S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO...

151
UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Agnes Garlosi Kusumaningrum NIM: 111124023 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO...

Page 1: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

i

UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK

DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP

PENDIDIKAN IMAN ANAK

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Agnes Garlosi Kusumaningrum

NIM: 111124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

SKRIPSI

UPAYA PEIYINGKATAI\i TAITGGTJNGJAWAB KELUARGA KATOLIKDI PIROKI SAI\iTO PETRUS PEKALONGATT TERIIADAP

PENDIDIKAN IMAN ANAK

Oleh:

Agnes Garlosi Kusumaningrum:

NIM: 111124A23

Telah disetujui oleh:

I

DosenPembimbin!

,,,J-l.ww,sr,M'd

1l

Tanggal 8 Maret 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

SKRIPSI

T]PAYA PEI\TINGKATAI\{ TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIKDI PAROKI SANTTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP

T PEI\IDIDIKAN IMAN ANAK

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Agnes Garlosi Kusumaningrum

NIMi 111124023

Telah.dip;rtahankan di depan Panitia Penguji

Yogyakarta, 29 I!darct2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

rll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku Agus Sundoro dan Clara Harnati

Adikku Cornelia Sundari Kusumaningtyas

Seluruh umat Paroki Santo Petrus Pekalongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

v

MOTTO

“Jika kita yang hina dan tidak layak ini, memohon bantuan Tuhan siang dan

malam, kiranya perlu juga kita bersedia mendengarkan dan mengabulkan

permintaan sesama saudara kita”

(Santa Agnes)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

PERI\TTATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyaakt dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini

tidak memuat karya atau r':bagian karya orumg lain, kecuali yang telah disebu&an

dalam kutipan dan daftar pustaka layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Maret 201 6

Penulis,

Agnes Garlosi Kusumaningrum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

LEMBAR PEF,I\TYATAAI\I PERSETUJUAI\T

PUBLIKASI KARYA ILMIAH T}NTT]K KEPENTINGAN AKAI}ENilIS

tYang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna:

Nama : Agnes Gadosi Kusumaningnrm

NomorMahasiswa :111124023

Demi pengembangan ihnu pengetatruarq saya menoberikan kepada perpustakaan

universitas sanata Dhtrma karya ilmiah saya yang berjudul UPAYA

PENINGKATAN TANGGUNGJA1YAB KELUARGA KATOLIK DI

PARCKI SAFTTO PETRUS PEKALCNGAI\I TERILEDAP PEFil}IBIKAN

IMAN ANAK beserta perangkat yang diperlukan, Dengan demikian saya

raemberikaa kepada perpustakaaa Universitas Sanata Dhanna hak uofift

menyimpan, mangalihkan rlalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalm data, mendistribusikan secare terbatas, dan mennpr$likasikao di

internet atau media lain untuk kepntingan akademis tanpa perlu minta izin dari

saya maupurt memberikan rr:yalti selama tetap mencantumkaa naru saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarf,a

Pada tanggal 29 Maret 201 6

Yangmenyatakan

/WAgnes Garl osi Kusumaningrun

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

viii

ABSTRAK

Judul skripsi UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB

KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN

TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan kesan pribadi

penulis bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo

Petrus Pekalongan dalam mendidik iman anak masih kurang. Padahal keluarga

merupakan sekolah pertama dan utama dalam mendidik iman anak. Maka

keluarga-keluarga Katolik Santo Petrus Pekalongan perlu meningkatkan

pelaksanaan tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka.

Keprihatinan lain yang masih dialami oleh keluarga-keluarga Katolik dalam

melaksanakan tanggungjawab mereka yakni kurangnya waktu bersama anak oleh

karena tuntutan pekerjaan, perubahan teknologi komunikasi yang begitu cepat

mempengaruhi anak terhadap sikap dan tindakannya. Anak asyik dengan

dunianya sendiri. Kebanyakan orang tua masih menyerahkan pendidikan iman

anak kepada pihak lain, seperti guru agama atau sekolah Minggu.

Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana keluarga Katolik dapat

meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab mereka dalam mendidik iman anak-

anaknya. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis

melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen

Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai tanggungjawab keluarga Katolik

terhadap pendidikan iman anak. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran

pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak

penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan, penyebaran kuesioner, dan

wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan masih

kurang. Hal ini terlihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan

diakonia yang kurang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian,

umat paroki Santo Petrus Pekalongan memiliki harapan melalui pendampingan

rekoleksi keluarga guna meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga

Katolik dalam mendidik iman anak. Maka dari itu, penulis mengusulkan program

pendampingan rekoleksi keluarga sebagai upaya untuk meningkatkan

tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap

pendidikan iman anak-anak mereka sehingga anak-anak dapat tumbuh dan

berkembang menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan semakin mencintai

Sang Pencipta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

ix

ABSTRACT

Thesis title IMPROVEMENT EFFORT OF CATHOLIC FAMILY

RESPONSIBILITY AT SAINT PETER PARISH PEKALONGAN

TOWARDS CHILDREN FAITH EDUCATION is chosen based on the

personal impression that the implementation of the responsibilities of Catholic

families in the parish of Saint Peter Pekalongan in education children is still

lacking faith. Whereas the family is the first and primary schools to educate

children of faith. Then Catholic families Saint Peter Pekalongan need to improve

the implementation of the responsibility to educate their children faith. Another

concern that is still experienced by Catholic families in carrying out their

responsibilities namely the lack of time with children because of work demands,

nassive changing of communication technology affects both the attitude and

actions of children. Child absorbed in his own world. Most of parents are still

handing children faith education to others, such as religious teachers or Sunday

schools.

The main problem in this thesis how Catholic Family can improve the

implementation of their responsibilities in educating their children faith. In order

to respond these main problems, the authors conducted a literature that comes

from Scripture, Church documents, and also the experts views on Catholic

families responsibilities toward to children faith education. Besides that, to gain

an overview of the implementation of Catholic families responsibilities toward to

children faith education, the authors conducted a research by observation,

questionnaires, and interviews.

The research results showed the implementation of the responsibilities of

Catholic family against faith education of children in the parish of Saint Peter

Pekalongan are still lacking. This can be seen from the four elements of koinonia,

kerygma, liturgy, and diakonia are less visible in everyday life. However, the

parishioners of Saint Peter Pekalongan have hope through recollection assistance

for the improvement of Catholic families responsibilities toward to children faith

education. Therefore, the authors proposes family recollection assistance program

as an effort to increase the Catholic families responsibilities toward to children

faith education at the Saint Peter Pekalongan parish so that children can grow and

develop as an useful people for others and more loving God as The Creator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Esa, sebab melalui kasihNyalah

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA PENINGKATAN

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO

PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis terhadap

tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak yang ada di

paroki Santo Petrus Pekalongan. Menurut hasil pengamatan penulis, orang tua

masih cenderung menyerahkan pendidikan iman anak-anak kepada pihak lain,

seperti guru agama ataupun sekolah Minggu. Mereka kurang mampu

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik iman anak dengan baik. Oleh karena itu,

penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu keluarga Katolik semakin

meningkatkan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik

iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini melibatkan

banyak pihak. Oleh karena itu, pantaslah pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing

skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan setia dan penuh

kesabaran membimbing, memberikan motivasi dan masukan kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xi

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II dan sekretaris

panitia penguji yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan

waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi

ini.

3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah

memberikan semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan

memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta

pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.

5. Staf dan karyawan Prodi IPPAK yang turut memberi perhatian dan dukungan

bagi penulis.

6. Romo MB. Sheko Swandi M., Pr selaku Pastor Kepala Paroki Santo Petrus

Pekalongan yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

7. Bapak Bonifasius Denny Yuswanto, bapak Ignatius Sunarno Hadi, ibu Clara

Harnati yang telah bersedia memberikan informasi berkaitan dengan situasi

umat Paroki Santo Petrus Pekalongan.

8. Umat Paroki Santo Petrus Pekalongan yang telah meluangkan waktu

memberikan jawaban dan mencurahkan perasaan sewaktu penulis melakukan

penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xii

9. Bapak, ibu, adik, dan segenap keluarga yang dengan setia menemani, selalu

mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa

studi.

10. Sahabat terdekat Didimus Matheus Nurak Lakawolo, S.Pd yang dengan setia

menemani dan menyemangati penulis serta memberikan dukungan spiritual,

gagasan serta ide selama studi dan proses penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat terbaik Kartika Putri Dinanti, S.Pd, Priska Veria Kusuma dan

Margaretha Desy Christikaratna yang selalu setia menemani dan memberikan

semangat serta motivasi selama penulis studi dan menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberikan semangat, motivasi

dan turut membentuk pribadi serta menjadi bagian dalam hidup penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini

dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun bantuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari

para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi para orang tua sehingga dapat meningkatkan

tanggungjawabnya terhadap pendidikan iman anak bagi keluarga Katolik di

Paroki Santo Petrus Pekalongan.

Yogyakarta, 29 Maret 2016

Penulis

Agnes Garlosi Kusumaningrum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

9. Bryak, ibu, adilq dan segenap keluarga yang dengan setia menemani, selalu

mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa

shdi. t

10. Sahabat terdekat Didimus Matheus Nurak Lakawolo, S.Pd yang dengan setia

renemani dan menyemangati penulis serta memberikan spiritual,

gagasnn serta ide selama studi dan proses penyelesaian skripsi ini.

t2 sahabat terbaik Ifurtika Puti Dinanti, S.Pd, Priska veria Kusuma dan

Margaretha Desy Christikaratna yang selalu setia menemani dan memberikan

stmangat serta motivasi selamapenulis studi dan menyelesaikan slcripsi.

13- Teman-teman angkatan 20ll yang selalu memberikan semanga! motivasi

,lan turut membentuk pribadi serta menjadi bagran dalam hidup penuLis.

I{- Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini

dengan kehrlusan hati memberikan motivasi, doa mauprm bautuan sehinga

penulis dapat menyelesaikan slaipsi ini dengan baik.

Penulis menyadari keterbatasan pngetatruan dan pengalaman dalam

mlisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kdtik dari

p pembca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dTil bermaofaat bagi para oftmg tua sehingga dapat meningkatkan

Qmgiawabnya terhadap pendidikan iman anak bagi keluarga Katolik di

nroki Santo Petus Pekalongan.

Yogyakart4 Z9Ma:et}Aft

Penulis

//tffi\firap-'-

Agaes Garlosi Kusumaningrum

xll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 5

D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 6

E. Metode Penulisan ............................................................................ 6

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7

BAB II. TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP

PENDIDIKAN IMAN ANAK ....................................................... 9

A. Tanggungjawab Keluarga Katolik ................................................... 10

1. Tanggungjawab ........................................................................... 10

a. Pengertian Tanggungjawab .................................................... 10

b. Jenis-jenis Tanggungjawab .................................................... 13

2. Keluarga Katolik ......................................................................... 15

a. Pengertian Keluarga Katolik .................................................. 17

b. Ciri-ciri Keluarga Katolik ...................................................... 20

c. Tugas Keluarga Katolik .......................................................... 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xiv

3. Tanggungjawab Keluarga Katolik .............................................. 30

a. Koinonia (Persekutuan Pribadi) ............................................. 33

b. Kerygma (Pewartaan) ............................................................ 34

c. Leiturgia (Perayaan Iman) ...................................................... 35

d. Diakonia (Pelayanan) ............................................................. 36

B. Pendidikan Iman Anak ..................................................................... 37

1. Pengertian Pendidikan Iman Anak ............................................ 37

2. Tujuan Pendidikan Iman Anak ................................................... 39

3. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak ....................................... 41

a. Teladan Tokoh-tokoh Identifikasi........................................... 41

b. Suasana ................................................................................... 42

c. Pengajaran ............................................................................ 43

d. Komunikasi ........................................................................... 44

C. Urgensi Tanggungjawab Keluarga Katolik terhadap

Pendidikan Iman Anak ................................................................... 45

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB

KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS

PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK ... 49

A. Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Pekalongan ............ 50

1. Situasi Geografis Paroki Santo Petrus Pekalongan ..................... 50

2. Sejarah Singkat Paroki Santo Petrus Pekalongan ....................... 50

3. Situasi Umat Paroki Santo Petrus Pekalongan ............................ 55

a. Mata Pencaharian Umat .......................................................... 56

b. Segi-segi Kehidupan Umat ..................................................... 56

4. Karya-karya Pastoral Paroki Santo Petrus Pekalongan ............... 58

a. Bidang Persekutuan (Koinonia) ............................................. 58

b. Bidang Pewartaan (Kerygma) ................................................ 59

c. Bidang Liturgi (Leiturgia) ..................................................... 60

d. Bidang Pelayanan (Diakonia) ................................................ 60

5. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santo Petrus Pekalongan ............ 61

a. Visi .......................................................................................... 61

b. Tantangan-tantangan yang Harus Dihadapi ............................ 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xv

c. Misi ........................................................................................ 63

d. Strategi .................................................................................... 64

B. Penelitian tentang Tanggungjawab Keluarga Katolik terhadap

Pendidikan Iman Anak di Paroki Santo Petrus Pekalongan ........... 65

1. Persiapan Penelitian .................................................................... 65

a. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 65

b. Tujuan Penelitian ................................................................... 67

c. Jenis Penelitian ...................................................................... 68

d. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 68

e. Responden Penelitian ............................................................. 69

f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu .................................. 71

g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi ....................................... 71

h. Definsi Konseptual ................................................................. 71

i. Definisi Operasional .............................................................. 72

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................. 74

a. Identitas Responden ............................................................... 75

b. Pemahaman Tanggungjawab Keluarga Katolik ..................... 76

c. Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik .................... 82

d. Kesulitan Keluarga Katolik dalam Menjalankan

Tanggungjawabnya ............................................................... 88

e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan

Tanggungjawab terhadap Pendidikan Iman Anak ................. 92

3. Pendalaman Lebih Lanjut Hasil Penelitian Menurut

Masing-masing Variabel ............................................................ 95

a. Identitas Responden ............................................................... 96

b. Tingkat Pemahaman Tanggungjawab Keluarga Katolik ........ 97

c. Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik ..................... 98

d. Kesulitan-kesulitan Keluarga Katolik dalam Menjalankan

Tanggungjawabnya ................................................................ 101

e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan

Tanggungjawab terhadap Pendidikan Iman Anak ............... .. 103

4. Kesimpulan Hasil Penelitian ...................................................... 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xvi

BAB IV. UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA

KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN

TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK ................................ 106 A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik Paroki Santo Petrus

Pekalongan Terhadap Pendidikan Iman Anak ................................ 107

B. Upaya Peningkatan Tanggungjawab Keluarga Katolik Paroki

Santo Petrus Pekalongan Terhadap Pendidikan Iman Anak ........... 110

1. Alasan Pemilihan Program Rekoleksi Keluarga ........................ 110

2. Rekoleksi Keluarga .................................................................... 111

a. Tujuan Kegiatan Rekoleksi ................................................... 111

b. Waktu, Tempat dan Peserta ................................................... 111

C. Usulan Program Rekoleksi untuk Meningkatkan Tanggungjawab

Keluarga Katolik Paroki Santo Petrus Pekalongan ........................ 112 1. Latar Belakang Program ............................................................. 112

2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Keluarga ....................................... 113

3. Matriks Usulan Rekoleksi Keluarga ........................................... 115

4. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi Keluarga ........................... 117

BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 124

A. Kesimpulan ...................................................................................... 124

B. Saran ................................................................................................ 126

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 128

LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian (2)

Lampiran 3: Kuesioner Tertutup dan Semi Terbuka (3)

Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden (12)

Lampiran 5: Transkip Hasil Wawancara 1 (21)

Lampiran 6: Transkip Hasil Wawancara 2 (23)

Lampiran 7: Daftar Lagu (26)

Lampiran 8: Kisah Keluarga Albert (27)

Lampiran 9: Teks Kitab Suci (28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia.

Ef : Efesus

Kej : Kejadian

Kis : Kisah Para Rasul

Luk : Lukas

Mat : Matius

Rm : Roma

1 Yoh : 1 Yohanes

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem

Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18

November 1965.

CT : Catechesi Tradendae

Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup,

klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini.

Tanggal 16 Oktober 1979.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xviii

FC : Familiaris Consortio

Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran

Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam-

imam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22

November 1981.

GE : Gravissium Educationis

Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai

Pendidikan Kristen. Dicetuskan oleh Paus Paulus VI pada tanggal

28 Oktober 1965.

KGK : Katekismus Gereja Katolik

Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh

P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2007.

LG : Lumen Gentium

Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja. Tanggal

21 November 1964.

KHK : Kitab Hukum Kanonik

Dikeluarkan pada tanggal 25 Januari 1983 oleh Paus Yohanes

Paulus II.

C. Singkatan Lain

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

ay : ayat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xix

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

D III : Diploma III

fl : Gulden Belanda (bahasa Belanda: gulden, IPA: [ˈɣʏldən]; mata

uang: ƒ atau fl.) adalah mata uang Belanda sejak abad ke-17

hingga 2002 ketika digantikan oleh euro.

G 30 S : Gerakan 30 September

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KBG : Komunitas Basis Gereja

KBM : Komunitas Basis Masyarakat

KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

KK : Kepala Keluarga

KKMK : Kelompok Karyawan Muda Katolik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Mgr : Monseignor

MSC : Missionariorum Sacratissimi Cordis Iesu

OMK : Orang Muda Katolik

PD : Persekutuan Doa

PIA : Pembinaan Iman Anak

PIR : Pendampingan Iman Remaja

PKI : Partai Komunis Indonesia

PLN : Perusahaan Listrik Negara

Pr : Praja

RI : Republik Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

xx

SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia

SD : Sekolah Dasar

SJ : Serikat Jesuit

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SND : Suster Notre Dame

S1 : Sarjana

WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas mendidik pertama-tama merupakan tanggungjawab keluarga,

karena keluarga merupakan tempat di mana untuk pertama kalinya anak

memperoleh pengajaran mengenai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan

dalam kehidupan bermasyarakat, tempat anak hidup dan berkembang (GE, a. 3).

Di dalam keluarga, anak pertama kali menemukan pengalaman pertama

masyarakat manusia yang sehat. Lambat laun, melalui keluargalah anak dibawa

masuk ke dalam pergaulan warga dan dalam umat Allah.

Peranan keluarga Katolik dalam mendidik iman anak mempunyai tempat

yang sangat penting dalam karya pastoral (FC, a. 40). Maka dari itu, para orang

tua perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan Katolik dalam keluarga karena

itu adalah tugas orang tua untuk memberikan pendidikan Katolik di dalam

keluarga. Orang tua merupakan tokoh penting dalam kehidupan dan

perkembangan seorang anak, karena orang tua banyak memberi pengaruh

terhadap perkembangan diri anak. Di dalam sebuah keluarga, orang tua wajib

menciptakan suasana lingkungan keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih Allah dan

manusiawi sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anak-anak. Tugas

orang tua untuk mendidik segala hal tentang pendidikan Katolik anak tidak dapat

digantikan oleh siapa pun, karena ini merupakan tanggungjawab orang tua.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio

(FC, a. 36) mengatakan bahwa:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

2

Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu bersifat asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cinta kasih antara orang tua dan anak.

Karya manusia dalam penciptaan manusia baru melahirkan suatu tugas

baru, yaitu tugas mendidik dan memelihara hasil prokreasi tersebut. Dalam hal ini,

kedua manusia yang telah menjadi kelurga Katolik mempunyai tanggungjawab

untuk mendidik secara Katolik anak-anak yang telah dikaruniakan kepada mereka.

Bagi orang tua Katolik, tugas mendidik yang berakar dalam panggilan

utama mereka untuk berperan serta di dalam karya penciptaan Allah mendapat

sumber baru yang khas dalam sakramen perkawinan, yang menguduskan mereka

untuk mendidik secara Katolik anak-anak mereka: artinya perutusan itu meminta

mereka untuk mengambil bagian dalam wewenang dan cinta kasih Allah Bapa

dan Kristus Sang Gembala (FC, a. 38). Konsili Vatikan II (GE, a. 3)

mengingatkan bahwa:

Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka, orang tua lah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga apabila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka, keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa ketika anak dilahirkan, orang

tua memiliki tugas dan kewajiban baru dalam kehidupan keluarga, yakni

mendidik anak-anak mereka. Dalam hal ini, orang tua merupakan pendidik iman

yang pertama dan utama dalam keluarga Katolik. Sebagai pendidik iman anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

3

yang pertama dan utama dalam keluarga Katolik, hak dan kewajiban yang dimiliki

orang tua untuk mendidik anak-anak mereka tidak dapat diganggu gugat. Orang

tua harus dapat mendidik hidup rohani anak di dalam keluarga mereka. Dengan

begitu anak memperoleh bekal untuk hidup dalam lingkungan, Gereja, dan

masyarakat.

Konsili Vatikan II menyatakan bahwa anak-anak dan kaum remaja berhak

didukung untuk belajar menghargai nilai-nilai moral dengan suara hati yang lurus,

serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi, dan juga untuk semakin

sempurna dalam mengenal serta mengasihi Allah (GE, a. 1). Oleh karena itu anak

perlu dan berhak untuk mendapatkan pendidikan Katolik di dalam keluarga,

sekolah maupun di masyarakat.

Anak merupakan buah cinta dari pasangan suami-istri yang perlu

dilindungi, dibesarkan dengan kasih sayang dan juga pendidikan, terutama

pendidikan Katolik. Orang tua harus dapat mendidik anak-anak dengan diberi

nasehat-nasehat atau teladan-teladan. Para orang tua harus bisa mengarahkan

anak-anaknya untuk terlibat di dalam hidup menggereja. Namun kesan penulis

sekarang ini banyak orang tua yang lalai akan hal itu. Orang tua sekarang lebih

mementingkan kesibukan mereka dengan pekerjaan-pekerjaan, sehingga para

orang tua lupa akan tanggungjawabnya mendidik anak dengan pendidikan iman

Katolik.

Berangkat dari pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan bahwa

keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan masih kurang

bertanggungjawab dalam mengembangkan iman anak-anaknya. Seperti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

4

penulis alami dalam keluarga sendiri kurang mendapat perhatian, keteladanan

serta pendampingan dari orang tua berkaitan dengan pokok-pokok iman Katolik.

Penulis merasa bahwa para keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan

kurang memahami sepenuhnya tanggungjawab mereka sebagai pendidik iman

anak yang utama dan pertama. Keluarga Katolik cenderung menyerahkan

pendidikan iman anaknya kepada suatu lembaga terkait, seperti sekolah, tetapi

sebenarnya itu tidaklah cukup.

Karena yang paling penting dan utama adalah orang tualah yang

memberikan pendampingan kepada anaknya supaya iman mereka dapat tumbuh

dan berkembang serta mampu menghasilkan buah yang melimpah bagi Gereja dan

masyarakat.

Hasil pengamatan yang penulis lakukan pada beberapa keluarga di paroki

Santo Petrus Pekalongan menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan

pendidikan iman anaknya karena terbentur oleh pekerjaan. Padahal

tanggungjawab keluarga Katolik dalam pendidikan iman anak bertujuan agar anak

dapat memahami ajaran Gereja Katolik seperti berdoa, mengikuti perayaan

Ekaristi, mau terlibat dalam hidup menggereja dan lain-lain. Dengan begitu anak

semakin tahu dan dapat mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari

sampai mereka dewasa. Keluarga Katolik harus menyadari tanggungjawabnya

tersebut dalam memberikan keteladanan serta pendampingan bagi anak-anaknya,

misalnya dengan berdoa rutin dalam keluarga sebelum dan sesudah makan,

mengawali hari baru dengan merenungkan Kitab Suci, doa malam, mengikuti

latihan koor, menjadi misdinar, lektor/lektris, pemazmur atau di lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

5

dengan mengikuti ibadat mingguan atau doa-doa yang lainnya. Inilah wujud

tanggungjawab orang tua yang harus disadari oleh keluarga-keluarga Katolik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin memberikan

sumbangan pemikiran melalui penulisan skripsi dengan judul UPAYA

PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI

PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN

IMAN ANAK. Keluarga Katolik diharapkan dapat bertanggungjawab terhadap

pendidikan iman anak-anak mereka. Dengan demikian anak-anak mereka akan

tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan siap ambil bagian dalam

mengembangkan Gereja dan masyarakat.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud tanggungjawab keluarga Katolik bagi pendidikan iman

anak-anak?

2. Sejauh mana pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo

Petrus Pekalongan berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak-anak?

3. Apa yang perlu dilakukan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan

tanggungjawab bagi pendidikan iman anak-anak mereka?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan

penjelasan tujuan penulisan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

6

1. Menggambarkan tanggungjawab keluarga Katolik bagi pendidikan iman anak.

2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di

paroki Santo Petrus Pekalongan berpengaruh positif terhadap pendidikan iman

anak-anak.

3. Memberikan sumbangan berupa program terhadap keluarga Katolik dalam

rangka meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman anak-anak mereka.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah:

1. Keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan mengetahui

tanggungjawab dalam mendidik iman anak.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis sejauh mana peningkatan

tanggungjawab keluarga Katolik berpengaruh positif terhadap pendidikan iman

anak di paroki Santo Petrus Pekalongan.

3. Penulis dapat memberikan sumbangan berupa program terhadap keluarga

Katolik dalam rangka meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman

anak di paroki Santo Petrus Pekalongan.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu

metode yang menggambarkan dan menganilisis data yang diperoleh baik melalui

pengalaman maupun studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan

tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo

Petrus Pekalongan. Guna mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

7

di paroki Santo Petrus Pekalongan. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis

mencoba menganalisa dan merumuskan sumbangan mengenai program

pendampingan keluarga Katolik guna meningkatkan tanggungjawab orang tua

Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka.

F. Sistematika Penulisan

Pada bab I, penulis menguraikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II membahas tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan

iman anak. Bab ini berisi tiga bagian pokok bahasan. Pertama, tanggungjawab,

keluarga Katolik, meliputi tanggungjawab, keluarga Katolik, dan tanggungjawab

keluarga Katolik. Kedua menguraikan pendidikan iman anak,meliputi pengertian

pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan bentuk-bentuk

pendidikan iman. Dan yang ketiga membahas urgensi tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak.

Bab III memberikan gambaran umum paroki Santo Petrus Pekalongan

yang berisi situasi geografis paroki, sejarah berdirinya paroki, situasi umat paroki,

karya-karya pastoral paroki Santo Petrus Pekalongan, visi, misi, dan strategi

paroki. Dalam bab ini juga dikemukakan penelitian mengenai upaya peningkatan

tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap

pendidikan iman anak di dalamnya memuat persiapan penelitian, laporan dan

pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil penelitian menurut

masing-masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

8

Bab IV berisi uraian mengenai upaya peningkatan tanggungjawab keluarga

Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak yang

dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama menguraikan pentingnya

tanggungjawab keluarga Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap

pendidikan iman anak. Bagian kedua mendalami upaya peningkatan

tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak meliputi, alasan

pemilihan program rekoleksi keluarga dan rekoleksi keluarga. Bagian ketiga berisi

usulan program rekoleksi untuk meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik,

paroki Santo Petrus Pekalongan yang di dalamnya terdapat latar belakang

program, tema, tujuan, matriks usulan rekoleksi keluarga dan contoh satuan

persiapan rekoleksi.

Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama

membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan

skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran

yang ditujukan kepada pihak paroki Santo Petrus Pekalongan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

9

BAB II

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK

Bab II ini secara khusus menguraikan topik-topik tentang tanggungjawab

keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak menurut bahan-bahan

kepustakaan untuk memberikan gambaran bagaimana tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak. Tanggungjawab keluarga Katolik adalah

suatu kewajiban orang tua Katolik untuk memperhatikan pendidikan iman

anaknya. Peran orang tua sangatlah besar di dalam keluarga terutama dalam

memperhatikan pendidikan iman anaknya.

