Analisis Real II.pdf
-
Upload
ghozali-unique -
Category
Documents
-
view
6.973 -
download
222
description
Transcript of Analisis Real II.pdf
PENGANTAR ANALISIS REAL
HAIRUR RAHMAN, M.Si.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat serta salam penulis haturkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW. Atas rahmat dan hidayah Allah SWT semata,
penulisan buku PENGANTAR ANALISIS REAL ini dapat diselesaikan.
Buku PENGANTAR ANALISIS REAL ini ditulis dengan harapan untuk
mengatasi kesulitan mahasiswa Jurusan Matematika dalam memahami buku-. buku
PENGANTAR ANALISIS REAL ini sengaja dibuat untuk membantu
mahasiswa dalam mengikuti matakuliah ANALISIS REAL I DAN ANALISIS
REAL II. Buku ini menekankan delapan konsep dasar dan menerapkan konsep
tersebut dalam banyak. sekali situasi praktis. Dalam gaya, buku ini sederhana dan
langsung dengan penjelasan yang terang, dan contoh yang menjelaskan, dan
himpunan soal-soal yang telah diperiksa secara saksama.
Suatu bentuk baru yang didisain dengan apik mengundang mahasiswa untuk
membaca buku ini. kami telah mencoba mencapai suatu penampilan yang rapi dan
bersih di mana hasil-hasil yang penting terpampang secara jelas.
Bab yang pertama memperkenalkan konsep pokok himpunan dan operasi
pada himpunan, fungsi, induksi matematika, Bab 2 Sistem Bilangan Real
menerangkan sifat-sifat Aljabar bilangan Real, Nilai Mutlak, Sifat Kelengkapan pada
R , Interval dan titik cluster, himpunan buka dan tutup di R, himpunan takhingga,
bab 3 mempeljari barisan Bilangan Real, Barisan Konvergen, Ekor Barisan,
Teorema Limit, Barisan Monoton, Barisan Cauchy, Barisan Divergen. Selanjutnya
untuka menunjang dalam pembelajaran analisis real maka diberikan bab 4 konsep
topologi R, persekitaran, titik limit, titik dalam, penutup, titik batas dan titik luar,
himpunan kekompakan selanjutnya Bab 5 Limit Fungsi dan Kekontinuan dengan
Limit Fungsi dan definisi kontinu, Konsep limit dan Kontinu, Limit kanan, Limit
i
kiri, Kontinu kiri dan Kontinu kanan, Kekontinuan Seragam, Bab 6 Konsep
Turunan, pengertian dan konsep Turunan, teorema nilai rata-rata, teorema Taylor
dan metode Newton. Untuk memantapkan suatu pengetahuan tentaang integral
diberikan pada bab 7 dengan Integral Riemann, definisi Integral Riemann,
integral Limit, dan bab terakhir dibahas tentang integral Riemann-Stieltjes, siifat-
sifat integral Riemann-Stieljes
UCAPAN TERIMA KASIH DAN REKOMENDASI
Kami menyampaikan terima kasih Yang tulus kepada para penelaah Yang
telah sangat banyak memperbaiki usaha-usaha kami. Terima kasih Yang
khusus ditujukan Yang membaca dan memberikan komentar terinci pada
keseluruhan naskah. Bapak Ibuku yang memberikan segalanya dan kasih
sayangnya serta Roefi, Silfa, Mantri, Citra, Ria Nor Fika Yuliandari,
ponaknku Faqih dan Fatir, keluarga besar Drs. Sahiruddin, M.Si.
abdussakir, M.Pd, teman-teman FSAINTEK UIN Malang.
Kritik dan saran kami harapkan demi baiknya buku ini. Semoga bermanfaat bagi
kepentingan semua.
Malang, Agustus 2008
Penulis.
ii
Saya Persembahkan Buku ini Untuk:
Para Peminat Matematika, dan Perkembangannya, Bapak, Ibu, Istriku Ria Norfika Yuliandari.
Rofi, Citra, Silva, Mantri, dan
Ponakannku Faqih & Fatir
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR iv
1 PENDAHULUAN 1
1.1. Himpunan dan Operasi pada Himpunan 1
1.2. Fungsi 8
1.3. Induksi Matematika 22
2 SISTEM BILANGAN REAL 30
2.1. Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real 30
2.2. Nilai Mutlak 37
2.3. Sifat Kelengkapan pada R 41
2.4. Interval dan Titik Cluster 46
2.5. Himpunan Buka dan Tutup di R 48
2.6. Himpunan Takhingga 49
3 BARISAN BILANGAN REAL 54
3.1. Barisan Bilangan Real 54
3.2. Barisan Konvergen 59
3.3. Ekor Barisan 64
3.4. Teorema Limit 68
3.5. Barisan Monoton 77
3.6. Barisan Cauchy 79
3.7. Barisan Divergen 81
iv
4 KONSEP TOPOLOGI R 83
4.1. Persekitaran 83
4.2. Titik limit 84
4.3. Titik dalam, penutup 88
4.4. Titik batas dan Titik luar 94
4.5. Himpunan Kekompakan 95
5 LIMIT FUNGSI DAN KEKONTINUAN 100
5.1. Limit Fungsi dan Definisi kontinu 100
5.2. Konsep Limit dan Kontinu 108
5.3. Limit Kanan, Limit Kiri, Kontinu Kiri dan Kontinu Kanan 114
5.4. Kekontinuan Seragam 120
6 KONSEP TURUNAN 124
6.1. Pengertian Dan Konsep Turunan 124
6.2. Teorema Nilai Rata-rata 136
6.3. Teorema Taylor dan Metode Newton 148
7 INTEGRAL RIEMANN 157
7.1. Definisi Integral Riemann 157
7.2. Integral Limit 164
8 INTEGRAL RIEMANN-STIELTJES
8.1. Definisi Integral Riemann-Stieltjes 174
8.2. Sifat-sifat Integral Riemann-Stieljes 177
DAFTAR PUSTAKA
v
1 PENDAHULUAN
1.1. Himpunan dan Operasi pada Himpunan
Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang terdefinisi dengan jelas (well defined).
Objek-objek yang termasuk dalam suatu himpunan disebut unsur atau anggota
himpunan. Himpunan biasanya disimbolkan dengan huruf kapital, seperti A, B, C,
dan D, sedangkan anggota himpunan disimbolkan dengan huruf kecil, seperti a, b, c,
dan d.
Jika a adalah unsur pada himpunan A, maka ditulis a ∈ A. Jadi, perlu dipahami
bahwa tulisan a ∈ A mempunyai arti bahwa a anggota himpunan A, a unsur
himpunan A, A memuat a, atau a termuat di A. Jika a bukan unsur pada himpunan
A, maka ditulis a ∉ A. Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut
himpunan kosong dan dinotasikan dengan . 0/
Himpunan dapat dinyatakan dalam dua bentuk penulisan, yaitu bentuk tabular
(tabular form) dan bentuk pencirian (set-builder form). Bentuk tabular adalah penulisan
himpunan dengan mendaftar semua anggotanya di dalam tanda kurung kurawal { }.
Sebagai contoh, A = {2, 4, 6, 8, 10} menyatakan bahwa himpunan A memuat
bilangan 2, 4, 6, 8, dan 10. Bentuk pencirian adalah penulisan himpunan dengan
menyebutkan sifat atau syarat keanggotan anggota himpunan tersebut, misalnya
A = { x ⏐1 < x < 10}.
Secara lebih umum, himpunan dapat didefinisikan sebagai kumpulan semua x
yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Notasi
1
A = { x ⏐ P(x)}
mendefinisikan A sebagai himpunan semua x yang memenuhi syarat P(x). Notasi
tersebut dibaca “A adalah himpunan x sedemikian hingga P(x)”. Sebagai contoh
A = { x ⏐1 < x < 10}
dibaca A adalah himpunan x sedemikian hingga 1 < x < 10. Notasi
A = {x ∈ B ⏐P(x)}
juga digunakan untuk menyatakan bahwa A memuat semua unsur x di B yang
memenuhi syarat P(x).
Beberapa himpunan yang akan sering ditemui dalam buku ini adalah sebagai
berikut.
N = Himpunan bilangan asli atau bilangan bulat positif = {1, 2, 3, …}
W = Himpunan bilangan cacah atau bilangan bulat nonnegatif = {0, 1, 2, …}
Z = Himpunan bilangan bulat = {…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …}
Q = Himpunan bilangan rasional = { ba
⏐ a, b ∈ Z, b ≠ 0}
R = Himpunan bilangan real.
Himpunan bilangan real yang tidak dapat dinyatakan sebagai ba dengan a, b ∈ Z
dan b ≠ 0 disebut himpunan bilangan irrasional. Bilangan 2 , 3 , dan 8 adalah
contoh bilangan irrasional.
Definisi 1.1.1 Misalkan A dan B himpunan. A dikatakan himpunan bagian (subset) dari B,
ditulis A ⊆ B, jika setiap unsur di A merupakan unsur di B.
Secara simbolik,
A ⊆ B ⇔ (x ∈ A ⇒ x ∈ B)
Tulisan A ⊆ B dapat dimaknai bahwa A subset B, A termuat di B, atau B memuat
A. Jika A subset B dan ada unsur di B yang tidak termuat di A, maka A disebut
subset sejati dari B, dan ditulis A ⊂ B.
2
3
Definisi 1.1.2 Misalkan A dan B himpunan. A dikatakan sama dengan B, ditulis A = B,
jika A subset B dan B subset A.
Secara simbolik,
A = B ⇔ A ⊆ B ∧ B ⊆ A.
Definisi 1.1.3 Misalkan A dan B himpunan. Gabungan A dan B, ditulis A ∪ B, adalah
himpunan yang memuat semua unsur di A atau B.
Secara simbolik,
A ∪ B = { x ⏐x ∈ A ∨ x ∈ B}.
Kata “atau” bermakna bahwa x termuat di A saja, B saja, atau di A sekaligus B.
Definisi 1.1.4 Misalkan A dan B himpunan. Irisan A dan B, ditulis A ∩ B, adalah
himpunan yang memuat semua unsur di A dan B.
Secara simbolik,
A ∩ B = { x ⏐x ∈ A ∧ x ∈ B }.
Kata “dan” bermakna bahwa x termuat di A sekaligus di B. Jika A ∩ B = ∅, maka
A dan B disebut himpunan yang saling lepas (disjoint).
Definisi 1.1.5 Misalkan A dan B himpunan. Komplemen relatif dari A di B, ditulis B\A,
adalah himpunan yang memuat semua unsur di B tetapi tidak termuat di A.
Secara simbolik,
B\A = { x ∈ B ⏐ x ∉ A}.
Jika A adalah subset dari himpunan tertentu B, maka B\A biasanya disebut
komplemen dari A dan ditulis Ac. Akan diperoleh bahwa
(Ac)c = A dan B = A ∪ Ac.
Berikut ini disajikan beberapa teorema dasar berkenaan dengan operasi pada
himpunan.
Teorema 1.1.6 Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Maka,
a. A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
b. A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
4
Bukti: Pada buku ini akan dibuktikan bagian a dan yang lain diberikan sebagai
latihan. Untuk membuktikan
A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C),
maka harus ditunjukkan
A ∩ (B ∪ C) ⊆ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
dan
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) ⊆ A ∩ (B ∪ C)
Untuk menunjukkan
A ∩ (B ∪ C) ⊆ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C),
diambil sebarang
x ∈ A ∩ (B ∪ C),
maka x ∈ A dan
x ∈ (B ∪ C). x ∈ (B ∪ C)
berarti x ∈ B atau x ∈ C. Jika x ∈ B, maka x ∈ A ∩ B. Sehingga diperoleh
x ∈ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
Jika x ∈ C, maka
x ∈ A ∩ C.
Sehingga diperoleh
x ∈ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
Karena untuk sebarang
x ∈ A ∩ (B ∪ C)
berlaku
x ∈ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C),
maka disimpulkan
A ∩ (B ∪ C) ⊆ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
Untuk menunjukkan
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) ⊆ A ∩ (B ∪ C)
5
diambil sebarang
x ∈ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
Diperolah x ∈(A ∩ B) atau x ∈ (A ∩ C). Jika x ∈ (A ∩ B), maka x ∈ A dan x ∈
B. Karena x ∈ B, maka x ∈ (B ∪ C). Diperoleh
x ∈ A ∩ (B ∪ C).
Jika x ∈ (A ∩ C), maka x ∈ A dan x ∈ C. Karena x ∈ C, maka x ∈ (B ∪ C).
Diperoleh
x ∈ A ∩ (B ∪ C).
Karena untuk sebarang x ∈ (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) berlaku
x ∈ A ∩ (B ∪ C),
maka disimpulkan
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) ⊆ A ∩ (B ∪ C).
Dengan demikian, terbukti
A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
Teorema 1.1.7 (Hukum De Morgan) Misalkan A dan B adalah subset himpunan S.
Maka
a. (A ∪ B)c = Ac ∩ Bc.
b. (A ∩ B)c = Ac ∪ Bc.
Bukti: Dalam buku ini akan dibuktikan bagian a dan bagian b diberikan sebagai
latihan. Untuk membuktikan
(A ∪ B)c = Ac ∩ Bc,
harus ditunjukkan
(A ∪ B)c ⊆ Ac ∩ Bc
dan
Ac ∩ Bc ⊆ (A ∪ B)c .
Untuk menunjukkan
(A ∪ B)c ⊆ Ac ∩ Bc
6
diambil sebarang x ∈ (A ∪ B)c, maka x ∉ A ∪ B. Karena x ∉ A ∪ B, maka x ∉ A
dan x ∉ B. Jadi, x ∈ Ac dan x ∈ Bc. Dengan kata lain, x ∈ Ac ∩ Bc. Diperoleh
(A ∪ B)c ⊆ Ac ∩ Bc.
Untuk menunjukkan
Ac ∩ Bc ⊆ (A ∪ B)c
Diambil sebarang x ∈ Ac ∩ Bc, maka x ∉ A dan x ∉ B. Diperoleh x ∉ A ∪ B.
Sesuai definisi, maka x ∈ (A ∪ B)c. Jadi,
Ac ∩ Bc ⊆ (A ∪ B)c
Dengan demikian terbukti
(A ∪ B)c = Ac ∩ Bc.
Definisi 1.1.8 Misalkan A dan B himpunan. Perkalian Cartesius dari A dan B, ditulis
A × B, adalah himpunan semua pasangan berurutan (a, b), dengan a ∈ A dan b ∈ B.
Secara simbolik,
A × B = {(a, b) ⏐ a ∈ A, b ∈ B}.
Sebagai contoh, jika A = {1, 2, 3} dan B = {a, b, c}, maka
A × B = {(1, a), (1, b), (1, c), (2, a), (2, b), (2, c), (3, a), (3, b), (3, c)}.
Perkalian Cartesius dari R dan R ditulis dengan R2 dan sering digambarkan sebagai
bidang Cartesius.
Latihan 1.1
1. Misalkan A = {-2, -1, 0, 1, 2}, B ={0, 1, 2, 3}, dan C ={0, 2, 4, 6}
a. Tentukan A ∪ B, B ∪ C, A ∪ C, A ∩ B, A ∩ C, B ∩ C, A ∩ (B ∪ C),
A\B, C\B, dan B\(A ∪ C).
b. Tentukan A × B, C × B, (A × B) ∩ (C × B), (A ∩ C) × B.
c. Apa hubungan yang diperoleh antara (A × B) ∩ (C × B) dan (A ∩ C) × B?
Buktikan hubungan tersebut untuk sebarang himpunan A, B, dan C.
2. Jika A dan B himpunan, buktikan bahwa
a. A ∪ ∅ = A. A ∩ ∅ = ∅.
7
b. A ∪ A = A. A ∩ A = A.
c. A ∪ B = B ∪ A. A ∩ B = B ∩ A.
3. Benar atau salah (Jika benar buktikan, jika salah beri contoh penyangkal)
a. Jika A ⊆ B dan B ⊆ C, maka A ⊆ C.
b. Jika A ⊆ C dan B ⊆ C, maka A ∪ B ⊆ C.
c. A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ C.
d. (A ∩ B) ∪ (B ∩ C) ∪ (A ∩ C) = A ∩ B ∩ C.
4. Jika A, B, dan C himpunan, buktikan bahwa
a. A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C.
b. A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C.
5. Jika A ⊆ B, buktikan bahwa
a. A ∪ B = B.
b. A ∩ B = A.
6. Jika A subset dari himpunan X, buktikan bahwa
a. A ∪ Ac = X.
b. A ∩ Ac = ∅.
c. (Ac)c = A.
7. Jika A, B, dan C himpunan, buktikan bahwa
A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C).
8. Jika A dan B adalah subset dari himpunan S, buktikan bahwa (A ∩ B)c = Ac
∪ Bc.
9. Jika A dan B adalah subset dari himpunan S, buktikan bahwa
A\B = A ∩ Bc.
10. Jika A dan B adalah himpunan, tunjukkan bahwa
(A ∩ B) dan A\B adalah saling lepas dan buktikan bahwa
A = (A ∩ B) ∪ (A\B)
11. Jika A, B, dan C himpunan, buktikan bahwa (A × B) ∪ (A × C) = A × (B ∪ C).
12. Tunjukkan jika BAf →: dan AFE ⊂, maka ( ) ( ) (FfEfFEf ∪=∪ )
dan ( ) ( ) ( )FfEfFEf ∩⊆∩ .
13. Tunjukkan jika BAf →: dan BHG ⊂, maka
( ) ( ) (HfGfHGf 111 −−− ∪=∪ ) dan ( ) ( ) (HfGfHGf 111 −−− ∩=∩ ) .
14. Berikan suatu contoh pada fungsi RR →:, gf sedemikian sehingga gf ≠
akan tetapi berlaku .fggf oo =
15. Buktikan jika BAf →: bijektif dan CBg →: bijektif maka fg o bijektif
dengan A surjektif pada C.
16. Misalkan BAf →: dan CBg →: sehingga
17. Tunjukkan jika fg o injektif maka f injektif.
18. Tunjukkan jika fg o surjektif maka f surjektif.
1.2. Fungsi
Pada sebagian besar buku teks, fungsi f dari himpunan A ke himpunan B
didefinisikan sebagai aturan yang memasangkan masing-masing anggota A dengan
tepat satu anggota B. Jika a ∈ A oleh f dipasangkan dengan b ∈ B, maka ditulis
f(a) = b.
Pada definisi tersebut masih menyisakan masalah mengenai “aturan” dan
“memasangkan”. Seseorang mungkin bertanya, “Aturan yang bagaimana?” dan
“Memasangkan bagaimana?”Pada buku-buku teks yang lain, fungsi dedifinisikan
sebagai grafik. Definisi ini juga masih belum jelas karena grafik itu sendiri belum
jelas definisinya. Jika berbicara grafik pada bidang, akan diperoleh bahwa grafik
tersebut adalah kumpulan titik-titik. Masing-masing titik adalah pasangan berurutan
bilangan-bilangan. Berdasarkan alasan ini, maka akan diberikan definisi fungsi yang
lebih mudah diterima dan dipahami.
8
Definisi 1.2.1 Misalkan A dan B himpunan. Fungsi f dari A ke B adalah subset dari A ×
B yang memenuhi sifat berikut.
1. Untuk masing-masing a ∈ A, ada b ∈ B sehingga (a, b) ∈ f.
2. Jika (a, b), (a, c) ∈ f, maka b = c.
Himpunan A disebut domain dari f, dan ditulis dengan Df. Range dari f, ditulis Rf,
didefinisikan dengan
Rf = { b ∈ B ⏐(a, b) ∈ f, untuk suatu a ∈ A).
Pada definisi 1.2.1, fungsi f dari A ke B tidak sekedar subset A × B. Kata kunci
dari definisi 1.2.1 adalah bahwa masing-masing a ∈ A menjadi komponen pertama
dari tepat satu pasangan berurutan (a, b) ∈ f. Pada definisi 1.2.1, tidak ada syarat
bahwa A dan B haruslah himpunan tak kosong. Bagaimana jika himpunan A atau
himpunan B adalah himpunan kosong?
Jika f fungsi dari A ke B dan (a, b) ∈ f, maka b disebut nilai dari fungsi f di a
dan akan ditulis
b = f(a) atau f : a a b.
Dalam buku ini juga digunakan notasi f : A → B untuk menyatakan bahwa f fungsi
dari A ke B. Notasi f : A → B dapat diartikan dengan f memetakan A ke B atau f
pemetaan dari A ke B. Jika f : A → R, maka f disebut fungsi bernilai real pada A.
Berikut ini beberapa contoh untuk lebih memahami definisi fungsi.
1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}dan B = {-2, -1, 0, 1, 2}. Misalkan f subset A × B
dengan f = {(1, 2), (2, -1), (3, 0), (4, 2)}, maka f adalah fungsi dari A ke B dan
Rf = {-1, 0, 2}. Masing-masing a ∈ A berada pada tepat satu pasangan
berurutan (a, b) ∈ f. Meskipun 2 ∈ B berada pada dua pasangan berurutan
berbeda (1, 2) dan (4, 2), hal ini tidak bertentangan dengan definisi fungsi.
2. Misalkan A dan B sama seperti pada nomor 1, dan g didefinisikan dengan
g = {(1, 2), (2, 1), (3, 3), (4, 0)}.
9
10
Maka g bukan fungsi dari A ke B karena g bukan subset A × B. Ada (3, 3) ∈ g
tetapi (3, 3) ∉ A × B.
3. Misalkan A dan B seperti pada nomor 1, dan f didefinisikan dengan
f = {(1, -2), (2, -1), (4, 2)}.
Maka f bukan fungsi dari A ke B, karena ada 3 ∈ A tetapi tidak ada b ∈ B
sehingga (3, b) ∈ f.
4. Misalkan A dan B seperti pada nomor 1, dan h didefinisikan dengan
h = {(1, -2), (2, -1), (2, 1), (3, 0), (4, 2)}.
Maka h bukan fungsi dari A ke B karena (2, -1), (2, 1) ∈ f,
tetapi -1 ≠ 1.
5. Misalkan A = B = R, dan misalkan f didefinisikan dengan
f = {(x, y) ∈ R2 ⏐ y = 3x + 2}.
Maka f adalah fungsi (Mengapa?) dengan Df = R. Fungsi f dinyatakan oleh
persamaan y = 3x + 2. Notasi standar untuk menyatakan fungsi f adalah
f(x) = 3x + 2 dengan Df = R.
Pada contoh nomor 5, f(x) = 3x + 2 tidak dapat langsung disebut sebagai fungsi
sebelum jelas domainnya. Dalam hal ini
f(x) = 3x + 2, dengan Df = {x ∈ R ⏐ x > 0}
dan
g(x) = 3x + 2, dengan Dg = R
adalah dua fungsi yang berbeda. Penjelasan ini membawa pada definisi berikut.
Definisi 1.2.2 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan A1 ⊆ A. Fungsi g dari A1 ke B dengan
g = {(a, b) ∈ f ⏐ a ∈ A1},
disebut penyempitan (restriksi) dari f pada A1.
Sesuai definisi 1.2.2, diperoleh bahwa g adalah restriksi dari f jika Dg ⊆ Df dan
g(x) = f(x), untuk semua x ∈ A.
11
Definisi 1.2.3 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan A ⊆ A1. Fungsi g dengan domain A1
sedemikian hingga
g(x) = f(x), untuk semua x ∈ A,
disebut perluasan (ekstensi) dari f pada A1.
Pada contoh sebelumnya
f(x) = 3x + 2, dengan Df = {x ∈ R ⏐ x > 0}
dan
g(x) = 3x + 2, dengan Dg = R
adalah dua fungsi yang berbeda. Karena Df ⊆ Dg dan f(x) = g(x), untuk semua
x ∈ Df, maka f adalah penyempitan dari g pada {x ∈ R⏐ x >0}. Sebaliknya, karena
Df ⊆ Dg dan g(x) = f(x), untuk semua x ∈ Df, maka g adalah perluasan dari f pada R.
Definisi 1.2.4 Misalkan A, B himpunan, dan f fungsi dari A ke B. Fungsi f disebut fungsi
pada jika Rf = B.
Berdasarkan definisi 1.2.4, f : A → B disebut fungsi pada jika untuk masing-
masing b ∈ B terdapat a ∈ A sehingga f(a) = b. Untuk selanjutnya, perlu dibedakan
antara kalimat “f fungsi dari A ke B” dengan “f fungsi dari A pada B”. Fungsi pada
sering disebut juga dengan fungsi surjektif, fungsi pada atau fungsi onto. Jika f
fungsi surjektif, maka f disebut surjeksi.
