Titik Lebur
-
Upload
mhia-ladiesvikersblueprince -
Category
Documents
-
view
442 -
download
19
description
Transcript of Titik Lebur
Penentuan Titik Lebur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padatan membentuk suatu susunan satuan (atom atau molekul)
yang tersusun sangat teratur, dan satuan ini diikat oleh gaya yang berbeda-
beda. Gaya-gaya yang mengikat atom-atom itu membentuk padatan adalah
ikatan kavalen, ikatan ionik, ikatan hidrogen, gaya van der Waals dan ikatan
logam.
Kekuatan ikatan-ikatan tersebut untuk menyatukan atom-atom
menjadi sebuah padatan yang memiliki bentuk-bentuk yang beragam adalah
berbeda-beda. Bentuk dan jenis ikatan dari berbagai zat padat tersebut akan
mempengaruhi sifat-sifat fisik dari zat tersebut.
Selain itu bentuk dan sifat ikatan atom-atom akan mempengaruhi
besarnya titik lebur suatu zat padat, dan besarnya juga spesifik untuk setiap
zat padat sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk mengetahui
kemurnian suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh bahan
pengotor, maka tentu saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur zat murni.
Dalam bidang farmasi, suatu senyawa obat murni dapat
ditentukan kemurniannya salah satunya dengan jalan penentuan titik
leburnya. Selain itu penentuan titik lebur dari suatu bahan obat juga
digunakan dalam pembuatan sediaan obat (terutama untuk obat yang
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
diberikan melalui rektal), dan diperlukan pada penentuan cara penyimpanan
suatu sediaan obat agar tidak mudah rusak pada suhu kamar/tertentu.
Melihat kegunaan dari penentuan titik lebur suatu zat padat ini,
maka diadakan praktikum ini dengan maksud agar mahasiswa memahami
cara penentuan titik lebur suatu senyawa obat. Dalam praktikum ini akan
ditentukan titik lebur dari aspirin dan iodoform, yang dalam kesehariannya
aspirin digunakan sebagai analgetik-antipiretik dan iodoform digunakan
sebagai antiseptikum.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan titik lebur aspirin ?
C. Maksud Praktikum
Maksud dari percobaan adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penentuan titik lebur aspirin.
D. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah menentukan titik lebur aspirin
dengan menggunakan labu tile dan menggunakan parafin cair sebagai
medium penghantar panas.
E. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum yaitu penentuan titik lebur aspirin
berdasarkan temperatur pada termometer pada saat zat tersebut melebur
seluruhnya setelah dipanaskan, dengan menggunakan parafin cair sebagai
medium penghantar panas.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori umum
Padatan membentuk suatu susunan satuan (atom atau
molekul) yang tersusun sangat tertaur, dan satuan ini diikat oleh gaya
yang berbeda-beda. Tergantung pada sifat gaya itu, padatan dapat
dibagi dalam empat katagori yang luas, walaupun mungkin ada
beberapa lagi. Keempat kategori tersebut ialah (Martin ,1990 hal 141).
1. Padatan kovalen
Dalam padatan kovalen atom-atom dihubungkan satu sama
lainnya oleh ikatan kovalen yang membentuk struktur tiga dimensi.
Pada intan, setiap atom karbon dihubungkan dengan keempat atom
karbon lainnya melalui ikatan kovalen. Grafit, walaupun terdiri dari
karbon murni, mempunyai susunan atom karbon yang berbeda,
setiap atom karbon dihubungkan dengan tiga atom karbon lainnya
oleh ikatan Van Der Walls.
Tergantung pada susunan atom, padatan adalah isotropis jika
semua ikatan adalah ekuivalen, yaitu sifatnya sama dalam segala
arah. Padatan adalah anisotropis jika ikatan bervariasi atau tidak
ekuivalen. Padatan anisotropis mempunyai titik leleh yang lebih
rendah dan titik didih lebih tinggi.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
2. Padatan ionis
Dalam padatan ionis, konstituennya adalah ion positif dan
negatif. Ion-ion ini disatukan oleh gaya elektrostatis yang
memberikan kenetralan listrik secara keseluruhan. Padatan ionis
mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi karena ikatan yang
sangat kuat antara ion-ion diseluruh kristal.