Bab II ini terdiri dari tiga bagian yaitu tanggungjawab keluarga Katolik,

pendidikan iman anak, dan urgensi tanggungjawab keluarga Katolik terhadap

pendidikan iman anak. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik

menurut bahan-bahan kepustakaan. Bagian pertama meliputi tanggungjawab dan

keluarga Katolik. Bagian ini mencakup pengertian tanggungjawab, jenis-jenis

tanggungjawab, pengertian keluarga Katolik, ciri-ciri keluarga Katolik, dan tugas

keluarga Katolik. Bagian kedua membahas pendidikan iman anak. Bagian ini

meliputi tiga pokok bahasan yaitu pengertian pendidikan iman anak, tujuan

pendidikan iman anak, dan bentuk-bentuk pendidikan iman anak. Kemudian

bagian ketiga menjelaskan tentang urgensi tanggungjawab keluarga Katolik

terhadap pendidikan iman anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

10

A. Tanggungjawab Keluarga Katolik

1. Tanggungjawab

Tanggungjawab merupakan salah satu nilai moral yang utama yang ada di

dalam hukum moral. Sebab tanggungjawab tersebut memiliki tujuan dan

mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang, baik sebagai individu maupun

sebagai bagian dari masyarakat. Tanggungjawab sangat diperlukan untuk

mengembangkan jiwa yang sehat, membentuk kepribadian yang memiliki

kepedulian akan hubungan interpersonal dan menjadi warga masyarakat yang

humanis.

a. Pengertian Tanggungjawab

Berbicara mengenai tanggungjawab tentu tidak lepas dari kebebasan sebab

kebebasan adalah syarat tanggungjawab (Suparno, 2003: 114). Semakin orang

tersebut bebas maka ia semakin bertanggungjawab atau “kebebasan yang

bertanggungjawab.” Artinya apabila manusia dalam mengambil keputusan dan

menentukan jenis tindakan itu manusia tidak memiliki kebebasan, maka dengan

sendirinya ia tidak mungkin memiliki tanggungjawab. Bebas di sini bukan berarti

bebas semaunya. Kebebasan tidak sama dengan keliaran dan tanpa aturan

(Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Dan tentu keputusan maupun tindakan

tersebut diambil dengan penuh kesadaran. Sebab orang tidak mungkin

mengembangkan tanggungjawab apabila ia tidak menyadari keputusan atau

perbuatannya. Sadar artinya mengetahui dan merasakan proses-proses emosi dan

pikiran yang sedang berjalan sewaktu individu mengambil keputusan atau

melakukan suatu tindakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

11

Menurut Suparno (2003: 114) tanggungjawab adalah keberanian, kesiapan,

dan keteguhan hati untuk menerima konsekuensi-konsekuensi atas putusan dan

tindakan yang dipilih. Artinya seorang individu dikatakan bertanggungjawab

apabila dirinya dengan sadar mengambil sebuah keputusan, menjalankannya, dan

mau menghadapi serta menerima konsekuensi apa pun yang ada. Menerima

konsekuensi juga berarti mau menerima kegagalan dan tidak menyalahkan orang

lain.

Dapiyanta mengemukakan pendapatnya dalam buku “Teologi Moral Masa

Kini” bahwa tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan

respon atas tindakannya (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Respon tersebut

berupa jawaban atas pertanyaan mengapa aku melakukan hal tertentu dan

kesiapan menanggung resiko atas apa yang telah aku lakukan. Tuntutan kesiapan

menjawab dan menanggung itulah disebut tanggungjawab. Contohnya: seorang

pemuda ditangkap polisi karena dituduh telah membunuh sebuah keluarga.

Pemuda itu harus mempertanggungjawabkan di pengadilan tindakan membunuh

yang telah ia lakukan.

Mikhael Dua (2011: 31) berpendapat bahwa tanggungjawab sering

dimengerti dalam arti kausalitas. Artinya segala tindakan yang dilakukan oleh

manusia menuntut sebab-akibat atas tindakannya tersebut. Karena itu sebagai

pelaku tindakan ia harus siap menerima akibat-akibat dari tindakan tersebut.

Berdasarkan ketiga uraian pengertian di atas dapat dikatakan bahwa

tanggungjawab adalah segala keputusan dan tindakan yang diambil oleh manusia

dengan penuh kebebasan, konsekuensi, dan kesadaran. Misalnya dalam sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

12

permainan volley. Saat persiapan, pemain dibimbing untuk melihat dirinya

dengan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan lapangan dan peralatan ataukah

hanya enak-enak saja membiarkan teman lain mengadakan persiapan. Kemudian

pada saat permainan berlangsung peserta diajak menyadari jalannya permainan

bola volley. Dimana peserta mengambil bagian atau perannya masing-masing,

apakah sebagai toser, smasher, kapten, dan sebagainya. Lalu sesudah permainan,

apakah peserta dapat membereskan perlengkapan, peralatan, dan keadaan

lapangan yang digunakan. Dari keseluruhan ini dapat dilihat sikap tanggungjawab

yang tercermin dalam permainan bola volley (Suparno, 2003: 116).

Berkaitan dengan tanggungjawab maka Gilarso (1996: 14) mengatakan

bahwa tanggungjawab dalam membangun keluarga Kristiani dilakukan dengan

penuh cinta kasih. Melalui pernikahan, suami-istri membangun suatu persekutuan

cinta yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus diusahakan

antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, juga kepada sanak-

saudara, tetangga, lingkungan, dan akhirnya kepada semua orang lain, terutama

orang-orang kecil dan miskin. Karena itu, segenap anggota keluarga terutama

suami-istri harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menumbuhkembangkan

cinta kasih di dalam kehidupan mereka. Bila cinta kasih ada dalam keluarga, maka

sikap keterbukaan, saling pengertian, saling mengampuni, serta saling mendukung

satu sama lain dalam hal-hal yang baik akan muncul dalam keluarga.

Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga sangatlah penting dan besar.

Orang tua tidak hanya sekedar mengetahui tanggungjawabnya kepada setiap

anggota keluarga, tetapi sungguh-sungguh melaksanakan tanggungjawab tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

13

Keluarga harus dapat bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak-anaknya.

Di dalam keluarga mendidik anak adalah tugas yang utama dan pertama, tidak

dapat digantikan oleh siapapun itu (FC, a. 36). Ini juga dapat berarti bahwa arah

kehidupan dan iman anak ditentukan oleh bagaimana cara keluarga itu mendidik

secara bertanggungjawab. Oleh sebab itu, tanggungjawab untuk mendidik anak

perlu ditanamkan sejak dini mungkin bahkan dalam kandungan oleh orang tua

(Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 24).

b. Jenis-jenis Tanggungjawab

Tanggungjawab seorang manusia tidak hanya berhenti pada dirinya

sendiri, melainkan juga untuk hal lainnya. Wujud tanggungjawab ada bermacam-

macam, misalnya tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, sekolah,

masyarakat dan kepada Tuhan. Jenis-jenis tanggungjawab itu sendiri antara lain:

1) Tanggungjawab terhadap Diri Sendiri

Tanggungjawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata

hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggungjawab

terhadap diri sendiri merupakan hal dasar dalam melakukan kewajiban-kewajiban

lainnya sebagai tuntutan dalam mengembangkan kepribadian sebagai pribadi.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang

pribadi yang memiliki pendapat sendiri dalam berbuat dan bertindak. Apabila

manusia bertanggungjawab pada dirinya sendiri maka ia mampu

bertanggungjawab pada hal-hal lainnya pula. Dengan berani bertanggungjawab

berarti kita sudah mampu melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

14

diri sendiri sehari-hari secara rutin. Misalnya, Pak Waru selalu

mempertimbangkan baik-buruknya dari setiap tindakan yang akan dilakukannya.

Pertimbangan itu dimaksudkan agar ia dapat memilih tindakan yang baik sesuai

dengan komitmennya. Ketika ditawari sejumlah uang sebagai bantuan untuk

lembaganya dengan menandatangani kuitansi kosong, Pak Waru menolaknya.

Bahkan ia bertanya dari mana asal-usul uang tersebut. Ternyata asal-usul uang itu

tidak jelas. Maka penolakan Pak Waru semakin dikuatkan, meskipun

perusahaannya sangat butuh bantuan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 23).

2) Tanggungjawab sebagai Anggota Keluarga

Setiap anggota keluarga saling membutuhkan dalam melaksanakan tugas

dan peran dengan baik agar keharmonisan keluarga tetap terjalin dengan baik.

Segala tugas yang dilakukan dengan ikhlas akan menunjukkan kepedulian akan

apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga lainnya. Sebagai

contoh: seorang anak harus belajar dengan baik dan membantu meringankan tugas

orang tua ketika berada di rumah. Dengan melaksanakan tanggungjawab sebagai

anak, maka hal tersebut tentunya menjadi suatu kebanggaan bagi kedua orang tua.

Apabila dalam hal-hal kecil diabaikan, maka semakin sulit untuk membangun

rasa tanggungjawab dalam diri maupun untuk orang lain (Rintyastini, 2006: 53).

3) Tanggungjawab sebagai Anggota Masyarakat

Pada dasarnya seorang manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak bisa

hidup tanpa bantuan dari orang lain. Seorang manusia dituntut untuk dapat

berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai anggota masyarakat tentu harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

15

memiliki tanggungjawab sehingga dapat melangsungkan hidup yang baik di

tengah-tengah masyarakat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada

masyarakat. Bertanggungjawab terhadap masyarakat berarti menanggung tuntutan

norma-norma sosial, bisa berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan

masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain. Bertanggungjawab sebagai anggota

masyarakat akan melatih seseorang menjadi pribadi yang lebih matang, di mana ia

akan memiliki wawasan yang lebih luas (Rintyastini, 2006: 57).

4) Tanggungjawab sebagai Umat Beragama

Tanggungjawab umat beragama diwujudkan antara lain dengan berusaha

memahami aturan agama dan kemudian mengamalkannya (Rintyastini, 2006: 58).

Seseorang yang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap agama diharapkan

memiliki tanggungjawab pada agamanya yang dianut. Bertanggungjawab kepada

agama berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan

berdosa. Bagi kaum muda tanggungjawab dalam beragama masih mudah

terpengaruh oleh aneka tawaran duniawi. Namun kesadaran diri mereka untuk

terlibat dalam kegiatan keagamaan sudah mengalami peningkatan yang baik.

Misalnya aktif dalam kegiatan Gereja dan lingkungan seperti menjadi misdinar,

lektor, mengikuti komunitas doa, Rosario, doa lingkungan atau katekese di

lingkungan, bakti sosial, dan lain sebagainya (Rintyastini, 2006: 60).

2. Keluarga Katolik

“Dalam abad atom ini, keluarga modern dapat dikategorikan sebagai

‘nuclear’ (inti), yang berarti bagian yang paling dasar. Itu berarti bahwa keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

16

seperti atom, mudah terbelah dan disertai dengan penghancuran dan perubahan

besar” (Eminyan, 2001: 7). Artinya keluarga merupakan dasar

tumbuhkembangnya suatu peradaban manusia serta mempunyai peran penting

dalam membawa perubahan hidup dalam masyarakat.

“Gereja sadar akan luar biasa pentingnya keluarga bagi masyarakat pada

umumnya serta bagi kesejahteraan komunitas Kristiani” (Eminyan, 2001: 9).

Sebab di dalam keluarga ada ikatan kasih paling unggul, tempat lahir manusia

baru dan berkembang dalam kemanusiaan serta iman. Keluarga adalah komunitas

pertama dan utama yang bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak, karena di

dalam keluargalah anak-anak lahir, hidup dan bertumbuh dewasa (GE, a. 3).

Dalam keluarga, anak menemukan pengalaman pertama mengenai masyarakat

manusia yang sehat dan Gereja. Melalui keluarga itu pula, secara perlahan anak

dihantar masuk ke dalam pergaulan masyarakat dan Gereja.

Dalam rangka pembukaan Konvensi Tahunan Gerejani Keuskupan Roma,

Paus Fransiskus, mengatakan “hendaknya suami dan istri saling melengkapi

dalam keluarga sehingga anak tumbuh dewasa dalam jati diri mereka sendiri

ketika membandingkan berbagai cara berbeda ayah dan ibu mereka mengasihi”

(Warta Iman, 27-28 Juni 2015: 28). Kutipan di atas mengartikan bahwa di dalam

keluarga anak dapat meniru dan meneladani segala sikap dan tindakan baik dan

buruk dari orang tua. Terlebih khusus segala sikap baiknya dan anak mampu

merealisasikan panggilan hidupnya sebagai manusia dan orang beriman Kristiani

dalam keluarga. Dengan demikian, peranan keluarga dalam kehidupan Gereja dan

masyarakat semakin diakui dan dirasakan oleh semua pihak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

17

a. Pengertian Keluarga Katolik

Syamsu Yusuf (2010: 35-36) mengemukakan pendapat M.I. Soelaeman

mengenai pengertian keluarga. Ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga

dapat diartikan dua macam, yaitu dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak

yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan”

atau marga; dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. Dari

pengertian keluarga di atas dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan

keluarga adalah meliputi orang tua serta anak-anak yang telah dipersatukan oleh

ikatan perkawinan.

Konsili Vatikan II mengatakan: “karena Pencipta alam semesta telah

menetapkan persekutuan suami-istri menjadi asal-mula dan dasar masyarakat

manusia, maka keluarga merupakan sel terkecil dan sangat penting bagi

masyarakat” (AA, a. 11). Sebagai sel terkecil dalam masyarakat, keluarga

mempunyai hubungan-hubungan yang amat penting dan organik dengan

masyarakat, karena di dalam keluarga seluruh jaringan hubungan sosial dibangun

(Paus Yohanes Paulus II, 1994: 8). Melalui kehadiran dan peran anggota-

anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun

masyarakat yang manusiawi dan rukun (FC, a. 43).

Sebagai suatu satuan kekerabatan, keluarga memiliki hubungan kedekatan

atau relasi antar anggota-anggotanya. Kata kekerabatan sendiri memiliki arti

perihal berkerabat. Sedangkan berkerabat artinya mempunyai hubungan keluarga.

Dalam perkawinan dan keluarga terjalin serangkaian hubungan antar pribadi (FC,

a. 15). Setiap anggota keluarga dijalin oleh relasi yang bersifat personal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

18

fungsional. Yang dimaksud dengan relasi personal adalah relasi antar pribadi,

yang tidak didasarkan pada kedudukan atau fungsi seseorang. Dalam relasi

personal ini, anggota-anggota yang ada di dalam keluarga memiliki martabat yang

sama, tidak ada hubungan orang tua dan anak, melainkan hubungan antar pribadi

yang ada di dalam keluarga. Sedangkan, relasi fungsional adalah relasi yang

muncul dari kedudukan atau fungsi seseorang dalam keluarga. Contoh dari relasi

fungsional seperti relasi antara orang tua dan anak. Dalam keluarga, kedua relasi

ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena hubungan fungsional dalam

keluarga harus selalu personal juga, artinya harus selalu dalam semangat

menerima yang lain sebagai pribadi yang bermartabat sama karena memiliki hak

yang sama pula.

Pandangan mengenai keluarga di atas sejalan dengan padangan Gereja

dalam Katekismus Gereja Katolik yang mengartikan keluarga Katolik sebagai

persekutuan kodrati, di mana pria dan wanita dipanggil untuk menyerahkan diri

dalam cinta kasih dan melanjutkan kehidupan (KGK No. 2207). Artinya

persekutuan pribadi-pribadi ini terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan

bebas antara seorang pria dan seorang wanita, serta diungkapkan dalam

kesepakatan nikah. Mereka bersedia meninggalkan segalanya, termasuk orang tua

dan sanak saudaranya untuk membangun persekutuan hidup dengan pasangannya.

Pria dan wanita dipanggil untuk senantiasa menumbuhkembangkan

persatuan mereka dengan selalu setia pada janji perkawinan. Berkat janji

perkawinan yang diucapkan, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dalam

Mat 19:6 dikatakan “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

19

itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Sabda

Yesus ini mengatakan bahwa suami-istri merupakan dua pribadi yang telah

disatukan oleh Allah. Surat Santo Paulus kepada jemaat di Efesus (5:22-33)

mengatakan suatu perkawinan dapat dikatakan sebagai sakramen, sebagai tanda

dan rahmat hubungan antara Allah dan jemaat-Nya, bila perkawinan tersebut

dilakukan secara sah oleh dua pribadi yang telah dibaptis dalam nama Yesus.

Sejak dibaptis, suami bersatu dengan Kristus. Tuhan hadir dalam dirinya.

Demikian pula istri, sejak dibaptis ia pun bersatu dengan Kristus. Tuhan hadir

dalam dirinya. Oleh karena itu, ketika kedua orang Katolik menikah, Kristus

semakin hadir dalam diri mereka. Menurut keyakinan Gereja, kehadiran Kristus

membawa rahmat, yang semakin menyatukan mereka berdua. Sebab kasih ilahi-

Nya menyempurnakan kasih manusiawi mereka berdua lewat kekuatan dan

bantuan rahmat sehingga dapat melaksanakan segala tugas yang berkaitan dengan

status mereka sebagai suami-istri dan sebagai orang tua bagi anak-anak mereka

(Gilarso, 1996: 158).

Konsili Vatikan II menegaskan sakramentalitas perkawinan tersebut dalam

Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini dengan menyatakan

bahwa cinta kasih suami-istri dengan segala dimensinya dilimpahi anugerah-

anugerah yang mengalir dari sumber kasih ilahi dan dibangun oleh Kristus

menurut teladan persatuan cinta kasih-Nya dengan Gereja (GS, a. 48). Melalui

sakramen, suami-istri mengambil bagian dalam karya keselamatan. Sebagai

perwujudan, Sakramen Perkawinan memberi mereka rahmat dan tugas untuk

melaksanakan atau mewujudnyatakan tuntutan-tuntutan kasih yang mengampuni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

20

dan menebus pada masa sekarang ini. Sebagai nubuat, Sakramen Perkawinan

memberi mereka rahmat dan tugas untuk hidup dan menjadi saksi tentang

pengharapan perjumpaan dengan Kristus pada masa yang akan datang (FC, a. 13).

Kehadiran Kristus membawa rahmat yang membantu suami-istri dalam mengasuh

dan mendidik anak-anak. Karena rahmat ilahi itu, mereka tidak hanya mengasihi

anak-anak dengan kasih manusiawi yang serba terbatas, tetapi juga dengan kasih

ilahi. Sebagai sakramen, perkawinan memiliki berbagai tujuan, yakni

kesejahteraan suami-istri dan kesejahteraan anak-anak (GS, a. 48). Menurut sifat

kodratinya, perkawinan dan cinta kasih suami-istri tertuju kepada lahirnya

keturunan serta pendidikannya (KHK, kan. 1055 § 1).

b. Ciri-ciri Keluarga Katolik

Selain merupakan sel terkecil dalam masyarakat luas, keluarga Katolik

juga merupakan bagian utuh dari Gereja. Sebagai bagian dari Gereja, keluarga

ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, yakni mewartakan dan

menyebarluaskan Injil. Maka dari itu, keluarga juga sering disebut Gereja kecil

(FC, a. 21).

Paus Yohanes Paulus II, yang mendapat gelar sebagai Paus Keluarga,

melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (22 November 1981),

menegaskan keyakinannya bahwa keluarga Kristiani sebagai Gereja rumah tangga

atau Gereja kecil (LG, a. 11; FC, a. 21, 86; KGK). Menurut Kristianto dalam buku

“Teologi Moral Masa Kini” sebagai Gereja kecil, keluarga Katolik memiliki ciri-

ciri yang khas, yakni kesatuan iman yang dimiliki oleh anggota-anggotanya;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

21

monogam dan tak terceraikan, keluarga adalah Gereja mini (Rukiyanto dan Esti

Sumarah, 2014: 63-65).

1) Kesatuan Iman yang Dimiliki oleh Anggota-anggotanya.

Hidup keluarga didasarkan pada kesatuan iman antar anggotanya. Sebagai

suatu komunitas iman, antar anggota keluarga diharapkan dapat saling membantu

dalam memperkembangkan iman yang dimiliki. Sharing atau dialog mengenai

pengalaman akan Allah merupakan sarana yang dapat dilakukan untuk saling

memperkembangkan iman yang telah dimiliki masing-masing anggota keluarga.

Misalnya sharing pengalaman iman bagaimana menerapkan cara hidup beriman

Katolik dalam masyarakat atau bagaimana membangun komunikasi yang baik

dalam keluarga. Pesan Paus Fransiskus untuk hari komunikasi sedunia ke-49

mengajak keluarga untuk menimba ilham sederhana dari Injil Lukas 1:39-56

berkaitan dengan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga. (Warta

Iman, 16-17 Mei 2015: 23) “dan ketika Elisabet mendengar salam Maria,

melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh

Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “diberkatilah engkau di antara semua

perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” (ay. 41-42). Kisah dari perikop ini

memperlihatkan bagaimana komunikasi tersebut pada dasarnya juga melibatkan

bahasa tubuh. Ada perasaan gembira dan sukacita ketika berjumpa dengan sesama

dan ini merupakan pengalaman personal yang sering dialami oleh setiap orang

(Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 24).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

22

Pengalaman tentang relasi yang “mendahului” kita memungkinkan

keluarga untuk menjadi latar di mana bentuk komunikasi yang paling dasar, yaitu

doa, diwariskan (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 24). Artinya bahwa melalui doa

yang sering diucapkan orang tua pada saat menidurkan anak-anaknya itulah letak

dimensi rohani komunikasi, yang di dalam orang Kristiani diresapi sebagai kasih,

yaitu kasih yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia dan kemudian

ditawarkan kepada orang lain. Di dalam keluarga itulah setiap anggota belajar

untuk saling berbagi dan mendukung, belajar mengartikan dengan tepat ekspresi

wajah orang dan membaca isi hatinya sekalipun diam tanpa kata-kata. Realitas ini

tentu saja sangat membantu setiap anggotanya untuk memahami makna

komunikasi sebagai kedekatan pertalian batin yang saling meneguhkan dan

mempertautkan (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 26).

Lewat cara-cara sederhana ini, hubungan antar anggotanya menjadi lebih

harmonis. Cara-cara sederhana ini diperlukan agar kehidupan iman anak dan

orang tua dapat berjalan bersama-sama dengan demikian komunikasi iman dapat

mengakibatkan suatu persekutuan rohani antara orang beriman sebagai anggota

satu Tubuh Kristus dan membuat mereka menjadi sahati-sejiwa (1 Yoh 1:7).

2) Monogam dan Tak Terceraikan

“Pernikahan adalah persekutuan hidup yang dibangun oleh seorang pria

dan seorang wanita (monogami). Terbentuknya persekutuan itu pertama kali

dijalin dan berkembang oleh persekutuan suami-istri melalui janji perkawinan.

Mereka ini ‘bukan lagi dua melainkan satu’ (Mat 19:6)”, lihat pula pendapat

Kristianto dalam buku “Teologi Moral Masa Kini” (Rukiyanto dan Esti Sumarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

23

2014: 64). Kutipan ini memberi gambaran bahwa pasangan suami-istri senantiasa

menjaga keutuhan hubungan mereka berdua. Kesatuan cinta yang mereka bina

sepenuhnya hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan satu wanita dan

berlangsung sepanjang hidup (kekal tak terceraikan). Maka sifat poligami

(memiliki istri lebih dari satu), dengan berbagai alasan apapun sangat

bertentangan dengan kehendak Allah (GS, a. 49).

Persekutuan suami-istri menjadikan mereka dipanggil oleh Allah untuk

tumbuh dan berkembang dalam persekutuan yang mereka bina lewat kesetiaan

dalam janji pernikahan untuk saling menyerahkan diri seutuhnya (FC, a. 19).

Persekutan suami-istri ini tidak hanya ada ciri kesatuan melainkan tak terceraikan.

Kesatuan yang tak terceraikan ini sekaligus menuntut kesetiaan yang utuh dari

kedua belah pihak baik dari suami maupun dari istri dan demi kepentingan anak-

anak (GS, a. 48).

Demi kepenuhan cinta menuju kesempurnaannya, dan demi kesejahteraan

anak serta tuntutan sakramental, bahwa cinta suami-istri merupakan lambang cinta

Allah dan Kristus kepada jemaat-Nya yang bersifat kekal, maka perceraian secara

tegas ditolak oleh Kristus sendiri (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah,

2014: 65). Sebuah pernikahan tentu membawa sebuah konsekuensi atasnya. Janji

nikah yang diikrarkan oleh kedua mempelai membuktikan bahwa cinta mereka

pun dituntut menuju pada kesempurnaan serta kesejahteraan anak. Hubungan

cinta keduanya juga merupakan gambaran hubungan cinta Allah dan Kristus

kepada Gereja yang mana Kristus sebagai kepalanya dan manusia menjadi

anggota-anggotanya. Oleh karena itu sebuah pernikahan yang telah dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

24

secara sah dan diikat oleh rahmat sakramen perkawinan tidak dapat diceraikan

atau dipisahkan lagi.

Demikian juga segala bentuk perbedaan maupun perpecahan yang

menyangkut apapun itu merupakan sebuah penyimpangan dari makna kesatuan

yang sesungguhnya. Walaupun suami-istri memiliki berbagai perbedaan,

hendaknya jangan sampai hal tersebut menjadi sumber perceraian tetapi justru

didayagunakan secara sinergis, agar tercipta kesejahteraan bersama (Kristianto

dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65).

3) Keluarga adalah “Gereja Mini”

“Identitas kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa

keluarga tersebut terpanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja.

Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi ‘Gereja Mini” (Rukiyanto

dan Esti Sumarah, 2014: 65). Dalam arti terpanggil untuk turut serta dalam tugas

perutusan Gereja maka keluarga Kristiani dituntut untuk senantiasa menampilkan

kehidupan keluarganya dengan meneladani cara hidup Jemaat Perdana dalam

persatuan dengan Yesus Kristus (Kis 2:41-47).

Konsekuensi keluarga Kristiani untuk hidup supaya dapat diteladani

masyarakat yang diteladani bukan hanya bentuk kerukunan dalam hidup

berkeluarga, melainkan sekaligus membentuk kerukunan dalam hal iman.

Dimensi iman inilah yang justru harus mewarnai seluruh aspek hidup keluarga

Kristiani sebab kata “Kristiani” itu sendiri sudah menunjukkan ciri khas iman

Katolik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

25

“Sebagaimana cara hidup Jemaat Perdana, keluarga Kristiani perlu

memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi iman itu” (Rukiyanto dan Esti

Sumarah, 2014: 66). Artinya dalam membangun keluarga Kristiani dimensi iman

tersebut hendaknya betul-betul dipraktekkan dan dihayati dalam tindakan konkret

melalui hubungan kasih persaudaraan, pewartaan yang menggembirakan kepada

siapa saja, dirayakan dalam doa, diwujudnyatakan dalam bentuk pelayanan bagi

sesama sebagai bentuk kesaksian akan iman tersebut sehingga mendatangkan suka

cita yang luar biasa bagi segala ciptaan di muka bumi. Bentuk penghayatan iman

seperti inilah merupakan gambaran yang cocok dengan tugas perutusan Gereja

yang harus terus menerus dihidupi oleh keluarga-keluarga Kristiani di manapun

berada.

c. Tugas Keluarga Katolik

Wignyasumarta (2000: 13-17) mengungkapkan kembali isi dari Anjuran

Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia

Modern (Familiaris Consortio) bahwa sesuai dengan rencana Allah, keluarga

Katolik mengemban empat tugas penting, yakni:

1) Membentuk Komunitas antarpribadi

“Cinta merupakan dasar kehidupan keluarga Kristiani” (Wignyasumarta,

2000: 13). Artinya keluarga Kristiani harus memperkembangkan cinta itu agar

tumbuh menjadi komunitas antarpribadi. Sebab cinta yang mempersatukan

suami-istri adalah cinta yang eksklusif. Roh Kudus mencurahkan cinta sejati

kepada mereka lewat sakramen perkawinan, sebagaimana cinta Yesus Kristus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

26

kepada Gereja-Nya (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65).

Cinta suami-istri juga bersifat tak terceraikan, karena dilandaskan pada cinta

yang total, dituntut demi kesejahteraan anak, serta dikehendaki Allah yang

menjadi lambang cinta Allah dan Kristus bagi umat-Nya (Kristianto dalam

Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65). Perempuan dan laki-laki berperan

sebagai suami dan istri dan juga sebagai ayah dan ibu terhadap anak-anak

mereka. Kehadiran anak dalam keluarga mereka memang patut dilindungi,

dihargai, dan dicintai. Martabat pribadi anak-anak mereka diakui, dijadikan pusat

perhatian orang tuanya. Sedangkan para orang tua perlu tetap dihargai

perannya dalam keluarga, dalam Gereja dan dalam masyarakat karena

pengalaman dan kebijaksanaannya.

2) Mengabdi Kehidupan

Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 66) mengungkapkan pendapat

Kristianto bahwa “peranan keluarga Kristiani yang juga sangat penting adalah

mengabdi kehidupan. Ini pertama-tama demi penyaluran kehidupan melalui

keturunan.” Tentu pengadaan keturunan didasari oleh cinta suami-istri yang

bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak maupun dalam membuahkan

kekayaan moral dan spiritual. Hubungan seks dan hidup berkeluarga terarah

kepada penerusan penciptaan manusia (Kej 1) dan pendidikan anak-anak.

Prokreasi juga meliputi pendidikan anak-anak. Tugas dan kewajiban orang tua

untuk mendidik anak ini merupakan hak esensial, orisinil dan primer, tak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

27

tergantikan dan tak terpindahkan oleh siapapun. Semua itu didasarkan atas dasar

cinta sebagai prinsipnya. Anak-anak perlu dididik dalam nilai-nilai dasar: tidak

lekat pada harta, adil karena cinta meluap, dan murni dalam seksualitas. Dan

masih banyak hal lain, seperti pendidikan iman, pendidikan mengenal arah hidup

atau panggilan, dan sebagainya, karena orang tua adalah ibu dan guru, seperti

Gereja, dalam bidang iman.

