reaksi pupil

17
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Ukuran pupil normal bervariasi sesuai usia, dari orang ke orang, dan sesuai dengan keadaan emosi, tingkat kesiagaan, derajat akomodasi, dan cahaya ruangan. Diameter pupil normal adalah sekitar 3-4 mm, lebih kecil pada bayi, cenderung lebih besar pada masa kanak-kanak dan kembali mengecil secara progresif seiring dengan pertambahan usia. Ukuran pupil berkaitan dengan berbagai interaksi antara dilator iris, yang dipersarafi secara parasimpatis, dengan kontrol supranukleus dari lobus frontalis dan oksipitalis. Pupil secara normal juga berespons terhadap respirasi. Evaluasi respons pupil penting untuk menentukan lokasi lesi yang mengenai jaras optik. Pemeriksa harus mengetahui seluk-beluk neuroanatomi jaras-jaras respons pupil terhadap cahaya dan jaras-jaras untuk melihat dekat. II. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang didapatkan: 1

description

reaksi

Transcript of reaksi pupil

Page 1: reaksi pupil

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Ukuran pupil normal bervariasi sesuai usia, dari orang ke orang, dan sesuai

dengan keadaan emosi, tingkat kesiagaan, derajat akomodasi, dan cahaya ruangan.

Diameter pupil normal adalah sekitar 3-4 mm, lebih kecil pada bayi, cenderung lebih

besar pada masa kanak-kanak dan kembali mengecil secara progresif seiring dengan

pertambahan usia. Ukuran pupil berkaitan dengan berbagai interaksi antara dilator

iris, yang dipersarafi secara parasimpatis, dengan kontrol supranukleus dari lobus

frontalis dan oksipitalis. Pupil secara normal juga berespons terhadap respirasi.

Evaluasi respons pupil penting untuk menentukan lokasi lesi yang mengenai

jaras optik. Pemeriksa harus mengetahui seluk-beluk neuroanatomi jaras-jaras respons

pupil terhadap cahaya dan jaras-jaras untuk melihat dekat.

II. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang didapatkan:

1. Anatomi pupil?

2. Regulasi refleks pupil?

3. Refleks pupil?

III. TUJUAN

Tujuannya adalah untuk mengetahui reaksi pupil itu sendiri, mengecilnya pupil pada

akomodasi dan konversi, dan mengecilnya pupil karena cahaya.

1

Page 2: reaksi pupil

IV. METODE PENULISAN

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengembangkan suatu metode yang sering

digunakan dalam pembahsan makalah sederhana, dimana penulis menggunakan metode dan

teknik secara deskriptif dimana mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat

lainnya setelah itu dianalisis sehingga diperoleh informasi tentang masalah yang akan

dibahas.

2

Page 3: reaksi pupil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Pupil

Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang

dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang

dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.

Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur

sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :

1. Berkurangnya rangsangan simpatis

2. Kurang rangsangan hambatan miosis

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks

menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks

hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.

Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan

untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan. Sudut

bilik mata depan Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran

keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga

tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan

trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini

ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas

belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula

3

Page 4: reaksi pupil

mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan

uvea.

Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan

membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke

salurannya. Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut

tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer

II. Konvergensi dan Akomodasi

Refleks-refleks ini diteruskan dengan melihat objek yang digerakkan mendekati

pengamat di dalam lapang pandang. Refleks yang disebut juga sebagai respons dekat

sebetulnya terdiri dari tiga proses yang terjadi secara simultan:

Konvergensi,: m. rectus medialis kedua mata teraktivasi sehingga tiap-tiap aksis

optikal terus menunjuk langsung ke objek yang sedang diamatai. Kondisi ini

mempertahankan bayangan objek tetap berada di fovea masing-masing mata.

Akomodasi : kontraksi m. siliaris mengendurkan struktur penggantung lensa. Karena

ini bersifat elastis secara instrinsik, lensa kemudian mencembung, sehingga memiliki

kekuatan refraksi yang lebih tinggi. Proses ini mempertahankan bayangan retina suatu objek

tetap dalam fokus saat benda digerakkan mendekati mata. Sebaliknya, apabila benda

digerakkan menjauhi mata atau pandangan seseorang diarahkan ke titik yang lebih jauh,

relaksasi m. siliaris memungkinkan struktur penggantung menarik lensa kembali ke bentuk

yang lebih datar, menurunkan kekuatan refraksinya dan sekali lagi mengembalikan bayangan

visual ke fokus yang tajam.

