Post on 08-Apr-2016
description
MODUL III
PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN
REDWOOD VISCOMETER
LAPORAN
NAMA : HANIYYAH HASNA
NIM : 12212009
KELOMPOK : 5
DOSEN : TAUFAN MARHAENDRAJANA
TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 2 OKTOBER 2013
TANGGAL PENYERAHAN: RABU, 9 OKTOBER 2013
ASISTEN : 1. ARIS TRISTIANTO WIBOWO (12210022)
2. RENDRA SAPUTRA (12210072)
LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
I. TUJUAN
Menghitung nilai viskositas sampel minyak sebagai hasil dari fungsi waktu yang
diperoleh menggunakan Redwood Viskometer.
Menghitung nilai Viscosity Index (VI) sampel minyak.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat:
Redwood Viskometer
Termometer
Heater
Gelas ukur
Picnometer
Valve
Stopwatch
Flask 50 cc
Bahan:
Jatibarang crude oil
Air
III. DATA PERCOBAAN
a. Sampel 1: Jatibarang heavy
Massa picnometer: 11.92 gram
Massa picnometer + air: 17.72 gram
Suhu
(°C)
Massa picnometer + sampel
(gram)
38 16.859
60 16.830
74 16.760
Tabel 3.1 Massa picnometer + sampel 1 pada percobaan pada suhu percobaan
Suhu
(°C)
Waktu pengaliran (detik)
38 53.42
60 32.81
74 29.90
95 28.78
Tabel 3.2 Waktu pengaliran 50 cc sampel 1 pada suhu percobaan
b. Sampel 2: Jatibarang light
Massa picnometer: 15.57 gram
Massa picnometer + air: 27.47 gram
Massa picnometer + sampel 2 (suhu ruang): 27.39 gram
Suhu (°F) Massa picnometer + sampel
(gram)
100 27.94
140 27.87
180 27.82
Tabel 3.3 Massa picnometer + sampel 2 pada suhu percobaan
Suhu (°F) Waktu pengaliran (detik)
100 27.89
140 26.42
180 24.31
210 23.30
Tabel 3.4 Waktu pengaliran 50 cc sampel 2 pada suhu percobaan
IV. PENGOLAHAN DATA
a. Sampel 1: Jatibarang heavy
1. Perhitungan Viskositas Kinematik
Untuk waktu pengaliran di atas 43 detik, digunakan persamaan
Redwood untuk menghitung viskositas kinematik.
v=0.00269 t−1.79t
c m2
s
Untuk waktu pengaliran di bawah 43 detik, digunakan persamaan
Engler untuk menghitung viskositas kinematik.
t e=1.8645t0.9923
v=0.00147 t e−3.74
t e
Suhu (°C) t (s) t e v (cm2
s)
v (cSt)
38 53.42 - 0.1102 11.02
60 32.81 59.5519 0.0247 2.47
74 29.90 54.3089 0.01097 1.097
95 28.78 52.2899 0.00534 0.534
Tabel 4.1 Perhitungan viskositas kinematik jatibarang heavy
2. Perhitungan Specific Gravity ( γ g )
γg=ρminyak
ρair
W air=W picno+air−W picno
¿17.72−11.92
¿5.8 gram
Volume picnometer=W air
ρair
¿ 5.8 gram
1 gramcm3
¿5.8 c m3
Massa picnometer kosong: 11.92 gram
Suhu (°C) Massa picnometer +
sampel (gram)
Massa sampel (gram)
38 16.859 4.939
60 16.830 4.910
74 16.760 4.840
Tabel 4.2 Massa sampel 2 dengan suhu percobaan
ρminyak=massa minyakvolumeminyak
Volume picnometer kosong: 5.8 mL
Suhu (°C) ρminyak (grammL )
38 0.8516
60 0.8466
74 0.8345
Tabel 4.3 Massa jenis sampel 2 dengan suhu percobaan
Asumsi ρair=1 gram /mL
γg=ρminyak
ρair
Suhu (°C) Specific gravity,γg
38 0.8516
60 0.8466
74 0.8345
Tabel 4.4 Specific gravity dengan suhu percobaan
3. Perhitungan Viskositas Dinamik
Untuk menghitung viskositas dinamik
μ=Vk × ρ sampel
Suhu (oC) v¿) v (cSt)ρminyak (
grammL )
µ (poise)
38 0.1102 11.02 0.8516 0.0938
60 0.0247 2.47 0.8466 0.0209
74 0.01097 1.097 0.8345 0.0092
95 0.00534 0.534
4. Perhitungan Viscosity Index (VI)
Untuk Viscosity Index (VI) dibawah 100 digunakan rumus:
VI= L−UL−H
x100
L = Viskositas kinematik pada 210°F untuk minyak dengan VI = 0
U = Viskositas kinematik minyak pada 100°F = 11.02 cSt
H = Viskositas kinematik pada 100°F untuk minyak dengan VI = 100
Y = Viskositas kinematik minyak pada 210°F = (data tidak diperoleh)
Karena viskositas kinematik pada 210°F dibawah 2 cSt, digunakan rumus:
L=Y (1.655+1.2665 Y )
H=Y (0.1725+0.34984 Y )
VI=4.195−(7.179 x10−2)4.195−1.895
x100
Karena data viskositas kinematik untuk suhu 99°C tidak berhasil diperoleh,
maka Viscosity Index (VI) tidak dapat dihitung.
