repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. ·...
Transcript of repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. ·...
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
179
Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber
Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa
Pagerharjo Samigaluh Kulon Progo
Rini Dorojati#1, Widati*2, Fatih Gama Abisono Nst#3 1Prodi Pembangunan Masyarakat Desa dan 3Prodi Ilmu Pemerintahan
STPMD “APMD” Yogyakarta 1 [email protected]
2 Prodi Ilmu Sosiatri,STPMD APMD 2
STPMD APMD Yogyakarta 2 [email protected]
Abstract
Pageharjo village in Samigaluh, Kulon Progo, has the potential
to produce talas taro (umbi talas) as many as 140 tons per year
which in general, the people sell it in raw materials and
therefore, at low prices. The purpose of this PKM service was to
empower people in processing talas taro into various food
products. The method in this community service wasapplying
participatory approach which has activity stages to two target
groups as our partner: Kusuma and Lestari Maju. The result of
this activity was that the partners followed all stages and have
practiced in making talas taro cake. In conclusion, changes in
the partner’s perspective of talas taro as a source of economic
improvement is their motivation to do entrepreneurship, and
responded to the community service activities by showing of
high level of attendance at each stage of the activities and they
were able to practice talas taro processing.
Keywords: economy, Improvement, processing, household, taro
I. PENDAHULUAN
Desa pagerharjo merupakan salah satu desa di wilayah
Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Kondisi
topografi wilayah desa tersebut berbukit-bukit karena secara
geografis terletak di Pegunungan Menoreh. Dengan kondisi
tersebut, masyarakat mengandalkan kehidupannya sebagian
besar dari pertanian lahan kering. Hasil pertanian pangan
lahan kering tergantung pada musim, walaupun sebagian ada
lahan yang mendapat pengairan dari sungai yang mengalir di
desa tersebut, namun juga pada luasan yang lebih rendah.
Sebanyak 50 % KK dari total 1.467 KK (Anonim, 2016)
dalam kondisi miskin. Keterbatasan hasil pertanian,
masyarakat setempat berupaya menambah penghasilan
rumahtangganya dengan memanen tanaman penghasil umbi-
umbian antara lain tanaman talas yang tumbuh liar di
lingkungan kebun, pekarangan dan di sawah. Hasil umbi talas
yang dipanen selanjutnya dijual ke pengepul, dan umumnya
talas yang dijual dalam kondisi mentah dengan harga berkisar
Rp 500,- sampai dengan Rp 1.600,- per kg. Menurut
Suminarti (2015) tanaman talas umumnya ditanam di lahan
kering dengan kendala utama rendahnya tingkat ketersediaan
air tanah. Akibatnya, hasil yang diperoleh rendah yaitu
sekitar 5-7 ton/ha umbi segar, sedangkan potensi produksinya
dapat mencapai 20,7 ton/ha.
Hasil pengamatan dan wawancara kepada khalayak
sasaran bahwa talas adalah salah satu tanaman penghasil
umbi yang tumbuh liar di lingkungan masyarakat Desa
Pagerharjo dan menjadi andalan sebagai sumber penghasilan
tambahan rumahtangga pada saat musim kemarau. Tanaman
talas tersebut tumbuh secara luas di lingkungan Desa
Pagerharjo, dan cocok tumbuh di daerah pegunungan seperti
di Pegunungan Menoreh ini. Masyarakat setempat dalam
istilah lokal untuk menyebut umbi talas dengan nama entik.
Adapun nama-nama daerah yang diberikan kepada tanaman
talas antara lain tale, keladi, taro (nias), suhat (Batak), taleh,
kaladi (Minang), talos (lampung), lueh (dayak), bolang
(Sunda), tales (Jawa), korei, koladi (Sulut), inane, wakal,
gwal (Maluku), yefam, ifen, hekere, (Papua) Old, taro,
cocoyam (Inggris) keladih. (Wikipedia). Tanaman talas
termasuk suku talas-talasan atau Araceae merupakan
tumbuhan penghasil umbi-umbian yang cukup penting.
Diduga asli berasal dari Asia Tenggara atau Asia Tengah bagian
selatan. Talas merupakan makanan pokok, di beberapa
kepulauan di Oseania. Di Indonesia, talas populer ditanam di
hampir semua daerah. Umbi talas memiliki keunggulan yaitu
kemudahan patinya untuk dicerna (Nurbaya dkk, 2013).
Umbi talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai
bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan
pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Rendemen yang bisa
didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu mencapai 28.7%.
Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan cookies. Umbi talas mengandung 1,9% protein,
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ubi kayu (0,8%) dan
ubi jalar (1,8%), meskipun kandungan karbohidratnya (23,78)
lebih sedikit dibandingkan dengan ubi kayu (37,87) dan ubi
jalar (27,97). Komponen makronutrien dan mikronutrien
yang terkandung di dalam umbi talas meliputi protein,
karbohidrat, lemak, serat kasar (Sulistyowati, 2014). Talas
merupakan tanaman dari jenis umbi-umbian yang merupakan
salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi,
terutama kandungan karbohidratnya sehingga dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan etanol
(Setiasih, 2011).
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
180
Pemanfaatan umbi talas sebagai sumber pendapatan
sampingan rumahtangga dilakukan masyarakat Desa Pagerharjo,
sebagai contoh di kemukakan oleh seorang ibu wakil anggota
kelompok sebagai khalayak sasaran pengabdian ini yaitu
kelompok Kusuma dan Kelompok “Lestari Maju” sebagai
berikut : “Hasil panen talas dijual ke pengepul setempat yaitu
Bpk.Sukidi di Plono Barat Pagerharjo. Rata-rata setiap keluarga
menjual hasil panen umbi talas sebanyak 100-150 kg/KK”.
Sebagaimana pengabdian yang dilakukan oleh Setiyoko dan
Agus Slamet (2017) di Desa Tanjungharjo Kecamatan
Nanggulan Kulon Progo yang memiliki potensi lokal buah
sukun, namun oleh masyarakat setempat hanya dijual mentah
sehingga nilai jualnyanya rendah. Untuk itu Setiyoko dan
Agus Slamet (2017) memberikan pelatihan pengolahan buah
sukun dibuat donat (Dokun) yang nilai jualnya lebih tinggi.