Konstriksi pupil: pupil berkonstriksi untuk mempertahankan bayangan retina objek

yang dekat setajam mungkin.

Ketiga proses ini dapat diaktifkan secara volunter dengan melakukan fiksasi pada

objek dekat dan juga terjadi sebagai refleks ketika objek yang jauh bergerak mendekati

pengamat.

4

Page 5: reaksi pupil

III. Regulasi Refkes Cahaya Pupil

Lebar pupil bervariasi berkaitan dengan adanya cahaya: cahaya terang menginduksi

konstriksi pupil, dan kegelapan menginduksi dilatasi pupil. Refleks cahaya pupil berperan

untuk memodulasi jumlah cahaya yang jatuh ke retina, baik untuk melindungi fotoreseptor

dari penyinaran yang berlebihan dan berpotensi merusak, maupun untuk menjaga bayangan

visual objek pada fokus yang sebaik mungkin diretina, analog dengan diaphragma cahaya.

Refleks ini seluruhnya involunter; korteks serebri tidak terlibat dalam lengkung refleks.

Lengkung aferen refleks cahaya pupil

Serabut aferen menyertai serabut visual di nervus dan traktus optikus di dekat korpus

genikulatum laterale, tetapi tidak langsung masuk ke struktur tersebut, melainkan berbelok ke

arah kolikulus superior dan berakhir di nuklei area pretektalis. Interneuron yang terletak

disini berproyeksi lebih lanjut ke nuklei parasimpatik Edinger-Westhpal kedua sisi.

Persarafan bilateral nuklei Edinger-Westhpal ini merupakan dasar anatomis respons cahaya

konsensual; penyinaran cahaya pada satu mata menginduksi kontriksi pupil tidak hanya pasa

sisi mata tersebut, tetapi juga pupil kontralateral.

Lengkung eferen refleks cahaya pupil.

Serabut eferen berasal dari nukleus Edinger-Westhpal dan berjalan di nervus

okulomotorius ke orbita. Serabut praganglionik parasimpatis bercabang dari nervus

okulomotorius di dalam orbita dan berjalan ke ganglion siliare, yang sel-sel ganglionnya

membentuk stasiun relay sinaptik. Serabut postganglion yang pendek keluar dari ganglion

siliare dan kemudian memasuki bola mata dan mempersarafi m.spinghter pupilae.

Stimuli lain yang memengaruhi lebar pupil.

Lebar pupil bervariasi tidak hanya sebagai respons terhadap cahaya tetapi juga

sebagai respons terhadap berbagai jenis stimuli yang berasal dari luar mata. Stimuli nyeri

hebat, seperti cubitan kuat pada otot-otot leher, serta meningkatnya rangsangan emosi dapat

5

Page 6: reaksi pupil

mencetuskan dilatasi pupil. Midriasis yang terjadi pada situasi ini terjadi akibat peningkatan

aktivitas sistem saraf simpatis yang menyebabkan kontraksi m. dilator pupilae. Namun,

penelitian terkini menujukkan bahwa penurunan aktivitas persarafan parasimpatis pupil

mungkin merupakan faktor yang lebih penting.

IV. Persarafan Simpatis dan Parasimpatis Mata

Persarafan parasimpatis mata.

Persarafan parasimpatis m. sfingter pupillae dan m. silliaris telah dibahas di dalam

hubungannya dengan refleks cahaya pupil dan refleks akomodasi. Aktivasi suplai

parasimpatis ke mata bermanifestasi sebagai konstriksi pupil (miosis) dan akomodasi sebagai

respons terhadap objek yang dekat.

Persarafan simpatis mata.

Area nuklear tempat munculnya persarafan simpatis, disebut pusat siliospinalis,

terletak di kornu laterale medula spinalis dari C8 hingga T2. Serabut preganglionik berasal

dari sini dan naik ke stasiun relay di ganglion servikale superius, tempat keluarnya serabut

postganglionik dan kemudian berjalan naik bersama dengan arteri karotis interna dan arteri

oftalmika ke dalam orbita, akhirnya mencapai dan mempersarafi m. dilator pupilae, m.tarsalis

superior dan inferior, dan m.orbitalis. Serabut simpatis lainmempersarafi kelenjar keringat

dan pembuluh darah setengah sisi wajah ipsilateral.

