SEROSTOMIA

30
DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................... ................................................ 1 BAB 1 : PENDAHULUAN ......................................................... ........................ 2 BAB 2 : TINJAUAN UMUM SALIVA........................................................ ...... 3 2.1 FISIOLOGI SALIVA ....................................................... ............. 3 2.2 FUNGSI SALIVA........................................................ ................... 4 BAB 3 : SEROSTOMIA.................................................... .................................. 6 3.1 PENGERTIAN SEROSTOMIA.................................................... .. 6 3.2 PATOFISIOLOGI SEROSTOMIA.................................................. 6 3.3 ETIOLOGI SEROSTOMIA.................................................... ......... 7 1

Transcript of SEROSTOMIA

Page 1: SEROSTOMIA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... 1

BAB 1 : PENDAHULUAN................................................................................. 2

BAB 2 : TINJAUAN UMUM SALIVA.............................................................. 3

2.1 FISIOLOGI SALIVA .................................................................... 3

2.2 FUNGSI SALIVA........................................................................... 4

BAB 3 : SEROSTOMIA...................................................................................... 6

3.1 PENGERTIAN SEROSTOMIA...................................................... 6

3.2 PATOFISIOLOGI SEROSTOMIA.................................................. 6

3.3 ETIOLOGI SEROSTOMIA............................................................. 7

3.4 DIAGNOSIS SEROSTOMIA......................................................... 11

3.5 MANIFESTASI KLINIS SEROSTOMIA...................................... 12

3.6 AKIBAT SEROSTOMIA................................................................ 13

BAB 4 : SEROSTOMIA DALAM PROSTHODONSIA................................... 15

BAB 5 : PENATALAKSANAAN SEROSTOMIA........................................... 17

BAB 6 : KESIMPULAN..................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19

1

Page 2: SEROSTOMIA

BAB 1

PENDAHULUAN

Serostomia merupakan suatu hal yang sering dikeluhkan pada orang dewasa,

sekitar 20%-nya terjadi pada usia dewasa muda. Sebuah penelitian di London mengatakan

bahwa xerostomia menyerang 1 dari 4 orang pasien rawat jalan. Seringnya xerostomia

muncul akibat obat-obatan.2 Banyak hal yang bisa menyebabkan penurunan produksi saliva.

Penurunan produksi saliva ini selalu disertai dengan sebagian besar fungsi saliva tidak dapat

berjalan dengan lancar. Hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa keluhan pada penderita

mulut kering, seperti kesukaran dalam mengunyah dan menelan makanan, kesukaran dalam

berbicara, kepekaan terhadap rasa berkurang, kesukaran dalam memakai gigi palsu, mulut

terasa seperti terbakar dan sebagainya

2

Page 3: SEROSTOMIA

BAB 2

TINJAUAN UMUM SALIVA

2.1 FISIOLOGI SALIVA

Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri dari campuran sekret yang dihasilkan

oleh kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. Tiga kelenjar mukosa

mayor yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Sementara yang termasuk kelenjar

saliva minor adalah kelenjar ludah kecil yang terdapat dalam mukosa pipi, bibir, palatum dan

glosopalatal. Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% benda padat. Umumnya saliva diproduksi

1,5 liter dalam 24 jam.

Kelenjar saliva mayor merupakan kelenjar eksentrik yang mengeluarkan sekretnya

kedalam rongga mulut secara intermittent. Kelenjar saliva minor adalah kelenjar yang

letaknya tersebar pada mukosa dan submukosa rongga mulut, merupakan kelenjar kecil-kecil

yang mengeluarkan sekretnyaa terus-menerus.

Untuk membasahi membran mukosa rongga mulut, vestibulum dan bibir, saliva

disekresikan secara terus-menerus oleh kelenjar-kelenjar kecilyang jumlahnya banyak dan

berhubungan dengan rongga mulut. Selain itu, kelenjar parotis, submandibular, sublingualis

mengeluarkan sekretnya dalam jumlah banyak seolah dirangsang secara mekanis, kimiawi

psikis atau olfaktorius karena adanya makanan atau dengan akan adanya makanan. Kelenjar-

kelenjar mayor, eksentrik dan berpasangan ini menyalurkan sekretnya kedalam mulut melalui

saluran keluarnya.