3) Ikut Serta Membangun Masyarakat

Keluarga Katolik bukanlah suatu pulau yang terpisah dari pulau yang satu

dengan yang lainnya, tetapi mereka saling berkaitan antar keluarga yang ada

dalam masyarakat (Wignyasumarta, 2000: 15). Sebagaimana keluarga-keluarga

lainnya, keluarga juga merupakan sel masyarakat yang pertama, yang menjadi

dasar dan faktor penumbuh masyarakat, terutama lewat pelayanan yang

berdasarkan cinta kepada sesama. “Keluarga merupakan sekolah hidup

bermasyarakat” (Wignyasumarta, 2000: 15). Artinya di situ ditumbuhkan

semangat berkorban dan dialog di mana manusia dimanusiawikan.

Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap terbuka

dari keluarga dan masyarakat untuk bekerjasama membela dan mengembangkan

kesejahteraan setiap orang. Suasana kesatuan yang akrab keluarga sebagai sekolah

hidup bermasyarakat dapat menumbuhkan semangat berkorban dan dialog untuk

dapat membina dan mengembangkan sikap sosial dan rasa tanggungjawab. Maka

orang tua mampu mengajak anak belajar memperhatikan orang lain (Kristianto

dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 68).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

28

4) Ikut Serta dalam Hidup dan Perutusan Gereja

“Keluarga Katolik harus menjadi “Gereja mini”, yang mengambil bagian

dalam tugas perutusan Gereja dalam mewartakan Injil” (FC, a. 49). Artinya

Keluarga sebagai komunitas kecil dan paling mendasar dalam masyarakat

senantiasa menjadi pelopor utama untuk menjalankan tugas perutusan Gereja.

“Melalui kegiatan merayakan sakramen-sakramen Gereja diharapkan dapat

semakin memperkaya dan memperkuat keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus,

supaya keluarga dikuduskan demi kemuliaan Bapa” (Kristianto dalam Rukiyanto

dan Esti Sumarah, 2014: 68). Ini berarti kehadiran Gereja juga ikut memberi

warna akan cinta kasih terus menerus kepada keluarga Kristiani dengan demikian

akan semakin mendorong dan membina keluarga Kristiani untuk melaksanakan

pelayanannya dalam cinta kasih. Di mana pelayanan cinta kasih tersebut berpola

pada Kristus yang penuh pengorbanan. Maka dari itu, keluarga juga diharapkan

dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudari mereka.

“Yesus Kristus menjadi teladan dan sumber hidup keluarga Kristiani maka

keluarga Kristiani juga mempunyai tugas pokok dalam mengembangkan misi

Gereja yang mengacu pada hidup Yesus sebagai Nabi, Imam, dan Raja”

(Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 69). Bentuk kenabiannya

adalah menyambut dan mewartakan sabda, menjalankan fungsi kritis di dalam

masyarakat serta membela kebenaran (Wignyasumarta, 2000: 16). Dengan

sakramen baptis, penguatan, dan perkawinan, keluarga Katolik mempunyai tugas

misioner, yakni mewartakan Injil kepada keluarga-keluarga yang kurang beriman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

29

dan kepada dunia, baik secara eksplisit maupun implisit melalui tingkah laku,

kesetiaan dalam perkawinan, dan contoh hidup berkeluarga yang baik

(Wignyasumarta, 2000: 16).

Berdasarkan tugas imamatnya, keluarga Katolik bersatu dengan Allah

lewat sakramen-sakramen, ibadat, dan doa. Keluarga dipanggil menuju kepada

kesucian dan ikut membantu menyucikan Gereja dan dunia seluruhnya

(Wignyasumarta, 2000: 16). Tugas imamat keluarga Kristiani juga dilaksanakan

lewat pertobatan dan saling mengampuni, yang memuncak dalam penyambutan

sakramen Tobat. Tugas pengudusan itu juga dilaksanakan dalam doa, yang berciri

kebersamaan. Dalam doa diungkapkan suka duka hidup keluarga sehingga terjadi

sharing. Orang tua wajib mendidik anak-anak mereka untuk berdoa, tahap demi

tahap membangun jalinan hati dengan Allah secara pribadi. Itu harus dilakukan

lewat teladan, dan doa bersama. Doa keluarga menyiapkan anggota keluarga

untuk ibadat Gereja. Keluarga perlu pergi bersama-sama ke Gereja pada Minggu,

mempersiapkan penerimaan sakramen-sakramen secara memadai,

merenungkan sabda Allah, dan berdoa rosario secara bersama

(Wignyasumarta, 2000: 17).

“Keluarga juga mepunyai tugas rajawi, yakni memberi arah dan

kepemimpinan dengan melayani sesama manusia seperti Kristus Raja (Rm 6:12)”

(Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 70). Dalam tugas rajawi ini

keluarga harus mampu melihat setiap orang khususnya anak-anak sebagai citra

Allah dan terutama pada mereka yang menderita, yang mana semuanya itu harus

dilaksanakan dan didasarkan dengan cinta kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

30

3. Tanggungjawab Keluarga Katolik

Berdasarkan uraian mengenai pengertian tanggungjawab dan keluarga

Katolik di atas, maka dapat dikatakan bahwa tanggungjawab keluarga Katolik

merupakan segala keputusan maupun tindakan yang dilakukan secara bebas dan

penuh kesadaran. Hal ini berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh ayah, ibu

maupun anak dalam membangun sebuah keluarga dengan dasar cinta kasih

Kristus.

Tanggungjawab keluarga Katolik yang diberikan oleh Gereja dan negara

menurut Gilarso (1996: 14-15) ada empat yaitu: pertama, tanggungjawab keluarga

Katolik untuk membangun keluarga penuh cinta kasih terutama dalam

keluarganya sendiri. Kedua, keluarga Katolik memiliki tanggungjawab mendidik

generasi muda terutama anak-anak mereka sendiri. Ketiga, keluarga Katolik ikut

membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi yang baik, bertindak

jujur, adil, berke-Tuhanan dan berkeprimanusiaan. Keempat, keluarga Katolik

ikut membangun Gereja dengan membina hidup rohani keluarganya sendiri (doa

bersama, mengikuti ibadah di gereja, dan sebagainya), serta mendidik anak-anak

mereka dalam sikap dan cara-cara beriman yang benar. Keluarga Katolik juga

menjadi saksi Kristus, dengan aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan umat

beriman, khususnya di lingkungan dan paroki. Inilah merupakan wujud keputusan

maupun tindakan yang dilakukan oleh keluarga dengan penuh tanggungjawab.

Wejangan Paus Fransiskus dalam pembukaan Konvensi Tahunan Gerejani

Keuskupan Roma mengatakan demikian “para orang tua adalah orang-orang

pertama yang bertanggungjawab untuk pendidikan anak-anak mereka, dan harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

31

memperbaiki gagasan-gagasan aneh anak-anak yang sering dialami dalam setiap

pengalaman hidupnya.” (Warta Iman, 27-28 Juni 2015: 26). Artinya orang tua

memiliki tugas penting dalam tumbuh kembangnya kepribadian serta jatidiri

anaknya. Mereka perlu merubah dan mencari cara-cara baru yang lebih efektif

dalam mendidik anak-anak mereka. Tentunya, cara-cara tersebut dilandaskan rasa

saling mencintai serta mengasihi satu dengan yang lainnya. Kasih yang dialami

dalam keluarga akan menjadi sumber kekuatan luar biasa untuk turut serta dalam

perutusan Gereja.

Kehidupan dalam keluarga menjadi penentu tingkah laku setiap

anggotanya dalam hidup bermasyarakat dan menggereja karena apa yang

diajarkan dalam keluarga, itulah yang akan diterapkan dalam tindakan nyata. Agar

dapat melaksanakan tugas perutusannya, keluarga perlu mempersiapkan anggota-

anggotanya, terutama anak-anak, melalui pendidikan, baik mengenai iman Katolik

maupun nilai-nilai kemanusiaan, karena keluarga adalah sekolah yang pertama

dan utama bagi mereka (GE, a. 3). Mereka perlu dibimbing menjadi pribadi

Katolik yang dewasa dan memiliki kepedulian serta kesediaan mengambil bagian

dalam pembangunan kehidupan bersama.

Identitas kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa

keluarga tersebut terpanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja.

Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi “Gereja Mini” (FC, a. 49).

Hal ini juga disinggung oleh Heryatno Wono Wulung (2012: 1) yang

mengungkapkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

32

“sebagai Ecclesia Domestica (LG, a. 11) keluarga-keluarga Kristiani, berdasar belas kasih Kristus yang telah mempersatukan mereka secara istimewa melalui sakramen perkawinan, menghayati panggilannya melalui beberapa kegiatan inti keluarga, yaitu persekutuan pribadi (koinonia), perayaan iman (leiturgia), pelayanan (diakonia), dan pewartaan (kerygma) yang amat berdekatan dengan pengajaran.” Arti keluarga sebagai Gereja rumah tangga atau Gereja kecil tentu

memiliki kesamaan tugas dengan Gereja pada umumnya. Hanya saja beda

konteksnya. Yang satu dalam lingkup kecil dan satunya lagi dalam lingkup yang

besar. Kesamaan tugas tersebut terletak pada empat tugas Gereja yakni koinonia,

kerygma, leiturgia, dan diakonia. Maka Heryatno Wono Wulung membahas

mengenai hakikat keluarga Kristiani dengan mengungkapkan pendapat Groome

bahwa keluarga Kristiani menghayati hakikatnya sebagai persekutuan antar

pribadi (koinonia), merayakan iman mereka (leiturgia).

Di samping itu, Heryatno Wono Wulung mengungkapkan pendapat

Groome bahwa kegiatan keluarga dalam pelayanan (diakonia) dan pewartaan

sabda (kerygma) merupakan jalan yang penting untuk mewujudkan panggilan

dasar sebagai Gereja rumah tangga. Groome mau mengingatkan bahwa meskipun

banyak keluarga Kristiani sedang mengalami krisis, tetapi peran mereka sebagai

Gereja rumah tangga tetap dapat dijalankan. Keluarga yang sedang mengalami

kesulitan tetap dapat mewujudkan panggilannya menjadi pewarta Injil melalui

jalan kesaksian dan pelayanan. Mereka boleh percaya bahwa Allah dapat berkarya

melalui keluarga-keluarga yang sedang terluka.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat masing-masing kegiatan inti

keluarga Kristiani sebagai wujud tugas dan tanggungjawabnya akan pertumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

33

dan perkembangan iman dalam keluarga, beserta beberapa langkah konkret untuk

mewujudkan hakikat keluarga sebagai Gereja rumah tangga.

a. Koinonia (Persekutuan Pribadi)

Sebagai persekutuan pribadi yang paling kecil, keluarga Kristiani

diharapkan memiliki keramahtamahan yang terbuka terhadap komunitas lainnya

atau yang lebih besar. Gambaran hidup keluarga Kristiani yang ramah tamah tentu

sangat relevan dengan makna Katolik yang berarti terbuka. Sikap hidup terbuka

dapat diartikan dengan memperlakukan siapa saja tanpa pandang suku, ras,

budaya, kedudukan, warna kulit, dan lain-lain sebagai saudara atau saudaraku

(FC, a. 64). Sikap ini tentunya sangat penting dikenakan, karena akan menjauhkan

orang dari sikap diskriminatif.

Heryatno Wono Wulung menyampaikan pendapat Groome mengenai lima

strategi yang dapat digunakan untuk membina keluarga Kristiani yang ramah dan

terbuka. Pertama, keluarga mengusahakan supaya setiap anggota keluarga

diterima, dihormati, dan dicintai. Kedua, keluarga menemukan cara untuk

bersikap terbuka kepada tetangga, sesama, dan setiap orang yang datang. Ketiga,

keluarga menunjukkan sikap peduli dan bela rasa kepada mereka yang

membutuhkan. Cara ini sebetulnya dapat dipakai untuk kegiatan diakonia.

Kelompok atau pribadi yang paling membutuhkan adalah orang miskin, kecil,

tersingkir, dan berkebutuhan khusus. Sebab mereka sering kali berada dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

34

rumah sendiri. Dalam keadaan yang demikian, keluarga justru dengan mudah

dapat menemukan wajah Allah yang penuh belas kasih. Keempat, keluarga

Kristiani hendaknya bergabung dengan perkumpulan keluarga yang ada di sekitar

lingkungan Gereja atau masyarakat seperti KBG, KBM, dan lain-lain. Kelima,

keluarga senantiasa mengadakan acara rekonsiliasi dalam keluarga agar semakin

mudah saling mengasihi dan mengampuni.

b. Kerygma (Pewartaan)

Heryatno Wono Wulung, dalam “Hakikat Keluarga Kristiani” kembali

mengemukakan pendapat Groome tentang perlunya meyakinkan orang tua bahwa

mereka memiliki kemampuan untuk berbagi pengalaman iman kepada seluruh

anggota keluarga, terutama kepada anak-anaknya. Groome juga menyatakan

bahwa katekese yang diselenggarakan di dalam keluarga sangatlah penting. Hal

ini demi terwujudnya Gereja rumah tangga yang hidup dan berkembang. Maka

dari itu, kekhasan katekese umat dapat pula diterapkan dalam katekese keluarga

dengan semboyan katekese dari, oleh, dan untuk keluarga. Hakikat keluarga

sebagai Ecclesia domestica perlu diwujudkan dalam kegiatan pelayanan dan

kesaksian oleh keluarga. Sebab kegiatan pelayanan dan kesaksian merupakan

wujud dari pewartaan sabda. Kegiatan katekese yang dilaksanakan dalam keluarga

secara rutin, dapat memberi pengaruh kepada semua anggota keluarga. Di mana

mereka semakin akrab dengan Sabda Allah serta mampu menjadikannya sebagai

kekuatan rohani dalam keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

35

c. Leiturgia (Perayaan Iman)

Seperti biasanya ibadat atau liturgi dirayakan di gereja paroki maupun di

lingkungan atau di basis-basis. Namun hal ini menjadi jarang dilakukan di dalam

keluarga untuk zaman sekarang, sebab aneka kebutuhan menuntut keluarga untuk

memenuhinya. Dengan demikian keluarga menjadi tidak memiliki waktu untuk

berkumpul bersama merayakan ibadat atau liturgi. Padahal ibadat atau liturgi

dapat menciptakan suasana religius di dalam keluarga. Ibadat keluarga itu sendiri

merupakan kegiatan yang penting untuk menumbuhkembangkan serta membina

iman seluruh anggotanya, baik orang tua, anak-anak, maupun anggota keluarga

lainnya.

Heryatno Wono Wulung juga mengemukakan pendapat Groome mengenai

lima strategi yang perlu dilakukan dalam keluarga. Pertama, keluarga dapat

mengadakan ibadat keluarga pada hari-hari istimewa seperti ulang tahun anggota

keluarga atau ulang tahun perkawinan keluarga. Ibadat yang berbentuk doa

bersama dapat pula dilakukan secara rutin di hari Minggu malam atau menjelang

makan bersama. Kedua, keluarga dapat menyusun ibadat keluarga sendiri sesuai

dengan kebutuhan agar lebih relevan dengan keadaan keluarga. Ibadat keluarga

semacam ini tentu akan semakin meyakinkan anak-anak akan kesetiaan dan

kemurahan hati Allah. Ketiga, keluarga juga dapat menyusun bahan ibadat

keluarga dari teladan kesalehan umat dan nilai budaya setempat. Keempat,

keluarga juga perlu memasang simbol-simbol religius yang bernilai estetis di

kamar utama atau di kamar-kamar pribadi seperti gambar, patung, salib dan lain-

lain. Kelima, keluarga perlu memberikan warna baru untuk memupuk dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

36

mengembangkan spiritualitas dalam keluarga dengan menikmati karya seni seperti

film, lagu, puisi, kisah rohani, dan lain-lain.

d. Diakonia (Pelayanan)

Dewasa ini, telah berkembang dengan pesat paham materialisme,

konsumerisme, dan individualisme di tengah-tengah masyarakat. Perkembangan

paham-paham tersebut tentu memberi dampak yang luar biasa bagi

tumbuhkembangnya iman anak-anak dalam setiap keluarga Kristiani. Terhadap

hal demikian, keluarga Kristiani sebagai Gereja rumah tangga diharapkan

memiliki hati dan kepeduliannya pada mereka yang paling membutuhkan.

Beberapa keluarga Kristiani melakukan tindakan cinta kasih sebagai perwujudan

syukur mereka atas kemurahan hati Allah. Dengan tulus mereka berbagi

kemurahan ilahi kepada sesama yang sangat membutuhkan. Kegiatan ini akan

sangat memperkembangkan keluarga dan meningkatkan kebahagiaan mereka.

Heryatno Wono Wulung mengemukakan pendapat Groome mengenai

beberapa strategi yang perlu ditanamkan serta dipraktekkan dalam hidup konkret.

Pertama, keluarga perlu membiasakan berbagi dan berbela rasa antara lain dengan

bersikap dan bertindak adil kepada semua anggota. Keluarga juga hendaknya

memperhatikan secara lebih istimewa anggota keluarga yang paling lemah

sehingga mereka merasa dihargai dan dicintai. Kedua, keluarga Kristiani perlu

menjauhkan diri dari segala bentuk KDRT baik yang bersifat fisik ataupun verbal.

Ketiga, keluarga senantiasa terlibat secara aktif dalam kegiatan cinta kasih yang

dilakukan oleh lingkungan Gereja atau masyarakat. Dalam hal ini, keteladanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

37

orang tua dalam sikap dan tindakan konkret sangat perlu sehingga anak dapat

menirunya. Apabila hendak melakukan kegiatan lingkungan Gereja maupun

masyarakat hendaknya secara bersama-sama. Keempat, keluarga Kristiani perlu

menyisihkan sebagian pendapatan demi mendukung gerakan penegakan keadilan

dan perdamaian serta pelestarian lingkungan hidup. Keluarga Kristani juga dapat

menyisihkan sebagian pendapatannya untuk beasiswa kepada anak-anak yang

tidak mampu. Kelima, tindakan amal cinta kasih yang dilakukan oleh keluarga

Kristani hendaknya didasari sikap tanpa memandang latar belakang agama, suku,

atau ras.

B. Pendidikan Iman Anak

1. Pengertian Pendidikan Iman Anak

Perlu diketahui bahwa pendidikan yang paling mendasar dalam keluarga

adalah pendidikan iman. Sebab ia menjadi dasar bagi seluruh proses pendidikan

seterusnya. Pendidikan dalam keluarga Katolik harus memperhatikan pendidikan

iman dan moral Katolik, karena keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan

dan iman Katolik (KWI, 2011: 29). Artinya pendidikan iman adalah tugas dan

tanggungjawab keluarga Katolik, namun kenyataannya banyak keluarga tak cukup

melakukannya, entah karena kurang mampu atau kurang memiliki perhatian akan

hal ini. Oleh sebab itu keluarga dituntut untuk dapat mengarahkan pendidikan

iman anak-anaknya agar berkembang menjadi manusia utuh, beriman, bermoral,

bertakwa, dan mampu menjalani kehidupan bersama secara harmonis dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

38

masyarakat Indonesia yang beragam. Sikap batin dan hati nurani anak

ditumbuhkembangkan agar bisa melihat kehadiran dan kebaikan Tuhan dalam

dirinya sendiri, di tengah-tengah keluarga, dan dalam lingkungan hidupnya.

Adisusanto (2000: 28) mengemukakan bahwa memberikan pendidikan

iman berarti mengusahakan perkembangan iman seseorang menuju kedewasaan.

Pendidikan iman tidak hanya menyampaikan pengetahuan iman tetapi lebih dari

itu yakni membentuk sikap iman dalam hidup sehari-hari yang nyata. Hal ini lebih

tertuju pada pendidikan iman anak yang memang perlu perhatian yang khusus dari

orang tua. Maka yang dimaksud dengan pendidikan iman anak adalah proses dan

usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu

menghormati dan mengasihi Allah, sebagai Pencipta dan Penyelamat. Pendidikan

iman anak merupakan segala kegiatan apapun, dalam lingkup manapun yang

dilakukan demi perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun

dalam lingkup paroki (Suhardiyanto, 2008: 1). Pendidikan iman anak dalam

keluarga sebagai salah satu usaha untuk membantu dan mempermudah

perkembangan iman anak yang bertujuan membimbing anak secara sadar

berdasarkan kehidupan konkret menuju kedewasaan imannya. Oleh karena itu

pendidikan iman anak harus dimulai sedini mungkin sejak lahir dan terus-menerus

sampai anak menjadi dewasa (Wignyasumarta, 2000: 151). Pendidikan iman

dimulai sejak lahir bila memungkinkan anak dibawa ke Gereja untuk dibaptis.

Pembaptisan bagaikan benih yang ditanam dan kemudian akan tumbuh

menghasilkan buah di kemudian hari. Pertumbuhan iman anak tergantung pada

bimbingan iman dari keluarga, yakni orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

39

iman anak yang diberikan sejak dini akan menjadi dasar atau pondasi serta bekal

bagi anak dalam mempersiapkan diri menghadapi kehidupan bermasyakarat.

Pendidikan iman harus dilakukan secara terus menerus agar anak semakin

mengenal Bapa, Putera, dan Roh Kudus, menghayati iman yang sudah ia terima

dan memberi arti hidup serta tujuan manusia diciptakan untuk ikut ambil bagian

dalam hidup bermasyarakat dan hidup harmonis dengan sesama dan seluruh

ciptaan-Nya. Pendidikan iman anak harus mengkondisikan dan mengantarkan

anak untuk tidak mempunyai sifat fanatik yang sempit, tetapi mempunyai sifat

terbuka, artinya tidak menganggap imannya yang paling benar tetapi mengakui

juga kebenaran iman yang dimiliki oleh orang lain. Keluarga harus memberi

pemahaman dan memberi teladan kepada anak-anaknya untuk menghargai agama

orang lain itu seperti agamanya sendiri. Keluarga harus mengarahkan anak kepada

persaudaraan yang sejati demi tercapainya nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia.

2. Tujuan Pendidikan Iman Anak

Iman tidak dapat berkembang dan akan mengalami keburaman jika tidak

ada suatu pendampingan dan pengajaran sejak dini. Melalui pendidikan Kristiani,

sejak baptis anak dihantar pada pengenalan dan perjumpaan dengan Yesus

Kristus. Pendidikan iman anak tertuju pada pemahaman anak akan Allah yang

penuh belas kasih dan pengampun. Anak diajarkan mengenai Allah yang

senantiasa mengasihi setiap orang tanpa memandang banyak atau sedikit dosanya

asalkan mereka mau datang kepada-Nya.

Suhardiyanto (2008: 4) mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan

iman anak adalah agar anak-anak peserta PIA memiliki sikap dan wawasan iman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

40

Kristiani serta bangga atasnya, serta mampu pula mengungkapkan dan

mewujudkan imannya sesuai usia mereka. Selain menanamkan pemahaman

mengenai Allah yang penuh kasih, anak juga diajarkan mengenai sikap penuh

cinta kasih terhadap sesama dan orang lain yang mencerminkan sikap orang

Kristiani. Selain itu anak juga dibekali dengan pengetahuan tentang ajaran dan

peraturan dalam lingkup agama yang nantinya anak diharapkan bangga bahwa ia

dicintai dan mencintai orang lain serta dapat mengungkapkan dalam wujud nyata

dalam hidup sehari-hari sesuai usia mereka. Anak-anak diperkenalkan dengan

Allah sebagai Sang Pencipta atas segala bumi dan isinya sehingga ia dapat belajar

untuk selalu bersyukur atas segala sesuatu yang ia dapatkan dari Tuhan. Dan

anak-anak juga diberi pemahaman bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang

paling sempurna dan memiliki martabat dan derajat yang sama sehingga melalui

pemahaman tersebut anak-anak dapat belajar menghargai orang lain sebagai

wujud cinta kasih kepada Tuhan.

Melalui uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan iman anak

bertujuan demi terwujudnya aspek persekutuan, pewartaan, perayaan, pelayanan,

dan kesaksian dalam diri anak hingga ia dewasa. Dalam hal ini, Goretti (1999: 82-

83) mengemukakan beberapa tujuan pendidikan iman anak sebagai berikut:

a. Menyiapkan situasi lingkungan yang baik bagi anak-anak yang sedang berkembang.

b. Meningkatkan serta memperdalam pengetahuan agama yang diarahkan ke penghayatan iman yang nyata sesuai dengan perkembangannya dalam usia tertentu (5-13 tahun).

c. Mempersiapkan anak untuk menerima komuni pertama. d. Meningkatkan serta memperdalam penghayatan anak terhadap liturgi

Gereja. e. Meningkatkan sifat satria, harga-menghargai pribadi orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

41

f. Memupuk harga diri yang sehat dan wajar. Kritis dan menanggapi sesuatu serta menilai tinggi hak hidup setiap makhluk.

g. Mencari dan meningkatkan bakat/ keterampilan dari anak-anak sendiri.

Ketujuh tujuan yang dikemukakan oleh Goretti mengarahkan anak pada

perkembangan pribadinya baik untuk diri sendiri, Gereja dan masyarakat. Dengan

demikian anak semakin siap menjadi pribadi yang tumbuh dengan iman yang

matang dan dewasa serta mampu menjadi saksi Kristus di tengah-tengah

masyarakat.

3. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak

Pendidikan iman anak merupakan sebuah proses dan usaha-usaha orang-

orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu

menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta, dan Penyelamatnya (Soerjanto dan

Widiastoeti, 2007: 10). Sikap hormat dan kasih manusia terhadap Allah biasanya

berkembang bersamaan dengan perkembangan seluruh kepribadiannya. Artinya

bila seorang semakin dewasa secara menyeluruh, maka biasanya ia juga semakin

dewasa dalam iman.

Segala proses dan usaha orang dewasa tentunya harus memperhatikan

bentuk-bentuk pendekatan yang perlu diterapkan dalam menuntun serta

membimbing anak-anak tersebut sesuai dengan konteks perkembangannya.

Soerjanto dan Widiastoeti (2007: 14) berpendapat bahwa ada empat bentuk

pendidikan iman anak.

 a. Teladan Tokoh-tokoh Identifikasi :

Iman biasanya tumbuh pada anak saat ia mengamati dan mengikuti tokoh-

tokoh identifikasinya, secara spontan dan belum terlalu disadari. Tokoh-tokoh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

42

identifikasi tersebut adalah orang-orang dewasa yang terpenting dan terdekat

baginya, yakni orang tuanya. Sikap dan perilakunya mengacu pada sikap atau

perilaku dari orang-orang dewasa yang dihormatinya atau tokoh-tokoh

panutannya.

Kemampuan seorang anak untuk memahami sesuatu secara abstrak

biasanya masih sangat terbatas. Ia lebih mampu memahami sesuatu dengan

melihat contoh-contoh yang konkret dan cenderung mengikuti contoh-contoh

tersebut. Karena itulah, pemimpin Gereja Katolik berharap bahwa anak-anak

menemukan teladan hidup beriman pertama-tama dalam diri orang tua dan

anggota-anggota keluarganya sendiri. Dalam anjuran Apostolik tentang

Penyelenggaraan Katekese: Catechesi Tradendae, ditegaskan bahwa sejak usia

dini para anggota keluarga perlu saling membantu agar bertumbuh dalam iman

(CT, a. 68).

b. Suasana :

Yang dimaksud dengan suasana adalah keadaan dari suatu tempat. Suasana

itu sulit dirumuskan, tetapi mudah dirasakan atau dialami. Bagi seorang anak,

suasana merupakan keadaan yang menyenangkan atau tidak, membuatnya kerasan

atau tidak. Pengaruh suasana rumah terhadapnya sangatlah besar, apalagi bila hal

itu dialaminya selama bertahun-tahun. Karena itulah pimpinan Gereja Katolik

menegaskan bahwa suasana keluarga yang diresapi kasih dan hormat

mempengaruhi anak seumur hidupnya (CT, a. 68).