b. Sampel 2: Jatibarang light oil
1. Perhitungan Viskositas Kinematik
Untuk waktu pengaliran di bawah 43 detik, digunakan persamaan
Engler untuk menghitung viskositas kinematik.
Persamaan Engler:
t e=1.8645t 0.9923
v=0.00147 t e−3.74
t e
cm2
s
Suhu (°F) t(s) t e v (cm2
s)
v (cSt)
100 27.89 50.0685 7.179 x 10-4 7.179 x 10-2
140 26.42 48.034 -7.252 x 10-3 -7.252 x 10-1
180 24.31 44.226 -1.955 x 10-2 -1.955
210 23.3 42.402 -2.587 x 10-2 -2.587
Tabel 4.5 Perhitungan viskositas kinematik jatibarang light oil
2. Perhitungan Specific Gravity (γ g)
γg=ρminyak
ρair
W air=W picno+air−W picno
¿27.47−15.57
¿11.90 gram
Volume picnometer=W air
ρair
¿ 11.90 gram1 gram/cm3
¿11.90cm3
Massa picnometer kosong : 15.57 gram
Suhu (°F) Massapicno + sampel (gram) Massasampel (gram)
100 27.94 12.37
140 27.87 12.3
180 27.82 12.25
ρminyak=massa minyakvolumeminyak
Volume minyak = volume picnometer = 11.9 cm3
Suhu (°F) ρminyak (gram/mL)
100 1.0395
140 1.0336
180 1.0294
Sesuai dengan asumsi awal yaitu ρair=1 gram/mL, sehingga specific gravity sama
dengan densitas minyak.
Suhu (°F) Specific gravity,γg
100 1.0395
140 1.0336
180 1.0294
3. Perhitungan Viskositas Dinamik
Untuk menghitung viskositas dinamik
μ=Vk × ρ sampel
Suhu (°F) v¿) v (cSt)ρminyak (
grammL )
µ (poise)
100 7.179 x 10-4 7.179 x 10-2 1.0395 7.4625 ×10−4
140 -7.252 x 10-3 -7.252 x 10-1 1.0336 −7.4956 ×10−3
180 -1.955 x 10-2 -1.955 1.0294 −0.02012
4. Perhitungan Viscosity Index (VI)
Untuk Viscosity Index dibawah 100 digunakan rumus:
VI= L−UL−H
x100
L = Viskositas kinematik pada 210°F untuk minyak dengan VI = 0
U = Viskositas kinematik minyak pada 100°F = 7.179 x 10-2 cSt
H = Viskositas kinematik pada 100°F untuk minyak dengan VI = 100
Y = Viskositas kinematik minyak pada 210°F = -2.587 cSt
Karena viskositas kinematik pada 210°F dibawah 2cSt,digunakan rumus :
L=Y (1.655+1.2665 Y )=4.195
H=Y (0.1725+0.34984 Y )=1.895
VI=4.195−(7.179 x 10−2)4.195−1.895
x100=179.27
Karena hasil VI yang didapat diatas 100, maka ulangi dengan rumus Viscosity
Index untuk VI diatas 100:
VI= (antiLogN )−10.00715
+100
Dimana :
N= logH−logUlogY
¿ log (1.895 )−log (0.07179 )log (−2.587 )
¿0.2888−0.9545i
VI= (antiLog (0.2888−0.9545 i ) )−10.00715
x100
¿−199.425−220.222 i
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Asumsi dan Korelasi
Mengingat viskositas sampel minyak akan berubah seiiring perubahan temperatur,
disini kita mengasumsikan temperatur sampel minyak tidak berubah selama proses
pengaliran (dengan kata lain kita mengasumsikan viskositas minyak tidak berubah
selama proses pengaliran).
