SEROSTOMIA
-
Upload
herlina-abidin -
Category
Documents
-
view
424 -
download
2
Transcript of SEROSTOMIA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... 1
BAB 1 : PENDAHULUAN................................................................................. 2
BAB 2 : TINJAUAN UMUM SALIVA.............................................................. 3
2.1 FISIOLOGI SALIVA .................................................................... 3
2.2 FUNGSI SALIVA........................................................................... 4
BAB 3 : SEROSTOMIA...................................................................................... 6
3.1 PENGERTIAN SEROSTOMIA...................................................... 6
3.2 PATOFISIOLOGI SEROSTOMIA.................................................. 6
3.3 ETIOLOGI SEROSTOMIA............................................................. 7
3.4 DIAGNOSIS SEROSTOMIA......................................................... 11
3.5 MANIFESTASI KLINIS SEROSTOMIA...................................... 12
3.6 AKIBAT SEROSTOMIA................................................................ 13
BAB 4 : SEROSTOMIA DALAM PROSTHODONSIA................................... 15
BAB 5 : PENATALAKSANAAN SEROSTOMIA........................................... 17
BAB 6 : KESIMPULAN..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Serostomia merupakan suatu hal yang sering dikeluhkan pada orang dewasa,
sekitar 20%-nya terjadi pada usia dewasa muda. Sebuah penelitian di London mengatakan
bahwa xerostomia menyerang 1 dari 4 orang pasien rawat jalan. Seringnya xerostomia
muncul akibat obat-obatan.2 Banyak hal yang bisa menyebabkan penurunan produksi saliva.
Penurunan produksi saliva ini selalu disertai dengan sebagian besar fungsi saliva tidak dapat
berjalan dengan lancar. Hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa keluhan pada penderita
mulut kering, seperti kesukaran dalam mengunyah dan menelan makanan, kesukaran dalam
berbicara, kepekaan terhadap rasa berkurang, kesukaran dalam memakai gigi palsu, mulut
terasa seperti terbakar dan sebagainya
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM SALIVA
2.1 FISIOLOGI SALIVA
Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri dari campuran sekret yang dihasilkan
oleh kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. Tiga kelenjar mukosa
mayor yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Sementara yang termasuk kelenjar
saliva minor adalah kelenjar ludah kecil yang terdapat dalam mukosa pipi, bibir, palatum dan
glosopalatal. Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% benda padat. Umumnya saliva diproduksi
1,5 liter dalam 24 jam.
Kelenjar saliva mayor merupakan kelenjar eksentrik yang mengeluarkan sekretnya
kedalam rongga mulut secara intermittent. Kelenjar saliva minor adalah kelenjar yang
letaknya tersebar pada mukosa dan submukosa rongga mulut, merupakan kelenjar kecil-kecil
yang mengeluarkan sekretnyaa terus-menerus.
Untuk membasahi membran mukosa rongga mulut, vestibulum dan bibir, saliva
disekresikan secara terus-menerus oleh kelenjar-kelenjar kecilyang jumlahnya banyak dan
berhubungan dengan rongga mulut. Selain itu, kelenjar parotis, submandibular, sublingualis
mengeluarkan sekretnya dalam jumlah banyak seolah dirangsang secara mekanis, kimiawi
psikis atau olfaktorius karena adanya makanan atau dengan akan adanya makanan. Kelenjar-
kelenjar mayor, eksentrik dan berpasangan ini menyalurkan sekretnya kedalam mulut melalui
saluran keluarnya.
3
Ada dua macam tipe saliva yang dihasilkan, yaitu:
1. Serous , dihasilkan oleh kelenjar parotis dan submandibularis, mengandung
ptialin (suatu amilase yaitu sebuah enzim untuk mencernakan serat)
2. Mukous, dihasilkan oleh kelenjar sublingualis dan submandibularis. Saliva
jenis ini mengandung mucin, yaitu sebuah glikoprotein yang melubrikasi
makanan dan memproteksi mukosa oral. Mucin juga mengandung Ig A, sistem
immun pertama yang menghadang bakteri dan virus. Kemudian lisosim yang
berfungsi mengikat zat besi dan protein.