3. Padatan molekuler
Konstituen utama dari padatan molekuler adalah molekul,
tetapi dapat juga berupa atom dari gas yang nyata. Molekul-molekul
disatukan oleh gaya yang lemah yang disebut gaya van der Waals.
Karena gaya tarik menarik yang lemah ini diperlukan temperatur
yang sangat rendah untuk meleleh.
4. Padatan logam
Kristal logam terdiri dari satuan sel kubik tersusun rapat
maupun satuan heksagonal tersusun rapat. Kristal logam memiliki
titik lebur yang tinggi dan merupakan penghantar panas dan listrik
yang baik.
Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir
peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau
membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat
pada saat hilangnya fase padat. (FI III hal 767).
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur
seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang. (FI III
hal 767).
Temperatur dimana cairan berubah menjadi padatan dikenal
dengan titik beku. Temperatur ini sama dengan titik leleh kristal zat
murni. Titik beku atau titik leleh padatan kristal murni didefinisikan
sebagai temperatur dimana cairan murni dan padatan berada dalam
kesetimbangan. (Martin,1990 hal 321).
Panas peleburan dapat dianggap sebagai panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan jarak antar atom atau antar molekul dalam
kristal, sehingga memungkinkan terjadinya pelelehan. Suatu kristal yang
saling terikat dengan gaya yang lemah mempunyai panas peleburan
yang rendah, sedangkan yang terikat dengan gaya yang kuat
mempunyai panas peleburan yang tinggi dan titik leleh yang tinggi.
(Martin,1990 hal 319).
Secara eksperimen telah ditemukan, bahwa non-elektrolit
dalam jumlah yang ekuimolekuler yang dilarutkan dalam pelarut yang
sama beratnya, akan mempunyai tekanan osmosis yang identik, dan
mempunyai efek yang sama terhadap penurunan tekanan uap,
penurunan titik beku, dan kenaikan titik didih. Dengan memakai air
sebagai pelarut, 1mol suatu nonelektrolit bila dilarutkan dalam 1000 g
air, misalnya menurunkan titik beku air sebesar 1,86ºC dan menaikkan
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
titik didihnya dengan 0,52ºC. Atas dasar demikian, adalah mungkin
untuk menentukan massa molekul relatif zat-zat non-elektrolit yang
dapat larut, secara eksperimen. Kalausuatu turunan elektrolit dilarutkan
dalam air, molekul-molekulnya akan berada sebagai partikel-partikel
yang sendiri-sendiri dalam larutan. Maka, kita dapat katakan, bahwa
jumlah partikel-partikel yang sama, yang terdapat dalam larutan yang
sama jumlahnya akan menunjukkan tekanan osmosis, penurunan
tekanan-uap, penurunan titik beku, atau kenaikan titik didih yang identik.
Jadi, dengan mengukur besar-besaran diatas, banyaknya partikel-
partikel yang berada dalam larutan dapat ditentukan (G.Svehla,1979 hal
9).
Beberapa zat seperti karbon, sulfur dapat berada dalam lebih
dari satu bentuk kristal dan disebut polimorf. Polimorf umumnya
mempunyai titik leleh yang berbeda-beda, gambaran difraksi sinar-X
yang berbeda dan kelarutan yang berbeda, walaupun secara kimiawi
mereka adalah sama. (Martin,1990 hal 318).
Parafinum terdiri atas campuran persenyawaan hidrokarbon
air jenuh yang diperoleh dari minyak bumi. Zat ini tidak cerna dalam
saluran lambung-usu dan hanya bekerja sebagai zat pelicin bagi isi usus
dan tinja. Gunanya untuk melunakkan tinja, terutama setelah
pembedahan rektal atau pada penyakit wasir.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
B. Kajian sampel
1 Asam salisilat (FI IV hal 51).
Nama : acidum acetylsalicylicum
Nama lain : asam asetil salisilat
Rumus kimia : C7H6O3
Berat molekul : 138,12
COOH
Rumus bangun : OCOCH3
% unsur penyusun : 60,00% C, 4,48% H, 35,53% O
Titik didih : -
Bobot jenis : 1,44
Indeks bias : -
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, atau hampir, tidak
berbau, rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol 95% pekat, larut dalam
kloroform pekat dan dalam eter pekat.