Permasalahan Mitra
Berbagai permasalahan mitra dalam pengelolaan umbi
talas telah diidentifikasi oleh para anggota kelompok Kusuma
dan Lestari Maju antara lain : mitra mengalami kesulitan dalam
mengelola talas, penanamannya belum maksimal karena
kebanyakan talas tidak ditanam secara khusus (tumbuh sendiri),
perawatan tanaman talas belum ada, pemanenan secara manual,
kadang tidak pakai musim, pengolahan talas masih monoton,
belum ada pengolahan yang lain (misal : cake/roti), pemasaran
talas masih dijual pada pengumpul, dan hasil pengolahan talas
(criping), hanya dijual di warung-warung kecil dekat pusat
sekolahan setempat.
Berbagai permasalahan tersebut menyebabkan hasil umbi
talas belum memberikan manfaat ekonomi maupun sosial
bagi masyarakat Desa Pagerharjo, khususnya mitra yang
selama ini mengelola hasil panen umbi talas yang tumbuh
secara liar di lingkungan masing-masing.
Tujuan
Pemanfaatan potensi tanaman pangan lokal dan pemahaman
tentang pentingnya melestarikan dan mengembangkan potensi
tanaman lokal khususnya umbi talas yang dimanfaatkan
dengan cara mengolahnya menjadi makanan khas Kulon
Progo selain geblek. Untuk itu, khalayak sasaran akan di
berikan motivasi berwirausaha, pelatihan mengolah umbi
talas menjadi produk makanan olahan. Selanjutnya
memperhatikan kelanjutan usaha, maka diberi pelatihan
manajemen usaha sampai dengan pemasarannya. Tujuan dari
pengabdian PKM : 1.Peningkatan daya saing sumberdaya
manusia, khususnya anggota kelompok Kusuma dan Lestari
Maju memiliki ketrampilan dalam mengolah umbi talas dan
memiliki beraneka produk, sehingga harga jual umbi talas
menjadi tinggi; 2.Bertambahnya pengetahuan tentang
manajemen usaha dan mempraktekkannya untuk kelangsungan
usaha yang akan ditekuni; 3.Perubahan sosial yang dapat
diketahui dari pemanfaatan waktu luang yang sebelumnya tidak
digunakan untuk kegiatan produktif menjadi memanfaatkan
waktu luang untuk mengelola talas dan mengolahnya sampai
pemasarannya.
II. METODE KEGIATAN
Pemanfaatan potensi pangan lokal umbi talas menjadi
bahan pangan olahan diupayakan dengan langkah–langkah
sebagai berikut : melakukan assessment tentang permasalahan
yang dihadapi mitra/kelompok calon usaha tentang pengolahan
umbi talas. Kemudian mengindentifikasi kebutuhan untuk
mengatasi permasalahan. Selanjutnya memberikan
tawaran/strategi mengatasi permasalahan berdasar prioritas
mereka (Denzin, Norman K dan Yvonna S.Lincoln, 2009).
Kegiatan yang telah disepakati selanjutnya dibuat penjadwalan
tentang kegiatan yang dirancang seperti pelatihan-pelatihan
yaitu pengolahan umbi talas dan manajemen. Menurut
Supriatna (2009) melalui pendekatan pendidikan merupakan
salah satu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
dalam proses perubahan social termasuk dalam mengatasi
kemiskinan pedesaan. Hasil pendidikan berupa pelatihan
akan dipantau dan dilakukan pendampingan sampai
berakhirnya pelaksanaan program.
Melalui pemberdayaan dengan pendekatan Partisipatif
(Mardikanto, 2013), maka kegiatan pengorganisasian
kelompok pada masing-masing anggota diberi tugas dan
tanggungjawab terhadap semua kegiatan yang dirancang
akan menjadi dasar keberhasilan pengabdian ini. Kemudian
dengan pendekatan pengembangan masyarakat yaitu
mencatat kemajuan–kemajuan yang khalayak sasaran telah
melaksanakan semua rencana. Mereka dapat melakukan
evaluasi bersama tim pengabdi. Partisipasi mitra melalui
keikutsertaan dalam semua tahap kegiatan dan menyediakan
peralatan dan bahan yang diperlukan. Langkah evaluasi
pelaksanaan program dan keberlanjutan dilakukan dengan
cara membuat kesepakatan dengan khalayak melakukan
pertemuan rutin terjadwal.
III. HASIL KEGIATAN
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan pengabdian
masyarakat pada Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini
yang memfokusnya pada pemanfaatan potensi pangan lokal
menjadi bahan pangan olahan, telah diselenggarakan dengan
upaya dan langkah–langkah sebagai berikut : pertama
persiapan yaitu melakukan koordinasi, dan assessment
tentang permasalahan yang dihadapi mitra /kelompok calon
wirausaha olahan umbi talas. Dari kegiatan assessment dapat
diketahui indentifikasi kebutuhan dan strategi untuk
mengatasi permasalahan. Selanjutnya memberikan tawaran
/strategi mengatasi permasalahan berdasar prioritas mereka.
Kesepakatan dibuat guna terlaksananya kegiatan sesuai
rencana, dan dibuat penjadwalan tentang kegiatan yang
dirancang antara lain kapan waktu pelatihan yang terdiri 2
macam yaitu pelatihan pengolahan umbi talas dan manajemen
serta pendampingan pelaksanaan program. Pada tahap
persiapan ini dilakukan pula pengorganisasian kelompok.
Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan kegiatan berupa
pelatihan dan monitoring hasil pelatihan berkaitan dengan
respon peserta terhadap intervensi yang telah diberikan, tahap
akhir yaitu tahap produksi dan pemasaran serta evaluasi
program pengabdian PKM.
Khalayak sasaran, dalam hal ini kelompok mitra yaitu
Kelompok Kusuma dan Kelompok “Lestari Maju” telah
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
181
sepakat bersama sama melaksanakan program PKM dengan
tahap tahap yang telah ditentukan. Tahap -tahap yang telah
dilaksanakan dan hasil serta luaran yang dicapai dapat diikuti
pada uraian berikut ini yang diawali dengan deskripsi Desa
Pagerharjo dimana kelompok mitra bertempat tinggal.
A. Desa Pagerharjo
Desa Pagerharjo adalah salah satu desa di Kecamatan
Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta. Secara administratif Desa Pagerharjo terbagi
atas 20 pedukuhan. Batas wilayah : Sebelah Utara Desa
Paripurna, Salaman, Magelang dan Desa Sedayu, Loano,
Purworejo; Sebelah Selatan Desa Pucungroto, Kaligesing,
Kab. Purworejo; Sebelah Barat Desa Sedayu, Loano, Kab.
