalau tidak konsisten, apakah PP in i bisa ditinjau ulang ?

• Sehubungan dengan itu, definisi “reklamasi hutan”semestinya didefinisikan ulang. Beranikah itu ?

• Berkenaan dengan RTRW di level manapun (di levelPropinsi atau Kabupaten), apakah akan terus dibiarkandengan memasukkan variabel kawasan hutan ke dalamsubyek perubahan. Bandingkan dengan Jawa, yang posisikawasan hutan tetapnya relatif tidak bisa diubah sejakzaman Belanda

Page 74: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

73

• Dengan pasar karbon yang belum terbentuk secaraotomatis itu (dikarenakan degree of scarcity penyerapkarbon yang belum begitu menghawatirkan), tentu sajamemerlukan negosiasi-negosiasi global. LoI Oslo(Norwegia) yang belum lama ini ditandatangani adalahmerupakan berita baik bagi pasar karbon Indonesia.

• Namun, perlu diperhatikan apakah LoI tsb adalah beritapositif bagi Indonesia atau berita positif bagi Norwegia,atau keduanya. Perhatikan, kewajiban-kewajiban bagiIndonesia dalam LoI tsb yang adalah tidak mudah untukdilaksanakan, yakni dalam hal mencegah kebocorankarbon oleh illegal logging dan konversi hutan baik yanglegal maupun yang tidak.

STRATEGI PERDAGANGAN KARBON

• Produk barang dan jasa oleh SDH adalah joint product, iniberarti produk barang dan jasa SDH adalah dalam satupaket. Produksi berupa jasa penyerapan karbon adalahtidak terpisah dengan produksi jasa dan barang lainnya.Oleh karena itu, sebenarnya pembangunan SDH akansekaligus menghasilkan jasa penyerapan karbon dan jasahutan lainnya (pengurangan resiko banjir dan kekeringanbentang alam) adalah merupakan kepentingan ekonominasional

Page 75: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

74

• Di fihak Pemerintah juga harus memberi contoh sayanghutan, misalnya bisakah kita memasukkan kembali(ulang) usulan pasal dalam PP yang mengatur bahwahutan yang sudah disetujui bersama sebagai hutan tetaptidak bisa diubah oleh adanya perubahan RTRW (sepertidi Jawa ?)

• Pekerjaan reklamasi yang merupakan kewajibanpembangunan kembali hutan oleh yang berkewajiban,diusulkan agar indikator kinerja keberhasilannya bisaditinjau kembali.

• Apabila kita tidak mampu memenuhi kewajiban yangtersebut dalam LOI terutama yang menyangkutpencegahan terjadinya perusakan termasuk konversihutan, tentunya harus merasa malu.

• Langkah minimal yang berupa mempertahankankeberadaan hutan tetap (di luar Jawa) adalah langkah yangtidak memerlukan banyak biaya fisik lapangan, namunmemerlukan usaha nyata (bukan hanya slogan saja) dariseluruh komponen bangsa.

Page 76: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

75

Penutup

• Perdagangan jasa lingkungan termasuk perdagangankarbon, adalah menyangkut efektifitas terbentuknya titik temuantara willingness to pay (WTP) dan willingness to accept(WTA). Hukum ekonomi pasar baru bisa bekerja secara efektifapabila bekerjanya komponen penyusunnnya adalah sudahmenjadi realitas. Selama suatu kejadian masih merupakanramalan, maka selama itu pula pasar bebas karbon akansangat sulit untuk terlaksana, artinya memerlukan negosiasi-negosiasi global yang tidak terlalu gampang.

• Eksistensi Sumber Daya Hutan secara serentak memberikanmanfaat yang besar bagi kepentingan ekonomi bangsa palingtidak dalam hal penurunan resiko bencana alam. Oleh karenaitu, sebenarnya kalaupun kita tidak terlalu sukses dalamperdagangan karbon, tidaklah merugi apabila pengelolaanhutan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Strategi pertama dan utama yang perlu diterapkanadalah keteladanan Pemerintah, dalam halpencegahan konversi hutan untuk kepentinganapapun:a. Perubahan RTRW harus mengeluarkan kawasan

hutan sebagai variabel perubahan, karenakeberadaan hutan adalah ditentukan oleh bentangalam, bukan kepentingan lain.

b. peninjauan ulang PP2 2008, danc. segera deklarasikan kawasan hutan tetap di negeri

ini sebelum unit-unit KPH ditetapkan.

Page 77: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

76

Pembicara

Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo

Posisi Kelembagaan Kehutanan dan Kawasan Hutan di

dalam Strategi Nasional Terkait Isu Karbon

Page 78: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

77

Posisi Kelembagaan Kehutanan dan KawasanHutan di dalam Strategi Nasional TERKAIT Isu

Karbon

HARIADI KARTO DIHARDJO

SeminarDampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam RevisiRTRWP terhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan, 2 Juni 2010 di Jakarta

P e n g a n t a r D i s k u s i

Isi Pr e sen t a si

1. Situasi Pengelolaan SDH

2. Penentu Deforestasi dan Degradasi danPembangunan Hutan

3. Evaluasi Program Pengurangan Emisi KemenHut

4. Masalah Kelembagaan

5. Strategi:1. Posisi kawasan hutan dalam tata ruang nasional

2. Posisi kelembagaan kehutanan dalam strategi nasional

Page 79: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

78

Sit u a s i Pe n g e l o l a a n SDH

• 46,5% kawasan hutan (55,93 jtHa) tdk dikelola secara intensif.30 jt Ha dikelola Pemda.

• 17,6-24,4 jt Ha konflik: tumpang-tindih klaim, desa/kampung(16.755 desa di 15 prop), sertaizin sektor lain.

• Rendahnya insentif pelestarianhutan dan keadilan pemanfaatanSDH (25 juta penduduk miskin).

1

1. Program: PerUU,KPH, RTRW, data,anggaran, SDM

2. Soal birokrasi &ekonomi biayatinggi

3. Kapasitas danprioritas rendah

4. Tidak adadukungan politik

terkait kepastianhak & akses.

Lampiran 1

PENEN TU D D & PEMB HTN

• Konversi hutan alamberstatus HPK

• Kepastian kawasan &resolusi konflik

• Pemberdayaanmasyarakat

• Pembangunan KPH

• Iklim investasi danbirokrasi perijinan

2

1. TDK ADA KEBIJAKANLINTAS SEKTOR (Zero sumgame: hutan, tambang,kebun, pemukiman

penduduk);

2. TDK ADA INOVASI PER-

UU TERKAIT KARBON;

3. TDK ADA MEKANISME

RESOLUSI KONFLIK;

4. TIDAK ADA REFORMASI

BIROKRASI;

5. Semua kebijakan BAU.

Page 80: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

79

3. Pengelolaan hutan produksi lestari

a. Penerapan multi sistem silvikultur

b. Penerapan sertifikasi legalitas kayu

4. Peningkatan Peran Konservasi :

a. Intensifikasi pengelolaan kawasankonservasi

b. Menetapkan areal lindung lokal di HPHdan HTI

5. Peningkatan Stok Karbon Hutan.

Pembangunan hutan 1,6 jt ha/th melalui :

• HKm/Hutan Desa,

• RHL DAS,

• HTI/HTR,

• Restorasi HPH, dan

• Hutan Rakyat kemitraan

Status kws konservasi yg tdklagi berfungsi sbg kws konser-Vasi.