Suhu lebur : 1410 sampai 1440 C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan umum : keratolitikum, anti fungi
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
Kegunaan dipraktikum : Sebagai sampel
2. Parafin (FI III, hal 475)
Nama Resmi : Paraffinum liquidum
Nama Lain : Parafin cair
Pemerian : Cairan kental transparan; tidak
berfluororesensi; tidak berwarna; hampir
tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
95 % P, larut dalam kloroform P dan dalam
eter P
Kadar unsur penyusun : Campuran hidrokarbon yang diperoleh
dari minyak mineral, sebagai zat pemantap
dapat ditambahkan tokoferol atau
butihidroksitolen tidak lebih dari 10 bpj.
Bobot per ml : 0,870 gr - 0,890 gr
Titik didih : 141o sampai 144o C
Titik Lebur : 100ºC
Indeks bias : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Khasiat : Laksativum
Penggunaan : Sebagai mediator panas
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
3. Metanol (FI III hal 706)
Kadar unsur penyusun : CH3OH, unsur C 37,48 %, H 12,59%
dan O 49,93
Rumus Kimia : CH3OH
Rumus Bangun : -
Nama Kimia : Methyl alkohol
Sinonim : Metil alkohol
Berat Molekul : 32,04
Pemerian : Cairan tidak berwarna,jernih, bau khas
Kelarutan :Dapat bercampur dengan air,
membentuk cairan jernih tidak berwarna.
Bobot jenis : 0,796-0,98
Titik lebur : -
Titik didih : 64,5ºC – 65,5ºC
Indeks bias : 1,328 – 1,329
Kegunaan Umum : Sebagai pelarut, merupakan bahan
untuk pembuatan sediaan organik
misalnya aldehid dan metil ester dan
asam organik
Kegunaan dipraktikum : Sebagai pencuci labu tile
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
C. Prosedur kerja
1. Farmakope Indonesia III hal 720)
Sejumlah zat dalam bentuk serbuk halus, ratakan hingga
permukaan lapisan tipis, kecuali dinyatakan lain, keringkan dalam
hampa udara di atas silikagel P atau fosforpentoksida P selama 24
jam. Masukkan sejumlah serbuk ke dalam pipa kapiler kering,
mapatkan dengan mengetokkan pipa hingga diperoleh kolom zat
padat setinggi lebih kurang tiga mm, ikatkan pipa kapiler pada
termometer utama sedemikian rupa hingga ujung yang tertutup
berada pada bagian tengah pencadang raksa.
Masukkan termometer utama ke dalam tangas bersuhu 10
derajat dibawah suhu lebur zat. Lekatkan pencadang raksa
termometer pembantu ditengah-tengah antara permukaan cairan
tangas, dan skala suhu lebur zat yang diperkirakan pada termometer
utama.
Atur pemanasan hingga kenaikan suhu tangas 1o per menit.
Baca suhu pada kedua termometer pada saat zat melebur.
Suhu yang diamati dihitung dengan rumus
Tr = T + 0,00015 N (T-t)
Tr adalah suhu yang telah diralat, T adalah suhu yang
dibaca pada termometer utama, t adalah suhu yang dibaca pada
termometer pembantu, N adalah jumlah derajat skala termometer
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
utama antara permukaan cairan tangas dan skala suhu lebur zat yang
diperkirakan.