Suasana memang dapat terjadi karena kebetulan saja. Namun, mengingat

pengaruhnya yang besar dalam perkembangan iman anak, suasana di rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

43

sebaiknya tidak terjadi karena kebetulan, melainkan karena diusahakan

sedemikian rupa sehingga ia memungkinkan perkembangan iman. Suasana seperti

itu dapat diciptakan antara lain dengan sikap dan perilaku semua anggota keluarga

yang penuh kasih sayang dan keakraban. Kemudian, acara dan irama hidup yang

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan semua anggota keluarga dan sekaligus

memungkinkan terciptanya selingan yang menyegarkan. Begitu juga dengan

ruang-ruang rumah dan kebun yang ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan

suasana yang manusiawi dan Kristiani. Dan yang terpenting adalah tersedianya

fasilitas yang memadai, terutama bagi anak (Soerjanto dan Widiastoeti, 2007: 16).

c. Pengajaran :

“Keteladanan kadang-kadang bersifat agak tersembunyi” (Soerjanto dan

Widiastoeti, 2007: 16). Artinya keteladanan tersebut muncul dengan melihat apa

yang dilakukan oleh orang tua. Maka keteladanan itu sebaiknya juga diperkuat

dengan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan daya tangkap anak,

sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan kepribadiannya.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan

iman anak yaitu pengajaran harus sesuai dengan keadaan anak, kepekaan

emosionalnya, aneka kesulitan dan masalahnya (Soerjanto dan Widiastoeti, 2007:

16). Ini berarti bahwa dalam pengajaran hendaknya perlu melihat situasi dan

kondisi yang melatarbelakangi hidup anak sehingga apa yang diajarkan betul-

betul mengena pada konteks hidup anak tersebut dan berdayaguna. Pengajaran

harus membantu anak mengolah pengalaman dan perasaannya. Dalam pengajaran

seringkali dilupakan bahwa pengalaman dan perasaan anak perlu juga disentuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

44

agar anak dapat belajar dari setiap pengalaman hidupnya demi perkembangan

hidup selanjutnya. Pengajaran juga hendaknya harus bersifat komunikatif, tidak

indoktriner, dan merangsang anak untuk berpikir secara aktif. Maksudnya dalam

pengajaran tidak melulu si pengajar yang lebih aktif daripada yang diajar. Perlu

adanya komunikasi dua arah antar yang mengajar dan yang diajar. Hal ini juga

berguna untuk merangsang cara berpikir anak dalam menanggapi setiap situasi

yang dialami.

d. Komunikasi :

“Komunikasi antara semua anggota keluarga merupakan faktor pendukung

perkembangan iman anak yang tak tergantikan” (Soerjanto dan Widiastoeti, 2007:

16). Komunikasi yang dibangun dengan baik antara orang tua dengan anak

bahkan dengan masyarakat menjadi bentuk pendidikan iman yang sangat baik

bagi anak-anak. Hal-hal yang dikomunikasikan tidak perlu selalu langsung

mengenai iman. Meskipun demikian, isi komunikasi itu sebaiknya dapat

memperluas wawasan iman dan menjadi sumber inspirasi iman. Sementara itu,

bentuk-bentuk komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, misalnya:

kebiasaan berterus-terang atau sembunyi-sembunyi, kebebasan berpikir atau

ketaatan buta. Dengan adanya proses globalisasi sekarang ini tentunya

semakin membuka kemungkinan munculnya bentuk-bentuk komunikasi yang

baru. Bentuk-bentuk tersebut hendaknya dapat digunakan oleh para orang tua

sebagai sarana yang baik dalam menumbuhkembangkan iman anak dalam

keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

45

C. Urgensi Tanggungjawab Keluarga Katolik terhadap Pendidikan Iman Anak

Perlu diakui bersama bahwa bangunan hidup serta jati diri seseorang

sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Dalam keluarga, seseorang

mengalami pendasaran hidup serta proses pembentukan dalam segala segi.

Melalui kebiasaan dan pembiasaan yang baik, anak akan bertumbuh dan

berkembang menjadi orang yang sehat dalam badan, matang dalam iman, kuat

dalam kepribadian, dan luas dalam wawasan dan sebaliknya (Komisi Kitab Suci

KAS, 2014: 1). Atas dasar itu maka menjadi tanggungjawab keluarga Katolik dan

semua pihak secara bersama-sama untuk membangun tekad dan berjuang agar

keluarga-keluarga Katolik semakin menampakkan jati diri sebagai keluarga

Kristiani yang baik.

Menjadi persoalan bahwa dalam zaman yang terus berkembang, persoalan

dan tantangan juga terus berkembang. Nilai-nilai baik dalam keluarga bisa

tergerus oleh perkembangan zaman. Iman dapat luntur dengan aneka tawaran

yang menggiurkan dan merusak keseluruhan kepribadian anak-anak zaman

sekarang. Mereka mengalami pengaruh dan keadaan yang melingkupinya. Entah

di lingkup kota, desa, mereka dikelilingi oleh berbagai pengaruh dari orang tua,

saudara-saudari, nenek, kakek, teman-teman, dan oleh siapa saja yang

mempengaruhi mereka (Gorreti, 1999: 7). Anak-anak mengalami pengaruh-

pengaruh dari orang tua, saudara-saudari, nenek, kakek, teman-teman, dan lain-

lain. Anak-anak juga dipengaruhi oleh pandangan-pandangan serta sikap hidup

mereka, seperti dalam cara hidup mereka, hubungan dengan masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

46

sekeliling, hubungan dengan Tuhan, dalam menghadapi diri sendiri dan dunia

lingkungannya. Semuanya membawa dampak dan pengaruh yang berbeda-beda.

Menurut Soerjanto dan Widiastoeti (2007: 18) kemajuan zaman membawa

beberapa dampak negatif seperti individualisme. Orang zaman ini cenderung

bersikap acuh dengan keadaan orang lain. Karena itu orang tua bertanggungjawab

membantu anak-anaknya agar mampu mengatasi sifat egois serta persaingan dan

sifat-sifat negatif lainnya. Orang tua hendaknya mengingatkan anak-anak bahwa

mereka dipanggil Tuhan untuk hidup dalam semangat kesetiakawanan bukan

dengan mental yang lembek. Dengan mental yang lembek orang cenderung

kehilangan daya juang, maka dari itu orang tua hendaknya melatih anak-anaknya

agar tahan banting dan punya daya juang yang tinggi.

Paham negatif lainnya yakni sekularisme. Sikap ini membuat orang

cenderung melupakan Tuhan dalam hidupnya. Karena itu orang tua hendaknya

menyadarkan anak-anak bahwa Tuhan selalu hadir dan penuh perhatian kepada

manusia dan sebagai balasan manusia hendaknya menyertakan Tuhan dalam

hidupnya.

Maka sudah semestinya bahwa keluarga Katolik dapat melaksanakan

tanggungjawabnya dengan menjadi tempat yang dapat melindungi anak-anaknya

yang mendambakan kehangatan dan kedamaian. Di dalam keluarga, setiap

anggotanya dapat merasakan betapa senangnya makan bersama, bercakap-cakap,

gembira, bersenda gurau di dalam perjumpaan satu dengan lainnya.

Kebanyakan orang Katolik percaya bahwa keluarga merupakan tempat

pendidikan iman yang pertama dan utama bagi semua anak, terutama mereka yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

47

mempunyai orang tua sendiri (Pudjiono dan Oetomo: 2007: 1). Sayang,

kepercayaan tersebut sering kali tidak diimbangi dan ditindaklanjuti dengan usaha

mereka dalam mendidik anak-anak mereka di rumah. Tidak sedikitlah kiranya

orang tua yang hanya mampu memberikan pendidikan jasmani dan intelektual

kepada anak-anak. Mereka tidak mampu memberikan pendidikan rohani maupun

moral dan sosial kepada anak-anak mereka sendiri.

Alasan yang barangkali mendorong mereka berbuat demikian ialah kurang

tahu tentang cara yang tepat untuk mewariskan iman kepada anak-anak

disebabkan pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri tentang iman juga

kurang memadai (Pudjiono dan Oetomo: 2007: 6). Beberapa orang tua terlalu

memberi kepercayaan kepada para guru di sekolah dan kepada para pemimpin

Gereja di paroki. Mereka mengira anak-anak mereka akan menjadi lebih baik asal

saja anak-anak itu belajar di sekolah Katolik dan cukup aktif di lingkungan

Katolik, entah di tingkat wilayah maupun di paroki.

Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga terutama orang tua

sangatlah besar. Mereka harus membantu perkembangan anak-anaknya.

Perkembangan psikis, mental serta iman anak perlu diperhatikan dengan baik.

Karena bagaimana pun juga, perkembangan psikis, mental serta iman anak tidak

akan tumbuh dengan baik tanpa adanya peran serta tanggungjawab dari kedua

orang tuanya. Oleh sebab itu, orang tua dituntut supaya bertanggungjawab atas

perkembangan anak. Orang tua harus memberikan pendidikan iman anak sejak

mereka masih berusia dini. Pendidikan iman tidak hanya dilakukan di sekolah,

namun di dalam keluarga sangat diperlukan. Justru tugas orang tualah yang utama

dan pertama bertanggungjawab dalam memberikan pendidikan iman kepada anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

48

Maka dari itu, keluarga Katolik diharapkan sadar akan tanggungjawabnya dalam

mengasuh anak terutama dalam mengajarkan nilai-nilai keutamaan hidup. Jika

mereka sudah tidak memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya sebagai orang

tua, maka nasib keluarga pun akan menjadi tidak jelas. Karena kehidupan anak

masih tergantung pada orang tua mendidik dan memberikan contoh yang baik

kepada anak-anaknya. Maka dari itu keluarga Katolik harus memperhatikan

pendidikan iman anak-anak mereka.

Melihat kenyataan yang terjadi dengan pendidikan iman anak zaman

sekarang yang semakin memprihatinkan maka Gereja tidak tinggal diam begitu

saja. Gereja terus mengingatkan (KWI, 2011: 29) bahwa:

a. Orang tua tetap bertanggungjawab dan berkewajiban untuk memberikan pendidikan iman dan moral kepada anak-anaknya.

b. Mengingat keterbatasan mereka, perlulah keluarga Katolik membangun kerjasama dengan lembaga pendidikan lainnya seperti sekolah, Gereja, dan masyarakat, demi perkembangan kemampuan anak.

c. Gereja mengharapkan keluarga Katolik memilih Lembaga Pendidikan Katolik sebagai lembaga yang dipercaya untuk pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak. Karena di dalam lembaga pendidikan itu, pendewasaan pribadi dan penghayatan hidup sebagai manusia baru yang dibangun atas nilai-nilai Katolik diupayakan dengan sungguh-sungguh.

Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan iman anak yang

dilaksanakan dalam keluarga merupakan tanggungjawab utama orang tua dan tak

tergantikan. Namun melihat perubahan zaman yang begitu cepat dengan berbagai

macam aktifitasnya maka pentinglah orang tua mulai menjalin relasi dengan

sekolah-sekolah Katolik yang memang menjamin kedewasaan pribadi anak akan

nilai-nilai Katolik sangat dijunjung tinggi. Ini artinya orang tua/keluarga, sekolah,

Gereja, dan masyarakat ikut ambil bagian dalam membentuk perkembangan iman

anak tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

49

BAB III

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP

PENDIDIKAN IMAN ANAK

Pada bab III ini, penulis akan menguraikan gambaran umum situasi paroki

Santo Petrus Pekalongan. Situasi yang penulis paparkan mengacu pada buku “

Katolik Sakpore” mengenai kumpulan tulisan yang menampilkan Gereja Katolik

Santo Petrus di usia 80 tahun. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab

ini adalah sejauh mana pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki

Santo Petrus Pekalongan berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak-

anak.

Bab III ini dibagi menjadi dua pokok bahasan. Pada pokok bahasan

pertama penulis memaparkan situasi umum paroki Santo Petrus Pekalongan.

Kemudian pokok bahasan kedua membahas penelitian mengenai tanggungjawab

keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus

Pekalongan.

Pokok bahasan pertama berisi gambaran umum situasi geografis, sejarah,

situasi umat, visi, misi serta strategi paroki Santo Petrus Pekalongan. Kemudian,

pokok bahasan kedua berisi mengenai persiapan penelitian, laporan dan

pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil penelitian menurut

masing-masing variabel, dan kesimpulan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

50

A. Gambaran Umum Paroki Santo Petrus Pekalongan

1. Situasi Geografis Paroki Santo Petrus Pekalongan

Penulisan situasi geografis Paroki Santo Petrus Pekalongan ini adalah hasil

pengamatan sendiri serta wawancara dengan Bapak Ignatius Sunarno Hadi

sebagai pengurus dewan paroki bagian pewartaan tanggal 1 Desember 2015

melalui email. Paroki Santo Petrus Pekalongan terletak di pusat kota Pekalongan

dan sangat strategis sebab wilayahnya mencakup pusat kota, pusat perbelanjaan

(pasar dan pertokoan) dan juga pesisir pantai utara. Batas-batas geografisnya

sebagai berikut:

a. Barat : Stasi Wiradesa

b. Utara : Pantai Pasir Kencana

c. Timur : Kabupaten Batang

d. Selatan : Stasi Karanganyar

2. Sejarah Singkat Paroki Santo Petrus Pekalongan

Penulisan sejarah singkat Paroki Santo Petrus Pekalongan mengacu pada

buku Katolik Sakpore sebagai buku refleksi 80 tahun paroki Santo Petrus

Pekalongan. Pada tahun 1927, “Gereja Misi Kristus Raja di Purwokerto” termasuk

Vikariat Apostolik Batavia (Jakarta) berada di bawah pelayanan Tarekat Jesuit.

Tahun 1927 Tarekat Jesuit menyerahkan kawasan ini kepada Tarekat Misionaris

Hati Kudus (MSC). Dalam rangka serah terima penguasaan daerah karya misi dari

Jesuit kepada MSC, Romo B. Thien MSC bersama dengan Romo BJJ. Visser

MSC dan Romo De Lange MSC, mendapat tugas membuka paroki Tegal (Mardi

Usmanto, 2011: 19). Namun, untuk tugas penggembalaan Romo De Lange MSC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

51

menjangkau seluruh daerah karisidenan Pekalongan, termasuk wilayah

Pekalongan itu sendiri. Sesekali para romo MSC tersebut melakukan kunjungan

ke Pekalongan.

Pada tahun-tahun pertama dalam tugas penggembalaan tersebut, jumlah

umat di Pekalongan masih sangat sedikit dan dirasa kurang menarik untuk

pengembangan misi. Namun di Pekalongan sudah ada keluarga Katolik yang

bernama P. Fischer. Beliau inilah yang memegang kas umat atau stasi

Pekalongan. Pada tanggal 18 April 1928 dikeluarkan surat keputusan dari

Gubernur Jendral tentang ijin perjalanan dinas pastor paroki setahun 12 kali

dengan biaya ditanggung pemerintah. Dari sinilih, bisa diketahui bahwa

Pekalongan pada waktu itu merupakan stasi dari Paroki Tegal (Mardi Usmanto,

2011: 21).

Bersamaan dengan dikeluarkannya surat keputusan itu, Romo B. Thien

MSC pergi ke Purworejo untuk bertemu Superior, yaitu Romo BJJ. Visser MSC

dan melaporkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan Gereja

Pekalongan. Berdasarkan informasi yang telah dihimpun oleh Romo B. Thien

MSC, kemungkinan besar di Pekalongan akan mendapatkan tanah dari Kotapraja

Pekalongan. Berdasarkan laporan ini, maka Romo BJJ. Visser MSC membuat

surat permohonan kepada Kotapraja Pekalongan yang langsung dibawa sendiri

oleh Romo B. Thien MSC (Mardi Usmanto, 2011: 22).

Pada tanggal 30 April 1928, Romo B. Thien MSC berangkat ke Purworejo

dan memberitahukan kepada Romo BJJ. Visser MSC bahwa di Pekalongan ada

sebuah kuburan lama yang menurut salah seorang Dewan Walikota Pekalongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

52

mungkin dapat diserahkan kepada Gereja Katolik untuk membangun sebuah

gereja. Maka pada tanggal 28 Juni 1928 Romo B. Thien MSC membuat surat

permohonan kepada Kotapraja Pekalongan untuk memperoleh tanah bekas

kuburan lama tersebut yang letaknya di “Booweng” guna membangun gereja

Katolik. Namun sayangnya surat permohonan ini ditolak oleh Kotapraja

Pekalongan. Pihak Kotaparaja Pekalongan hanya bersedia memberikan sebidang

tanah yang letaknya di “Bugisan” sebelah Tenggara penjara lama.

Dalam tugasnya Romo B. Thien MSC diganti oleh Romo W. J. Zeegers

MSC dari Belanda yang tiba di daerah misi baru (Jawa) pada tanggal 12 Oktober

1929. Romo W. J. Zeegers MSC cukup banyak menaruh perhatian pada umatnya

di Pekalongan yang sedang sibuk mengadakan persiapan akan terbentuknya

paroki baru. Berdirinya paroki baru sudah disiapkan tenaga Misioner baru yaitu

Romo Nico Van Oers MSC. Pada tanggal 27 September 1930, Romo Nico Van

Oers MSC tiba dan masih bertempat tinggal di Tegal (Mardi Usmanto, 2011: 24).

Pada tanggal 1 November 1930, Romo Nico Van Oers MSC mulai

menetap di Pekalongan dan menempati rumah di sebelah utara jalan raya depan

Stasiun. Mulailah dicatat dalam buku baptis Pekalongan yaitu Leonardus Fredy

Maramis sebagai yang pertama. Maria Kustilah Lebdati, sebagai yang kedua, dan

seterusnya. Tanggal inilah yang dijadikan sebagai momen peresmian dan

berdirinya paroki Pekalongan. Sejak saat itu paroki Pekalongan sudah tidak

menjadi bagian dari wilayah paroki Tegal. Sementara itu pula datang juga Tarekat

para Suster Notre Dame (SND) dan para suster Ursulin masuk ke Pekalongan dan

terlibat dalam karya pendidikan dan kesehatan (Mardi Usmanto, 2011: 25).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

53

Perjalanan selanjutnya diwarnai dengan perjuangan untuk mendapatkan

tanah guna mendirikan bangunan gereja. Dibidik sebidang tanah yang berbatasan

dengan klinik gula (sekarang untuk Kodim 0710) di Jalan Imam Bonjol (sekarang

jadi ruko) tetapi pihak masyarakat keberatan. Mgr. BJJ. Visser MSC yang menjadi

prefektur Apostolik melobi Bupati Pekalongan (11 Januari 1933) dan mendapat

kebebasan untuk memilih tanah. Akhirnya dipilih sebidang tanah yang terletak di

sebelah Barat Daya Kaliloji dengan harga fl 1.788,25 yang dibayarkan ke

Kotapraja Pekalongan.

Pada tanggal 6 Juni 1936 kontraktor Fermon-Kuypers percaya untuk

membangun gedung gereja dengan biaya fl 25.800,- dan Gereja tersebut dapat

menampung 250 umat. Peletakan batu pertama oleh Romo J. Van Rooyen MSC

pada tanggal 4 Agustus 1935. Sedangkan pemberkatan gedung gereja oleh Mgr.

BJJ. Visser MSC pada tanggal 15 Desember 1935 dengan ditandai pemindahan

sakramen Mahakudus dari kapel susteran ke gereja (Mardi Usmanto, 2011: 38).

Memasuki tahun 1942, bulan April ditandai dengan masuknya tentara Dai

Nippon ke kota Pekalongan dan menguasai keadaan kota. Dalam masa penjajahan

Jepang, pelayanan kepada umat Katolik terganggu karena hanya mengandalkan

Romo Padmowidjojo MSC, Romo Lengkong Pr, dan Romo Danoewijojo Pr.

Pelayanan ini tidak tentu dan tergantung waktu kunjungan karena imam-imam

inilah yang bebas dari interniran dan melayani seluruh Vikariat Apostolik

Purwokerto (Mardi Usmanto, 2011: 74).

Setelah kemerdekaan RI, pada bulan Februari 1949 ada serahterima

pimpinan Gereja yaitu Mgr. BJJ. Visser MSC ke Romo W. Schomakers MSC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

54

Kepemimpinan beliau menekankan pentingnya partisipasi aktif dari umat dalam

pembangunan Gereja. Pada masa itu terbentuk berbagai organisasi seperti WKRI,

Pemuda Katolik dan Partai Katolik. Umat Katolik pun semakin berkembang,

terutama peningkatan jumlah umat dari golongan pribumi dan Tionghoa.

Sementara golongan Eropa menurun seperti pada tahun 1950 sejumlah 102

menjadi 45 pada tahun 1960 (Mardi Usmanto, 2011: 93).

Pada bulan Agustus 1961, Romo JH. Van de Pas MSC datang ke

Pekalongan menggantikan Romo Tangelder MSC. Pelayanan yang selanjutnya

tidak dikhususkan pada golongan Eropa, China maupun pribumi, melainkan

ditujukan kepada seluruh umat beriman. Apalagi pada masa pasca G 30

September, banyak golongan ingin dipermandikan. Sejak April 1965 paroki

Pekalongan digembalakan oleh pastor Welling MSC (Mardi Usmanto, 2011: 94).

Sebagai tindak lanjut Konsili Vatikan II di paroki dibentuk Dewan Paroki

yang bertugas menampung dan menciptakan partisipasi umat dalam kehidupan

menggereja. Akibat gerakan G 30 S PKI kerukunan umat juga makin bertambah.

Muncul pula kerukunan antar agama. Kegiatan yang dilakukan seperti Natalan

bersama. Muncul pula pengelompokan umat berdasarkan kring dan stasi. Paroki

makin berkembang berkat pelayanan para imam dan kedewasaan umat. Bahkan

ada yayasan pangkruktilaya yang berdiri dengan akta tertanggal 1 April 1973.

Tanggal 6 Maret 1974 terjadi pergantian Uskup dari Mgr. W. Schoemaker MSC

ke Mgr. PS. Hardjosoemarto MSC. Pada periode ini juga berkembang karya

pendidikan yaitu sekolah SMU Bernardus, pengelolaan radio Bernardus maupun

ARO (Alas Roban) (Mardi Usmanto, 2011: 113).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

55

Selanjutnya peristiwa penting yang terjadi adalah renovasi pastoran dan

aula yang dimulai dengan pembentukan panitia pada bulan Oktober 1992.

Pastoran dengan 2 lantai dan aula seluas 218 m² yang digunakan untuk kantor

paroki, rapat dan pertemuan umat. Gedung ini diberkati oleh Mgr. PS.

Hardjosoemarto MSC pada tanggal 27 Februari 1994 (Mardi Usmanto, 2011:

114). Sampai tahun 2002 dalam masa penggembalaan Mgr. Julianus Kema

Sunarka, SJ, di paroki Pekalongan semakin melebarkan sayapnya menjangkau

wilayah kabupaten Batang, seperti Limpung, Subah, Kedawung, Bawang, Plelen,

Kuripan, Bandar, dan sebagainya. Juga munculnya pemekaran wilayah kring dan

stasi seperti kring Kristiana dari Thomas, kring Agustinus dan Emanuel dari kring

Magdalena, kring Fransiskus dari Andreas, stasi Kajen dari bagian Karanganyar.

Sekarang memasuki tahun 2015 paroki Pekalongan telah berusia 85 tahun.

Banyak hal telah terjadi di paroki ini khususnya perkembangan iman umat dan

tentu perkembangan ini semakin mendewasakan dan semakin menampakkan

nilai-nilai Kerajaan Allah dalam setiap karya dan pelayanan umat. Begitu juga

dengan wilayah penggembalaan makin meluas. Banyak kring telah berubah

menjadi lingkungan-lingkungan, stasi-stasi berubah menjadi paroki sendiri, dan

sebagainya.

3. Situasi Umat Paroki Santo Petrus Pekalongan

Jumlah penduduk paroki Santo Petrus Pekalongan berdasarkan sensus

tahun 2005 dan 2007 laki-laki sebanyak 1.290 jiwa dan perempuan sebanyak

1.670 jiwa maka total umat 2.973 jiwa (Mardi Usmanto, 2011: 142). Jikalau

dihitung per kepala keluarga sebanyak 1.037 KK yang tersebar di 20 lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

56

dan 4 stasi. Adapun 20 lingkungan sebagai berikut: lingkungan Paulus,

lingkungan Matheus, lingkungan Martha, lingkungan Yakobus, lingkungan

Andreas, lingkungan Petrus, lingkungan Yosef, lingkungan Lukas, lingkungan

Maria, lingkungan Maria Magdalena, lingkungan Fransiskus Xaverius,

lingkungan Kristiana, lingkungan Matheas, lingkungan Yohanes, lingkungan

Stefanus, lingkungan Markus, lingkungan Agustinus, lingkungan Keluarga Kudus

Nazaret, lingkungan Gregorius Agung, lingkungan Thomas. Dan 4 stasi sebagai

berikut: stasi Santo Mikael Wiradesa, stasi Santo Monica Sragi, stasi Santo

Yohanes Maria Vianney Kedungwuni, dan stasi Santo Yohanes Karanganyar

(Mardi Usmanto, 2011: 150-151).

a. Mata Pencaharian Umat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ignatius Sunarno Hadi

sebagai pengurus dewan paroki bagian pewartaan tanggal 1 Desember 2015

melalui email. Beliau mengatakan bahwa mata pencarian umat paroki Santo

Petrus Pekalongan bervariasi. Mereka bekerja sebagai guru, pengusaha,

wiraswasta, Pegawai Negri, ABRI, dokter, perawat, karyawan swasta, pedagang,

buruh dan nelayan. Umat yang bekerja sebagai nelayan adalah umat yang tinggal

di sekitar pantai.

b. Segi-segi Kondisi Umat

Segi-segi kondisi umat paroki Santo Petrus Pekalongan yang penulis

paparkan di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan Bapak Ignatius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

57

Sunarno Hadi sebagai pengurus dewan paroki bagian pewartaan tanggal 1

Desember 2015 melalui email. Segi-segi kondisi umat tersebut sebagai berikut:

1) Segi Ekonomi

Kehidupan ekonomi umat paroki Santo Petrus Pekalongan terdiri dari

golongan atas, menengah dan bawah. Hal ini terlihat dari pekerjaan mereka yang

bervariasi. Yang termasuk dari golongan atas biasanya mereka yang menjadi

pengusaha dan dokter. Lalu yang termasuk dari golongan menengah adalah

Pegawai Negri, perawat, karyawan swasta, pedagang dan wiraswasta. Sedangkan

untuk golongan bawah adalah buruh dan nelayan. Perbedaan sosial kehidupan

dalam bidang sosial ekonomi itu bukan menjadi penghalang dalam kebersamaan

untuk membangun Gereja.

2) Segi Pendidikan

Tingkat sosial ekonomi umat mempunyai pengaruh pada tingkat

pendidikan. Ada yang mendapat pendidikan tinggi, adapula yang hanya sampai

pendidikan SMA atau sederajatnya saja. Pengaruh itu disebabkan karena

perbedaan pendapatan ekonomi rumah tangga. Yang memiliki pendapatan lebih

tinggi dapat memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sampai ke jenjang

perguruan tinggi. Sementara rumah tangga yang berpenghasilan rendah merasa

berat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

3) Segi Kebudayaan

Umat paroki Santo Petrus Pekalongan sebagian besar suku Jawa dan

Thionghoa. Namun adapula dari mereka yang bersuku Flores dan Batak. Sebagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

58

besar dari mereka adalah perantauan dari berbagai kota bahkan pulau. Bahasa

yang digunakan di Pekalongan adalah bahasa Jawa dan Thionghoa. Kebanyakan

umat paroki Santo Petrus Pekalongan berasal dari wilayah Solo, Klaten dan

Yogyakarta. Umat yang asli dari Pekalongan tidaklah banyak.

4. Karya-karya Pastoral Paroki Santo Petrus Pekalongan

Karya-karya pastoral Gereja yang diselenggarakan paroki Santo Petrus

Pekalongan sangat beragam. Pada umumnya karya pastoral itu diselenggarakan

dalam rangka mengembangkan keempat fungsi Gereja. Keempat fungsi Gereja

yang dimaksud adalah bidang persekutuan (koinonia), bidang pewartaan

(kerygma), bidang liturgi (leiturgia), dan bidang pelayanan (diakonia). Karya-

karya pastoral yang akan penulis paparkan di sini merupakan karya-karya yang

termuat dalam buku Katolik Sakpore (Mardi Usmanto, 2011: 144-153).

a. Bidang Persekutuan (Koinonia)

Bagi umat Kristiani, koinonia merupakan fungsi dasariah yang amat

penting. Koinonia merupakan pangkal dan tujuan Gereja karena umat Kristiani

merupakan persekutuan orang-orang yang percaya akan Allah dalam diri Kristus.

Sebagai pangkal dan tujuan Gereja koinonia bukan hanya untuk dirinya sendiri

tetapi juga bagi dunia demi kepentingan semua orang. Keterlibatan umat dalam

usaha mewujudkan diri sebagai persekutuan para murid di tengah masyarakat

menjadi tugas semua orang beriman.

Segi koinonia pertama-tama lahir dalam keluarga-keluarga Katolik

khususnya di Paroki Santo Petrus Pekalongan sebagai persekutuan terkecil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

59

Mereka menghayati keluarga sebagai Gereja mini (FC, a. 49) yakni Gereja rumah

tangga yang menjadi tempat Yesus Kristus hadir dan berkarya untuk keselamatan

manusia dan berkembangnya Kerajaan Allah. Sebagai Gereja mini, keluarga

Katolik juga senantiasa memberikan bekal iman yang mendalam bagi setiap

anggotanya, seperti membangun persekutuan cinta di antara pribadi-pribadi dalam

keluarga, memberikan pendidikan iman yang baik kepada anak-anak,

mempersiapkan, memelihara dan melindungi berbagai panggilan yang

ditumbuhkan Allah, dan berperan serta dalam kehidupan dan misi Gereja

universal. Berangkat dari keluarga, kini paroki Santo Petrus Pekalongan terus

mengembangkan ke persekutuan yang lebih besar yang secara khusus

mengupayakan persekutuan dalam Gereja dan masyarakat, seperti OMK, ibu-ibu

WKRI, PD Karismatik, Komunitas Tritunggal Mahakudus, PIA, PIR, kelompok

KKMK, dan kelompok Devosi Kerahiman Ilahi. Dan diharapkan akan terus

berkembang hingga tercapainya visi Gereja universal.

b. Bidang Pewartaan (Kerygma)

Tugas mewartakan Kabar Gembira kepada seluruh ciptaan merupakan

tugas seluruh umat Kristiani. Panggilan tersebut diemban sejak penerimaan

sakramen baptis sebagai pintu gerbang seorang masuk dan menjadi orang Katolik.