Tambang di Hutan Produksi ?

5 FAKTOR PENENTU !!!

Lampiran 2

PROGRAM PENGURANGAN EMISI (REDD+)Bahan Sidang Kabibet Paripurna, 14 April 2010

1. Menekan laju deforestasi :

a. Pengendalian penggunaan danpelepasan kawasan hutan.

b. Penghentian izin baru & konversi dihutan gambut untuk pertanian danpemukiman.

2. Mengurangi degradasi :

a. Penerapan RIL (Reduced ImpactLogging)

b. Rehabilitasi hutan gambut

c. Pengaturan & penurunan jatahtebang

PerUU, kebutuhan sektor lain,proses RTRW, deforestasi tdkterencana

Bukan solusi teknis; Bagaimana80% IUPHHK yang kinerjanyaBURUK ??

3

Page 81: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

80

MASALAH KELEMBAGAANPemerintah/Pemda mengurus ijin, bukan pengelolaan SDA

1. KEBIJAKAN LINTASSEKTOR (Zero sumgame:hutan, tambang, kebun,pemukiman penduduk);

2. INOVASI PER-UU TERKAITKARBON (HA, gambut, dll);

3. MEKANISME RESOLUSIKONFLIK KAWASAN;

4. REFORMASI BIROKRASI;

5. PEMBARUAN DATA DANINFORMASI.

4

1. BIROKRAT TERJEBAK (thetrapped administrators);

2. Persoalan “historicalinstitutionalism”;

3. SEKTOR DAN DAERAH

MERUMUSKANMASALAHNYA SENDIRI-SENDIRI.

STRATEGI PENGUATANKELEMBAGAAN SECARA

NASIONAL

PROGRAM SAAT INI TERKAIT KARBON

1. Perhitungan emisi,transaksi,komitmen dana;

2. Hak atas karbondan keadilandistribusi manfaat;

3. Peraturan-Perundangan &Komnas REDDI

4. Dll.

CO2

$Re fe re nc e

E m is sio n Le ve lSt rat eg i Mo nito ring P as a r/

F und ingDis trib usi

1 2 3 4 5

WG-FCCPerat uran-

p eratur an

REDD IKomnas REDD I

Emisi se carahistories/scenariokedepan

• Tutupan hutan perubahanstok k arbon,

• Na ti onal registry

Pendekat an nasional,

Implementasi sub-

national

Daya ta rik,Sumbe rdana

Tanggungjawabdanmanfaat

Peningkatan

pemahamanPeningkatan kapas itas

A kseske data

A kseske teknologi

Sumber: StrategiREDDI , KemHut, 2009

1.1. Kegiatan utama terkait isu karbon

1.2. H utan dan Karbon terkait D eforestasi, Degradasi dan PembangunanTegakan Hutan. Akar masalahnya ???

Page 82: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

81

t e r i m a k a s i h

S T R A T E G I

1. PEMANFAATAN SDA ~ SPASIAL(Penetapan Cadangan SDA):Pelaksanaan UU PPLH dan UUSektor;

2. STATUS H Alam, Gambut & Pemb HTanaman;

3. Keputusan ttg keterlanjuranpenggunaan kawasan;

4. Penetapan lokasi ij in tiap wilayahadministrasi, bukan per lokasi i jin;

5. Rekap data dan informasi spasialpemanfaatan SDH.

5

JIKA BERORIENTASIJANGKA PENDEK

AKAN GAGAL

A p a ? S y a r a t ?

1. BKPRN

2. Pusat – Pemda: ijin

3. Pembangunan KPH

4. Resolusi konflik(DKN, dll)

5. Kegiatan rutin

S i n e r g i ?

Page 83: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

82

Lampiran 1.

Realisasi PNBP & Anggaran, 2004 – 2009

• PNBP kehutanan rata-rata/th Rp. 2.914 milyar

• Rata-rata/th realisasi anggaran negara (termasuk DR)(2004-2008) ~ Rp. 3.303 milyar. Terbagi setiap Eselon I,sebesar:– Sekretariat Jenderal = 11,78% 1.791 orang

– Inspektorat Jenderal = 0,72% 195 orang

– Ditjen BPK = 5,99% 962 orang

– Ditjen RLPS = 16,60% 2.840 orang

– Ditjen PHKA = 46,98% 8.210 orang

– DitjenPlan = 6,07% 1.248 orang

– Balitbang = 4,49% 1.744 orang

• Strategi Taktis, Jangka Pendek: Fokus Program

Lampiran 2.Skenario Deforestasi yg Direncanakan (pada HPK)

• B: Semua HPK berhutandikonversi sd 2015

• M: HPK berhutandipertahankan sbg kawasanhutan

• Implementasi PP. 10/2010 dankebijakan nasionalpencegahan konversi hutanalam, tambang di htn prod.

0

2

4

6

8

10

12

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020-25

DalamJutaHA

Baseline M iti gasi 1 Mitig asi 2

Sumber: Pokja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Page 84: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

83

Skenario Deforestasi yg Tidak Direncanakan

• B: Terjadi di hutan denganpengelola yg lemah/tdkada (79% total deforestasi)

• M: Tergantungkeberhasilanpembangunan KPH

• PembentukanKPH, SDM, dana.