Tekanan ruangan tidak berubah selama percobaan , dan berkurangnya tekanan pada
orifice akibat berkurangnya volume sampel minyak pada oil cup bisa diabaikan
sehingga kita dapat mengasumsikan aliran sampel minyak pada orifice selalu konstan
selama pengaliran.
Sampel minyak bersifat homogen sehingga property sampel minyak pada setiap
titiknya sama.
Sampel minyak bersih dari kontaminasi yang dapat mengubah viskositas dan property
sampel minyak.
Masa jenis air 1 gr
cm3 . Sehingga kita lebih memilih mengkalibrasi volume picnometer
dibanding mengkalibrasi massa jenis air.
Galat pada pengukuran massa, waktu pengaliran, suhu sampel minyak tidak banyak
berpengaruh pada perhitungan sehingga diabaikan.
Redwood, picnometer, dan thermometer bersih dari kontaminasi.
b. Analisis Alat
Picnometer
Picnometer adalah labu/botol dengan stopper yang memiliki pipa kapiler,
sehingga gelembung udara dapat keluar dari pipa kapiler tersebut. Digunakan untuk
mengukur densitas suatu sampel liquid secara akurat.
Volume dari picnometer harus kita kalibrasi terlebih dahulu dengan
mengukur massa dari picnometer yang berisi air, dikurangi massa picnometer kosong
lalu dibagi dengan specific grafity dari air.
Spesific grafity sampel tersebut didapatkan dengan cara mengukur massa dari
picnometer yang berisi sampel, dikurangi oleh massa dari picnometer kosong lalu
dibagi dengan volume picnometer tersebut.
Volume dari picnometer harus kita kalibrasi terlebih dahulu dengan
mengukur massa dari picnometer yang berisi air, dikurangi massa picnometer kosong
lalu dibagi dengan specific grafity dari air.
Redwood Viscometer
Redwood viscometer adalah alat untuk mengukur viskositas berdasarkan
lama waktu pengaliran suatu fluida melewati orifice. Untuk melakukan analisa
perubahan viskositas minyak terhadap temperatur, redwood viscometer menggunakan
air yg dipanasi. Disini minyak tidak langsung dipanasi bertujuan untuk menghindari
kemungkinan minyak terbakar selama pemanasan. Alasan dari air digunakan sebagai
media pemanas karena air memiliki kapasitas kalor yang besar sehingga suhunya
stabil selama pemanasan lalu suhu air selama pemanasan di buat merata
menggunakan stirrer di sekeliling oil cup.
c. Analisis Data
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran viskositas dengan menggunakan redwood
viscometer, yang diamati adalah waktu pengaliran minyak yang keluar dari orifice
menuju flask sampai 50cc. Selain itu juga di amati berat dari sampel menggunakan
picnometer. Percobaan ini menggunakan 2 sampel minyak, yaitu Jatibarang light oil dan
jatibarang heavy oil. Pengamatan terhadap waktu pengaliran sampel minyak dilakukan
pada temperatur 100oF, 140oF, 180oF, dan 210oF.
Pada sampel jatibarang light oil, waktu pengaliran saat temperatur 100oF adalah 27.89
detik, saat 140oF adalah 26.42 detik, saat 180oF adalah 24.31 detik, dan saat 210oF adalah
23.3 detik. Sedangkan data yang di dapat pada sampel jatibarang heavy oil saat
temperature 100oF adalah 53.42 detik, saat 140oF adalah 32.81 detik, saat 180oF adalah
29.90 detik, dan saat 210oF adalah 28.78 detik.
Dalam pengolahan data waktu pengaliran sampel minyak jatibarang light, didapatkan
3 data waktu yang memiliki nilai dibawah 43 detik, sehingga untuk mengukur
viskositasnya harus menggunakan persamaaan Engler. Namun saat dilakukan
perhitungan, diperoleh satu viskositas yang bernilai negatif. Menurut teori, nilai
viskositas tidak mungkin negatif. Hal ini disebabkan karena sebenarnya redwood
viscometer diperuntukkan untuk mengukur viskositas dari minyak fraksi berat, sedangkan
sampel yang digunakan adalah minyak fraksi ringan. Data lain menunjukkan nilai
viskositas yang positif. Pada percobaan ini, saat temperatur pengukuran aliran dinaikkan,
maka viskositas dari sampel akan turun. Hal ini sesuai dengan teori yang ada tentang
hubungan antara viskositas dan temperatur.
Dalam pengolahan data waktu pengaliran sampel minyak jatibarang heavy, data
pengaliran waktu yang didapatkan cukup bervariasi, sehingga untuk mengukur
viskositasnya dapat menggunakan persamaan Redwood untuk waktu pengaliran diatas 43
detik atau persamaan Engler untuk waktu pengaliran dibawah 43 detik. Hasil perhitungan
menunjukkan nilai viskositas yang positif karena sampel yang digunakan adalah minyak
dengan fraksi berat. Hal ini sesuai dengan kegunaan redwood viscometer itu sendiri ,
yaitu mengukur viskositas minyak dengan fraksi berat.
Setelah mendapatkan nilai viskositas sampel minyak, kita dapat mencari nilai
viscosity index (VI) dari sampel minyak tersebut. Untuk menghitung nilai viscosity index
awalnya di asumsikan nilainya berada di antara 0-100. Apabila pada perhitungan di dapat
nilai di atas 100 barulah menggunakan asumsi di atas 100. Untuk jatibarang light oil, saat
digunakan asumsi viscosity index bernilai 0-100, didapatkan nilai viscosity indexnya
sebesar 179.27. dapat diartikan asumsi yang digunakan tidak tepat, maka digunakan
asumsi bahwa nilai viscosity index diatas 100. Karena terdapat nilai viskositas yang
negatif, maka didapatkan nilai imajiner. Hal ini disebabkan karena pengukuran nilai
viskositas kinematik dari light oil tidak tepat menggunakan redwood viscometer. Untuk
jatibarang heavy oil, didapat nilai viscosity index negatif. Hal ini dikarenakan nilai
viskositas kinetic yang didapat pada suhu 210oF terlampau rendah sehingga tidak dapat
digunakan dalam persamaan VI=(L-U/L-H)x100
Untuk tiap temperatur, specific gravity dari sampel minyak dapat dihitung dengan
mengetahui berat sampel minyak dan volumenya dengan menggunakan picnometer
dengan cara menghitung densitas miyak tersebut lalu dibagi dengan densitas air. Namun,
volume yang tertera pada picnometer belum tepat, sehingga diperlukan kalbrasi.
Pada percobaan menggunakan jatibarang heavy, dari hasil perhitungan didapat
specific gravity rata-rata dari sampel, yaitu 0.84423 gr/mL dan SG dari sampel yang
nilainya dibawah SG air. Menurut teori hal ini sudah benar. Sedangkan pada percobaan
menggunakan Jatibarang Light, didapat dari perhitungan specific gravity rata-rata dari
sampel yaitu 1.034167 gr/mL. perhitungan yang didapat ini tidak sesuai dengan teori. Hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kesalahan pada kalibrasi volume
picnometer. Kedua, kesalahan asumsi densitas air yang bernilai 1 gr/mL. Ketiga, masih
adanya sisa-sisa sampel minyak pada picnometer pada percobaan sebelumnya yang dapat
menyebabkan kesalahan pembacaan massa picnometer. Karena kesalahan pada
pengukuran SG dari sampel Jatibarang light, maka tidak bisa ditentukan sampel mana
yang memiliki fraksi hidrokarbon berat yang lebih besar.
d. Analisis Grafik
100 140 165 180 2100
10
20
30
40
50
60
Waktu Pengaliran vs Temperatur
light oilLinear ( light oil)heavy oil
Temperatur (oF)
Wak
tu P
enga
liran
(s)
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa waktu pengaliran berbanding terbalik
dengan temperatur untuk light maupun heavy oil. Jika temperatur naik maka
waktu pengalirannya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Penurunan waktu
pengaliran pada light oil hanya sedikit, sedangkan pada heavy oil lebih besar.
100 140 165 180 219
-4-202468
1012
Viskositas Kinematik vs Temperatur
light oilLinear (light oil)heavy oil
Temperatur (oF)
Vsik
osita
s Kin
emati
k (c
St)
Viskositas kinematik juga berbanding terbalik dengan temperatur untuk light
maupun heavy oil. Penurunan viskositas kinematik lebih besar pada heavy oil
dibandingkan light oil.
100 140 165 1800
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
Densitas Minyak vs Temperatur
light oilLinear (light oil)heavy oil
Temperatur (oF)
Dens
itas M
inya
k (g
r/m
l)
Untuk densitas, heavy oil dan light oil juga berbanding terbalik dengan
temperatur. Tetapidisini penurunan densitasnya sangat kecil sehingga pada grafik
hampir terlihat seperti linear.
VI. KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran viskositas kinematik dan viskositas dinamis yang diperoleh
sebagai fungsi dari waktu pengaliran disajikan dalam tabel:
Temperatur Sampel: Jatibarang Light Sampel: Jatibarang Heavy
°F °C Waktu (s) v (cSt) µ (poise) Waktu (s) v (cSt) µ (poise)
100 38 27.89 7.179 x 10-2 7.4625 ×10−4 53.42 11.02 0.0938
140 60 26.42 -0.7252 −7.4956 ×10−3 32.81 2.47 0.0209
165 74 - - - 29.90 1.097 0.0092
180 82 24.31 -1.955 −0.02012 - - -
210 99 23.3 -2.587 - -
2. Karena data Viscosity Index dari sampel pertama memiliki jawaban yang asumsi
salah dan bilangan complex, dan sampel kedua tidak dapat dihitung, maka
viscosity index dibandingkan secara numerik.
Sampel minyak jatibarang light memiliki viscosity index yang lebih tinggi
dibandingkan sampel minyak jatibarang heavy.
VII. KESAN DAN PESAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. JAWAB PERTANYAAN
Soal
1. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui nilai viskositas minyak dalam petroleum indsutry!
2. Sebutkan dan jelaskan parameter apa saja yang mempengaruhi nilai keekonomian minyak!
Bagaimana hubungan viskositas minyak terhadap parameter tersebut?
3. Manakah yang lebih baik, minyak dengan VI tinggi atau VI rendah? Jelaskan!
4. Gambarkan dan jelaskan grafik Z-factor vs. Pressure!
(oh iya ditambah kesan pesan praktikum modul 3 yaaaa..... sama perkembangan gosip yang lagi hot
terkini setengah halaman....(bonusnya gede))
Jawab
1. Viskositas adalah parameter penting yang memerlukan perhatian besar tentang aliran fluida.
Aliran fluida mempengaruhi kemampuan fluida untuk mengalir. Contohnya pada saat transportasi
minyak antara reservoir dan separator. Kekentalan fluida ini sangat mempengaruhi keekonomian
migas, dari manajemen produksinya, pengolahannya maupun nilai ekonomisnya.
Dari manajemen produksi, fluida yang lebih kental lebih memakan waktu lama dalam
produksinya karena alirannya lebih lama dibandingkan yang viskositasnya lebih kecil. Dari segi
pengolahan minyak, viskositas yang tinggi akan lebih sulit pengolahannya apabila diolah secara
dinamik yaitu dengan pengaliran fluida. Tetapi dalam beberapa hal tertentu, viskositas lebih tinggi
berguna dalam pengolahan minyak menjadi padat. Hubungan viskositas dengan nilai ekonomis
adalah viskositas fluida yang tinggi biasanya nilai ekonomisnya lebih rendah karena menjadi
bahan bahan pengolahan seperti aspal, vaseline dan sejenisnya dibandingkan yang viskositasnya
kecil yang biasanya diolah menjadi sumber energi tertentu.
2. Parameter yang mempengaruhi nilai keekonomian minyak adalah
Specific Gravity
Specific gravity adalah rasio densitas minyak dengan densitas air atau rasio densitas
gas dengan densitas udara diukur pada tekanan dan suhu yang sama. Minyak yang memiliki
specific gravity yang rendah lebih diinginkan karena semakin rendah specific gravitynya
berarti minyak banyak mengandung fraksi ringan, sehingga apabila minyak tersebut diolah
akan menghasilkan sumber energi (BBM). Hubungannya dengan viskositas pada umumnya
minyak yang memiliki viskositas rendah juga memiliki specific gravity yang rendah pula.
Minyak yang memiliki rantai carbon yang pendek akan memiliki specific gravity yang
rendah. Hal ini juga berpengaruh yang sama kepada viskositas
Gasoline and Kerosene Content
Minyak yang memiliki kandungan bensin dan minyak tanah yang tinggi lebih
diinginkan,karena produk utama yang ingin diperoleh dari minyak yang diolah adalah BBM.
Hubungannya dengan viskositas adalah Gasoline dan kerosene merupakan fraksi ringan yang
pada umumnya mempunyai specific gravity yang rendah dan viskositas yang rendah pula
Sulfur Content
Minyak yang memiliki kandungan sulfur lebih rendah lebih diinginkan, karena sulfur
menyebabkan korosi dan menyulitkan dalam proses pengolahan di kilang. Hubungannya
dengan viskositas sebenarnya secara tidak langsung berhubungan dengan pengaruh spesific
gravity terhadap viskositas. Dengan adanya kandungan sulfur yang lebih banyak, maka massa
jenis fluida tersebut akan lebih besar dan berimbas kepada spesific gravity yang lebih besar
dan membuat viskositas fluida semakin besar.
Asphalt content
Kandungan aspal yang rendah lebih diinginkan, karena kandungan yang diinginkan
adalah gasoline dan kerosene. Gasoline dan kerosene memiliki nilai jual lebih tinggi.
Hubungannya dengan viskositas adalah semakin banyak kandungan aspal pada suatu minyak,
maka specific gravity suatu minyak akan semakin tinggi, karena asphalt mempunyai
kandungan fraksi berat yang banyak. Hal ini akan berpengaruh terhadap viskositas yang
semakin tinggi pula.
Titik Tuang(pour point)
Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak masih dapat mengalir. Titik
tuang berpengaruh dengan pengaliran minyak. Harga titik tuang yang lebih rendah lebih
diinginkan karena memberikan kesempatan minyak mengalir di suhu yang lebih rendah.
Hubungannya dengan viskositas adalah semakin rendah titik tuang suatu minyak maka
viskositas suatu minyak pada suhu yang lebih rendah akan semakin rendah pula.
Titik Kabut(cloud point)
Titik kabut adalah suhu saat mulai tebentuknya fasa padat jika minyak didinginkan.
Titik kabut yang rendah lebih diinginkan karena padatan dapat menyumbat peralatan.
Hubungannya dengan viskositas adalah semakin rendah titik kabut suatu minyak maka
viskositas suatu minyak pada suhu yang lebih rendah akan semakin rendah pula.
3. VI adalah Viscosity Index adalah nilai ketahanan viskositas fluida terhadap temperature. Semakin
tinggi VI maka semakin tahan viskositas fluida terhadap temperatur dan sebaliknya. Sebenarnya
tidak ada yang VI lebih baik dibandingkan lainnya. Semua ada sesuai kebutuhan. Dalam produksi
minyak pada awalnya akan lebih baik dengan VI yang lebih rendah karena memudahkan apabila
ada injeksi dalam membantu pengeluaran minyak ke permukaan. Sebaliknya fluida tertentu yang
berfungsi sebagai pelindung dan pelicin seperti oli mesin akan lebih baik dengan VI yang tinggi
karena lebih tahan terhadap temperatur yang berubah-ubah dalam piston di mesin bakar. Apabila
oli mesin mempunyai VI yang rendah maka apabila oli didinginkan akan membuat fluida lebih
kental dan menggangu kerja piston dalam mesin bakar dan sebaliknya apabila terlalu panas
didalam mesin bakar, maka oli akan lebih cair dan tidak bersifat melindungi piston dalam
kerjanya di mesin bakar.
4.
Grafik diatas adalah Z(compressibility factor) vs P (tekanan). Compressibility factor adalah
perbandingan antara Volume aktual dengan volume ideal dalam suatu keadaan. Garis diatas
menggambarkan perubahan compressibility factor terhadap pressure dalam suhu tertentu
(isothermal). Apabila tekanan mendekati nol, maka keadaan fluida akan sesuai dengan
persamaan gas ideal (PV=zRT). Pada Low-Pressure range, volume gas sebenarnya akan lebih
kecil dari volume gas ideal. Sebaliknya, pada High-Pressure range, volume gas sebenarnya
akan lebih tinggi dibandingkan volume gas ideal.