Pewartaan di sini bukan dimengerti sebagai bentuk kegiatan mempertobatkan

orang lain menjadi Katolik tetapi pewartaan sebagai usaha yang terus

menerus memperbaharui dan memperdalam hubungan umat beriman akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

60

Kristus. Jadi maksud pewartaan di sini lebih pada memperdalam

penghayatan iman setiap anggota keluarga antara ayah, ibu serta anak-anak.

Adapun bentuk kegiatan pewartaan di dalam keluarga antara lain: mengajak

anggota keluarga untuk membaca Kitab Suci lalu merenungkannya dan

kemudian menafsirkan Sabda Allah dengan bersharing dari setiap anggota

keluarga, mengajarkan anak mengenai pelajaran agama dan membantu untuk

menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja.

c. Bidang Liturgi (Leiturgia)

Fungsi Gereja dalam bidang liturgi adalah merayakan karya penyelamatan

Allah terhadap manusia yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Dalam liturgi

umat mengungkapkan imannya akan karya Allah sekaligus bersyukur atas segala

rahmat yang diterimanya. Bagi umat Kristiani liturgi mempunyai tujuan untuk

mengungkapkan dan memperkembangkan iman akan Yesus Kristus.

Adapun bentuk kegiatan antara lain: mengajak keluarga doa malam

bersama, doa sebelum dan sesudah makan, doa pagi sebelum melakukan aktifitas,

melaksanakan ibadat saat anggota keluarga merayakan ulang tahun atau syukuran,

mengajak anggota keluarga untuk pergi ziarah.

d. Bidang Pelayanan (Diakonia)

Keluarga Kristiani adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak

yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi serta

meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

61

juga dituntut untuk mengikuti sikap dan semangat hidup Kristus. Kristus datang

ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Demikian juga,

keluarga dituntut untuk dapat saling melayani satu dengan yang lainnya. Adapun

contohnya: tidak membeda-bedakan setiap anggota keluarga dalam memberikan

kasih sayang, merawat anggota keluarga yang sakit, anak-anak membantu ibu

menyiapkan makanan, istri membantu suami menyiapkan kebutuhannya sebelum

bekerja, ayah bekerja mencari nafkah, anak-anak membantu ibu membersihkan

rumah, orang tua membantu anak-anak dalam mengerjakan tugas sekolahnya,

setiap anggota keluarga menyisihkan uang sakunya untuk keperluan keluarga

pada saat tertentu (memberi hadiah bagi salah satu anggota keluarga yang ulang

tahun, dapat juara, naik kelas, dan adik atau kakak menyisihkan uang sakunya

untuk membantu salah satu dari mereka yang membutuhkan).

5. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santo Petrus Pekalongan

a. Visi

Rumusan visi dan misi yang akan penulis uraikan di bawah ini menurut

buku Katolik Sakpore (Mardi Usmanto, 2011: 140) bahwa “Paroki Pekalongan

adalah persekutuan umat beriman Katolik yang mensyukuri karunia iman dan

terpanggil untuk memelopori berdirinya Kerajaan Allah dengan memperjuangkan

tegaknya nilai-nilai kemanusiaan melalui komunikasi, kebersamaan dan

kerendahan hati serta bekerja sama dengan yang berkeyakinan lain”.

Rumusan visi di atas mengandung arti bahwa seluruh umat Katolik paroki

Santo Petrus Pekalongan tanpa terkecuali mengambil peran dalam membangun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

62

Gereja sebagai Umat Allah sesuai dengan fungsinya masing-masing. Semuanya

tanpa terkecuali melalui komunitas-komunitas yang ada di paroki baik kategorial

maupun teritorial ikut ambil bagian dalam memperkembangkan Gereja

Pekalongan.

Umat Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan sebagai persekutuan umat

beriman dipanggil untuk memelopori berdirinya Kerajaan Allah. Maksud dari

Kerajaan Allah adalah kejujuran, komunikasi yang baik, kesucian, kerendahan

hati, cinta kasih, keadilan, perdamaian, mengutamakan kepentingan orang lain,

hilangnya egoisme dan tumbuh sikap terbuka pada siapapun serta penghargaan

terhadap orang lain. Tentunya semuanya didasari oleh sikap dan semangat Yesus

Kristus sebagai pola hidup sehari-hari. Selain itu juga Gereja paroki Pekalongan

diharapkan dalam memelopori berdirinya Kerajaan Allah sungguh-sungguh

berakar pada nilai-nilai injili serta kebudayaan setempat mulai dari komunitas

kecil yakni keluarga. Menyadari bahwa Gereja bagian dari hidup masyarakat,

maka Gereja dipanggil untuk terlibat dalam hidup masyarakat. Gereja ikut peduli

terhadap persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.

Dengan menghidupi apa yang dikehendaki Allah maka Kerajaan

keselamatan-Nya dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian

Gereja Katolik paroki Pekalongan mampu berperan lebih banyak dalam menjaga

dan memperbaiki kehidupan alam ciptaan. Gereja tidak lagi berdiam diri dan

sakit-sakitan di dalam tetapi berani keluar dan berperan secara nyata dalam segala

aspek kehidupan umat manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

63

b. Tantangan-tantangan yang Harus Dihadapi

Paroki Santo Petrus Pekalongan dituntut untuk mewujudkan Kerajaan

Allah dengan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Hasil

wawancara dengan Bapak Ignatius Sunarno Hadi sebagai pengurus dewan paroki

bagian pewartaan tanggal 1 Desember 2015 melalui email dan didukung oleh data

dari buku Katolik Sakpore (Mardi Usmanto, 2011: 132) mengungkapkan bahwa

umat Gereja paroki Santo Petrus Pekalongan kurang memiliki kesadaran akan

tanggungjawab pendidikan iman bagi anak-anak mereka serta kurangnya

kesadaran akan pengungkapan iman. Tantangan lainya adalah kurangnya

pemahaman umat tentang iman kekatolikannya, lemahnya pengarsipan data

kegiatan serta arah menggereja yang tidak tertata dengan baik, perkembangan

zaman yang begitu cepat masuk ke berbagai aspek kehidupan umat, dan lemahnya

dinamika hidup menggereja.

Tantangan yang telah diungkapkan di atas tentu menjadi perhatian seluruh

umat paroki Pekalongan mencari cara yang tepat guna mengatasinya. Melalui

kemunitas-komunitas kecil seperti dalam keluarga pun dapat ditanamkan nilai-

nilai kemanusiaan, begitu juga komunitas-komunitas lainnya bersama-sama ikut

ambil bagian demi terwujudnya Kerajaan Allah.

c. Misi

Berdasarkan buku Katolik Sakpore (Mardi Usmanto, 2011: 141) misi

Paroki Pekalongan yaitu:

1) Memperkuat iman umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

64

2) Mengembangkan komunitas basis, khususnya melalui kring dan stasi.

3) Memperhatikan kaum muda dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.

4) Memperhatikan kelompok lemah, miskin dan tersingkir.

5) Memberdayakan budaya lokal.

6) Menata kinerja dewan pastoral paroki.

Penentuan misi ini tidak hanya berakhir dalam rumusan saja namun perlu

tindak lanjut yang tepat. Dari uraian misi di atas terlihat bahwa semuanya

mengarah pada pelayanan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok kecil dan

umat yang jarang mendapatkan pelayanan. Artinya bahwa kelompok-kelompok

kecil ini merupakan kekuatan tumbuhkembangnya iman. Sebab dari sanalah umat

belajar bagaimana iman dihayati, dimaknai dan diwujudnyatakan dan akhirnya

perwujudan iman mereka semakin dirasakan oleh banyak orang.

d. Strategi

Maksud dari strategi di sini adalah pengutamaan langkah kinerja.

Pengutamaan langkah diambil dengan perhitungan adanya kekuatan pengaruh.

Strategi yang diambil dalam mewujudkan misi untuk mencapai visi Gereja Paroki

Santo Petrus Pekalongan mengacu pada buku Katolik Sakpore (Mardi Usmanto,

2011: 141) sebagai berikut:

1) Melakukan pendalaman iman umat di setiap lingkungan-lingkungan.

2) Mengajak umat khususnya kaum muda untuk ikut serta dalam organisasi

Orang Muda Katolik.

3) Mengadakan pengobatan murah di gereja.

4) Mengajak umat untuk terlibat dalam Devosi Kerahiman Ilahi di gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

65

B. Penelitian tentang Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik terhadap Pendidikan Iman Anak di Paroki Santo Petrus Pekalongan

Gambaran umum paroki Santo Petrus Pekalongan yang telah diuraikan

pada pokok bahasan pertama akan dilengkapi dalam pokok bahasan yang kedua

ini. Pokok bahasan kedua ini mengungkapkan penelitian mengenai

tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo

Petrus Pekalongan. Dan secara khusus akan dipaparkan mengenai persiapan

penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil

penelitian menurut masing-masing variabel, dan kesimpulan penelitian.

1. Persiapan Penelitian

Berikut ini penulis akan menguraikan gambaran penelitian yang akan

penulis lakukan. Gambaran tersebut meliputi latar belakang penelitian, tujuan,

jenis, instrumen pengumpulan data, responden, tempat dan alokasi waktu,

kemudian variabel yang diteliti, dan kisi-kisi.

a. Latar Belakang Penelitian

Pengamatan penulis selama berdomisili di paroki Santo Petrus Pekalongan

bahwa keluarga-keluarga Katolik masih kurang mengemban tanggungjawabnya

dalam mengembangkan iman anak-anaknya. Seperti pengalaman dalam keluarga

penulis kurang mendapat perhatian, keteladanan serta pendampingan dari orang

tua berkaitan dengan pokok-pokok iman Katolik. Penulis mendapatkan kesan

bahwa para kelurga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan masih kurang

memahami sepenuhnya tanggungjawab mereka sebagai pendidik iman anak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

66

utama dan pertama dalam keluarga. Banyak orang tua yang cenderung

menyerahkan pendidikan iman anaknya kepada suatu lembaga terkait, seperti

sekolah, tetapi sebenarnya itu tidaklah cukup. Karena yang paling penting dan

utama adalah orang tualah yang memberikan pendampingan kepada anaknya

supaya iman mereka dapat tumbuh dan berkembang serta menghasilkan buah

yang melimpah. Seharusnya keluarga dapat mengarahkan anak-anak mereka

untuk terlibat dalam hidup menggereja, seperti menjadi misdinar, lektor,

mengikuti OMK, mengikuti doa atau ibadat, Ekaristi di gereja maupun di

lingkungan.

Jika ada pendalaman iman atau ibadat di lingkungan, kebanyakan yang

mengikuti adalah kalangan orang tua, sedangkan anak-anak dan kaum mudanya

tidak terlihat. Ini juga merupakan salah satu bentuk keprihatinan. Orang tua

harusnya mendorong serta mendukung anaknya untuk terlibat aktif dalam hidup

menggereja. Sebab hal ini menjadi bekal anak dalam memupuk iman mereka demi

perkembangan Gereja. Bagaimana nasib Gereja jika generasi penerus (anak-anak)

tidak diajarkan sejak dini untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Iman perlu

diwujudnyatakan dengan perbuatan yang konkret, seperti rajin mengikuti doa di

lingkungan, pendalaman iman, latihan koor, menjadi putera-puteri altar, lektor,

dan OMK.

Sebagai bagian dari umat paroki Santo Petrus Pekalongan, penulis merasa

prihatin dengan permasalahan yang ada di paroki tersebut. Apakah karena

tanggungjawab yang dipahami oleh keluarga Katolik masih kurang ataukah ada

alasan lain yang ikut mempengaruhinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor

tersebut penulis perlu melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini berusaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

67

memperoleh data mengenai tingkat pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik,

pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik, kesulitan-kesulitan yang dialami

dalam menjalankan tanggungjawab mereka sebagai keluarga Katolik serta

harapan keluarga Katolik dalam meningkatkan tanggungjawab mereka terhadap

pendidikan iman anak. Kemudian melalui hasil penelitian tersebut penulis

mencoba memahami dan menjawab persoalan-persoalan yang dialami berkaitan

dengan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Dengan

demikian keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan, semakin

memahami dan meningkatkan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik.

b. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diangkat di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mendapat gambaran pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik terhadap

pendidikan iman anak.

2) Mendapat gambaran pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap

pendidikan iman anak.

3) Menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam menjalankan

tanggungjawab sebagai keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan.

4) Mendapat gambaran harapan keluarga Katolik guna meningkatkan

tanggungjawabnya bagi pendidikan iman anak mereka.

Keempat tujuan di atas perlu diletakkan dalam konteks tanggungjawab

keluarga Katolik. Sebab pendidikan iman yang utama dan pertama adalah

dilakukan di dalam keluarga. Orang tua di dalam keluarga memiliki tugas penting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

68

dalam mendidik iman anak-anak mereka sehingga iman anak semakin tumbuh dan

berkembang sesuai dengan harapan Gereja.

c. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kualitatif

diskriptif yang didukung oleh data-data kuantitatif. Sebab bukan data statistik atau

sebagainya tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan gambaran data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Moleong, 2007: 6), yang benar-benar terjadi dan dialami oleh umat

Paroki Santo Petrus Pekalongan. Dari hasil penelitian nantinya akan didapat data

berupa angka dalam bentuk presentase, tetapi hal ini bukan berarti jenis penelitian

ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Moleong melalui bukunya Metodologi

Penelitian Kualitatif bahwa pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat pula

digunakan secara bersama apabila desainnya adalah memanfaatkan satu

paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap saja (Moleong,

1991: 22).

d. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan kuesioner sebagai metode

pengumpulan data. Kuesioner dipergunakan karena pertimbangan banyaknya

responden yang tersebar di beberapa tempat. Berdasarkan cara menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

69

kuesioner dibedakan menjadi kuesioner terbuka, tertutup dan semi terbuka

(Dapiyanta, 2011: 23).

Bentuk kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua

bentuk yaitu pertama bentuk tertutup dengan daftar pertanyaannya diajukan

kepada responden dalam bentuk pilihan. Kedua bentuk semi terbuka yaitu

pertanyaannya atau daftar isiannya sebagian sudah disediakan jawaban dan

sebagian lain diserahkan kepada responden. Alasan menggunakan kedua

kuesioner ini adalah untuk membatasi persoalan serta mengarahkan pandangan

dan keyakinan responden ke arah persoalan yang dikehendaki peneliti.

e. Responden Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah

purposive sampel. Teknik ini dipilih guna mengambil beberapa dari keseluruhan

responden obyek penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu di dalam

pengambilan sampelnya (Riduwan, 2011: 63) sehingga dapat menghemat waktu

dan tidak memerlukan biaya yang besar. Melalui purposive sampling ini, penulis

memilih responden berdasarkan perwakilan dari setiap lingkungan dan stasi

sebanyak 6 KK. Maka total responden dari 20 lingkungan dan 4 stasi adalah 144

KK.

Selain itu, penulis menggunakan teknik ini dengan alasan bahwa setiap

perwakilan responden baik bapak atau ibu yang terpilih dari masing-masing

lingkungan dan stasi merupakan orang-orang yang dianggap mampu memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

70

informasi yang akurat mengenai data-data yang diperlukan dan juga dalam

keluarganya memiliki anak kecil usia SD hingga SMP.

Penentuan ukuran sampel menurut Surakhmad (dalam Riduwan, 2004: 65)

apabila ukuran populasi kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekitar

50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari

1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari populasi.

Penentuan sampel dirumuskan sebagai berikut:

S= 15%+1000 – n. (50%-15%) 1000-100

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 144 KK umat paroki Santo Petrus

Pekalongan, maka

S= 15%+ 1000-144 (50%-15%) 1000-100 S= 15%+856 (35%) 900

S = 15% + 0,951. (35%)

S = 15% + 33,28%

S = 48,28%

Jadi, sampel sebesar 144 x 48,28% = 69,52 (dibulatkan) menjadi 70

responden. Sampel sebanyak 70 responden dipilih secara acak melalui program

SPSS. Adapun responden yang dipilih secara acak adalah umat yang tinggal di

paroki Santo Petrus Pekalongan dari 20 lingkungan dan 4 stasi. Dengan demikian

jumlah responden seluruhnya adalah 70 KK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

71

f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu

Mengacu pada judul skripsi yang penulis ambil maka penelitian akan

dilaksanakan di paroki Santo Petrus Pekalongan. Waktu penelitian akan dimulai

awal bulan Desember 2015 dan berakhir 3 minggu.

g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi

Variabel merupakan segala sesuatu atau faktor-faktor yang menunjukkan

variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya terhadap peristiwa atau gejala yang

menjadi sasaran penelitian (Sutrisno Hadi, 1982: 224). Variabel yang akan

diungkap dalam penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik adalah:

1) Identitas responden

2) Tingkat pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik

3) Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik

4) Kesulitan-kesulitan yang dialami keluarga Katolik dalam menjalankan

tanggungjawabnya

5) Harapan keluarga Katolik dalam upaya peningkatan tanggungjawab terhadap

pendidikan iman anak.

h. Definisi Konseptual

1) Tanggungjawab keluarga Katolik adalah segala keputusan maupun tindakan

yang dilakukan secara bebas, penuh konsekuensi, dan kesadaran yang

dilakukan oleh ayah, ibu maupun anak dalam membangun sebuah keluarga

dengan dasar cinta kasih Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

72

2) Pendidikan iman anak yang dimaksudkan di sini adalah proses dan usaha-

usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mereka mampu

menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta, dan Penyelamatnya yang

mencakup empat unsur yaitu koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia.

i. Definisi Operasional

1) Tanggungjawab keluarga Katolik dilakukan dengan memberikan pendidikan

iman kepada anak sejak usia dini, mengajarkan nilai-nilai Kristiani,

membimbing anak mengandalkan hidupnya kepada Yesus Kristus, dan

menuntun anak kepada pencapaian tujuan hidupnya.

2) Pendidikan iman anak yang dilakukan dalam keluarga Katolik mencakup

empat unsur:

a) Unsur koinonia terungkap ketika keluarga berkumpul bersama merayakan

peristiwa-peristiwa penting seperti ulang tahun anggota keluarga, ulang tahun

perkawinan, rekreasi bersama, kumpul bersama keluarga saat hari-hari besar

(Natal, Paskah, dan tahun baru), dan makan bersama anggota keluarga.

b) Unsur kerygma nampak ketika mengajak anggota keluarga untuk membaca

Kitab Suci lalu merenungkannya dan kemudian menafsirkan Sabda Allah

dengan bersharing dari setiap anggota keluarga, mengajarkan anak mengenai

pelajaran agama dan membantu untuk menemukan makna hidupnya dalam

terang Kitab Suci dan ajaran Gereja.

c) Unsur leiturgia nampak ketika mengajak keluarga doa malam bersama, doa

sebelum dan sesudah makan, doa pagi sebelum melakukan aktifitas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

73

melaksanakan ibadat saat anggota keluarga merayakan ulang tahun atau

syukuran, mengajak anggota keluarga untuk pergi ziarah.

d) Unsur diakonia terungkap ketika tidak membeda-bedakan setiap anggota

keluarga dalam memberikan kasih sayang, merawat anggota keluarga yang

sakit, anak-anak membantu ibu menyiapkan makanan, istri membantu suami

menyiapkan kebutuhannya sebelum bekerja, ayah bekerja mencari nafkah,

anak-anak membantu ibu membersihkan rumah, orang tua membantu anak-

anak dalam mengerjakan tugas sekolahnya, setiap anggota keluarga

menyisihkan uang sakunya untuk keperluan keluarga pada saat tertentu

(memberi hadiah bagi salah satu anggota keluarga yang ulang tahun, dapat

juara, naik kelas, dan adik atau kakak menyisihkan uang sakunya untuk

membantu salah satu dari mereka yang membutuhkan).

Kisi-kisi dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi

No Variabel No item Jumlah

1. Identitas responden 1 s/d 3 3

2. Tingkat pemahaman tanggungjawab

keluarga Katolik

4 s/d 10 7

3. Pelaksanaan tanggungjawab keluarga

Katolik

11 s/d 20 10

4. Kesulitan-kesulitan keluarga Katolik dalam

menjalankan tanggungjawabnya

21 s/d 25 5

5. Harapan keluarga Katolik 26 s/d 30 5

Jumlah 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

74

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyajikan hasil penelitian dan

pembahasannya berkaitan dengan upaya peningkatan tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan

berdasarkan data-data yang diperoleh melalui kuesioner. Data penelitian diolah

penulis dengan cara membuat tabel distribusi frekwensi relatif dengan maksud

menghitung jumlah jawaban yang dipilih responden dibagi jumlah total responden

yang diteliti, dan dikalikan seratus (Sutrisno Hadi, 1986: 229).

Rumus yang digunakan dalam penghitungan kuesioner semi terbuka dan

tertutup adalah:

f X 100% N

f= Frekwensi atau banyaknya responden yang memilih alternatif jawaban

tertentu pada setiap item.

N= Jumlah Responden

100= Bilangan Konstanta

Berikut akan penulis sajikan data frekwensi jawaban yang diberikan para

responden terhadap setiap pertanyaan yang ada pada kuesioner. Dari tabel data

yang ada, penulis mencoba menafsirkan dalam bentuk deskripsi untuk

mengungkapkan fakta yang diperoleh di lapangan.

Namun terlebih dahulu penulis ingin menyampaikan beberapa hal,

khususnya pada kuesioner nomor 4, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 24, 25, 27,

dan 28. Pada item nomor-nomor tersebut, setiap responden boleh memilih lebih

dari satu jawaban yang disediakan dalam kuesioner. Nomor 4, 5, 6, 7, 8, 12, 13,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

75

14, 15, dan 18 digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman tanggungjawab

keluarga Katolik dan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik, sesuai dengan

aspek yang telah diungkapkan pada pokok bahasan sebelumnya seperti koinonia,

leiturgia, kerygma, dan diakonia. Artinya, selain keluarga Katolik memahami dan

terlibat dalam satu aspek seperti koinonia juga memahami dan terlibat pada aspek

lainnya seperti leiturgia, kerygma, dan diakonia. Kemudian untuk nomor 21, 24,

25, 27, dan 28 digunakan untuk mengukur tingkat kesulitan apa saja yang

membuat keluarga Katolik sulit dalam pelaksanaan tanggungjawabnya terhadap

keluarga. Artinya, di sisi lain keluarga Katolik tidak hanya mengalami satu

kesulitan saja tetapi ada juga kesulitan lain yang memang ikut mempengaruhi

pelaksanaannya. Maka dari itu, jumlah jawaban pada nomor yang telah disebutkan

di atas akan lebih dari jumlah responden sebenarnya yakni 70 dan persentasenya

lebih dari 100%.

a. Identitas Responden

Tabel 1. Identitas Responden

N=70 No.

Item Pernyataan Jumlah Prosentase (%)

1. Usia sekarang a. Di bawah 30 tahun b. 30 tahun – 35 tahun c. 36 tahun – 40 tahun d. Di atas 40 tahun

1 10 18 41

1,43 14,29 25,72 58,58

2. Pendidikan terakhir a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan Tinggi

1 8 27 34

1,43 11,43 38,58 48,58

3. Jenis pekerjaan a. Pegawai Negeri

10

14,29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

76

b. Pengusaha c. Pedagang d. Buruh e. Jawaban lain

- Ibu Rumah Tangga - PLN - Notaris - Guru - Karyawan Swasta - Pensiunan BUMN

4 7 6 15 1 1 4 21 1

5,72 10 8,58 21,43 1,43 1,43 5,72 30 1,43

Item 1 mengungkap usia responden. Berdasarkan tabel di atas, mayoritas

responden 58,58 % berusia di atas 40 tahun. 25,73 % berusia 36 sampai 40 tahun.

Dan sisanya mereka yang berusia 30 sampai 35 tahun. Melihat data di atas,

penulis berpendapat bahwa lebih banyak umat yang berusia di atas 40 tahun

(mereka yang berusia 41, 42 tahun, dan seterusnya).

Item 2 adalah tingkat pendidikan responden. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar dari responden 48,58 % perguruan tinggi (DIII dan S1).

38,58 % responden tamat SLTA. Sisanya adalah tamat SD dan SLTP.

Berdasarkan data yang terungkap, penulis berpendapat bahwa banyak umat yang

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

Item 3 adalah jenis pekerjaan responden. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas 30 % responden bekerja sebagai karyawan swasta. Responden

lainnya bekerja sebagai notaris, karyawan PLN, guru dan pensiunan BUMN.

b. Pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik

Tabel 2. Pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik

N=70 No.

Item Pernyataan Jumlah Prosentase (%)

4. Arti tanggungjawab dalam keluarga Katolik menurut anda?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

77

a. Membangun keluarga dengan penuh cinta kasih

b. Segala keputusan maupun tindakan yang dilakukan secara bebas, penuh konsekuensi, dan kesadaran

c. Ikut membangun Gereja dengan membina hidup rohani dalam keluarganya

d. Ikut membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi keluarga yang baik, adil, jujur berke-Tuhanan, dan berkeprikemanusiaan

46 12 34 36

65,72 17,15 48,58 51,43

5. Tanggungjawab dalam keluarga Katolik dihayati sebagai......... a. Panggilan khusus dari Allah kepada orang

tua untuk membimbing anak agar semakin dekat dengan Allah

b. Perwujudan iman Kristiani untuk mengasihi segenap anggota keluarga

c. Perwujudan pendidikan yang layak kepada anak-anak

d. Perwujudan teladan baik kepada anak

47 40 16 20

67,15 57,15 22,86 28,58

6. Arti pendidikan iman anak menurut anda? a. Proses dan usaha-usaha orang dewasa

untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Penyelamat

b. Segala kegiatan apapun, dalam lingkup manapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak, dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup paroki

c. Segala kegiatan yang mengajarkan tentang iman sebagai orang Katolik

d. Jawaban lain - Memberikan pondasi yang kuat

kepada anak agar tumbuh sebagai pribadi yang beriman untuk bekal hidup selanjutnya

43 37 23 1

61,43 52,86 32,86 1,43

7. Pendidikan iman Katolik kepada anak dihayati sebagai......... a. Tugas dan tanggungjawab orang tua

kepada anak sebagai karunia Allah b. Wujud kasih sayang orang tua kepada

anaknya c. Hal mendasar dalam keluarga Katolik

yang harus dilakukan sedini mungkin,

35 22 51

50 31,43 72,86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

78

sejak lahir dan terus menerus sampai anak menjadi dewasa

8. Tanggungjawab orang tua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak dalam keluarga mencakup..... a. Memberikan teladan hidup baik b. Ziarah bersama keluarga c. Pendalaman Kitab Suci d. Berdoa bersama

67 15 20 27

95,72 21,43 28,58 38,58

9. Bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga sungguh membantu anak semakin bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bertanggungjawab serta mampu mewujudkan imannya dalam hidup sehari-hari. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

49 21 - -

70 30

10. Untuk mendukung tercapainya pendidikan iman anak dalam keluarga, apakah orang tua perlu menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik? a. Sangat perlu b. Perlu c. Tidak perlu d. Jawaban lain

- Perlu, namun sekolah Katolik jauh dari stasi

26 39 3 2

37,15 55,72 4,286 2,86

Item 4 membicarakan arti tanggungjawab yang dipahami dalam keluarga

Katolik. Tabel di atas menunjukkan bahwa 65,72 % responden memahami bahwa

arti tanggungjawab dalam keluarga Katolik adalah membangun keluarga dengan

penuh cinta kasih. 51,43 % memahami bahwa arti tanggungjawab dalam keluarga

Katolik adalah ikut membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi

keluarga yang baik, adil, jujur berke-Tuhanan, dan berkeprikemanusiaan.

Sedangkan yang lainnya memahami arti tanggungjawab dalam keluarga Katolik

adalah ikut membangun Gereja dengan membina hidup rohani dalam keluarganya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

79

serta segala keputusan maupun tindakan yang dilakukan secara bebas, penuh

konsekuensi, dan kesadaran. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas,

penulis berpendapat bahwa umat lebih memahami arti tanggungjawab keluarga

Katolik sebagai bentuk membangun keluarga dengan penuh cinta kasih.

Item 5 berbicara tentang penghayatan tanggungjawab dalam keluarga

Katolik. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa 67,15 % responden

menghayati tanggungjawabnya dalam keluarga Katolik sebagai panggilan khusus

dari Allah kepada orang tua untuk membimbing anak agar semakin dekat dengan

Allah. 57,15 % telah menghayati tanggungjawab dalam keluarga Katolik sebagai

perwujudan iman Kristiani untuk mengasihi segenap anggota keluarga.

Sedangkan yang lainnya menghayati tanggungjawab dalam keluarga Katolik

sebagai perwujudan teladan yang baik kepada anak-anak serta perwujudan

pendidikan yang layak kepada anak-anak. Berdasarkan aspek yang terungkap

dalam penelitian dapat dikatakan bahwa penghayatan tanggungjawab dalam

keluarga Katolik sebagai bentuk panggilan khusus dari Allah kepada umat di

paroki Santo Petrus Pekalongan terlebih orang tua untuk membimbing anak-anak

mereka agar semakin dekat dengan Allah serta perwujudan iman Kristiani untuk

dapat mengasihi segenap anggota keluarga. Namun bentuk penghayatan itu perlu

ditingkatkan lagi agar secara umum umat sungguh-sungguh menghayati

tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik sehingga dapat bertanggungjawab

terhadap keluarganya terlebih pada pendidikan iman anak-anak mereka.