2.2 FUNGSI SALIVA
Fungsi utama saliva berperan pada proses pencernaan.
Beberapa fungsi saliva adalah sebagai berikut :
1. Fungsi saliva pada proses pengunyahan
Saliva membantu proses pengunyahan dengan adanya enzim pencernaan
amilase yang terdapat dalam saliva, dengan cara melarutkan komponen-komponen
makanan yaitu dengan mencerna pati, melunakkan makanan dan melapisi bolus
dengan lendir sehingga mudah digerakkan dalam mulut.
2. Fungsi saliva pada proses penelanan
Fungsi lubrikasi adalah salah satu fungsi penting saliva, ketika makanan masuk
kedalam mulut, sekresi saliva meningkat, yang bertujuan untuk membasahi makanan
dan membran mukosa sehingga memudahkan pengunyahan dan penelanan.
4
3. Fungsi saliva pada proses pengecapan
Makanan sangat sulit dirasakan jikamulut dalam keadaan kering. Saliva tidak
saja berperan sebagai cairan yang menerimastimulus kimia darimakanan, tetapi juga
berfungsi sebagai pelarut dalam menyampaikan stimulus tersebut ke reseptor
pengecap.
4. Fungsi saliva pada proses pengucapan
Komponen mukus dari saliva berperan sebagai pelumas untuk lidah, bibir dan
jaringan lunak rongga mulut.halini merupakan fungsi yan penting karena sangat sulit
dan terasa tidak nyaman untuk berbicara jika rongga mulut dalam keadaan kering.
5. Fungsi saliva pada keseimbangan cairan tubuh
Sekresi saliva akan berkurang bila tubuh mengalami dehidrasi sehingga
menimbulkan rasa haus. Rasa haus mengakibatkan kekeringan mukosa mulut dan
faring, pengeluaran saliva berusaha untuk mempertahankan kelembaban mukosa
mulut dan faring.
6. Fungsi saliva dalam mempertahankan kesehatan gigi dan mulut,
1. Aktivitas anti bakteri
2. Lubrikasi dan proteksi
3. Fungsi buffer
4. Menjaga integritas gigi
5. Membantu membersihkan rongga mulut dari makanan, sisa sel-sel reseptor mati
dan bakteri
5
BAB 3
SEROSTOMIA
3.1 PENGERTIAN SEROSTOMIA
Serostomia berasal dari kata xeros (artinya kering) dan stoma (artinya mulut).
Serostomia atau mulut kering adalah suatu kondisi yang muncul akibat penurunan produksi
saliva. Serostomia ini menimbulkan keluhan berupa rasa tidak nyaman di mulut, kesulitan
menelan, rasa terbakar di mulut, bau mulut dan masalah-masalah lain yang timbul akibat
peningkatan jumlah mikroorganisme di mulut, misal candida albicans.
Keluhan mulut kering dapat terjadi akut atau kronis dan sementara atau permanen.
Dalam bentuk apa keluhan mulut kering timbul, tergantung dari penyebabnya. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan mulut kering, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, Sjogren
sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek samping obat-obatan, stress dan juga usia.
3.2 PATOFISIOLOGI SEROSTOMIA
Saliva dihasilkan oleh kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual, serta ratusan
kelenjar salivaminor yang terdistribusi dalam mulut. Output saliva setiap hari diperkirakan
mencapai 1,5 liter per hari, dan kecepatan alirannya berfluktuasi sebanyak 50% pada irama
diurnal. Aliran saliva digolongkan menjadi tak-terstimulasi, istirahat dan terstimulasi, yang
terjadi jika salah satu faktor eksogen bekerja mempengaruhi mekanisme sekresi.
Sistem saraf parasimpatis dan simpatis menginervasi kelenjar saliva. Stimulasi
parasimpatis menginduksi sekresi yang lebih cair, sedangkan sistem simpatis memproduksi
6
aliran lebih sedikit dan kental. Oleh karena itu, rasa kering dapat terjadi. Sebagai contoh
selama apisode kecemasan akut atau stres, yang menyebabkan perubahan komposisi saliva
karena stimulai simpatis mendominasi selama periode tersebut.
