Referat Tifoid. Farhana Oktoriana

19
REFERAT DEMAM TIFOID Oleh: FARHANA OKTORIANA 1102009106

description

ppt

Transcript of Referat Tifoid. Farhana Oktoriana

REFERAT DEMAM TIFOID Oleh: FARHANA OKTORIANA 1102009106

REFERAT DEMAM TIFOID

Oleh:

FARHANA OKTORIANA1102009106DEFINISIDemam tifoid ( tifus abdominalis, enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari. Gangguan terjadi pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

( Husein alatas, 1985 )

EPIDEMIOLOGIDemam tifoid dan demam paratifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang No. 6 tahun 1962 tentang wabah.Diperkirakan angka kejadian dari 150 per 100.000 tiap tahun di Amerika Selatan dan 900 dari 100.000 tiap tahun di Asia. Di Indonesia rata rata usia yang terkena di daerah endemis antara 3 19 tahun mencapai 91% kasus.K ejadian meningkat setelah umur 5 tahun.

( Aru W sudoyo, 2009).

ETIOLOGISalmonella typhi adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif anaerob.

Mempunyai antigen utama, yaitu : Antigen somatik O terdiri dari oligosakaridaFlagelar antigen H yang terdiri dari proteinEnvelope antigen Kyang terdiri polisakarida.

( Aru W Sudoyo, 2009 )

PATOGENESIS

MANIFESTASI KLINISMinggu I : Demam yang sifatnya meningkat perlahan lahan terutama meningkat pada sore hingga malam hari. Suhu meningkat setiap harinya dan mencapai puncaknya pada akhir minggu pertama, dapat mencapai 39o - 40oC.Nyeri kepala, pusing.Mual, muntah, anoreksia.EpistaksisBatuk Gangguan defekasi : Obstipasi pada minggu I.Tidak enak di perut perut.Apatis/bingung dapat diakibatkan toksik menjadi delirium yang akan menjadi meningismus (akhir minggu ke I).Myalgi/atralgi.

Minggu ke II :DemamNadi terjadi bradikardi relatif ( peningkatan suhu 1 C tanpa diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit Lidah, typhoid tongue, dengan warna lidah putih kotor di bagian tengah dengan ujung dan tepi hiperemis dan terdapat tremor. Kulit, Rose spot, adalah suatu ruam makulopapular yang khas untuk tipoid, berukuran 1 5 mm. Sering dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih dan tidak pernah dilaporkan terjadi pada anak Indonesia. Biasanya muncul pada hari ke 7 10 dan bertahan 2 3 hariThoraks, paru-paru dapat terjadi bronchitis/pneumonia, pada umumnya bersifat tidak produktif, terjadi pada minggu ke II atau minggu ke III, yang disebabkan oleh pneumococcus atau yang lainnya.Gangguan defekasi : Diare pada minggu II (peas soup diare). Abdomen, agak cembung, bisa terjadi : - Meteorismus - Splenomegali pada 70% dari kasus, dengan perabaan keras, mulai teraba pada akhir minggu ke I sampai minggu ke III, akan tetapi dapat juga lunak dan nyeri tekan positif. - Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu ke II sampai dengan masa konvalesens. DIAGNOSIS1. Anamnesis:Panas > 7 hariBatukMalaise, letargi, anoreksia, BB turunNyeri otot / kepala / perutMencret atau obstipasi, muntah, nyeri perut, perut kembungBisa kesadaran menurunDapat timbul kejang, ikterus, epistaksis

2. Pemeriksaan Fisik:Kesadaran menurun (delirium sampai stupor)Hepatomegali, splenomegaliBradikardi relatifRuam makula papula pada kulit dada bagian bawah / perut (rose spot) -> menghilang dalam 2-3 hariTyphoid tongue, bagian tengah kotor, bagian pinggir hiperemis dan terdapat tremor

Laboratorium:Anemia : Biasanya karena perdarahan usus, supresi sumsum tulang, defisiensi FeLeukopenia : Jarang < 3.000/mm3Limfositosis relatifTrombisitopeniaSerologi (Widal) : Titer O naik (4x atau >= 1/160)

Biakan salmonellaDarah / Sumsum tulang / Kel.limfe / jaringan fagosit : (+)Urin/feses : sesudah bakteremia sekunder

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan darah tepi2. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman3. Uji serologisuji Widaltes TUBEXmetode enzyme immunoassay (EIA)metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)pemeriksaan dipstik.4. Pemeriksaan kuman secara molekulerPCR

KOMPLIKASIIntraintestinal Ekstraintestinal Perforasi ususSyok septikTifoid ensefalopatiTrombosis serebralNeuritis optikKolesistitis akutMeningitisPneumoniaPielonefritisEndokarditisOsteomielitis Artritis septikFlebitisPENATALAKSANAANTerapi UmumIstirahat dan perawatan untuk mencegah komplikasiDiet dan terapi penunjangCukup cairan dan kalori serta tinggi protein. Makanan sedkit mengandung serat. Makanan diberikan untuk mencegah penurunan gizi karena akan memperlambat penyembuhan. Makanan dimulai dari bubur saringbubur keras nasi.

( Aru W sudoyo 2009 )

Terapi farmakologi

I. Lini pertamaa. Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan antibiotik, diberikan dengan dosis 200 mg/kgBB/hari secara intravena dalam 4 dosis selama 10 - 14 hari. Pada bayi usia < 2 minggu beri 25 mg/KgBB/harib. Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari diberikan peroral/iv dibagi 3 4 dosis selama 10 - 14 hari, atauc. Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim atau 50 mg/KgBB/hari sulfametoksazol, dibagi 2 dosis, selama 10 - 14 hari.

II. Lini ke dua, diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap berbagai obat (MDR=multidrug resistance), yang terdiri atas :a. Seftriakson dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 5 hari .b. Sefiksim dengan dosis 10 - 15 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari, adalah alternatif pengganti seftriakson yang cukup handal.c. Sefotaksim 150 200 mg/ KgBB/hari dibagi 3 4 dosis.

Kortikosteroid Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran,gangguan sirkulasi dan gejala berkepanjangan. Pemberian kortikosteroid juga dianjurkan pada demam tifoid berat. Deksametason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kbBB, diikuti dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari

Lain-lainVitaminPerdarahan usus : - Puasa selama 24 jam sampai tidak ada perdarahan- Antibiotik iv- Transfusi bila perlu- Operasi (bila ada indikasi)

( Sumarso, 2010 )PENCEGAHANHygiene perorangan dan lingkungan seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan pengamanan pembuangan limbah feses.Kontrol penularan dengan identifikasi dan eradikasi Salmonella Thyphi pada kasus demam tifoid, pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi, dan proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi Imunisasi aktif diberikan terutama bila kontak dengan pasien demam tifoid, apabila terjadi kejadian luar biasa, dan untuk turis yang berpergian ke daerah endemik, petugas laboratorium / kesehatan.. Jenis : - Vaksin polisakarida (capsular Vi polysaccharide) - Vaksin tifoid oral (ty21-a)

( Aru W Sudoyo 2009 )PROGNOSISUmumnya baik. Tergantung cepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, penyebab tipe Salmonella, dan adanya penyulit.Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis berat.

( Arif Mansjoer, 2000 )DAFTAR PUSTAKAGarna, Herry dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA. Edisi 3. 2005. FK UNPAD, Bandung.Gunawan SG, Setiabudy R, Nafriald. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. 2007. FKUI, JakartaJawets, dkk. Mikrobiologi Kedokteran. 2005. Salemba Medika, JakartaMansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, jilid kedua, 2000, Media Aeculapius FKUI, Jakarta.Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi kelima. 2009. Jakarta Soedarmo, Sumarso, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi kedua. 2010. Jakarta Alatas, Husein, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, edisi keempat jilid 2. 1985. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : 593

TERIMA KASIH

WASSALAMMUALAIKUM WR. WB