2. Penuntun praktikum (Anonim, 2007 hal 2-3)
a. Perlakuan yang digunakan disini adalah penentuan titik lebur secara
mikro dengan alat tile. Klem-klem jangan dipasang langsung dengan
gelas yang akan dijepit, tapi hendaknya disisipkan gabus/karet. Lebih
disukai bila memakai asbes, karena tahan panas atau api. Kertas
tidak boleh dipakai, sebab tidak punya daya lentur. Penjepitan
jangan terlalu keras sebab kemungkinan akan pecah.
b. Zat padat yang diperiksa harus kering dan digerus jadi serbuk dulu,
kemudian dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang tertutup sebelah
ujungnya, berdinding setebal 0,10-0,15 mm. Panjang kapiler
secukupnya agar ujung yang terbuka berada di atas permuakaan
cairan dalam alat tile dengan diameter sebelah dalam 0,9-1,1 mm
(untuk zat yang melebur dibawah 100oC) atau 0,8-1,2 mm (untuk zat
yang melebur di atas 100oC) diisi dengan serbuk setinggi 2-4 mm.
c. Lekatkan pipa kapiler tersebut pada termometer, dimana isinya
diusahakan sedekat mungkin pada tengah-tengah pencadang raksa.
d. Letakkan pencadang raksa di tengah tabung yang vertikal di tile.
e. Panasi pipa samping tile dengan api kecil (mula-mula nyala
berasap) sampai kurang lebih 15oC dibawah titik lebur diduga,
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
kemudian dipanasi pelan-pelan dan teratur dengan kecepatan
kurang lebih 2o per menit.
f. Bagian-bagian yang melekat pada dinding kapiler meleleh terlebih
dahulu, temperatur dimana bahan di tengah pipa kapiler itu melebur
semuanya dicatat sebagai temperatur titik leburnya (Wilbaut, hal.35).
Jadi pembacaan termometer sekali saja, yaitu pada saat melebur
(R.Soebandi).
g. Ulangi pekerjaan tersebut sekali lagi. Pakailah selalu pipa kapiler
yang diisi baru untuk setiap kali percobaan.
3. menurut Reksohadiprodjo 1979 hal 58-60)
1. Yang digunakan disini ialah penentuan titik lebur, dimana sampel
diletakkan dalam gelas yang akan dijepit, tapi hendaknya
disisipkan gabus/ karet. Lebih disukai; bila memakai asbes, karena
tahan panas/ api. Kertas tidak boleh dipakai, sebab tidak punya
daya lentur.
Penjepitan jangan terlalu keras sebab kemungkinan akan pecah.
2. Zat padat yang akan diperiksa harus kering dan digerus jadi puder
dulu, kemudian dimasukkan dalam pipa kapiler dari gelas soda
lunak yang tertutup sebelah ujungnya, berdinding setebal; 0,10 –
0,14 mm.
Panjang secukupnga agar ujungf yang terbuka berada di atas
permukaan cairan dalam alat thiele dengan diamater sebelah
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
dalam 0,9 – 1,1 mm (untuk zat yang melebur di bawah 100oc ) atau
0,8 – 1,2 mm (untuk zat yang melebur di bawah 100oc) diisi dengan
puder setinggi 2 – 4 mm. (sebaliknya apabila disimpan ditutup
kedua ujungnya dan dipotong apabila hendak digunakan).
3. Lekatkan pipa kapiler tersebut pada thermometer dimana isinya
diusahakan sedekat mungkin pada tengah- tengah pencadang
raksa (kwik recervoir).
Agar perlekatan ini tidak terlepas, baiklah digunakan selang karet
yang dipotong merupakan cincin. Cincin karet tersebut hendaklah
dipasang jauh mungkin dari permukaan cairan tadi.
Dapat juga perlekatan ini tanpa menggunakan cincin karet
(preferable) ialah dengan cara melekatkan pipa kapiler tersebut
dengan tetesan campuran yang menenpel pada pencadang raksa.
4. Letakkan pencadang raksa ditengah; tabung yang vertikal di Thiele
5. Panasi pipa samping Thiele dengan api kecil (mula- mula) nyala
berasap) sampai lebih kurang di bawah titik lebur diduga, kemudian
panasi pelan- pelan dan teratur dengan kecepatan lebih kurang 20
per menit.