Gejala kekurangan saliva atau kekeringan rongga mulut dapat ditimbulkan oleh
dehidrasi mukosa rongga mulut, yang terjadi jikaoutput kelenjar saliva mayor dan atau minor
menurun serta lapisan saliva yang melapisi mukosa rongga mulut berkurang
3.3 ETIOLOGI SEROSTOMIA
Serostomia dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Keadaan-keadaan fisiologis
seperti berolahraga, berbicara terlalu lama, bernafas melalui mulut,stres dapat menyebabkan
keluhan mulut kering. Penyebab yang paling penting diketahui adalah adanya gangguan pada
kelenjar saliva yang menyebabkan penurunan produksi saliva, seperti radiasi pada daerah
leher dan kepala,penyakit lokal pada kelenjar saliva dan lain-lain.
1. Radiasi pada daerah leher dan kepala
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah
terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai
derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan
dengan berkurangnya volume saliva terjadi penurunan kecepatan sekresi saliva
sampai kurang dari 0.1 mL per menit. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan
kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran. Selain itu juga terjadi
peningkatan kadar protein total yang cukup besar sehingga saliva menjadi kental.
7
Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva
Dosis Gejala
< 10 gray Reduksi tidak tetap sekresi saliva
10-15 gray Hipoplasia yang jelas dapat ditunjukkan
15-40 gray Reduksi masih terus berlangsung, reversibel
>40 gray Perusakan irreversibel jaringan kelenjar, hipoplasia irreversibel
2. Gangguan pada kelenjar saliva
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum
mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus.
Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat
menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan
demikian mempengaruhi sekresi saliva.
Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak
karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.
3. Kesehatan Umum Terganggu
Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang menimbulkan
dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama,diabetes, gagal ginjal kronis dan
keadaan sistemik lainnya dapat mengalami pengurangan aliran saliva.4, 5 Hal ini
disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektralit, yang diikuti
dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang menyebabkan turunnya sekresi
saliva.
8
Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor angiopati
dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena poliuria yang
berat. Penderita gagal ginjal kronis terjadi penurunan output. Untuk menjaga agar
keseimbangan cairan tetap terjaga perlu intake cairan dibatasi. Pembatasan intake
cairan akan menyebabkan menurunnya aliran saliva dan saliva menjadi kental.
Penyakit-penyakit infeksi pernafasan biasanya menyebabkan mulut terasa
kering. Pada infeksi pernafasan bagian atas, penyumbatan hidung yang terjadi
menyebabkan penderita bernafas melalui mulut.
4. Penggunaan obat-obatan
Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi sativa. Ada sekitar 400
macam obat yang bisa menyebabkan serostomia. Yang tersering adalah obat-obatan
anti kolinergik, anti parkinson, dan anti neoplastik. Serostomia yang disebabkan oleh
obat-obatan biasanya menghilang bila pemakaian obat dihentikan.
Obat-obatan yang menyebabkan serostomia
Analgesic mixture Cold medication
Anticonvulsants Diuretics
Antiemetics Decongentants
Antihistamin Expectorants
Antihipertensives Muscle relaxants
Antinauseants Psyco tropic drug
Antiparkinsons Sedatives
Antipruritics Antispasmodics
9
Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem
syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang
diperlukan untuk salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung
mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau
dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
5. Keadaan fisiologis
Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan fisiologis.
Pada saat berolahraga, berbicara yang lama dapat menyebabkan berkurangnya aliran
saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan
pengaruh mulut kering. Gangguan emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut
dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut
merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan
menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.
6. Usia
Peningkatan usia akan menyebabkan terjadinya perubahan atropik pada
kelenjar ludah yang akan menurunkan sekresi saliva. Sampai dengan umur 15 tahun
volume saliva lebih besar dibandingkan dengan umur yang lebih dewasa. Dengan
bertambahnya umur seseorang, akan terjadi penurunan produksi saliva. Perubahan
terbesar terjadi pada glandula parotis, karena secara bertahap akan terjadi perubahan
jaringan yang menyusunnya. Selain terjadi perubahan pada sel-selnya terjadi juga
penurunan sintesis protein. Hal ini akan berakibat pada terjadinya penurunan produksi
saliva.