0

2

4

6

8

10

12

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020- 25

DalamJutaHA

Baseline Mi ti gasi 1 Mi ti gasi 2

Sumber: Pok ja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Skenario Degradasi – IUPHHK HA

• Tebangan lestari akan

naik, seiringpembangunan KPH

• B: Tebangan lestari +tebangan illegal

• M: Penurunanprosentase tebangan

illegal

JutaM3perTahun

0

5

10

15

20

25

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020-25

Tebangan Lestari Basel ine Mi ti gasi 1 Mitigasi 2

Sumber: Pokja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Page 85: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

84

Skenario Pembangunan HTI

• B: Sesuai data historis

• M: Target 10 juta Hadan target produksiterbesar ketiga duniatercapai

• Masalah lahan daniklim investasi

terselesaikan0

2

4

6

8

10

12

20 07 -09 200 9- 11 2012 -1 5 20 16 - 20 202 0- 25

DalamJutaHA

Ba seli ne M itiga si 1 M itiga si 2

v5,8 jt Ha(TargetKemHut)

Sumber: Pok ja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Skenario Hutan Tanaman Rakyat

• B: Sesuai data historis

• M: Sesuai target 5,4juta HA, tetapi hanya1,4 yg dpt ditanami

• Masalah lahan daniklim investasiterselesaikan, ada

dukungan daerah.0

0, 2

0, 4

0, 6

0, 8

1

1, 2

1, 4

1, 6

1, 8

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020-25

DalamJutaHA

Basel ine Mitigasi 1 Mitigasi 2

v 5,6 jt Ha (Target KemHut)

Sumber: Pokja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Page 86: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

85

Skenario RHL DAS

• B: Sesuai data historis rata-rata 300.000 Hananam, berhasil < 25%

• M: TergantungKPH, kelembagaanmantap danberfungsi, bibitberkualitastersedia, danatersedia, programpendampingan berjalandengan baik.0

2

4

6

8

10

12

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020- 25

DalamJutaHA

Baseli ne M itigasi 1 M itigasi 2

v3,3 jt Ha(Target

KemHut)

Sumber: Pok ja Kebi jakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Skenario Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa

• B: Sesuai data historis

• M: Sesuai target 5,4juta HA, tetapi hanya1,4 yg dpt ditanami

• Masalah lahan daniklim investasiterselesaikan, adadukungan daerah.0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

0,16

0,18

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020-25

Da

lam

Juta

HA

Baseline Mitigasi 1 Mitigasi 2

■ 5,5 jt Ha (Target KemHut)

Sumber: Pokja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Page 87: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

86

Skenario Hutan Rakyat

• B: Sesuai data historisdi P Jawa tersedia lagi800.000 Ha

• M: Masalah lahan daniklim investasiterselesaikan, adadukungan daerah.

0

0, 2

0, 4

0, 6

0, 8

1

1, 2

1, 4

1, 6

1, 8

2007-09 2009-11 2012-15 2016-20 2020-25

DalamJutaHA

Baseline Mitig asi 1 Mitigasi 2

Sumber: Pokja Kebijakan, Kementerian Kehutanan, 2010

Page 88: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

87

2010

Seminar Dampak Perubahan

Peruntukan dan Fungsi Kawasan

Hutan Dalam Revisi RTRWP

Terhadap Neraca Karbon Dalam

Kawasan Hutan

MAKALAH PEMBAHAS

Page 89: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

88

Pembahas

Prof. Dr. Rizaldi Boer

Centre for Climate Risk and Opportunity Management in

Southeast Asia and Pacific-Bogor Agriculture University (CCROM

SEAP-IPB)

BAHASAN TERKAIT DENGAN REVISI RTRWP TERHADAP

NERACA KARBON DI DALAM HUTAN

Page 90: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

89

BAHASAN TERKAIT DENGANREVISI RTRWP TERHADAP

NERACA KARBON DI DALAM HUTAN

Rizaldi Boer

Centre for Climate Risk and OpportunityManagement in Southeast Asia and Pacific-

Bogor Agriculture University (CCROM SEAP-IPB)

REDD+ menurut Definisi IPCC

Conservation

REDD

Forest managementEnhancement offorest carbon stocks

Original graph: Lucio Pedroni Modified by Markku Kanninen (CIFOR, 2009)

Page 91: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

90

LAHAN BERHUTANFOREST LANDS

LAHAN PERTANIANCROP LANDS

ALANG2/SEMAKGRASSLAND

LAHAN BASAH/WETLAND

PEMUKIMANSETTLEMENTS

LAINNYAOTHER LANDS

SAAT INI

LAHAN BERHUTANFOREST LANDS

LAHAN PERTANIANCROP LANDS

ALANG2/SEMAKGRASSLAND

LAHAN BASAH/WETLAND

PEMUKIMANSETTLEMENTS

LAINNYAOTHER LANDS

KE DEPAN

RTRW

KEBUTUHANLAHAN

MASYARAKAT

FAKTOREKONOMI

KEBUTUHANKONSERVASI

KONDISIBIOFISIK

KEBIJAKAN,REGULASI,

PENEGAKANHUKUM

SKENARIOLAND USE/

FORESTMNGT

BAU vs MITIGATIONDA-REDD

SISTEM MRV: PROYEKSI VS ACTUAL LULUCF

Lahan Hutan(Forest Land)

Lahan Pertanian(Crop land)

Lahan Semak/Alang2(Grassland)

Lahan Basah(Wetland)

Lahan Pemukiman(Settelement)

Lahan Lainnya(Other Lands)

Terdegradasi BeratTerdegradasi Sedang

Terdegradasi Ringan

Agroforestri Multitrata

Monokultur

Sawah

Pertanian campuran

Kolam ikan,Embung kecil

Kebun SawitKebun Karet

HTI Lainnya

AF berbasis karet

AF berbasis Damar

AF berbasis buah2an

Kebun Kopi

Kebun CoklatKebun Teh

HTI SengonHTI Jati

Hutan Primer LKHutan Primer GambutHutan Primer Mangrove

Hutan Skunder LKHutan Skunder Gambut

Hutan Skunder Mangrove

Semak BelukarBelukar rawa gambutPadang alang-alang

Pertanian semusim LK

Tanaman tahunan LK

Danau, badan airsungai, rawa, dam

Pemukiman, perumahan,perkampungan

Padang pasirBebatuanLahan kosong

Pertanian semusim Gambut

Tanaman tahunan gambut

HTI lahan Kering (LK)

HTI Lahan Gambut

Termasuk pengukuran dan pemantauansistem pengelolaan lahan & hutan

Sampai pada tingkat apa kita dapat mengukurperubahan luas antar kategori lahan danpengukuran stok karbon, faktor emisi dan serapanoleh berbagai jenis tutupan lahan pada berbagaisistem pengelolaan hutan dan lahan (pemupukan,pengolaan air irigasi, pola tanam, liming,pembukaan lahan dll)???

MRV?