Purworejo; Sebelah Timur Desa Ngargosari, Banjarsari,
Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Adapun Orbitasi Desa
Pagerharjo ke pusat Pemerintahan yaitu ke Ibu Kota
Kecamatan 6 Km; Ibu Kota Kabupaten 40 Km; Ibu Kota
Provinsi 45 Km Ibu Kota Negara 500 Km. Kondisi topografi;
Luas kemiringan lahan (rata-rata) Datar : 32,085 Ha dan
tingkat Kemiringan : 1.037,426 Ha. Ketinggian dari atas
permukaan laut (rata – rata) : 600 – 700 m. Klimatologi, suhu
18 – 30 °C, Curah Hujan : 2.500/3.000 mm. Luas Wilayah
Desa Pagerharjo 1.069,5115 Ha. Jumlah penduduk 5064 jiwa
laki-laki 51,15 persen dan perempuan 48,85 persen,
mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani 79
persen. Pendidikan tingkat SD 41 persen. Jumlah KK
termasuk pra sejahtera sebanyak 50 persen.
B. Pengolaha Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan
Ekonomi Rumahtangga
Koordinasi
Koordinasi Internal, tim pengabdi melaksanakan koordinasi
pada tanggal 27 Februari 2018 untuk membahas rencana
pelaksanaan PKM meliputi tugas dan jadwal yang akan
direalisasikan sebagaimana dalam proposal. Tiga hal yang
dihasilkan tim pengabdi dalam koordinasi ini yaitu tim
melaksanakan kegiatan sebagaimana terjadwal dalam
proposal, pelaksanaan kegiatan dengan mitra berdasarkan
hasil kesepakatan. Jadi partisipasi khalayak sasaran sebagai
mitra dilibatkan dalam pengambilan kesputusan pada
aktivitas bersama, mahasiswa dilibatkan dalam PKM ini
sebagai asisten lapangan sekaligus dapat dijadikan
pembelajaran bagi mahasiswa untuk pemberdayaan
masyarakat. Kemungkinan munculnya kendala pada kegiatan
PKM pada tim pengabdi antara lain kesibukan masing-
masing anggota sebagai dosen yang melaksanakan tridarma
akan berdampak pada aktivitas PKM. Untuk itu disepakati
akan diatasi dengan upaya komunikasi antar anggota lebih
intensif apabila dalam proses kegiatan ada kendala waktu,
biaya dan kegiatan masing-masing individu.
Dari hasil koordinasi internal tim pengabdi dilanjutkan
dengan koordinasi dengan mitra yang sebelumnya sudah
didahului dengan kesepatan antara tim dengan mitra tentang
waktu pertemuannya. Koordinasi dengan mitra dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2018. Pertemuan
dilaksanakan di ruang pertemuan kantor Desa Pagerharjo.
Diawali dengan pembukaan, ketua tim pengabdian PKM
menyampaikan informasi tentang hasil pengumuman
Kemenristek dikti diterimanya proposal PKM, tujuannya
untuk kepastian pelaksanaan kegiatan pengabdian ini.
Selanjutnya tim menyampaikan informasi personil sebagaimana
tertulis dalam proposal kemudian memperkenalkan secara rinci
nama dan peran anggota masing-masing yaitu Ketua Tim Ir.
Rini Dorojati, M.S. Anggota : Dra Widati lic.rer.reg dan Fatih
Gama Abisono Nst., S.IP., MA., dan menyampaiakn
informasi tentang personil mitra yang disepakati dalam
kontrak proposal. Kegiatan perkenalan ini dimaksudkan
untuk mengenal kelompok mitra lebih dekat, menjalin
hubungan yang lebih dalam supaya timbul kepercayaan
antara kelompok sasaran dan pelaksana pengabdian. Dua
kelompok yang menjadi mitra adalah kelompok “Lestari
maju” dan kelompok “Kusuma”. Masing-masing kelompok
beranggotakan 3 orang. Kelompok “Lestari Maju” adalah
kelompok PKK dari Pedukuhan Sarigono dengan anggota
Ibu Haryati, Ibu Achistiniyah, Ibu Siti Nasriana, sedangkan
Kelompok “Kusuma” dari Pedukuhan Ngentak dengan
anggota Ibu Heri Yuliati, Ibu Sugiyanti, Ibu Waryanti.
Kelompok ibu-ibu rumah tangga ini telah mempunyai
kegiatan dalam pengolahan talas namun terbatas. Pada sesi
perkenalan ini, mitra pada Kelompok “Lestari Maju”
menyampaikan informasi bahwa salah satu anggota
mengundurkan diri yaitu Ibu Siti Fatimah dan digantikan oleh
Ibu Nastriana. Alasan pengunduran diri karena harus keluar
daerah menunggu orangtua yang sakit. Untuk
menindaklanjuti permasalahan tersebut, tim pengabdi minta
secara tertulis kepada Ketua Kelompok “Lestari Maju” untuk
memberikan alasan pengunduran diri anggota dan
penggantian anggota. Setelah perkenalan, penjelasan tahap tahap kegiatan
dimulai yaitu akan dilakukan sosialisasi kepada para tokoh
tentang PKM di Desa Pagerharjo, yang direncanakan
penjelasannya berisi tentang jenis jenis kegiatan dan sumber
pendanaannya. Pertanyaan yang muncul pada saat penjelasan
ini diantaranya apa saja sarana yang perlu disiapkan mitra
dalam melaksanakan program ini, karena hampir semua
belum punya sarana kegiatan dalam mengolah talas. Memang
ada yang memiliki alat tetapi tidak semata mata digunakan
mengolah talas saja tetapi digunakan untuk keperluan dalam
rumahtangga seperti pisau dan pemarut kelapa atau pemarut
ketela (sosrok) dan kepemilikannya jumlahnya terbatas. Pada
tahap akhir dari kegiatan koordinasi adalah menyampaikan
kekhawatiran kemunginan permasalahan yang akan dihadapi
tim dan mitra dalam melaksanakan kegiatan berdasar jadwal
yang telah ditentukan, mengingat khalayak sasaran adalah
para ibu-ibu anggota PKK yang aktif kegiatan di desa. Untuk
mengatasi hal tersebut, tim akan selalu menghubungi mitra
lebih dahulu jika akan melaksanakan kegiatan agar tidak
mengganggu kegiatan lainnya. Mitra setuju akan menyampaikan
informasinya apabila ada kegiatan di desa dengan rencana PKM
pada hadwal yang sama, dan dicari jadwal lainnya.
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
182
Sosialisasi, Asessment Tentang Permasalahan Talas dan
Pengorganisasian Kelompok
Pada hari Selasa, tanggal 16 Maret 24 April 2018 kegiatan
sosialisasi kepada seluruh stakeholders Desa Pagerharjo.
Hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut tidak hanya
kelompok mitra tetapi juga aparat pemerintah desa, Ketua BPD,
dan juga tokoh masyarakat. Sosialisasi bertujuan
1.Mensosialisasikan tujuan dan rancangan program/kegiatan
pengabdian pada kelompok mitra; 2.Meneguhkan komitmen
pelaksanaan program antara kelompok mitra dengan
menunjukkan manfaat program/kegiatan baik bagi kepentingan
kelompok maupun kepentingan pribadi; 3.Menggali harapan,
pengetahuan, pemahaman, peserta terkait dengan substansi
program/kegiatan; 4.Memetakan kebutuhan peserta sepanjang
pelaksanaan program/kegiatan. Adapun proses sosialisasi
adalah sebagai berikut : pembawa acara menyampaikan
susunan acara, kemudian diawali dengan berdoa, selanjutnya
acara sosialisasi dibuka dengan sambutan dari pihak
Pemerintah Desa, yang disampaikan oleh Sekretaris Desa
Pagerharjo mewakili Bapak Lurah. Dilanjutkan tim pengabdi
melakukan perkenalan tim Pengabdi dari STPMD “APMD”
yang diketuai oleh Ir. Rini Dorojati, sekaligus memberikan
sambutan, dilanjutkan dengan sesi perkenalan anggota dua
kelompok mitra yakni Kelompok Lestari dan Kelompok
Kusuma. Setelah acara resmi dibuka, ketua tim pengabdi
menjelaskan desain program yang meliputi tujuan, rangkaian
kegiatan tujuan setiap kegiatan serta hasil yang diharapkan dari
tahapan kegiatan pengolahan ubi talas. Dalam sesi ini juga
dibuka sesi tanya-jawab dan diskusi interaktif untuk
memperjelas pemahaman peserta.
Assessment tentang permasalahan pengolahan talas
dilaksanakan usai sosialisasi. Tujuan assessment adalah
untuk analisis pemetaan permasalahan yang dihadapi
kelompok dalam mengolah talas. Dari hasil pemetaan dapat
diketahui masalah yang paling utama dan mendasar sampai
dengan yang paling rincian untuk diatasi dalam rangka
peningkatan nilai talas dan perekonomian masyarakat.
Peserta yang hadir pada kegiatan sosialisasi diajak tim
pengabdi menggali pengetahuan dan pemahaman peserta
tentang ubi talas selama ini. Secara teknis, sesi ini dilakukan
dengan mengajukan sejumlah pertanyaan pada peserta.
Setiap peserta dimiminta menuliskan jawaban pada kertas
meta plan untuk satu pertanyaan yang selanjutnya ditempel
pada kertas plano. Setelah satu pertanyaan dijawab,
kemudian tim pengabdi mencermati jawaban pada kertas
plano untuk menganalisis kebutuhan peserta dengan cara
mengklarifikasi serta mengkonfirmasi jawaban peserta.
Setelah satu pertanyaan terjawab kemudian beralih pada
pertanyaan selanjutnya hingga seluruh pertanyaan yang
disiapkan habis dijawab oleh peserta. Menutup sesi ini, tim
pengabdi penyampaikan hasil-hasil diskusi dan menyimpulkan
dan meminta peserta menyampaikan harapan mengikuti
program pengabdian PKM tentang pengolahan umbi talas.
Seluruh peserta merasa tertarik dengan program ini karena
menawarkan kemungkinan peluang usaha baru, karena
selama ini umbi talas hanya dijual dalam bentuk mentah.
Mereka sangat antusias menyambut kegiatan pengabdian ini
dan berharap bahwa apa yang dilakukan bisa meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan menganekaragamkan produk
olahan umbi talas sehingga bisa menjadi kegiatan ekonomi
yang produktif dan mampu memberkan peningkatan ekonomi
rumah tangga. Sesi ini kemudian ditutup dengan membentuk
kesepakatan menuju sukses antara Tim Pengabdi dengan mitra
Kontrak belajar yang memuat kesepakatan-kesepatan terkait
jadwaldan pembagian tugas agar program dapat berjalan
lancar. Adapun hasil pemetaan tentang talas dan permasalahan
pengolahannya sebagai berikut :
TABEL I PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PAGERHARJO TENTANG
PEMANFAATAN TANAMAN TALAS
Pertanyaan Jawaban
Nama lain dan
karakteristik ubi
talas
Umumnya warga mengenal dua jenis talas,
yakni talas kebon (kebun) atau botheatau
enthik; dan talas sawah atau kimpul.
Talas kebon biasanya berukuran lebih besar
dibandingkan talas sawah. Talas kebon
maupun talas sawah kulit berwarna coklat,
dagingnya berwarna putih dan berlendir, dan
menimbulkan gatal, jika dicuci licin.
Lokasi tumbuh
tanaman talas
Tanaman talas kebon tumbuh liar di kebun-
kebun warga dan pekarangan sedangkan
talas sawah biasa ada disekitar sawah-sawah
warga
Cara penanaman
dan cara panen
Untuk talas kebon biasanya dibiarkan
tumbuh liar, sedangkan talas sawah ditanam
oleh warga desa, dengan cara menanam
indukkannya kurang lebih 5 cm ke dalam
tanah.
Untuk memanennya biasanya dicabut atau
“dibedhol” atau dengan menggunakan alat
seperti cangkul. Untuk panen biasanya yang
diambil adalah anakan bukan induknya.
Pemanfaatan ubi
talas
Rata-rata hanya dikonsumsi sendiri dengan
direbus, atau dijual mentah setelah dipanen
dan dibuat produk keripik talas.
Pengolahan ubi
talas
Talas yang telah dipanen, dibersihkan,
kemudian dipotong tipis-tipis dan diberi bumbu
untuk kemudian digoreng menjadi keripik talas.
Kendala
Pengelolaan dan
pemanfaatan ubi
talas
- alat produksi terbatas dan sederhana
- minimnya pengetahuan cara mengolah dan
memanfaat ubi talas
- kendala pemasaran karena masih sebatas
bergerak pada pasar lokal
Sumbangan ubi
talas terhadap
pendapatan
warga
Sejauh ini sumbangan ubi talas untuk
pendapatan warga masih kecil, karena di jual
mentah pada pengepul ubi talas yang ada di
desa. Rata-rata harga jual per kilo berkisar
Rp. 1000, - dan bergantung pada musim
Harapan peserta Peserta berharap adanya pengembangan
usaha ubi talas baik berbentuk produksi
tepung talas maupun produk olahan ubi talas
dalam rupa aneka kue (bolu, brownies, lapis,
dan lain-lain). Harapan berikutnya adalah
adanya fasilitasi pemasaran kreasi produk-
produk ubi talas ya mereka hasilkan. Sumber : hasil pemetaan Talas, 2018
Kegiatan ini menghasilkan sejumlah catatan keberhasilan
yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
183
Pertama, adanya sambutan yang sangat baik terhadap
program ini oleh peserta. Seluruh peserta antusias menyatakan
menerima dan siap menjalankan program ini karena membuka
harapan baru bagi upaya perbaikan kondisi ekonomi keluarga
dan warga Desa Pagerharjo melalui kegiatan produktif.