Pada umumnya penurunan produksi saliva dianggap merupakan akibat proses
penuaan yang tidak dapat dihindari, akan tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan 10
bahwa tidak ada penurunan cairan produksi kelenjar parotid pada individu yang
beranjak tua namun sehat dan tidak minum obat. Dilain pihak ada bukti yang
menunjukkan bahwa perubahan atropik yang terjadi di kelenjar submandibularis
sesuai dengan pertambahan usia akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya sedikit. Dengan demikian, setiap penurunan produksi saliva dianggap
sebagai akibat dari faktor usia, namun hal ini tidak berarti apa-apa bila dibandingkan
dengan penurunan akibat penyakit dan penggunaan obat-obatan.
7. Keadaan-keadaan lain
Agenesis dari kelenjar saliva sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang ada
pasien yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialograf
menunjukkan adanya cacat yang besar dari kelenjar saliva.
Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multiple akan
mengakibatkan hilangnya innervasi kelenjar saliva, kerusakan pada parenkim kelenjar
dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah kelenjar saliva juga dapat mengurangi
sekresi saliva. Sebaliknya gangguan sistem saraf juga dapat meningkatkan produksi
saliva, seperti pada penyakit Parkinson. Belakangan telah dilaporkan bahwa pasien-
pasien AIDS juga mengalami mulut kering.
3.4 DIAGNOSIS SEROSTOMIA
Diagnosis serostomia dapat berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan rongga mulut
dan atau sialometri (suatu prosedur sederhana untuk mengukur aliran saliva). Serostomia
harus mulai dipikirkan jika pasien mengeluh mulut terasa kering, terutama saat malam hari,
atau sulit makan-makanan kering. Ketika dilakukan pemeriksaan, lidah tampak lengket
dengan mukosa buccal. Pada wanita tampak “Lipstick Sign” dimana lipstik menempel pada
11
gigi anterior, yang bisa menjadi indikator serostomia. Mukosa oral tampak kering dan lengket
atau mungkin dijumpai eritematous disertai pertumbuhan Candida Albicans. Kadang-kadang
bisa juga dijumpai Pseudomembran Candidiasis yang nampak sebagai plak putih mudah
dilepas di beberapa permukaan mukosa. Sangat sedikit dijumpai saliva di dasar mulut dan
lidah nampak kering. Karies dentis bisa dijumpai pada permukaan cervik, incisal dan oklusal.
Beberapa pemeriksaan penunjang bisa digunakan untuk mengetahui fungsi dari
glandula saliva, misal sialometri, sialografi, biopsi kelenjar, dan lain-lain. Sialometri,
merupakan suatu pemeriksaan untuk mengukur aliran produksi saliva dari glandula
salivatorius dengan menempatkan suatu alat khusus di duktus ekskresi glandula salivatorius.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat istirahat sekresi
saliva berkisar antara 0-0.1 mL/mnt, setelah dirangsang dengan asam sitrat meningkat
menjadi 0.4-1.5ml/mnt. Bila sekresi setelah dirangsang di bawah 0.3 mL/mnt dianggap
patologis. Pemeriksaan sialografi merupakan suatu teknik imaging untuk mengidenifikasi
batu pada glandula saliva atau massa. Sialografi, merupakan suatu pemeriksaan radiologik
dengan menggunakan kontras yang larut dalam air atau minyak yang dimasukan melalui
duktus submandibula atau parotis. Setelah dilakukan pemakaian anestesi topikal, lalu
dilakukan penekanan lembut pada kelenjar, muara duktus nampak sebagai lubang yang
mengeluarkan air liur. Muara tersebut dilebarkan dengan sonde lakrimal, kemudian
dimasukan kateter, kemudian masukan kontras 1.5-2 mL secara lembut, sampai penderita
merasakan adanya tekanan tapi tidak mengeluh nyeri. Kemudian dilakukan pemotoan. Biopsi
minor glandula saliva bisa digunakan untuk mendignosis Sjogren’s syndrom, HIV,
sarcoidosis, amiloidosis, dan Graft versus host disease. Biopsi mayor dilakukan jika dicurigai
malignansi.
12
3.5 MANIFESTASI KLINIS SEROSTOMIA
Berkurangnya saliva menimbulkan keluhan dry mouth, rasa terbakar, nyeri, atau
hilangnya pengecapan. Manifestasi lainnya adalah mengharuskan pasien menyesap atau
minum air jika kesulitan menelan, jika kesulitan menelan makanan kering, atau saat enggan
mengkonsumsi makanan kering. Pasien yang mengalami Sjögren syndrome akibat penyakit
jaringan ikat juga mengeluhkan mata kering, dan pembesaran kelenjar parotis yang progresif.
Manifestasi awal ini mendahului perubahan-perubahan klinis pada mukosa rongga mulut atau
penurunan fungsi kelenjar saliva yang bermakna. Seiring dengan perkembangan serostomia,
pemeriksaan rongga mulut menunjukkan benjolan-benjolan eritematosus, lidah bercelah atau
cobblestone dan atrofi papilla filiformis. Jaringan rongga mulut mengalami eritema dan
terlihat memerah. Palpasi mukosa rongga mulut membuat jari melekat pada permukaan
mukosa, bukan licin. Aplikasi apusan kapas kering pada orifisium duktus parotis dan
submandibula yang disertai dengan palpasi eksternal kelenjar menunjukkan keterlambatan
aliran saliva dari duktus.
3.6 AKIBAT KELUHAN SEROSTOMIA
Serostomia menyebabkan beberapa problem bagi penderitanya. Perhatian terhadap
penurunan produksi saliva baru muncul apabila telah menimbulkan gejala mulut kering atau
serostomia. Berikut ini beberapa keluhan yang muncul akibat serostomia :
1. Mukosa mulut kering mudah teriritasi
2. Sukar berbicara
3. Sukar mengunyah dan menelan
4. Persoalan dengan protesa
5. Penimbunan lendir Rasa seperti terbakar
13
6. Gangguan sensasi pengecapan (dysgeusia), lidah terasa sakit (glossodyna)
7. Perubahan jaringan lunak
8. Pergeseran dalam mikroflora mulut
9. Karies gigi meningkat
10. Radang periodonsium
11. Halitosis (nafas bau)
12. Bibir pecah-pecah, kering dan kulit terkelupas di sudut mulut
.
14
BAB 4
SEROSTOMIA DALAM PROSTHODONSIA
Salah satu masalah yang muncul akibat serostomia adalah tingginya insiden karies
gigi, hal ini menyebabkan hilangnya gigi lebih awal dikarenakan perawatan yang diabaikan.
Karena hal demikian penggunaan prothesa gigi pun sering pada pasien serostomia. Untuk
mendapatkan prothesa yang ideal diperlukan manajemen khusus pada pasien dengan
serostomia.
Langkah awal adalah perlunya edukasi terhadap pasien untuk meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu serostomia, disamping juga therapi khusus jika
serostomia disebabkan karena sistemik.
Saliva sangat diperlukan sebagai retensi pada pembuatan prothesa akrilik lepasan
dengan perluasan jaringan. Kondisi serostomia tidak memungkinkan prothesa mendapatkan
dukungan jaringan yang luas, karena jaringan pada pasien serostomia lebih mudah teriritasi.
Untuk itu pembuatan prothesa harus dimodifikasi dengan cermat. Prothesa harus dibuat
dengan meminimlisir dukungan jaringan, menghindari daerah yang mendekati dan cenderung
menjepit jaringan pipi, komponennya juga harus menghindari daerah ginggiva margin.
Pilihan pada metal plate adalah lebih baik, meski lebih mahal, prothesa ini mempunyai desain
yang minimal terhadap jaringan lunak. Adapun jika prothesa lepasan akrilik uang digunakan,
maka bisa di tanggulangi dengan merendam prothesa didalam air ketika tidak digunakan
untuk menambah retensi atau menyemprotkan dengan cairan pengganti saliva.
15
Pembuatan prothesa cekat diperlukan rekontruksi yang optimal, jembatan harus
memiliki cakupan yang penuh, mudah dibersihkan. Retainer harus diletakkan pada
supraginggiva dan berbahan dasar metal (logam) atau perpaduan dengan emas.
16
BAB 5
PENATALAKSANAAN SEROSTOMIA
Serostomia merupakan sebuah gejala, bukan sebuah penyakit. Idealnya
penatalaksanan serostomia berdasar pada penyebabnya. Penanggulangan serostomia terdiri
dari tiga prinsip pokok, yaitu :
1. Mencari penyebab dan menghilangkan gejala
Misalnya diabetes melitus, maka perlu pengendalian kadar gula darah, pada
kondisi dehirasi atau kehilangan banyak cairan tubuh, maka pasien perlu
mengkonsumsi cairan yang cukup, pada kasus xerostomia akibat obat-obatan
sebapada kasus xerostomia akibat obat-obatan sebaiknya obat tersebut dihentikan atau
bila obat tersebut dilanjutkan maka dibutuhkan penanganan untuk serostomianya, dan
sebagainya.
2. Mencegah kerusakan gigi dan jaringan sekitar gigi
Penggunaan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluoride dan bebas
alkohol.
Penggunaan sikat gigi yang bulunya lembut
Kontrol gigi rutin
3 . Meningkatkan produksi saliva atau menggunakan preparat saliva 17
BAB 6
KESIMPULAN
Saliva merupakan cairan mlut yang kompleks, tidak berwarna yang disekresikan
dari kelenjar saliva mayor dan minor. Dalam keadaan normal, saliva diproduksi lebih kurang
1,5 liter dalam 24 jam, yang mempunyai fungsi penting di dalam rongga mulut seperti fungsi
pengunyahan dan penelanan, fungsi kebersihan mulut dan fungsi pelindung dalam melawan
proses karies gigi.
Bila sekresi saliva mengalami pengurangan akan terjadi keluhan serostomia.
Berbagai faktor dapat menyebabkan berkurangnya sekresi saliva ini, seperti radiasi pada
daerah leher dan kepala, demam, diabetes, gagal ginjal, sjogren sindrom, bernafas melalui
mulut, stres dan usia.
Akibat dari keluhan mulut kering dapat merepotkan bagi penderitanya. Sulit
mengunyah dan berbicara, gangguan pengecapan, asalah dengan gigi palsu adalah akibat dari
keluhan serostomia. Selain itu dapat juga menyebabkan perubahandalam susunan mikro
organisme rongga mulut, peningkatan karies gigi dan penyakit periodonsium.
Penanggulangan keluhan serostomia harus melalui pemeriksaan subjektif, objektif
dan pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan untuk mengetahui faktor penyebabnya.
Tindakan perawatan yang dilakukan yaitu :
1. Mencari penyebab dan menghilangkan gejala 18
2. Mencegah kerusakan gigi dan jaringan
3. Meningkatkan produksi saliva atau preparat saliva
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasibuan, Sayuti. 2002. Keluhan Mulut Kering Ditinjau Dari Faktor Penyebab,
Manifestasi Dan Penanggulangannya. http://l ibrary.us u.ac.id /dow nload/fkg /fkg- s
ayuti.pdf
2. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8312/1/990600030.pdf
3. Damayanti, lisda. 2009. Respon jaringan terhadap gigitiruan lengkap pada pasien usia
lanjut. pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../kandidiasis_rongga_mulut.pdf
4. Greenberg, martin. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment
5. Field, anne. 2003. Tyldesley Oral Medicine. Oxford University
6. PDQ Oral Disease 2002.
7. Roletta Harun, Edeh. 2008. Ilmu Faal Terapan.
8. Leung. 2005. Hongkong Dent J, vol 5.
19