Page 92: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

91

APA STRATEGI

• Demonstration Activities sebagai salah satusarana untuk mendapatkan pembelajarandalam melakukan perubahan dari BAU ke yanglebih baik yang mungkin dalam pelaksanaanstrategi tersebut belum ada aturannya, atautidak sejalan dengan aturan yang ada (atauaturan yang ada tidak mendukung bahkanmenghambat) ~ Apakah bisa diberikanprivilage (flexibelitas dalam melakukaninovasi/terobosan)

StrategiNasionalREDD+

Kajianilmiah

Penyusunanstrategi mitigasi

R-Plan padatingkat Provinsi

Pemilihan Kabupatendan membangunkonsensus dan

kesepakatan denganpihak terkait (WG)

Dampak ekonomimikro dan makro

(nasional, provinsidankabupaten)

Modelinvestasi/Bisnis LC

Desainsistem MRV

PelaksanaanProgram

Kebijakan tata-guna lahan,RTRW dan

PERDAPendukung

Masukan pembuatkebijakan

KonsultasiPublik

2010

Bantuanfinansial/dukunganinvestasi/kebijakan

fiskal/revisi

aturannasional

2Program BAPPENAS UNTUK GAMBUTAPA STRATEGI

Penyusunan programpenurunan emisi

lahan gambut PEMDAKabupaten

Keselarasandengan

kebijakan/peraturannasional

PelaksanaanMRV

Page 93: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

92

Pembahas

Ir. Wandojo Siswanto, M.Sc

Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Kemitraan/Ketua Harian Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian

Kehutanan

Bahasan Terhadap Presentasi

Page 94: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

93

BAHASAN TERHADAPPRESENTASI

Wandojo Siswanto

Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutandalam Revisi RTRWPterhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan,

Jakarta,2 Juni 2010

PRESENTASI

1. KARBON DALAM RANTAI SUPLAI KAYUoleh: Sudarsono Soedomo;

2. POLITIK EKONOMI DALAMPERDAGANGAN KARBON oleh:Sofyan P.Warsito,Ph.D.;

3. POSISI KELEMBAGAAN KEHUTANAN DANKAWASAN HUTAN DI DALAM STRATEGINASIONALTERKAIT ISU KARBON oleh:Hariadi Kartodihardjo;dan

4. NERACA ATAU SIKLUSKARBON DI DALAMHUTAN oleh:Bahruni

Page 95: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

94

LATAR BELAKANG SEMINAR

Hutan yang mampu berperan dalam mitigasiperubahan iklim adalah hutan yang kondisinyamasih baik, menyerap dan menyimpan karbon(CO2) dalam jangkawaktu yang lama.

Pengelolaan hutan lestariharus mampu menjaminkeberlanjutan penyediaan hasil hutan yang mampumenyerap dan menyimpan karbon untuk jangkawaktu panjang dan membawa manfaat ekonomi,sosial dan sekaligus mempertahankankeanekaragaman hayati.

Kondisi hutan dalam kapasitasnya sebagaipenyerap dan penyimpan karbon mempengaruhineraca karbon dalam kawaasan hutan.

MAKSUD

Menyamakan persepsi

Menghimpun pendapat dan masukanterhadap neraca karbon dalam hutan

Dampak perubahan kawasan hutan dalamrevisi RTRWP terhadap neraca karbon

Page 96: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

95

TUJUAN

Membangun pemahaman serta langkah yangsama dalam menyikapi perubahan kawasanhutan dalam revisi RTRWPterkait denganupaya-upayamitigasi perubahan iklim.

Terwujudnyapenataan ruang yang selaras,serasi,seimbang dan terpadu dengan tetapmempertimbangkan upaya-upaya mitigasiperubahan iklim.

Kebijakan yang didasarkan atas kajian keilmuan(scientific based) ?

CATATANPak Sudarsono menyimpulkan:1. Untuk menambah penambatan karbon, Indonesia

harus lebih banyak menanam dan memanen kayu darihutan. Antara hutan produksi dan hutan karbon tidakperlu dipertentangkan karena melalui hutan produksikarbon yang tersimpan dalam biomas sangat mungkinlebih banyak ketimbang karbon yang tersimpandalam hutan karbon.

2. Hutan produksi memberikan dampak ekonomi yanglebih menguntungkan dibanding hutan yang meluluuntuk karbon. Aktivitas ekonomi dapat terguncanghebat dengan dialihkannya hutan produksi menjadihutan karbon.

Page 97: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

96

CATATANPak Sofyan dalam Penutupnya menyatakan:

1. Perdagangan jasa lingkungan termasuk perdagangan karbon,adalah menyangkut efektifitas terbentuknya titik temu antarawillingness to pay (WTP) dan willingness to accept (WTA).Hukum ekonomi pasar baru bisa bekerja secara efektifapabila bekerjanya komponen penyusunnnya adalah sudahmenjadi realitas.Selama suatu kejadian masih merupakanramalan,maka selama itu pula pasar bebas karbon akansangat sulit untuk terlaksana,artinya memerlukan negosiasi-negosiasi global yang tidak terlalu gampang.

2. Eksistensi Sumber Daya Hutan secara serentak memberikanmanfaat yang besar bagi kepentingan ekonomi bangsa palingtidak dalam hal penurunan resiko bencana alam.Oleh karenaitu,sebenarnya kalaupun kita tidak terlalu sukses dalamperdagangan karbon, tidaklah merugi apabila pengelolaanhutan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

CATATAN

Pak Sofyan: Strategi pertama dan utama yang perlu

diterapkan adalah keteladanan Pemerintah,dalam hal pencegahan konversi hutan untukkepentingan apapun:a. Perubahan RTRW harus mengeluarkan kawasan

hutan sebagai variabel perubahan, karenakeberadaan hutan adalah ditentukan olehbentang alam,bukan kepentingan lain.

b. peninjauan ulang PP2 2008, danc. segera deklarasikan kawasan hutan tetap di

negeri ini sebelum unit-unit KPH ditetapkan.

Page 98: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

97

CATATAN

Pak Hariadi,antara lain menyampaikanpermasalahan:

1. KEBIJAKAN LINTASSEKTOR(Zero sumgame:hutan, tambang,kebun,pemukimanpenduduk);

2. INOVASI PER-UUTERKAIT KARBON (HA,gambut,dll);

3. MEKANISMERESOLUSI KONFLIK KAWASAN;4. REFORMASI BIROKRASI;5. PEMBARUAN DATA DAN INFORMASI.Perlu:Strategi Penguatan Kelembagaan SecaraNasional

CATATANPak Hariadi juga menyampaikan Strategi apa yangdirumuskan untuk:1. PEMANFAATAN SDA ~ SPASIAL (Penetapan

Cadangan SDA):Pelaksanaan UU PPLH dan UUSektor;

2. STATUSHutanAlam,Gambut & Pembangunan HutanTanaman;

3. Keputusan ttg keterlanjuran penggunaan kawasan;4. Penetapan lokasi ijin tiap wilayah administrasi,bukan

per lokasi ijin;5. Rekap datadan informasi spasial pemanfaatan SDH.Perlu sinergi:BKPRN;Pusat – Pemda: ijin;PembangunanKPH;Resolusi konflik (DKN,dll);Kegiatan rutin

Page 99: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

98

CATATAN

Pak Bahruni, tidak menyimpulkan tetapimemberikan penjelasan dan gambaran mengenai:“Pengelolaan hutan alam dan hutan tanaman padasiklusdan neraca karbon di dalam kawasan hutanIndonesia.”

