Akhlak Terhadap Khalik (Allah)

download Akhlak Terhadap Khalik (Allah)

of 13

Transcript of Akhlak Terhadap Khalik (Allah)

AKHLAK TERHADAP KHALIK

AKHLAK TERHADAP KHALIKA. Pendahuluan

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak, maka rusaklah lahir batinnya.Kewajiban seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat orang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban- kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.Hubungan antara makhluk dan Khaliq adalah sebuah keniscayaan. Makhluk sebagai ciptaan yang telah di design sedemikian rupa oleh Sang khaliq tentu saja berjalan atas keteraturan Sang Maha. Manusia sebagai satu makhluk yang paling mulia tentu saja mempunyai kewajiban kepada Sang Khaliq. Sebelum kita membahas kewajiban atau akhlak kepada Sang Khaliq alangkah lebih baiknya kita memahami tentang pentingnya akhlak, kemudian apa sebenarnya potensi (Fitrah) manusia Sebagai makhluk, setelah kita tahu maka kita juga penting mengenal sang Khalik (Marifatullah). B. Pentingnya AkhlakAkhlak merupakan suatu tatanan hidup yang mambedakan manusia dengan makhluk lainnya, manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran:(((((( ((((((((( (((((((((( (((( (((((((( ((((((((( ((( (((( ((((((((((( (((((((( (((((((((( ((( (((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( (((((((( (((((( (((((( ((((((((( (((

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS. Attin: 4-6).Begitu pentingnya Akhlak tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat. Dikatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam bukunya Mukasyafatul Qulub Allah menciptakan makhluk terdiri tats 3 kategori:

1. Allah menciptakan malaikat dan diberikan kepadanya akal dan tidak diberikan kepadanya elemen hawa nafsu2. Allah menciptakan binatang dan tidak dilengkapi dengan akal, tetapi diberikan kepadanya elemen hawa nafsu3. Allah menciptakan manusia lengkap dengan elemen akal dan hawa nafsu.Oleh karena itu, barangsiapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya maka hewan lebih baik dari manusia, sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan hawa nafsunya maka derajatnya diatas malaikat.aadaaC. Mengenal dan Mengetahui Manusia

Barang siapa mengetahui dirinya maka ia akan tahu Tuhannya. Ada 3 alasan pokok mengapa manusia harus kenal dirinya1. Agar manusia mengetahui dan menyadari tentang hakekat keberadaan dirinya serta memahami fungsi dan perannya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini (Kesadaran akan kemanusiaannya)2. Agar manusia dapat mengetahui dan memahami pelbagai hal yang negative maupun positif3. Agar manusia dapat merasakan kesadaran ketuhanan (Robbani) dan dapat merefleksikan serta mengaktualisasikannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam tinjauan Psikologi Islam menjelaskan potensi atau fitrah dalam perkembangan manusia dapat dikelompokkan menjadi 3 potensi.1. Ruh Ilahiyah, yang terdiri dari potensi abdiyah dan jasadiyah. Abdiyah yang merupakan ketundukan atau ketaatan (penghambaan) yang akan melahirkan iman. Dan Kholifiyah yang merupakan respon terhadap social, dan kepedulian terhadap sesama. Potensi abdiyah dan khalifiyah ini akan sampai pada pembentukan qolbu (conscience).2. Aqliyah merupakan potensi pengetahuan, intelektualitas, serta kreatifitas. Dari potensi tersebut dalam perkembangannya (proses) manusia akan dapat mengambil hikmah (wisdom)3. Jasadiyah, hawa nafsu,syahwat pemenuhan terhadap keinginan (desires). Pentingnya pengendalian dari potensi aqliyah.Dari Ketiga potensi tersebut berkembang dan berproses dalam diri manusia melalui pendidikan dalam arti luas. Integrasi ketiganya akan membentuk 3 kategori perilaku sebagai muslim:

1. Nafs Muthmainnah. Jiwa yang tenang, konsisten2. Nafs Lawwamah, jiwa yang masih labil3. Nafs Amarah, jiwa yang pasif.Setelah mengenal manusia dari sedikit paparan diatas, secara umum ada dua tanggung jawab kita sebagai manusia yaitu sebagaii hamba Allah (kewajiban manusia terhadap Khaliq) dan sebagai Kholifah-Nya dimuka bumi (sense of resposibility)..