Definisi 1.2.5 Misalkan A, B himpunan, dan f fungsi dari A ke B. Jika E ⊆ A, maka
bayangan (image) dari E oleh f, ditulis f(E), didefinisikan dengan
f(E) = { f(x) ⏐x ∈ E}.
Jika H ⊆ B, maka bayangan balikan (inverse image) dari H oleh f, ditulis f-1(H),
didefinisikan dengan
f-1(H) = { x ∈ A ⏐f(x) ∈ H}
Jika H = {y}, maka f-1({y}) akan ditulis dengan f-1(y). Jadi, jika y ∈ B, maka
f-1(y) = { x ∈ A ⏐ f(x) = y}.
Berdasarkan definisi 1.2.5, diperoleh bahwa jika E ⊆ A, maka
12
f(E) ⊆ B.
Jika H ⊆ B, maka f-1(H) ⊆ A. Pembaca akan melihat bahwa f(A) = Rf, sehingga f
adalah fungsi onto jika dan hanya jika f(A) = B. Perlu diperhatikan bahwa sampai
saat ini belum ada definisi mengenai f-1 sendiri. Untuk memahami definisi bayangan
dan bayangan balikan, perhatikan beberapa contoh berikut.
1. Misalkan A={1, 2, 3, 4, 5, 6}, B = Z, dan f : A → Z didefinisikan dengan
f = {(1, -2), (2, 4), (3, 1), (4, 3), (5, 0), (6, -2)}.
Misalkan E = {2, 3, 4} ⊆ A, maka
f(E) = {f(2), f(3), f(4)} = {4, 1, 3}.
Jika H = {-2, -1, 0, 1, 2, 3}, maka
f-1(H) = {1, 3, 4, 5, 6}.
Karena f(1) = f(6) = -2, maka f-1(-2) = {1, 6}. f-1(2) = ∅ karena tidak ada a ∈ A
sehingga f(a) = 2.
2. Misalkan f : Z → Z dengan f(x) = x2. Jika E = N, maka
f (E) = {1, 4, 9, …}.
akan diperoleh
f-1(f(E)) = Z\{0}.
Dalam contoh ini E ⊆ f-1(f(E)).
3. Misalkan f : R → R dengan f(x) = 3x + 2.
Jika E = { x ∈ R⏐ -2 < x ≤ 4}, maka
f(E) = {f(x) ⏐x ∈ E}
= {3x + 2 ⏐-2 < x ≤ 4}
= { y ∈ R ⏐4 < y ≤ 14},
dan
f-1(E) = { x ∈ R⏐ f(x) ∈ E}
= { x ∈ R ⏐ 3x + 2 ∈ E}
= { x ∈ R ⏐ 32
34
≤<− x }.
Misalkan f adalah fungsi dari A ke B. Jika A1 ⊆ A2 ⊆ A, maka akan diperoleh
f(A1) ⊆ f(A2). Demikian juga, jika B1 ⊆ B2 ⊆ B, maka
f-1(B1) ⊆ f-1(B2).
Teorema 1.2.6 Misalkan f adalah fungsi dari A ke B. Jika A1 ⊆ A2 ⊆ A, maka
a. f(A1 ∪ A2) = f(A1) ∪ f(A2),
b. f(A1 ∩ A2) ⊆ f(A1) ∩ f(A2).
Bukti: Untuk membuktikan bagian a, perlu ditunjukkan bahwa
f(A1 ∪ A2) ⊆ f(A1) ∪ f(A2)
dan
f(A1) ∪ f(A2) ⊆ f(A1 ∪ A2).
Untuk membuktikan
f(A1 ∪ A2) ⊆ f(A1) ∪ f(A2),
ambil sebarang y ∈ f(A1∪A2). Maka y = f(x), untuk suatu x ∈ A1∪ A2.
Jadi, x ∈ A1 atau x ∈ A2.
Jika x ∈ A1, maka
y = f(x) ∈ f(A1).
Jika x ∈ A2, maka
y = f(x) ∈ f(A2).
Jadi, diperoleh
y = f(x) ∈ f(A1) ∪ f(A2).
Disimpulkan bahwa
f(A1 ∪ A2) ⊆ f(A1) ∪ f(A2).
Untuk membuktikan
f(A1) ∪ f(A2) ⊆ f(A1 ∪ A2),
diperoleh bahwa
13
14
A1 ⊆ A1 ∪ A2
sehingga
f(A1) ⊆ f(A1 ∪ A2) dan A2 ⊆ A1 ∪ A2
selanjutnya
f(A2) ⊆ f(A1 ∪ A2).
Terbukti bahwa
f(A1) ∪ f(A2) ⊆ f(A1 ∪ A2).
Jadi, diperoleh
f(A1 ∪ A2) = f(A1) ∪ f(A2).
Untuk bukti bagian b, diketahui bahwa
A1 ∩ A2 ⊆ A1 dan A1 ∩ A2 ⊆ A2
sehingga diperoleh
f(A1 ∩ A2) ⊆ f(A1) dan f(A1 ∩ A2) ⊆ f(A2).
Disimpulkan bahwa
f(A1 ∩ A2) ⊆ f(A1) ∩ f(A2).
Misalkan f : Z → Z dengan f(x) = x2. Jika
A1 = {0, 1, 2, 3, 4, …}
dan
A2 = {0, -1, -2, -3, -4, …},
maka
f(A1) = f(A2) = {0, 1, 4, 9, 16, …}.
Karena A1 ∩ A2 = {0}, maka
f(A1 ∩ A2) = f(0) = {0} ≠ f(A1) ∩ f(A2) = {0, 1, 4, 9, 16, …}.
Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan pada Teorema 1.2.6.b tidak selamanya
berlaku.
Teorema 1.2.7 Misalkan f adalah fungsi dari A ke B. Jika B1 ⊆ B2 ⊆ B, maka
a. f-1(B1 ∪ B2) = f-1(B1) ∪ f-1(B2),
15
b. f-1(B1 ∩ B2) = f-1(B1) ∩ f-1(B2),
c. f-1(B\B1) = A\f-1(B1).
Bukti:
(a). Ambil sebarang x ∈ f-1(B1 ∪ B2). Sesuai definisi, maka
f(x) ∈ B1 ∪ B2.
Jika f(x) ∈ B1, maka x ∈ f-1(B1). Jika f(x) ∈ B2, maka x ∈ f-1(B2).
Diperoleh bahwa x ∈ f-1(B1) ∪ f-1(B2). Dengan demikian
f-1(B1 ∪ B2) ⊆ f-1(B1) ∪ f-1(B2).
Diketahui bahwa B1 ⊆ B1 ∪ B2 dan B1 ⊆ B1 ∪ B2 sehingga
f-1(B1) ⊆ f-1(B1 ∪ B2)
dan
f-1(B1) ⊆ f-1(B1 ∪ B2).
Jadi diperoleh bahwa
f-1(B1) ∪ f-1(B2) ⊆ f-1(B1 ∪ B2).
Karena
f-1(B1 ∪ B2) ⊆ f-1(B1) ∪ f-1(B2)
dan
f-1(B1) ∪ f-1(B2) ⊆ f-1(B1 ∪ B2),
maka terbukti
f-1(B1 ∪ B2) = f-1(B1) ∪ f-1(B2).
(b). Diketahui bahwa B1 ∩ B2 ⊆ B1 dan B1 ∩ B2 ⊆ B2. Dengan demikian,
maka
f-1(B1 ∩ B2) ⊆ f-1(B1)
dan
f-1(B1 ∩ B2) ⊆ f-1(B2).
Jadi,
f-1(B1 ∩ B2) ⊆ f-1(B1) ∩ f-1(B2).
16
Ambil sebarang x ∈ f-1(B1) ∩ f-1(B2), maka x ∈ f-1(B1) dan x ∈ f-1(B2). Jadi,
f(x) ∈ B1 dan f(x) ∈ B2. Diperoleh
f(x) ∈ B1 ∩ B2.
Sesuai definisi, maka
x ∈ f-1(B1 ∩ B2).
Dengan demikian
f-1(B1) ∩ f-1(B2) ⊆ f-1(B1 ∩ B2).
Karena
f-1(B1∩B2) ⊆ f-1(B1) ∩ f-1(B2)
dan
f-1(B1)∩ f-1(B2) ⊆ f-1(B1∩ B2),
maka terbukti
f-1(B1 ∩ B2) = f-1(B1) ∩ f-1(B2).
(c). Diberikan sebagai latihan.
Definisi 1.2.8 Misalkan f adalah fungsi dari A ke B. f disebut fungsi satu-satu jika
x, y ∈ A, dengan f(x) = f(y), maka x = y.
Definisi 1.2.8 dapat juga dinyatakan dengan f fungsi satu-satu jika x, y ∈ A
dengan x ≠ y, maka f(x) ≠ f(y). Jadi, fungsi f dari A ke B disebut fungsi satu-satu jika
masing-masing unsur berbeda di A mempunyai bayangan yang berbeda di B.
Fungsi satu-satu sering juga disebut dengan fungsi injektif. Jika f fungsi injektif,
maka f disebut injeksi.
Pembuktian bahwa fungsi f adalah satu-satu dapat dilakukan dengan
menggunakan syarat “jika f(x) = f(y), maka x = y” atau “jika x ≠ y, maka f(x) ≠
f(y)”. Contoh berikut akan menjelaskan cara membuktikan bahwa suatu fungsi
adalah satu-satu.
Misalkan f : R → R dengan f(x) = 3x + 2. Akan ditunjukkan bahwa f fungsi
satu-satu. Pertama digunakan bukti langsung menggunakan definisi. Ambil
17
sebarang x, y ∈ A, dengan f(x) = f(y). Karena f(x) = f(y), maka diperoleh
3x + 2 = 3y + 2. Kedua ruas ditambah –2 dan kemudian dibagi 3, maka didapat
x = y. Karena untuk sebarang x, y ∈ A, dengan f(x) = f(y) berlaku x = y, maka
disimpulkan f fungsi satu-satu. Kedua digunakan bukti tidak langsung. Ambil
sebarang x, y ∈ A, dengan x ≠ y. Akan ditunjukkan bahwa f(x) ≠ f(y). Andaikan
f(x) = f(y), maka 3x + 2 = 3y + 2. Akibatnya, diperoleh x = y. Hal ini bertentangan
dengan yang diketahui bahwa x ≠ y. Berarti pengandaian salah, dan yang benar
adalah f(x) ≠ f(y). Karena untuk sebarang x, y ∈ A, dengan x ≠ y berlaku f(x) ≠ f(y),
disimpulkan f fungsi satu-satu.
Berdasarkan definisi 1.2.8, f fungsi satu-satu dari A ke B jika dan hanya jika f-1(y)
memuat paling banyak satu elemen, untuk setiap y ∈ B. Jika f fungsi onto, maka
f-1(y) memuat tepat satu elemen x ∈ A, untuk setiap y ∈ B. Dengan demikian, jika f
fungsi satu-satu dari A pada B, maka himpunan g dengan
g = { (y, x) ∈ B × A ⏐ f(x) = y}
adalah fungsi dari B ke A. Selain itu, g merupakan fungsi satu-satu dari A pada B
(Mengapa?). Hubungan antara fungsi f dan g adalah sebagai berikut.
Dg = Rf dan Rg = Df,
serta
(y, x) ∈ g jika dan hanya jika (x, y) ∈ f.
Secara singkat, dapat dinyatakan
g(y) = x jika dan hanya jika f(x) = y.
Penjelasan ini membawa pemahaman pada definisi berikut.
Definisi 1.2.9 Misalkan f adalah fungsi satu-satu dari A pada B dan
f-1 = { (y, x) ∈ B × A ⏐ f(x) = y}.
Fungai f-1 dari B pada A disebut fungsi invers dari f.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka untuk setiap y ∈ B,
f-1(y) = x jika dan hanya jika f(x) = y.
Perlu dijelaskan perbedaan antara f-1(H) dengan f-1. Jika f adalah fungsi dari A ke B,
dan y ∈ B sebarang, maka f-1(y) [yang sebenarnya adalah f-1({y})] didefinisikan
sebagai himpunan semua x ∈ A sehingga f(x) = y. Jika f adalah fungsi satu-satu dari
A pada B, dan y ∈ B sebarang, maka f-1(y) adalah nilai dari fungsi invers f-1 di y.
Dengan demikian, (y, x) ∈ f-1 dapat ditulis dengan f-1(y) = x.
Berikut ini beberapa contoh mengenai fungsi invers.
1. Misalkan f : R → R dengan f(x) = 3x + 2. Fungsi f adalah fungsi satu-satu dari
R pada R dan f-1 diberikan dengan f-1(y) = 31 (y – 2), dengan Df-1 = R.
2. Misalkan f : R → R dengan f(x) = x2. Akan diperoleh bahwa f bukan fungsi
satu-satu karena ada –2, 2 ∈ R, dengan –2 ≠ 2 tetapi f(-2) = f(2) = 4.
Jika Df = A = { x ∈ R ⏐x ≥ 0}, maka f adalah fungsi satu-satu dari A pada A.
Misalkan x, y ∈ A dengan x ≠ y. Anggaplah x < y, maka diperoleh x2 < y2 ,
yakni f(x) ≠ f(y). Untuk menunjukkan bahwa f fungsi pada, perlu ditunjukkan
bahwa untuk setiap y ∈ A, ada x ∈ A sehingga f(x) = y. Secara intuitif, karena y
≥ 0 diketahui bahwa x ada yaitu x = y [Pembuktian secara formal mengenai
eksistensi x sehingga x = y , jika y ≥ 0, akan ditunjukkan pada bagian
selanjutnya]. Karena f fungsi satu-satu dari A pada A, maka f-1 ada yaitu f-1(y) =
y , dengan Df-1 = { y ∈ R ⏐y ≥ 0}.
Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke C. Jika a ∈ A, maka
f(a) ∈ B. Karena B = Dg, maka f(a) oleh g akan dipetakan ke g(f(a)) di C. dengan cara
ini, akan diperoleh suatu fungsi h dari A ke C yang memetakan a ∈ A ke g(f(a)) di
C. Sebagai ilustrasi, perhatikan Gambar 1.1 berikut.
18
f
•
19
Gambar 1 Komposisi g dengan f.
Jadi, h adalah fungsi dari A ke C dengan h(a) = g(f(a)), untuk setiap a ∈ A.
Definisi 1.2.10 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke C. Fungsi g o
f : A → B, yang didefinisikan dengan
g o f = {(a, c) ∈ A × C ⏐ c = g(f(a))}
disebut komposisi dari g dengan f.
Berdasarkan definisi 1.2.10, syarat agar komposisi dari g dengan f terdefinisi
adalah Rf haruslah subset dari Dg. Untuk memahami definisi 1.2.10, perhatikan
beberapa contoh berikut.
1. Misalkan f : R → R dengan f(x) = x2 dan g : R → R dengan g(x) = x +
1.
Maka
(g o f)(x) = g(f(x)) = g(x2) = x2 + 1, dengan D(g o f) = R,
dan
(f o g)(x)=f(g(x))=g(x +1)=(x + 1)2 = x2+2x +1,
dengan D(f og) =R.
Berdasarkan contoh ini, diperoleh bahwa (g o f) ≠ (f o g).
2. Misalkan f(x) = x , dengan Df = {x ∈ R ⏐x ≥ 0} dan g(x) = x2,
dengan Dg = R. Maka
(g o f)(x) = g(f(x)) = g( x ) = x,
dengan D(g o f) = {x ∈ R ⏐x ≥ 0}. Meskipun (g o f)(x) = x, berlaku untuk
semua x∈ R, domain g o f adalah
a
( f
h
g
B
• g f( (a
CA
20
{x ∈ R ⏐x ≥ 0} bukan R.
Teorema 1.2.11 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke C.
(a) Jika f dan g fungsi injektif, maka g o f adalah fungsi injektif.
(b) Jika g o f adalah fungsi injektif, maka f adalah fungsi injektif.
Bukti:
(a) Ambil sebarang a, b ∈ A dengan (g o f)(a) = (g o f)(b). Akan ditunjukkan bahwa
a = b. Karena
(g o f)(a) = (g o f)(b),
berarti
g(f(a)) = g(f(b)).
Karena g fungsi injektif, maka f(a) = f(b). Karena f fungsi injektif, maka a = b.
Jadi, terbukti g o f adalah fungsi injektif.
(b) Diberikan sebagai latihan.
Teorema 1.2.12 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke C.
(a) Jika f dan g fungsi surjektif, maka g o f adalah fungsi surjektif.
(b) Jika g o f adalah fungsi surjektif, maka g adalah fungsi surjektif.
Bukti:
(a) Ambil sebarang c ∈ C. Akan ditunjukkan ada a ∈ A sehingga
(g o f)(a) = c.
Karena g fungsi surjektif, maka ada b ∈ B sehingga g(b). Karena f fungsi
surjektif, maka ada a ∈ A, sehingga f(a)= b. Jadi, ada a ∈ A sehingga
(g o f)(a) = g(f(a)) = g(b) = c.
Terbukti bahwa g o f adalah fungsi surjektif.
(b) Diberikan sebagai latihan.
Definisi 2.9 Misalkan f fungsi dari A ke B. f disebut fungsi bijektif jika f adalah fungsi
injektif (fungsi satu-satu) dan fungsi surjektif (fungsi pada).
21
Latihan 1.2
1. Misalkan A = {0, 1, 2, 3} dan B = N. Manakah di antara subset dari A × B
berikut yang merupakan fungsi dari A ke B? Jelaskan!
a. f = {(0, 2), (1, 4), (2, 6)}
b. g = {(0, 1), (1, 3), (2, 5), (3, 7)}
c. h = {(0, 7), (1, 2), (1, 8), (2, 3), (3, 3)}
d. j = {(-1, 0), (0, 2), (1, 4), (2, 6), (3, 8)}
e. k = {(x, y) ⏐ y = 2x + 3, x ∈ A}
2. a. Misalkan A = { (x, y) ∈ R × R ⏐ y = -3x + 3}. Apakah A fungsi? Jelaskan?
b. Misalkan B = { (x, y) ∈ R × R ⏐ y2 + x2 = 1}. Apakah B fungsi? Jelaskan?
3. Misalkan f : R → R dengan f(x) = x2.
a. Tentukan f-1(4)!
b. Jika E = { x ∈ R⏐ -1 ≤ x ≤ 0}, tentukan f(E) dan f-1(E)!
c. Jika F = { x ∈ R⏐ 0 ≤ x ≤ 1}, tentukan f(F) dan f-1(F)!
d. Tentukan hubungan antara f(E ∩ F) dan f(E) ∩ f(F)!
4. Misalkan f : R → R dengan f(x) = 2x + 5 dan g : R → R dengan g(x) = 3x + 1.
Tentukan (g o f) dan (f o g)!
5. Berilah suatu contoh fungsi f dan g dari R ke R sehingga g o f = f o g!
6. Misalkan f fungsi satu-satu dari A ke B. Tunjukkan bahwa (f-1 o f )(x) = x,
untuk semua x ∈ A dan ( f o f-1)(y) = y, untuk semua y ∈ Rf!
7. Misalkan f dan g fungsi sehingga
(g o f)(x) = x, untuk semua x ∈ Df,
dan (f o g)(y) = y, untuk semua y ∈ Dg.
Buktikan g = f-1!
8. Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke A sehingga (g o f)(x) = x,
untuk semua x ∈ A. Tunjukkan bahwa f injeksi! Apakah f harus surjeksi?
9. Misalkan f injeksi dari A ke B. Buktikan bahwa
f-1 = {(b, a) ∈ B × A⏐(a, b) ∈ f}
adalah injeksi!
10. Misalkan f : A → B, dan g: B → C adalah injeksi. Tunjukkan bahwa (g o f)-1 = f-1
o g-1 di R(g o f)!
11. Tunjukkan jika BAf →: dan AFE ⊂, maka ( ) ( ) (FfEfFEf ∪ )=∪
dan ( ) ( ) ( )FfEfFEf ∩⊆∩ .
12. Tunjukkan jika BAf →: dan BHG ⊂, maka
( ) ( ) ( )Hf 1− dan GfHGf 11 −− ∪=∪ ( ) ( ) ( )Hf 1− . GfHGf 11 −− ∩=∩
13. Berikan suatu contoh pada fungsi RR →:, gf sedemikian sehingga gf ≠
akan tetapi berlaku .fggf oo =
14. Buktikan jika BAf →: bijektif dan CBg →: bijektif maka fg o bijektif
dengan A surjektif pada C.
15. Misalkan BAf →: dan CBg →: sehingga
i. Tunjukkan jika fg o injektif maka f injektif.
ii. Tunjukkan jika fg o surjektif maka f surjektif.
1.3. Induksi Matematika
Induksi matematika adalah suatu metode pembuktian yang banyak digunakan
dalam buku ini. Metode ini digunakan untuk membuktikan kebenaran suatu
pernyataan yang berkenaan dengan himpunan bilangan asli. Dalam bagian ini akan
disajikan prinsip induksi matematika dan beberapa variasinya. Beberapa contoh
juga akan diberikan untuk menjelaskan penggunaan induksi matematika dalam
membu-ktikan suatu pernyataan.
Teorema 1.3.1 (Sifat Terurut dengan Baik pada N) Setiap himpunan bagian
takkosong dari N mempunyai unsur terkecil.
22
Sifat Terurut dengan Baik pada N secara ringkas dapat dinyatakan sebagai
berikut. Jika S ⊆ N, S ≠ ∅, maka ada m ∈ S sehingga m ≤ s, untuk setiap s ∈ S.
Sifat ini seringkali dianggap sebagai postulat atau aksioma yang berlaku pada N.
Teorema 1.3.2 (Prinsip Induksi Matematika) Untuk masing-masing n ∈ N, misa-
lkan P(n) adalah pernyataan yang berkaitan dengan n. Jika
(a) P(1) benar, dan
(b) P(k + 1) benar, jika P(k) benar,
maka P(n) benar untuk semua n ∈ N.
Bukti: Andaikan hipotesis pada Teorema 1.3.2 benar tetapi kesimpulannya salah,
yakni P(n) tidak benar untuk semua n ∈ N. Berarti ada n ∈ N sehingga P(n) salah.
Misalkan A = { k ∈ N ⏐ P(k) salah}. Jadi, A ⊆ N dan A ≠ ∅. Sesuai sifat terurut
dengan baik, maka A mempunyai unsur terkecil, sebut m. Karena P(1) benar, maka
m > 1. Jadi, m – 1 ∈ N dan m – 1 < m. Karena m unsur terkecil di A, maka m – 1 ∉
A. Berarti P(m –1) benar. Sesuai hipotesis bagian (b), maka P(m) juga benar. Jadi, m
∉ A. Terjadi kontradiksi. Terbukti bahwa P(n) benar untuk semua n ∈ N.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan induksi matematika untuk membuk-
tikan pernyataan yang berkaitan dengan himpunan bilangan asli.
1. Misalkan P(n) adalah pernyataan
1 + 2 + 3 + ⋅⋅⋅ + n = )1(21
+nn ,
n ∈ N. Akan ditunjukan bahwa P(n) benar untuk semua n ∈ N. Untuk n = 1,
maka P(1) benar karena
1 = 21
⋅1(1 + 1).
Untuk n = k, asumsikan P(k) benar. Artinya,
1 + 2 + 3 + ⋅⋅⋅ + k = 21 k(k + 1).
Maka diperoleh
23
1 + 2 + 3 + ⋅⋅⋅ + k + (k + 1) = 21 k(k + 1) + (k + 1)
= 21 [k(k + 1) + 2(k + 1)]
= 21 (k + 1)(k + 2)
= 21 (k + 1)[(k + 1) + 1).
Berarti, jika P(k) benar maka P(k + 1) juga benar. Sesuai prinsip induksi
matematika, terbukti
1 + 2 + 3 + ⋅⋅⋅ + n = )1(21
+nn ,
berlaku untuk semua n ∈ N.
2. Misalkan P(n) adalah pernyataan n < 2n, untuk semua n ∈ N. Akan
ditunjukkan bahwa P(n) benar untuk semua n ∈ N. Untuk n = 1, maka P(1)
benar karena 1 < 21. Untuk n = k, asumsikan P(k) benar. Artinya, k < 2k.
Maka diperoleh
k + 1 < 2k + 1 < 2k + 2k = 2(2k) = 2k + 1.
Jadi, jika P(k) benar maka P(k + 1) juga benar. Sesuai prinsip induksi
matematika, terbukti n < 2n, benar untuk semua n ∈ N.
3. Misalkan P(n) adalah pernyataan n + 5 < n, untuk semua n ∈ N. Jika P(k)
benar maka P(k + 1) juga benar, yaitu k + 5 < k maka
(k + 1) + 5 < (k + 1).