1. Pengelolaan pada HPmencakup dua skenario yangdigunakan adalah :

◦ Skema pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL),untuk hutan alam dan hutan tanaman.

◦ Skemapengelolaan hutan alam dan hutan tanamanpadakondisi terjadi deforestasi,data historis 2003-2006.

CATATAN

2. Pengelolaan hutan pada fungsi HL,KSA &KPA,HPK diasumsikan sebagaimanapengelolaan yang ada sekarang ini. Programintervensi terhadap deforestasi dandegradasi di HL,KSA & KPA,dan HPK tidaksecarakhusus atau tidak ada peningkatan.Skema deforestasi berdasarkan data historisperiode 2003-2006 digunakan padaneracakarbon HL,KSA & KPA serta HPK.Penghitungan neraca karbon padaskalanasional.

Page 100: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

99

CATATANNeracakarbon di dalam kawasan hutan Indonesia diestimasimenggunakan beberapaasumsi/ skenario,yaitu :

Stok karbon hutan alam primer di semua fungsi hutan 237,29 tC/ha,hutan sekunder sebesar 101 tC/ha.

Hutan sekunder pada HPmerupakan keseluruhan UM pengelolaanhutan alam denganTPTI yang sudah mencapai siklus tebangkeduastok karbon 35 ha sebesar 5.018 ton.

HTI yang sudah ada sebesar (definitif) 4.600.000 hasudahmemasuki daur kedua. Pembangunan HTI ditargetkan total 15 jutahektar,sehingga masih ada pembangunan HTI sebesar 10.400.000ha. Keseluruhan HTI baru dari HPyang tidak berhutan.

Laju deforestasi di masing-masing hutan (primer dan sekunder) disetiap fungsi hutan mengacu angka laju deforestasi padaTabel 1.

Neracakarbon hutan di dalam kawasan hutan Indonesiamenggunaakan data luas kawasan tahun 2005 (Lampiran 1).

Analisis neraca karbon hutan di dalam kawasan selama 20 tahun.

Do we?

Pemahaman serta langkah yangsama

Menyikapi perubahan kawasan hutan

dalam revisi RTRWP

Upaya-upayamitigasi perubahan iklim.

Terwujudnyapenataan ruangyangselaras,serasi,seimbangdan terpadu dengan tetapmempert imbangkan upaya-upayamitigasiperubahan iklim.

Page 101: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

100

Shall we?

Gambaran awal (baseline) kondisi hutan(kabupaten/kota,provinsi,nasional)

Proyeksi Perubahan yang:direncanakan,berdasarkan usulan, tidak direncanakan (termasukillegal)

RTRWPUsulan daerah vs versi Pusat Toleransi sejalan dengan upaya penurunan emisi

26%dari BAU pada tahun 2020 Peningkatan sampai dengan 41%dari BAU pada

tahun 2020 dengan bantuan LN Sinergi dari upaya sektor yang relevan dan

ditetapkan secaranasional terbagi ke dalamprovinsi serta kabupaten/kota.

Page 102: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

101

Pembahas

Dr. Ir. Iman Santoso

Direktur Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi/

Anggota Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian

Kehutanan

Kelembagaan dan Ekonomi Karbon Hutan Indonesia

Page 103: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

102

Kelembagaan dan Ekonomi KarbonHutan Indonesia

Bahasan pada Sesi I

Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalamRevisi RTRWP Terhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan

Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan

Kepastian status lahannon-kehutanan: kota danpermukiman

Penyelesaian konflikpenguasaan lahan

Ekonomi : produk hutan vstambang, pertanian/kebun,state capture phenomena

Dorongan Politik : prokonstituen & kekuasaan

Murni pertimbangankriteria kawasan

Page 104: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

103

Aspek Legal:UU/PP/Perda/Permen

Governance:Uncertain policies/Moral Hazard/ law

enforcement Pasar:Taste & preference/

harga/diversifikasi input

Aspek Politik :Pergeseran kekuatan

Kondisi PemungkinPerubahan Kawasan Hutan

Pertimbangkan Posisi Hutan

Penyerap GRK:• Potensi ekonomi &

keuntungan ekologis• opportunity costs; Backward &

forward linkages,• Carbon cowboys & transaction

costs• Ketersidaan dana dan

willingness to pay• Moral lingkungan global• Penerima keuntungan

Emiter GRK:• serangan balik dari Annex 1

tanpa counter memadai• konteks pembangunan

ekonomi /wilayah• teknik pengelolaan hutan &

gambut• peran konservasi ,

rehabilitasi, dan reboisasi• pengalihan mata pencarian

Be smart .... Tingkatkan pengetahuan untuk negosiasiinternasional maupun domestik & melakukan perubahan

Page 105: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

104

Kerjasama Internasional

Membangun kesiapan a.l.:• Mencermati peraturan perundangan• Mencermati eksistensi kawasan hutan (RTRW)• Peningkatan kapabilitas• Penentuan level emisi• Menduga manfaat dan biaya ekonomis• Membangun organisasi dan tata laksana

Mencoba implementasi REDD+ dengan Norway

Dengan Oslo-Norway (1 Milyar USD)

• Badan pelaksana seperti BRR Aceh, langsungbertanggung jawab ke Presiden

• Membangun Sistem MRV• Membangun Renstra REDD+ sebagai bagian dari

RAN PE• Moratorium pemberian konsesi baru (yang

mengakibatkan) koversi hutan alam dan lahangambut

• Membentuk instrumen dan lembaga pembiayaanyang bereputasi

• Melibatkan seluruh pihak, termasuk CSO & IP

Page 106: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

105

Menyikapi Kerjasama Int’l

• Perbaikan pengelolaan kawasan dan SDHmerupakan kebutuhan domestik;

• Secara global bersifat sukarela;

• Jangan mengorbankan kepentingan/rencanaspatial nasional;

• Hindari menjadi wahana politik lingkungandonor

• Serap IPTEK semaksimal mungkin;

Implikasinya ..... ?

Penguatan posisi tawar:

• mempertahankan kawasan hutan

• penganggaran perlindungna, konservasi,rehabilitasi, dan reboisasi

Introspeksi:

• Perbaikan forest governance

• Perbaikan sistem silvikultur dan pemanenan

Page 107: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

106

TANGGAPAN

Tanggapan dari Ir.I. Made SubadiaGelgel (Staf Ahli Menteri BidangPenanganan Perkara Kehutanan)1. Departemen Kehutanan

mengikuti konferensi mengenaihutan dan karbon di Oslo dalamrangka mengambil bagian dalamkomitmen-komitmen/ perjanjianinternasional yang merupakanbagian dari strategi kehutanan.

2. Untuk menurunkan emisi karbonsampai dengan 26% akan dibuatmoratorium / penundaan izinkonversi hutan alam primer dangambut selama 2 tahun melaluiPerpres.