Penerimaan yang baik juga ditunjukkan dengan adanya
pemahaman yang dapat diterima dengan baik oleh peserta,
terkait desain program dari segi tujuan, manfaat, tahapan-
tahapan, serta hasil yang ingin dicapai. Kedua, penggalian
pemahaman dan pengetahuan lokal terkait umbi talas dapat
berjalan maksimal. Ketiga, adanya pemetaan kebutuhan yang
lebih baik terkait dengan kebutuhan peserta seperti alat-alat
produksi, memperkuat daya kreasi peserta dalam mengolah
produk berbahan ubi talas melalui suplai pengetahuan dan
memperkuat ketrampilan, manajemen usaha serta pemasaran.
Keempat, adanya komitmen kuat dari peserta terkait
pelaksanaan program ini, karena menumbuhkan harapan baru
peserta tentang peningkatan pendapatan melalui usaha
pengolahan ubi talas sehingga mampu mendongkrak ekonomi
keluarga dan desa.
Disamping itu dari hasil FGD tentang potensi dan p
ermasalahan pengelolaan umbi talas dapat diketahui pula
bahwa potensi umbi talas sebagai salah satu sumberdaya
pertanian lokal yang banyak tumbuh secara liar di desa
Pagerharjo mempunyai rasa yang lebih enak, lebih “pulen”
dibandingkan dengan umbi talas yang ada di wilayah lain.
Masyarakat selama ini memanfaatkan potensi umbi talas ini
hanya sebagai bahan makanan yang kurang bernilai dan
kurang mendapat perhatian. Masyarakat belum
membudidayakan umbi talas sebagai bahan makanan lokal
yang mempunyai nilai lebih. Hasil produksi umbi talas
selama ini hanya dijual langsung dengan harga yang sangat
murah. Pengelolaan produk umbi mulai dari cara menanam,
memelihara, memanen, menyimpan masih sangat tradisional
dan jauh belum memenuhi standar, pengolahan hasil pasca
panen juga kurangoptimal.
Pengorganisasian Kelompok
Pengorganisasian kelompok dilaksanakan pada tanggal 16
Maret 2018 usai pemetaan kebutuhan dan permasalahan
dalam mengelola dan mengolah umbi talas. Pengorganisasian
kelompok merupakan langkah selanjutnya yang penting
untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung
dalam Kelompok “Lestari Maju” dan kelompok “Kusuma”.
Di masing-masing kelompok dibentuklah ketua, sekretaris
dan bendahara. Ketua Kelompok “Lestari Maju” adalah ibu
Haryati, sebagai sekretarisnya adalah ibu Aichistiniyah dan
bendahara ibu Nasriana, sedangkan Kelompok kusuma, ketua
Ibu Haey Yliati, sekretaris Ibu Sugiyanti dan bendahara Ibu
Waryanti. Tujuan dibentuknya organisasi tersebut adalah
untuk merangsang kelompok melakukan inovasi dalam
pengelolaan umbi talas, disamping agar kegiatan kelompok
berjalan efektif, terkontrol dan teradministrasi dengan baik.
Masing-masing melakukan pembukuan sesuai dengan tugas
masing-masing, baik administrasi kegiatan maupun
pengelolaan keuangan. Dengan pengorganisasian kelompok
maka tujuan kegiatan ini: 1.Meneguhkan komitmen usaha
sebagai usaha kolektif dan bukan usaha individu;
2.Membentuk kepengurusan masing-masing kelompok;
3.Mensepakati uraian tugas masing-masing pengurus dalam
kelompok.
Acara pengorganisasian dibuka oleh Tim pengabdi dengan
presentasi menampilkan gambar-gambar produk olahan ubi
talas seperti bolu, lapis dan brownis untuk memancing
ketertarikan peserta. Tim pengabdi mencoba menggiring
pemahaman peserta tentang pentingnya peserta membuat
organisasi produksi yang kuat. Untuk membuat produk
tersebut adalah hal yang mudah, namun untuk membuat usaha
produksi olahan ubi talas yang berkelanjutan bukan hal yang
mudah karena mensyaratkan organisasi yang kuat. Selanjutnya
Tim Pengabdi menyampaikan prinsip-prinsip dasar organisasi
seperti keterbukaan dalam tata kelola, tanggunjawab bersama
dalam pelaksanaan tugas-tugas organisasi, musyawarah dalam
setiap pengambilan keputusan yang seluruhnya ditujukan
untuk membangun trust/kepercayaan dalam kelompok.
Selanjutnya pentingnya pembagian peran dalam kelompok.
Untuk itu pengabdi memandu pembentukan kepengurusan
kelompok dengan cara musyarawah. Tim pengabdi
menjelaskan uraian tugas masing-masing pengurus dalam
struktur kelompok baik ketua, sekretaris dan bendahara.
Disepakati oleh masing-masing kelompok, kemudian ditutup
dengan menegaskan hasil-hasil yang dicapai dalam sesi ini.
Hasil yang dapat dipaparkan sebagai berikut: Pertama,
adanya pemahaman yang kuat di kalangan peserta tentang
pentingnya organisasi usaha yang solid. Peserta merespon
dengan baik pemahaman tentang organisasi yang kuat.
Mereka juga mengungkapkan pengalaman berorganiasi yang
mereka alami, termasuk kelemahan-kelemahan dalam organisasi
yang dapat dijadikan pembelajaran untuk menata organisasi
usaha ubi talas yang sedang dirintis pada masa mendatang.
Kedua, terbentuknya pengurus kelompok usaha ubi talas.
Untuk kelompok Kusuma dipusatkan di Pedukuhan Ngentakrejo
dan Kelompok Lestari di Pedukuhan Ngemplak. Ketiga, adanya
kesepakatan tentang tugas masing-masing pengurus.