3

Page 4: SEROSTOMIA

Ada dua macam tipe saliva yang dihasilkan, yaitu:

1. Serous , dihasilkan oleh kelenjar parotis dan submandibularis, mengandung

ptialin (suatu amilase yaitu sebuah enzim untuk mencernakan serat)

2. Mukous, dihasilkan oleh kelenjar sublingualis dan submandibularis. Saliva

jenis ini mengandung mucin, yaitu sebuah glikoprotein yang melubrikasi

makanan dan memproteksi mukosa oral. Mucin juga mengandung Ig A, sistem

immun pertama yang menghadang bakteri dan virus. Kemudian lisosim yang

berfungsi mengikat zat besi dan protein.

2.2 FUNGSI SALIVA

Fungsi utama saliva berperan pada proses pencernaan.

Beberapa fungsi saliva adalah sebagai berikut :

1. Fungsi saliva pada proses pengunyahan

Saliva membantu proses pengunyahan dengan adanya enzim pencernaan

amilase yang terdapat dalam saliva, dengan cara melarutkan komponen-komponen

makanan yaitu dengan mencerna pati, melunakkan makanan dan melapisi bolus

dengan lendir sehingga mudah digerakkan dalam mulut.

2. Fungsi saliva pada proses penelanan

Fungsi lubrikasi adalah salah satu fungsi penting saliva, ketika makanan masuk

kedalam mulut, sekresi saliva meningkat, yang bertujuan untuk membasahi makanan

dan membran mukosa sehingga memudahkan pengunyahan dan penelanan.

4

Page 5: SEROSTOMIA

3. Fungsi saliva pada proses pengecapan

Makanan sangat sulit dirasakan jikamulut dalam keadaan kering. Saliva tidak

saja berperan sebagai cairan yang menerimastimulus kimia darimakanan, tetapi juga

berfungsi sebagai pelarut dalam menyampaikan stimulus tersebut ke reseptor

pengecap.

4. Fungsi saliva pada proses pengucapan

Komponen mukus dari saliva berperan sebagai pelumas untuk lidah, bibir dan

jaringan lunak rongga mulut.halini merupakan fungsi yan penting karena sangat sulit

dan terasa tidak nyaman untuk berbicara jika rongga mulut dalam keadaan kering.

5. Fungsi saliva pada keseimbangan cairan tubuh

Sekresi saliva akan berkurang bila tubuh mengalami dehidrasi sehingga

menimbulkan rasa haus. Rasa haus mengakibatkan kekeringan mukosa mulut dan

faring, pengeluaran saliva berusaha untuk mempertahankan kelembaban mukosa

mulut dan faring.

6. Fungsi saliva dalam mempertahankan kesehatan gigi dan mulut,

1. Aktivitas anti bakteri

2. Lubrikasi dan proteksi

3. Fungsi buffer

4. Menjaga integritas gigi

5. Membantu membersihkan rongga mulut dari makanan, sisa sel-sel reseptor mati

dan bakteri

5

Page 6: SEROSTOMIA

BAB 3

SEROSTOMIA

3.1 PENGERTIAN SEROSTOMIA

Serostomia berasal dari kata xeros (artinya kering) dan stoma (artinya mulut).

Serostomia atau mulut kering adalah suatu kondisi yang muncul akibat penurunan produksi

saliva. Serostomia ini menimbulkan keluhan berupa rasa tidak nyaman di mulut, kesulitan

menelan, rasa terbakar di mulut, bau mulut dan masalah-masalah lain yang timbul akibat

peningkatan jumlah mikroorganisme di mulut, misal candida albicans.

Keluhan mulut kering dapat terjadi akut atau kronis dan sementara atau permanen.

Dalam bentuk apa keluhan mulut kering timbul, tergantung dari penyebabnya. Banyak faktor

yang dapat menyebabkan mulut kering, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, Sjogren

sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek samping obat-obatan, stress dan juga usia.

3.2 PATOFISIOLOGI SEROSTOMIA

Saliva dihasilkan oleh kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual, serta ratusan

kelenjar salivaminor yang terdistribusi dalam mulut. Output saliva setiap hari diperkirakan

mencapai 1,5 liter per hari, dan kecepatan alirannya berfluktuasi sebanyak 50% pada irama

diurnal. Aliran saliva digolongkan menjadi tak-terstimulasi, istirahat dan terstimulasi, yang

terjadi jika salah satu faktor eksogen bekerja mempengaruhi mekanisme sekresi.