Item 6 ini membicarakan mengenai arti pendidikan iman anak. Hasil

penelitian menunjukkan 61,43 % responden menjawab arti pendidikan iman anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

80

adalah proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda

agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah sebagai Pencipta dan

Penyelamat. 52,86 % responden menjawab segala kegiatan apapun, dalam lingkup

manapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak, dalam lingkup keluarga

maupun dalam lingkup paroki. Sedangkan yang lain menjawab segala kegiatan

yang mengajarkan tentang iman sebagai orang Katolik serta adapula yang

menjawab sesuai dengan pengertian umat sendiri yakni memberikan pondasi yang

kuat kepada anak agar tumbuh sebagai pribadi yang beriman untuk bekal hidup

selanjutnya. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, penulis berpendapat

bahwa responden lebih banyak memahami arti pendidikan iman sebagai proses

dan usaha-usaha untuk membantu anak-anak mereka agar mampu menghormati

dan mengasihi Allah.

Item 7 berbicara tentang penghayatan pendidikan iman Katolik kepada

anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72,86 % responden menghayati

pendidikan iman Katolik kepada anak sebagai hal mendasar dalam keluarga

Katolik yang harus dilakukan sedini mungkin, sejak lahir dan terus menerus

sampai anak menjadi dewasa. 31,43 % menghayati pendidikan iman Katolik

kepada anak sebagai wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya. Sedangkan

yang lainnya menghayatinya sebagai tugas dan tanggungjawab orang tua kepada

anak sebagai karunia Allah. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas,

penulis berpendapat bahwa hampir seluruh responden menghayati pendidikan

iman Katolik kepada anak-anak mereka sebagai hal yang mendasar dalam

keluarga Katolik yang harus dilakukan sedini mungkin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

81

Item 8 mengungkapkan bentuk pemahaman orang tua akan tanggungjawab

dalam memberikan pendidikan iman kepada anak dalam keluarga. 95,72 %

responden menjawab dengan bentuk memberikan teladan hidup baik. 38,58 %

mengungkapkan dengan bentuk mengajak berdoa bersama. Sedangkan yang

lainnya mengungkapkan dengan bentuk pendalaman Kitab Suci serta ziarah

bersama. Berdasarkan data di atas, hampir seluruh responden memahami bentuk

tanggungjawab dalam memberikan pendidikan iman kepada anak mereka dengan

memberikan teladan hidup baik. Namun alangkah baiknya jika umat juga dapat

mengajak anak-anak mereka untuk berdoa bersama dan ziarah bersama keluarga.

Item 9 berbicara mengenai pernyataan bahwa pendidikan iman anak dalam

keluarga sungguh membantu anak semakin bertumbuh dan berkembang menjadi

pribadi yang lebih dewasa dan bertanggungjawab serta mampu mewujudkan

imannya dalam hidup sehari-hari. 70 % responden sangat setuju dengan

peryantaan tersebut. Sedangkan yang lainnya menjawab setuju. Berdasakan data

tersebut, dapat dikatakan bahwa umat sangat setuju jika pendidikan iman anak

dalam keluarga sungguh membantu anak untuk semakin tumbuh dan berkembang

menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bertanggungjawab serta mampu

mewujudkan imannya dalam hidup sehari-hari.

Item 10 berbicara mengenai pemahaman orang tua akan perlunya

menyekolahkan anak mereka di sekolah Katolik. Responden sebanyak 55,72 %

mengatakan perlu. 37,15 % mengatakan sangat perlu. Sedangkan yang lainnya

berpendapat bahwa itu tidak perlu. Kemudian jawaban responden lain yang berada

di stasi mengatakan perlu, namun di tempat mereka tinggal tidak terdapat sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

82

Katolik dan apabila akan menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik jarak yang

begitu jauh. Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa kebanyakan

responden memahami bahwa dengan menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik,

tanggungjawab keluarga dalam memberikan pendidikan iman anak akan sangat

terbantu.

c. Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik

Tabel 3. Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik

N=70 No.

Item Pernyataan Jumlah Prosentase (%)

11. Suami istri terlibat dalam melaksanakan tanggungjawabnya atas pendidikan iman anak? a. Selalu terlibat b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

60 9 1

85,72 12,86 1,43

12. Bentuk kegiatan koinonia (persekutuan) apa saja yang dapat dilakukan dalam keluarga? a. Merayakan ulang tahun anggota keluarga b. Merayakan ulang tahun perkawinan c. Rekreasi keluarga d. Kumpul keluarga pada hari besar

keagamaan e. Makan bersama anggota keluarga

26 11 27 38 38

37,15 15,72 38,58 54,29 54,29

13. Bentuk kegiatan kerygma (pewartaan) apa saja yang dapat dilakukan dalam keluarga? a. Mengajak anggota keluarga untuk

membaca Kitab Suci lalu merenungkannya dan kemudian menafsirkan Sabda Allah dengan bersharing

b. Mengajarkan anak mengenai pelajaran agama berkaitan dengan iman Katolik

c. Memperkenalkan kepada anak tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dan meneladani sikap hidup mereka

d. Jawaban lain

31 41 20

44,29 58,58 28,58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

83

- Mengajak anak untuk melakukan perbuatan baik dengan dasar cinta kasih kepada semua orang

1 1,43

14. Bentuk kegiatan leiturgia (liturgi) apa saja yang dapat dilakukan dalam keluarga? a. Mengajak keluarga doa malam bersama b. Mengajak keluarga doa sebelum dan

sesudah makan c. Mengajak keluarga doa pagi sebelum

melakukan aktifitas d. Melaksanakan ibadat saat anggota

keluarga merayakan ulang tahun atau syukuran

e. Mengajak anggota keluarga untuk pergi ziarah

41 30 22 20 21

58,58 42,86 31,43 28,58 30

15. Bentuk kegiatan diakonia (pelayanan) apa saja yang dapat dilakukan dalam keluarga? a. Tidak membeda-bedakan setiap anggota

keluarga dalam memberikan kasih sayang

b. Merawat anggota keluarga yang sakit c. Orang tua membantu anak-anak dalam

mengerjakan tugas sekolahnya d. Setiap anggota keluarga menyisihkan

uang sakunya untuk keperluan keluarga pada saat tertentu

e. Jawaban lain - Saling membantu dengan sesama

anggota keluarga yang sedang membutuhkan pertolongan

59 36 21 8 1

84,29 51,43 30 11,43 1,43

16. Seberapa sering anda memberikan pendidikan iman kepada anak di dalam keluarga? a. Setiap hari b. Seminggu sekali c. Sebulan sekali d. Jawaban lain

- Seminggu dua kali - Dua minggu sekali - Tiga minggu sekali - Tidak tentu kadang jika ada peristiwa

tertentu memberikan masukan kepada anak

51 11 2 1 3 1 1

72,86 15,72 2,86 1,43 4,29 1,43 1,43

17. Sikap seperti apa yang mendukung terlaksananya tangggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

84

a. Melaksanakan dengan setia b. Melaksanakan dengan semampunya c. Melaksanakan dengan setengah-setengahd. Melaksanakan dengan keterpaksaan

55 24 - -

78,58 34,29 - -

18. Sebagai orang tua, apa yang anda rasakan dalam memberikan pendidikan iman anak di keluarga? a. Merasa semakin bertanggungjawab

karena memberikan pendidikan iman anak adalah suatu tugas keluarga Katolik

b. Semakin peduli akan pendidikan iman anak

c. Senang karena lebih bisa dekat dengan anak-anak

d. Bangga karena telah memberikan pendidikan iman anak dengan baik

56 25 21 9

80 35,72 30 12,86

19. Jika salah satu dari anda bapak/ibu yang lalai dalam tanggungjawab mendidik anak dalam iman Katolik, apa yang akan anda lakukan terhadap pasangan anda? a. Mengingatkan bahwa tanggungjawab

terhadap pendidikan iman anak adalah tugas yang utama dan pertama bagi orang tua

b. Mengajak untuk bersama-sama mendidik anak dalam ajaran iman Katolik

c. Berusaha untuk memberikan pendidikan iman anak secara pribadi

55 20 11

78,58 28,58 15,72

20. Memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak...................dilakukan dengan kerjasama dari orang tua. a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

60 9 1

85,72 12,86 1,43

Melihat kembali uraian pada bab sebelumnya, telah dikatakan bahwa

tanggungjawab keluarga Katolik dilakukan dengan memberikan pendidikan iman

kepada anak. Pendidikan iman anak mencakup 4 unsur yakni koinonia, kerygma,

leiturgia, dan diakonia. Item 11 mengungkapkan keterlibatan suami istri dalam

melaksanakan tanggungjawabnya atas pendidikan iman anak mereka. 85,72 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

85

responden mengatakan bahwa mereka selalu terlibat. 12,86 % mengatakan bahwa

kadang-kadang mereka terlibat. Dan 1,43 % mengatakan bahwa tidak pernah

terlibat. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa para suami istri di

paroki Santo Petrus Pekalongan lebih banyak terlibat dalam melaksanakan

tanggungjawabnya atas pendidikan iman anak mereka.

Item 12 berbicara mengenai kegiatan koinonia (persekutuan) yang dapat

dilakukan dalam keluarga. 54,29 % responden melakukannya dengan kumpul

keluarga pada hari besar keagamaan dan makan bersama anggota keluarga. 38,58

% responden melakukannya dengan rekreasi keluarga. Sedangkan yang lainnya

melakukannya dengan merayakan ulang tahun anggota keluarga serta merayakan

ulang tahun perkawinan. Semata-mata berdasarkan data yang dipaparkan di atas,

penulis berpendapat bahwa keluarga Katolik di paroki Santo Petrus lebih banyak

melakukan kegiatan koinonia dengan kumpul keluarga pada hari besar keagamaan

serta makan bersama anggota keluarga.

Item 13 berbicara mengenai bentuk kegiatan kerygma (pewartaan) yang

dapat dilakukan dalam keluarga. 58,58 % responden melakukannya dengan

mengajarkan anak mengenai pelajaran agama berkaitan dengan iman Katolik.

44,29 % responden melakukannya dengan mengajak anggota keluarga untuk

membaca Kitab Suci lalu merenungkannya dan kemudian menafsirkan Sabda

Allah dengan bersharing. Sedangkan yang lainnya melakukannya dengan

memperkenalkan kepada anak tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dan meneladani

sikap hidup mereka serta adapula yang mengajak anak untuk melakukan

perbuatan baik dengan dasar cinta kasih kepada semua orang. Berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

86

prosentase angka di atas, penulis berpendapat bahwa umat melakukan kegiatan

kerygma dengan baik.

Item 14 berbicara mengenai bentuk kegiatan leiturgia yang dapat

dilakukan dalam keluarga. 58,58 % responden melakukannya dengan mengajak

keluarga untuk doa malam bersama. 42,86 % responden melakukannya dengan

mengajak keluarga untuk doa sebelum dan sesudah makan. Sedangkan yang

lainnya melakukannya dengan mengajak keluarga doa pagi sebelum melakukan

aktifitas, melaksanakan ibadat saat anggota keluarga merayakan ulang tahun atau

syukuran, dan mengajak anggota keluarga untuk pergi ziarah. Berdasarkan data

yang terungkap, penulis dapat mengatakan bahwa keluarga di paroki Santo Petrus

Pekalongan melakukan semua kegiatan leiturgia dengan baik.

Item 15 berbicara mengenai kegiatan diakonia (pelayanan) yang dapat

dilakukan dalam keluarga. 84,29 % responden melakukannya dengan tidak

membeda-bedakan setiap anggota keluarga dalam memberikan kasih sayang.

51,43 % responden melakukannya dengan merawat anggota keluarga yang sakit.

Sedangkan yang lainnya melakukannya dengan membantu anak-anak dalam

mengerjakan tugas sekolahnya, setiap anggota keluarga menyisihkan uang

sakunya untuk keperluan keluarga pada saat tertentu, saling membantu dengan

sesama anggota keluarga yang sedang membutuhkan pertolongan. Berdasarkan

data yang terungkap, dapat dikatakan bahwa kegiatan diakonia dilakukan oleh

keluarga di paroki Santo Petrus Pekalongan dengan baik.

Item 16 berbicara mengenai seberapa sering umat paroki Santo Petrus

memberikan pendidikan iman kepada anak di dalam keluarga. 72,86 % responden

menjawab setiap hari. 15,72 % responden menjawab seminggu sekali. Sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

87

yang lainnya menjawab sebulan sekali serta seminggu dua kali, dua minggu

sekali, tiga minggu sekali, dan tidak tentu kadang jika ada peristiwa tertentu

memberikan masukan kepada anak. Berdasarkan data yang ada di atas, penulis

berpendapat bahwa umat memberikan pendidikan iman kepada anak dengan baik.

Item 17 berbicara mengenai sikap yang mendukung terlaksananya

tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak. 78,58 % responden

menjawab melaksanakan dengan setia. 34,29 % responden menjawab

melaksanakan dengan semampunya. Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa

sikap umat dalam melaksanakan tanggungjawab mendidik iman anak bukan

hanya sekedar menjalankan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik tetapi benar-

benar dilaksanakan dengan setia. Hal ini sangat menggembirakan dan perlu

dipertahankan.

Item 18 berbicara mengenai perasaan orang tua dalam memberikan

pendidikan iman anak di keluarga. 80 % responden menjawab merasa semakin

bertanggungjawab karena memberikan pendidikan iman anak adalah suatu tugas

keluarga Katolik. 35,72 % responden menjawab semakin peduli akan pendidikan

iman anak. Sedangkan yang lainnya menjawab senang karena lebih bisa dekat

dengan anak-anak, serta bangga karena telah memberikan pendidikan iman anak

dengan baik. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan

bahwa orang tua merasa semakin bertanggungjawab dalam memberikan

pendidikan iman anak.

Item 19 berbicara mengenai kelalaian yang terjadi antara suami/istri dalam

menjalankan tanggungjawab mendidik anak. 78,58 % responden menjawab

mengingatkan bahwa tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak adalah tugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

88

yang utama dan pertama bagi orang tua. 28,58 % responden menjawab mengajak

untuk bersama-sama mendidik anak dalam ajaran iman Katolik. Sedangkan yang

lainnya menjawab berusaha untuk memberikan pendidikan iman anak secara

pribadi. Berdasarkan data yang dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa antara

suami/istri sudah saling mengingatkan dalam menjalankan tanggungjawabnya

sebagai orang tua dengan demikian kelalaian pun dapat diminimalisir.

Item 20 berbicara mengenai kerjasama dari orang tua dalam memberikan

pendidikan iman Katolik kepada anak. 85,72 % responden menjawab selalu. 12,86

% responden menjawab kadang-kadang. Sedangkan yang lainnya menjawab tidak

pernah. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa orang tua sudah

bekerjasama dengan baik dalam memberikan pendidikan iman kepada anak. Hal

ini menjadi kekuatan tersendiri bagi keluarga-keluarga Katolik demi tercapainya

perkembangan iman anak mereka.

d. Kesulitan keluarga Katolik dalam menjalankan tanggungjawabnya

Tabel 4. Kesulitan keluarga Katolik dalam menjalankan tanggungjawabnya

N=70 No.

Item Pernyataan Jumlah Prosentase (%)

21. Kesulitan internal apa yang bapak/ibu alami dalam menjalankan tanggungjawab memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak? a. Kurangnya pemahaman akan

tanggungjawab sebagai keluarga Katolik b. Kurangnya waktu bersama anak c. Terlalu sibuk bekerja d. Kurangnya kesadaran akan tugas dan

kewajiban sebagai keluarga Katolik e. Jawaban lain

22 30 16 16

31,43 42,86 22,86 22,86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

89

- Karena anak-anak sekolah sampai sore dan banyak kegiatan, dan antara rumah dengan sekolah lumayan jauh, sering muncul rasa capek

1 1,43

22. Tantangan eksternal apa saja yang dihadapi bapak/ibu dalam memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak? a. Lingkungan yang kurang mendukung b. Perkembangan teknologi yang begitu

cepat c. Anak sibuk dengan dunianya sendiri

25 31 26

35,72 44,29 37,15

23. Apakah orang tua menyerahkan tanggungjawabnya dalam mendidik iman anak sepenuhnya kepada lembaga-lembaga terkait seperti sekolahan atau sekolah minggu. a. Selalu b. Tidak selalu c. Tidak pernah

46 22 2

65,72 31,43 2,86

24. Apakah anda berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut? a. Ya b. Tidak c. Masih dalam rencana

60 5 5

85,72 7,15 7,15

25. Berikanlah penjelasan singkat atas jawaban anda pada nomor 24! a. Ya, berupaya mengatasi kesulitan:

- Belajar dari buku-buku atau sumber-sumber yang mendukung

- Mengatur waktu sehingga punya banyak kesempatan bersama anak

- Membangun komitmen dalam diri dengan memberi prioritas utama bagi pendidikan iman anak

- Jawaban lain - Belajar dari internet

b. Tidak ada upaya: - Bukan urusan orang tua - Bisa diserahkan ke guru

agama/katekis - Sudah tidak punya waktu lagi

c. Ada rencana: - Membagi waktu - Bergantian suami dan istri

22 44 29 1 - 2 1 5 3

31,43 62,86 41,43 1,43 - 2,86 1,43 7,15 4,29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

90

Item 21 berbicara mengenai kesulitan internal yang dialami bapak/ibu

dalam menjalankan tanggungjawab memberikan pendidikan iman Katolik kepada

anak. 42,86 % responden menjawab kurangnya waktu bersama anak. 31,43 %

responden menjawab kurangnya pemahaman akan tanggungjawab sebagai

keluarga Katolik. Sedangkan yang lainnya menjawab terlalu sibuk bekerja,

kurangnya kesadaran akan tugas dan kewajiban sebagai keluarga Katolik serta

karena anak-anak sekolah sampai sore dan banyak kegiatan, dan antara rumah

dengan sekolah lumayan jauh, sering muncul rasa capek. Berdasarkan data

tersebut, penulis berpendapat bahwa kesulitan internal umat adalah kurangnya

waktu bersama anak. Namun adapula yang masih kurangnya pemahaman akan

tanggungjawab sebagai keluarga Katolik serta kurangnya kesadaran akan tugas

dan kewajiban sebagai keluarga Katolik.

Item 22 berbicara mengenai tantangan eksternal yang dihadapi bapak/ibu

dalam memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak. 44,29 % responden

menjawab perkembangan teknologi yang begitu cepat. 37,15 % responden

menjawab anak sibuk dengan dunianya sendiri. Sedangkan yang lainnya

menjawab lingkungan yang kurang mendukung. Berdasarkan data tersebut,

penulis berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi bapak/ibu adalah

perkembangan teknologi yang begitu cepat. Sehingga orang tua susah untuk

memberikan pendidikan iman kepada anak terlebih anak juga telah sibuk dengan

dunianya sendiri.

Item 23 berbicara mengenai apakah orang tua menyerahkan

tanggungjawabnya dalam mendidik iman anak sepenuhnya kepada sekolah atau

sekolah minggu. 65,72 % responden menjawab selalu. Sedangkan yang lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

91

menajwab tidak selalu serta tidak pernah. Berdasarkan data tersebut, dapat

dikatakan bahwa para orang tua hampir sepenuhnya menyerahkan pendidikan

iman kepada sekolahan atau sekolah minggu.

Item 24 berkaitan dengan upaya mengatasi kesulitan yang dialami. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden sudah ada upaya untuk

mengatasi kesulitan tersebut. Lainnya memilih masih dalam rencana dan tidak

berupaya. Dari data di atas penulis berpendapat bahwa umat telah memiliki etikat

baik untuk berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan. Namun hendaknya lebih

ditekankan pada bentuk tindakan konkretnya.

Item 25 berbicara mengenai usaha konkret mengatasi kesulitan. 62,86 %

responden telah mengatur waktu sehingga punya banyak kesempatan bersama

anak. 41,43 % responden telah membangun komitmen dalam diri dengan memberi

prioritas utama bagi pendidikan iman anak. Sedangkan yang lainnya ada yang

belajar dari buku-buku atau sumber-sumber yang mendukung serta belajar dari

internet. Ada juga sebagian kecil umat yang tidak lagi berusaha mengatasi

kesulitan dengan alasan bisa diserahkan ke guru agama atau katekis serta sudah

tidak punya waktu lagi. Namun umat lainnya memilih masih dalam rencana untuk

mengatasi kesulitan dengan membagi waktu atau bergantian antara suami dan

istri. Berdasarkan data yang diungkapkan di atas, dapat pula dikatakan bahwa

umat paroki Santo Petrus Pekalongan hampir seluruhnya sudah memiliki usaha

konkret guna melaksanakan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik dengan

mendidik iman anak mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

92

e. Harapan keluarga Katolik

Tabel 5. Harapan keluarga Katolik

N=70 No.

Item Pernyataan Jumlah Prosentase (%)

26. Apa harapan anda demi meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak? a. Perlu adanya kerjasama antara orang tua

dan anak sebagai satu keluarga b. Perlu menjalin relasi dan kerjasama

antara orang tua dan guru agama/katekis c. Perlu adanya pendampingan khusus

kepada keluarga-keluarga Katolik d. Jawaban lain

- Pendampingan khusus kepada keluarga Katolik dengan kasus khusus

46 29 15 1

65,72 41,43 21,43 1,43

27. Keluarga seperti apakah yang anda harapkan dapat terwujud dalam setiap keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan? a. Saling mendukung antar anggota

keluarga b. Hidup rukun, harmonis, dan bertaqwa

kepada Tuhan c. Menerima keterbatasan dan kelebihan

anggota keluarga

40 39 28

57,15 55,72 40

28. Sarana dan prasarana apa yang anda harapkan ada di setiap keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan demi menunjang pendidikan iman anak? a. Kitab Suci dan Madah Bakti b. Dokumen-dokumen Gereja c. Buku-buku penunjang tentang iman

Katolik d. Jawaban lain

- Bina iman untuk anak - Perpustakaan yang menyediakan

buku-buku tentang pendidikan iman untuk anak

- Film kisah Tuhan Yesus untuk memperkuat iman Katolik

21 9 60 1 1 1

30 12,86 85,72 1,43 1,43 1,43

29. Program pembinaan seperti apa yang bapak/ibu harapkan guna meningkatkan tanggungjawab orang tua terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

93

pendidikan iman anak dalam keluarga? a. Retret Keluarga b. Rekoleksi Keluarga c. Weekend Keluarga d. Pendalaman iman khusus orang tua

11 30 24 5

15,72 42,86 34,29 7,15

30. Anda mengharapkan sebaiknya kegiatan tersebut (kaitannya dengan soal nomor 29) dilaksanakan? a. Retret Keluarga setahun sekali b. Rekoleksi Keluarga dua kali setahun c. Weekend Keluarga tiga bulan sekali d. Pendalaman Iman khusus orang tua

sebulan sekali

11 30 24 5

15,72 42,86 34,29 7,15

Item 26 berbicara mengenai harapan orang tua demi meningkatkan

tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. 65,72 %

responden menjawab perlu adanya kerjasama antara orang tua dan anak sebagai

satu keluarga. 41,43 % responden menjawab perlu menjalin relasi dan kerjasama

antara orang tua dan guru agama atau katekis. Sedangkan yang lainnya menjawab

perlu adanya pendampingan khusus kepada keluarga-keluarga Katolik.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa orang tua di paroki Santo

Petrus Pekalongan berharap adanya kerjasama antara orang tua dan anak sebagai

dan juga kepada guru agama atau katekis. Responden juga mengharapkan adanya

pendampingan khusus kepada keluarga-keluarga Katolik.

Item 27 berbicara mengenai keluarga yang diharapkan oleh bapak/ibu

yang ada di paroki Santo Petrus Pekalongan supaya dapat terwujud. 57,15 %

responden berharap saling mendukung antar anggota keluarga. 55,72 % responden

berharap dapat hidup rukun, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan. Serta yang

lainnya berharap dapat menerima keterbatasan dan kelebihan anggota keluarga.

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa umat paroki Santo Petrus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

94

Pekalongan mengharapkan akan adanya dukungan antar anggota keluarga, dapat

hidup rukun, harmonis serta dapat menerima keterbatasan dan kelebihan anggota

keluarga.

Item 28 berbicara mengenai sarana dan prasarana yang diharapkan ada di

setiap keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan demi menunjang

pendidikan iman anak. 85,72 % responden berharap adanya buku-buku penunjang

tentang iman Katolik. 30 % responden berharap adanya Kitab Suci dan Madah

Bakti. Sedangkan yang lainnya berharap adanya dokumen-dokumen Gereja, bina

iman untuk anak, perpustakaan yang menyediakan buku-buku tentang pendidikan

iman untuk anak, film kisah Tuhan Yesus untuk memperkuat iman Katolik.

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa umat sangat mengharapkan

adanya sarana dan prasana yang dapat menunjang mereka dalam mendidik iman

anak-anak.

Item 29 berbicara mengenai program pembinaan yang diharapkan

bapak/ibu guna meningkatkan tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan iman

anak dalam keluarga. 42,86 % responden memilih program rekoleksi keluarga.

34,29 % responden memilih program weekend keluarga. Sedangkan yang lainnya

memilih program retret keluarga dan pendalaman iman khusus orang tua. Dari

data tersebut, dapat dikatakan bahwa umat paroki Santo Petrus Pekalongan

mengharapkan adanya program rekoleksi keluarga guna meningkatkan

tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan iman anak dalam keluarga.

Item 30 berbicara mengenai usul dilaksanakannya program pembinaan

tersebut. 42,86 % responden memilih rekoleksi keluarga dua kali setahun. 34,29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

95

% responden memilih weekend keluarga tiga bulan sekali. Sedangkan yang

lainnya memilih retret keluarga setahun sekali dan pendalaman iman khusus orang

tua sebulan sekali. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa responden

lebih memilih program dilaksanakan rekoleksi keluarga dua kali setahun.

3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut masing-masing Variabel

Kerangka pendalaman terhadap hasil penelitian ini pertama-tama mengacu

pada tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak yang telah

dibahas pada bab II. Kerangka pendalaman meliputi orang tua Katolik yang

memperhatikan pendidikan iman anaknya, tujuan pendidikan iman anak, hingga

keluarga Katolik berupaya untuk meningkatkan tanggungjawabnya kepada anak-

anak mereka, terutama terhadap pendidikan iman anak. Kerangka pendalaman di

atas mengartikan bahwa tanggungjawab pendidikan iman anak yang pertama dan

utama berasal dari keluarga. Iman anak dibina di dalam keluarga supaya mereka

dapat menjadi pribadi yang mengenal dan meneladani hidup Yesus Kristus Sang

pencipta dan penyelamat.

Berkaitan dengan penjelasan di atas maka hasil penelitian yang telah

disajikan sebelumnya akan dibahas lebih lanjut agar semakin memperjelas sejauh

mana tanggungjawab keluarga Katolik berpengaruh positif terhadap pendidikan

iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan. Pembahasan berikut akan

mengungkapkan pendapat penulis terhadap tiap-tiap variabel yang telah

disebutkan yang meliputi identitas responden, pemahaman tanggungjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

96

keluarga Katolik, pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik, kesulitan-

kesulitan yang dialami dalam menjalankan tanggungjawab sebagai keluarga

Katolik, dan harapan keluarga Katolik dalam upaya peningkatan tanggungjawab

terhadap pendidikan iman anak.

a. Identitas Responden

Responden penelitian tanggungjawab keluarga Katolik berjumlah 70

kepala keluarga. Sebagian besar responden berusia di atas 40 tahun dan sisanya

berusia di bawah 40 tahun. Melihat dari tingkat usia yang ada, dapat dikatakan

bahwa usia umat paroki Santo Petrus Pekalongan tergolong sudah berumur,

namun mereka masih semangat bekerja.

Hasil jawaban dalam penelitian mengungkapkan bahwa jumlah terbesar

pendidikan umat adalah di tingkat perguruan tinggi. Karena sebagian besar

mereka hidupnya di kota. Namun tidak menutup kemungkinan adapula yang

hanya sampai tingkat SLTP dan SLTA. Dan ada juga hanya tamatan SD. Dilihat

dari jenis pendidikan terakhir ini sangat mempengaruhi pengetahuan serta

wawasan umat.

Dilihat dari jenis pekerjaan umat, hasil penelitian mengungkapkan bahwa

jumlah umat yang berprofesi sebagai karyawan swasta dan ibu rumah tangga lebih

besar. Kemudian disusul dengan beberapa umat yang bekerja sebagai pegawai

negeri. Sementara sebagian kecil umat mencari nafkah dengan menjadi buruh,

pengusaha, guru, perawat, karyawan dan pensiunan BUMN. Dengan melihat jenis

pekerjaan umat, mereka hampir sebagian besar sibuk bekerja. Seperti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

97

dialami oleh penulis saat menyebarkan kuesioner, umat susah untuk ditemui dari

pagi hingga sore hari. Yang bisa ditemui hanya ibu rumah tangga, pedagang atau

pengusaha toko. Yang lainnya penulis menemuinya saat jam pulang kerja atau

malam hari.

b. Tingkat Pemahaman Tanggungjawab Keluarga Katolik

Data yang penulis peroleh dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar kepala keluarga memahami arti tanggungjawab keluarga Katolik yakni ikut

membangun keluarga dengan penuh cinta kasih. Responden lainnya memahami

arti tanggungjawab sebagai usaha membangun masyarakat dengan membentuk

pribadi-pribadi keluarga yang baik, adil, jujur, berke-Tuhanan, dan

berkeprikemanusiaan.

Sehubungan dengan pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik, hasil

penelitian menunjukkan sebagian besar umat telah memahami tanggungjawab

keluarga Katolik sebagai suatu panggilan khusus dari Allah kepada orang tua

untuk membimbing anak agar semakin dekat dengan Allah. Melihat hasil

penelitian ini, penulis berpendapat bahwa pemahaman umat akan tanggungjawab

sebagai keluarga Katolik sudah baik.

Berkaitan dengan pemahaman arti pendidikan iman anak, hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga Katolik telah memahami arti

pendidikan iman anak sebagai proses dan usaha orang dewasa untuk membantu

anak-anak agar anak-anak mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah.

Responden lainnya memahami pendidikan iman anak sebagai segala kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

98

apapun dalam lingkup apapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak,

dalam lingkup keluarga maupun lingkup paroki.

Kemudian berkaitan dengan pemahaman pendidikan iman anak, sebagian

besar keluarga Katolik memahami sebagai suatu hal yang mendasar dalam

keluarga Katolik yang harus dilakukan sedini mungkin, sejak lahir, dan terus-

menerus sampai anak menjadi dewasa. Menurut penulis, umat telah sadar akan

pentingnya pendidikan iman anak supaya anak beriman menjadi pribadi-pribadi

yang taqwa akan Allah Sang Pencipta dan Penyelamat.

Melihat aspek pemahaman akan tanggungjawab keluarga Katolik dan

pendidikan iman anak yang diteliti, penulis dapat mengatakan bahwa tingkat

kedalaman pemahaman umat paroki Santo Petrus Pekalongan akan

tanggungjawab keluarga Katolik dan pendidikan iman anak sudah cukup

mendalam. Hal ini merupakan kekuatan tersendiri bagi keluarga-keluarga Katolik

yang ada di Paroki Santo Petrus Pekalongan dan perlu dikembangkan lagi agar

tidak hanya sekedar memahami saja tetapi lebih pada tindakan konkretnya.

c. Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik

Jawaban umat mengenai pelaksanaan tanggungjawabnya sebagai keluarga

Katolik mengungkapkan bahwa mereka telah melaksanakan tanggungjawab

sebagai keluarga Katolik. Namun ada juga sebagian keluarga Katolik yang hanya

kadang-kadang saja terlibat dalam melaksanakan tanggungjawabnya dalam

mendidik iman anak.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa bentuk kegiatan koinonia

(persekutuan) yang dilakukan di dalam keluarga adalah sebagian besar umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

99

kumpul keluarga pada hari besar keagamaan dan makan bersama anggota

keluarga. Bentuk kerygma (pewartaan) yang dilakukan dalam keluarga adalah

sebagian besar 41 umat mengajarkan anak mengenai pelajaran agama berkaitan

dengan iman Katolik dan 31 umat menjawab mengajak anggota keluarga untuk

membaca Kitab Suci lalu merenungkannya dan kemudian menafsirkan Sabda

Allah dengan bersharing. Bentuk kegiatan leiturgia (liturgi) yang dilakukan di

dalam keluarga adalah sebagian besar umat mengajak keluarga doa malam

bersama. Dan bentuk kegiatan diakonia (pelayanan) yang dilakukan di dalam

keluarga adalah sebagian besar umat tidak membeda-bedakan setiap anggota

keluarga dalam memberikan kasih sayang. Dilihat dari hasil penelitian tersebut,

penulis berpendapat bahwa umat paroki Santo Petrus Pekalongan telah berusaha

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendidikan iman

bagi anak-anak mereka.

Hasil penelitian mengenai sikap pendukung akan pelaksanaan

tanggungjawab sebagai keluarga Katolik dalam mendidik iman anak menyebutkan

bahwa 55 umat menjawab melaksanakan dengan senang hati dan hanya 24 umat

yang melaksanakan karena sudah menjadi tanggungjawab. Melihat hasil

penelitian ini, penulis berpendapat bahwa umat melaksanakan tanggungjawabnya

sebagai keluarga Katolik dalam mendidik iman anak dengan senang hati dan tidak

hanya sekedar memenuhi tanggungjawabnya. Artinya umat sadar betul bahwa

mendidik dan menumbuhkembangkan iman anak adalah tugas pertama dan utama

sebagai orang tua yang harus dilakukan dengan senang hati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

100

Berkaitan dengan segi keterlibatan antara suami maupun istri dalam

melaksanakan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik, hasil penelitian

menyebutkan bahwa apabila di antara mereka ada yang lalai akan tanggungjawab

mendidik anak dalam iman Katolik maka suami maupun istri harus saling

mengingatkan. Melihat hasil penelitian ini, menurut penulis para orang tua telah

berusaha saling bekerjasama untuk mendidik iman anak-anak mereka dan jika dari

mereka ada yang lalai, mereka berusaha untuk saling mengingatkan.

Melihat jawaban responden mengenai pelaksanaan tanggungjawabnya

sebagai keluarga Katolik, penulis merasa kurang yakin akan kebenaran jawaban

responden tersebut. Mereka kurang terbuka dan takut dianggap sebagai umat yang

kurang bertanggungjawab sebagai keluarga Katolik. Berdasarkan pengalaman

penulis selama berdomisili, pengamatan, serta pengalaman pada saat membagikan

kuesioner di salah satu lingkungan, ada beberapa keluarga yang sempat

memberikan dukungannya bahwa judul skripsi yang diangkat ini sangat bagus dan

sesuai dengan keadaan keluarga-keluarga Katolik di lingkungan tersebut. Hal ini

tentu menguatkan kesan personal penulis dan fakta sebenarnya yang terjadi di

Paroki Santo Petrus Pekalongan bahwa keluarga Katolik masih kurang sepenuh

hati dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik untuk

mendidik dan menumbuhkembangkan iman anak mereka.

Menanggapi permasalahan di atas, maka penulis mengadakan wawancara

guna mempertemukan hasil penelitian melalui kuesioner dengan wawancara,

apakah benar adanya atau sebaliknya. Wawancara ditujukan kepada salah satu

perwakilan umat yaitu Ibu Clara Harnati, pengurus lingkungan yaitu Bapak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

101

Bonifasius Denny Yuswanto, dan pengurus dewan paroki yaitu Bapak Ignatius

Sunarno Hadi secara langsung (face to face), tanggal 15 Januari 2016. Hasil

wawancara nomor 1 poin 7 menunjukkan bahwa tidak lebih dari 30 % orang tua

yang secara sungguh-sungguh melaksanakan pendidikan iman Katolik kepada

anak-anaknya. Artinya 70 % keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan

belum sungguh-sungguh menjalankan tanggungjawabnya dalam mendidik iman

anak.

Bertitik tolak dari apa yang telah diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa

pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak

khususnya di paroki Santo Petrus Perkalongan masih kurang. Oleh karena itu,

penyadaran kembali dan usaha untuk meningkatkan tanggungjawab sebagai

keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak perlu mendapat perhatian

khusus sehingga iman anak-anak dapat tumbuh dan berkembang serta mampu

menjadi terang dan garam bagi sesamanya.

d. Kesulitan-kesulitan yang Dialami Keluarga Katolik dalam Menjalankan Tanggungjawabnya

Hasil penelitian mengungkapkan kesulitan yang dilihat dari segi internal

dalam menjalankan tanggungjawab memberikan pendidikan iman anak dalam

keluarga yakni 30 responden menjawab kurangnya waktu bersama anak dan 22

responden menjawab kurangnya pemahaman akan tanggungjawab sebagai

keluarga Katolik. Dan adapula yang menjawab kurangnya kesadaran akan tugas

dan kewajiban sebagai keluarga Katolik. Kemudian kesulitan dari segi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

102

eksternalnya yakni 31 responden menjawab perkembangan teknologi yang begitu

cepat, 26 responden menjawab anak sibuk dengan dunianya sendiri, dan 25

responden menjawab lingkungan yang kurang mendukung.

Melihat hasil penelitian tersebut, penulis berpendapat bahwa kesulitan

internal yang dialami oleh umat adalah kurangnya waktu bersama anak. Begitu

juga dengan yang eksternal yakni perkembangan teknologi yang begitu cepat

membuat anak mudah terpengaruh dan akhirnya asyik dengan dunianya sendiri.

Keadaan ini menjadi semakin sulit karena pekerjaan orang tua yang begitu sibuk,

sehingga waktu dan kesempatan orang tua bersama dengan anak menjadi kurang.

Hasil penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik menunjukkan

sebagian besar umat menyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak sekolah

atau sekolah minggu. Hal ini sungguh memprihatinkan. Sebab pendidik iman

yang utama bukan sekolah, melalui guru agama atau sekolah minggu tetapi lebih-

lebih dari dan dalam keluarga.

Adapun usaha konkret keluarga-keluarga Katolik paroki Santo Petrus

Pekalongan dalam upaya mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut yaitu dengan

mengatur waktu sehingga mempunyai kesempatan bersama anak dan membangun

komitmen dalam diri dengan memberi prioritas utama bagi pendidikan iman anak.

Dari hasil penelitian ini, penulis berpendapat bahwa umat mempunyai niat baik

sebagai bentuk usaha konkret untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Kesadaran mereka merupakan sesuatu yang menggembirakan sebab umat

mempunyai perhatian yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

103

anak-anak mereka. Maka kesadaran tersebut perlu ditindaklanjuti dengan

dukungan dari pihak paroki akan peran utama keluarga dalam mendidik iman

anak.

e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan Tanggungjawab terhadap Pendidikan Iman Anak

Hasil penelitian menyebutkan bahwa umat mengharapkan adanya

kerjasama antara orang tua dan anak sebagai satu keluarga serta saling

mendukung antar anggota keluarga supaya menjadi keluarga yang harmonis,

hidup rukun dan bertaqwa kepada Tuhan. Tidak hanya itu, umat juga ingin

menjalin kerjasama dengan guru agama maupun katekis. Adapula umat yang

mengharapkan adanya pendampingan khusus kepada keluarga-keluarga Katolik.

Hasil penelitian mengenai sarana dan prasarana yang diharapkan ada di

setiap keluarga Katolik sebagian besar mengharapkan buku-buku penunjang

tentang iman Katolik. Menurut penulis, buku-buku tersebut juga dapat membantu

umat untuk memberikan pendidikan iman kepada anak mengenai pengetahuan-

pengetahuan iman Katolik.

Berkaitan dengan harapan untuk meningkatkan tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak, hasil penelitian menunjukkan 30

responden memilih rekoleksi keluarga dilaksanakan dua kali setahun dan 24

responden memilih weekend keluarga. Sedangkan yang lainnya memilih

pendalaman iman khusus orang tua dan retret keluarga. Itu artinya umat

menginginkan diadakannya rekoleksi keluarga supaya mereka semakin

diperdalam tanggungjawab sebagai keluarga Katolik dan semakin memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

104

kesadaran akan tanggungajwabnya untuk dapat mendidik iman anak-anak mereka.

Keluarga Katolik juga tidak hanya memahaminya saja, namun harus dapat

menerapkan tanggungjawab tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kesimpulan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan beberapa kesimpulan

berdasarkan pembahasan hasil penelitian. Pertama, pemahaman dan penghayatan

tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan sudah baik.

Hanya saja pada pelaksanaannya harus ditingkatkan lagi terutama pada tindakan

konkretnya supaya tanggungjawab tersebut tidak hanya sebatas dipahami saja,

melainkan juga harus dilaksanakan. Karena sebagai keluarga Katolik tidak cukup

hanya sebatas membesarkan anak-anak mereka, namun perlu juga melaksanakan

tanggungjawabnya terutama para orang tua dalam memberikan pendidikan iman

kepada anak dengan penuh rasa tanggungjawab dan kesadaran bahwa pendidikan

iman anak yang utama dan pertama adalah dari keluarga.

Kedua, pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan

iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan masih kurang. Keluarga Katolik

belum sepenuhnya melaksanakan tanggungjawabnya dengan sungguh-sungguh.

Hanya sebatas kata-kata yang diucapkan pada saat janji nikah. Tentu hal ini sangat

memprihatinkan bagi tumbuhkembangnya iman anak-anak Katolik di paroki

Santo Petrus Pekalongan.

Ketiga, keluarga Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan mengalami

kesulitan dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Kesulitan yang datang dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

105

dalam diri sendiri yakni kurangnya waktu bersama anak karena sebagian besar

dari mereka sibuk dengan pekerjaan, sehingga waktu bersama anak sangatlah

minim. Kesulitan lain datang dari anak itu sendiri yakni perkembangan teknologi

yang begitu cepat mampu mempengaruhi pola pikir dan tindakan anak-anak. Ini

menjadi suatu keprihatinan bagi orang tua dan juga bagi pihak pengurus Gereja

paroki agar dapat menemukan cara-cara baru dalam memberikan pendidikan iman

anak.

Keempat, umat paroki Santo Petrus Pekalongan memiliki harapan untuk

meningkatkan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik. Harapan itu di

antaranya perlu adanya kerjasama antara orang tua dan anak sebagai satu keluarga

serta saling mendukung antar anggota keluarga. Tidak hanya itu, umat juga

mengharapkan adanya sarana dan prasarana demi menunjang pendidikan iman

anak yakni buku-buku penunjang iman Katolik. Dan yang terakhir umat

mengusulkan untuk diadakan program rekoleksi keluarga yang diadakan dua kali

dalam setahun guna meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap

pendidikan iman anak. Umat mengharapkan program tersebut dapat menjadi

kekuatan bagi para orang tua di paroki Santo Petrus Pekalongan untuk semakin

memperdalam kesadaran serta tanggungjawabnya sebagai orang tua dalam

memberikan pendidikan iman anak.

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

106

BAB IV

UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP

PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI REKOLEKSI KELUARGA

Pada bab III penulis telah memaparkan hasil penelitian mengenai

tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap

pendidikan iman anak. Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa: pertama,

tingkat kedalaman pemahaman akan penghayatan tanggungjawab keluarga

Katolik sudah baik. Hanya saja pada tindakan konkretnya belum maksimal.

Kedua, pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman

anak di paroki Santo Petrus Pekalongan masih kurang. Ketiga, umat paroki Santo

Petrus Pekalongan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tanggungjawab di

dalam keluarganya. Keempat, umat Paroki Santo Petrus Pekalongan memiliki

harapan besar berkaitan usaha untuk meningkatkan tanggungjawabnya sebagai

keluarga Katolik dalam mendidik iman anak dan juga sarana dan prasarana untuk

mendukung tercapainya pendidikan iman anak di dalam keluarga.

Pada bab IV ini, penulis memaparkan upaya yang diharapkan umat untuk

meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan

berdasarkan kajian pustaka pada bab II dan hasil penelitian bab III. Upaya yang

penulis ajukan pada bab ini mengarah pada empat unsur tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak yakni koinonia, leiturgia, kerygma, dan

diakonia. Sebab berdasarkan hasil penelitian, empat unsur tersebut sangat

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

107

diperlukan guna meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo

Petrus Pekalongan. Penulis akan membagi bab IV ini dalam tiga bagian: pertama,

pentingnya tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak bagi

umat paroki Santo Petrus Pekalongan. Kedua, penulis menyampaikan contoh

program yang dapat mendukung upaya tersebut. Ketiga, penjelasan lebih rinci

mengenai usulan program dalam bentuk rekoleksi keluarga.

A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik Paroki Santo Petrus Pekalongan Terhadap Pendidikan Iman Anak

Dalam berbagai kesempatan baik dalam wejangan, homili, maupun

kunjungan Paus Fransiskus terus menyuarakan pentingnya keluarga sebagai dasar

untuk menanamkan nilai-nilai kekatolikan pada anak-anak mereka. Pesan ini pun

ditanggapi serius oleh Gereja Katolik Indonesia dengan mengadakan acara Sidang

Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2015 di kawasan Cimacan, Jawa Barat

yang berlangsung dari tanggal 2 sampai 7 November 2015 dan dihadiri juga oleh

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (dilansir dari

http://indonesia.ucanews.com/20154/11/03). Acara ini menyoroti fungsi dan

keberadaan keluarga dalam mewujudkan nilai-nilai Injili dalam kehidupan. Dalam

kesempatan ini Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Filippazi

menyampaikan bahwa Gereja adalah keluarga. Gereja merupakan rumah tangga

dan keluarga, keduanya saling memberi dan menerima satu sama lain, yang satu

berkembang maka yang lain berkembang pula“ (Warta Iman, 7-8 November 2015:

24). Artinya keluarga adalah sekolah pertama dan tempat pembentukan mendasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

108

bagi anak-anak agar menjadi pribadi beriman dan berkarakter sesuai dengan

imannya. Keluarga menjadi pondasi penting dalam menumbuhkembangkan iman

anak-anak mereka sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi-pribadi yang

berdayaguna bagi perkembangan Gereja dan masyarakat.

Perkawinan Katolik itu sendiri mempunyai tujuan untuk mewujudkan

kesejahteraan suami-isteri serta terarah pada kelahiran dan pendidikan anak,

seperti yang dirumuskan dalam Kitab Hukum Kanonik, kanon 1055 § 1, “... yang

menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri (bonum

coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak”. Artinya orang tua harus

mendidik anak dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggungjawab, meski tidak

mudah, apalagi di zaman sekarang ini. Mereka sebaiknya memikirkan dan

mengupayakan pendidikan yang utuh dan menyuluruh bagi anak-anak mereka.

Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua harus mendidik sendiri anak-

anaknya. Mereka harus sungguh-sungguh bertanggungjawab terhadap pendidikan

anaknya, bukan malah melimpahkan tanggungjawab tersebut kepada kakek-

neneknya, apalagi pembantu rumah tangga, sebab tanggungjawab pendidikan

anak tidak dapat digantikan dan diambil alih oleh pihak lain (FC, a. 36). Mereka

melakukan tanggungjawabnya sampai anak menginjak usia dewasa dan dapat

menentukan jalan hidupnya secara bertanggungjawab, baik untuk hidup membiara

maupun berkeluarga (Prasetya, 2014: 23)

Seperti sudah dikatakan di muka, walaupun tugas dan tanggungjawab

membaptis anak dapat, atau bahkan harus ditunda karena alasan-alasan berat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

109

namun pendidikan iman Katolik pada anak tidak boleh ditunda atau malahan

dihentikan. Dalam situasi apa pun, orang tua Katolik tetap berkewajiban dan

bertanggungjawab memberikan pendidikan iman katolik kepada anak-anaknya,

karena pada hakikatnya orang tua adalah pewarta iman yang pertama bagi anak-

anaknya. Melalui kata-kata dan tindakan, orang tua membimbing anak-anaknya

untuk bertumbuh menjadi pribadi dewasa yang menghayati kehidupan dan

panggilan kristianinya (Prihartana, 2008: 51)

Dalam pertemuan sidang pleno Dewan Penasihat Kepausan untuk

Keluarga yang membahas tema pewartaan iman dalam keluarga, Paus Yohanes

Paulus II mengingatkan kembali keterlibatan orang tua dalam misi dan kerasulan

Gereja dalam evangelisasi melalui pendidikan iman anak-anak (Prihartana, 2008:

51). Dengan memberikan pendidikan iman kepada anak-anak, orang tua juga

melaksanakan fungsinya sebagai rekan kerja Allah dalam misi evangelisasi,

penyelamatan, dan pengudusan yang diemban oleh Gereja dalam rangka

memperteguh martabat Gereja Rumah Tangga.

Sebagai Gereja mini atau Gereja rumah tangga keluarga juga dipanggil

untuk turut serta dalam tugas perutusan Gereja melalui 4 (empat) kegiatan inti

keluarga yaitu persekutuan pribadi (koinonia), pewartaan (kerygma), perayaan

iman (leiturgia), dan pelayanan (diakonia). Berdasarkan hasil penelitian (dari data

wawancara) keempat fungsi ini menunjukkan hasil yang kurang maksimal.

Buktinya dapat dilihat pada hasil wawancara khususnya pertanyaan nomor 3.

Keempat fungsi tersebut di atas yang seharusnya dapat dilakukan dan

dikembangkan dalam keluarga tetapi kini belum berjalan dengan baik. Maka dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

110

itu, guna mengusahakan berkembangnya keempat fungsi tersebut dalam keluarga

diperlukan suatu bentuk kegiatan pendampingan sebagai upaya untuk

meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak.

Pada bagian ini, penulis lebih memfokuskan pada sebuah kegiatan

pendampingan yang mampu menanamkan nilai-nilai Kristiani akan

tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Hal ini sesuai

dengan visi dan misi Gereja paroki Santo Petrus Pekalongan. Di mana Gereja

paroki Santo Petrus Pekalongan terpanggil untuk memelopori berdirinya Kerajaan

Allah di tengah-tengah masyarakat.

B. Upaya Peningkatan Tanggungjawab Keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap Pendidikan Iman Anak

Setelah menyadari pentingnya tanggungjawab keluarga Katolik dalam

mendidik iman anak-anak mereka, kini penulis akan memaparkan suatu upaya

untuk menanggapi hal tersebut. Untuk itu penulis mengajukan suatu kegiatan

pembinaan yaitu rekoleksi keluarga.

1. Alasan Pemilihan Program Rekoleksi Keluarga

Upaya yang penulis ajukan yaitu program Rekoleksi Keluarga. Kegiatan

ini diusulkan oleh umat paroki Santo Petrus Pekalongan. Selain itu, kegiatan

rekoleksi ini juga mulai dicanangkan oleh paroki dalam menyambut tahun

Kerasulan Keluarga. Maka dari itu, kegiatan rekoleksi perlu dilaksanakan sebagai

upaya membantu orang tua untuk meningkatkan tanggungjawabnya sebagai

keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

111

2. Rekoleksi Keluarga

a. Tujuan Kegiatan Rekoleksi

Tujuan dari rekoleksi dapat dilihat dari arti kata rekoleksi itu sendiri.

Menurut Mangunhardjana (1985: 7) istilah rekoleksi berasal dari bahasa Inggris

recollectio yang berarti usaha untuk mengumpulkan kembali. Dalam hal ini yang

dikumpulkan adalah pengalaman peserta rekoleksi dalam kesehariannya. Maka

tujuan umum dari rekoleksi adalah agar peserta mampu menyadari peran Kristus

dalam hidup mereka melalui pengalaman sehari-hari dalam berkarya.

Yang dilakukan dalam rekoleksi sama dengan apa yang dilakukan dalam

retret. Peserta meninjau karya Allah dalam dirinya, cara kerja serta bimbingan-

Nya dan tanggapan terhadap karya Allah itu. Seperti dalam retret, bahan yang

diolah dalam rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani

(Mangunhardjana, 1985: 18).

b. Waktu, Tempat, dan Peserta

Rekoleksi ini, pertama-tama bertujuan untuk mengembangkan iman serta

nilai-nilai Kristiani dalam keluarga. Kegiatan ini diharapkan dapat

memperkembangkan iman pribadi maupun keluarga sebagai satu komunitas iman

sehingga mereka mampu menjadi saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat.

Maka, setiap keluarga Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan diharapkan untuk

ikut terlibat di dalamnya.

Rekoleksi ini dilaksanakan satu tahun dua kali. Rekoleksi yang pertama

akan dilaksanakan pada saat libur sekolah bulan Juli dan yang kedua pada bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

112

Desember. Rekoleksi yang pertama diambil bulan Juli karena bertepatan pada

libur anak sekolah, sehingga para orang tua masih memiliki waktu senggang

untuk mengikuti rekoleksi. Kemudian rekoleksi yang kedua dilaksanakan pada

bulan Desember bertepatan dengan pesta Keluarga Kudus, dengan alasan agar

dapat meneladani semangat hidup Keluarga Kudus Nazaret.

Berkaitan dengan tempat pelaksanaannya dapat ditentukan secara bersama

dengan pengurus kegiatan rekoleksi keluarga dan dapat mencari tempat yang

nyaman untuk melaksanakannya.

C. Usulan Program Rekoleksi Keluarga

1. Latar Belakang Program

Keluarga Katolik merupakan Gereja kecil yang sangat baik bagi

tumbuhkembangnya iman anak sebab dari sanalah anak mulai belajar dan

menemukan nilai-nilai hidup untuk membangun kehidupannya di masa

mendatang. Hal tersebut sesuai dengan GE, a. 3, “agar dapat melaksanakan tugas

perutusannya, keluarga perlu mempersiapkan anggota-anggotanya, terutama anak-

anak, melalui pendidikan, baik mengenai iman Katolik maupun nilai-nilai

kemanusiaan, karena keluarga adalah sekolah yang pertama dan utama bagi

mereka”. Hal ini mengisyaratkan bahwa keluargalah tempat mendasar pendidikan

iman anak. Tugas dan tanggungjawab tersebut bukan berarti sesuatu yang mudah

dilakukan oleh orang tua. Karena itu orang tua perlu memiliki komitmen, niat

yang kuat, persiapan dan perencanaan yang matang. Dan tentunya hal ini tidak

boleh begitu saja diserahkan kepada orang tua semata sebagai keluarga Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

113

tetapi juga perlu bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti guru agama,

katekis, pembimbing rohani dan lain-lainnya sehingga tugas dan tanggungjawab

keluarga Katolik tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Keluarga Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan pun diharapkan benar-

benar memiliki komitmen, niat yang kuat, dan perencanaan yang matang untuk

melaksanakan tanggungjawabnya dalam mendidik iman anak-anak mereka.

Namun, pada kenyataannya harapan tersebut cenderung terhambat oleh berbagai

macam rutinitas serta pekerjaan yang benar-benar menyita banyak waktu.

Rekoleksi keluarga ini diharapkan membantu para keluarga Katolik untuk

semakin menyadari tanggungjawabnya sekaligus menjadi pelaksana sekolah iman

bagi anak-anak mereka sebab tugas mendidik anak itu “berakar pada panggilan

utama suami/istri dalam karya penciptaan Allah” (FC, a. 36).

2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Keluarga

Penulis mengusulkan tema rekoleksi keluarga yakni “Keluarga Menjadi

Sekolah Iman yang Pertama”. Artinya, keluarga merupakan komunitas pertama

dan utama yang bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak, karena dalam

keluargalah anak-anak lahir, hidup dan bertumbuh dewasa (GE, a. 3). Dalam

keluarga, anak menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat

serta Gereja, terutama dalam hal iman. Pendidikan iman anak yang dilakukan

dalam keluarga Katolik mencakup 4 unsur, yakni koinonia, kerygma, leiturgia,

dan diakonia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

114

Tujuan yang hendak dicapai melalui rekoleksi keluarga adalah membantu

peserta meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap

pendidikan iman anak dalam keluarga dengan meneladani cara hidup Keluarga

Kudus Nazaret dengan demikian mereka semakin tergerak hatinya dan semakin

setia menjadi pelaku utama melaksanakan tanggungjawab tersebut dalam keluarga

Katolik.

Tema dan tujuan umum tersebut akan diuraikan lebih rinci menjadi 2 tema

dan tujuan khusus yang akan digunakan dalam 2 pertemuan, sebagai berikut:

a. Tema : Membangun Komunitas Iman dan Hidup Doa dalam Keluarga.

Tujuan : Membantu keluarga membangun sebuah komunitas iman dan

hidup doa dalam keluarganya melalui pengalamannya sehingga

mereka semakin mampu melaksanakan perannya untuk

memberikan pendidikan iman pada anak dengan demikian anak

dapat tumbuh menjadi pribadi yang beriman tangguh.

b. Tema : Keluargaku Menjadi Saksi Kristus dengan saling Cinta dan Peduli

Satu sama lain.

Tujuan : Membantu keluarga menjadi saksi Kristus yang saling cinta dan

melayani satu sama lain dalam keluarga dengan demikian mereka

semakin mampu untuk melaksanakannya dalam hidup sehari-hari

baik di dalam keluarga maupun di tengah masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

115

3. Matriks Usulan Rekoleksi Keluarga

Tema Umum : Keluarga Menjadi Sekolah Iman yang Pertama

Tujuan Umum : Membantu peserta meningkatkan tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak dalam keluarga dengan

meneladani cara hidup Keluarga Kudus Nazaret dengan demikian mereka semakin tergerak hatinya dan semakin

setia menjadi pelaku utama melaksanakan tanggungjawab tersebut dalam keluarga Katolik.

No Tema Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Membangun

Komunitas Iman dan Hidup Doa dalam Keluarga

Membantu keluarga membangun sebuah komunitas iman dan hidup doa dalam keluarganya melalui pengalamannya sehingga mereka semakin mampu melaksanakan perannya untuk memberikan pendidikan iman pada anak dengan demikian anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang beriman tangguh. 

- Pengalaman hidup peserta/Cerita Pengalaman

- Memahami cara hidup Keluarga Kudus Nazaret: o Keluarga

sebagai komunitas iman

o Doa sebagai kekuatan keluarga

- Pendidikan dan impian orang tua terhadap anaknya

- Sharing pengalaman

- Tanya jawab

- Informasi - Renungan - Refleksi - Peneguhan

- Teks Kitab Suci Luk 2:21-23; 41-52

- Teks dan video lagu “Harta yang Paling Berharga adalah Keluarga”

- Cerita Pengalaman “Keluarga Albert”

- Speaker - Laptop - LCD

- Luk 2:21-23; 41-52 - https://www.youtube.c

om/watch?v=oojOZjhA3iU

- Wignyasumarta, Ign., MSF, dkk. (2000). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Hal 36

- Dianne Bergant, CSA. Dan Robert J. Karris, OFM. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 120-121 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

116

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2. Keluargaku

Menjadi Saksi Kristus dengan saling Cinta dan Peduli Satu sama lain

Membantu keluarga menjadi saksi Kristus yang saling cinta dan melayani satu sama lain dalam keluarga dengan demikian mereka semakin mampu untuk melaksanakannya dalam hidup sehari-hari baik di dalam keluarga maupun di tengah masyarakat

- Pengalaman hidup peserta o Menjadi Saksi

Kristus dengan saling Cinta dan Peduli Satu sama lain

- Sikap dasar untuk melayani bukan dilayani

- Gereja dan masyarakat

- Gereja dan kaum miskin

- Keluarga Katolik sejati harus peduli dan berbagi

- Sharing pengalaman

- Refleksi - Tanya

jawab - Informasi - Peneguhan

- Teks Kitab Suci Kis 2:41-47; 4: 32-37

- Video “Keluarga Itu Saling Melayani”

- Speaker - Laptop - LCD

- Kis 2:41-47; 4: 32-37 - https://www.youtube.c

om/watch?v=nkEH_5kyuFQ

- Edi Mulyono, Y., SJ, dkk. (2011). Bunga Rampai XXI Mari Berbagi Menuju Perwujudan Diri Sejati. Jakarta: Konsorsium Pengembangan Pemberdayaan Pastoral Sosial Ekonomi. Hal 63

- Dianne Bergant, CSA. Dan Robert J. Karris, OFM. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 218-221

- KWI. 1996. Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 444-460

 

116

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

117  

4. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi Keluarga

a. Tema : Membangun Komunitas Iman dan Hidup Doa dalam Keluarga.

b. Tujuan : Membantu keluarga membangun sebuah komunitas iman dan

hidup doa dalam keluarganya melalui pengalamannya sehingga

mereka semakin mampu melaksanakan perannya untuk

memberikan pendidikan iman pada anak dengan demikian anak

dapat tumbuh menjadi pribadi yang beriman tangguh.

c. Susunan Acara

No Waktu Acara 1) 08.00-08.15 Snack dan Absen peserta 2) 08.15-08.30 Salam dan kata pembukaan 3) 08.30-08.45 Nyanyian dan doa pembukaan 4) 08.45-09.00 Pengarahan dari pembimbing rekoleksi

tentang tema 5) 09.00-09.15 Ice Breaking 6) 09.15-10.15 Sesi I: Pengalaman Hidup Peserta/Cerita

Pengalaman 7) 10.15-10.45 Refleksi Pribadi 8) 10.45-11.45 Sesi II : Memahami Cara Hidup Keluarga

Kudus Nazaret 9) 11.45-12.15 Refleksi Pribadi 10) 12.15-12.45 Pleno hasil Refleksi 11) 12.45-13.45 Makan siang 12) 13.45-14.00 Ice Breaking13) 14.00-15.00 Sesi III : Pendidikan Iman yang Menjadi

Impian Orang Tua Terhadap Anaknya 14) 15.00-15.15 Snack15) 15.15-16.30 Misa 16) 16.30-17.00 Foto bersama dan sayonara

d. Pelaksanaan

Waktu Rincian Kegiatan 08.00-08.15 Snack dan Absen peserta 08.15-08.30 Salam dan kata pembukaan (± 15) Ketua panitia mengucapkan selamat datang kepada semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

118  

peserta dan terima kasih atas kedatangan mereka, serta kepada pembimbing atas kesediaan mendampingi rekoleksi keluarga ini. Kemudian menyampaikan harapan agar rekoleksi ini memampukan peserta untuk semakin menyadari karya Allah, cara kerja serta bimbingan-Nya dan tanggapan terhadap karya Allah itu; terutama sebagai keluarga Katolik dalam mendidik anak-anak mereka.

08.30-08.45 Nyanyian dan doa pembukaan Peserta diajak bersama-sama mengawali rekoleksi dengan

bernyanyi “Harta yang paling berharga adalah Keluarga”. Klip video ini ditayangkan menggunakan LCD. Setelah itu, peserta masuk dalam doa pembuka sebagai langkah awal membuka rangkaian kegiatan rekoleksi keluarga. Doa pembuka: Bapa yang penuh kasih, kami mnenghadap-Mu secara bersama-sama dalam satu hati untuk memaknai dan belajar dari Engkau bagaimana menjadi keluarga Katolik yang baik yang mampu memberikan pendidikan iman yang layak bagi anak-anak kami. Kami mohon, dengan meneladani pola hidup Keluarga Kudus Nazaret kami sebagai orang tua semakin menyadari dan mau melaksanakan tanggungjawab kami dalam mendidik anak-anak kami khususnya pertumbuhan iman mereka. Ajarilah kami untuk selalu terbuka dan menyediakan waktu bagi anak-anak kami, sehingga dalam relasi dengan anak-anak semakin menjadi akrab dan dekat. Semoga Roh-Mu sendiri yang menggerakkan hidup kami dalam membina dan mengembangkan sikap mengasihi antar anggota keluarga seturut hati-Mu. Demi Kristus Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

08.45-09.00 Pengarahan dari pembimbing rekoleksi tentang tema Dalam rekoleksi keluarga ini kita akan masuk dalam suasana

kehidupan Keluarga Kudus di Nazaret. Kita akan melihat dan belajar bagaimana Yesus, Maria dan Yosef menghayati hidup berkeluarga sebagai anak, ibu dan bapak. Teladan hidup berkeluarga, khususnya dalam hal membangun komunitas iman dan hidup doa, ingin kita angkat menjadi contoh atau model bagi hidup keluarga kita. Karena Keluarga Kudus Nazaret oleh Santo Bapa Leo XIII secara resmi telah dinyatakan menjadi pelindung dan suri teladan bagi keluarga-keluarga Kristiani di seluruh dunia. Lalu, dari mana kita dapat mengenal kehidupan Keluarga Kudus Nazaret ini? Tentu saja kita akan menggali sumbernya dari Kitab Suci, khususnya Injil Lukas. Marilah sekarang kita dengarkan bacaan Kitab Suci dari Injil Lukas tersebut.

09.00-09.15 Snack dan Ice Breaking Untuk mencairkan suasana dan membangkitkan semangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

119  

peserta, permainan dilaksanakan dalam kelompok besar dan diikuti oleh seluruh peserta. Permainan yang diusulkan adalah gerak dan lagu “Marina Menari di Menara” dan “Dengar Dia Panggil Nama Saya”.

09.15-10.15 Sesi I : Penggalian Pengalaman Hidup Peserta dan Cerita Pengalaman “Keluarga Albert” (terlampir)

Pendamping mengajak peserta untuk mendengarkan cerita “Keluarga Albert” yang dibacakan dan kemudian peserta diberi kesempatan untuk membacanya secara pribadi. Setelah itu, pendamping mengajukan pertanyaan untuk dijawab dalam kelompok kecil: 1) Apa yang dikisahkan Albert dalam cerita tadi? 2) Sebutkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga

Albert untuk mengembangkan iman keluarga, khususnya anak-anak!

3) Apakah kebiasaan itu berarti bagi Albert? Bagaimana Albert menceritakannya?

4) Bagaimana dengan pengalaman anda? Kebiasaan apa saja yang anda lakukan dalam keluarga untuk mengembangkan iman anak-anak?

5) Tantangan dan kesulitan apa yang sering anda hadapi dalam mengembangkan iman keluarga?

Pendamping merangkum hasil sharing peserta dan memberi peneguhan.

10.15-10.45 Refleksi Pribadi Pendamping mempersilakan peserta mengambil waktu dan

tempat untuk hening masing-masing dan menulis buah-buah rohani dari sesi I.

10.45-11.45 Sesi II : Memahami Cara Hidup Keluarga Kudus Nazaret Kisah hidup Keluarga Kudus di Nazaret ini hanya secara

singkat dilukiskan oleh Lukas, dan ini pun hanya sebagian peristiwa semasa Ia genap delapan hari, ketika harus disunat dan Yesus masih kanak-kanak, ketika Ia dipersembahkan ke Bait Allah di Yerusalem. Namun, dari yang singkat ini dapat kita petik pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan keluarga kita. Paus Paulus VI pernah memberi amanat apostoliknya tentang Keluarga Nazaret dengan mengatakan, “Rumah Nazaret itu merupakan sekolah di mana kita mulai mengerti hidup Yesus”. Dalam hidup mereka, kita menemukan model hidup keluarga yang tiada taranya, hubungan antar anggotanya keluarga begitu indah dan penuh kasih terjalin di Nazaret. Kita dapat belajar dari cara hidup dalam Keluarga Kudus untuk kita jadikan model hidup bagi keluarga kita. Oleh karena itu, baiklah sekarang kita perdalam lagi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

120  

1) Apa yang dilakukan orang tua Yesus pada saat Yesus berumur delapan hari?

2) Mengapa orang tua Yesus melakukan hal itu? 3) Apa pesan yang bisa kita petik dari kisah tersebut dalam

rangka pengembangan keluarga sebagai komunitas doa dan beriman?

Peserta diajak menjawab pertanyaan dan sharing dalam kelompok kecil kemudian diplenokan dalam kelompok besar. Pendamping merangkum hasil sharing peserta dan memberi peneguhan : 1) Orang tua Yesus adalah orang yang saleh dan suci. Tiap-tiap

tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus berumur delapan hari untuk disunat dan berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Mereka mentaati hukum Tuhan dan tekun dalam berdoa. Anak dipersembahkan ke pada Tuhan dalam doa agar anaknya dibimbing oleh Tuhan dan tumbuh menjadi anak yang baik dan penuh berkat. Kita sebagai orang Kristiani sadar, baik melalui pengalaman pribadi maupun dalam kesatuan dengan keluarga sebagai komunitas antar pribadi, bahwa doa mempunyai kekuatan: kekuatan yang mengubah, menyembuhkan dan memampukan manusia hidup setia dalam perkawinannya. Kekuatan itu timbul bukan dari kita sendiri sebagai manusia, melainkan dari Allah dalam Roh Kudus. Kekuatan itu diperlukan oleh keluarga –suami istri, ayah ibu, dan anak-anak – agar mereka dapat menghayati kehidupan keluarganya, serta misinya menurut rencana Allah sendiri.

2) Yesus pun menyadari bahwa hidup-Nya yang telah tumbuh dewasa, yang hidup-Nya taat kepada Bapa dan penuh cinta kepada sesama, juga merupakan buah dari pendidikan iman yang dilakukan oleh orang tua-Nya. Orang tua yang penuh iman percaya pada penyelenggaraan ilahi serta setia menjalankan hukum Tuhan, menjadi inspirasi hidup Yesus di hadapan Bapa-Nya. Keluarga Kudus Nazaret menjadi komunitas iman yang hidup yang mampu memberikan rasa kesejukan batin bagi Yesus untuk tumbuh menjadi pribadi yang penuh hikmat.

3) Keluarga sebagai komunitas iman berarti keluarga bukan suatu komunitas biasa tetapi suatu tempat persemaian dan sekolah iman; bahwa dalam keluarga iman serta pengungkapannya diperkenalkan, diajarkan, dan dihayati. Di zaman modern ini keluarga sebagai komunitas iman mempunyai sisi terang dan sisi gelap. Di satu sisi, kita menyaksikan banyaknya orang yang mendambakan siraman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

121  

rohani/iman dalam kehidupannya lewat pendalaman iman, rekoleksi, retret, novena, dan lain-lain. Di sisi lain juga, arus sekularisasi menjadikan orang alergi dengan hal-hal yang berbau keagamaan. Agama menjadi urusan besok atau akhirat. Manusia sibuk mengejar dan memupuk materi, mendewakan IPTEK, dan menomorduakan nilai-nilai moral. Dalam rencana Allah, keluarga merupakan komunitas iman, bahwa di dalam keluarga, iman disemai, dipupuk, dan diperkembangkan. Keluarga sebagai Gereja mini harus menjadi tempat untuk menyalurkan dan mewartakan iman. Misi keluarga ini berakar dalam sakramen Baptis dan Krisma, serta mendapatkan peneguhannya dalam sakramen Pernikahan untuk menguduskan dan merombak dunia menurut rancangan Allah sendiri. Melalui Pernikahan, suami-istri dijadikan misionaris-misionaris Kristus untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan, khususnya dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka sesuai iman Kristiani.

4) Kiat-kiat pembinaan: doa bersama di dalam, oleh, dan untuk keluarga. Betapa sulitnya menemukan waktu yang cocok bagi segenap anggota keluarga untuk berdoa bersama sebagai satu keluarga. Perayaan iman dan pesta keluarga, misalnya peristiwa ulang tahun kelahiran, baptisan, komuni, krisma, pernikahan, kelahiran anggota baru, dan kematian merupakan momen yang baik untuk merayakan dan mewartakan iman.

11.45-12.15 Refleksi Pribadi Pendamping mempersilakan peserta mengambil waktu dan

tempat untuk hening masing-masing dan menulis buah-buah rohani yang dapat diperoleh dari sesi II. Refleksi ini menggunakan bahan dari Teks Kitab Suci Luk 2:21-23; 41-52. (Meneladan Keluarga Kudus Nazaret).

12.15-12.45 Pleno Hasil Refleksi Pendamping mempersilakan perwakilan dari beberapa peserta

yang bersedia mensharingkan hasil refleksinya. Peserta lainnya mendengarkan dengan penuh penghayatan.

12.45-13.45 Makan siang 13.45-14.00 Ice Breaking Untuk mencairkan suasana dan membangkitkan semangat

peserta untuk memasuki sesi III, peserta diajak untuk bermain “Jika” dan “Maka”. Peserta dibagi dalam 2 kelompok besar. Kelompok satu menulis sebuah kalimat dengan awalan “Jika” dan kelompok dua menulis sebuah kalimat dengan awalan “Maka”. Kemudian peserta akan ditunjuk oleh pendamping secara berpasangan kelompok satu dan kelompok dua untuk membacakan dengan keras apa yang telah ditulis diawali oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

122  

kelompok satu dan disusul kelompok dua. Contoh kalimat yang terungkap : “Jika saya mendidik anak dengan cinta kasih, maka anak saya akan sangat berbahagia” dan seterusnya.

14.00-15.00 Sesi III : Pendidikan Iman yang Menjadi Impian Orang Tua Terhadap Anaknya

Tugas mendidik anak itu “ berakar pada panggilan utama suami/istri dalam karya penciptaan Allah” (FC, a. 36). Konsili Vatikan II mengingatkan kita, bahwa “ karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu, orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama” (GE, a. 3). Malahan menurut FC a. 36, peran orang tua dalam pendidikan itu “tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih” dan karena itu tak dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang lain. Dari anjuran apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II ini menjadi jelas, bahwa memang orang tualah yang pertama-tama menjadi pelaku pendampingan bagi anak-anaknya. Orang tua tak dapat lepas tangan dari tanggungjawab ini, betapapun sibuknya bekerja dan betapapun beraneka macam kegiatan di masyarakat maupun di gereja (Ef. 6:4). Tanggungjawab tersebut antara lain pendidikan religius (iman) yang menyangkut perkembangan anak dalam hubungan dengan Tuhan. Pendidikan iman ini merupakan hal yang esensial dalam hidup keluarga Kristiani. Orang tua mengemban hak pertama dan tanggungjawab dalam pendidikan iman anaknya. Aspek ini semakin menjadi mendesak jika agama dipilih oleh orang tuanya melalui baptisan bayi/anak-anak. Pendidikan iman harus mempersiapkan anak agar ia sadar dan sukarela menyambut pilihan iman orang tuanya dan selanjutnya mengembangkan rahmat baptisan itu dengan iman Katolik. Contoh pendidikan iman dalam keluarga: 1) Unsur persekutuan iman terungkap ketika keluarga

berkumpul bersama merayakan peristiwa-peristiwa penting seperti ulang tahun anggota keluarga, ulang tahun perkawinan, rekreasi bersama, kumpul bersama keluarga saat hari-hari besar (Natal, Paskah, dan tahun baru), dan makan bersama anggota keluarga.

2) Unsur doa/liturgi yang menjadi kekuatan dalam keluarga nampak ketika mengajak keluarga doa malam bersama, doa sebelum dan sesudah makan, doa pagi sebelum melakukan aktifitas, melaksanakan ibadat saat anggota keluarga merayakan ulang tahun atau syukuran, mengajak anggota keluarga untuk pergi ziarah, dan mengikuti perayaan Ekaristi minggu bersama-sama seluruh anggota keluarga.

Pendamping mempersilakan peserta membicarakan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

123  

pasangannya masing-masing sebagai sebuah keluarga untuk membuat niat atau rencana strategis yang dapat diwujudkan dalam keluarga mereka. Niat tersebut akan dipersembahkan ke dalam Misa penutup rekoleksi keluarga ini.

15.00-15.15 Snack 15.15-16.30 Misa Penutup Misa penutup dengan tema “Keluargaku Siap Menjadi Sekolah

Iman” Lagu pembuka “ Panggilan Tuhan” (MB 456) Doa pembukaan dengan inti syukur atas penyertaan Tuhan selama rekoleksi dan memohon agar Tuhan membuka hati para keluarga Katolik untuk menyadari pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga sehingga mereka mau dengan senang hati melaksanakannya dalam hidup berkeluarga sehari-hari Bacaan dari Efesus 6:1-9 dan Luk 2:41-52. Kotbah berisi buah-buah rohani rekoleksi yang telah diperoleh peserta sejak sesi pertama hingga ketiga serta niat-niat yang telah dibuat. Sesudah doa umat diadakan prosesi pembacaan niat dan rencana strategis setiap keluarga yang hendak diwujudkan dalam hidup keluarga mereka setiap hari. Lagu penutup “Jadilah Saksi Kristus” (MB 455)

16.30-17.00 Foto bersama dan sayonara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

124  

BAB V

PENUTUP

Pada bagian akhir dari karya tulis ini, penulis membagi isinya menjadi dua

bagian. Bagian pertama berisi kesimpulan yang didasari oleh rumusan

permasalahan. Bagian kedua berupa saran bagi semua pihak yang terkait dengan

penulisan karya tulis ini.

A. Kesimpulan

Tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak telah menjadi tugas yang

utama dan pertama keluarga Katolik. Tanggungjawab tersebut harus dipahami

serta dihayati oleh setiap keluarga Katolik sebagai panggilan khusus dari Allah

kepada orang tua untuk membimbing anak agar semakin dekat dengan Allah.

Tangggungjawab keluarga Katolik dalam pendidikan iman anak-anak

mereka mempunyai sumber inspirasi dari kehidupan Keluarga Kudus Nazaret

(Luk 2:41-52). Kehidupan Keluarga Kudus Nazaret menjadi suri teladan

pendidikan iman anak bagi keluarga-keluarga Katolik. Pendidikan iman anak

tersebut mencakup 4 unsur yaitu koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia.

Unsur pertama koinonia, misalnya keluarga selalu berkumpul untuk merayakan

peristiwa-peristiwa penting (ulang tahun anggota keluarga, ulang tahun

perkawinan, dan makan bersama anggota keluarga). Kedua unsur kerygma,

misalnya keluarga mengajak setiap anggotanya untuk membaca Kitab Suci,

merenungkan dan menafsirkan Sabda Allah dengan bersharing, mengajarkan anak

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

125  

mengenai pelajaran agama dan membantu untuk menemukan makna hidupnya

dalam terang Kitab Suci. Ketiga unsur leiturgia, misalnya keluarga Katolik

mengajak setiap anggotanya berdoa (doa malam, doa sebelum dan sesudah

makan, doa pagi sebelum melakukan aktifitas), melaksanakan ibadat saat anggota

keluarga merayakan ulang tahun atau syukuran serta mengajak anggota keluarga

untuk pergi ziarah. Dan keempat unsur diakonia, misalnya keluarga Katolik tidak

membeda-bedakan setiap anggota keluarga dalam memberikan kasih sayang,

merawat anggota keluarga yang sakit, anak-anak membantu orang tua

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga

Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan masih

kurang. Hal ini terlihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan

diakonia yang kurang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini

disebabkan oleh tidak adanya waktu untuk kumpul bersama antara anggota

keluarga karena tuntutan pekerjaan, kebutuhan ekonomi keluarga, dan perubahan

teknologi komunikasi yang begitu cepat.

Keseluruhan permasalahan di atas perlu ditanggapi dalam suatu bentuk

program pendampingan yang relevan dengan keadaan umat. Maka penulis

menawarkan rekoleksi keluarga Katolik demi membantu menjawab kebutuhan

umat. Sebab rekoleksi mampu membantu para keluarga Katolik untuk

mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman mereka dan menyadari peran

Kristus di dalam setiap pengalaman tersebut. Rekoleksi keluarga pun dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

126  

menjadi kekuatan keluarga Katolik untuk memperbaiki pola hidup mereka dan

berjalan bersama karya Allah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran

sebagai hasil refleksi selama ini bagi keluarga Katolik paroki Santo Petrus

Pekalongan. Pihak pengurus paroki disarankan perlu menindaklanjuti program

yang telah penulis usulkan yaitu rekoleksi keluarga Katolik. Program ini diyakini

mampu membantu meningkatkan tanggungjawab keluarga-keluarga Katolik untuk

sungguh-sungguh terlibat aktif dan lebih bertanggungjawab dalam memberikan

pendidikan iman bagi anak-anak mereka. Hal ini didasari bahwa

tumbuhkembangnya Gereja baik Gereja mini maupun Gereja paroki juga

ditentukan oleh persiapan generasi muda yang beriman dewasa dari para orang

tua. Maka Gereja perlu membuka pintunya dan membiarkan angin segar masuk

agar dapat memberikan kesejukan melalui temuan-temuan baru serta strategi-

strategi baru demi menghidupkan kembali iman keluarga-keluarga Katolik yang

redup.

Pihak pengurus paroki serta umat juga perlu menyadari pentingnya

pendampingan keluarga-keluarga Katolik dan melibatkan diri dalam usaha

pendampingan tersebut sebagai suatu bentuk gerakan umat. Pihak pengurus paroki

diharapkan perlu membangun kerjasama dengan pihak stasi dan lingkungan.

Wujud kerjasama yakni dengan menindaklanjuti program tersebut bisa dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

127  

kegiatan sarasehan mengenai pastoral keluarga dan membuat suatu program

pendampingan khusus bagi anak-anak dan orang muda seperti rekoleksi atau retret

berkaitan dengan pemahaman serta penghayatan iman kekatolikannya.

Pengurus paroki perlu mengevaluasi dan merefleksikan kegiatan-kegiatan

yang telah dilaksanakan. Sudah sejauh mana kegiatan-kegiatan tersebut

berdampak positif bagi perkembangan iman umat. Di sisi lain para keluarga

Katolik Santo Petrus Pekalongan juga perlu meningkatkan kesadaran diri dalam

memberikan prioritas dan totalitas pada perkembangan iman anak-anak mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

128  

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, FX., Drs., SJ. (2000). Katekese Sebagai Pendidikan Iman (Seri Puskat no 372). Yogyakarta: LPKP.

Agung Prihartana, BR., MSF. (2008). Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Kawin Campur dan Beda Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Dapiyanta, FX. (2011). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

DokPen KWI. (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ. Penterjemah dalam angka tahun 1993). Jakarta: Obor.

Dua, Mikhael. (2011). Kebebasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sebuah Eseai Etika; Seri Filsafat Atma Jaya: 30. Yogyakarta: Kanisius.

Eminyan, Maurice., SJ. (2001). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Gilarso, T. Drs, SJ. (editor). (1996). Membangun Keluarga Kristiani; Pembinaan

Persiapan Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius. Goretti Sugiarti, M., Sr, AK. (1999). Pendampingan Iman Anak. FIPA-

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Manuskrip. Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (2012). Usaha Menyatukan Hakikat Keluarga

Kristiani sebagai Gereja Domestik dan Sel Masyarakat demi Mewujudkan Nilai-nilai Kerajaan Allah; “Masa depan Gereja dan dunia akan terwujudkan melalui keluarga” (FC a. 75). Makalah.

Komisi Kitab Suci KAS. (2014). Keluarga Beribadah Dalam Sabda; Gagasan Pendukung Bahan Pertemuan Lingkungan (Dewasa) Bulan Kitab Suci Nasional. Yogyakarta: Kanisius.

Konsili Vatikan II. (1992). (Gravissimum Educationis) deklarasi tentang Pendidikan Kristiani. Diterjemahkan oleh R. Hadawiryana, SJ., Jakarta: Dokpen KWI.

_______________. (1993) Gaudium et Spes “Konstitusi Dogmatis tentang Pastoral Gereja dalam Dunia Modern”, Lumen Gentium “Konstitusi dogmatis tentang Gereja, dan Dei Verbum “Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi dalam Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI.

_______________. (2004). Dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuaositatem) diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI.

KWI. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Mangunhardjana. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Penerbit Yayasan

Kanisius. Mardi Usmanto, T., Pr. (2011). Katolik Sakpore. Kumpulan Tulisan yang

menampilkan Wajah Gereja Katolik Santo Petrus Pekalongan di usia 80 Tahun (1 November 1930 – 1 November 2010).

Moleong, L.J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

129  

____________. (2007). Dasar Penelitian Kualitatif. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Seri Pastoral no 393), Yogyakarta: Puspas.

Prasetya, L., Pr. (2014). Allah Memberkati Hidup Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Pudjiono, V. dan Oetomo, M.L. (2007). Pendidikan Anak Di Rumah Di Bidang Iman. Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang.

Riduwan, Dr. MBa. 2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rintyastini Yulita, dkk. (2006). Bimbingan dan Konseling SMP. Yogyakarta: Esis. Rukiyanto, B.A. Dr. SJ. dan Sumarah Esti, Ignatia (eds). (2014). Semakin Menjadi

Manusiawi; Teologi Moral Masa Kini. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Soerjanto, Al., Drs. dan Widiastoeti M. Dra. (2007). Pendidikan Anak-Anak Dalam Keluarga Katolik. Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang.

Suhardiyanto, H.J. Drs, SJ. (2008). “Pendidikan Iman Anak”. Diktat Mata Kuliah PIA bagi semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Suparno, Paul dkk. (2003). Pendidikan Budi Pekerti untuk SMU-SMK. Yogyakarta: Kanisius.

Sutrisno Hadi, Prof., Drs., MA. (1982). Metodologi Research 1. Yogyakarta: Andi Offset

Syamsu LN., H. M.Pd., Dr. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Warta Iman. (2015). “Teks Perayaan Ekaristi Minggu Komunikasi Sosial sedunia ke -49 Minggu Paskah VII / B, 16-17 Mei 2015 Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru”; Mengomunikasikan Keluarga: Tempat Istimewah Perjumpaan Karunia Kasih. Yogyakarta: Tim Liturgi Kobar yang mengemukakan pandangan Paus Fransiskus.

__________ (2015). “Teks Perayaan Ekaristi Minggu Biasa XIII / B, 27-28 Juni 2015 Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru”; Tuhan Pasti Menyelamatkanku: Yogyakarta: Tim Liturgi Kobar yang mengemukakan pandangan Paus Fransiskus.

___________(2015). “Teks Perayaan Ekaristi Minggu Biasa ke -32B, 7-8 November 2015 Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru”; Kristus: Teladan Totalitas Persembahan Hidup. Yogyakarta: Tim Liturgi Kobar yang mengemukakan pembukaan SAGKI IV.

Wignyasumarta, Ign., MSF, dkk. (2000). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Yohanes Paulus II, Paus. (1979). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese): Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini (16 Oktober 1079). Seri Dokumen Gerejawi no. 28. Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: DOKPEN KWI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: S K R I P S I - core.ac.uk filei UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I …

130  

____________________. (1994). Surat Kepada Keluarga-keluarga dari Paus Yohanes Paulus II, 1994 Tahun Keluarga; (2 Februari 1994). Seri Dokumen Gerejawi no. 34. Diterjemahkan oleh Hadiwikarta, Pr. Jakarta: DOKPEN KWI.

____________________. (2011). Familiaris Consortio (Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern): Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam-imam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik (22 November 1981). Seri Dokumen Gereja No. 30. Diterjemahkan oleh R. Hadawiryana, SJ., Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

http://indonesia.ucanews.com/20154/11/03 diunduh pada tanggal 2 Januari 2016,

pukul 14.00 WIB. 

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI