Skenario Tutorial
-
Upload
berliany-l-ganie-fhatwa -
Category
Documents
-
view
305 -
download
19
Transcript of Skenario Tutorial
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Kasus Skenario A “Glaukoma dan Katarak” sebagai tugas kompetensi
kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai
akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Siti Hildani Thaib, M.Kes , selaku tutor kelompok 5
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Desember 2010
Penulis
1 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
DAFTAR ISI
Halaman Kover ………………………………………………………………… 0
Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 3
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………… 4
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial ………………………………………………… 4
2.2 Skenario ……………………………………………………… 4
2.3 Seven Jump Steps …………………………………………… 4
I. Klarifikasi Istilah-Istilah ………………………………. 5
II. Identifikasi Masalah …………………………………… 6
III. Analisis Permasalahan dan Jawaban …………………. 8
IV. Hipotesis ……………………………………………….. 33
V. Merumuskan Keterbatasan Pengetahuan
dan Learning Issue …………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA
2 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Sistem Neurosensoris adalah blok kelimabelas pada semester 5
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan
tutorial studi kasus skenario A “Glaukoma dan Katarak” yang memaparkan
kasus Ny. N, 65 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri tidak
bisa melihat yang disertai dengan nyeri yang mendalam dan disekitarnya sejak
3 hari yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala,
mual, muntah, dan sering melihat warna pelangi disekitar cahaya bola lampu
yang dilihatnya. Sejak 1 bulan yang lalu, Ny. N juga mengeluh penglihatan
kedua matanya kabur yang berangsur-angsur semakin memburuk.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
3 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutorial 5 Blok 15 Skenario A
Dosen tutor : dr. Siti Hildani Thaib, M.Kes
Moderator : Defer Siska Meidawaty
Sekretaris Meja : Tri Widyastuti
Sekretaris Papan : Thipo Ardini
Waktu : Selasa, 30 November 2010
Kamis, 02 Desember 2010
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk
Ruangan
2.2 Skenario
Ny. N, 65 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri tidak
bisa melihat yang disertai dengan nyeri yang mendalam dan disekitarnya sejak
3 hari yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala,
mual, muntah, dan sering melihat warna pelangi disekitar cahaya bola lampu
yang dilihatnya. Sejak 1 bulan yang lalu, Ny. N juga mengeluh penglihatan
kedua matanya kabur yang berangsur-angsur semakin memburuk.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: Nadi: 92x/menit, RR: 18x/menit, Suhu:36,80C, TD: 170/90mmHg
Mata:
OD : VOD 6/20, lensa mata keruh belum merata, tonometri 17,6mmHg
4 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
OS : VOS 1/300, oedema palpebra, konjungtiva bulbi hiperemik, kornea
keruh, bilik mata depan dangkal, pupil dilatasi, refleks pupil negatif, lensa
mata keruh merata. Tonometri 40 mmHg.
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 12,2 g/dl; leukosit 8000/mm3
CT: 2 menit, BT: 7 menit
Kimia darah: BSS 90 mg/dl
2.2 Seven Jump Steps
1. KLARIFIKASI MASALAH
1. Nyeri : perasaan yang tidak nyaman
2. Sakit Kepala : nyeri yang dirasakan di kepala.
3. Mual (nausea) : sensasi yang tidak
menyenangkan pada epigastrium.
4. Muntah : pengeluaran isi lambung melalui mulut.
5. Lensa : struktur organ yang bikonveks dan bening
seperti gelas yang berfungsi untuk
membiaskan atau memfokuskan cahaya pada
mata.
6. Tonometri : pengukuran tegangan atau tekanan intra
okuler, misalnya tekanan intra okuler
7. Oedem palpebra : penimbunan cairan yang abnormal yang
berlebihan di
jaringan ikat longgar di kelopak mata
8. Konjungtiva bulbi :suatu struktur yang berupa membran halus
yang menutupi palpebra dan bola mata.
9. Kornea : struktur transparan (jernih) di bagian anterior
mata
10. Pupil : lubang bagian iris mata, tempat mengatur
cahaya yang masuk kedalam bola mata
5 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
11. Bilik mata depan : kamera oculi anterior yang dangkal.
(kornea okuli anterior)
12. Warna pelangi : suatu warna yang terdiri mejikuhibiniu yang
dibedakan dari panjang gelombang.
13. Poliklinik mata :tempat untuk melayani orang-orang yang
mengalami gangguan mata.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Ny. N, 65 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata kiri tidak
bisa melihat yang disertai dengan nyeri di dalam dan disekitarnya sejak 3
hari yang lalu.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, dan
sering melihat warna pelangi disekitar cahaya bola lampu yang dilihatnya.
3. Sejak 1 tahun yang lalu, ny. N juga mengeluh penglihatan kedua mata
kabur yang berangsur-angsur semakin memburuk.
4. Pemeriksaan Fisik :
Vital sign : TD : 170/90 mmHg
OD : VOD 6/20, lensa mata keruh belum merata, Tonometri 17,6 mmHg.
OS : VOS 1/300, Oedema palpebra, konjungtiva bubi hiperemik, kornea
keruh, bilik mata depan dangkal, pupil dilatasi, refleks pupil negatif, lensa
mata keruh merata. Tonometri 40 mmHg.
5. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin : Hb 12,2 g/dl; leukosit 8000/mm3
CT: 2 menit, BT : 7 menit.
Kimia darah : BSS 90 mg/dl
6 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
III. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi mata ?
Jawab:
Anatomi dan fisiologi mata
Gambar 1. Struktur bola mata
7 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Gambar 2. Jalur Penglihatan
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Mata ada 3 lapis:
a) Tunica Fibrosa
Posterior: opak
Sclera : jaringan padat putih. Ditembus oleh N. Opticus.
Anterior : transparan
Kornea: transparan, berfungsi memantulkan cahaya yang masuk.
Berhubungan dengan humor aquos di bagian posterior.
b) Tunica vaskulosa pigmentosa
Choroidea: berwarna gelap, karena sangat kaya dengan vaskularisasi
Corpus ciliare: antara iris dan choroid
- Corona ciliaris: bagian posterior.
- Processus ciliaris: lipatan-lipatan yang tersusun secara radial dan
pada permukaan posteriornya melekat ligamentum suspensorium
iridis.
- M. Ciliaris: serabut-serabut otot polos meridianal yang berjalan ke
belakang dari area taut corneosclera menuju processus ciliaris, dan
otot polos sirkular .
- Persarafan: m. Ciliaris dipersarafi oleh serabut parasimpatis dari n.
Oculomotorius. Setelah bersinaps di ganglion ciliaris, serabut-
serabut postganglionik berjalan ke depan bola mata di dalam n.
Ciliaris brevis.
8 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
- Fungsi: secara umum untuk refraksi lensa yang akurat. Kontraksi
m. Ciliaris menyebabkan lensa cembung.
Iris dan pupil
Iris adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan
lubang (pupil) di tengahnya. Tergantung dalam humor aquos dengan
melekat pada corpus ciliaris dan terletak antara kornea dan lensa.
Serabut otot bersifat involuntar, terdiri atas serabut sirkular dan radial.
Serabut sirkular membentuk m. Sphincter pupillae dan tersusun di
pinggir puoil. Serabut radial membentuk m. Dilator pupillae di
permukaan posterior.
Persarafan: m. Sphincter pupillae oleh serabut parasimpatis n.
Oculomotorius dengan cabang nn. Ciliares breves. M. Dilator pupillae
oleh serabut simpatis dalam nn. Ciliares longi.
Fungsi: secara umum mengatur intensitas cahaya yang masuk ke lensa.
m. Sphincter pupillae mengonstriksikan pupil. M. Dilator pupillae
melebarkan pupil.
c) Tunica nervosa: retina
Pars pigmentosa (luar) melekat pada choroid
Pars nervosa (dalam) berhubungan dengan corpus vitreum
¾ retina merupakan organ reseptor. Terdiri dari sel reseptor batang dan
kerucut. Pinggir anterior membentuk ora serrata yang merupakan
ujung pars nervosa.
Pada pertengahan bagian posterior retina terdapat macula lutea yang
merupakan area retina dengan daya lihat paling tajam. Di tengahnya
terdapat lekukan fovea centralis yang kaya sel kerucut.
N. optikus keluar retina melalui optic disc (bintik buta) sekitar 3 mm
medial macula lutea.
Perdarahan: 1/3 (luar) oleh coroid, 2/3 (dalam) oleh a. Dan v. Retina
centralis melalui optic disc.
9 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Fungsi:
Menerima cahaya yang masuk kemudian mentransformasikan
menjadi menjadi rangsang yang diteruskan ke otak melalui saraf
optik
Sel kerucut: penglihatan halus, warna dan kecerahan Sel batang :
penglihatan kasar, gelap dan remang-remang
Penglihatan monokuler dan penglihatan binokuler.
Isi bola mata
a) Humor aquosus
Komposisi humor aquos :
Humor aquos adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan
dan bilik mata belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan
kecepatan pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah 1.5-2 µL/
mnt. Komposisi humor aquos serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan
ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi
dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.
Pembentukan dan Aliran Humor Aquos :
Humor aquos diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafiltrasi plasma yang
dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodofikasi oleh fungsi sawar dan
prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke bilik mata belakang,
humor aquos mengalir melalui pupil ke bilik mata depan (Gambar 1) lalu
ke jalinan trabekular di sudut bilik mata depan. Selama periode ini, terjadi
pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.
Aliran Keluar Humor Aquos :
Jalinan/ jala trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan
elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu
10 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati
kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam
jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut
sehingga kecepatan drainase humor aquos juga meningkat. Aliran humor
aquos kedalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-
saluran transeluler siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis
Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aquos )
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor aquos
keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera
(aliran uveoskleral).
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquos dari bilik mata
depan adalah lapisan endotel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan
trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi
tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan
intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
Aqueous humor yang dihasilkan badan siliar → bilik mata belakang →
melalui pupil → bilik mata depan → sudut bilik mata depan → jaringan
trabekulum, → kanal Schlemm → melalui saluran ini dan keluar dari
bola mata.
Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya (aquos
humor) oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan
trabecular meshwork
Fungsi: menyokong bola mata dengan memberi tekanan dari dalam,
sehingga bentuk bola mata tetap, memberi makanan pada cornea dan
lensa dan mengangkut hasil-hasil metabolisme.
b) Corpus vitreum
11 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Merupakan gel transparan yang mengisi bola mata di bagian belakang
lensa. Fungsinya adalah sedikit menambah daya pembesaran mata,
menyokong permukaan posterior lensa, membantu perlekatan pars
nervosa retina ke pars pigmentosa retina.
c) Lensa
Adalah struktur bikonveks transparan yang dibungkus capsula transparan,
terletak di belakang iris, dan di depan corpus vitreum serta dikelilingi
proc. Ciliaris.
Terdiri atas capsula elastis (pembungkus), epithelium cuboideum (batas
anterior lensa), dan fibrae lentis (bagian dalam)
HISTOLOGI
Lensa
Lensa merupakan struktur bikonkaf yang sangat elastis, dan sifat
elastisitas ini makin hilang dengan meningkatnya usia dan mengerasnya lensa.
12 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Lensa memiliki 3 komponen utama.
KAPSUL LENSA
Lensa dibungkus suatu simpai tebal (10-20 pm), homogen, refraktil, dan
kaya akan karbohidrat (Gambar 24-9), yang meliputi permukaan luar sel-sel
epitel. Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan
terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein.
EPITEL SUBKAPSULAR
Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang hanya
terdapat pada permukaan anterior lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh
seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat
di daerah ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan
serat-serat lensa.
SERAT LENSA
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Serat-serat ini merupakan sel-sel yang sangat tercliferensiasi dan berasal
dari sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organel
lainnya dan menjadi sangat panjang,
dan mencapai panjang 7-10 mm, lebar 8-10 pm, dan tebal 2 pm. Sel-sel ini
berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin. Serat lensa dihasilkan
13 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
seumur hidup, namun kecepatan produksinya makin lama makin berkurang.
Lensa ditahan pada tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial, yakni
zonula, yang satu sisinya tertanam pada kapsul lensa dan sisi lainnya pada badan
siliar (Gambar 24-5). Serat zonula serupa dengan mikrofibril serat elastin.
Sistem ini penting untuk proses yang dikenal sebagai akomodasi, yang dapat
memfokuskan objek dekat dan jauh dengan mengubah kecembungan lensa.
Bila mata sedang istirahat atau memandang objek yang jauh, lensa tetap
diregangkan oleh zonula pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Agar
dapat memfokuskan benda dekat, muskulus siliaris berkontraksi dan koroid
beserta badan siliar akan tertarik kedepan. Ketegangan yang dihasilkan zonula
berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek dipertahankan.
2. a. Apa yang dimaksud dengan katarak ?
Jawab :
suatu keadaan keruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasiprotein lensa/akibat keduanya
(Sidarta Ilyas,1998 : 207)
b. Bagaimana etiologi katarak ?
Jawab :
Penyebabnya bermacam-macam.
Umumnya adalah usia lanjut (senil), tapi dapat terjadi secara
kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik,
dan gangguan perkembangan.
Kelainan sistemik atau metabolik.
Terapi steroid jangka panjang.
Paparan sinar UV
c. Bagaimana terjadinya manifestasi klinik dari katarak ?
Jawab :
14 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara
progresif. Sejak awal, katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah
berdilatasi oftalmoskop, slit lamp, atau shadow test. Setelah katarak
bertambah matang maka retina menjadi semakin sulit dilihat sampai
akhirnya refleks fundus tidak ada dan pupil berwarna putih.
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 th. Penyebabnya smpai sekarang belum
diketahui. Perubahan lensa pada usia lanjut :
a. Kapsul
- Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
b. Epitel – makin tipis
- Sel epitel pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c. Serat lensa :
- Lebih irregular
- Pada korteks jelas kerusakan serat sel
- Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein
nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa
- Korteks tidak berwarna karena :
Kadar as. Askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
Stadium katarak senile :
1) Katarak insipient
15 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menujuu korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat
didalam korteks
2) Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degenerative menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa menyebabkan lensa menjadii
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehiingga bilik mata
menjadi dangkal. Pencembungan lensa akan memberikan penyulit
glaucoma.
3) Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum negenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur dapat berambah besar lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotic. Pada saat lensa mencembung
akan dapat meimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma
sekunder.
4) Katarak matur
Kekeruhan telah terjadi pada selurh masa lensa. Kekeruhan ini bias
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi kensa
5) Katarak hipermatur
Adalah katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Bila proses katrak
berjalan lanjut dan disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka akan
memperlihatkan bentuk sebagai kantong susu disertai nucleus yang
16 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat (katarak
morgagni)
d. Bagaimana hubungan umur dengan katarak?
Jawab :
Faktor usia degenerative penurunan densitas (kepadatan) epitel dan
diferensiasi aberrant di serat-serat lensa akumulasi dari serpihan-
serpihan epitel gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis
hilangnya kejernihan lensa lensa keruh penglihatan buram
KATARAK
e. Bagaimana patogenesis dari visus menurun atau kabur yang berangsur-
angsur memburuk sejak 1 tahun yang lalu?
Jawab :
Faktor usia Proses degenerative denaturasi protein lensa mata
Lensa menjadi keruh pada sebagian atau seluruh massa lensa ketika
cahaya masuk cahaya terbiaskan oleh adanya halangan akibat lensa
yang keruh penglihatan seperti berasap / kabur.
Sedangkan pada penglihatan kabur sejak 1 tahun lalu :
Degenarasi lensa (katarak senile) : faktor resiko (fisik, kimia, penyakit
predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan, infeksi virus pada
perkemabangan janin, usia) kekeruhan pada lensa ↓tajam
penglihatan (biasanya pada katrak nuklear terjadi miopi akibat
peningkatan daya refraksi lensa, pada katarak senile yang imatur) +
kekeruhan pada sebagian lapis lensa mengakibatkan penglihatan kabur.
3. a. Apa yang dimaksud dengan Tonometri ?
Jawab :
Tonometri adalah istilah umum untuk pengukuran tekanan intraokular.
Instrumen yang paling luas digunakan adalah tonometri palanasi
17 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang
diperlukan untuk meratakan luas tertentu kornea. Tonometer aplanasi lain
adalah tonometer Perkin dan TonoPen yang portabel; Pneumatonometer,
yang bermanfaat apabila permukaan kornea iregular dan dapat digunakan
walaupun terdapat lensa kontak ditempatnya). Tonometer Schiotz adalah
tonometer portabel dan mengukur indentasi korneayang ditimbulkan oleh
beban tertentu. Rentang tekanan intraokular adalah 10-21 mmHg
b. Bagaimana cara pengukuran Tonometri ?
Jawab :
Ada 3 macam tonometri, yaitu:
1. Digital : Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak
memerlukan alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak
mata atas, lalu membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap
tekanan jari. Hasil pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang
berarti tekanan normal, Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-1
untuk tekanan yang agak rendah. Tingkat ketelitian teknik ini dianggap
paling rendah karena penilaian dan interpretasinya bersifat subjektif.
2. Tonometer Schiøtz : Tonometer Schiøtz ini bentuknya sederhana,
mudah dibawa, gampang digunakan dan harganya murah. Tekanan
intraokuler diukur dengan alat yang ditempelkan pada permukaan
kornea setelah sebelumnya mata ditetesi anestesi topikal (pantokain).
Jarum tonometer akan menunjukkan angka tertentu pada skala.
Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari Zeiger-Ausschlag
Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.13
3. Tonometer aplanasi Goldmann ; Alat ini cukup mahal dan tidak
praktis, selain itu juga memerlukan slitlamp yang juga mahal.
Meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional, hanya
tonometri dengan aplanasi saja yang diakui.9 Dengan alat ini,
18 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
kekakuan sklera dapat diabaikan sehingga hasil yang didapatkan
menjadi lebih akurat.
Gambar dari: Atlas Ilmu Penyakit Mata karangan Sidarta Ilyas
c. Bagaimana nilai normal hasil pengukuran dengan tonometri ?
Jawab :
Rentang tekanan intraokular adalah 10-21 mmHg
4. a. Apakah yang dimaksud dengan glaukoma ?
Jawab :
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan
pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
19 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati.
b. Bagaimana etiologi galukoma?
Jawab :
Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ini
disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau
di celah pupil.
c. Bagaimana manifestasi klinis ?
Jawab :
1. Fase prodormal (fase nonkongestif)
Pengelihatan kabur.
Terdapat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu.
Sakit kepala.
Sakit pada mata.
Akomodasi lemah.
Berlangsung ½ - 2 jam.
Injeksi perikornea.
Kornea agak suram karena edem.
Bilik mata depan dangkal.
Pupil melebar.
Tekanan intraokuler meningkat.
Mata dapat normal juga serangan reda.
Fase kongestif pada kasus Ny. N
Sakit kepala yang hebat sampai muntah-muntah.
Palpebra bengkak.
20 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Konjungtiva bulbi : hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi
silier, injeksi konjungtiva.
Kornea keruh.
Bilik mata depan dangkal.
Iris : gambaran, corak bergaris tidak nyata.
Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis
total, warna kehijauan, refleksi cahaya menurun sekali atau tidak sama
sekali.
d. Bagaiman hubungan glaukoma dan katarak ?
Jawab:
Faktor usia degenerative penurunan densitas (kepadatan) epitel dan
diferensiasi aberrant di serat-serat lensa akumulasi dari serpihan-serpihan
epitel gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis hilangnya
kejernihan lensa lensa keruh penglihatan buram
TIO meningkat↓ aliran darah ke retina dan Terjadi penekanan serabut-
serabut saraf (akson-akson) iskemia Kematian serabut saraf Impuls ke
otak tidak tersampaikan visus turun tajam & mendadak
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Jawab :
Kasus Normal Interpretasi
Keadaan Umum Sadar & kooperatif Normal Normal
Nadi 92 x 60-100x/menit Normal
RR 18 x 16-24x Normal
Suhu 36,8 o C 36,8o – 37,2o Normal
TD 170/90 Sist : 110 -120 Hipertensi. Karena,
21 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Dia : 70 - 80
factor usia yang
menyebabkan
ketidakelastisan dari
dinding pembuluh
darah dan lainnya.
6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan mata ?
Jawab:
Mata Kanan
VOD 6/20 6/6 Menurun
Lensa Mata Keruh (belum
merata)
Bening,
Transparan
Abnormal, karena adanya
Agregasi protein lensa
Tonometri 17,6 mmHg 15 – 20 mmHg Normal
Mata Kiri
VOS 1/300 6/6 Menurun
Palpebra Oedema - Abnormal. Terjadinya
dorongan dari iris yang
menyebabkan TIO
meningkat.
Konjungtiva
Bulbi
Hiperemi - Abnormal, Peningkatan
vaskularisasi
Kornea Keruh Bening,
Transparan
Abnormal, Terjadi karena
glaukom
Bilik Mata Dangkal - Abnormal, Karena
22 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Anterior terjadinya pembengkakan
serat-serat lensa sehingga
iris terdorong ke depan
Pupil Dilatasi - Abnormal, Karena, adanya
peningkatan tekanan
intraocular
Refleks Pupil Negatif Positif Abnormal, Karena adanya
peningkatan tekanan intra
ocular
Lensa Mata Keruh (merata) Jernih Adanya agregasi protein
lensa
Tonometri 40 mmHg 15 – 20 mmHg Meningkat
7. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan Lab?
Jawab:
Kasus Normal Interpretasi
Hb 12,2 g/dl 12 – 14 g/dl Normal
Leukosit 8000 /mm3 5000 – 10.000
/mm3
Normal
Clothing
Time
2 menit ≤ 5 menit Normal
23 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Bleeding
Time
7 menit ≤ 9 menit Normal
BSS 90 mg/dl 80 – 110 mg/dl Normal
8. Bagaimana Differential Diagnosis?
Jawab:
Glaukoma
Gejala Glaucoma akut Uveitis Akut Keratitis
Visus menurun +++ ++ +++
Nyeri mata +++ ++ ++
Halo ++ - -
TIO Tinggi Rendah N
BMD Dangkal N N
Katarak
Gejala Insipien Imature Matur Hipermatur
Visus 5/5 dgn koreksi s.d 1/60 1/300 – 1/- 1/-
Kekeruhan lensa Perifer ke sentral >>Kapsula
posterior
Penuh merata Lensa
mengkerut
Iris shadow - + - -
Fundus refleks + ++ - -
Iris Normal Terdorong Normal Tremularis
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang ?
24 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
gloucoma
Gionoskopi, merupakan suatu cara yang digunakan untuk menilai lebar
atau sempitnya sudut bilik mata depan, sehingga dapat dibedakan
antara glaukoma sudut tertutup atau terbuka, dan mengetahui adanya
perlekatan iris bagian perifer.
Perimetri, merupakan penilaian klinis terhadap lapang pandang
seseorang. Perimetri memiliki dua tujuan utama dalam
penatalaksanaan glaukoma, yaitu, untuk mengidentifikasi gangguan
lapang pandang seseorang dan menilai secara kuantitatif dalam
pemantauan perawatan pasien glaukoma.
Tonografi, digunakan untuk mengukur cairan bilik mata yang
dikeluarkan mata melalui trabekula dalam satu satuan waktu.
Tes Provokasi. Pada gaukoma sudut terbuka dapat digunakan tes
minum air, pressure congestion test, kombinasi antara tes minum air
dengan pressure congestion test dan tes steroid. Sedangkan untuk
glaukoma sudut tertutup digunakan tes kamar gelap, tes membaca, tes
midriasis, tes bersujud.
Katarak
10. Diagnosis Kerja
OD : katarak senilis immature
OS : glaucoma sudut tertutup akut ecausa katarak senilis matur
11. Bagaimana penegakan diagnosis ?
25 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Jawab:
Anamnesa :
KU :
Mata kiri tidak bias melihat yang disertai dengan nyeri di dalam dan disekitar
sejak 3 hari yang lalu.
RPP :
Sejak 3 bulan yang lalu, sering sakit kepala, mual, muntah dan sering melihat
warna pelangi disekitar cahaya bola lampu yang dilihat
Sejak satu tahun yang lalu, penglihatan kedua matanya kabur yang berangsur-
angsur semakin memburuk.
Pemeriksaan fisik:
Vital Sign :
TD : 170/90 mmHg
Mata :
OD : VOD 6/20, lensa mata keruh belum merata, Tanometri 17,6mmHg.
OS : SOD 1/300, oedem palpebrae, konungtiva bulbi hiperemik,
kornea keruh, bilik mata depan dangkal, pupil dilatasi, reflex pupil negative,
lensa mata keruh merata. Tanometri 40mmHg.