Meskipun demikian, tidak dapat disimpulkan bahwa P(n) benar untuk semua n,
karena untuk n = 1 ternyata P(1) salah. Dalam hal ini kondisi P(1) harus benar
sangat krusial.
Prinsip induksi matematika sering juga dinyatakan dalam bentuk berikut.
Misalkan S ⊆ N yang memenuhi sifat
(a) 1 ∈ S, dan 24
25
(b) Jika k ∈ S, maka k + 1 ∈ S,
maka S = N.
Bentuk ini sama dengan bentuk pada Teorema 1.3.2 dengan mendefinisikan
S = { n ∈ N ⏐ P(n) benar}.
Prinsip induksi matematika juga digunakan untuk membuktikan kebenaran
pernyataan yang dirumuskan secara rekursif. Misalkan f fungsi dari N ke R yang
didefinisikan sebagai berikut.
f(1) = 1,
dan
f(n + 1) = (n + 1) f(n), untuk n ∈ N.
Akan diperoleh bahwa
f(1) = 1,
f(2) = 2 f(1) = 2⋅1,
f(3) = 3 f(2) = 3⋅2⋅1,
f(4) = 4 f(3) = 4⋅3⋅2⋅1.
Berdasarkan pola tersebut diperoleh dugaan bahwa
f(n) = n!, n ∈ N.
Dugaan ini benar untuk n = 1, yakni
f(1) = 1 = 1!.
Asumsikan juga benar untuk n = k, yakni f(k) = k!. Maka untuk n = k + 1,
diperoleh
f(k + 1) = (k+1) f(k) = (k+1)k! = (k+1)!.
Sesuai prinsip induksi matematika, maka f(n) = n!, benar untuk semua n ∈ N.
Meskipun pada Teorema 1.3.2 dimulai dari n = 1, pernyataan akan tetap berlaku
jika dimulai dari sebarang bilangan bulat no ∈ Z. Hal ini dinyatakan dalam teorema
berikut.
26
Teorema 1.3.3 (Prinsip Induksi Matematika Dimodifikasi) Misalkan no ∈ Z.
Untuk masing-masing n ∈ Z, n ≥ no, misalkan P(n) adalah pernyataan yang berkaitan de-
ngan n. Jika
(a) P(no) benar, dan
(b) P(k + 1) benar, jika P(k) benar, k ≥ no,
maka P(n) benar untuk semua n ∈ Z, n ≥ no.
Jika no = 1, maka Teorema 1.3.3 tidak lain adalah Teorema 1.3.2. Pembuktian
Teorema 1.3.3 akan mudah dilakukan dengan Teorema 1.3.2 dengan menetapkan
Q(n) = P(no + n –1), n ∈ N,
yang tidak lain adalah pernyataan yang berkaitan dengan bilangan bulat positif.
Penggunaan Teorema 1.3.3 dapat dilihat pada contoh berikut.
Misalkan akan dibuktikan bahwa
2n < n!, untuk n ∈ N, n ≥ 4.
Untuk n = 4, maka
24 = 16 < 24 = 4!
Berarti untuk n = 4, pernyataan tersebut benar.
Asumsikan pernyataan benar untuk n = k ≥ 4, artinya 2k < k!. Diperoleh
2k + 1 = 2⋅2k < 2⋅k! < (k + 1)⋅k! = (k + 1)!.
Berarti jika pernyataan benar untuk n = k ≥ 4, maka pernyataan juga bernilai benar
untuk n = k + 1. Dengan demikian disimpulkan bahwa 2n < n!, bernilai benar untuk
semua n ∈ N, n ≥ 4.
Terdapat versi lain dari prinsip induksi matematika yang juga sangat berguna.
Ada penulis yang menyebut versi ini dengan prinsip induksi matematika kedua (The
Second Principle of Mathematical Induction) dan ada juga yang menyebut dengan prinsip
induksi yang kuat (The Principle of Strong Induction). Versi ini disajikan dalam teorema
berikut.
Teorema 1.3.4 (Prinsip Induksi yang Kuat) Untuk masing-masing n ∈ N,
misalkan P(n) adalah pernyataan yang berkaitan dengan n. Jika
(a) P(1) benar, dan
(b) Untuk k ≥ 1, P(k + 1) benar, jika P(j) benar untuk semua bilangan asli j ≤ k,
maka P(n) benar untuk semua n ∈ N.
Prinsip Induksi yang Kuat ini dapat juga dinyatakan sebagai berikut.
Misalkan S himpunan bagian dari N yang memenuhi sifat
(a) 1 ∈ S, dan
(b) (k + 1) ∈ S, jika 1, 2, …, k ∈ S,
maka S = N.
Berikut ini contoh penggunaan Prinsip Induksi yang Kuat untuk membuktikan
kebe-naran suatu pernyataan yang berkaitan dengan bilangan asli.
Misalkan f : N → N yang didefinisikan sebagai berikut. f(1)=1, f(2)=2, dan
f(n) = 21 [f(n - 1) + f(n - 2)], untuk semua n > 2.
Akan ditunjukkan bahwa
1 ≤ f(n) ≤ 2,
untuk semua n ∈ N. Untuk n = 1, diperoleh bahwa
1 ≤ f(1) ≤ 2,
dan untuk n = 2, juga diperoleh
1 ≤ f(2) ≤ 2.
Untuk n = k ≥ 1, asumsikan bahwa
1 ≤ f(j) ≤ 2,
untuk semua bilangan asli j ≤k. Berarti bahwa
1≤ f(k) ≤ 2
dan
1≤ f(k -1) ≤ 2.
Sehingga diperoleh bahwa
2 ≤ f(k) + f(k - 1) ≤ 4.
27
Jadi,
1 ≤ 21 [f(k) + f(k - 1)] ≤ 2.
Terbukti bahwa jika 1 ≤ f(j) ≤ 2, untuk semua bilangan asli j ≤ k, k ≥ 1, maka
1 ≤ f(k + 1) ≤ 2.
Sesuai Prinsip Induksi yang Kuat disimpulkan bahwa 1≤ f(n) ≤ 2, untuk semua
n ∈ N.
Latihan 1. 3
1. Gunakan prinsip induksi matematika untuk menunjukkan bahwa masing-
masing pernyataan berikut benar untuk semua n ∈ N.
a. 1 + 2 + 3 + ⋅ ⋅ ⋅ + n = 2
)1( +nn.
b. 1 + 3 + 5 + ⋅ ⋅ ⋅ + (2n – 1) = n2.
c. 12 + 22 + 32 + ⋅ ⋅ ⋅ + n2 = 6
)12)(1( ++ nnn.
d. 13 + 23 + 33 + ⋅ ⋅ ⋅ + n3 = 2
2)1(⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +nn
.
e. 2 + 22 + 23 + ⋅ ⋅ ⋅ + 2n = 2(2n – 1).
f. 1)1(
1)3(2
1)2(1
1+
=+
+++n
nnn
L .
2. Buktikan masing-masing pernyataan berikut dengan induksi matematika.
a. 2n > n, untuk semua n ∈ N.
b. 2n > n2, untuk semua n ∈ N dan n ≥ 5.
c. 13 + 23 + 33 + ⋅ ⋅ ⋅ + n3 < 2
4n , untuk semua n ∈ N dan n ≥ 3.
3. Untuk masing-masing fungsi f dengan domain N berikut, tentukan rumus untuk
f(n) dan buktikan kebenaran rumus tersebut dengan induksi matematika. 28
a. f(1) = 21 , dan f(n) = (n - 1) f(n - 1) -
11+n
, untuk semua n > 1.
b. f(1) = 1, f(2) = 4, dan f(n) = 2f(n - 1) - f(n - 2)], untuk semua n > 2.
c. f(1) = 1, f(2) = 2, dan f(n) = n
n3
)1( + f(n - 1), untuk semua n > 1.
d. f(1) = 1, f(2) = 0, dan f(n) = )1()2(
−−
nnnf , untuk semua n > 2.
4. Buktikan bahwa r + r2 + r3 + ⋅ ⋅ ⋅ + rn = rrr n
−−
1)1( , r ≠ 1, untuk semua n ∈ N.
5. Buktikan bahwa nn 2< untuk setiap .Nn ∈
6. Buktikan bahwa !2 nn < untuk setiap 4≥n , .Nn ∈
7. Misalkan NS ⊂ maka berlaku Sk ∈2 untuk setiap Nk ∈
8. Misalkan NS ⊂ berlaku jika Sk ∈ maka Sk ∈− 1 , Buktikan NS = .
29
2 SISTEM
BILANGAN REAL
30
2.1 . Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real
Himpunan bilangan real R dilengkapi dengan dua operasi, yaitu operasi
penjumlahan (+) dan operasi perkalian (⋅), dilambangkan (R, +, ⋅), membentuk
suatu sistem matematika yang disebut lapangan (field). Beberapa sifat yang
berlaku dalam sistem bilangan real adalah sebagai berikut.
1. Terhadap Operasi Penjumlahan
a. Sifat ketertutupan, untuk semua a, b ∈ R, maka
a + b ∈ R.
b. Sifat komutatif, untuk semua a, b ∈ R, maka
a + b = b + a
c. Sifat assosiatif untuk semua a, b, c ∈ R , berlaku
a + (b + c) =(a + b) + c
d. Terdapat unsur identitas penjumlahan, untuk semua a ∈ R, ada 0 ∈ R
sehingga
a + 0 = 0 + a = 0.
0 disebut unsur satuan (identitas) penjumlahan.
e. Terdapat invers penjumlahan, untuk masing-masing a ∈ R, ada
(-a) ∈ R sehingga
a + (-a) = (-a) + a = 0. (-a)
disebut invers perjumlahan dari a
2. Terhadap Operasi Perkalian
a. Sifat ketertutupan
Untuk semua a, b ∈ R, maka
a⋅b ∈ R
b. Sifat komutatif
Untuk semua a, b ∈ R, maka
a⋅b = b⋅a
c. Sifat assosiatif
Untuk semua a, b, c ∈ R, maka
a⋅(b⋅c) =(a⋅b)⋅c
d. Terdapat unsur identitas perkalian
Untuk semua a ∈ R, ada 1 ∈ R, 1 ≠ 0, sehingga
a⋅1 = 1⋅a = a.
l disebut unsur satuan (identitas) perkalian.
e. Terdapat invers perkalian
Untuk masing-masing a ∈ R, a ≠ 0, terdapat a1 ∈ R sehingga
a⋅a1
= a1⋅a = 1.
a1 disebut invers perkalian dari a.
3. Terhadap operasi perkalian dan penjumlahan
a. Sifat distributif perkalian atas penjumlahan
31Untuk semua a, b, c ∈ R, berlaku
32
(a + b)⋅c = a⋅c + b⋅c
Pada daftar sifat-sifat di atas terdapat beberapa hal yang berlebihan, seperti
pernyataan
a + 0 = 0 + a = 0,
yang sebenarnva cukup dinyatakan a + 0 = 0, karena sesuai sifat komutatif
penjumlahan tentu saja jika a + 0 = 0, maka 0 + a = 0. Meskipun demikian, hal
ini dilakukan sebagai suatu penekanan.
Berdasarkan sifat-sifat di atas, akan disajikan beberapa teorema berkaitan
dengan bilangan real. Pertama akan ditunjukkan bahwa identitas penjumlahan dan
invers penjumlahan suatu bilangan real masing-masing adalah tunggal.
Teorema 2.1.1 Misalkan a, x ∈ R.
a. Jika a + x = a, maka x = 0.
b. Jika a + x = 0, maka x = -a.
Bukti:
a. Diketahui a + x = a dan a + 0 = a. Diperoleh
a + x = a + 0.
Jika kedua ruas sama-sama ditambah dengan (-a), akan diperoleh x = a.
b. Diketahui a + x = 0 dan a + (-a) = 0. Diperoleh
a + x = a + (-a).
Jika kedua ruas sama-sama ditambah dengan (-a), akan diperoleh x = -a. ◘
Berdasarkan Teorema 2.1.1, dapat disimpulkan bahwa, jika ada x ∈ R
yang dapat memenuhi persamaan a + x = a, maka x = 0. Demikian juga, jika
ada x ∈ R yang dapat memenuhi persamaan a + x = 0, maka x = (-a). Hal ini
berarti bahwa identitas penjumlahan adalah tunggal dan invers penjumlahan
suatu bilangan real adalah tunggal.
Pada sistem bilangan real terdapat sifat trikotomi, yaitu bahwa jika a
adalah suatu bilangan real, maka kemungkinan untuk a adalah
33
a > 0, a = 0, atau a < 0.
Jika a > 0, a disebut bilangan real positif dan jika a < 0, a disebut bilangan real
negatif.
Telah diketahui bahwa invers penjumlahan dari bilangan real a ditulis (-a).
Jika a adalah bilangan real positif, maka (-a) adalah bilangan real negatif dan jika
a adalah bilangan real negatif maka (-a) adalah bilangan real positif. Lebih
singkatnya, jika a > 0, maka -a < 0 dan jika a < 0, maka -a > 0. Dengan
demikian, jika a adalah sebarang bilangan real, maka -(-a) = a. Pembuktian
pernyataan ini akan diberikan dalam teorema berikut.
Teorema 2.1.2 Misalkan a ∈ R.
a. 0⋅a = 0
b. (-1) .a = -a
c. -(-a) = a
d. (-1)⋅(-1) = 1
Bukti:
a. Diketahui 0 + 0 = 0. Jika kedua ruas dikalikan a, diperoleh
[0 + 0]⋅a = 0⋅a.
Sesuai sifat distributif, maka
0⋅a + 0⋅a = 0⋅a.
Jika kedua ruas ditambah dengan (0 ⋅a), diperoleh
0⋅a = 0.
b. Diketahui bahwa 1 + (-1) = 0. Jika kedua ruas dikalikan a,
diperoleh
[1 + (-1)]⋅a = 0⋅a.
Sesuai sifat distributif, maka
1⋅a + (-1)⋅a = 0⋅a.
Jadi,
34
a + (-1)⋅a = 0
Jika kedua ruas ditambah dengan (–a), diperoleh
(-1)⋅a = -a.
c . Karena (-a) + a = 0, sesuai Teorema 1.1.b, maka a = - ( - a ) .
d. Jika pada bagian b, pada (-1)⋅a = -a, disubsitusikan a = (-1) maka
diperoleh
(-1)⋅(-1) = -(-1).
Sesuai bagian c, - ( - a ) = a , maka -(-1) = 1.
Jadi diperoleh (-1)⋅(-1) = 1. ◘
Teorema 2.1.3 Misalkan a, b ∈ R.
a. a ⋅ ( - b ) = ( - a ) ⋅b = - (a⋅b).
b. (-a)⋅(-b) = a⋅b .
c. - (a + b ) = ( - a ) + ( - b )
Bukti:
a. Sesuai Teorema 2.1.2.c, maka
a ⋅ ( -b ) = a ⋅ [ ( -1 ) ⋅b ]
= [a ⋅ ( -1 ) ] ⋅b
= [ ( -1 ) ⋅a]⋅b
=( -a ) ⋅b .
= [( -1 ) ⋅a ] ⋅b
=(-1) (a ⋅b )
= - (a ⋅b ) .
Jadi, a⋅(-b) = ( -a ) ⋅b = - (a⋅b).
Bukti bagian c dan d diserahkan sebagai latihan. ◘
Definisi 2.1.4 Jika a, b ∈ R, maka a - b didefinisikan dengan a +(-b).
Definisi 2.1.5 Misal a, b ∈ R. a dikatakan lebih dari b, ditulis a > b, jika a – b > 0. a
dikatakan kurang dari b, ditulis a < b, jika a – b < 0.
Notasi a ≥ b, dibaca a lebih dari atau sama dengan b dan notasi a ≤ b, dibaca a
kurang dari atau sama dengan b, didefinisikan secara analog seperti pada Definisi
1.1.2
Himpunan bilangan real R memuat himpunan bagian P yang disebut
himpunan bilangan real positif yang memenuhi sifat berikut.
1. Jika a, b ∈ P, maka a + b ∈ P dan a⋅b ∈ P.
2. Jika a ∈ R, maka satu dan hanya satu kondisi berikut yang dipenuhi:
a ∈ P, -a ∈ P, a = 0.
Sifat (1) dan (2) disebut sifat urutan pada R. Sebarang lapangan (field) F yang
memuat subset yang memenuhi sifat (1) dan (2) disebut lapangan terurut (ordered
field). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika a, b ∈ R dan a – b > 0, yakni
a – b ∈ P, maka ditulis a > b atau b < a.
Sifat-sifat berikut merupakan konsekuensi dari sifat urutan serta aksioma
penjumlahan dan perkalian pada R.
Teorema 2.1.6 Misalkan a, b, c ∈ R, maka
(a) Jika a > b, maka a + c > b + c.
(b) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d.
(c) Jika a > b, dan c > 0, maka a⋅ c > b⋅ c.
(d) Jika a > b, dan c < 0, maka a⋅ c < b⋅ c.
(e) Jika a ≠ 0, maka a2 > 0.
(f) Jika a > 0, maka 01>
a dan jika a < 0, maka 01
<a
.
Bukti:
(a) Karena a > b, maka a – b > 0. Jika c ∈ R, maka
35
a – b = a – b + (c – c)
= (a + c) – (b + c) > 0.
Diperoleh
a + c > b + c.
Bukti bagian (b)-(f) diserahkan sebagai latihan. ◘
Teorema 2.1.7 Jika a, b ∈ R dan a > b, maka a > 2
ba + > b.
Bukti: Diserahkan sebagai latihan.
Sebagai akibat Teorema 2.1.7 diperoleh jika a bilangan real dan a > 0, maka
a > 2a > 0.
Latihan 2.1
1. Buktikan bahwa 0 = -0.
2. Jika a, b, c ∈ R . Buktikan
a. jika a = b, buktikan bahwa a + c = b + c.
b. jika a < b, buktikan bahwa a + c < b + c.
c. jika a > b, buktikan bahwa a - c > b - c
3. Jika a, b, c ∈R, dengan a< b dan c > 0, buktikan bahwa ac < bc.
4. Jika a, b, c ∈R, dengan a< b dan c < 0, buktikan bahwa ac > bc.
5. Jika a ∈ R bahwa a2 ≥ 0.
6. Jika a, b, c ∈ R .
a. Jika a > b dan b > c, buktikan bahwa a > c.
b. Buktikan hanya tepat satu pernyataan berikut terpenuhi: a > b, a = b,
a < b.
c. Buktikan jika a ≥ b dan a ≤ b, maka a = b.
7. Buktikan jika a, b ∈ R dan ab > 0, maka
(1) a > 0 dan b > 0,
(2) a < 0 dan b < 0.
36
8. Buktikan bahwa 1 > 0.
9. Buktikan bahwa jika n ∈ N, maka n > 0.
10. Jika R∈a memnuhi aaa =⋅ , buktikan bahwa 0=a atau 1=a
11. Jika 0≠a dan 0≠b tunjukkan ( ).111⎟⎠⎞
⎜⎝⎛⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
baab
12. Jika 10 << c , tunjukkan .10 2 <<< cc
13. Jika 1< c tunjukkan .1 2cc <<
14. Gunakan induksi matematika untuk menunjukkan jika Ra∈ dan Nnm ∈
maka nmn dan
,
m aaa =+ ( ) mnnm aa = .
2.2 . Nilai Mutlak
Definisi 2.2.1 Jika a ∈ R, nilai mutlak dari a, ditulis a , didefinisikan dengan
⎩⎨⎧
<−≥
=0,0,
ajikaaajikaa
a
Sebagai contoh, 5 = 5, karena 5 ≥ 0 dan 4− = -(-4) = 4, karena -4 <0.
Untuk selanjutnya pembaca dapat mengecek bahwa 2a = a . Selain itu, jika
a ≠ 0, maka –a ≠ 0, dan dengan demikian, maka a > 0. Berikut disajikan
beberapa sifat yang berkaitan dengan nilai mutlak.
Teorema 2.2.2
a. a− = a , untuk setiap a ∈ R.
b. abba −=− , untuk setiap a, b ∈ R.
c. baab = , untuk setiap a, b ∈ R.
d. 22 aa = , untuk setiap a ∈ R.
e. 2a = a , untuk setiap a ∈ R.
37
f. Jika r ∈ R, r≥ 0, maka ra ≤ jika dan hanya jika –r ra ≤≤ .
g. - a ≤ a ≤ a , untuk setiap a ∈ R.
Bukti:
(a) Misal a ∈ R sebarang. Jika a = 0, maka –a = 0, sehingga diperoleh
a = 0 = a− .
Jika a > 0, maka –a < 0, sehingga diperoleh
a = a = -(-a) = a− .
Jika a < 0, maka –a > 0, sehingga diperoleh
a = -a = a− .
Karena a ∈ R sebarang, maka disimpulkan
a− = a , untuk setiap a ∈ R.
Bukti bagian (b)-(g) diserahkan sebagai latihan. ◘
Sifat berikut sangat penting dan banyak digunakan dalam buku ini,
misalnya pada materi limit barisan.
Teorema 2.2.3 (Ketaksamaan Segitiga) Jika a, b ∈ R. maka
baba +≤+ .
Sebagai konsekuensi dari ketaksamaan segitiga, diperoleh dua ketaksamaan
yang sangat berguna berikut ini.
Teorema 2.2.4 Untuk setiap a, b, c ∈ R, maka
(a) ba − ≤ ca − + bc − .
(b) ba − ≤ ba + .
(c) baba −≤− .
Bukti:
(a) Jika a, b, c ∈ R, maka sesuai ketaksamaan segitiga, diperoleh
38
bcca
bccaba
−+−≤
−+−=− )()(.
(b) dan (c) diberikan sebagai latihan. ◘
Secara geometri, a menyatakan jarak dari a ke titik asal, yaitu 0.
Secara umum, untuk a, b ∈ R, jarak Euclid d(a, b) antara a dan b didefinisikan
dengan
d(a, b) = ba − .
Sebagai contoh, d(-2, 5) = 775)2( =−=−− dan
d(1, 7) = 6671 =−=− . Jarak d dapat juga dipandang sebagai fungsi dari
R×R ke R, yang memiliki sifat
(1) d(x, y) ≥ 0, dan d(x, y) = 0 jika dan hanya jika x = y.
(2) d(x, y) = d(y, x)
(3) d(x, y) ≤ d(x, z) + d(z, y)
untuk semua x, y, z ∈ R. Sifat yang terakhir juga disebut ketaksamaan
segitiga.
Definisi 2.2.5 Misalkan a ∈ R, dan ε > 0. Himpunan
Vε(a) = { x ∈ R⏐ ax − < ε }
disebut lingkungan-ε dari a.
Lingkungan dari a adalah sebarang himpunan yang memuat lingkungan-ε dari a
untuk suatu ε > 0.
Untuk suatu a ∈ R, dan ε > 0, maka
Vε(a) = { x ∈ R⏐ a - ε < x < a + ε }.
Jadi, jika y ∈ Vε(a), berarti
a - ε < y < a + ε.
39
Teorema 2.2.6 Misal a ∈ R. Jika x ∈ R termuat dalam sebarang lingkungan dari a,
maka x = a.
Bukti: Karena x termuat dalam sebarang lingkungan dari a, maka x ∈ Vε(a),
untuk setiap ε > 0. Andaikan x ≠ a, maka maka x – a ≠ 0 sehingga
ax − > 0.
Pilih ε = ax − , maka x ∈ Vε(a). Berarti
ax − < ε = ax − .
Diperoleh
ax − < ax − .
Hal ini jelas tidak mungkin. Jadi, terbukti bahwa x = a. ◘
Latihan 2.2.
1. Tunjukkan bahwa ε<− ax jika dan hanya jika εε +<<− axa .
2. Jika R∈ba , tunjukkan bahwa baba +=+ jika dan hanya jika 0≥ab .
3. Jika bxa << dan bya << tunjukkan abyx −<− .
4. Temukan semua R∈x untuk memenuhi persamaan 721 =−++ xx
5. Sketsalah gambar pada persamaan 1−−= xxy .
6. Tunjukkan bahwa jika R∈cba ,, maka { } ( )bababa −++=21,max dan
{ } ( )bababa −−+=21,min
7. Tunjukkan bahwa jika R∈cba ,, maka { } { }{ }cbacba ,,minmin,,min = .
40
2.3. Sifat Kelengkapan pada R
Definisi 2.3.1 Misalkan E ⊆ R. E disebut terbatas di atas (bounded above) jika terdapat
v ∈ R sehingga x ≤ v untuk semua x ∈ E, dan v disebut batas atas (upper bound) untuk
E. E disebut terbatas di bawah (bounded below) jika terdapat u ∈ R sehingga u ≤ x
untuk semua x ∈ E, dan u disebut batas bawah (lower bound) untuk E. E disebut
terbatas (bounded) jika terbatas di atas dan terbatas di bawah.