Sistem saraf parasimpatis dan simpatis menginervasi kelenjar saliva. Stimulasi

parasimpatis menginduksi sekresi yang lebih cair, sedangkan sistem simpatis memproduksi

6

Page 7: SEROSTOMIA

aliran lebih sedikit dan kental. Oleh karena itu, rasa kering dapat terjadi. Sebagai contoh

selama apisode kecemasan akut atau stres, yang menyebabkan perubahan komposisi saliva

karena stimulai simpatis mendominasi selama periode tersebut.

Gejala kekurangan saliva atau kekeringan rongga mulut dapat ditimbulkan oleh

dehidrasi mukosa rongga mulut, yang terjadi jikaoutput kelenjar saliva mayor dan atau minor

menurun serta lapisan saliva yang melapisi mukosa rongga mulut berkurang

3.3 ETIOLOGI SEROSTOMIA

Serostomia dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Keadaan-keadaan fisiologis

seperti berolahraga, berbicara terlalu lama, bernafas melalui mulut,stres dapat menyebabkan

keluhan mulut kering. Penyebab yang paling penting diketahui adalah adanya gangguan pada

kelenjar saliva yang menyebabkan penurunan produksi saliva, seperti radiasi pada daerah

leher dan kepala,penyakit lokal pada kelenjar saliva dan lain-lain.

1. Radiasi pada daerah leher dan kepala

Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah

terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai

derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan

dengan berkurangnya volume saliva terjadi penurunan kecepatan sekresi saliva

sampai kurang dari 0.1 mL per menit. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan

kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran. Selain itu juga terjadi

peningkatan kadar protein total yang cukup besar sehingga saliva menjadi kental.

7

Page 8: SEROSTOMIA

Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva

Dosis Gejala

< 10 gray Reduksi tidak tetap sekresi saliva

10-15 gray Hipoplasia yang jelas dapat ditunjukkan

15-40 gray Reduksi masih terus berlangsung, reversibel

>40 gray Perusakan irreversibel jaringan kelenjar, hipoplasia irreversibel

2. Gangguan pada kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan

menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum

mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan

degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus.

Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat

menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan

demikian mempengaruhi sekresi saliva.

Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat

mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak

karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.

3. Kesehatan Umum Terganggu

Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang menimbulkan

dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama,diabetes, gagal ginjal kronis dan

keadaan sistemik lainnya dapat mengalami pengurangan aliran saliva.4, 5 Hal ini

disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektralit, yang diikuti

dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang menyebabkan turunnya sekresi

saliva.

8

Page 9: SEROSTOMIA

Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor angiopati

dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena poliuria yang

berat. Penderita gagal ginjal kronis terjadi penurunan output. Untuk menjaga agar

keseimbangan cairan tetap terjaga perlu intake cairan dibatasi. Pembatasan intake

cairan akan menyebabkan menurunnya aliran saliva dan saliva menjadi kental.

Penyakit-penyakit infeksi pernafasan biasanya menyebabkan mulut terasa

kering. Pada infeksi pernafasan bagian atas, penyumbatan hidung yang terjadi

menyebabkan penderita bernafas melalui mulut.

4. Penggunaan obat-obatan

Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi sativa. Ada sekitar 400

macam obat yang bisa menyebabkan serostomia. Yang tersering adalah obat-obatan

anti kolinergik, anti parkinson, dan anti neoplastik. Serostomia yang disebabkan oleh

obat-obatan biasanya menghilang bila pemakaian obat dihentikan.

Obat-obatan yang menyebabkan serostomia

Analgesic mixture Cold medication

Anticonvulsants Diuretics

Antiemetics Decongentants

Antihistamin Expectorants

Antihipertensives Muscle relaxants

Antinauseants Psyco tropic drug

Antiparkinsons Sedatives

Antipruritics Antispasmodics

9

Page 10: SEROSTOMIA

Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem

syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang

diperlukan untuk salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung

mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau

dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.

5. Keadaan fisiologis

Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan fisiologis.

Pada saat berolahraga, berbicara yang lama dapat menyebabkan berkurangnya aliran

saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan

pengaruh mulut kering. Gangguan emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut

dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut

merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan

menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.

6. Usia

Peningkatan usia akan menyebabkan terjadinya perubahan atropik pada

kelenjar ludah yang akan menurunkan sekresi saliva. Sampai dengan umur 15 tahun

volume saliva lebih besar dibandingkan dengan umur yang lebih dewasa. Dengan

bertambahnya umur seseorang, akan terjadi penurunan produksi saliva. Perubahan

terbesar terjadi pada glandula parotis, karena secara bertahap akan terjadi perubahan

jaringan yang menyusunnya. Selain terjadi perubahan pada sel-selnya terjadi juga

penurunan sintesis protein. Hal ini akan berakibat pada terjadinya penurunan produksi

saliva.

Pada umumnya penurunan produksi saliva dianggap merupakan akibat proses

penuaan yang tidak dapat dihindari, akan tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan 10

Page 11: SEROSTOMIA

bahwa tidak ada penurunan cairan produksi kelenjar parotid pada individu yang

beranjak tua namun sehat dan tidak minum obat. Dilain pihak ada bukti yang

menunjukkan bahwa perubahan atropik yang terjadi di kelenjar submandibularis

sesuai dengan pertambahan usia akan menurunkan produksi saliva dan mengubah

komposisinya sedikit. Dengan demikian, setiap penurunan produksi saliva dianggap

sebagai akibat dari faktor usia, namun hal ini tidak berarti apa-apa bila dibandingkan

dengan penurunan akibat penyakit dan penggunaan obat-obatan.

7. Keadaan-keadaan lain

Agenesis dari kelenjar saliva sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang ada

pasien yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialograf

menunjukkan adanya cacat yang besar dari kelenjar saliva.

Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multiple akan

mengakibatkan hilangnya innervasi kelenjar saliva, kerusakan pada parenkim kelenjar

dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah kelenjar saliva juga dapat mengurangi

sekresi saliva. Sebaliknya gangguan sistem saraf juga dapat meningkatkan produksi

saliva, seperti pada penyakit Parkinson. Belakangan telah dilaporkan bahwa pasien-

pasien AIDS juga mengalami mulut kering.

3.4 DIAGNOSIS SEROSTOMIA

Diagnosis serostomia dapat berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan rongga mulut

dan atau sialometri (suatu prosedur sederhana untuk mengukur aliran saliva). Serostomia

harus mulai dipikirkan jika pasien mengeluh mulut terasa kering, terutama saat malam hari,

atau sulit makan-makanan kering. Ketika dilakukan pemeriksaan, lidah tampak lengket

dengan mukosa buccal. Pada wanita tampak “Lipstick Sign” dimana lipstik menempel pada

11

Page 12: SEROSTOMIA

gigi anterior, yang bisa menjadi indikator serostomia. Mukosa oral tampak kering dan lengket

atau mungkin dijumpai eritematous disertai pertumbuhan Candida Albicans. Kadang-kadang

bisa juga dijumpai Pseudomembran Candidiasis yang nampak sebagai plak putih mudah

dilepas di beberapa permukaan mukosa. Sangat sedikit dijumpai saliva di dasar mulut dan

lidah nampak kering. Karies dentis bisa dijumpai pada permukaan cervik, incisal dan oklusal.

Beberapa pemeriksaan penunjang bisa digunakan untuk mengetahui fungsi dari

glandula saliva, misal sialometri, sialografi, biopsi kelenjar, dan lain-lain. Sialometri,

merupakan suatu pemeriksaan untuk mengukur aliran produksi saliva dari glandula

salivatorius dengan menempatkan suatu alat khusus di duktus ekskresi glandula salivatorius.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat istirahat sekresi

saliva berkisar antara 0-0.1 mL/mnt, setelah dirangsang dengan asam sitrat meningkat

menjadi 0.4-1.5ml/mnt. Bila sekresi setelah dirangsang di bawah 0.3 mL/mnt dianggap

patologis. Pemeriksaan sialografi merupakan suatu teknik imaging untuk mengidenifikasi

batu pada glandula saliva atau massa. Sialografi, merupakan suatu pemeriksaan radiologik

dengan menggunakan kontras yang larut dalam air atau minyak yang dimasukan melalui

duktus submandibula atau parotis. Setelah dilakukan pemakaian anestesi topikal, lalu

dilakukan penekanan lembut pada kelenjar, muara duktus nampak sebagai lubang yang

mengeluarkan air liur. Muara tersebut dilebarkan dengan sonde lakrimal, kemudian

dimasukan kateter, kemudian masukan kontras 1.5-2 mL secara lembut, sampai penderita

merasakan adanya tekanan tapi tidak mengeluh nyeri. Kemudian dilakukan pemotoan. Biopsi

minor glandula saliva bisa digunakan untuk mendignosis Sjogren’s syndrom, HIV,

sarcoidosis, amiloidosis, dan Graft versus host disease. Biopsi mayor dilakukan jika dicurigai

malignansi.