6. Bagian- bagian yang melekat pada dinding kapiler melelh terlebih
dahulu, temperatyr dimana bahan ditengah pipa kapiler itu melebur
jenuh, dicatat sebagai temperatur titik leburnya
7. Ulangi pekerjaan tersebut satu kali lagI
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang dipaka
1. Labu tile
2. Lampu spiritus
3. Lumpang dan alu
4. Pipa kapiler
5. Statif dan klem
6. Termometer
B. Bahan yang digunakan
1. Aspirin
2. Aquades
3. Benang godam
4. Kertas ttimbang
5. Parafin cair
6. Tali godam
C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Aspirin digerus dengan menggunakan lumpang dan alu hingga halus
3. Pipa kapiler dibakar salah satu ujungnya hingga tertutup
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
4. Pipa kapiler ditotol-totolkan pada aspirin dan sorbitol yang telah
digerus
5. Pipa kapiler diikat pada termometer dengan menggunakan tali godam.
Diusahakan bahan terletak didekat pencadang raksa
6. Parafin dituangkan ke dalam labu tile yang telah dirangkaikan pada
statif
7. Termometer dimasukkan ke dalam labu tile, diusahakan pencadang
raksa terletak pada bagian tengah dari sisi tegak segitiga pada labu
tile
8. Labu tile ditutup dengan penyumbat gabus dan diberi split
9. Labu tile dipanaskan dengan lampu spritus tepat dibagian bawah
segitiga labu tile
10.Diamati hingga seluruh padatan dari aspirin dan kloroform tepat habis
dan dicatat suhunya.
11.Diulangi lagi prosedur diatas sekali lagi.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1 Data
Sampel Titik Lebur Suhu Lebur
Aspirin (halus) 141o C 141o C
2 Perhitungan
Titik lebur teori : 141o C
Suhu lebur teori : 144o C
% rendamen = Titik lebur teori + Titik lebur praktek x 100%
Titik lebur teori
= 141 + 141x 100% = 141 %
2
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
B. Pembahasan
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi
oleh bentuk zat padat tersebut dan kekuatan/jenis ikatan yang ada pada
padatan tersebut. Pada suatu padatan dengan bentuk kristal dan ikatan
kovalen maka akan memiliki suhu lebur yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan padatan lain dengan ikatan van der Waals, walaupun terdiri dari
unsur yang sama, Contohnya adalah grafit dan intan.
Suhu lebur suatu padatan murni adalah spesifik, hal ini berarti
dapat digunakan untuk penentuan kemurnian suatu zat padat. Apabila
terdapat zat pengotor yang larut maka akan menyebabkan turunnya suhu
lebur dari padatan murni tersebut, sedangkan apabila terdapat zat pengotor
yang tidak larut maka akan menyebabkan suhu lebur semu atau suhu
leburnya tidak tajam/tegas.
Sebelum digunakan terlebih dahulu pipa kapiler dipanaskan salah
satu ujungnya hingga menutup, agar pada waktu terjadi lelehan, aspirin tidak
tercampur pada parafin cair sehingga parafin tetap murni. Sebelum dilakukan
penotolan, terlebih dahulu aspirin digerus, sebab penurunan titik lebur tidak
hanya disebabkan oleh zat pengotor saja, tetapi juga disebabkan oleh besar
dan banyaknya kristal. Setelah digerus maka luas permukaan akan
bertambah dan lebih mudah menyerap panas.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
Dalam percobaan ini akan diukur suhu lebur aspirin secara mikro
dengan menggunakan labu tile yang diisi dengan parafin cair sebagai
medium penghantar panas.
Alasan digunakannya parafin cair sebagai medium penghantar
panas adalah karena titik didihnya yang tinggi sehingga tidak akan
mendidih/menguap sampai tercapai suhu lebur dari sampel (aspirin). Apabila
medium penghantar panas mendidih maka akan terjadi floating yang akan
mengganggu dan bisa saja medium penghantar akan menguap habis
sebelum tercapai suhu lebur dari aspirin.