Page 108: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

107

Tanggapan dari Ir. Soetrisno,MM(Dirjen Planologi Kehutanan)1. Terdapat dua persoalan besar di

Departemen Kehutanan yaituKawasan dan Manajemen Hutan.

2. Berdasarkan data terakhir penyebabkerusakan hutan 70% karena openacces.

3. Yang berperan dalam penataan ruangbukan hanya kehutanan tetapi semuasektor. Hal terpenting dari penataanruang adalah adanya kepastianhukum. Untuk itu keserasian aturanPenataan Ruang sangat penting

4. Isu karbon yang sebenarnya sudah

kelihatan, tetapi resepnya atau

strateginya itu belum tepat.

5. Starategi penurunan emisi 25%

bukan tekanan dari luar karena itu

merupakan rencana jangka panjang

dari pemerintah.

6. Perubahan tata ruang terus berjalan,

dalam kontek deforestasi perubahan

tata ruang harus menghindari

kawasan hutan menjadi APL.

Page 109: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

108

Tanggapan dari Dr.Ir. Yetti Rusli(Staf ahli Menteri BidangLingkungan)1. Perdagangan karbon ditengah

perubahan iklim merupakan papancatur dunia yang amat dipengaruhioleh politik dan kebijakan bukanhanya teknis. Saat ini sedang dicaricalon-calon ambassador untukclimate change dari Indonesia.

2. Terdapat jalur-jalur yang harusdisambungkan di papan catur yanglebih banyak diwarnai oleh politikekonomi dunia.

3. Sebenarnya di dunia sudah adapasar untuk karbon, tetapiIndonesia belum bisa masuk kepasar karena terdapatpermasalahan yang complicatedyang diwarnai oleh politik.

4. Negara maju sudah mengeluarkaninvestasi besar untuk menurunkanemisi dengan mencari terobosanteknologi baru dan energi baru.Perubahan emisi 1 ton karbondihargai 50-200 US$.

5. Hal yang bisa dilakukan adalahsimpan stock karbon kita, hitungdan negosiasikan.

6. Untuk menyambungkan climatechange dengan tata ruang dapatdilakukan pada diskusi-diskusiselanjutnya.

Page 110: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

109

DISKUSI

Pertanyaan dari Ir. Budi Effiudin(Dishut Jatim)

1. Hasil hutan berupa kayu dan nonkayu, untuk karbon masuk ke dalamjasa lingkungan. Bagaimanamenstabilkan hasil hutan kayu dannon kayu di Indonesia terkaitperdagangan karbon?

2. Dalam PDRB Jatim dari sektorkehutanan turun dan rendah karenayang diukur hanya kayu bulat.Supaya disampaikan ke BPS untukmetode pengukuran kayu terdapatkayu dan non kayu.

3. Belum adanya peraturanpenyimpanan karbon dalam bentuklain supaya dijadikan pegangan didaerah.

4. Politik berpengaruh terhadapperdagangan karbon.

5. Konsep dan pola serta kebijakanpemerintah khususnya tentangkehutanan masih banyak yang tidakbisa disalurkan ke politikpemerintahan.

6. Dalam UU No.26 tahun 2007, UUNo.41 tahun 1999 dan UU No.5tahun 1990 mengisyaratkankawasan budidaya dan kawasanlindung, seolah2 HPT berada dikawasan lindung. Untuk itu perlumensinkronkan fungsi kawasanhutan.

7. Hutan rakyat belum dihitung.

Page 111: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

110

Pertanyaan Ir. Budi Winarno (DishutJateng)

1. Aturan dari Kemenhut supayabisa seperti di KementerianESDM yang sudah ada DMA-nya(Badan Pendaftaran Nasional),sehingga dengan adanya seminarini DMA/Badan PendaftaranNasional dapat terwujud.

Pertanyaan Prof. Herwint Simbolon(LIPI)1. Terkait perubahan kawasan hutan

dalam RTRW dan perubahan iklimterkait perdagangan karbon halutama sebenarnya adalah tataruang, namun belum adanya dasarhukum yang mengikat dalampenentuan hutan tetap yang tidakdapat diubah-ubah, sehinggapedagangan karbon hanya sebagaiside effect.

2. Hutan gambut tidak cocok menjadihutan produksi (produksi biomasa)

Page 112: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

111

Pertanyaan dari Ir. MadaniMukarom (Dishut NTB)1. Proses perubahan kawasan

hutan mengenai pelepasanuntuk HPK sudah ada aturandalam perundangannya.

2. Kelembagaan KPHmerupakan hal yang strategissecara nasional dalamperdagangan karbon.

3. Perusahaan Karbonmenawarkan akanmemberikan kontribusisebesar 1 juta rupiah per HApada semua KPH di NTB

Pertanyaan dari Pak Sambusir(APHI)1. Latar belakang gubernur

mengajukan perunahanRTRWP karena kawasanhutan sudah tidak berhutanlagi dan sudah digunakansehingga melanggar hukumkarena tidak ada kepastianhukum tentang kawasanhutan. Karenanya Kemenhutharus lebih tegas dalammenetapkan kawasan hutantersebut.

2. Kemenhut belum ada konsepmemberikan insentif kepelaku kehutanan yangmelakukan rehabilitasikawasan hutan yang sudahterdegradasi parah.

Page 113: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

112

Pertanyaan dari Pak Sugiyanto(APHI)

1. Harus ada tindak lanjut dariseminar ini untuk meneruskanisu-isu prioritas yang bisadigarap dalam perdagangankarbon.

2. Membuat list isu negatif untukdapat dibuatkan counter issue-nya.

3. Menyarankan supaya secaranasional adanya guidelineuntuk menggiring isu yangsifatnya implementatifmengenai perdagangan karbon.

4. Adanya wadah secara nasionaluntuk menjadi lembagaakreditasi terhadap unitmenajemen yang akanmengajukan kaitan denganperdagangan karbon.

Page 114: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

113

TANGGAPAN NARA SUMBER

1. Permasalahan kehutanan dapat ditinjau dari dua hal yaitu dari segi

politik dan substansi. Persoalan kehutanan dari dulu tidak berubah

yaitu mengenai masalah kawasan hutan dan masalah birokrasi.

2. PDRB hanya menghitung produk-produk komersil, sedangkan produk

ekonomi total belum dihitung.

3. PP no 2 2008 perlu ditinjau kembali, karena belum ada kejelasan

masalah perijinan pinjam sewa menyewa kawasan hutan. Misalnya:

menyewakan hutan ke tambang.

4. Banyak hal yang perlu direnungkan intinya kita jangan terbawa

agenda- agenda dari luar,kita harus terfokus pada kebutuhan sendiri.

5. Kalau kita bicara stok karbon jangan bicara tebang pohon menjadi

emisi, harusnya memindahkan stoknya,jadi dengan konsep tebang

tanam tebang bukan menyeimbangkan saja tetapi akan meningkatkan

karbon.

Page 115: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

114

KESIMPULAN MODERATOR

1. Harus ada tindak lanjut dari seminar ini untuk meneruskan isu-isu

prioritas yang bisa digarap dalam perdagangan karbon.

2. Adanya wadah secara nasional untuk menjadi lembaga akreditasi

terhadap unit manajemen yang akan mengajukan kaitan dengan

perdagangan karbon.

3. Salah satu faktor yang mempengaruhi perdagangan hutan dan stok

karbon adalah kepastian kawasan melalui kemantapan tata ruang.

4. Tata ruang berperan memberikan kepastian ruang bagi ekosistem

yang memungkinkan/prasyarat untuk pelaksanaan pengelolaan

ekosistem dengan tujuan kepentingan sosial secara luas.

Page 116: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

115

Page 117: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

116

DAFTAR PESERTA SEMINAR DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN

FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM REVISI RTRWP TERHADAP NERACA

KARBON DALAM KAWASAN HUTAN

NO NAMA INSTANSI

1 Ir. Indriastuti,M.MDirjenl Rehabilitasi Lahan dan PerhutananSosial

2 Dr.Ir. Yetti Rusli,M.ScStaf Ahli Menteri Kehutanan BidangLingkungan

3 Ir.I Made Subadia GelgelStaf Ahli Menteri Kehutanan BidangPenanganan Perkara Kehutanan

4Dr. Ir. Ahmad FauziMas'ud,M.Sc Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Ekonomi

5 Ir. Wandojo Siswanto,Msc Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Kemitraan

6 Dr.Ir. Imam SantosoDirektur Bina Rencana Pemanfaatan hutanProduksi

7 Ikhsan PrabowoKementerian Koordinator BidangPerekonomian

8 Kiki RachmawatiBAPPENAS, Pengembangan Regional danOtonomi Daerah

9 Tiurma JuniarBAPPENAS, Pengembangan Regional danOtonomi Daerah

10 Aulia UBAPPENAS, Pengembangan Regional danOtonomi Daerah

11 Althariq FebrianoDirektorat Jenderal Penataan Ruang,Departemen Pekerjaan Umum

12 Syaiful AzizDirektorat Jenderal Penataan Ruang,Departemen Pekerjaan Umum

13 Lidya PKDirektorat Jenderal Penataan Ruang,Departemen Pekerjaan Umum

14 Aji Noor MDirektorat Jenderal Penataan Ruang,Departemen Pekerjaan Umum

15 Detty Th PutungDirektorat Jenderal Penataan Ruang,Departemen Pekerjaan Umum

16 Nursyah RizalDirektorat Jenderal Pemerintahan Umum,Departemen Dalam Negeri

17 TukinoDirektorat Jenderal Strategi Pertahanan,Departemen Pertahanan

18 SuhariBadan Geologi Departemen Energi danSumber Daya Mineral

19 W SiaraingDirektorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air,Departemen Pertanian

20 Endang Rosadi Sekretariat Jenderal Departemen Perhubungan

21 Paudo PDirektorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau– Pulau Kecil, DKP

22 Moh syarifDirektorat Jenderal Hukum dan PerjanjianInternasional , Departemen Luar Negeri

Page 118: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

117

NO NAMA INSTANSI

23 Chairuddin Kementerian Negara Lingkungan Hidup

24 Ratih N Sekretariat Kabinet

25 Prita Brada Bumi BAKOSURTANAL

26 Umi Hidayati BAKOSURTANAL

27 Dianouta

Lembaga Penerbangan dan Antariksa NasionalBidang Penginderaan Jauh, LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasional

28 Mulia Indra Rahayu

Lembaga Penerbangan dan Antariksa NasionalBidang Penginderaan Jauh, LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasional

29 Monang SimarmataDirektorat Jenderal P4 Trans DepartemenTenaga Kerja dan Transmigrasi

30 Freddy SiantarDirektorat Jenderal P4 Trans DepartemenTenaga Kerja dan Transmigrasi

31 Asti PDirektorat Jenderal P4 Trans DepartemenTenaga Kerja dan Transmigrasi

32 Herwint Simbolon Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

33 Joeni S Rahadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

34Ir. BasoekiKaryaatmadja,M.Sc Direktur Perencanaan Kawasan Hutan

35 Adi Susmianto Puslitbang

36 Ari Ridwan Puslitbang

37 Maryunus Dit BPHA

38 Mayasih Wisati RLPS

39 FX Heri Irawan IPSDH

40 Darmawan Dewan Kehutanan Nasional

41 SaminuddinDinas Kehutanan Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

42 JB SiNangorango Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

43 Hendri Octavia Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat

44 Fredik Suli Dinas Kehutanan Provinsi Riau

45 Erizal Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

46 Ir. Atmojo Dadas Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan

47 Barton Simarmata Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

48 Tahan Simamora Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu

49 Ir. R Budhi Effiudin Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

50 Boedi Winarno Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

51 Hiarsorih B Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat

52 Gusti Eka Saputra Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah

53 Djony Rommi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

54 A.M. Katuuk Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

Page 119: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

118

NO NAMA INSTANSI

55 Nahardi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah

56 Deri Pisba H Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara

57 StefabiahDinas Kehutanan Provinsi Nusa TenggaraTimur

58 Melky Pattiasina Dinas Kehutanan Provinsi Maluku

59 Samsu Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara

60 G. WinduadjiDinas Kehutanan dan Perkebunan ProvinsiPapua Barat

61 Hendra PurnawadiDinas Pertanian dan Kehutanan ProvinsiKepulauan Bangka Belitung

62 Mursid Marsono Dinas Kehutanan Kalteng

63 Anung S Dinas Kehutanan Kalteng

64 HendrayantoDekan Fakultas Kehutanan Institut PertanianBogor

65 Dr. Setyawan RudyatmokoWakil Dekan Fakultas Kehutanan UniversitasGajah Mada

66 Prof. Dr. Sofyan Warsito Fakultas Kehutanan UGM

67 Prof. Dr. Rizaldi Boer CCROM SEAP - IPB

68 Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo Fakultas Kehutanan IPB

69 Dr. Ir. Sudarsono Sudomo Fakultas Kehutanan IPB

70 Dr. Ir. Bahruni Fakultas Kehutanan IPB

71 Ir. Haryanto S.Putro, MS Fakultas Kehutanan IPB

72 Syaiful RamadhonPokja Perubahan Iklim KementerianKehutanan

73 Sambusir Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI)

74 Eddy Sudiono Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI)

75 Aris Adhianto Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI)

76 Sugijanto Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI)

77 Fathan Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI)

78 Diah Djayanti Perum Perhutani

79 Azuss Prastyawan Perum Perhutani

80 Oga Dhani PT Inhutani I

81 Pupung PT Inhutani I

82 Tri Djoko S PT Inhutani II

83 Slamet S. Wasta PT Inhutani III

84 Thomas Delianto PT Inhutani IV

85 Ir. Yayat Surya,MMKepala Sub Direktorat Penataan RuangKawasan Hutan Wilayah I

86 Syahrir Penataan Ruang Kawasan Hutan Wilayah I

87 Ir. Tri Joko Mulyono,MMKepala Sub Direktorat Penataan RuangKawasan Hutan Wilayah II

Page 120: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

119

NO NAMA INSTANSI

88 Ir. Iman SantosaKepala Sub Direktorat Statistik dan JaringanKomunikasi Data Kehutanan

89 Heri IriawanKepala Seksi Penataan Ruang Kawasan HutanWilayah Sumatera

90 Ir. Rita ZaharaKepala Seksi Penataan Ruang Kawasan HutanWilayah Kalimantan dan Sulawesi

91 Ir. Dewi SetijawatiKepala Seksi Penataan Ruang Kawasan HutanWilayah Maluku dan Papua

92 Sutoto Direktorat Perencanaan Kawasan hutan

93 Sabaris Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

94 Erna Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

95 Popi Susan Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

96 Untung S Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

97 Sanusi Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

98 Ivana Fitriani Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

99 Sulung Wahyu W Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

100 Santi Nur Desmita Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

101 Winarto Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

102 Edi Zulfan Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

103 Maurinus Roy Staf Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan

104 Marsel IPB

105 Teguh Purwanto IPB

106 Ikhsan IPB

107 Nur Auliya UGM

Page 121: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

120

Peserta Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan FungsiKawasan Hutan dalam Revisi RTRWP terhadap Neraca Karbon dalamKawasan Hutan Terdiri dari: Unit Eselon I dan II LingkupKementerian Kehutanan, Pokja Perubahan Iklim KementerianKehutanan, Instansi teknis yang tergabung dalam keanggotaanBKPRN, Dinas Kehutanan Provinsi, Perguruan Tinggi, DewanKehutanan Nasional, APHI, Perhutani, Inhutani dan undanganlainnya.

Page 122: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

121

KEPUTUSAN DIREKTUR PERENCANAAN KAWASAN HUTANNo. : SK.15/VII/Ren – 3/2010

Tentang

PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARASEMINAR “DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

DALAM REVISI RTRWP

TERHADAP NERACA KARBON DALAM KAWASAN HUTAN”

Menimbang : a. Bahwa sebagai tindak lanjut UU No. 26 tahun 2007 sebagian besar provinsimelakukan peninjauan/penyesuaian rencana tata ruang wilayahnya, yangsebagian besar berimplikasi terhadap adanya usulan perubahanperuntukan dan fungsi kawasan hutan;

b. Bahwa kondisi hutan dalam kapasitasnya sebagai penyerap dan penyimpankarbon akan mempengaruhi neraca karbon dalam kawasan hutan yangsaat ini menjadi isu strategis di dalam mitigasi perubahan iklim;

c. Bahwa untuk membangun pemahaman serta langkah yang sama demiterwujudnya penataan ruang yang selaras, serasi, seimbang dengan tetapmempertimbangkan upaya mitigasi perubahan iklim akan diselenggarakanseminar;

d. Bahwa untuk penyelenggaraan seminar dengan tema ”Dampak PerubahanPeruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP TerhadapNeraca Karbon dalam Kawasan Hutan” dipandang perlu untuk membentukpanitia penyelenggara melalui Keputusan Direktur Perencanaan KawasanHutan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberdayaAlam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 49,Tambahan Lembaran Negara No. 3419) ;

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang5. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Kehutanan;7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan

Hutan;8. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. No. 3 Tahun 2008 tentang

Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan sertaPemanfaatan Hutan;

9. Peraturan Pemerintah No 26 tahun 2008 Tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional;

10. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 64/Menhut-II/2008 tentangPerubahan Ketujuh atas Peraturan Menteri Kehutanan No. 13/Menhut-

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PERENCANAAN KAWASAN HUTAN

Alamat : Gedung MANGGALA WANABAKTI Blok I Lt. 2Jl. Jendral Gatot Subroto PO.Box 7 Jkwb

Jakarta 10270Fax : (021) 5720216 Telepon : (021) 5730295

Page 123: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

122

II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Pertama : Membentuk Panitia Penyelenggara Seminar “Dampak Perubahan Peruntukandan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbondalam Kawasan Hutan”

Kedua : Tugas panitia adalah :

a. Menyiapkan pelaksanaan Seminar ”Dampak Perubahan Peruntukan danFungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbondalam Kawasan Hutan”

b. Melaporkan hasil pelaksanaan Seminar “Dampak Perubahan Peruntukandan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP Terhadap NeracaKarbon dalam Kawasan Hutan” kepada Direktur Perencanaan KawasanHutan.

Ketiga : Segala biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan Seminar“Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam RevisiRTRWP Terhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan” bersumber dariDIPA Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan, Direktorat Jenderal PlanologiKehutanan Tahun Anggaran 2010

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akanditinjau dan diatur kembali sebagaimana mestinya apabila di kemudian hariternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di: JakartaPada tanggal: 19 Mei 2010

Direktur ,

Basoeki KaryaatmadjaNIP. 19571002 198203 1 004

Salinan keputusan ini disampaikan kepada Yth:1. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan2. Sekretaris Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan

Page 124: PROSIDINGSEMINARDAMPAKPERUBAHAN PERUNTUKAN DAN …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Prosiding_Seminar... · karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor

123

Lampiran Keputusan Direktur Perencanaan Kawasan Hutan

Nomor :

Tanggal :

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARASEMINAR DAMPAK PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM

REVISI RTRWP TERHADAP NERACA KARBON DALAM KAWASAN HUTAN

Pengarah : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan

Penanggung JawabRegu Kerja / Pelaksana

: Direktur Perencanaan Kawasan Hutan

Ketua

Sekretaris

:

:

Kasubdit Penataan Ruang Kawasan Hutan Wilayah II

Kepala Seksi Penataan Ruang Kawasan Hutan Wilayah Malukudan Papua

Anggota : 1. Kepala Seksi Penataan Ruang Kawasan Hutan WilayahKalimantan dan Sulawesi

2. Kepala Seksi Penataan Ruang Kawasan Hutan Wilayah Jawa,Bali, Nusa Tenggara

3. Kepala Seksi Penataan Ruang Kawasan Hutan WilayahSumatera

4. Ir. Sabaris Wantono5. Popi Susan, S.Hut6. M. Roy Anggun Cahyadi, ST7. Edi Zulfan, S.Si8. Untung Subarno9. Erna Purdiantari10. A. Sanusi

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 19 Mei 2010Direktur,

Basoeki KaryaatmadjaNIP. 19571002 198203 1 004