12

Page 13: SEROSTOMIA

3.5 MANIFESTASI KLINIS SEROSTOMIA

Berkurangnya saliva menimbulkan keluhan dry mouth, rasa terbakar, nyeri, atau

hilangnya pengecapan. Manifestasi lainnya adalah mengharuskan pasien menyesap atau

minum air jika kesulitan menelan, jika kesulitan menelan makanan kering, atau saat enggan

mengkonsumsi makanan kering. Pasien yang mengalami Sjögren syndrome akibat penyakit

jaringan ikat juga mengeluhkan mata kering, dan pembesaran kelenjar parotis yang progresif.

Manifestasi awal ini mendahului perubahan-perubahan klinis pada mukosa rongga mulut atau

penurunan fungsi kelenjar saliva yang bermakna. Seiring dengan perkembangan serostomia,

pemeriksaan rongga mulut menunjukkan benjolan-benjolan eritematosus, lidah bercelah atau

cobblestone dan atrofi papilla filiformis.  Jaringan rongga mulut mengalami eritema dan

terlihat memerah. Palpasi mukosa rongga mulut membuat jari melekat pada permukaan

mukosa, bukan licin. Aplikasi apusan kapas kering pada orifisium duktus parotis dan

submandibula yang disertai dengan palpasi eksternal kelenjar menunjukkan keterlambatan

aliran saliva dari duktus.

3.6 AKIBAT KELUHAN SEROSTOMIA

Serostomia menyebabkan beberapa problem bagi penderitanya. Perhatian terhadap

penurunan produksi saliva baru muncul apabila telah menimbulkan gejala mulut kering atau

serostomia. Berikut ini beberapa keluhan yang muncul akibat serostomia :

1. Mukosa mulut kering mudah teriritasi

2. Sukar berbicara

3. Sukar mengunyah dan menelan

4. Persoalan dengan protesa

5. Penimbunan lendir Rasa seperti terbakar

13

Page 14: SEROSTOMIA

6. Gangguan sensasi pengecapan (dysgeusia), lidah terasa sakit (glossodyna)

7. Perubahan jaringan lunak

8. Pergeseran dalam mikroflora mulut

9. Karies gigi meningkat

10. Radang periodonsium

11. Halitosis (nafas bau)

12. Bibir pecah-pecah, kering dan kulit terkelupas di sudut mulut

.

14

Page 15: SEROSTOMIA

BAB 4

SEROSTOMIA DALAM PROSTHODONSIA

Salah satu masalah yang muncul akibat serostomia adalah tingginya insiden karies

gigi, hal ini menyebabkan hilangnya gigi lebih awal dikarenakan perawatan yang diabaikan.

Karena hal demikian penggunaan prothesa gigi pun sering pada pasien serostomia. Untuk

mendapatkan prothesa yang ideal diperlukan manajemen khusus pada pasien dengan

serostomia.

Langkah awal adalah perlunya edukasi terhadap pasien untuk meninggalkan

kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu serostomia, disamping juga therapi khusus jika

serostomia disebabkan karena sistemik.

Saliva sangat diperlukan sebagai retensi pada pembuatan prothesa akrilik lepasan

dengan perluasan jaringan. Kondisi serostomia tidak memungkinkan prothesa mendapatkan

dukungan jaringan yang luas, karena jaringan pada pasien serostomia lebih mudah teriritasi.

Untuk itu pembuatan prothesa harus dimodifikasi dengan cermat. Prothesa harus dibuat

dengan meminimlisir dukungan jaringan, menghindari daerah yang mendekati dan cenderung

menjepit jaringan pipi, komponennya juga harus menghindari daerah ginggiva margin.

Pilihan pada metal plate adalah lebih baik, meski lebih mahal, prothesa ini mempunyai desain

yang minimal terhadap jaringan lunak. Adapun jika prothesa lepasan akrilik uang digunakan,

maka bisa di tanggulangi dengan merendam prothesa didalam air ketika tidak digunakan

untuk menambah retensi atau menyemprotkan dengan cairan pengganti saliva.

15

Page 16: SEROSTOMIA

Pembuatan prothesa cekat diperlukan rekontruksi yang optimal, jembatan harus

memiliki cakupan yang penuh, mudah dibersihkan. Retainer harus diletakkan pada

supraginggiva dan berbahan dasar metal (logam) atau perpaduan dengan emas.

16

Page 17: SEROSTOMIA

BAB 5

PENATALAKSANAAN SEROSTOMIA

Serostomia merupakan sebuah gejala, bukan sebuah penyakit. Idealnya

penatalaksanan serostomia berdasar pada penyebabnya. Penanggulangan serostomia terdiri

dari tiga prinsip pokok, yaitu :

1. Mencari penyebab dan menghilangkan gejala

Misalnya diabetes melitus, maka perlu pengendalian kadar gula darah, pada

kondisi dehirasi atau kehilangan banyak cairan tubuh, maka pasien perlu

mengkonsumsi cairan yang cukup, pada kasus xerostomia akibat obat-obatan

sebapada kasus xerostomia akibat obat-obatan sebaiknya obat tersebut dihentikan atau

bila obat tersebut dilanjutkan maka dibutuhkan penanganan untuk serostomianya, dan

sebagainya.

2. Mencegah kerusakan gigi dan jaringan sekitar gigi

Penggunaan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluoride dan bebas

alkohol.

Penggunaan sikat gigi yang bulunya lembut

Kontrol gigi rutin

3 . Meningkatkan produksi saliva atau menggunakan preparat saliva 17

Page 18: SEROSTOMIA

BAB 6

KESIMPULAN

Saliva merupakan cairan mlut yang kompleks, tidak berwarna yang disekresikan

dari kelenjar saliva mayor dan minor. Dalam keadaan normal, saliva diproduksi lebih kurang

1,5 liter dalam 24 jam, yang mempunyai fungsi penting di dalam rongga mulut seperti fungsi

pengunyahan dan penelanan, fungsi kebersihan mulut dan fungsi pelindung dalam melawan

proses karies gigi.

Bila sekresi saliva mengalami pengurangan akan terjadi keluhan serostomia.

Berbagai faktor dapat menyebabkan berkurangnya sekresi saliva ini, seperti radiasi pada

daerah leher dan kepala, demam, diabetes, gagal ginjal, sjogren sindrom, bernafas melalui

mulut, stres dan usia.

Akibat dari keluhan mulut kering dapat merepotkan bagi penderitanya. Sulit

mengunyah dan berbicara, gangguan pengecapan, asalah dengan gigi palsu adalah akibat dari

keluhan serostomia. Selain itu dapat juga menyebabkan perubahandalam susunan mikro

organisme rongga mulut, peningkatan karies gigi dan penyakit periodonsium.

Penanggulangan keluhan serostomia harus melalui pemeriksaan subjektif, objektif

dan pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan untuk mengetahui faktor penyebabnya.

Tindakan perawatan yang dilakukan yaitu :

1. Mencari penyebab dan menghilangkan gejala 18

Page 19: SEROSTOMIA

2. Mencegah kerusakan gigi dan jaringan

3. Meningkatkan produksi saliva atau preparat saliva

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasibuan, Sayuti. 2002. Keluhan Mulut Kering Ditinjau Dari Faktor Penyebab,

Manifestasi Dan Penanggulangannya. http://l ibrary.us u.ac.id /dow nload/fkg /fkg- s

ayuti.pdf

2. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8312/1/990600030.pdf

3. Damayanti, lisda. 2009. Respon jaringan terhadap gigitiruan lengkap pada pasien usia

lanjut. pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../kandidiasis_rongga_mulut.pdf

4. Greenberg, martin. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment

5. Field, anne. 2003. Tyldesley Oral Medicine. Oxford University

6. PDQ Oral Disease 2002.

7. Roletta Harun, Edeh. 2008. Ilmu Faal Terapan.

8. Leung. 2005. Hongkong Dent J, vol 5.

19