Suplai aferen pusat siliospinalis: Serabut aferen dari retina berjalan ke hipotalamus,

tempat munculnya jaras simpatis sentral. Jaras ini menyilang garis tengah setinggi

mesensefalon dan berjalan turun ke batang otak dan medula spinalis servikalis ke pusat

siliospinal.

6

Page 7: reaksi pupil

V. Refleks pupil (reaksi cahaya pupil)

Reaksi cahaya pupil terdiri dari rekasi cahaya langsung dan tidak langsung

(konsensual). Pada pemeriksaanini pasien disuruh melihat jauh (memfiksasi pada benda yang

jauh letaknya), setelah itu mata kita senter ( beri cahaya) dan dilihat apakah ada reaksi pada

pupil. Pada keadaan normal pupil mengecil. Bila demikian halnya, disebut rekasi cahaya

langsung positif. Kemudian perhatikan pula pupil mata yang satu lagi, apakah pupilnya ikut

mengecil oleh penyinaran mata yang lainnya itu. Bila demikian, disebut reaksi cahaya-tidak-

langsung (konsensual) positif. Selama pemeriksaan ini harus dicegah agar pasien tidak

memfiksasi matanya pada lampu senter, sebab dengan demikian akan ada pula refleks

akomodasi yang juga menyebabkan mengecilnya pupil. Oleh karenanya pasien harus selalu

melihat jauh selama pemeriksaan ini.

Ada satu kelainan, dimana refleks pupil negatif, namun refleks akomodasi positif; hal

ini disebut sebagai gejala Argyl Robertson atau pupil Argyl Robertson. Pupil Argyl

Robertson dapat dijumpai pada penyakit sifilis, arteriosklerosis, tumor otak, meningitis,

alkoholisme kronis, dan diabetes mellitus..

Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada mata tersebut negatif. Bila mata

yang lainnya baik, maka penyinaran mata yang baik akan menyebabkan mengecilnya pupil

pada mata yang buta tersebut ( reaksi cahaya tak-langsung). Jadi, bila reaksi cahaya langsung

negatif, sedangkan rekasi cahaya tak langsung positif, maka kerusakannya pada nervus II.

Sebaliknya, pada kelumpuhan nervus III, reaksi cahaya langsung dan tidak langsung ialah

negatif.

VI. Refleks akomodasi.

Penderita disuruh melihat jauh, kemudian ia disuruh melihat dekat, misalnya jari kita

yang ditempatkan dekat matanya. Refleks akomodasi dianggap positif bila terlihat pupil

mengecil. Pada kelumpuhan nervus II refleks ini negatif.

7

Page 8: reaksi pupil

VII. Refleks pupil.

Merupakan refleks yang terjadi pada pupil, seperti :

Refleks pupil langsung, mengecilnya pupil yang disinari.

Refleks pupil tidak langsung (konsensual), mengecilnya pupil yang tidak disinari.

Refleks ini terjadi akibat adanya dekusasi.

Refleks koklear, dengan rangsangan garpu nada akan terjadi midriasis setelah miosis.

Refleks sinar, dengan rangsangan sinar kedua pupil mengecil.

Refleks orbikular, dengan rangsangan menutup kelopak dengan kuat terjadi

monokular miosis.

Refleks trigeminus, merangsang kornea akan terjadi midriasis yang disusul dengan

miosis.

Refleks psikosensorik, dengan merangsang psikis atau sensorik akan terjadi midriasis

bilateral.

Refleks vagotonik, dengan rangsangan inspirasi dan ekspirasi maka akan terjadi

midriasis dan miosis.

Refleks vestibular, dengan rangsangan panas akan tejadi bilateral midriasis disertai

dengan hipus.

Refleks okulopupil, bila kornea, konjungtiva, dan kelopak terangsang oleh sesuatu

maka akan terlihat pupil yang menjadi kecil. Bila rangsangan ini cukup lama maka

akan terlihat pupil yang tetap kecil.

Refleks dekat, pupil kecil atau miosis waktu melihat objek dekat, hal ini terutama

berkaitan dengan konvergensi selain daripada akomodasi.

