Post on 09-Apr-2019
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar dan Mengajar
Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan,
pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Chauhan dalam
Muhammad,2004:13) dalam bukunya ”Guru Dalam Proses Belajar Mengajar”. Dengan
melalui pengajaran siswa menjadi lebih tahu dan semakin menunjukkan keaktifan dan
kreaktifitasnya sehingga terjadi komunikasi guru-siswa yang menjadikan proses belajar
lebih maksimal. Pada dasarnya kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru sebagai
sarana komunikasi penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Pendapat lain
dikemukakan Mc.Donald dalam Oemar (2007:48) Pendidikan adalah suatu proses atau
kegiatan yang bertujuan menghasilkan tingkah laku manusia, maksudnya dengan
pendidikan melalui pengajaran dapat merubah tingkah laku manusia dari tidak tahu
menjadi tahu dan mengerti sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM).
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungan (Burton dalam Muhamad,2004:14). Lingkungan diartikan dalam lingkungan
belajar siswa baik di sekolah, rumah maupun lingkungan masyarakat yang dapat
mendukung proses belajar. Belajar merupakan suatu proses dari pengalaman yang
sifatnya langsung melalui kegiatan pembelajaran. Dengan keterlibatan langsung anak
menerima pelajaran dalam proses belajar menjadikan hasil belajar meningkat sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Prinsip-prinsip belajar dikemukakan Burton dalam Oumar
(2007:31), meliputi :
1. Proses belajar merupakan pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. Proses belajar dan hasil belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan.
3. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-
perbedaan individual di kalangan murid-murid.
4. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-
hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
5. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
8
8
6. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan
membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pendapat dari Mehl-Mills-Douglas dalam
Oumar (2007:172) mengemukakan tentang “The Principle of Activity”, yaitu: One learns
only by some activities in the natural system: seeings, hearing, smelling, feeling, thingking,
physical or motor activity. The learn must actively engage in the “learning”, whether it be of
information a skill, an understanding, a habit, an idealo, an attitude, an interest or the
nature of a task.
Macam-macam aktifitas belajar menurut Dierich dalam Oumar(2007:172-173),
meliputi :
1. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati,
eksperimen, demonstrasi, dll.
2. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi: mengajukan pertanyan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dll.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi: mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu pemainan, dll.
4. Kegiatan menulis, meliputi: membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi hasil
pengamatan, dll.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi: menggambar, membuat grafik, chart,
diagram peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik, meliputi: melakukan percobaan, memilih alat-alat, membuat
model, dll.
7. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, dll.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi: minat, membedakan, berani, tenang, dll.
Penilaian ialah kegiatan membandingkan hasil pengukuran (skor) suatu objek
dengan acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas yang
bersifat kuantitatif dan merupakan langkah yang ditempuh sebagai hasil belajar berkaitan
dengan peningkatan kualitas pembelajaran dalam suatu materi atau tema tertentu dalam
pembelajaran. Hendaklah dalam mengarahkan anak untuk mengetahui isi pengetahuan
9
dilakukan melalui proses atau aktivitas yang bermakna untuk mencapai penilaian yang
maksimal (Masidjo,2006:149) dalam bukunya ” Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa
di Sekolah”.
Nilai sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat berdasarkan taksonomi
tujuan pendidikan secara hirarkis berada pada level tinggi (Ibrahim dalam Ali,2005:36).
Sumbangan pengembangan pembelajaran sains menjadikan anak berada pada suatu
pembentukan karakter yang lebih manusiawi dan dihargai sebagai individu yang harus
berkembang di dunianya dan lingkungannya, maksudnya adalah sifat-sifat sains yang
empiris, obyektif, logis, dan ilmiah akan memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak
untuk dapat menjadi pribadi yang memiliki rasional dan dapat mengendalikan diri secara
lebih jujur, terbuka serta berpegang teguh pada realitas yang ada.
Model pembelajaran IPA yang bagaimana yang cocok untuk anak-anak sekolah
dasar Indonesia dengan kondisi, karakteristik dan sikap budaya Indonesia?. Pendekatan
belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk menjawab tantangan di atas
adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi kehidupan yang berbeda-
beda akan meningkatkan kemampuan menalar, berupa karsa, dan berpikir kreatif pada
anak didik. Selanjutnya model belajar yang cocok adalah belajar melalui pengalaman
langsung ( Learning by doing ), model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biaya
yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di
lingkungan anak sendiri.
Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi anak. Anak akan
siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur
kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat
hirarkis dan integratif.
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapan dalam masyarakat membuat pendidikan
IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang bagaimana yang paling tepat untuk anak-
anak?. Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak bisa dibandingkan dengan ilmuwan,
padahal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih ketrampilan-ketrampilan proses
IPA yang perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Paolo dan Marten dalam Samatowa, Drs M.Pd juga menegaskan bahwa dalam IPA
tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Dalam IPA,
10
anak bersikap skeptis sehingga ia selalu siap memodifikasi model-model yang mereka
punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan yang mereka dapatkan. IPA
membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistimatis yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen.
Tujuan pembelajaran IPA kelas III SD menurut Sulistiyorini
( 2007:40 ) dalam ’Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar’ serta dalam peraturan
Mendiknas (2006:487) menjelaskan tentang tujuan sebagai berikut :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA bermanfaat dan
dapat diterima dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memnperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP / MTs.
Ruang Lingkup pembelajaran IPA yang terdapat dalam peraturan Mendiknas
(2006:487) mengemukakan, Mata pembelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut
:
1) Makhluk Hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: cair, padat dan gas.
11
3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
2.1.2PendekatanTematik Inkuiri
2.1.2.1 Strategi Inkuiri
Teori yang dikemukaan Berlyne(1960) Teori Berlyne/ rasa ingin tahu dalam
Chemistry (2007). Menurut Berlyne, ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu
yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Ini akan menimbulkan rangsangan
yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu
ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan
mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian
(Gagne, 1985). Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan curiosity siswa adalah
inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada diberikan
jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataan-pernyataan, curiosity
siswa akan meningkat karena siswa mengalami ketidakpastian terhadap jawaban
pertanyaan-pertanyaan tersebut (Gagne, 1985).
W.Gulo dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2002:83-86), mengungkapkan
pengertian strategi inkuiri merupakan serangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistimatis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah :
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistimatis pada tujuan pengajaran.
c. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang
apa yang ditemukan dalam proses inkuiri
Bruner dalam Sofa (2008) melihat beberapa segi keuntungan dari pendekatan
inkuiri, antara lain :
a. Pembelajar akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih
baik.
12
b. Membantu pembelajar menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru.
c. Mendorong pembelajar berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
d. Mendorong (memotivasi) pembelajar berpikir dan merumuskan hipotesis dalam
proses belajar.
e. Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh bersifat merangsang kegairahan
belajar.
W.Gulo juga mengungkapkan dalam proses inkuiri dimungkinkan adanya variasi
penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended, jika ada berbagai kesimpulan
yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang berbeda. Untuk itu peran
guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut :
a. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir
siswa.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat.
d. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat siswa.
2.1.2.2. Proses Inkuiri
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi
yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Pada
hakikatnya, inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan
masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan sementara.(W.Gulo:2002:93-94),
Proses inkuiri dapat dirumuskan :
13
Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut merupakan kegiatan belajar dari
siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar
sebagai motifator, fasilotator, pengarah.
2.1.2.3. Pendekatan Pembelajaran Tematik inkuiri.
Model pembelajaran tematik inkuiri adalah pembelajaran yang dikembangkan
dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral. Setelah tema
ditetapkan maka tema itu dijadikan dasar untuk menentukan sub-sub tema dari bidang
studi lain yang terkait.(Fogarty) dalam Hesty, (2008:8). Setelah penetapan tema kemudian
pelaksanaanya dengan pendekatan inkuiri atau pertanyaan anak. Berikut ini adalah
karakteristik pembelajaran tematik antara lain :
a. Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus.
b. Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan
terbentuknya semacam jalinan antara skema yang dimiliki oleh siswa, yang pada
gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
c. Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung
konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
( 1 ) MERUMUSKAN
MASALAH
( 2 ) MERUMUSKAN
HIPOTESIS
( 5 ) MENARIK KESIMPULAN
SEMENTARA
( 3 ) MENGUMPULKAN
BUKTI
( 4 ) MENGUJI
HIPOTESIS
SISWA
14
d. Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasarkan kepada pendekatan
discoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai
dari perencanan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Dalam hal ini guru dalam proses pembelajaran harus mampu bertindak sebagai
pengarah dan pengontrol siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Seperti yang
diungkap oleh Surya dalam Hesty, (2008:10) bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungannya.
Dalam pendekatannya pembelajaran tematik mempunyai beberapa keuntungan
baik bagi guru maupun siswa (Depdikbud Kab.Kudus,2005:3-4) dintaranya:
a. Keuntungan bagi guru:
1) Guru memiliki kewenangan untuk menentukan/memilih tema-tema yang disesuaikan
dengan situasi, kondisi, serta karakteristik sekolahan dan lingkungan daerah
setempat.
2) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran dapat disajikan dalam
tema yang sama, sehingga guru mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
remidial, pengayaan dan pemantapan.
3) Guru dapat lebih banyak mengembangkan kemampuan siswa dalam menumbuhkan
kepekaan terhadap lingkungan, menumbuhkan potensi kreaktivitas, serta
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Guru dapat menanamkan nilai-nilai moral melalui tema-tema yang dipilih sehingga
menjadi pembiasaan yang baik.
b. Keuntungan bagi siswa:
1) Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada tema tertentu.
2) Siswa dapat mengembangkan berbagai kompetensi dalam satu tema.
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan beberapa
mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5) Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
15
6) Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang
nyata melalui berbagai pendekatan, semisal lingkungan sekitar.
Pembelajaran tematik inkuiri dilaksanakan pada anak kelas rendah yaitu antara
kelas I-III SD, dengan pengembangannya. Dilaksanakan dengan pembelajaran yang
menekankan pada rasa ingin tahu siswa terhadap suatu obyek tertentu yang menjadi
fokus belajar siswa. Pendekatan tematik dilaksanakan dengan beberapa prinsip
(Depdikbud Kab.Kudus,2005:4), diantaranya:
a. Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa pelajaran yang lain.
b. Tema yang digunakan dekat dengan siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain.
d. Berpusat pada siswa (child centred), bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan perlu
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa.
e. Memberikan pengalaman langsung yang bermakna.
f. Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran.
g. Pemisahan antar pelajaran tidak nampak.
h. Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minat.
i. Bersifat fleksibel.
Penekanan terhadap pembelajaran tematik inkuiri diarahkan pada keaktifan
siswa melalui pembelajaran yang dikemas dalam satu tema dengan pendekatan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang efektif. Dikembangkan dalam pendekatan
inkuiri yang mengarah pada rasa keingintahuan siswa pembelajaran.
2.1.2.4. Model Pembelajaran interaktif dalam inkuiri
Kaitanya dengan model pembelajaran (Suprayekti, 2009 dalam
http://www.teknologipendidikan.net) menyampaikan bahwa istilah model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola
yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
16
Guru dan siswa memilih topik dan
menemukan informasi
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Bagan Model Pembelajaran Interaktif dalam Usman Samatowa, ( 2006:63 )
Pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran interaktif dalam pendekatan
inkuiri dengan berdasarkan siswa mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan
pertanyaan dan mencoba menemukan jawaban pertanyaannya sendiri dengan melakukan
kegiatan (observasi, penyelidikan) menjadikan siswa kritis dan aktif belajar, serta
menampilkan pembelajaran yang menyenangkan.
17
2.2 Penelitian yang Relevan
Menurut Jasti Wiyani ( 2010 ) peningkatan aktivitas belajar IPA melalui
penggunaan pembelajaran model scientific inquiri pada siswa kelas V SD N 1 Taruman
kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, hasil penelitian menunjukan bahwa
pembelajaran IPA melalui pendekatan scientific inquiri dapat meninkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD N 1 Taruman, kecamatan Kelambu, Kabupaten Grobogan dengan nilai
rata-rata siklus I 60,7 %, siklus II 71,43% dan siklus III 82,14%.
2. 3 Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan tematik
inkuiri pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I
tahun ajaran 2012/2013. Apabila dalam penerapan pendekatan tematik inkuiri secara
efektif maka akan menghasilkan peningkatan pada hasil belajar IPA. Hal ini dapat di
lihat seperti pada skema di bawah ini
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
KONDISI AKHIR
Diduga dengan menerapkan pendekatan tematik inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 3 semester I
tahun Ajaran 2012 / 2013
SIKLUS II: Memberikan
pembelajaran IPA dengan pengamatan diluar kelas dan melakukan tes akhir
kegiatan
KONDISI
AWAL
Guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan memberikan contoh-
contoh abstrak
Siswa merasa bosan dengan model tersebut, sehingga minat, perhatian dan
hasil belajar rendah
Tindakan Meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam belajar
IPA melalui pendekatan tematik
Siklus I : Memberikan pembelajaran IPA di dalam kelas dengan pemanfaatan benda konkrit dan melakukan tes akhir kegiatan
18
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan beberapa kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di
atas dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut : “ Pendekatan tematik inkuiri dapat
meningkatakan hasil belajar mata pelajaran IPA kelas III semester 1 SD N 2 Bacin,
Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2012/2013 “.