Atas hasil kesepakatan diantara masing-masing anggota
kelompok, maka struktur organisasi dengan susunan
pengurusnya sebagai berikut:
TABEL II
KELOMPOK PENGOLAH UMBI TALAS
Jabatan Kusuma Lestari Maju
Ketua Heri Yuliati Haryati
Sekretaris Sugiyanti Achistiniyah
Bendahara Waryanti Naisirana
TABEL III
URAIAN TUGAS KELOMPOK
Jabatan Uraian Tugas Ketua - Mengkoordinasikan seluruh kegiatan dan
agenda kelompok
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
184
- Mewakili kelompok dalam bekerjasama
dengan mitra
Sekretaris - Mengkoordinasikan agenda internal
kelompok
- Melakukan pencatatan dan dokumentasi
administrasi kelompok
Bendahara - Mengelola kekayaan dan keuangan
kelompok
- Melakukan pencatatan dan dokumentasi
transaksi keuangan
Pelatihan pengolahan umbi talas
Tahap pemberian pengetahuan pengolahan umbi talas
dilaksanakan dengan pemberian pelatihan tentang talas dan
cara pengolahannya menjadi aneka macam kue. Pelatihan
dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2018 di Ruang Pertemuan
Kantor Pemerintah Desa pagerharjo. Pelatihan pengolahan
umbi talas, tim pengabdi menghadirkan pakar boga dan chef
dari STP AMPTA (Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA)
Yogyakarta. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan penganekaragaman produk olahan talas dan
meningkatkan ketrampilan membuat berbagai makanan
berbahan umbi talas.Materi yang diberikan berkaitan dengan
peningkatan pengetahuan penganekaragaman pengolahan
umbi talas adalah bahwa umbi talas bisa sangat bernilai
ekonomi dengan cara menganekaramkan produk. Umbi talas
bisa dijadikan tepung. Tepung adalah bahan dasar yang awet
yang bisa digunakan untuk berbagai macam olahan
makanan.Tepung umbi talas mempunyai harga sangat tinggi.
1 kg tepung umbi talas harganya mencapai antara Rp.
70.000,- samapi Rp. 90.000,-. Apabila dibandingkan dengan
dijual mentah yang hanya bernilai 1 kg nya Rp.600,- sampai
1,000,-, umbi talas yag dijadikan tepung mempunyai nilai
ekonmi yang berlipat ganda. Disamping produk umbi talas
yang berupa tepung, juga selanjutnya bisa dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat aneka macam kue, baik untuk
kue-kue kering maupun kue-kue basah. Tentunya untuk
menghasilkan produk tepung maupun kue-kue diperlukan
peralatan dan teknologi modern yang belum dimiliki dan juga
belum sepenuhnya dikuasai oleh kelompok sasaran.
Praktek pembuatan kue kering dan kue basah merupakan
rangkaian kegiatan untuk meningkatakan ketrampilan
kelompok ibu-ibu. Maksud dari kegiatan praktek ini adalah
supaya kelompok sasaran bisa melakukan secara mandiri
membuat aneka ragam produk olahan berbahan talas. Dengan
bimbingan dari chef ibu-ibu melakukan praktek membuat kue
brownis talas dan aneka kue kering. Karena tidak
mendapatkan tepung talas, dalam praktek digunakan parutan
talas basah yang diperas sampai kandungan airnya habis.
Cara ini kurang menghasilkan kue yang bagus dibandingkan
jika menggunakan tepung. Hasilnya bagus seperti kue
berbahan tepung terigu dan rasanya enak. Untuk pembuatan
kue basah dengan bahan umbi talas kurang bisa mengembang
dibandingkan dengan bahan terigu. Ini disebabkan bahan
umbi talas jauh lebih sedikit kandungan glutennya. Agar
dapat mengetahui campuran bahan tepung talas dan tepung
terigu dicoba juga pembuatan kuae dengan Perbandingan
antara talas dan terigu adalah satu berbanding satu.Dari hasil
wawancara dengan kelompok sasaran diketahui bahwa
mereka sangat tertarik dan termotivasi dan ingin segera
mencoba membuat kue-kue berbahan talas.
Gambar 1.Praktik memarut umbi talas dijadikan kue
bolu dan kue kering pada Pelatihan.
Gambar 2. Hasil olahan Umbi talas
Pelatihan Manajemen Usaha Pengolahan Umbi Talas.
Meningkarnya pengetahuan pengolahan umbi talas
menjadi aneka produk makanan akan sangat bermanfaat bagi
khalayak sasaran dapat digunakan sebagai sarana
peningkatan ekonomi rumahtangga. Untuk itu memberikan
motivasi kepada mitra tentang manajemen usaha hasil olahan
umbi talas untuk berwirausaha. Memberikan pelatihan
manajemen usaha olahan talas dilaksanakan pada hari
Minggu, tanggal 8 Juli 2018. Tim pengabdi menghadirkan
narasumber Bapak Sugiyanto S.Sos., M.M ahli dalam
pengembangan UKM di tingkat nasional. Materi yang diberikan
tentang bagaimana mengelola usaha yang dirintis yang paling
sederhana. Adapun tujuan pemberian pengetahuan
manajemen usaha antara lain agar terjadi perubahan pola
pikir dalam mengelola umbi talas agar bernilai ekonomi
tinggi dan mampu memberikan manfaat bagi khalayak secara
berkelanjutan dan memiliki dampak kepada masyarakat luas.
Disamping itu meningkatkan pemahaman pentingnya
admanitrasi dalam rintisan usaha.
Pada proses pelathan manajemen usaha olahan talas ini
khalayak sasaran mengikuti dengan antusias karena ada game
game yang dilakukan peserta, dan hasilnya dijadikan bahan
diskusi bagaimana membangun usaha. Memiliki motivasi
dan pantang menyerah merupakan syarat utama dalam
berwirausaha dan memiliki arah tujuan usaha. Pada akhir
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
185
kegiatan narasumber memberikan kesempatan kepada
khalayak sasaran untuk membangun jejaring UKM yang
dapat difasilitasi beliau. Pada kegiatan pelatihan ini tim
pengabdi mengundang media berita on line Sorot Kulon
Progo untuk dipublikasikan agar dapat menjadi perhatian
para pemangku kepentingan di kabupaten Kulon progo dan
pihak pihak terkait.
Gambar 3.Pelatihan manajemen Usaha
Gambar 4.Game strategi Bisnis Saat Pelatihan
Monitoring
Pada tanggal 13 Juni 2018, tim melaksanakan kegiatan
monitoring untuk tindak lanjut hasik pelatihan, mengingat
suasa menjelang lebaran, tim berharap mitra mampu
mempraktekkan hasil pelatihan untuk membuat produk talas
menjadi olahan kue lebaran. Tim melaksanakan monitoring
mulai pukul 13.00-17.00 di pos kelompok Kusuma dan
Kelompok Lestrasi maju. Adapun tujuan monitoring :
1.Memantau tindak lanjut kemajuan program pada masing-
masing keolompok; 2.Menemukan pembelajaran-pembelajaran
pada masing-masing kelompok. Monitoring dilakukan
dengan kunjungan lapangan dan diskusi interaktif. Pertama
monitoring lapangan ke Kelompok “Kusuma” di Pedukuhan
Ngentakrejo. Pada saat kunjungan, Kelompok “Kusuma”
sedang mengadakan uji coba membuat produk olahan umbi
talas seperti bolu kukus serta brownis kukus dan berhasil.