Cairan lain yang dapat digunakan sebagai medium penghantar
panas dalam praktikum ini adalah asam sulfat pekat. Akan tetapi tidak
digunakan karena sangat berbahaya, sebab sifat dari asam sulfat pekat yang
mudah menghasilkan panas dan sifatnya sebagai asam kuat yang dapat
merusak jaringan bila terkena tubuh.
Sesuai dengan mekanisme kerja labu tile dengan adanya
pemanasan maka tekanan akan naik keatas sehingga akan terjadi pemutaran
aliran dalam labu tile yang menyebabkan pemanasan yang merata dalam
labu tile, pada pemanasan dilakukan dibagian segitiga dari labu tile
dimaksudkan agar lebih mudah terjadi aliran panas sehingga suhu dalam
labu tile lebih merata . Pada saat peletakan termometer diberi split agar
tekanan di sebelah dalam tetap sama dengan di sebelah luar sehingga labu
tile tidak meledak.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
Jarak lebur dari zat yang didapatkan pada pengukuran di
laboratorium harus berada dikedua suhu jarak lebur yang terdapat dalam
monografi, atau tidak boleh berbeda lebih dari 2o dari suhu lebur yang tertera.
Dari hasil pengukuran didapatkan titik lebur dari aspirin yang
ditentukan adalah 101o pada pengukuran pertama. Dan dengan rendamen
masing-masing 141%, sedangkan suhu leburnya diperoleh 141ºC dengan
hasil rendamen 141%.
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu aspirin yang
digunakan tidak murni sehingga menimbulkan suhu lebur yang lebih rendah
dan suhu lebur semu. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian alat
dan pelaksanaan prosedur dalam praktikum.
Adapun aplikasi percobaan ini dalam bidang Farmasi adalah dalam
pembuatan formulasi suatu obat yang berbentuk tablet dengan menentukan
titik leburnya sehingga obat akan amn digunakan oleh konsumen.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Titik lebur dari aspirin halus diperoleh 141ºC dengan % rendamen
adalah 141%.
2. Suhu lebur dari aspirin halus diperoleh 141ºC dengan rendamen
adalah 141%.
B. Saran
Sebaiknya alat yang ada di laboratorium dilengkapi serta
bahan yang akan digunakan sebaiknya disediakan oleh laboratorium
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
DAFTAR PUSTAKA
1. Dogra & Dogra, (1990), “Kimia Fisik dan soal-soal”, Universitas Indonesia Press, Jakarta
2. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia”, Jakarta
3. Martin, Alfred dkk., (1990), “Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik”, Universitas Indonesia Press, Jakarta
4. Stecher, G., (1968), “The Merck Index”, Eight Edition, Merck & Co, Inc, Runway, N.,J USA
5. Tim Asisten Kimia Organik Sintesis, (2003), “Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis”, Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan UNHAS, Makassar
. 6. Dirjen POM.,(1995).,FARMAKOPE INDONESIA Edisi IV., DepKes RI : Jakarta.
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
Skema kerja
Cara kerja Gambar
1. Disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
2. Digerus aspirin dengan
mengggunakan lumpang dan alu
3. dipanaskan salah satu ujung pipa
kapiler hingga tertutup
4. Pipa kapiler ditotol-totolkan pada
aspirin yang telah digerus
5. Dipasang labu tile pada statif
kemudian diisikan parafin cair
6. Diikatkan pipa kapiler pada
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
Penentuan Titik Lebur
termometer (isinya diusahakan
sedekat mungkin dengan
pencadang raksa)
7. Termometer dimasukkan ke
dalam labu tile
8. Diberikan split agar tekanan
diluar dan di dalam labu sama
9. Dipanaskan labu tile pada bagian
segitiganya dengan lampu spritus
10.Catat suhu pada saat seluruh
padatan aspirin habis.
11.Dilakukan prosedur yang sama
untuk sorbitol
Keterangan :
1. Labu tile
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
5
Penentuan Titik Lebur
2. Pipa kapiler
3. Lampu spritus
4. Statif
5. Termometer
4 3
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224
12
Penentuan Titik Lebur
TRISNAWATI AHMAD MARZUKI 15020110224