D. Marifatullah (Mengenal Allah)

Setelah kita mengenal diri manusia maka kita wajib untuk mengenal Sang Khaliq. Kenapa manusia harus mengenal Khaliq (Allah).

1. Karena latar belakang keberagamaan setiap orang relative berbeda-beda.2. Karena secara naluri, setiap manusia pada umumnya baru merasakan cinta/senang kepada sesuatu (Dalam hal ini senang/cinta kepada Allah) setelah mengenal dengan baik dan benar tentang sesuaatu yang dicintainya. Sejarah kemanusian telah mencatat perkembangan proses pencarian Tuhan oleh manusia mulai kepercayaan animisme, dinamisme, politehisme, henotheisme, sampai kepada agama samawi. Jadi, tidak ada seorangpun yang dapat membebaskan dirinya dari kebutuhan akan sesuatu yang berkuasa dan berada diluar dirinya terutama pada saat menghadapi kondisi yang genting.Jaman primitive (jahiliah) dimana manusia sungguh bodoh perilakunya, menuhankan berhala, materi, bahkan manusia sendiri. Islam datang merombak tatanan jahiliyah. Islam adalah sebuah gerakan pemberontakan yang bertujuan menghancurkan setiap pola hubungan manusia yang menuhankan sebagian diatas sebagian yang lainnya. Pengakuan tidak ada Tuhan selain Allah adalah merupakan bukti bahwa tidak ada yang berhak disembah dituhankan selain Allah. Allah SWT adalah dzat yang Maha segalanya. Dialah yang menciptakan bumi, langit, dan seisinya, sekaligus memeliharanya hingga hari akhir.

Mengenal Allah harus ditempuh melalui ilmu, karena esensi marifat itu sendiri pada dasarnya adalah ilmu yaitu ilmu tentang Allah dan hal-hal lain yang berhubungan dengan-Nya. Sedangkan pintu gerbang pertama dan utama menuju Islam adalah melalui perintah membaca. Yang perlu ditekankan disini bukan mengenal wujud-Nya atau Dzat-Nya melainkan mengenal dan mempelajari bukti-bukti-Nya. Yaitu dengan mempelajari tanda-tanda atau ayat tekstual (qauliyah) yang tertulis dalam kitabullah, dan ayat konteks (Kauniyah) yang dapat kita lihat di alam semesta. E. Akhlak Terhadap AllahManusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allahlah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Quran surat An-Nahl: ((((( ((((((((( (((((((( (((( (( ((((((((((( ( (((( (((( ((((((((( ((((((( ((((

Artinya Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut:

1. Mentauhidkan AllahYaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan dalam Quran Surat Al-Ikhlas : 1-4:

(((( (((( (((( (((((( ((( (((( ((((((((( ((( (((( (((((( (((((( ((((((( ((( (((((( ((((( ((((( ((((((( (((((( (((

Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."2. Bertaqwa kepada AllahMaksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwaBila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4, Ali Imron: 133-135.Dalam surah Al- Baqoroh ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang- orang yang bertaqwa, yaitu: 1). Beriman kepada yang ghoib, 2). Mendirikan sholat, 3). Menafkahkan sebagian rizki yang diterima dari Allah, 4). Beriman dengan kitab suci Al- Quran dan kitab- kitab sebelumnya dan 5). Beriman dengan hari akhir. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan iman ( no. 1,4 dan 5 ), Islam (no. 2 ), dan ihsan ( no. 3 ).Sementara itu dalam surah Ali Imron 134-135 disebutkan empat diantara ciri- ciri orang yang bertaqwa, yakni: 1). Dermawan ( menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit), 2). Mampu menahan marah, 3). Pemaaf dan 4). Istighfar dan taubat dari kesalahan- kesalahannya. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek ihsan.b. Buah dari taqwa1) Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan batil (Al- anfal : 29)2) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)3) Mendapat rezeki yang tidak diduga- duga (At-thalaq : 3)4) Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (Al- Araf : 96)5) Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (At-thalaq : 4)6) Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat pahala besar (Al- anfal : 29 & Al- anfal : 5).

3. Beribadah kepada AllahAllah berfirman dalam Surah Al- Anam: 162:

(((( (((( ((((((( ((((((((( ((((((((((( (((((((((( (( ((((( (((((((((((((( (((((

Artinya :Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.4. TaubatSebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Ali-Imron : 135.

((((((((((( ((((( ((((((((( ((((((((( (((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((( (((( ((((((((((((((((( ((((((((((((( ((((( (((((((( (((((((((( (((( (((( (((((( ((((((((( (((((( ((( ((((((((( (((((( ((((((((((( (((((

Artinya: dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

5. Membaca Al-QuranSeseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

( )Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. bahwa, Rasulullah s.a.w bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, saling mengajarkannya sesama mereka, kecuali ketenangan (sakinah) turun ke atas mereka, rahmat menyirami mereka, para malaikat mengerumuni mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka dikalangan malaikat di sisi-Nya. (HR. Muslim dan Abu Dawud).Hadits ini menerangkan bahwa orang yang berkumpul disalah satu rumah Allah dalam rangka mempelajari Al-Quran akan memperoleh banyak keuntungan seperti turun baginya sakinah, di kelilingi para malaikat dan diingat selalu oleh Allah dan disebut-sebut di dalam majlis kecintaan-Nya.6. IkhlasSecara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.a. Tiga unsur keikhlasan:1) Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )2) Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya3) Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.4) Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.

b. Keutamaan IkhlasHanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

, : , ( )Artinya : Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata : Rasululloh SAW pernah bersabda, sesungguhnya Allah tidak melihat atau (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.( HR. Muslimin).

, : , Artinya: Dari Umar, bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda ; Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya balasan yang akan diperoleh seseorang dari amalnya juga sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih keridhoan Allah dan Rasul- Nya. Barang siapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih keduniaan atau seorang yang diperistrinya.Makadia akan mendapatkan balasan sesuai niatnya.

Segala kepentinganduniawiah yang biasanyamenjadi kecondonganhatidan disenangioleh jiwa, baik hanyasedikitataupun banyak,jikalausudah masuk atau menyelinapdalamsuatu amalan, maka lenyaplahkemurniannyadanakhirnyamenjadi kotor, sedikit atau banyaknya tergantung menurut keadaan yangmencampurinya itu. Tetapi pokoknya keikhlasan terangnya sudah lenyap, sebab orang yang benar-benar berikhlas dalam amalannya ialah seorangyang berbuat sesuatu dan tidak ada pendorong apa-apa melainkan semata-mata untuk bertaqarrub atau mendekatkan diri pada Allah Taalaserta mengharap keridhoan-Nyasaja. Keikhlasan yangsesungguhnya ini tidak mungkinterciptamelainkandariseseorangyangbetul-betul cinta kepada Allah Taala dan tidak ada tempatsedikitpun dalamkalbunyauntuk mencintai harta keduniaan.

7. Khauf dan RajaKhauf dan Raja atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.8. TawakalAdalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah Hud: 123, yang arinya :Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan- urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.Dari uraian yqang telah disampaikan diatas maka dapat diambil bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah Laa Ilaha illallahu. Kewajiban utama manusia sebagai makhluk Allah adalah beriman kapada-Nya. Wujud iman itu diimplementasiakan melalui penegakan dan pengalaman menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Yang mana iman itu dipahami sebagai sebuah keyakinan yang mendasari sikap, tindakan, dan perbuatan seorang mukmin, sehingga iman dapat dijadikan tolak ukur kualitas pribadi seseorang.Selanjutnya dengan keimanan maka secara tidak langsung akan membentuk akhlak terhadap khaliq seperti: mahabbah (kecintaan), Khauf, raja, syukur, taubat, tawadhu, tawakal, ikhlas. 1. Kita akan menyadari kelemahan kita di hadapan Allah Yang Maha Besar sehingga kita tidak akan bersikap sombong.

2. Kita akan menyadari bahwa diri kita pasti akan mati dan akan dimintai pertanggung jawabannya atas segala amal yang kita lakukan.

3. Kita akan menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang kita nikmati dalam hidup ini berasal dari Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu kita harus memanfaatkan nikmat tersebut.

4. Kita merasa diri kita senantiasa dilihat oleh Allah SWT. kita merasa ketika kita melakukan perbuatan yang buruk, Allah SWT mengetahuinya sekalipun tidak ada orang yang melihatnya.

5. Kita akan menyadari dan segera akan bertobat apabila melakukan kesalahan dan dosa, kita segera memohon ampun kepada Allah SWT. dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan dan dosa tersebut.

Adapun iman kepada apa yang berasal dari Allah (Alquran) dan Rasul-Nya (Hadits) itu wajib dipercayai didalam hati, diucapkan dengan lisan (lidah). Kemudian apa yang diperintahkan wajib dipraktekkan dengan perbuatan. Dalam hal ini kaum muslimin wajib mempercayai apa yang diucapkan oleh Nabi Muhammad melalui hadits-hadits yang shahih serta hadits-hadits yang mutawatir yang diriwayatkan oleh orang banyak. Dan Nabi bersabda:

. ( ).

Artinya: Tidak akan memasuki neraka barang siapa yang mengucapkan : Tidak ada Tuhan selain Allah. (HR. Bukhori Muslim).Ini menunjukkan bahwa keimanan yang paling utama adalah percaya kepada adanya Allah, dan walaupun demikian harus dilengkapi dengan iman-iman yang lain serta hukum-hukum syariat yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebab dengan adanya pelanggaran pada apa yang telah ditetapkan oleh Allah akan dapat menyebabkan seseorang keluar dari keimanannya. Misalnya karena berzina, bermaksiat, musyrik dan lain-lain. dalam hal ini Nabi bersabda:

. ( ).

Artinya: Jika seorang hamba berzina, maka akan terlepaslah keimanan daripadanya. Dan jika bertobat maka dikembalikan keimanan itu kepadanya. (HR. Abu Daud).

Dengan hadits ini menunjukkan bahwa setiap pelanggaran kepada apa yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya akan dapat menyebabkan keimanan yang ada didalam hatinya terlepas kecuali ia bertobat, sedangkan tobat yang tidak tertolak (taubatan nasuha). Dan barang siapa mati tanpa membawa iman karena dirusak maksiat dan pelanggaran-pelanggaran kepada ajaran Allah itu akan dapat menyebabkan kekal dalam neraka, kecuali jika bertobat. Dan seorang yang melakukan dosa besar yang mati dengan tidak bertobat, atau karena tidak ada kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan dosanya, atau tidak ada pemberian syafaat (pertolongan) untuknya, maka yang bersangkutan yang tidak diberi rahmat oleh Tuhan akan dapat memasuki neraka dengan tidak abadi. Sebab seseorang tidaklah akan kekal di dalam neraka selama ada seberat atom dalam keimanannya yang akan dapat mengeluarkan dirinya dari neraka. Dalam hal ini iman seseorang bisa bertambah dengan adanya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Melakukan kebaikan-kebaikan, sedangkan keimanan seseorang menjadi berkurang karena adanya maksiat atau kejahatan yang dilakukan oleh orang tersebut.

Setiap orang muslim wajib mempercayai kepada hanya Allah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana juga wajib mempercayai adanya keimanan-keimanan yang lain yang ditetapkan dalam Alqauran dan Sunnah.

F. Kesimpulan1. Dalam berakhlak kepada Allah, adalah suatu hal yang menjadi prioritas ketika kita telah berikrar menjadi seorang muslim yaitu tidak lain beragama Islam dan bertuhankan Allah SWT. 2. Ada beberapa cara untuk kita berakhlak kepada Allah SWT yang dari sini kita diharapkan bisa dan mampu menjadi seorang muslim sejati, antara lain :a. Mentauhidkan Allahb. Bertaqwa kepada Allahc. Beribadah kepada Allahd. Taubate. Membaca Al- Quranf. Ikhlasg. Khauf dan Rajah. Tawakal.3. Tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah Laa Ilaha illallahu. Kewajiban utama manusia sebagai makhluk Allah adalah beriman kapada-Nya. Wujud iman itu diimplementasiakan melalui penegakan dan pengalaman menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Yang mana iman itu dipahami sebagai sebuah keyakinan yang mendasari sikap, tindakan, dan perbuatan seorang mukmin, sehingga iman dapat dijadikan tolak ukur kualitas pribadi seseorang.4. Dengan keimanan maka secara tidak langsung akan membentuk akhlak terhadap khaliq seperti: mahabbah (kecintaan), Khauf, raja, syukur, taubat, tawadhu, tawakal, ikhlas. DAFTAR KEPUSTAKAANAbdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2007.

Ali Nashif Al-Husaini, Syaeikh Mansur.At Taaj Al Jaami Lil Ushuuli Fii Ahaadistir Rosuuli Jilid 1, Semarang: Asy-Syifa, 1994.

Bahreisy, Husein. Tuntunan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1997. Hadhin, Khuslan. Integrasi Budi Pekerti Dalam Pendidikan Agama Islam, Malang: tp, 2004. Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, 2005.Jannah, Izzatul. Remaja Funky Cinta Ilahi, Surakarta: Mandiri Visi Media, 2004.Prasetyo, Eko. Jadilah Intelektual Progresif, Jogjakarta: Resist Book, 2007. Utsaimin, Syekh Ibnu & Syekh al-Albani,125 Petikan Syarah Riyadus Shalihin, Jakarta: Sahara Pustaka, 2006, Cet. 1.

Yamin, Anwar Nurul. Taman Mini Ajaran Islam, Bandung: Rmaja Rosda Karya, 2004.Zahrudin dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlaq, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.Zahrudin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlaq, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 14

Anwar Nurul Yamin, Taman Mini Ajaran Islam, (Bandung: Rmaja Rosda Karya, 2004), hlm. 61.

Eko Prasetyo, Jadilah Intelektual Progresif, (Jogjakarta: Resist Book, 2007), hlm. 11.

Ibid., hlm. 41.

Ibid.,

Ibid.,

Izzatul Jannah, Remaja Funky Cinta Ilahi, (Surakarta: Mandiri Visi Media, 2004), hlm. 21.

Ibid., hlm. 23.

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 201

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2005), hlm. 18-24.

Ibid.,

Syekh Ibnu Utsaimin & Syekh al-Albani,125 Petikan Syarah Riyadus Shalihin, (Jakarta: Sahara Pustaka, 2006), Cet. 1, hlm. 30

Syaeikh Mansur Ali Nashif Al-Husaini,At Taaj Al Jaami Lil Ushuuli Fii Ahaadistir Rosuuli Jilid 1, (Semarang: Asy-Syifa, 1994), hlm. 52

Khuslan Hadhin, Integrasi Budi Pekerti Dalam Pendidikan Agama Islam, (Malang: tp, 2004), hlm. 22.

Husein Bahreisy, Tuntunan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1997), hlm. 113.

PAGE 2