Mereka mencoba komposisi beberapa resep yang ada.
Disamping itu, Kelompok “Kusuma” melaporkan telah
melakukan ujicoba membuat tepung talas dengan cara
menggiling potongan-potongan umbi talas yang sebelumnya
dilakukan di penggilingan gabah pedukuhan setempat. Dari sisi,
pencatatan, kelompok ini juga telah melakukan pencatatan dan
dokumentasi proses ujicoba pengolahan talas serta melakukan
pembukuan keuangan kelompok. Mereka melaporkan pula
penggunaan dana bantuan yang diberikan melalui program ini
untuk pembelian alat produksi seperti oven.
Setelah memantu perkembangan kelompok kusuma, Tim
Pengabdi melakukan kunjungan ke Kelompok “Lestari
Maju”. Kelompok ini melaporkan bahwa ada anggota
kelompok yang berinisiatif melakukan ujicoba membuat
produk olahan ubi talas secara mandiri beberapa hari sebelum
kunjungan lapangan. Namun ujicoba pada tingkat kelompok
baru dijadwalkan setelah Idul Fitri, mengingat saat
kunjungan lapangan masih dalam bulan Ramadhan.
Adapun langkah-langkah pembuatan tepung dilakukan
secara manual tradisional pada kelompok Kusuma, caranya
adalah umbi talas dikupas, kemudian diiris-iris tipis dengan
menggunakan alat “pasha”.Irisan talas dicuci bersih dengan
air sumur, kemudian dijemur dibawah terik matahari selama
3 hari. Setelah kering, irisan umbi talas digiling dengan
gilingan tepung beras.
Untuk mengupas dan mengiris 4 kg talas basah membutuhkan
waktu 30 menit. Biaya untuk penggilingan satu kilogram
tepung sebesar Rp. 2.000,-. Tepung yang dihasilkan dengan
cara ini tidak bisa putih. Permasalahan lain yang dihadapi
adalah ketika mengupas talas dan mengenai tangan maka
biasanya tangan menjadi gatal-gatal. Ibu-ibu dengan
pengetahuan lokalnya mencoba menghindari supaya gatal-
gatal tersebut dengancara setelah mengupas dan mengiris-iris
talas, tangan tidak dicuci dibiarkan sampai kering. Setelah
tangan kering baru dicuci dengan air mengalir dan memakai
sabun sampai bersih.
Disamping membuat tepung talas Kelompok “Kusuma”
juga telah berhasil membuat kue brownis. Peralatan yang
digunakan untuk membuat kue brownis adalah loyang,
soblok, mixer, kompor. Kelompok ini mencoba resep
sederhana yang didapat dari browsing di google. Resep
brownis yang dicoba adalah: Terigu 12 sendok makan :
- Tepung talas 6 sendok makan
- Gula pasir 14 sendok makan
- Soda kue 1 sendok teh
- Baking powder 1 sendok teh
- Susu bubuk 8 sendok makan
- Telur 4 butir
- Air hangat 12 sendok makan
- Minyak goreng 6 sendok makan
- Coklat 4 sendok teh
- Blueband dan keju secukupnya.
Perbandingan antara tepung talas dan tepung terigu adalah
2:1. Kalau dilihat tampilan kue yang dihasilkan dari resep
diatas bagus, tetapi rasanya kurang enak, mugkin karena
resep yang dipilih kurang sesuai dengan standar resep secara
umum. Kelompok “Kusuma” akan mencoba resep dengan
perbandingan tepung talas yang lebih banyak. Disamping kue
brownis Kelompok “Kusuma” juga telah berhasil mencoba
resep kue kering dengan bahan tepung talas 100%, hasilnya
bagus, renyah dan enak.
Dari hasil monitoring ke kelomok “Kusuma” bahwa
kegiatan pengolahan umbi talas ini bisa memberdayakan
lansia dan ibu-ibu rumah tangga. Di RT 48 Pedukuhan
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
186
Ngentak RW 14 ini ada 17 KK. 13 KK dari 17 KK yang ada
di RT tersebut tergolong miskin dan memperoleh Program
Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah program dari
Kemensos untuk keluarga miskin dan lansia. Jumlah Lansia
ada 10, perempuan sejulah 6 orang, sedangkan laki-lakinya
sejumlah 4 orang. Ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja
ada 9 orang. Gotong royong di RT 48 masih tinggi, guyub
rukun dan tidak selalu berpikir tentang uang sebagaimana
halnya dengan RT yang lain.
Cara pembuatan tepung talas yang dilakukan berbeda
dengan yang dilakukan Kelompok “Kusuma”. Caranya
adalah talas basah di parut dengan parut sawut, kemudian
diperas. Setelah diperas kemudian dijemur dibawah terik
matahari. Setelah kering kemudian ditumbuk dengan ulegan
atau alat pelumat cabai untuk sambal. Kegiatan ini dilakukan
porsi yang sangat sedikit.
Dari Kegiatan ini menghasilkan sejumlah catatan
kemajuan mitra : Pertama, tumbuhnya inisiatif baik kelompok
maupun perorangan di kalangan mitra untuk melakukan ujicoba
baik secara kelompok maupun perorangan paska pelatihan
pengolahan produk makanan berbahan ubi talas. Kemajuan
penting dari segi ini adalah adanya kesadaran tentang
pemanfaatan manajemen pengetahuan yang ditunjukkan dengan
adaya dokumentasi proses dalam ujicoba tersebut. Kedua,
bekerjanya organisasi yang ditandai dengan terlaksananya
pembagian peran dalam kelompok sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing pengurus. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya pencatatan dan pendokumentasiaan kegiatan kelompok,
termasuk transaksi keuangan kelompok. Ketiga, kelompok
sasaran punya motivasi dan semangat untuk mengembangkan
produk olahan talas.
IV.KESIMPULAN
Kegiatan tridarma perguruan tinggi khususnya darma
pengabdian yang telah dilaksanakan tim pengabdi dengan
pendanaan DRPM Kemenristek Dikti Tahun Anggaran 2018
untuk pemberdayaan masyarakat desa dalam mengolah umbi talas
menjadi aneka produk olahan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, pemberdayaan masyarakat pada khalayak
sasaran yakni mitra dalam hal ini Kelompok “Kusuma” dan
Kelompok “Lestari Maju” yang anggotanya terdiri Ibu Ibu
anggota PKK telah mendapat respon positif ditunjukkan dari
berubahnya cara pandang mereka dalam memperlakukan umbi
talas. Apabila sebelumnya umbi talas hanya dijual mentah
atau diolah dengan cara merebus maka saat ini umbi talas
diproses menjadi tepung dan diolah menjadi bahan olahan
yang bentuk maupun rasa dan tampilan lebih bervariasi.
Berubahnya cara pandang tersebut merupakan hasil
kontribusi mendasar program PKM ini.
Kedua, pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui
berbagai kegiatan mitra secara berkelompok maka akan
terbangun sifat gotong royong dalam memecahkan masalah
khususnya masalah nilai ekonomi talas sebagai potensi pangan
lokal yang harus dikelola untuk meningkatkan ekonomi
rumahtangga dan perekonomian masyarakat desa umumnya.
Dengan meningkatnya pengetahuan secara berkelompok maka
akan lebih mudah dalam mengatasi masalah umbi talas. Melalui
pengorganisasian pada kelompok usaha produktif talas
merupakan upaya percepatan perubahan perilaku dalam
membangun masyarakat yang lebih mandiri akan diperoleh
manfaat yang lebih besar.
Ketiga dukungan masyarakat dan para tokoh masyarakat
setempat telah memberikan semangat khalayak untuk
menekuni usaha talas. Sekaligus kondisi tersebut membantu
perubahan sosial di lingkungan mitra, karena munculnya
inisiatif anggota untuk mandiri maupun secara berkelompok
untuk berkegiatan mengolah talas, masyarakat yang bukan
kelompok mitra mulai menjual talas kepada mitra karena
akan menjadi bahan dasar olahan talas daripada harus dijual
murah ke tempat lain. Perubahan sosial yang dapat diketahui
dari pemanfaatan waktu luang yang sebelumnya tidak
digunakan untuk kegiatan produktif menjadi memanfaatkan
waktunya untuk mengolah talas.
Keempat, motivasi dan semangat yang kuat untuk maju
dan menghasilkan produk olahanan makanan umbi talas
merupakan modal sosial yang mulai tumbuh pada khalayak
sasaran perlu dukungan dari berbagai pihak dan potensi
sumber daya alam di lingkungan mitra akan banyak berperan
dalam keberhasilan pengembangan usaha olahan talas.
Namun demikian masih banyak tantangan yang perlu
menjadi perhatian mitra, karena teknologi yang digunakan
dalam mengolah talas masih terbatas baik kualitas dan
kuantitasnya, tanaman talas tidak dibudidayakan sehingga
sehingga kemampuan produksi umbi talas dan kemampuan
produk olahan umbi talas terbatas,
Saran, atas dasar permasalahan yang dialami mitra dalam
mengolah umbi talas menjadi aneka produk olahan, maka
pengabdian ini menyarankan, Pentingnya memberikan dukungan
usaha olahan talas, berupa pengadaan teknologi yang mampu
meningkatkan hasil tepung talas. Menambah pengetahuan lagi,
tentang standar kesehatan hasil olahan talas. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada mitra
memperoleh pendidikan, pelatihan teknik olahan pangan
yang berstandar, agar kualitas produk olahan talas dengan
memiliki jaminan kesehatan. Masyarakat diharapkan mulai
memperhatikan budidaya talas, sehingga akan diperoleh talas
yang berkualitas sebagai bahan dasar pembuatan hasil olahan.
Agar semangat ibu ibu mitra tetap terjaga dalam kepedulian
piningkatan nilai talas, maka dukungan stakesholders pemerintah
desa setempat dan tokoh sangat diharapkan dengan jalan
selalu menjalin komunikasi dengan mitra.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Riset
dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti atas batuan
pendanaan Hibah Pengabdian Tahun Anggaran 2018, sehingga
kegiatan PKM berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Agus Setiyoko dan Agus Slamet, "Pengembangan Pangan Lokal Melalui Pembuatan Dokun (Donat Sukun) Aneka Toping Di Desa
Tanjungharjo, Nanggulan Kulon Progo". Jurnal Semar Vol.1
November 2017.
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
187
[8] Anonim, Profil Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh Kabupaten
Kolon Progo, 2016
[1] Denzin, Norman K dan Yvonna S.Lincoln., Qualitative Research.Yogyakarta : Pustaka Pelajar., 2009
[1] Mardikanto, Totok. Konsep-Konsep Pemberdayaan
Masyarakat.Surakarta: UPT UNS Press. 2013
[2] Nurbaya, Syarifa Ramadhani, Teti Estiasih, Pemanfaatan Talas Berdaging
Kuning (Colocasia esculenta (L.) Schott) Dalam Pembuatan Cookies.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 1 2013
[8] Setiasih, Ani, Pemanfaatan Talas (Calocasia esculenta L. Schott)
Pemanfaatan Talas (Calocasia esculenta L. Schott) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol (Utilization of Taro (Calocasia esculenta L. Schott) as
a Raw Material For The Manufactured of Bioethanol). Laporan Tugas Akhir. Semarang : Universitas Diponegoro , 2011
[2] Suminarti, Nur Edy, Respons Tanaman Talas (Colocasia esculenta
(L.) Schott var. antiquorum) Terhadap Berbagai Jumlah dan Frekuensi Pemberian Air .The response of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott
var. antiquorum) to various amount and frequency of water provision.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 4, Juli
2015 ISSN: 2407-8050
[2] Sulistyowati, Putri Vyati, Niken Kendarini dan Respatijarti, 2014.
Observasi Keberadaan Tanaman Talas-Talasan Genus Colocasia Dan Xanthosoma Di Kec. Kedungkandang Kota Malang Dan Kec.
Ampelgading Kab. Malang Observation The Existence of Taro Plant
Genus Colocasia and Xanthosoma in Kedungkandang Subdistrict and Ampel Gading Subdistrict, Malang. Malang : Universitas Brawijaya.
Jurnal produksi Tanaman, Volume Jurnal Produksi Tanaman Nomor
2, Maret 2014, hlm. 86-93.
[1] Supriatna, Tjahja. Strategi pembangunan dan kemiskinan. Jakarta :Rineka Cipta, 2009
[4] Wikipedia, Talas. Available : https://id.wikipedia.org/wiki/Talas"
https://id.wikipedia.org/wiki/Talas