Contoh 2.3.2
a. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Himpunan A terbatas di atas karena a ≤ 8, untuk
semua a ∈ A. Himpunan A juga terbatas di bawah karena 0 ≤ a, untuk semua
a ∈ A. Semua bilangan real v ≥ 6 merupakan batas atas untuk A, dan semua bilangan
real u ≤ 1 merupakan batas bawah untuk A. Jadi, himpunan A adalah terbatas.
b. Himpunan bilangan asli N = {1, 2, 3, 4, …} terbatas di bawah dan 1 merupakan
batas bawah, tetapi tidak terbatas di atas. Jika diberikan v ∈ R, maka terdapat n ∈
N sehingga n > v.
c. Himpunan E = {1, ...} ,41 ,
31 ,
21 = {
n1⏐ n ∈ N } terbatas di atas oleh sebarang
bilangan real v ≥ 1 dan terbatas di bawah oleh sebarang bilangan real u ≤ 0. Batas atas
terkecil adalah 1 dan batas bawah terbesar adalah 0.
d. Himpunan kosong, yaitu 0/ , terbatas di atas dan terbatas di bawah oleh semua bilangan
x ∈ R. Dengan demikian, 0/ tidak mempunyai batas atas terkecil dan batas bawah
terbesar.
Definisi 2.3.3 Misalkan E ⊆ R, E ≠ , dan terbatas di atas. v ∈ R disebut batas
atas terkecil (supremum) dari E jika
0/
(1). x ≤ v, untuk semua x ∈ E.
(2). v ≤ s, untuk semua s batas atas dari E.
41
Definisi di atas menyatakan bahwa agar v ∈ R menjadi supremum dari E maka
(1) v haruslah batas atas dari E, dan (2) v selalu kurang dari batas atas yang lain di E.
Definisi 2.3.4 Misalkan E ⊆ R, E ≠ , dan terbatas di atas. u ∈ R disebut batas
bawah terbesar (infimum) dari E jika
0/
(1). u ≤ x, untuk semua x ∈ E.
(2). s ≤ u, untuk semua s batas bawah dari E.
Definisi di atas menyatakan bahwa agar u ∈ R menjadi infimum dari E maka
(1) u haruslah batas bawah dari E, dan (2) u selalu lebih dari batas bawah yang lain
di E.
Suatu himpunan paling banyak mempunyai satu supremum atau infimum. Jika
supremum dan infimum dari suatu himpunan E ada, maka masing-masing
dinotasikan
sup E dan inf E.
Teorema 2.3.5 Misalkan E ⊆ R, E ≠ , dan terbatas di atas. v batas atas dari E adalah
supremum jika dan hanya jika untuk setiap w ∈ R dengan w < v maka w bukan batas atas
dari E.
0/
Teorema 2.3.6 Misalkan E ⊆ R, E ≠ , dan terbatas di atas. v batas atas dari E adalah
supremum jika dan hanya jika untuk setiap w∈R dengan w<v terdapat x∈E sehingga w < x.
0/
Teorema 2.3.7 Misalkan E ⊆ R, E ≠ , dan terbatas di atas. v batas atas dari E adalah
supremum jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 ada x ∈ E sehingga v - ε < x.
0/
Berikut ini akan disajikan suatu sifat yang berlaku pada R berkaitan dengan
supremum. Sifat ini sangat penting dalam R dan akan banyak digunakan dalam
pembahasan selanjutnya. Sifat yang dinyatakan dalam teorema berikut ini sering
juga disebut dengan sifat kelengkapan pada R.
Aksioma Sifat Supremum pada R
Setiap himpunan tak kosong di R dan terbatas di atas mempunyai
supremum.
42
Teorema 2.3.8 Setiap himpunan tak kosong di R dan terbatas di bawah mempunyai
infimum.
Bukti: Misalkan E ⊆ R, E ≠ , dan terbatas di bawah. Definisikan 0/
S = {-x ⏐ x ∈ E}.
Jika u batas bawah dari E, maka
u ≤ x, untuk semua x ∈ E.
Diperoleh
-x ≤ -u, untuk semua x ∈ E.
Jadi (-u) adalah batas atas dari S. Karena S tidak kosong dan terbatas di atas, maka S
mempunyai supremum. Jika v adalah supremum dari S, maka (-v) adalah infimum
dari E.
Teorema 2.3.9 (Sifat Archimedes) Jika x∈R, maka terdapat bilangan asli n ∈ N sehingga
x <n.
Bukti: Misalkan x ∈ R, dan andaikan tidak ada n ∈ N sehingga x < n.
Berarti, untuk semua n ∈ N berlaku n ≤ x. Jadi, N terbatas di atas oleh x.
Karena N ≠ dan terbatas di atas maka N mempunyai supremum, katakan
v ∈ R. Karena v – 1 < v, maka ada m ∈ N sehingga v – 1 < m. Diperoleh
v < m + 1. Karena m + 1 ∈ N, berarti v bukan batas atas dari N. Kontradiksi
dengan v supremum dari N. Terbukti terdapat bilangan asli n ∈ N sehingga
x < n. ◘
0/
Teorema 2.3.10 Misalkan x, y ∈ R, x > 0 dan y > 0. Maka
(a) Ada n ∈ N sehingga x < ny.
(b) Ada n ∈ N sehingga 0 < n1 < y.
(c) Ada n ∈ N sehingga n – 1 < x < n.
43
yxBukti: (a) Karena x > 0 dan y > 0, maka > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka
ada n ∈ N sehingga
yx < n.
Diperoleh
x < ny.
Bagian (b) dan (c) diserahkan sebagai latihan. ◘
Teorema 2.3.11 (Sifat Kepadatan pada R) Misalkan x, y ∈ R, dengan x < y. Maka
ada bilangan rasional r sehingga
x < r < y.
Bukti: Tanpa mengurangi sifat keumuman, misalkan x > 0. Karena y – x > 0,
maka terdapat n ∈ N sehingga
xy −1 < n.
Diperoleh
ny – nx > 1
atau
ny > nx + 1.
Karena nx > 0, maka, terdapat m ∈ N maka
m – 1 < nx < m,
sehingga
m < nx + 1.
Jadi diperoleh
m < ny.
Jadi nx < m < ny, dan dengan mengambil r = nm diperoleh x < r < y. ◘
44
Teorema 2.3.12 Misalkan x, y ∈ R, dengan x < y, maka ada bilangan irrasional p
sehingga
x < p < y.
Latihan 2.3.
1. Misalkan { }0: >∈= xxP R , Apakah P mempunyai batas bawah, batas atas
dan )sup(),inf( PP ada? Buktikan pernyataan anda.
2. Misalkan ( )⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
∈−
−= Nnn
Xn
:11 , carilah )sup(),inf( XX .
3. Misalkan 0/≠⊆ RS . Tunjukkan bahwa R∈u merupakan batas atas S jika
dan hanya jika R∈t dan ut > berakibat R∉t .
4. Tunjukkan jika A dan B terbatas pada subset R maka BA ∪ himpunan
tebatas dan ( ) { }BABA sup,supsupsup =∪ .
5. Misalkan 0/≠⊆ RS dan andaikan bahwa ss sup* = dengan Ss ∈* jika Su∉
tunjukkan bahwa { }( ) { }usuS ,supsup *=∪ .
6. Tunjukkan bahwa 1:11sup =⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ ∈− Nn
n.
7. Jika ,,:11⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ ∈−= Nmn
mnS carilah Sinf dan Ssup .
8. Misalkan 0/≠S dan S terbatas di R jika a > 0 dan { }SsasaS ∈= : , buktikan
= dan ( ) Sa infaSinf ( ) SaaS supsup = .
9. Misalkan 0/≠X dan R→Xf : terbatas di R. Jika R∈a , tunjukkan
( ){ } ( ){ }XxxfaXxxfa ∈+=∈+ :sup:sup .
10. Misalkan R⊆B dan terbatas pada R, jika A, { }BbAabaBA ∈∈+=+ ,:
buktikan ( ) BABA supsupsup +=+ dan ( ) ( ) ( )BABA infinfinf +=+ .
45
2.4 . Interval dan Titik Cluster
Sesuai sifat urutan pada R, akan didefinisikan beberapa himpunan bagian dari
R yang disebut interval.
Misalkan a, b ∈ R, dengan a < b.
Interval buka (a, b) didefinisikan dengan
(a, b) = { x ∈ R ⏐a < x < b}.
Interval tutup [a, b] didefinisikan dengan
[a, b] = { x ∈ R ⏐a ≤ x ≤ b}.
Interval setengah buka (setengah tutup) didefinisikan dengan
[a, b) = { x ∈ R ⏐a ≤ x < b}
(a, b] = { x ∈ R ⏐a < x ≤ b}.
Interval buka takberhingga (sinar buka) didefinisikan dengan
(a, ∞) = { x ∈ R ⏐a < x}
(-∞, a) = { x ∈ R ⏐x < a}
Interval tutup takberhingga (sinar tutup) didefinisikan dengan
[a, ∞) = { x ∈ R ⏐a ≤ x}
(-∞, a] = { x ∈ R ⏐x ≤ a}
Sesuai definisi, maka
(a, a) = 0/
Dan [a, a] = {a}. Interval buka, tutup, dan setengah buka (setengah tutup) adalah
interval terbatas, sedangkan sinar buka dan sinar tutup adalah interval takterbatas
(unbounded).
Definisi 2.4.1 Interval In, n ∈ N disebut interval bersarang (nested interval) jika
I1 ⊇ I2 ⊇ I3 ⊇ … ⊇ In ⊇ In + 1 ⊇ …
Sebagai contoh, jika
In = [0, n1 ],
46
n ∈ N maka
In ⊇ In + 1
untuk masing-masing n ∈ N. Dengan demikian, maka
In = [0, n1 ],
n ∈ N adalah interval bersarang. Interval
Jn = [-n1 ,
n1 ],
n ∈ N juga merupakan interval bersarang.
Definisi 2.4.2 Misalkan S ⊆ R. x ∈ R disebut titik cluster atau titik limit dari S
jika masing-masing lingkungan-ε dari x memuat y ∈ S dengan x ≠ y. x∈S yang bukan
titik cluster disebut titik terisolasi di S.
Pada definisi titik limit atau titik cluster, tidak diharuskan bahwa x adalah unsur
di S. Sesuai definisi, x ∈ R adalah titik limit dari S jika
Vε(x) ∩ S\{x} ≠ , 0/
untuk setiap ε > 0. Berdasarkan definisi, dapat juga dinyatakan bahwa x ∈ S adalah
titik terisolasi jika terdapat ε > 0 sehingga
Vε(x) ∩ S = {x}.
Contoh 2.4.3
(a) Jika S adalah interval buka (0, 1), maka semua titik pada interval tutup [0, 1] adalah
titik limit dari S. Perhatikan bahwa 0 dan 1 bukan titik di S.
(b) Semua singleton, yaitu himpunan yang hanya memuat satu unsur, tidak mempunyai titik
limit.
(c) Sebarang himpunan berhingga tidak mempunyai titik limit. Himpunan bilangan asli N
tidak mempunyai titik limit meskipun N adalah himpunan takberhingga.
(d) Himpunan S = {n1 ⏐n ∈ N} mempunyai satu titik limit, yaitu 0. ☻
47
Teorema 2.4.4 Misalkan S ⊆ R. Jika x ∈ R adalah titik limit dari S maka setiap
lingkungan dari x memuat sejumlah takberhingga titik di S.
Latihan 2.4.
1. jika 0/≠⊆ RS , tujukkan bahwa S terbatas jika dan hanya jika terdapat
interval tertutup dan terbatas I sehingga IS ⊆ .
2. misalkan ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
nIn
1,0 untuk Nn∈ . Buktikan { }I∞
=
=1
0n
nI
3. misalkan ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
nJn
1,0 untuk Nn∈ . Buktikan I . ∞
=
/=1
0n
nJ
2.5 . Himpunan Buka dan Tutup di R
Definisi 2.5.1 Misalkan E ⊆ R. p ∈ E disebut titik interior dari E jika terdapat
lingkungan V dari p sehingga V ⊆ E. Himpunan semua titik interior dari E
dinotasikan dengan int(E), dan disebut interior dari E.
Perlu diingat kembali bahwa lingkungan V dari titik p adalah himpunan yang
memuat Vε(p), untuk suatu ε > 0. Dengan demikian, dapat dikatakan p ∈ E adalah
titik interior dari E jika terdapat ε > 0 sehingga
Vε(p) ⊆ E.
Sebagai contoh, misalkan E = (a, b] dengan a < b. Setiap titik p sehingga
a < p < b adalah titik interior dari E. Titik b bukan titik interior karena untuk setiap
ε > 0, maka
Vε(b) = (b - ε, b + ε)
memuat titik yang bukan anggota E.
Definisi 2.5.2. Misalkan E ⊆ R. E disebut himpunan buka di R jika semua titik
di E adalah titik interior dari E. E disebut himpunan tutup di R jika Ec = R\E
adalah himpunan buka.
Sebagai contoh, interval terbuka (a, b) di R adalah himpunan buka di R.
Himpunan bilangan real R adalah himpunan buka dan himpunan kosong adalah 0/
48
himpunan buka di R. Berikut ini disajikan teorema yang buktinya diberikan sebagai
latihan.
Teorema 2.5.3 Setiap interval buka di R adalah himpunan buka di R.
Teorema 2.5.4
(a) Gabungan sejumlah takberhingga himpunan buka di R adalah himpunan buka.
(b) Irisan sejumlah berhingga himpunan buka di R adalah himpunan buka.
Teorema 2.5.5
(a) Gabungan sejumlah berhingga himpunan tutup di R adalah himpunan tutup.
(b) Irisan sejumlah takberhingga himpunan tutup di R adalah himpunan tutup.
Teorema 2.5.6 F himpunan bagian dari R adalah tutup jika dan hanya jika F memuat
semua titik limitnya.
Latihan 2.5.
1. Tunjukkan bahwa interval ( )∞,a dan ( )a,∞− adalah himpunan terbuka
2. Tunjukkan bahwa interval ( )∞,b dan ( )b,∞− adalah himpunan tertutup
3. Tunjukkan bahwa bilangan N tertutup di R.
4. Dalam topologi garis pada {0,1, .},........., 51
31 apakah 0 merupakan :
• Titik Kumpul ? Jelaskan alasan. • Titik interior ? Jelaskan alasan.
2.6 . Himpunan Takhingga
Untuk n ∈ N, didefinisikan Nn = {1, 2, 3, …, n}. Sebagai contoh, N10 = {1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} dan N100 = {1, 2, 3, …, 100}.
Definisi 2.6.1 Misalkan A dan B adalah himpunan. Himpunan A dikatakan
ekivalen dengan B, ditulis A≈ B, jika ada bijeksi dari A ke B.
Konsep ekivalen memenuhi sifat-sifat berikut.
1) A ≈ A, (sifat refleksif)
2) Jika A ≈ B, maka B ≈ A, (sifat simetris)
3) Jika A ≈ B dan B ≈ C, maka A ≈ C, (sifat transitif)
49
Sebagai contoh, misalkan
A = {1, 2, 3, 4, …, 25}
dan
B = {2, 4, 6, 8, …, 50}.
Maka fungsi f dengan domain A dan kodomain B dengan f(x) = 2x, untuk
setiap x ∈ A adalah fungsi bijeksi. Dengan demikian, maka A ≈ B.
Definisi 2.6.2 Misalkan A himpunan.
(1) A disebut finit (berhingga) jika A = 0/ atau A ≈ Nn, untuk suatu n ∈ N. Selain itu
A disebut infinit (takberhingga).
(2) A disebut denumerable (enumerable) jika A ≈ N.
(3) A disebut countable jika A finite atau A denumerable.
Sebagai contoh misalkan S ={12, 22, 32, …}. Maka fungsi f(n) = n2 adalah
fungsi satu-satu dari S pada N. Jadi S ≈ N dan dengan demikian S countable.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa himpunan bilangan bulat Z adalah countable.
Untuk menunjukkan bahwa N ≈ Z, dapat juga dilakukan dengan menunjukkan
bahwa Z ≈ N. Definisikan fungsi f dari Z ke N dengan
⎪⎪⎩
⎪⎪⎨
⎧
−−
= ganjil)( ,
2)1(
genap)( , 2
)(
nn
nn
xf
Maka fungsi f adalah bijeksi dari Z ke N. Dengan demikian, maka Z ≈ N. Jadi Z
adalah countable.
Definisi 2.6.3 Misalkan A adalah himpunan. Barisan di A adalah fungsi f dari N
ke A. Untuk masing-masing n∈N, misalkan xn = f(n). Maka xn disebut suku ke-n
dari barisan f.
Untuk lebih jelasnya, barisan dinotasikan dengan
( )∞=1nnx atau (xn) atau (xn ⏐ n ∈ N)
50
daripada menggunakan notasi f. Perlu dibedakan antara notasi barisan (xn ⏐ n ∈ N)
dengan notasi {xn ⏐ n ∈ N} yang menyatakan range dari barisan. Sebagai contoh
(1 – (-1)n) menyatakan barisan f dengan
f(n) = xn = 1 – (-1)n.
Di sisi lain,
{1 – (-1)n⎮ n ∈ N} = { 2, 0}.
Sesuai definisi, himpunan A dikatakan denumerable jika terdapat fungsi
bijeksi f dari N pada A. Jadi,
A = Rf = {xn ⏐ n ∈ N}.
Barisan f ini disebut enumerasi dari himpunan A, yakni {xn ⏐ n ∈ N} dengan
xn ≠ xm jika n ≠ m.
Berikut ini disajikan beberapa teorema, yang buktinya diserahkan kepada
pembaca sebagai latihan.
Teorema 2.6.4 Sebarang himpunan bagian dari himpunan berhingga adalah berhingga.
Teorema 2.6.5 Sebarang himpunan bagian takberhingga dari himpunan denumerable
adalah denumerable.
Teorema 2.6.6 Jika f adalah fungsi dari N pada A, maka A adalah countable.
Teorema 2.6.7 Gabungan sejumlah berhingga himpunan berhingga adalah berhingga.
Teorema 2.6.8 Gabungan sejumlah takberhingga himpunan countable adalah
countable.
Teorema 2.6.9 Himpunan bilangan rasional Q adalah countable.
Bukti: Untuk masing-masing m ∈ N, misalkan
Em = {mn⎢n ∈ Z}.
Maka Em, adalah countable, maka
Q = U∞
=1mmE
adalah countable. ◘
51
Meskipun himpunan bilangan rasional Q adalah countable, himpunan bilangan
real R tidak countable. Untuk menunjukkan bahwa R uncountable, cukup
ditunjukkan bahwa interval tertutup [0, 1] adalah uncountable. Perlu diketahui
bahwa setiap x ∈ [0, 1] dapat dinyatakan sebagai bilangan decimal
x = 0, a1a2a3a4…
dengan
an ∈ {0, 1, 2, 3, .., 9}.
Teorema 2.6.10 Interval tertutup [0, 1] adalah uncountable.
Bukti: Karena terdapat sejumlah takhingga bilangan rasional dalam interval [0,
1], maka [0, 1] adalah takberhingga. Dengan demikian cukup ditunjukkan
bahwa [0, 1] adalah tidak denumerable. Andaikan [0, 1] adalah denumerable.
Misalkan x1, x2, x3, x4, … adalah enumerasi dari [0, 1]. Maka
x1 = 0, a11a12a13a14…
x2 = 0, a21a22a23a24…
x3 = 0, a31a32a33a34…
x4 = 0, a41a42a43a44…
M
Definisikan y = 0, y1y2y3y4…. sebagai berikut.
y1 = 3, jika a11 ≥ 5 dan y1 = 7, jika a11 < 5.
y2 = 3, jika a22 ≥ 5 dan y2 = 7, jika a22 < 5.
y3 = 3, jika a33 ≥ 5 dan y3 = 7, jika a33 < 5.
M
Maka y ∈ [0, 1] tetapi y ≠ xn, untuk setiap n ∈ N. Kontradiksi dengan
x1, x2, x3, x4, …
sebagai enumerasi dari [0, 1]. Disimpulkan bahwa [0, 1] tidak denumerable. Dengan
demikian, maka [0, 1] adalah uncountable. ◘
Karena interval tertutup [0, 1] adalah uncountable, maka R uncountable. Fakta
bahwa R uncountable membawa implikasi bahwa R\Q juga uncountable. Jika
52
R\Q countable, dan diketahui bahwa Q countable, maka akan diperoleh R
countable. Hal ini tidak mungkin karena R uncountable.
Latihan 2.6.
1. Buktikan jika S dan T denurable maka TS ∪ denurabel.
2. Buktikan jika himpunan T1 denurabel jika dan hanya jika terdapat suatu fungsi
bijeksi dari T1 surjektif himpunan T2.
3. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan jika himpunan S
mempunyai n anggota maka P(S) mempunyai 2n anggota
53
3 BARISAN
BILANGAN REAL
54
3.1. Barisan Bilangan Real
Definisi 3.1.1 Barisan bilangan real (atau barisan di R) adalah suatu fungsi dari
himpunan bilangan asli N ke himpunan bilangan real R.
Contoh 3.1.2 Diberikan fungsi X : N → R yang didefinisikan dengan X(n) = n, n ∈ N.
Maka X adalah barisan di R. Demikian juga, fungsi Y : N → R yang didefinisikan dengan
Y(n) = n1 , n ∈ N.
adalah barisan di R.☻
Berdasarkan Definisi 3.1.1 dapat pula dinyatakan bahwa barisan di R
memasangkan masing-masing bilangan asli n ∈ N dengan bilangan real tertentu dan
tunggal. Bilangan real yang diperolah disebut dengan unsur barisan, nilai barisan,
atau suku barisan. Bilangan real yang dipasangkan dengan n ∈ N biasanya
dinotasikan dengan xn, an, atau zn.
Jika X : N → R adalah barisan, maka unsur ke n dari X dinotasikan dengan xn,
tidak dinotasikan dengan X(n). Sedangkan barisan itu sendiri dinotasikan dengan
X, (xn), atau (xn ⏐n ∈ N). Barisan X dan Y pada Contoh 3.1, masing-masing dapat
dinotasikan dengan
X = (n ⏐n ∈ N) dan Y = (n1 ⏐ n ∈ N).
Penggunaan tanda kurung ini akan membedakan antara barisan X = (xn ⏐n ∈ N)
dengan himpunan {xn ⏐n ∈ N}. Sebagai contoh X = ((-1)n ⏐n ∈ N) adalah barisan
yang unsur-unsurnya selang-seling antara -1 dan 1, sedangkan {(-1)n ⏐n ∈ N}
adalah himpunan yang unsur-unsurnya adalah -1 dan 1, yaitu {-1, 1}.
Dalam mendefinisikan barisan, kadang ditulis secara berurutan unsur-unsur
dalam barisan, sampai rumus untuk barisan tersebut nampak. Perhatikan beberapa
contoh barikut.
Contoh 3.1.3 Barisan X = ( 2, 4, 6, 8, 10, …, 2n, …) menyatakan barisan bilangan
asli genap. Sedangkan salah satu rumus umumnya adalah
X = (2n ⎟ n ∈ N).
Barisan
Y : ( .... ,41 ,
31 ,
21 1, ,
n1 ,…)
menyatakan barisan yang salah satu rumus umumnya adalah
Y : (n1 ⎟ n ∈ N). ☻
Kadang kala, rumus umum suatu barisan dinyatakan secara rekursif, yaitu
ditetapkan unsur x1 dan rumus untuk xn + 1 (n ≥ 1) setelah xn diketahui.
Sebagai contoh barisan bilangan bulat genap positif dapat dinyatakan dengan rumus
x1 = 2, xn + 1 = xn + 2, (n ≥ 1)
atau dengan rumus
x1 = 2, xn + 1 = x1 + xn, (n ≥ 1).
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh barisan
Contoh 3.1.4
a. Jika b ∈ R, maka barisan B = (b, b, b, b, …, b, …) yang semua unsurnya adalah b
disebut barisan konstan b. Jadi, barisan konstan 1 adalah barisan
(1, 1, 1, 1, …, 1, …)
sedangkan barisan konstan 0 adalah barisan
55
56
(0, 0, 0, 0, …, 0, …).
b. Barisan kuadrat bilangan asli adalah barisan
S = (n2 ⎟ n ∈ N)
= (12, 22, 32, 42, …, n2, …).
Barisan ini sama dengan barisan (1, 4, 9, 16, …, n2, …)
c. Jika a ∈ N, maka barisan A = (an ⎟ n ∈ N) adalah barisan
A = (a, a2, a3, a4, …, an, …).