VIII. Defek Pupil Aferen.

Salah satu penilaian terpenting yang harus dilakukan pada pasien yang mengeluhkan

penurunan penglihatan adalah menentukan apakah keluhan tersebut disebabkan oleh masalah

pada mata atau oleh masalah nervus opticus yang cenderung lebih serius. Bila terdapat suatu

lesi di nervus opticus, reflek pupil tehadap cahaya kuraang kuat saat normal dirangsang.

Fenomena ini disebut defek pupil aferen relatif. Fenomena ini juga akan positif bila terdapat

suatu lesi besar di retina atau lesi berat du makula. Katarak yang padat sekalipun tidak

mengganggu respons pupil.

8

Page 9: reaksi pupil

Defek aferen absolut adalah istilah yang digunakan bila tidak ada refleks pupil

terhadap cahaya pada mata yang buta total. Penyinaran mata yang normal akan tetap

menimbulkan respons langsung di mata tersebut dan respons konsensual di mata yang buta

tadi.

Suatu defek pupil aferen tetap dapat diketahui bila satu pupil tidak terlihat, akibat

penyakit kornea, atau tidak dapat merespons akibat kerusakan struktural atau kerusakn pada

persarafannya.

IX. CARA KERJA

Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konversi.

Pada anda sendiri, mengecilnya pupil dapat dilihat dengan menggunakan cermin

mula-mula anda akan melihat jauh di dalam cermin. Anda melihat sekarang bahwa pupil

dalam bayangan tersebut mengecil.

Anda dapat melihat mengecilnya pupil pada Orang percobaan dengan cara: (OP)

disuruh melihat jauh kemudian seakan-akan disuruh melihat jari anda yang ditempatkan kira-

kira 20cm dumuka (OP).

Mengecilnya pupil karena cahaya.

OP disuruh melihat ketempat yang terang kemudian disuruh menutup matanya,

setelah menunggu beberapa saat, OP disuruh membuka mata kembali sehingga akan terlihat

pupilnya mengecil. Pada saat ini terjadi refleks yang dinamakan refleks pupil.

9

Page 10: reaksi pupil

OP disuruh melihat ketempat yang terang. Satu mata ditutup dengan tangan maka

akan terlihat pupil mata yang lain membesar walaupun cahaya tidak berubah. Mata yang tadi

ditutup sekarang dibuka, kelihatan bahwa pupil mata yang mengecil lagi, walaupun

cahayanya tidak berubah. Didalam mata yang tertutup ini terjadi refleks pupil yang

konsesual. Percobaan ini dapat dilakukan pada diri sendiri dengan melihat bayangan-

bayangan pupil pada cermin.

Satu mata OP disinari dengan flash light terlihat bahwa tidak hanya mata yang

disinari pupilnya mengecil tetapi pupil yang tidak disniari juga ikut mengecil. Didalam mata

yang disinari terjadi refleks pupil.

Refleks pupil itu sendiri.

Pada anda sendiri satu mata ditutup dengan tangan, didepan mata yang lain

ditempatkan sebuah tabung sepanjang 25 mm dengan dasar yang berlubang. Melalui lubang

tersebut anda melihat ketempat yang terang. Mata yang tadi ditutup dibuka kembali, lubang

didalam dasar tabung tadi akan kelihatan mengecil.

10

Page 11: reaksi pupil

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Pupil merupakan lubang pada iris dan fisiologinya merupakan indikator (petunjuk)

mengenai status fungsional jaringan sekitarnya dan keadaan retina serta keadaan struktur

intracranial.

Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen dan bagian eferen. Bermula dari sel-sel di

retina dan berakhir di daerah pretektum, sedangkan bagian eferen dibagi menjadi lintasan

parasimpatis dan lintasan simpatis. Pusat pengaturan supranuklear adalah dari lobus frontalis

(kewaspadaan) dan lobus oksipitalis (akomodasi).

Respons pupil terhadap cahaya dalah suatu refleks murni yang keseluruhan jarasnya

terletak di subkorteks.

II. SARAN

Sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran – saran dan

kritikan bagi para pembaca yang penulis hormati guna untuk membangun pada masa yang

akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya

kurang memuaskan bagi tugas yang penulis laksanakan

11

Page 12: reaksi pupil

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. 2007.

Asbury, Vaughan. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 2007.

S.M. Lumbantobung. Neurologi klinik, pemeriksaan fisik dan mental. Badan Penerbit FKUI.

Jakarta. 2012

Baehr, Mathias. Diagnosis topik neurologi dasar Duus: anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed 4.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010

12