12. Bagaimana Patogenesis ?
26 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
27 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Risk factors
Sindrom metabolik (DM)
hipertensi Usia lanjut (> 40 th)
Paparan sinar UV
hiperglikemia
Akumulasi cairan intraseluler pd lensa
& akumulasi poliol (sorbitol) pd PD
tek. Osmotik sel PD lensa
Lipid
Sel injury
T. muskularis & jar.ikat longgar fibrosis
- penumpukkan pd dinding intima PD -pengikatan Hb O2 & CO2
PD kaku
aterosclerosis
Menekan iris
Edema kornea
Tek. Osmotik < tek. hidrostatik
Menutupi jar. trabekulum
Ggn. Pembentukkan as.amino nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin)
Degenerative sel-sel epitel lensa
-densitas (kepadatan) epitel -diferensiasi abnormal diserat lensa
Radikal bebas
Kerusakan enzim protein nukleus
Akumulasi serpihan epitel pd lensa
-ggn. Pembentukkan serat lensa –sel-sel epitel hipertrofi
Homeostasis terganggu
Hilangnya kejernihan lensa
Blm merataVisus Katarak immatur
Sdh merata
merata
Warna pelangiTerjadi pembiasan cahaya
Hilang penglihatan
KATARAK
Sudut COA dangkal
Lensa keruh
Aliran cairan h.aquos dari ant. ke pos. brkrg
Visus
Visus
Katarak matur
Katarak hipermatur
Visus
TIO (GLAUKOMA)
Lensa mengalami pencembungan berlebihan
Kompresi struktur bilik mata depan
Transudasi cairan Merangsang sensoris n. V.I di kornea
aliran darah ke retina & penekanan serabut saraf (akson)
parasimpatis
Ggn. Penglihatan secara mendadak
Impuls ke otak tdk diteruskan
Kematian serabut saraf
Nyeri orbital
asetilkolin
Reseptor asetilkolin
Formatio retikularis di pons terdapat trigerzone
Merangsang mual-muntah
iskemia
Kompresi struktur bilik mata depan
Edema palpebra
Pembengkakan translusen dari mb. Konj. palpebra
Ggn. Aliran darah di konj. & bdn silier/iris
Vasodilatasi PD & a.siliaris ant.
Hiperemis konjungtiva
Aliran dari COP ke COA terhambat
Akumulasi cairan aquos humor
Iris terdorong ke depan
Bola mata maju kedepan
exopthalmus
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
13. Apa penatalaksanaan dari kasus ini ?
Jawab:
Mata Kiri (OS) Katarak Hipermature Glaukoma sudut tertutup.
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan terbaik untuk glaukoma sudut tertutup adalah
pembedahan. Terapi medikamentosa hanya merupakan pengobatan
pendahuluan sebelum penderita dioperasi. Terapi diberikan sesuai dengan fase
penyakit. Pada fase nonkongestif, penderita diberi golongan
parasimpatomimetik, seperti pilokarpin 2-4% tiap 20-30 menit. Dengan
demikian diharapkan lensa yang miosis akan menyebabkan iris tertarik ke
belakang sehingga sudut bilik mata depan terbuka. Selain itu, bisa juga
diberikan golongan inhibitor karbonik anhidrase 3X1 tablet/hari. Obat-obat ini
diberikan sampai tekanan intraokuler menjadi normal. Kemudian ada dua
28 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
pilihan terapi yang dapat dilakukan, yaitu tetap memberikan obat
parasimpatomimetik atau melakukan tindakan operasi.
Pada fase kongestif, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin.
Tekanan intraokuler harus sudah turun dalam 2-4 jam. Jika terlambat 24-48
jam, maka akan terjadi sinekhia anterior perifer sehingga pengobatan dengan
parasimpatomimetik tidak berguna lagi.
Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes selama 5
menit. Kemudian diteruskan setiap jam.
b. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet.
Kemudian disusul dengan 1 tablet tiap 4 jam.
c. Hiperosmotik: gliserin 50%, 1-1,5 gr/kg yang diberikan per oral.
Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di bawah 25
mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah turun, operasi
harus dilakukan dalam 2-4 hari kemudian.
Mata Kanan (OD) Katarak Immatur
Penatalaksanaan:
Terapi
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas
atau mencegah terjadinya katarak, tata laksana masih tetap dengan
pembedahan.
Pembedahan Katarak
1. ECCE ( Extra Capsule Cataract Extraksi ).
2. Phaco Emulsification.
14. Apa komplikasi ?
29 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Jawab:
Jika penanganan glaukoma pada penderita terlambat dapat
mengakibatkan sinekia anterior perifer dimana iris perifer melekat pada
jalinan trabekula dan menghambat aliran aquoeus humor keluar.
Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan
menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat
hambatan sudut.
Serangan glaukoma yang hebat dan mendadak seringkali
menyebabkan atrofi papil saraf optik.
15. Bagaimana prognosis ?
Jawab :
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total.
Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada
mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan
baik. Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma
dapat ditangani dengan baik.
Pada glaukoma kongenital untuk kasus yang tidak diobati, kebutaan
timbul dini. Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur
hanya akibat trauma ringan.
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
16. Bagaimana preventif & promotif?
Jawab:
Katarak :
Pencegahan
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang
hari bisa Mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
30 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah
selalu normal pada penderita diabetes mellitus.
Makanan-makanan sumber riboflavin di antaranya susu, daging, sayur,
telur sayuran hijau seperti kol, brokoli, asparagus serta biji-bijian (cereals).
Konsumsi antioksidan seperti vitamin A, C, dan E
Glaucoma :
Pencegahan
Konsumsi makanan atau suplemen yang mengandung
vitamin C, B1 (thiamin), kromium, zinc
Kurangi merokok dan alkohol
Edukasi
Emosi (bingung dan takut) dapat menimbulkan serangan akut
Membaca dekat yang mengakibatkan miosis akan menimbulkan serangan
pada glaukoma dengan blok pupil.
Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil berbahaya
17. Bagaimana kompetensi dokter umum?
Jawab:
3a Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan- pemeriksaan tambahanyang diminta oleh dokter
misalnya pemeriksaan lab atau x-ray. Dokter dapat memutuskan dan
memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(bukan kasus gawat darurat)
18. Bagaimana pandangan islam?
31 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Jawab:
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia
tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang
baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS, Yunus, 10:12)
IV. KERANGKA KONSEP
32 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
V. Learning Issue
33 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Ny. N. 65 thn
Sejak 1thn yang lalu visus kabur/menurun
OS dan OD
3 bulan yang lalu nyeri, mual, muntah, melihat
warna pelangi
3 hari yang lalu OS:Tidak bisa melihat
dan nyeri
3 hari yang lalu OD: kabur
Vital sign Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan:
VOS 1/300, Oedema palpebra, konjungtiva bubi hiperemik, kornea keruh, bilik mata depan dangkal, pupil dilatasi, refleks pupil negatif, lensa mata keruh merata.
Tonometri 40 mmHg
Pemeriksaan:
OD : VOD 6/20,
lensa mata keruh
belum merata,
Tonometri 17,6
mmHg.
Katarak hypermatur
Katarak immatur
TD : 170/90 mmHg
Darah rutin : Hb
12,2 g/dl; leukosit
8000/mm3
CT: 2 menit, BT :
7 menit.
Kimia darah :
BSS 90 mg/dl
Glaukoma
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Pokok
Bahasan
What I Know What I Don’t Know
(Learning Issue)
What I Have to
Prove
How I Will
Learn
Katarak
dan
glaukoma
Ny. N. mengalami
kehilangan
penglihatan pada
mata kiri dan mata
kanan yang kabur
1. Anatomi mata
2. Fisiologi mata
3. Histologi mata
4. Glaukoma
5. Katarak
6. Tonometri
Ny. N. mengalami
kehilangan
penglihatan pada
mata kiri karena
katarak hipermatur
disertai glukoma
dan mata kanan
yang kabur karena
katarak imatur.
Text Book,
Pakar Lain
(internet)
HIPOTESIS
Ny. N. 65 tahun mata kiri tidak bisa melihat, nyeri dalam dan sekitar mata karena
mengalami glaukoma akut sudut tertutup ecausa katarak hipermatur, dan mata kanan
mengalami visus menurun atau kabur ecausa katarak immatur.
Daftar Pustaka
34 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang
Laporan Tutorial 5 Skenario A Blok 15
Lang , Gerhard K. 2000. Ophthalmology. New York: Thieme.
Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan MahasiswaKedokteran edisi 2. Jakarta: Sagung Seto
Vaughan, Daniel, dkk. 2000. Oftalmologi Umum Ed. 14. Jakarta: Widya Medika
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3. Jakarta : Media
Aesculapis
http://www.pharmj.com/pdf/hp/200507/hp_200507_diagnosis.pdf
35 | Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang