Trauma Kimia Mata Final

download Trauma Kimia Mata Final

of 21

Transcript of Trauma Kimia Mata Final

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaanmata.Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus

    polisi.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan

    kehilangan mata.Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Di sini,

    kita akan membahas tentang trauma kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat basa dan

    asam pada mata.1

    Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena

    dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilanganpenglihatan.Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

    terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola

    mata tersebut.Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7

    yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata.Tingkat keparahan trauma dikaitkan

    dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia

    tersebut.Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.Trauma bahan kimia dapat

    terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai

    bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan

    kimia dari alat-alat rumah tangga.Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan

    segera.Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera

    dilakukan.1

    Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta

    orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral

    akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi

    trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi

    dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Pada referat ini juga, kita akan membahas tentang

    anatomi mata yang penting kaitannya dengan trauma kimia pada mata ini.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    2/21

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

    Gambar 1. Anatomi bola mata

    Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

    menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan

    jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Di sini

    akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur

    sekaligus dengan fungsinya.Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata

    meliputi sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus, serta

    humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.3

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    3/21

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    4/21

    4

    Saraf optikus: kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke

    otak.

    Humor aqueus: cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea

    (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan

    kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

    Humor vitreus: gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina

    (mengisi segmen posterior mata).

    Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

    1.

    Segmen anterior: mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakansumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2

    bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris

    sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu

    melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran

    yang terletak ujung iris.

    2. Segmen posterior: mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor

    vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

    Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

    Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama

    menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang

    melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :3

    Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak

    Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

    Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada

    tulang orbita.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    5/21

    5

    Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan

    darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.Pembuluh darah ini masuk dan

    keluar melalui mata bagian belakang.3

    Fotoreseptor Mata.

    Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang dan sel-sel

    kerucut.Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel batang

    untuk setiap mata.Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya dengan

    intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari atau tempat-

    tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel

    batang tidak mampu mendeteksi warna.Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea.Di

    dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau

    ungu).Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau

    menyerap cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada

    cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.3

    Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh lebih cepat

    ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin menghilang, sel-sel kerucutlah yang

    digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit untuk

    membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat melihat.Itulah sebabnya kita tidak dapat

    langsung melihat dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap.

    Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan

    perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di

    tempat-tempat terang.3,4

    Sel-sel kerucut menghasilka penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel kerucut

    hanya terdapat di fovea.Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif

    iodopsin.Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3.Masing-masing peka terhadap panjang

    gelombang cahaya yang berbeda.Ketiga jenis iodopsin tersebut peka terhadap warna merah, miru

    dan hijau.Karena itu maka sel-sel kerucut mampu mendeteksi warna.Berdasarkan iodopsin yang

    dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    6/21

    6

    sel kerucut merah.Nama-nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel

    kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan

    melihat warna putih.3,4

    2.2 Trauma Asam Pada Mata.

    Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.

    Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak

    dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah

    penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilanground glass dari stroma

    korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh

    zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.2

    Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi

    dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan

    asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam

    yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang

    seluruh epitel kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di

    kornea.Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.2

    Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea

    yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak

    akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial

    saja.Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan.Koagulasi

    protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.2,5

    Bahan kimia bersifat asam contohnya asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam

    hidroklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida.Akibat

    ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab

    tersering dari luka bakar kimia pada mata.Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada

    cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.Asam hidroflorida

    adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali.Ion

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    7/21

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    8/21

    8

    Gambar 3.Menunjukkan koagulasi protein akibat trauma asam

    Koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma asam, dan menimbulkan

    kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan cenderung untuk masuk ke bilik depan mata

    dan bisa menimbulkan katarak.

    2.3 Trauma Basa Pada Mata.

    Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basamemiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel

    membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.Trauma basa akan memberikan

    iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata,

    trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera

    okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa

    akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan

    terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.

    Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata.Ion hidroksil

    membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi

    dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan.Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon

    inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan

    jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen anterior.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    9/21

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    10/21

    10

    menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan

    penderita.1

    Selain itu gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan

    dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan

    puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu

    setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau

    vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata

    depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah,

    yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan

    penting dalam pembentukan jaringan kornea.5

    Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin

    lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah

    tangga, soda kuat. Bahan akustik soda dapat menembus bilik mata depan dalam waktu 7 detik.

    Patofisiologi Trauma Basa Pada Mata

    Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang

    timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

    Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai berikut:

    Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi

    pembuluh darah pada limbus.

    Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan

    konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada

    epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih. Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

    presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.

    Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan

    kerusakan iris dan lensa.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    11/21

    11

    Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk

    memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

    Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

    Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

    Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-

    sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus

    Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis

    kolagen yang baru.

    Patofisiologi trauma basa yang merusak mata :

    Bahan kimia alkali

    Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel

    penetrasi lebih lanjut

    Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

    Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

    Edema terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai masuknya

    pemb.darah (Neovaskularisasi)

    Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

    Terjadi gangguan penyembuhan epitel

    Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    12/21

    12

    Klasifikasi Trauma Basa Pada Mata

    Gradasi dan prognosis trauma kimia ditentukan berdasarkan kerusakan kornea dan

    iskemia limbus. Iskemia limbus merupakan faktor klinis yang sangat penting karena

    menunjukkan level kerusakan pada pembuluh darah di limbus dan mengindikasikan kemampuan

    stem sel kornea (yang terdapat di limbus) untuk regenerasi kornea yang rusak. Oleh karena itu,

    pada trauma kimia mata putih lebih berbahaya dibanding mata merah.

    Derajat beratnya trauma kimia (menurut Roper-Hall) dibagi atas :

    Grade I : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat baik)

    Grade II : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia limbus 30 mmHg dapat diberikan Acetazolamid

    (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), betablocker (Timolol 0,5% atau Levobunolol 0,5%).

    6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukanpressure patch).

    Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi:

    1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan intraokular

    dan penyembuhan kornea.

    2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing

    3.

    Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali

    sehari)

    5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari). Steroid

    dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat reepitelisasi. Hanya

    boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih lama dapat menghambat sintesis

    kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses penyembuhan terhambat, selain itu juga

    meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan non-

    steroid anti inflammatory agent.

    6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan TIO bisa

    terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris inflamasi.

    7. Diberikanpressure patchdi setelah diberikan tetes atau salep mata.

    8. Dapat diberikan air mata artifisial.

    Pembedahan

    Pembedahan Segera: sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan

    populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan

    untuk pembedahan:

    Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan

    vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    18/21

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    19/21

    19

    Gambar 5.Simblefaron

    Prognosis

    Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma

    tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu

    indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada

    pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat

    pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked f ish eye dimana prognosisnya adalah

    yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.

    Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat

    menyebabkan simblefaron (adhesi antara palpebra dan konjungtiva bulbi).Reaksi inflamasi pada

    kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    20/21

    20

    BAB III

    PENUTUP

    Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan

    bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih

    berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan

    lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata

    depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein

    permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih

    dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan

    nyaei yang hebat.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan

    anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.

    Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera

    samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,

    multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada

    pasien.Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu

    pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

  • 8/11/2019 Trauma Kimia Mata Final

    21/21

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ilyas HS .Penuntun ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga.Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008.

    p.175-7.

    2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

    2012.p.276-7

    3. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.

    4. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.

    5. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlas of Ophthalmology Third

    Edition. Washington. 2005.

    6. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.

    Diunduh tanggal 06 September 2014 darihttp://www.acep.org/content.aspx?id=26712

    7. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface burns, 85:

    1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 06 September 2014, dari

    http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.

    http://www.acep.org/content.aspx?id=26712http://www.acep.org/content.aspx?id=26712http://www.acep.org/content.aspx?id=26712http://www.acep.org/content.aspx?id=26712