Jadi jika a = 2, maka
A = (2, 4, 8, 16, …, 2n, …).
d. Barisan Fibonacci F = (fn ⎟ n ∈ N) dinyatakan secara rekursif dengan
f1 = 1, f2 = 2,
fn + 1 = fn – 1 + fn , (n ≥ 2).
Sepuluh suku pertama barisan Fibonacci adalah
F = (1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, …). ☻
Sekarang akan diperkenalkan suatu cara yang penting dalam membuat barisan
baru dari barisan yang telah diketahui.
Definisi 3.1.5 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real. Jumlah dari
barisan X dan Y, dinotasikan dengan X + Y, adalah barisan yang didefinisikan dengan
X + Y = (xn + yn ⎟ n ∈ N).
Contoh 3.1.6 Misalkan X = (n + 1 ⎟ n ∈ N) dan Y = (2n ⎟ n ∈ N) Maka
X + Y = (3n + 1 ⎟ n ∈ N). ☻
Definisi 3.1.7 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real. Selisih dari
barisan X dan Y, dinotasikan dengan X - Y, adalah barisan yang didefinisikan dengan
X - Y = (xn - yn ⎟ n ∈ N).
Contoh 3.1.8 Misalkan X = (n + 1 ⎟ n ∈ N) dan Y = (2n ⎟ n ∈ N) Maka
X - Y = (-n + 1 ⎟ n ∈ N). ☻
Definisi 3.1.9 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real. Perkalian
dari barisan X dan Y, dinotasikan dengan XY, adalah barisan yang didefinisikan dengan
XY = (xnyn ⏐n ∈ N).
Contoh 3.1.10 Misalkan X = (n + 1 ⎟ n ∈ N) dan Y = (2n ⎟ n ∈ N)
Maka XY = (2n2 + 2n ⏐n ∈ N). ☻
Definisi 3.1.11 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real dan c ∈ R. Kelipatan c
dari barisan X, dinotasikan dengan cX, adalah barisan yang didefinisikan dengan
cX = (cxn ⏐n ∈ N).
Contoh 3.1.12 Misalkan X = (n + 1 ⏐n ∈ N) dan c = -2. Maka
cX = -2X = (-2(n + 1) ⏐n ∈ N). ☻
Definisi 3.1.13 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real, dengan yn ≠
0, untuk semua n ∈ N. Pembagian dari barisan X dengan Y, dinotasikan dengan YX ,
adalah barisan yang didefinisikan dengan
n
n
yx
YX (= ⏐ n ∈ N).
Contoh 3.1.14 Misalkan X = (n + 1 ⏐n ∈ N) dan Y = (2n ⏐n ∈ N) Maka
YX = (
nn2
1+⏐n ∈ N). ☻
Jika
Z = (1 + (-1)n ⏐n ∈ N) = (0, 2, 0, 2, 0, …, 1 + (-1)n, …),
maka ZX tidak terdefinisi karena ada unsur di Z yang sama dengan 0.
57
Latihan 3.1
1. Tentukan lima suku pertama, suku ke –10, suku ke-50 dan suku ke-100 dari
barisan-barisan berikut
a. (xn) = (1 + (-1)n)
b. (xn) = ()1(
1+nn
)
c. x1 = 1, xn + 1 = 3xn + 1. (n > 1)
2. Tentukan suatu rumus untuk barisan-barisan berikut.
a. X = (5, 7, 9, 11, …)
b. Y = ( 21 ,
41
− , 81 ,
161
− , …)
c. Z = ( ... ,54 ,
43 ,
32 ,
21 )
3. Misalkan X, Y, dan Z barisan pada soal 2. Tentukankan rumus untuk X +
Y, Z – Y, YZ, 2Y dan YX dan tentukan pula 4 suku pertama.
4. Untuk setiap R∈b , Buktikan bahwa 0lim =⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
nb .
5. Misalkan ( )1ln1+
=n
xn untuk Nn∈ , tunjukkan bahwa ( ) 0 . lim =nx
6. Buktikan bahwa jika ( ) xxn = dan jika 0>lim x maka terdapat bilangan
asli M sedemikian sehingga 0>nx untuk setiap .Mn ≥
7. Misalkan R∈b memenuhi 10 << b , tunjukkan bahwa ( ) 0 . lim =nnb
8. Jika ( ) xxn =lim >0, tujukkan terdapat bilangan asli K sedemiokian
sehingga jika Kn ≥ , maka .221 xxx n <<
58
3.2. Barisan Konvergen
Definisi 3.2.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Suatu bilangan real x
dikatakan limit dari X, jika untuk masing-masing lingkungan V dari x terdapat suatu
bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka xn adalah anggota V. Jika x adalah limit
dari X, maka dikatakan X konvergen ke x (atau X mempunyai limit x). Jika suatu barisan
mempunyai limit, maka barisan itu dikatakan konvergen. Jika tidak mempunyai limit,
barisan itu dikatakan divergen. Jika barisan bilangan real X = (xn) mempunyai limit x ∈
R, maka sering ditulis
x = lim X, x = lim (xn), atau x = (xn). ∞→n
lim
Kadangkala digunakan simbol xn → x untuk menyatakan X = (xn) konvergen ke x.
Dengan demikian dapat dinyatakan
xn → x ⇔ ∀ V(x) ∃ K ∈ N ∋ xn ∈ V(x), n ≥ K
Teorema 3.2.2 (Ketunggalan Limit) Barisan bilangan real dapat memiliki paling
banyak satu limit.
Bukti: Misalkan X = (xn) barisan bilangan real. Andaikan X mempunyai lebih dari
satu limit. Misalkan x’ dan x” adalah limit dari X, dengan x’ ≠ x”. Misalkan V’
lingkungan dari x’ dan V” adalah lingkungan dari x”, dengan
V’ ∩ V” = . 0/
Karena x’ limit dari X maka ada bilangan asli K’ sehingga jika n ≥ K’ maka
xn ∈ V’.Karena x” limit dari X maka ada bilangan asli K” sehingga jika n ≥ K” maka
xn ∈ V”. Pilih K = sup {K’, K”}. Maka K ≥ K’ sehingga xK ∈ V’ dan K ≥ K”
sehingga xK ∈ V”. Berarti
xK ∈ V’ ∩ V”.
Hal ini kontradiksi dengan
V’ ∩ V” = . 0/
Berarti pengandaian salah. Terbukti bahwa X dapat mempunyai tidak lebih dari
satu limit. ◘
59
60
Teorema ini menyatakan bahwa jika suatu barisan bilangan real mempunyai
limit, maka limit barisan tersebut adalah tunggal.
Pada pendefinisian limit suatu barisan bilangan real, masih digunakan istilah
lingkungan. Dengan demikian, masih dirasa sulit untuk menunjukkan bahwa suatu
barisan bilangan real adalah konvergen. Berikut akan diberikan suatu teorema yang
ekivalen dengan definisi limit barisan. Teorema ini akan mempermudah untuk
menunjukkan bahwa suatu barisan bilangan real adalah konvergen atau divergen.
Teorema 3.2.3 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real dan x ∈ R. Pernyataan-
pernyataan berikut adalah ekivalen.
a. X konvergen ke x
b. Untuk setiap Vε lingkungan-ε dari x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥
K, maka xn adalah anggota Vε.
c. Untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka
x - ε < xn < x + ε.
d. Untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka
⏐xn - x ⏐ < ε.
Bukti: (a ⇒ b) Diketahui X konvergen ke x. Ambil sebarang Vε lingkungan-ε
dari x. Karena Vε adalah lingkungan dari x, sesuai Definisi 2.1.1, maka terdapat
bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka xn adalah anggota V. Karena Vε
sebarang lingkungan-ε dari x terbukti bahwa untuk setiap Vε lingkungan-ε dari x
terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka xn adalah anggota Vε.
(b ⇒ c) Ambil sebarang ε > 0. Misalkan Vε adalah lingkungan-ε dari x. Berarti
ada bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka xn ∈ Vε. xn ∈ Vε berarti
x - ε < xn < x + ε.
Karena ε > 0 diambil sebarang berarti untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli K
sehingga untuk semua n ≥ K, maka
x - ε < xn < x + ε.
61
(c ⇒ d) Ambil sebarang ε > 0. Berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua n
≥ K, maka xn ∈ Vε. Karena xn ∈ Vε berarti
x - ε < xn < x + ε.
Karena x - ε < xn < x + ε maka
⏐xn - x ⏐ < ε.
Karena ε > 0 diambil sebarang berarti untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli K
sehingga untuk semua n ≥ K, maka
⏐xn - x ⏐ < ε.
(d ⇒ a) Misalkan V sebarang lingkungan dari x. Sesuai definisi lingkungan, berarti
ada ε > 0 sehingga
Vε = (x - ε, x + ε) ⊆ V.
Karena ε > 0, berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka
⏐xn - x ⏐ < ε.
Sehingga
⏐xn - x ⏐ < ε
berarti
x - ε < xn < x + ε.
Berarti bahwa untuk semua n ≥ K, maka
x - ε < xn < x + ε.
Jadi xn ∈ Vε. Karena
Vε = (x - ε, x + ε) ⊆ V,
berarti n ≥ K, maka xn ∈ V. Berarti untuk V lingkungan dari x terdapat bilangan
asli K sehingga untuk semua n ≥ K, maka xn ∈ V. Karena V diambil sebarang
berarti untuk setiap lingkungan V dari x terdapat suatu bilangan asli K sehingga
untuk semua n ≥ K, maka xn adalah anggota V. Sesuai definisi berarti X konergen
ke x. ◘
Contoh 3.2.4 Tunjukkan bahwa lim (n1 ) = 0. Untuk menunjukkan hal ini, ambil
sebarang ε > 0. Maka ε1 > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka terdapat bilangan asli K
dengan K > ε1 . Berarti untuk setiap bilangan asli n dengan n ≥ K maka diperoleh n >
ε1 Jadi
n1 < ε. Berarti untuk jika n ≥ K maka
01−
n =
n1 < ε.
Karena ε > 0 diambil sebarang, berarti untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli K sehingga
untuk semua n ≥ K maka
01−
n =
n1 < ε. ☻
Contoh 3.2.5 Tunjukkan bahwa barisan X = (1 + (-1)n ⏐n ∈ N) tidak konvergen ke 0.
Untuk menunjukkan bahwa X tidak konvergen ke 0, maka perlu ditemukan suatu ε > 0
tetapi tidak ada bilangan asli K, sehingga berlaku ⏐xn - 0⏐ < ε, jika n ≥ K Pilih ε = 1 > 0,
berapapun nilai K dipilih, maka akan ada n bilangan asli genap dengan n ≥ K. Karena n
genap, maka xn = 2. Hal ini berarti bahwa
⏐xn - 0⏐= ⏐2 - 0⏐= 2 > 1 = ε
Hal ini berarti bahwa 0 bukan limit dari Z.
Latihan 3.2
1. Tunjukkan bahwa
a. lim ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+11
2n = 0
b. lim ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++
5213
nn =
23
62
2. Misalkan xn ≥ 0, untuk semua n ∈ N.
Buktikan bahwa jika lim (xn) = 0, maka lim ( nx ) = 0
3. Tunjukkan bahwa lim ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+−
111
nn = 0
4. Tunjukkan bahwa lim ( n31 ) = 0.
5. Apakah barisan konstan b konvergen? Jika ya, tunjukkan limitnya.
6. Untuk setiap R∈b , Buktikan bahwa 0lim =⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
nb
.
7. Misalkan ( )1ln1+
=n
xn untuk Nn∈ , tunjukkan bahwa ( ) 0 . lim =nx
8. Buktikan bahwa jika ( ) xxn =lim dan jika 0>x maka terdapat bilangan
asli M sedemikian sehingga 0>nx untuk setiap .Mn ≥
9. Misalkan R∈b memenuhi 10 << b , tunjukkan bahwa ( ) 0 . lim =nnb
10. Jika ( ) xxn =lim >0, tujukkan terdapat bilangan asli K sedemiokian
sehingga jika Kn ≥ , maka .221 xxx n <<
11. Tunjukkan jika 0>nx untuk setiap Nn∈ mak 0lim =nx jika dan jika
+∞=nx
1lim
12. Misalkan { }nx , { }ny untuk setiap Nn∈ barisan bilangan positif sehingga
0=lim⎠
⎜⎜⎝
⎛
n⎟⎟⎞n
yx tunjukkan jika +∞=nx maka lim +∞=ny . lim
13. Misalkan { }nx , { }ny untuk setiap Nn∈ barisan bilangan positif sehingga
0=lim⎠
⎜⎜⎝
⎛
n⎟⎟⎞n
yx , tunjukkan jika { }ny terbats maka 0lim =nx
63
14. Tunjukkan jika ,lim Lnan =⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ dimana L > 0, mka +∞=na . lim
3.3. Ekor Barisan
Definisi 3.3.1 Misalkan X = (x1, x2, x3, …, xn, …) adalah barisan bilangan real.
Ekor-M dari X adalah barisan XM yang didefinisikan dengan
XM = (xM + n ⏐n ∈ N) = ( xM + 1, xM + 2, xM + 3, …).
Berdasarkan definisi tersebut, maka jika p ∈ N, maka suku ke-p dari XM adalah
suku ke-(p + M) pada X. Jika q ∈ N dan q > M, maka suku ke-q dari X adalah suku
ke-(q – M) dari XM.
Contoh 3.3.2 Misalkan X = (2, 4, 6, 8, …, 2n, …). Maka ekor-3 dari X adalah
barisan (8, 10, 12, …, 2n + 6, …) Misalkan
Y = ( )... ,1
..., ,54 ,
32 ,
21
+nn .
Maka ekor-10 dari Y adalah barisan ( )... ,1110 ..., ,
1514 ,
1312 ,
1211
++
nn . ☻
Teorema 3.3.3 Misalkan X = (xn ⏐n ∈ N) adalah barisan bilangan real dan M ∈ N.
XM = (xM + n ⏐n ∈ N) ekor-M dari X adalah konvergen jika dan hanya jika X konvergen.
Bukti: (syarat cukup) Misalkan X konvergen ke x. Ambil ε > 0. Maka ada K ∈ N
sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xn – x ⏐< ε.
Pilih KM = K – M. Diperoleh, jika
m ≥ KM = K – M
maka suku ke-m pada XM adalah suku ke-(m + M) pada X. Karena m ≥ K – M,
maka m + M ≥ K. Diperoleh
⏐xm + M – x ⏐< ε.
64
65
Karena suku ke-(m + M) pada X adalah suku ke-m di XM , maka untuk semua m ≥
KM = K – M berlaku
⏐xm – x ⏐ < ε.
Jadi untuk setiap ε > 0, ada bilangan asli KM = K – M, sehingga untuk semua
m ≥ KM = K – M
berlaku
⏐xm – x ⏐ < ε.
Jadi XM juga konvergen ke x.
(Syarat Perlu) Misalkan XM konvergen ke x. Ambil ε > 0. Maka ada KM ∈ N
sehingga untuk semua m ≥ KM berlaku
⏐xm – x ⏐ < ε.
Pilih K = KM + M. Diperoleh, jika
n ≥ K = KM + M
maka suku ke-n pada X adalah suku ke-(n - M) pada XM. Karena n ≥ KM + M, maka
n - M ≥ KM. Diperoleh
⏐xn - M – x ⏐ < ε.
Karena suku ke-(n - M) pada XM adalah suku ke-n di X ,
maka untuk semua n ≥ K = KM + M berlaku
⏐xn – x ⏐ < ε.
Jadi untuk setiap ε > 0, ada bilangan asli K = KM + M, sehingga untuk semua n ≥ K
berlaku
⏐xn – x ⏐< ε.
Jadi X juga konvergen ke x. Berdasarkan pembuktian tersebut nampak bahwa lim
XM = lim X. ◘
Teorema 3.3.4 Misalkan A = (an) dan X = (xn) adalah barisan bilangan real dan x ∈ R.
Jika untuk suatu C ∈ R, C > 0, berlaku
⏐xn – x ⏐ ≤ C⏐an⏐, untuk semua n ∈ N
dan lim (an) = 0, maka lim (xn) = x.
Bukti: Ambil ε > 0. Karena C > 0, maka Cε > 0. Karena lim (an)= 0, maka ada K
∈ N sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐an – 0⏐= ⏐an⏐< Cε .
Jadi untuk semua n ≥ K, maka
⏐xn – x ⏐ ≤ C⏐an⏐< CCε = ε.
Jadi untuk setiap ε > 0, ada bilangan asli K, sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xm – x ⏐ < ε.
Jadi lim X = x. ◘
Contoh 3.3.5 Jika a > 0 maka lim (na+1
1 ) = 0. Untuk membuktikan akan
digunakan teorema di atas. Karena a > 0, maka 0 < na < 1 + na untuk semua n ∈ N. Jadi
diperoleh
0 < nana1
11
<+
.
Dengan demikian didapat
nana110
11
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛<−
+, untuk semua n ∈ N.
Karena
lim ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
n1 = 0,
maka dengan mengambil
C = a1 > 0
disimpulkan bahwa
66
lim na+1
1 = 0. ☻
Contoh 3.3.6 Jika 0 < b < 1, maka lim (bn) = 0. Karena 0 < b < 1, maka b dapat
ditulis b = a+1
1 , dengan a = 11−
b. Karena b < 1, maka 11
>b
.Jadi a > 0.
Dengan ketaksamaan Bernoulli, diperoleh (1 + a)n ≥ 1 + na. Berarti
na
na
na)(b n
n
11
11
10
<
+≤
+=<
, untuk semua n ∈ N.
Jadi ⎢bn – 0 ⎢= bn < na1 , untuk semua n ∈ N. Karena lim ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
n1 = 0, maka dengan
mengambil C = a1 > 0 disimpulkan bahwa lim (bn) = 0. ☻
Latihan 3.3.
1. Misalan X = (n1⏐n ∈ N). Tentukan suku ke-5, ke-10, dan ke-100 pada ekor-25
dari X!
2. Tunjukkan bahwa lim ( n21 ) = 0.
3. Misalkan setiap sub barisan pada { }nxX = mempunyai subbarisan yang
konvergen ke 0 tunjukkan lim X = 0.
4. Misalkan { }nx terbatas dan untuk setiap Nn∈ , jika { }nkxs kn ≥= :sup dan
{ }ns . Tunjukkan terdapat sub barisan S inf= { }nx konvergen ke S.
5. Misalkan 0≥nx untuk setiap Nn∈ , dan ( )( )nn x1lim − ada dan tunjukkan
{ }nx konvergen.
67
3.4. Teorema Limit
Definisi 3.4.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X dikatakan terbatas jika
terdapat bilangan real M > 0 sedemikian hingga
⎢xn ⎢≤ M, untuk semua n ∈ N.
Berdasarkan definisi, maka barisan X = (xn) terbatas jika dan hanya jika
himpunan {xn ⏐n ∈ N} terbatas
Contoh 3.4.2 Misalkan X = ((-1)n ⏐n ∈ N) = ( -1, 1, -1, 1, …). Maka X terbatas
sebab ada bilangan real 2 sehingga
⎢(-1)n ⎢≤ 2, untuk semua n ∈ N.
Misalkan Y = ( )... ,1
..., ,54 ,
32 ,
21
+nn . Y terbatas karena adalah bilangan real 1 sehingga
1+nn
≤ 2, untuk semua n ∈ N. ☻
Teorema 3.4.3 Barisan bilangan real yang konvergen adalah terbatas.
Bukti: Misalkan X = (xn ⏐n ∈ N) adalah barisan bilangan real dan lim xn = x. Pilih
ε = 1. Maka ada K ∈ N sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xn – x ⏐ < 1.
Dengan ketaksamaan segitiga diperoleh
⏐xn ⎢≤⏐x ⏐ + 1, untuk semua n ≥ K.
Pilih M = sup{⏐x1 ⎢, ⏐x2 ⎢, ⏐x3 ⎢, …, ⏐xK- 1 ⎢, ⏐x⏐ + 1}
Maka diperoleh bahwa
⎢xn ⎢≤ M, untuk semua n ∈ N.
Terbukti, jika X konvergen maka X terbatas. ◘
Teorema 3.4.4 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real yang masing
masing konvergen ke x dan y, dan misalkan c ∈ R. Maka
a. X + Y konvergen ke x + y
b. X – Y konvergen ke x – y
68
c. XY konvergen ke xy
d. cX konvergen ke cx
e. Jika Z = (zn) barisan bilangan real tak nol yang konvergen ke z ≠ 0, maka barisan
ZX konvergen ke
zx .
Bukti:
a. Ambil ε > 0 sebarang. Maka ada K1, K2 ∈ N sehingga untuk semua n ≥ K1
berlaku
⏐xn – x ⏐ < 2ε .
dan untuk semua n ≥ K2 berlaku
⏐yn – y ⏐ < 2ε
Pilih K = sup {K1, K2}. Maka, untuk n ≥ K diperoleh
εεεyyxxyxyx nnnn
=+<
−+−≤+−+
22
)()(
Karena ε > 0 diambil sebarang, maka disimpulkan bahwa X + Y konvergen ke
x + y.
b. Ambil ε > 0 sebarang. Maka ada K1, K2 ∈ N sehingga untuk semua n ≥ K1
berlaku
⏐xn – x ⏐ < 2ε .
dan untuk semua n ≥ K2 berlaku
⏐yn – y ⏐ < 2ε
Pilih K = sup {K1, K2}. Maka, untuk n ≥ K diperoleh
69
εεεyyxx
y-yxxyxyx
nn
nnnn
=+<
−+−=
+−≤−−−
22
)()(
Karena ε > 0 diambil sebarang, maka disimpulkan bahwa X - Y konvergen ke x - y.
c. Diketahui
)()( xyyxyxyxxyyx nnnnnn −+−=−
≤ )()( xxyyyx nnn −+−
= xxyyyx nnn −+− ,
untuk semua bilangan asli n. Karena X konvergen maka X terbatas. Jadi ada
bilangan real M1 > 0 sehingga ≤nx M1, untuk semua n ∈ N.
Pilih M = sup {M1, ⏐y⏐}. Diperoleh
xyyx nn − ≤ xxMyyM nn −+−
Ambil ε > 0 sebarang. Maka ada K1, K2 ∈ N sehingga untuk semua n ≥ K1
berlaku
⏐xn – x ⏐< M2ε .
dan untuk semua n ≥ K2 berlaku
⏐yn – y⏐< M2ε
Pilih K = sup {K1, K2}. Maka, untuk n ≥ K diperoleh
xyyx nn − ≤ xxMyyM nn −+−
< MM2ε
+ MM2ε = ε
Karena ε > 0 diambil sebarang, maka disimpulkan bahwa XY konvergen ke xy.
70
d. Misal Y = (c ⏐n ∈ N) = ( c, c, c, …, c, …). Maka Y merupakan barisan konstan c
yang konvergen ke y = c. Sesuai c, maka barisan YX konvergen ke yx. Jadi barisan
cX konvergen ke cx.
e. Akan ditunjukkan bahwa barisan Z1 konvergen ke
z1 . Misalkan a = z
21 , maka
a > 0. Karena lim (zn) = z, maka ada bilangan asli K1 sehingga untuk semua n ≥ K1
berlaku
⎢zn – z ⎢< a
Sesuai ketaksamaan segitiga diperoleh
-a < -⎢zn – z ⎢≤ ⎢zn⏐-⏐z ⎢, untuk semua n ≥ K1.
Sehingga diperoleh
z21 = ⏐z ⎢- a ≤ ⎢zn⏐, untuk semua n ≥ K1.
Jadi
nz1 <
z2 , untuk semua n ≥ K1.
Dengan demikian
zzz
zzzz
zzzz
zz
n
nn
n
n
n
−<
−=
−=−
22
1
11
.
Ambil ε > 0 sebarang. Maka ada K2 ∈ N sehingga untuk semua n ≥ K2 berlaku
⏐zn – z ⏐ < 2
21 zε .
71
Pilih K = sup{K1, K2}, maka untuk semua n ≥ K berlaku
ε<−zzn
11
Karena ε > 0 sebarang disimpulkan bahwa Z1 konvergen ke
z1 .
Dengan demikian, maka ZX = X
Z1 konvergen ke x
z1 =
zx . ◘
Teorema 3.4.5 Jika X = (xn) barisan bilangan real yang konvergen ke x dan xn ≥ 0, untuk
semua n ∈ N, maka x = lim (xn) ≥ 0.
Bukti: Andaikan x = lim (xn) < 0, maka –x > 0. Pilih ε = -x. Karena X konvergen
ke x, maka ada bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
x - ε < xn < x + ε.
Dengan demikian diperoleh
xK < x + ε = x + (-x) = 0.
Kontradiksi dengan yang diketahui bahwa xn ≥ 0, untuk semua n ∈ N. Terbukti x =
lim (xn) ≥ 0. ◘
Teorema 3.4.6 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real yang
konvergen dengan xn ≤ yn, untuk semua n ∈ N. Maka
lim (xn) ≤ lim (yn)
Bukti: Misalkan zn = yn – xn, untuk semua n ∈ N. Maka barisan Z = (zn) = Y – X
dan zn ≥ 0, untuk semua n ∈ N. Diperoleh
lim (yn) – lim (xn) = lim (zn) ≥ 0.
Terbukti bahwa lim (xn) ≤ lim (yn). ◘
Teorema 3.4.7 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real yang konvergen dengan a ≤
xn ≤ b, untuk semua n ∈ N. Maka
a ≤ lim (xn) ≤ b.
72
73
Bukti: Misalkan Y adalah barisan konstan b, yaitu (b, b, b, …, b, …). Maka
diperoleh
lim X ≤ lim Y = b.
Jadi, lim (xn) ≤ b. Misalkan Z adalah barisan konstan a, yaitu (a, a, a, …, a, …). Maka
diperoleh
a = lim Z ≤ lim X.
Jadi, a ≤ lim (xn). Dapat disimpulkan bahwa
a ≤ lim (xn) ≤ b. ◘
Teorema 3.4.8 ( Teorema Apit ) Misalkan X = (xn), Y = (yn) dan Z = (zn) adalah
barisan bilangan real sehingga
xn ≤ yn ≤ zn,
untuk semua n ∈ N dan lim (xn) = lim (zn). Maka Y = (yn) adalah konvergen dan
lim (xn) = lim (yn) = lim (zn)
Bukti: Misalkan w = lim (xn) = lim (zn). Ambil ε > 0 sebarang. Karena X dan Z
konvergen ke w, maka ada bilangan asli K sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xn - w⏐< ε dan ⏐zn - w⏐< ε.
Karena xn ≤ yn ≤ zn, untuk semua n ∈ N, maka
xn – w ≤ yn – w ≤ zn – w,
untuk semua n ∈ N. Maka
⏐yn - w⏐≤ sup {⏐xn - w⏐, ⏐zn - w⏐} < ε ,
untuk semua n ≥ K. Karena ε > 0 diambil sebarang berarti
lim (yn) = w.
Jadi Y = (yn) adalah konvergen dan lim (xn) = lim (yn) = lim (zn). ◘
Teorema 3.4.9 Misalkan barisan X = (xn) konvergen ke x. Maka barisan (⏐xn⏐)
konvergen ke ⏐x⏐.
Bukti: Ambil ε > 0 sebarang. Karena X konvergen ke x, maka ada bilangan asli K
sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xn - x⏐< ε.
Maka
⏐⏐xn⏐- ⏐x⏐⏐≤ ⏐xn - x⏐ < ε ,
untuk semua n ≥ K. Karena ε > 0 diambil sebarang berarti
lim (⏐xn⏐) = ⏐x⏐.
Terbukti barisan (⏐xn⏐) konvergen ke ⏐x⏐.
Teorema 3.4.10 Misalkan X = (xn) barisan bilangan real yang konvergen ke x dan xn ≥ 0,
untuk semua n ∈ N. Maka barisan ( nx ) adalah konvergen dan
lim ( nx ) = x .
Bukti: Karena xn ≥ 0, untuk semua n ∈ N, maka lim (xn) = x ≥ 0. Jika x = 0. Ambil
ε > 0 sebarang. Karena X konvergen ke 0, maka ada bilangan asli K sehingga untuk
semua n ≥ K berlaku
⏐xn - 0⏐= xn < ε2.
Sehingga diperoleh
⏐ nx - 0⏐= nx < ε ,
untuk semua n ≥ K.
Karena ε > 0 diambil sebarang berarti lim ( nx ) = 0. Jika x > 0.
Maka x > 0. Diperoleh bahwa
nx - x = xx
xxxx
xxxx
n
n
n
nn
+−
=+
+− )((.
Karena
nx + x ≥ x > 0,
maka
xxn − ≤ xxx n −1
74
Ambil ε > 0 sebarang, karena X konvergen ke x, maka ada bilangan asli K sehingga
untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xn - x⏐< ε x .
Diperoleh
xxn − ≤ xxx n −1 < ε, untuk n ≥ K.
Karena ε > 0 diambil sebarang, terbukti bahwa lim ( nx ) = x .
Berdasarkan dua kasus tersebut, disimpulkan bahwa barisan ( nx ) adalah
konvergen dan lim ( nx ) = x . ◘
Teorema 3.4.11 Misalkan X=(xn) barisan bilangan real dan lim ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
n
n
xx 1 =L ada. Jika
L < 1, maka (xn) konvergen dan lim (xn) = 0.
Bukti: Pilih bilangan real r sehingga L < r < 1. Ambil ε = r – L > 0, maka terdapat
bilangan asli K sehingga jika n ≥ K berlaku
Lx
x
n
n −+1 < ε.
Dengan demikian diperoleh bahwa
n
n
xx 1+ < L + ε
= L + (r – L) = r.
Selanjutnya didapat
0 < xn + 1 < xnr < xn – 1r2 < … < xKrn – K +1.
Pilih C = KK
rx , maka 0 < xn+1 < Crn+1 untuk semua n ≥ K.
Karena 0 < r < 1, maka lim (rn) = 0. Dapat disimpulkan bahwa lim (xn) = 0. ◘
75
Definisi 3.4.12 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real, dan (nk) adalah barisan
bilangan asli sehingga nk < nk + 1, untuk setiap k ∈ N. Barisan ( )knx disebut subbarisan
dari (xn).
Berdasarkan definisi subbarisan, maka ekor barisan adalah subbarisan, tetapi
tidak semua subbarisan adalah ekor barisan. Jika suatu barisan bilangan real
konvergen maka semua subbarisannya konvergen ke limit yang sama.
Teorema 3.4.13 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real yang konvergen ke x ∈R.
Maka semua subbarisan dari X = (xn) adalah konvergen ke x.
Latihan 3.4
1. Misalkan X dan Y barisan bilangan real sehingga X dan X + Y konvergen.
Buktikan Y konvergen
2. Misalkan X dan Y barisan bilangan real sehingga X konvergen ke x ≠ 0 dan XY
konvergen. Buktikan Y konvergen.
3. Tunjukkan bahwa jika X dan Y barisan sedemikian sehingga X konvergen di
0≠x dan XY konvergen maka Y konvergen.
4. Tunjukkan bahwa barisan 12 +n tidak konvergen.
5. Tunjukkan bahwa barisan ( )( )311 nn+− tidak konvergen.
6. Jika ba <<0 , Hitunglah ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++ ++
nn
nn
baba 11
lim
7. Jika a > 0, b > 0 tunjukkan bahwa ( )( )( )2
lim banbnan +=−++ .
8. Tunjukkan jika )( nnn baz + dimana n
1
= ba <<0 maka ( ) bzn = . lim
76
3.5. Barisan Monoton
Definisi 3.5.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut
monoton naik (monoton tidak turun) jika
xn ≤ xn + 1,
untuk semua n ∈ N. X=(xn) disebut monoton turun (monoton tidak naik) jika
xn ≥ xn + 1,
untuk semua n ∈ N. X = (xn) disebut monoton jika monoton naik atau monoton turun.
Contoh 3.5.2 Barisan X = (xn) = (2, 4, 6, …, 2n, …) adalah monoton naik. Barisan
Y = (yn) = (-1, -2, -3, …, -n, …) adalah monoton turun. Barisan
Z = (zn) = (-1, 1, -1, …, (-1)n, …)
adalah tidak monoton naik dan tidak monoton turun.
Teorema 3.5.3 Jika X = (xn) barisan bilangan real yang monoton naik dan terbatas di atas,
maka X = (xn) konvergen.
Bukti: Diketahui X = (xn) monoton naik, dan misalkan
E = { xn ⏐ n ∈ N}.
Maka E ≠ 0 dan terbatas di atas. Misalkan x = sup E. Ambil ε > 0 sebarang.
Karena x - ε bukan batas atas, maka ada K ∈ N sehingga
/
x - ε < xK < x.
Karena (xn) monoton naik, maka
x - ε < xn < x, untuk semua n ≥ K.
Jadi, jika n ≥ K, diperoleh
- ε < xn – x < ε.
Terbukti bahwa (xn) konvergen ke x. ◘
Suatu hal penting yang perlu dicatat dari Teorema 3.5.2 adalah bahwa barisan
monoton naik dan terbatas di atas, konvergen ke supremum himpunan suku-
sukunya.
77
Teorema 3.5.4 Jika X = (xn) barisan bilangan real yang monoton turun dan terbatas di
bawah, maka X = (xn) konvergen.
Bukti: Diserahkan sebagai latihan.
Untuk memahami definisi dan teorema tersebut, perhatikan contoh berikut.
Contoh 3.5.5 Misalkan X = (xn) barisan bilangan real dengan
41 (2xn + 3), n ≥ 1. x1 = 1, dan xn + 1 =
Akan ditunjukkan bahwa lim xn = 23 . Dengan induksi matematika, akan ditunjukkan
bahwa X = (xn) adalah monoton naik. Untuk n = 1, diperoleh
x1 = 1, dan x2 = 45 .
Jadi, untuk n =1, terbukti bahwa x1 ≤ x2. Asumsikan bahwa untuk n = k, berlaku
xk ≤ xk + 1, dan akan dibuktikan bahwa xk + 1≤ xk + 2. Karena
xk ≤ xk + 1
maka diperoleh
2xk ≤ 2xk + 1
2xk + 3 ≤ 2xk + 1 + 3
41 (2xk + 3) ≤
41 (2xk + 1 + 3)
xk + 1≤ xk + 2.
Sesuai prinsip induksi matematika, terbukti bahwa xn ≤ xn + 1.
Untuk semua n ∈ N. Jadi, X = (xn) adalah monoton naik. Kedua akan ditunjukkan bahwa
X = (xn) adalah terbatas di atas. Sebelumnya telah diketahui bahwa x1 ≤ x2 < 2. Akan
ditunjukkan bahwa xn < 2, untuk semua n ∈ N. Untuk n = 1, 2 telah terbukti benar.
Asumsikan benar untuk n = k, bahwa xk < 2. Akan ditunjukkan bahwa xk + 1< 2. Karena
xk < 2, maka diperoleh
2xk < 4
78
2xk + 3 < 7
41 (2xk + 3) <
47 < 2
xk + 1< 2.
Sesuai prinsip induksi matematika, maka xn < 2, untuk semua n ∈ N. Karena (xn) monoton
naik dan terbatas di atas, maka (xn) konvergen. Misalkan (xn) konvergen ke x. Karena (xn + 1)
adalah subbarisan dari (xn), maka (xn + 1) juga konvergen ke x. Jadi,
lim (xn + 1) = lim [41 (2xn + 3)]
lim (xn + 1) = 41 (2 lim xn + 3)
4x = 2x + 3
Diperoleh, x = 23 . Jadi, lim xn =
23 . ◘
Latihan 3.5.
1. Misalkan 81 =x dan 221
1 +=+ nn xx , untuk Nn∈ , buktikan bahwa { }nx
terbatas dan monoton serta temukan limitnya
2. Misalkan 01 >= a dan xn
nn xxx 1
1 +=+ , untuk Nn∈ buktikan bahwa
{ }nx konvergen atau divergen.
3. Misalkan 22221
31
21
11
nxn ++++= L , untuk Nn∈ buktikan bahwa { }nx
monoton naik dan terbatas sertya tentukan keknvergenannya.
3.6. Barisan Cauchy
Definisi 3.6.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut barisan
Cauchy jika untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ N sehingga
⏐xm – xn ⏐< ε
untuk semua m, n ≥ K. 79
Teorema 3.6.2 Jika X = (xn) adalah barisan bilangan real dan konvergen, maka X = (xn)
adalah barisan Cauchy.
Bukti: Misalkan (xn) konvergen ke x ∈ R. Ambil sebarang ε > 0, maka terdapat
K ∈ N sehingga
⏐xn – x ⏐< 2ε
untuk semua n ≥ K. Untuk m, n ≥ K diperoleh
⏐xm – xn ⏐≤ ⏐xm – x ⏐+ ⏐xn – x ⏐< 2ε +
2ε = ε.
Terbukti, bahwa (xn) adalah barisan Cauchy. ◘
Teorema 3.6.3 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn) adalah
barisan Cauchy, maka X = (xn) adalah terbatas.
Bukti: Diketahui X = (xn) adalah barisan Cauchy. Pilih ε = 1. Maka ada K ∈ N
sehingga untuk semua n ≥ K berlaku
⏐xn – xK ⏐ < 1.
Dengan ketaksamaan segitiga diperoleh⏐xn ⎢≤⏐xK ⏐ + 1, untuk semua n ≥ K.
Pilih M = sup{⏐x1 ⎢, ⏐x2 ⎢, ⏐x3 ⎢, …, ⏐xK- 1 ⎢, ⏐xK⏐ + 1} Maka diperoleh bahwa
⎢xn ⎢≤ M, untuk semua n ∈ N.
Terbukti, jika X barisan Cauchy maka X terbatas. ◘
Teorema 3.6.4 Barisan bilangan real adalah konvergen jika dan hanya jika merupakan
barisan Cauchy.
Bukti: Diserahkan sebagai latihan. ◘
Definisi 3.6.5 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut
kontraktif jika terdapat C ∈ R, 0 < C < 1, sehingga
⏐xn + 2 – xn + 1 ⏐< C ⏐xn + 1 – xn ⏐
untuk semua n ∈ N.
Teorema 3.6.6 Setiap barisan kontraktif adalah barisan Cauchy.
Bukti: Diserahkan sebagai latihan. 80
3.7. Barisan Divergen Definisi 3.7.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut
divergen ke ∞, ditulis lim (xn)=∞, jika untuk setiap M∈R, M > 0, ada K ∈ N sehingga
xn > M, n ≥ K.
Contoh 3.7.2
1. Misalkan (xn) = (n). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = ∞. Ambil sebarang M ∈ R
dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka ada K ∈ N sehingga K > M. Jika n ≥ K,
maka akan diperoleh xn > M.
2. Misalkan (xn) = (3n + 2). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = ∞. Ambil sebarang
M ∈ R dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka ada K ∈ N sehingga K > 3
2−M .
Jika n ≥K, maka akan diperoleh xn > M. ☻
Definisi 3.7.3 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut
divergen ke-∞, ditulis lim(xn)=-∞, jika untuk setiap M∈R, M> 0, ada K ∈ N sehingga
xn < -M, n ≥ K.
Contoh 3.7.4
1. Misalkan (xn) = (-n). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = -∞. Ambil sebarang M∈ R
dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka ada K ∈ N sehingga K > M. Jika n ≥ K,
maka akan diperoleh xn < -M.
2. Misalkan (xn) = (-5n + 3). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = -∞. Ambil sebarang
M ∈ R dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka akan ada K ∈ N sehingga
K > 5
3−M .
Jika n ≥ K, maka akan diperoleh
xn < -M. ☻
Teorema 3.7.5 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn)
monoton naik dan tidak terbatas di atas, maka lim (xn) = ∞.
81
Bukti: Ambil sebarang M ∈ R dan M > 0. Karena (xn) tidak terbatas di atas, maka
M bukan batas atas (xn). Jadi, ada K ∈ N sehingga
M < xK.
Karena (xn) monoton naik, diperoleh
M < xK ≤ xK + 1 ≤ xK + 2 ≤ xK + 3 ≤ ⋅⋅⋅
Jadi, jika n ≥ K, diperoleh bahwa xn > M , sehingga lim (xn) = ∞.
Teorema 3.7.6 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn) monoton
turun dan tidak terbatas di bawah, maka lim (xn) = -∞.
Bukti: Diserahkan sebagai latihan.
Definisi 3.7.7 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn) tidak
konvergen, tidak divergen ke ∞, atau tidak divergen ke -∞, maka X = (xn) disebut barisan
osilasi.
Latihan 3.7.
1. Jika ,nxn = tunjukkan bahwa { }nx memenuhi 0lim 1 =−+ nn xx , akan tetapi
bukan barisan Cauchy.
2. Misalkan Np∈ . Berkan contoh barisan { }nx untuk setiap Nn∈ dan bukan
barisan Cauchy tetapi memenuhi 0=− nx . lim + pnx
3. Jika 21 xx < dengan Nx dan x ∈21, ( )12 −+ nxx untuk n > 2,
tunjukkan
21
−= nn x
{ }nx konvergen. Apakah mempunyai limit.
4. Jika 01 >x dan ( ) 11 2 −
+ += nn xx untuk ,1≥n tunjukkan limitnya.
82
4 KONSEP
TOPOLOGI R
Fungsi adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap objek x dalam suatu
himpunan yang disebut daerah asal (domain) denagan nilai nilai unik f(x) dan
himpunan kedua dan himpunan yang diperoleh disebut daerah hasil (kodomain) atau
suatu himpunan R⊂A dan kodomain R. Sebelum dibahas limit fungsi dan
struktur kekontinuan fungsi, lebih dahulu akan dibicarakan tentang struktur
topologi yang biasa dipakai pada sistem bilangan nyata R.
4.1. PERSEKITARAN
Definisi 4.1.1. Jika p ∈R dan bilangan 0>r , himpunan
),()( rprppV r +−= ={ }rpxrpRx +<<−∈ :
disebut persekitaran (neighborhood) titik p. Dalam hal ini r disebut jari-jari (radius)
persekitaran tersebut.
Contoh 4.1.2. Pada topologi pada garis bilangan riil R. Apakah interval-interval dibawah ini
merupakan, persekitaran dari 0 ?
1. (-21 ,
21 ] adalah persekitaran dari titik 0. Karena 0 ∈ (-
21 ,
21 )⊂ (-
21 ,
21 ] dan
(-21 ,
21 ) adalah terbuka.
2. ( - 1 , 0 ] adalah bukan merupakan persekitaran dari titik 0 karena tidak ada interval
terbuka yang memuat titik 0 sedemikian sehingga interval terbuka tersebut termuat
dalam kedua interval tersebut.
83
Teorema 4.1.3. Setiap selang terbuka (u,v) yang memuat p memuat suatu persekitaran titik
p dan sebaliknya setiap persekitaran titik p memuat suatu selang terbuka (u,v) yang memuat p.
Bukti: Diberikan selang (u,v) dan p ∈ (u,v). Diambil bilangan
r = }.pvup{ min −− ,21
mudah difahami bahwa r > 0 dan
)vu( )rp,r-p( pVr ,)( ⊂+= .
Sebaliknya, diambil sebarang q > 0 maka
),()( qpqppVq +−=
adalah persekitaran titik p. Diambil selang (u,v) dengan qpvpuqp +<<<<−
maka berlaku
)(),( pVvup q⊂∈ .
Latihan 4.1.
1. Apakah interval-interval pada garis bilangan riil R dibawah ini merupakan,
persekitaran dari 0 (-n1 ,
n1 ] .
2. Buktikan ( )∞,0 , ( )0,∞− merupakan persekitaran pada garis bilangan riil R.
4.2. TITIK LIMIT
Definisi 4.2.1. Jika disebut titik-limit (limit point) himpunan R∈A jika untuk setiap
bilangan 0>r Sehingga
0}{)( /≠−∩ pApVr .
Dengan demikian jika p titik-limit himpunan A maka setiap bilangan 0>r ,
himpunan ApVr ∩)( memuat paling sedikit satu anggota himpunan A yang tidak
sama dengan p. Himpunan dari semua titik limit dari A dinamakan derived set, yang
diberi notasi Ad.
84
Teorema 4.2.2. Setiap himpunan tak hingga R⊂A yang terbatas paling sedikit
mempunyai satu titik limit.
Teorema tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan Teorema Selang
Susut.
Contoh 4.2.3. Diberikan topologi pada garis bilangan riil R dan himpunan
A ={p| 0 ≤≤ p 1} {2}. ∪
Tentukan Ad !
i) Untuk titik p = 0 dan untuk setiap r >0
Vr(p) = {p | - ε < p < ε <, ε > 0}.
Maka
0}{)( /≠−∩ pApVr .
sehingga 0 merupakan titik limit dari A.
ii) Untuk titik p = 1
Vr(p) = {p | 1 - ε < p < ε + 1, ε > 0}.
Maka
0}{)( /≠−∩ pApVr .
Sehingga 1 merupakan titik limit dari A.
iii) Untuk titik p = a, dimana 0 < a < 1
Vr(p) = {p | a -ε < p < a +ε , ε >0}.
Maka
0}{)( /≠−∩ pApVr .
Sehingga x = a, dimana 0 < a < 1 merupakan titik limit dari A.
iv) Untuk p = 2.
Vr(p) = {p | 2 - ε < p < ε + 2, ε >0}.
Ambil
ε = 21 maka Vr(p) ={p |
23 < p <
25 }
Maka
Vr(p) A – {p} = {p} – {p} = ∩ φ
85
Karena terdapat Vr(p) sedemikian sehingga Vr(p) ∩ A – {p} = φ maka p = 2
bukan merupakan titik limit dari A.
Dari i, ii, iii dan iv dapat diperoleh bahwa
Ad = {p | 0 ≤ p ≤ 1}. ☻
Dari contoh ini terlihat bahwa titik limit dari himpunan A dapat berada di dalam A
tetapi juga dapat terletak di luar A.
Teorema 4.2.4. Jika A dan B adalah himpunan bagian-himpunan bagian yang sebarang
pada ruang topologi R maka berlaku
1. A ⊂ B maka Ad ⊂ Bd
2. (A ∪ B)d = Ad ∪ Bd
3. A tertutup jika dan hanya jika Ad ⊂ A
4. Jika B tertutup dan A ⊂ B maka Ad ⊂ B
5. A ∪Ad adalah himpunan tertutup
6. φ d = φ dan Xd = X
7. (A∩ B)d ⊂ Ad ∩ Bd
Bukti: Untuk membuktikan 1. bahwa Ad ⊂ Bd , cukup dibuktikan bahwa
p ∈ Ad → p ∈ Bd
Menurut definisi 4.2.1, mengatakan bahwa p ⊂ Ad sehingga untuk setiap r>0 maka
Vr(p) ∩ A – {p} ≠ φ
Karena A B maka ⊂
[Vr(p) ∩ A – {p}] [Vr(p) ⊂ ∩ B – {p}].
Sehingga jika
Vr(p) ∩ A – {p} ≠ φ maka Vr(p) ∩ B – {p} ≠ φ
yang berarti bahwa p ∈ Ad maka p ∈ Bd. Jadi terbukti bahwa jika A ⊂ B maka
Ad Bd. Sedang 2. Dari Teorema 4.2.4.1, didapatkan bahwa ⊂
A A B → Ad (A ∪ B)d ⊂ ∪ ⊂
B A B → Bd ⊂ (A B)d ⊂ ∪ ∪
Dari sini didapatkan bahwa
Ad ∪ Bd (A ∪ B)d . ⊂
86
Sekarang akan ditunjukkan bahwa
(A ∪ B)d ⊂ Ad ∪ Bd
Diasumsikan bahwa p ∉ (Ad ∪ Bd), karena p ∉ (Ad Bd), berarti bahwa ∪
p∈ (Ad Bd)c = (Ad)c ∪ ∩ (Bd)c
Dari sini berarti p ∈ (Ad)c dan x ∈ (Bd)c. Karena x ∉ Ad sedemikian sehingga
p ∈ G dan G ∩A {p} ⊂
Karena p ∉ Bd sedemikian sehingga
p ∈ H dan H ∩ B ⊂ {p}
sehingga, p ∈ G ∩ H dan
(G ∩ H) ∩ (A B) = (G ∪ ∩ H ∩ A) (G ∪ ∩H ∩ B)
⊂ (G ∩ A) (H ∪ ∩ B)
⊂ {p} ∪ {p}
⊂ {p}
Dengan dernikian p ∉ (A B)d, sehingga p ∪ ∉ (Ad Bd) maka p ∉ (A B)d dan
kontraposisinya p
∪ ∪
∈ (A B) maka p ∪ ∈ (Ad Bd). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa
∪
(A ∪ B)d ⊂ Ad ∪ Bd
terbukti bahwa (A ∪ B)d = Ad Bd. sedagkan untuk membuktikan teoema 4.2.4.3
(→) Misalnya A adalah tertutup dan ambil p
∪
∉ A, yang berarti bahwa p Ac,
karena A adalah tertutup maka Ac adalah terbuka. Dari sini p Ad untuk Ac
adalah suatu himpunan terbuka sedemikian sehingga
∈∉
p ∈ Ac dan Ac ∩ A =φ
yang berarti bahwa p ∈ Ac maka p ∉ Ad, Kontraposisinya p Ad sehingga
p Ac yang berarti bahwa p
∈∉ ∈ Ad maka p ∈ A. Menurut Teorema 4.2.4.1. dapat
disimpulkan bahwa Ad ⊂ A. Jadi, A tertutup berlaku Ad A . selanjutnya (←)
Akan ditunjukkan sebagai latihan. Untuk Teorema 4.2.4.4. Menurut Teorema
4.2.4.1, yang menyatakan bahwa A B maka Ad Bd, karena B adalah tertutup
maka menurut teorema 4.2.4.3. disimpulkan bahwa
⊂
⊂ ⊂
Bd B ⊂
87
Dengan demikian Ad Bd B, yang berarti bahwa Ad B. 8. Berdasarkan
teorema 4.2.4.1, maka berlaku
⊂ ⊂ ⊂
A B A sehingga (A ∩ ⊂ ∩ B)d Ad ⊂
A B B sehingga (A ∩ ⊂ ∩ B)d Bd ⊂
Dari sini diperoleh bahwa. (A B)d Ad ∩ ⊂ ∩ Bd . Untuk bukti yang lain silahkan
buat latihan. ◘
Contoh 4.2.5 Diberikan A = (1,2] {5,6}. Mudah difahami bahwa setiap p [1,2]
merupakan titik limit himpunan A, sebab untuk setiap 0
∪ ∈
>r berlaku
0}{)( ≠−∩ pApVr
Terlihat 1 titik limit himpunan A meskipun 1 A∉ . 5 dan 6 masing-masing bukan titik
limit himpunan A meskipun A∈6,5 , sebab ada 41, =rr misalnya, sehingga
0}6{)6( dan 0}5{)5( =−∩=−∩ AVAV rr . ☻
Latihan 4.2.
1. Misalkan A = (0,∝) ∪ {5}. Tentukan titik limit himpunan A.
2. Andaikan topologi pada garis bilangan riil R dan himpunan
A ={p| -∝ ≤≤ p 0} {7}. ∪
Tentukan Ad !
4.3. TITIK DALAM, PENUTUP Definisi 4.3.1. Jika R∈p disebut titik-dalam (interior point) himpunan R⊂A jika ada
bilangan 0>r sehingga
ApVr ⊂)(
Definisi 4.3.2. Himpunan A dikatakan terbuka (open) jika setiap anggotanya merupakan
titik-dalam. R⊂B dikatakan tertutup (closed) jika Bc terbuka.
88
Contoh 4.3.3. Himpunan B = (2,3) ∪ (4,∞ ) merupakan himpunan terbuka, sebab jika
)3,2(∈p sehingga diambil bilangan r > 0 dengan }3,2min{21 ppr −−= dan jika
),4( ∞∈p dapat diambil )4(21
−= pr sehingga berlaku . ☻ BpVr ⊂)(
Teorema 4.3.4. Selang-selang yang berbentuk (a,b), (a,∞ ) dan ),( a−∞ masing-masing
merupakan himpunan terbuka.
Bukti: Jika ),( bap ∈ maka diambil bilangan },min{21 pbapr −−= , sehingga
diperoleh dengan kata lain setiap ),()( bapVr ⊂ ),( bap∈ merupakan titik-dalam
(a,b) dan oleh karena itu, bahwa (a,b) himpunan terbuka. Jika ),( ∞∈ ap , sehingga
diambil bilangan )(21 apr −= dan diperoleh ),()( ∞⊂ apVr dengan kata lain
setiap ),( ∞∈ ap merupakan titik-dalam ),( ∞a . selanjutnya ),( ∞a himpunan
terbuka. Bukti untuk ( ), a∞− sebagai latihan. ◘
Akibat 4.3.5. Setiap titik di dalam suatu perserikatan merupakan titik-dalam. Jadi, setiap
persekutuan merupakan himpunan terbuka.
Teorema 4.3.6. Dua pernyataan dibawah ini benar.
1. Jika R⊂A merupakan himpunan terbuka jika dan hanya jika ia merupakan
gabungan selang-selang terbuka.
2. Jika A terbuka maka A merupakan gabungan selang-selang terbuka yang saling asing.
Bukti : (1) (Syarat perlu) Jika A terbuka maka setiap Ap∈ merupakan titik-
dalam A yaitu terdapat bilangan 0>r sehingga
ArprppVr ⊂+−= ),()( .
Mudah difahami bahwa merupakan selang terbuka dan )( pVr
)( pVA rAp∈= U .
(Syarat cukup) Diketahui jj IA λ∈= U , dengan λ himpunan indeks, dan
Ij = (aj,bj). Diambil sebarang titik Ap∈ , tentu ada λ∈i sehingga . )( , iii baIp =∈
89
sehingga, p merupakan titik dalam himpunan (selang) terbuka . Jadi, p
merupakan titik dalam himpunan A. (2) Andaikan terdapat
AI i ⊂
λ∈ji , sehingga
. Ada dua kemungkinan: (a) atau dan (b)
atau
0≠∩ ji II ki II ⊂ ik II ⊂
jiji bbaa <<< ijij bbaa <<< .dalam keadaan (a) berturut-turut atau
dapat dihapus. Dalam keadaan (b) dan digabung menjadi satu selang
an .
I i
I k I i Ik
ba ji ),( d ),( ij ba
Teorema 4.3.7. Jika ℑ koleksi semua himpunan terbuka di dalam R, maka
(i) ℑ∈/ R,0
(ii) Jika ℑ∈∩ℑ∈ BABA maka ,
(iii) Jika , , ndekshimpunan iap auntuk setiAa λλ∈ℑ∈ maka ℑ∈= ∈ aa AA λU
Bukti: (i) Jelas bahwa ℑ∈0 . Untuk setiap R∈p selalu berlaku
untuk setiap bilangan yang bernilai
R⊂)( pVr
01 >r ℑ∈R . (ii) Ambil sebarang τ∈BA, .
Jika bukti selesai. Menurut (i) Jika 0=∩ BA 0≠∩ BA diambil BAp ∩∈
sebarang. Karena Ap∈ dan ℑ∈A maka ada bilangan sehingga
. Juga, karena
01 >r
ApVr ⊂)(1
Bp∈ dan ℑ∈B maka ada bilangan sehingga
. Dengan mengambil bilangan
02 >r
BpVr ⊂)(2
},min{ 21 rrr = diperoleh
dengan i = 1,2 dan berakibat )()(12
pVpV rr ⊂ BApVr ∩⊂)( . sehingga terbukti
.(ii). Ambil sebarang titik ℑ∈∩ BA aa AAp λ∈=∈ U , dibuktikan p titik dalam
himpunan A. tentu ada λ∈i sehingga iAp∈ . Karena ℑ∈iA maka ada bilangan
0>r sehingga . Hal ini berakibat ir ApV ⊂)( aar AApV λ∈=⊂ U)( . Menurut
Definisi 4.3.2 R⊂A tertutup jika AAc R= terbuka. ◘
Teorema 4.3.8. Jika π koleksi semua himpunan tertutup di dalam R, maka
1. π∈/ R,0
2. Jika ππ ∈∪∈ BA maka BA ,, .
3. Jika π∈aA untuk setiap λ∈a , λ himpunan indeks, maka aa AA I λ∈=
90
Teorema 4.3.9. Diberikan A dan B adalah dua himpunan sebarang dalam ruang topologi
R Maka berlaku:
1. int (A) adalah himpunan terbuka terbesar yang termuat dalam A. Jadi int (A) ⊂ A.
2. A terbuka jika dan hanya jika A = int (A).
a) int (φ ) = φ
b) int (X) = X
3. A ⊃ B maka int (A) ⊃ int (B)
4. int (int (A)) = int (A)
5. int (A ∩ B) = int (A) ∩ int (B).
6. int (A ∪ B) ⊃ int (A) ∪ int (B).
Bukti:
1. trivial
2. ( → )Jika A terbuka maka A ⊂ int (A).
Sesuai dengan teorema 4.3.9.1, yaitu int (A) A. ⊂
Dengan demikian berarti bahwa jika A adalah terbuka maka A ⊂ int (A) A. ⊂
Dari sini berarti bahwa A = int (A).
( ←) Karena int (A) adalah terbuka dan A = int (A) maka A adalah terbuka.
Menurut teorema 4.3.9.2.
i) φ terbuka jika dan hanya jika int (φ )= φ
ii) X terbuka jika dan hanya jika int (X) = X
3. Sebagai latihan
4. Menurut teorema 4.3.9.2. dan karena int (A) adalah terbuka maka
int (int (A)) = int (A).
5. Karena A ⊃ A ∩ B dan B A ⊃ ∩ B.
Menurut teorema 4.3.9.4. maka
int (A) ⊃ int (A ∩ B) dan int (B) ⊃ int (A ∩ B).
Dari sini diperoleh
int (A) int (B) ∩ ⊃ int (A ∩ B)
Selanjutnya karena int (A) A dan int (B) B maka ⊂ ⊂
91
int (A) int (B) ⊂ A ∩ ∩ B.
Ini berarti bahwa (int (A) ∩ int (B)) adalah himpunan terbuka yang termuat
dalam A B. ∩
Menurut teorema 4.3.9.1, maka
int (A) ∩ int (B) ⊂ int (A ∩ B)
sehingga disimpulkan bahwa
int (A ∩ B) = int (A) ∩ int (B).
6. Karena A B ∪ ⊃ A maka int (A B) ∪ ⊃ int (A).
Karena A ∪ B ⊃ B maka int (A B) ∪ ⊃ int (B).
Dari sini berarti bahwa: int (A ∪ B) ⊃ int (A) int (B). ◘ ∪
Teorema 4.3.10. Jika R⊂A maka int(A) = Ao merupakan himpunan terbuka terbesar
yany termuat di dalam A.
Bukti: Jika )int( Ap∈ jika dan hanya jika terdapat bilangan 0>δ sehingga
. Sehingga terbuka dan oleh karena itu ApVr ⊂)( )( pVr
ApVA Ap ⊂= ∈ )()int( δU
terbuka. Diambil sebarang himpunan terbuka . AU ⊂ Uu∈ jika dan hanya jika
ada bilangan sehingga 0>r
UuVr ⊂)( .
Hal ini berakibat u titik-dalam himpunan A yaitu )int( Au∈ . Terbukti sebarang
himpunan terbuka )int(berakibat AUAU ⊂⊂ atau terbukti bahwa int(A)
merupakan himpunan terbuka terbesar yang termuat didalam A. ◘
Teorema 4.3.11. Jika R⊂A maka cl(A) merupakan himpunan tertutup terkecil yang
memuat A.
Bukti: Tulis k koleksi semua himpunan tertutup yang memuat A. Jadi
FAcl kF∈= I)( .
Mudah difahani bahwa untuk setiap FA ⊂ kF ∈ . Diperlihatkan )( Acl tertutup..
Diambil sebarang himpunan tertutup T yang memuat A. menurut pembentukan k,
92
maka kT ∈ . Oleh karena itu TAcl ⊂)( dan demikian terbukti bahwa c1(A)
merupakan himpunan tertutup terkecil yang memuat A.
Akibat Teorema diatas adalah suatu himpunan yang tak memuat titik-titik batasnya
merupakan himpunan terbuka. Jelasnya sebagai berikut.
Akibat 4.3.12. Dua pernyataan dibawah ini benar :
1. Misalkan R⊂A merupakan himpunan terbuka jika dan hanya jika
0)( =∩ ArA
2. Jika R⊂A maka )( ArA − terbuka
Bukti: (Syarat perlu) Diketahui A terbuka dan diandaikan A mempunyai titik
batas p. jadi untuk setiap bilangan 0>r berlaku
0)( dan 0)( /≠∩/≠∩ crr ApNApV .
Dengan kata lain tak ada bilangan sehingga atau p bukan titik
dalam karena terbuka. Jadi, dapat disimpulkan
0>r ApVr ⊂)(
A∉ , p 0)(.,. /=∩e A r Ai .
(Syarat cukup) Diketahui 0)( =∩ ArA . Hal ini berarti jika ada
ApAr∈ berakibat ) ∉p ( dan p bukan titik-limit himpunan A. Sebaliknya, jika
)(maka ArqAq ∉∈ dan q bukan titik terasing, i.e., ada 0>r sehingga
yang ekuivalen dengan atau q titik
dalam.
0)( dan 0)( /≠ rr NAqV I /=cAq I AqVr ⊂)(
Sebagai akibat langsung Teorema 4.3.11 adalah teorema di bawah ini.
Teorema 4.3.13. Misalkan R⊂A tertutup jika dan hanya jika AAcl =)(
Bukti: Jika A tertutup, maka himpunan tertutup terkecil yang memuat A adalah A
itu sendiri. Dengan kata lain AAcl =)( . Sebaliknya, jika AAcl =)( , diperoleh
dengan I λ∈=
FFA λ menyatakan koleksi semua himpunan tertutup yang
memuat A. Selanjutnya, berlaku, tertutup. I FA F λ∈=
93
Teorema 4.3.14. Misalkan R⊂A tertutup jika dan hanya jika memuat semua titik
limitnya.
Bukti: (Syarat Perlu) Titik a merupakan titik limit himpunan A jika dan hanya jika
setiap bilangan berlaku 0>r
.0}{)( /≠−∩ aAaVr
Andaikan , tentu a merupakan titik-dalam himpunan terbuka , dengan
kata lain ada bilangan sehingga Hal ini berarti
, sehingga kontradiksi.
Aa∉ cA
00 >r .)(0
cr AaV ⊂
0)(0
/=∩ AaVr
(Syarat Cukup) Ambil sebarang Tentu x bukan titik limit himpunan ;
jadi ada bilangan
.cAx∈ A
0>δ sehingga 0)( /=∩ AaVr atau yang berarti x
titik-dalam himpunan Karena pengambilan x sebarang diperoleh terbuka
yang ekuivalen dengan tertutup. ◘
cr AaV ⊂)(0
.cA cA
A
Latihan 4.3.
1. Buktikan A ⊃ B maka int (A) ⊃ int (B).
2. Buktikan A = A ∪Ad.
3. Buktikan dan berikan contoh φ d = φ dan Xd = X.
4.4. TITIK BATAS DAN TITIK LUAR
Definisi 4.4.1. Jika R∈p disebut titik-batas (boundary point) suatu himpunan R⊂A
jika untuk setiap bilangan 0>r berlaku
0)( 0)( /≠∩/≠∩ crr ApVdanApV
Definisi 4.1.2. Jika R∈p disebut titik-luar (exterior point) suatu himpunan
jika ada bilangan 0
RA ⊂
>r berlaku
0)( /≠∩ ApVr .
Dengan demikian jika R∈p titik-batas himpunan R⊂A jika setiap persekitaran
titik p selalu memuat paling sedikit satu anggota A dan satu anggota Ac. Jika p titik-
94
batas himpunan A tak perlu p menjadi anggota A. Tetapi sebaliknya, jika p titik-
batas himpunan A dan ada bilangan 0>r sehingga }{)( pApVr =∩ maka p
disebut titik terasing (isolated point) himpunan A. Jadi setiap titik terasing
merupakan titik batas, sebaliknya tidak berlaku. Dapat kita tahu bahwa, titik batas
yang bukan titik-terasing merupakan titik limit. Sehingga p titik-batas himpunan A
jika dan hanya jika p titik-batas himpunan Ac. Jika R∈p merupakan titik-luar
himpunan A jika dan hanya jika p merupakan titik-dalam himpunan Ac.
Contoh 4.1.16 Jika }4,3{]2,1[ ∪=A . 1, 2, 3 dan 4 masing-masing merupakan
titik-batas himpunan A, sebab untuk setiap bilangan 0>r diperoleh
)( pVr (p = 1, 2, 3, 4)
memuat paling sedikit satu angka A dan satu Ac. 3 dan 4 masing-masing merupakan
titik terasing himpunan A, sebab dengan mengambil 21
=r diperoleh
}3{)3(21 =∩ AV dan }4{)4(21 =∩ AV .
1 dan 2 masing-masing titik-batas yang bukan titik-terasing, oleh karena itu 1 dan 2
masing-masing titik-limit.
Latihan 4.4.
1. Buktikan ext (A) = int (Ac). dan berikan contohnya?
2. Buktikan A = int (A) ∪ b (A).
3. Buktikan
i. b (Ac ) = b (A),
ii. b ( A ) = A ∩ A c
4.5. HIMPUNAN KEKOMPAKAN
Koleksi himpunan bagian a di dalam R disebut Liput (cover) himpunan R⊂A
jika . Setiap UAau∈
⊂ U a⊂ℑ sehingga ℑ masih meliput A disebut liput-bagian
(subcover) himpunan A. jika setiap anggota a itu merupakan himpunan terbuka
maka a disebut liput terbuka (open cover) himpunan A.
95
Contoh 4.5.1. Diberikan }5,3{]2,1( ∪=A dan diambil suatu bilangan 0>r . Koleksi
semua persekitaran dengan )( pVr Ap∈ merupakan liput terbuka himpunan A, sebab
setiap merupakan himpunan terbuka dan )( pNr ApVrAp ⊃∈ )(U .☻
Contoh 4.5.2. }:),{( R∈∞=ℑ aa merupakan liput terbuka himpunan R sebab
dan setiap ),( ∞⊂ ∈ aRaUR ),( ∞a merupakan himpunan terbuka. Jika diambil
}:),{( Qppa ∈∞= maka dan ℑ⊂a ),( ∞⊂ ∈ pQpUR oleh karena itu a merupakan
liput bagian himpunan R. ☻
Definisi 4.5.3. Himpunan dikatakan kompak (compact) jika setiap liput
terbukanya memuat liput-bagian yang banyak anggotanya hingga.
RA ⊂
Contoh 4.5.4. R⊂= },...,,{ 21 nxxxK merupakan himpunan kompak, sebab jika
};{ λ∈=ℑ aGa , dengan λ himpunan indeks dan Ga himpunan terbuka , merupakan liput
terbuka himpunan K, ,dapat dipilih liput bagian yang banyaknya anggota hingga,
yaitu sebagai berikut. Karena tentu ada himpunan sehingga
untuk setiap i. diperoleh
aa
GKλ∈
⊂ U
aai GKx λ∈⊂∈ U ℑ∈iG
,ii Gx ∈ ℑ⊂},...,,{ 21 nGGG merupakan liput-bagian yang banyak
anggotanya hingga dan . ☻ i
n
in GxxxK
121 },...,{
=⊂= U
Contoh 4.5.5. Misalkan R⊂∞),0[ tak kompak, sebab interval itu mempunyai liput
terbuka yang tak mempunyai liput bagian yang banyak anggotanya hingga: buktinya sebagai
berikut. Dibentuk liput terbuka dengan anggota-anggotanya berbentuk .
Sungguh ini merupakan liput terbuka himpunan
ℑ ),1( nGn −=
ℑ ),0[ ∞ sebab Gn merupakan himpunan
terbuka untuk setiap n dan
),0[1 ∞⊃∞= nn GU .
Andaikan ada liput bagian
ℑ⊂},...,,{21 pnnn GGG
Jadi,
pnnn GGG ...),0(21∪∪⊂∞
96
diambil bilangan asli
M=maks },...,,{ 21 pnnnn
diperoleh
),0(),1(...21
∞⊃−==∪∪∪ mGGGG mnnn p,
suatu kontradiksi. Dengan kata lain ada liput terbuka τ yang mempunyai liput bagian yang
banyak anggotanya hingga atau ),0[ ∞ tak kompak. ☻
Teorema 4.5.6. Jika kompak, maka K tertutup dan terbatas. RK ⊂
Bukti: Dibuktikan dahulu K terbatas. Untuk setiap bilangan Nn∈ dibentuk
himpunan terbuka Hn = (-n,n). Jelas bahwa }:{ NnHn ∈=ℑ merupakan liput
terbuka K sebab Hn terbuka untuk setiap n dan . Karena K kompak
tentu ada
nn HK ∞=⊂ 1U
ℑ⊂a yang banyak anggotanya hingga, tulis
},...,,{ 21 npnn HHHa =
sehingga
pnnn HHHK ∪∪∪⊂ ...21
Namakan
=m maks . },...,,{ 21 pnnn
Diperoleh
),(...21 mmHHHHK mnpnn −==∪∪∪⊂
sehingga K terbatas. Lebih lanjut diperlihatkan bahwa K tertutup atau Kc terbuka.
Untuk setiap Nn∈ dan dibentuk himpunan cKu∈ }1;{n
uggGn >−∈= R .
Mudah dipahami bahwa Gn terbuka untuk setiap Nn∈ dan
merupakan liput terbuka himpunan kompak K. oleh karena itu ada terdapat
bilangan asli m (seperti diatas) sehingga
,...}2,1;{ =nGn
GaaIa k ⊂+−⊂∈ ),( 00 δδ . Hal ini
berakibat G meliput KIk ∩ , suatu kontradiksi dan bukti selesai.
Teorema 4.5.7. (Teorema Heine-Borel) R⊂K kompak jika dan hanya jika
tertutup dan terbatas.
K
97
Bukti: (Syarat Perlu) terbukti berdasarkan teorema 4.5.6.
(Syarat cukup) Andaikan tedapat liput terbuka ℑ himpunan tertutup dan terbatas
yang tak mempunyai liput bagian yang banyak anggotanya hingga. Karena
terbatas tentu ada bilangan nyata
K K
0>r sehingga
1],[ IrrK =−⊂ .
Diambil menjadi dua selang tertutup dan sehingga mempunyai
satu anggota. Sehingga
1I '1I ''
1I ''1
'1 II ∩
ℑ merupakan liput terbuka maupun . Tentu
tidak terdapat liput bagian yang banyak anggotanya hingga yang masih meliput
; demikian pula untuk . Sebab jika ada untuk keduanya, gabungan dua
liput bagian itu mednjadi liput bagian yang banyak anggotanya hingga. Jadi
paling tidak salah satu atau yang tak terliput oleh liput bagian yang
banyaknya anggota hingga. Katakana yang dimaksud itu dan ditulis .
Potong menjadi dua selang tertutup dan dengan sehingga
sisngleton. Proses selanjutnya seperti di atas dilakukan terus menerus.
merupakan barisan selang tertutup yang mepunyai sifat-sifat dan
'1IK ∩ ''
1IK ∩
'1IK ∩ ''
1IK ∩
K'1IK ∩ ''
1IK ∩
'1IK ∩ '
12 II =
2I '2
I ''2
I ''2
'2 II ∩
}{ nI
nn II ⊂+1
0lim =→∞ nn I Menurut teorema selang susut, terdapat tepat satu titik
sehingga untuk setiap n . selanjutnya a merupakan titik limit himpunan ,
sebab untuk setiap bilangan
Ra ∈
nIa ∈ K
0>r terdapat sehingga mI
),( raraIa m +−⊂∈
dan tak mempunyai liput bagian yang bayaknya hingga yang masih meliput
Hasil ini berarti
ℑ
.KIm ⊂
0}{),( /≠−+−∩ araraK
atau a merupakan titik limit himpunan yang tertutup. sehingga, .
Selanjutnya, karena
K Ka ∈
ℑ liput terbuka himpunan tentu ada sehingga
karena G terbuka tentu ada sehingga
K ℑ∈G
.Ga ∈ 0r
98
( ) GraraaNr ⊂+−= 00 ,)(
dan karena 0lim =∞→ nn I , m,aka terdapat bilangan asli k sehingga
( ) GraraIa k ⊂+−⊂∈ 00 , .
Sehingga berakibat G meliputi , suatu kontradiksi dan bukti selesai. ◘ KIk ∩
Latihan 4.5.
1. Misalkan 0/≠K kompak di R. Tunjukkan inf K dan sup K ada.
2. Misalkan 0/≠K kompak di R, dan R∈c . Buktikan terdapat titik a di K
sedemikian sehingga { }Kxxcac ∈= −− : . inf
3. Jika 021 /≠∩ KK , 1K dan 2K himpunan kompak. Tunjukkkan terdapat
ii Kk ∈ sehingga { }ii Kxxxkk ∈−=−< :inf0 2121 .
99
5 LIMIT FUNGSI
DAN KEKONTINUAN
5.1. Limit Fungsi dan Definisi kontinu
Pada bagian ini akan dibicarakan tentang limit suatu himpunan bilangan nyata.
Terdapat pengertian baru yaitu limit suatu fungsi. Pengertian baru inilah yang
menjadi topik pembicaraan di dalam bagian ini.
Perlu diingat kembali, jika R dan ⊂A f fungsi dari ke R. A
→Af : R
Maka disebut domain fungsi AD f = f , R disebut kodomain fungsi f ,
( ){ }Axxff ∈= :R
disebut range fungsi f , dan
( )( ){ }Axxfxf ∈= :,G
disebut graph f .
Definisi 5.1.1. Diketahui ∈α R dan dua fungsi ⊂Af : R→R dan ⊂Ag : R→R.
Fungsi gfdanfggff ,,, +α berturut-turut didefinisikan
1. ( )( ) ( )xfxf ⋅= αα untuk setiap Ax ∈
2. ( )( ) ( ) ( )xgxfxgf +=+ untuk setiap Ax ∈
3. ( )( ) ( ) ( )xgxfxfg ⋅= untuk setiap Ax ∈
100
4. ( ) ( )( )xgxfx
gf
= untuk setiap ( ){ }0≠∈ xgdenganAx .
Selanjutnya, menurut Definisi 5.1.1 diatas diperoleh
( )( ) ( ) ( ) ( )xfxfxfxfffsukun
+++=+++ ......44 344 21
( ) ( )( )xnfxfn =⋅=
Jadi, untuk setiap ,N∈n
4434421sukun
fffnf +++= ...
( ) ( )( ) ( ) ( ) ( )xfxfxfxfffxfFaktorn
n ...... ⋅=⋅=43421
( )( )nxf=
Jadi, untuk setiap ,N∈n
321
faktorn
n ffff ....=
Contoh 5.1.2. Diberikan fungsi dengan rumus [ ) R→2,0:f ( ) xxxf += 2 dan
dengan rumus [ ) R→3,1:g ( ) xxg = , maka gf + dan gf ⋅ berturut-turut mempunyai
rumus
( )( ) ( ) ( ) ( ) xxxxxxgxfxgf 222 +=++=+=+( )( ) ( ) ( ) ( ) 232 xxxxxxgxfxfg +=+==
Dengan [ ) ( ] ( )2,13,12,0 =∩=∩==+ gffggf DDDD . ☻
Contoh 5.1.3. Jika diketahui juga RR →:, gf dengan rumus
( ) xxxf += 2 dan ( ) 32 += xxg
Maka fungsi dengan rumus h
( )32
2
++
=x
xxxh
sehingga
101
( )( ) =xgxf ( )xh
32
2
++
=x
xx
Oleh karena itu
( ){ }{ }1,1
0:
−=
≠∩∈=
R
xdanDDxxD gfh
karena h bila ( ) R∈x
( ) ( )11,0 −≠≠≠ xatauxxg .☻
Definisi 5.1.4. Diketahui fungsi RR →⊂Af : dan titik limit himpunan . Jika ada
bilangan
A
R∈l sehingga untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan sehingga jika
dan
0>r
( )aNAx r∩∈ ax ≠ berakibat ( ) ( )lNxf ε∈ dikatakan ( )xf limit untuk
dan dituliskan singkat dengan
l
ax →
ax→lim ( ) lxf =
Seperti telah diketahui, bahwa ax ≠ dan ( )arNAx ∩∈ jika dan hanya jika
( ) { }aaNAx r −∩∈
jika dan hanya jika Ax ∈ dan rax <−<0 demikian pula
( ) ( )lNxf ε∈
jika dan hanya jika
( ) ε<− lxf .
a
Nδ( a )
l Nε( l )
5.1.4.1. Ilustrasi limit f di a adalah l
Oleh karena itu diperoleh teorema di bawah ini.
102
Teorema 5.1.5. Misalkan RR →⊂Af : dan titik-titik himpunan A a
( ) lxfx
=→α
lim jika dan hanya jika untuk setiap bilangan terdapat bilangan 0>ε sehingga
bilangan sehinng jika 0>r Ax ∈ , dan rax <−<0 , berakibat
ε<− lxf )( .
Bukti: (Syarat perlu) Misalkan RR→⊂Af : dan a titik limit himpunan A.
lxfx
=→
)(limα
jika dan hanya jika untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan sehingga jika
, dan
0>r
Ax ∈ rax <−<0 , berakibat
ε<− lxf )( .
(Syarat cukup) Misalkan fungsi RR →⊂Af : dan titik limit himpunan A. Jika
terdapat R∈l sehingga untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan
sehingga jika
0>r
( )aNAx r∩∈ dan ax ≠ berakibat ( ) ( )lNxf ε∈ dikatakan
limit untuk dan dituliskan singkat dengan
( )xf
l ax →α→x
lim ( ) lxf = . Dari definisi
diatas sudah jelas bahwa ax→
lim ( ) lxf = jika dan hanya jika untuk setiap 0>ε
terdapat bilangan sehingga dan 0>r Ax ∈ rax <−<0 berakibat
ε<− )()( afxf
maka
ε<− lxf )( . ◘
Definisi 5.1.6. Fungsi RR →⊂Af : dikatakan
(i) Kontinu di (continous at) Aa ∈ jika Fungsi R→Af : dikatakan kontinu di
Aa ∈ dengan a titik limit A , jika untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan
0>r sehingga jika ( )aNAx δ∩∈ dan rax <− berakibat
maka
( ) ( )( )afNxf ε∈
103
ε<− )()( afxf
atau
( ) ( )afxfax =→lim
(ii) Fungsi f dikatakan kontinu pada (continous on) AB ⊂ jika f kontinu di setiap
Bx ∈ .
5.1.6.1 Ilustrasi Kontinu
Contoh 5.1.7. Jika 11lim
2
1 −−
→ xx
x= 2, karena rumus fungsi f adalah ( )
112
−−
=xxxf , maka
( )⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
∈−−
=∈= RR11:
2
xxxfxA
={ } { }11: −=≠∈ RR xx
Terlihat 1 tetapi 1 merupakan titik limit A sebab untuk bilangan A∉ 0>η berlaku.
( ) { }( ) ( ) 01,111 /≠+−∩−=∩ ηηη RNA .
Membuktikan
( ) 211limlim
2
11 =−−
= →→ xxxf xx
berarti menunjukkan bahwa untuk bilangan 0>ε yang diambil sembarang dapat dicari
(apakah ada) bilangan 0>δ sehingga untuk setiap Axx ∈≠ ,1 dan
δ<−< 10 x berlaku
( ) ,2112
ε<−−−
=−xxlxf
Yang ekuivalen dengan (karena 1 ( ,1≠∈ xA atau )01 ≠−x
ε<−=−+ 121 xx
f(a)Nε( f(a) )
a
f(a)Nε( f(a) )
aNδ(a)
104
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa jika diambil suatu (ada) bilangan 0>δ dengan ε≤r ,
maka berlaku
( ) ε<−−−
=− 2112
xxlxf
Asalkan fDxx ∈≠ ,1 dan rx <−1 . Dengan demikian terbukti bahwa
211lim
2
1=
−−
→ xx
x
Fungsi f tak lagi kontinu di 1 sebab ( ) ( )12lim 1 fxfx ≠=→ Secara geometri keadaan
( )112
−−
=xxxf . ☻
Contoh 5.1.8. Diberikan fungsi
⎪⎩
⎪⎨⎧
=
≠−−
=1
111
)(
2
xuntukA
xuntukxx
xg
Cari dan tentukan nilai agar fungsi ( )xgx 1lim → A g kontinu di 1.. maka
( ) 211limlim
2
11=
−−
=→→ x
xxgxx
Menurut yang diketahui 1 A∈ dan ( ) Ag =1 . Oleh karena itu agar fungsi g kontinu di 1,
harus berlaku
( ) ( ) 2lim11
===→
xggAx
Lebih lanjut, untuk 1≠x rumus fungsi g dapat disederhanakan menjadi 1)( += xxg dan
dengan rumus ini mudah diperlihatkan bahwa fungsi g kontinu disetiap titik . Digabung
dengan hasil diatas, yaitu dengan mengambil
1≠x
2=A maka fungsi g kontinu pada R. ☻
Sifat-sifat lebih lanjut tentang limit ( )xf untuk dituangkan ke dalam
beberapa teorema di bawah ini.
ax →
Teorema 5.1.9. Diberikan RR →⊂Af : dan a titik limit A. Jika f(x) mempunyai
limit untuk , maka limitnya tunggal. ax →
105
Bukti : Ambil bilangan 0>ε sebarang dan andaikan ( )xf mempunyai limit k
dan dengan kl l≠ u . Jadntuk x → i, untuk setiap bilangan 0>a ε yang ditunjuk,
dapat dipilih bilangan 01 >r dan bilangan 02 >r sehingga berlaku
( )3ε
<− kxf
Untuk setiap Ax ∈ dengan ,0 1rax <−< dan
( )3ε
<− lxf
Untuk setiap Ax ∈ dengan .0 2rax <−< Selanjutnya, dengan mengambil
bilangan { }21,min rrr = diperoleh
( )( ) ( )( )xfklxflk −−=−
( ) ( )
εεε<+<
−+−≤
33
kxflxf
Untuk setiap Ax ∈ dengan rax <−<0 dengan kata lain diperoleh suatu
kontradiksi. Jadi yang benar limit untuk tunggal.
,lk =
( )xf ax →
Teorema 5.1.10. Diberikan fungsi RR →⊂Af : dan a titik limit A. .. Jika a∈A dan
f(x) mempunyai limit l untuk x , maka fungsi f terbatas pada A a→ )(aNr∩ untuk suatu
bilangan . 0>r
Bukti: Karena maka untuk bilangan ε = 1 terdapat bilangan
sehingga untuk setiap
,)(lim lxfax
=→
0>r
axdanraraAx ≠+−∩∈ ),( berakibat
1)( <− lxf
Oleh karena itu, untuk setiap ax ≠ dan )(aNAx r∩∈ diperoleh
1)( +< lxf
Diambil bilangan
{ }1),(max += lafM
Jadi diperoleh
106
Mxf ≤)(
untuk setiap x )(aNA r∩∈ . ◘
Jika a dan a titik limit himpunan A, maka kita dapat memodifikasi menjadi
teorema di bawah ini.
A∉
Teorema 5.1.11. Misalkan f: A RR →⊂ dan a titik limit himpunan A, jika f(x)
berlimit l untuk x maka fungsi f terbatas pada ,a→ }{)( aaNA r −∩ untuk suatu bilangan
. 0>r
Bukti: Karena maka untuk bilangan ε = 1 terdapat bilangan
sehingga untuk setiap
,)(lim lxfax
=→
0>r
}{)( aaNAx r −∩∈ , }{),( araraAx −+−∩∈
a≠ berakibat dan x
1}]{[)( <−− alxf
Oleh karena itu, untuk setiap ax ≠ dan }{)( aaNAx r −∩∈ diperoleh
1}{)( +−< alxf
Diambil bilangan
{ }1}{),(max +−= alafM
Jadi diperoleh
Mxf ≤)(
untuk setiap }{)( aaNAx r −∩∈ . ◘
Latihan 5.1.
1. Misalkan c titik cluster pada R⊆A , Misalkan R→Af : .Buktikan ,)(lim Lxf
cx=
→ jika dan jika .)(lim 0=−
→xf
cxL
2. Misalkan RR →:f , R∈c . Tunjukkan ,)(lim Lxfcx
=→
jika dan hanya jika
.)(lim0
Lcxfx
=+→
3. Tunjukkan bahwa .lim 33 cx untuk setiap cx
=→
R∈c .
4. Tunjukkan bahwa cxcx
=→
lim untuk setiap 0>c .
107
5. Misalkan fungsi RR →:f mempunyai limit L di 0, dan a > 0. jika
RR →:g dengan definisi ( ) ( )axfxg = untuk setiap R∈x , tunjukkan
bahwa .)(lim0
Lxgx
=→
6. Misalkan RR →:f , R∈2 . Tunjukkan ,)(lim Lxfcx
=→
jika dan hanya jika
.)2(lim0
Lxfx
=+→
7. Misalkan R∈c dan misalkan RR →:f sehingga ,
tunjukkan jika L = 0 maka 0)(lim
( )( ) Lxfcx
=→
2lim
=→
xfcx
.
5.2. Konsep Limit dan Konsep Kontinu
Ada beberapa konsep untuk menguji limit suatu fungsi, diantarannya dua teorema
dibawah ini.
Teorema 5.2.1. Misalkan fungsi f : A RR →⊂ dengan a sebagai titik limit A
jika dan hanya jika untuk setiap barisan bilangan nyata lxfax
=→
)(lim
{ } ∈∈⊂ nsetiapuntukAxAx nn , N yang konvergen ke a berakibat barisan bilangan nyata
{f(xn)} konvergen ke l.
Bukti: (Syarat perlu) jika dan hanya jika untuk setiap bilangan lxfax
=→
)(lim 0>ε
terdapat bilangan sehingga jika 0>r Axax ∈≠ , , dan rax <− berakibat
ε<− lxf )( .
Diambil sebarang barisan bilangan tersebut dapat dipilih bilangan {xn}
dengan yang konvergen ke a. Hal ini berarti untuk bilangan tersebut
dapat dipilih bilangan asli no sehingga jika berakibat
0>r
Ax n∈ 0>r
onn ≥ raxn <− . Menurut
hipotesis diatas, karena Axax nn ∈≠ , dan raxn <− ,diperoleh
ε<− lxf n )( ,
lxf nan=
→)(lim atau barisan { })( nxf konvergen ke l.
108
(Syarat cukup) Diketahui untuk sebarang barisan bilangan nyata {xn} dengan
yang konvergen ke a berakibat barisan bilangan nyata { }
konvergen ke l. Jadi, untuk setiap bilangan
Axax nn ∈≠ , )( nxf
0>ε dapat dipilih bilangan asli no dan
bilangan sehingga untuk dan 0>r onn ≥ raxn <− berakibat
ε<− lxf n )( .
Karena pengambilan barisan {xn} sebarang asalkan fn Dx ∈ , maka dapat
disimpulkan untuk setiap raxAx <−∈ , dan ax ≠ berakibat
ε<− lxf n )( sehingga, lxf nn=
∞→)(lim . ◘
Teorema 5.2.2. Diberikan fungsi f : RR →⊂A dan a titik limit A
jika dan hanya jika untuk setiap selang terbuka (c,d) yang memuat l terdapat selang terbuka
(u,v) yang memuat a sehingga untuk setiap x∈(u,v) ∩ A dan x ≠ a berakibat f(x)∈ (c,d).
lxf nan=
→)(lim
Teorema 5.2.3. Misalkan ,)(lim,)(lim lxgkxf axax == →→ berlaku
1. ,)(lim))((lim kxfxf axax ααα =⋅= →→ untuk α sebarang konstanta α,.
2. ),)((lim xgfax +→ lkxgxf axax +=+= →→ )(lim)(lim
3. ))((lim xfgax→ ( ) klxgxf anax =⋅= →→ lim)(lim
4. ( )( ) l
kxgxfx
gf
ax
axax ==
→
→→ lim
lim)(lim jika l 0≠
Bukti :
1. Diambil sebarang barisan bilangan nyata { }nx yang konvergen ke a. Oleh
karena itu diperoleh barisan ( ){ }nxf dan barisan ( ){ }nxg berturut-turut
konvergen ke k dan l, maka
.)(lim,)(lim lxgkxf nnnn==
∞→∞→
selanjutnya diperoleh
.)(lim))((lim kxfxf axax ⋅=⋅= →→ ααα
dan
109
2. ( )naxax xgfxgf )(lim))((lim +=+→→
lkxgxf
xgxf
nnnn
nnx
+=+=+=
∞→∞→
∞→
)(lim)(lim)}()({lim
3. ( ) )()(lim)(lim))((lim nnxnnax xgxfxfgxfg ⋅= ∞→∞→→
)(lim nn xf∞→=
sehingga
klxg nn =∞→ )(lim
4. ( )nnax xgfx
gf
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛= ∞→→ lim)(lim
( )( )n
nn xg
xf∞→= lim
.0asalkan, ≠= llk
◘
Selanjutnya dengan menganalisa terema-teorema pada konsep limit maka dapat
membentuk suatu konsep pada kekontinuan
Teorema 5.2.4. Misalkan fungsi f dan g kontinu di suatu a ∈ R dan α ∈ R, berlaku
1. αf, kontinu di a.
2. f + g, kontinu di a.
3. fg kontinu di a.
4. gf kontinu di a asalkan g(a) ≠ 0.
Bukti:
1. Fungsi RR →⊂Af : dikatakan kontinu di Aa ∈ dengan a titik limit A,
jika untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan 0>r sehingga jika
( ) { AxaNAx r ∈∩∈ , dan }rax <−
berakibat
( ) ( )( )afNxf ε∈ .
110
maka
( ) ( ){ }ε<− afxf
maka α f kontinu di a, R→Af : kontinu di Aa ∈ dengan a titik limit
A, jika untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan sehingga jika 0>r
( )aNAx δ∩∈
maka
, Ax ∈ rax <−
berakibat
εααα ε <−=∈ )(.)({))(()(. afxfafNxf
})()({ εα <−= afxf
2. Jika f , g kontinu di a R→Af : kontinu di fAa∈ dengan a titik limit
A, RAg →: kontinu di gAa ∈ dengan a titik limit A jika untuk setiap
bilangan 0>ε terdapat bilangan 0>r sehingga jika Ax ∈ sehingga
Ax ∈{ dan }δ<− ax
akibatnya
))()(()()( agafNxgxf ∩∈+ ε ε<−+−= )()()()( agxgafxf
[ ] [ ]{ }ε<+−+= )()()()( agafxgxf
3. Akan dibuktikan f . g, kontinu di a Jika R→Af : kontinu di Aa ∈
dengan a titik limit A , R→Ag : kontinu di Aa ∈ dengan a titik limit
A sehingga jika untuk setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan 0>r
sehingga jika Ax ∈
Ax ∈{ dan }rax <−
akibatnya
))()(()()( agafNxgxf ∩∈ ε
111
)1)((2)()(
)1(2)()(
+<−
+<−
afagxg
Mafxf
b
ε
ε
[ ] [ ]
)()()()()()(
)()()()()()()()(
)()()()(
agxgafafxfxg
agafxgafxgafxgxf
agafxgxf
−+−≤
−+−=
−
εεε
εε
=+<
++
+<
−+−<
22
)1)((2)(
)1(2
)()()()()(
afaf
MM
agxgafafxfM
bb
b
4. Selanjutnya akan dibuktikan bahwa gf kontinu di a, jika R→Af :
kontinu di Aa ∈ dengan a titik limit A dan R→Ag : kontinu di
Aa ∈ dengan a titik limit A jika untuk setiap bilangan 0>
ε terdapat
bilangan 0>r sehing (:{ga jika }0)=∈∈ − xAx gAx
[ }0)(:{ =∈−∈ xgAxAx dan ]rax <−
akibatnya
0)()),()(()()(
≠∩∈ xgagafNxgxf
ε
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
<⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡= ε
)()(
)()(
agaf
xgxf
Contoh 5.2.5. Jika diketahui . Oleh karena itu, diperoleh nnax ax =→lim
)...(lim 121 n
nnan xx ααα +++ −
→
= )lim...(limlim 121 nax
nax
nax xx ααα →
−→→ +++
= naxn
axn
ax xx ααα →−
→→ +++ lim...limlim 121
= nnn aa ααα +++ − ...1
21
112
maka
1. )4(lim)1(lim)4)(1(lim 23
23
223 −+=−+ →→→ xxxx xxx
= (32 + 1) (32 – 4) = 50
2. 24313
)4(lim)1(limlim 2
2
23
23
3 =−+
=−+
→
→→ x
x
x
xx
3. 21lim
)2)(2()2)(1(lim
423lim 222
2
2 +−
=−+−−
=−−−
→→→ xx
xxxx
xxx
xxx
= 41
2212
)2(lim)1(lim
2
2 =+−
=+−
→
→
xx
x
x . ☻
5.2.6.1 Komposisi f pada g
V f(a) W U g(a) a f B g A C
Teorema 5.2.6. Jika fungsi f : A ⊂ R→R kontinu di a ∈ A , fungsi g : A ⊂ R→R dan
g kontinu di f (a), maka fungsi g 0 f kontinu di a.
Bukti: Diambil sebarang barisan bilangan nyata {xn} yang konvergen ke a dengan
xn ∈ A untuk setiap n ∈ N. Cukup dibuktikan bahwa barisan
{(g0f)(xn)} = {g(f(xn))}
konvergen ke (g f) (a) = g(f(a)). Karena fungsi f kontinu di a di peroleh barisan
bilangan nyata {f(xn)} konvergen ke f(a) dengan f(a) ∈ A dan f(xn) ∈ A untuk setiap
n ∈N. Karena fungsi g kontinu di f(a) dan barisan {f(xn)} konvergen ke f(a), maka
barisan
o
{g(f(xn))} = {(g o f)(xn)}
konvergen ke g(f(a)) = (g0f)(a). Dengan kata lain terbukti bahwa fungsi bersusun g0f
kontinu di a.
113
Teorema 5.2.7. Jika f : A ⊂ R→ R, g : A ⊂ R → R dnn h : A ⊂ R → R, ,
a titik limit A , dan f(x) ≤ g(x) ≤ h(x) Untuk setiap x ∈ A dan
,)(lim kxfax
=→
,)(lim lxgax
=→
mxhax =→ )(lim (ada), maka k≤ l ≤ m.
Latihan 5.2.
1. misalkan RR →⊆Agf :, , R∈c dan titik cluster pada titik A, andaikan f
terbatas pada persekitaran c serta .0lim =→
gc
Buktikan . x
2. Misalkan N∈n , sehingga .3≥n hitung ketaksamaan
untuk ,1
22 xxx n ≤≤−
1 <<− x dengan gunakan 0lim 2
0= , tunjukkan 0lim
0= .
→x
x →
n
xx
3. berikan suatu contoh jika RR →⊆Agf :, , dan f, g tidak mempunyai
limit pada titik c kan tetapi f + g, fg mempunyai limit di c
5.3. Limit Kanan, Limit Kiri, Kontinu Kiri dan Kontinu Kanan
Pengertian ( ) lxfax
=→
lim mengandung arti bahwa ax ≠ dan ( ) fr DaNx ∩∈ , yang
ekuivalen dengan ( ) fDarax ∩−∈ , atau ( ) fDraax ∩+∈ , . Oleh karena itu
pengertian ( ) lxfax
=→
lim dapat dirinci (dipecah) menjadi dua bagian (dua
pengertian) sebagai berikut.
Definisi 5.3.1. Misalkan fungsi f : RR →⊂A dan a titik limit himpunan A Jika ada
bilangan yata k sehingga untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga berlaku
( ) ε<− kxf Untuk setiap ( ) Araax ∩+∈ , , maka dikatakan mempunyai
limit kanan k untuk dan dituliskan dengan
( )xf
ax →
( ) kxfax
=+→
lim
Definisi 5.3.2. Misalkan fungsi f : RR →⊂A dan a titik limit himpunan A. Jika ada
bilangan nyata l sehingga untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga berlaku
( ) ε<−xf setiap l , Untuk ( ) ,, Aarax ∩−∈ katakan ( )xf memp i
limit kiri l untuk ax → dan kan dengan
maka di unya
ditulis
114
( ) lxfax
=−→
lim
Teorema 5.3.3. Diberikan fungsi RR →⊂Af : dan a titik limit A. f ( berlimit l
untuk jika dan hanya jika f
)x
ax → ( )x berlimit kiri l dan berlimit kanan l untuk ax →
Bukti: Kita tahu bahwa jika )()()( xfxfxf +≤≤− untuk semua Diberikan
h >0 maka dapat ditentukan r sedemikian sehingga
ax→
)(xf− dan )(xf+ terletak
antara dan hl − hl + untuk rax <−<0 atau
hlxfhl +<−<− )(
dan
hlxfhl +<+<− )(
untuk rax <−<0 . Jadi
hlxfhlxfhlxfhl +<+<−≤≤+<−<− )()()(
hlxfhl +<<− )(
atau hlxf <−)( untuk rax <−<0 sehingga ( ) lxfax
=→
lim . ◘
Definisi 5.3.4. Misalkan fungsi ,,: AaAf ∈→⊂ RR dan a titik limit himpunan A
Fungsi f dikatakan kontinu kanan (right continuous) di a jika
( ) ( )afxfax
=+→
lim
Definisi 5.3.5. Misalkan fungsi ,,: AaAf ∈→⊂ RR dan a titik limit himpunan A
Fungsi f dikatakan kontinu kiri (left continuous) di a jika
( ) ( )afxfax
=−→
lim
Teorema selanjutnya merupakan hubungan pengertian kontinu kiri dan kanan.
Teorema 5.3.6. Diketahui fungsi AaAf ∈→⊂ ,: RR dan a titik limit A . Fungsi f
kontinu di a jika dan harga jika f kontinu kiri dan kontinu kanan di a .
Bukti: Fungsi f kontinu di a jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat
bilangan r > 0 sehingga untuk ( ) Ararax ∩+−∈ , berakibat
( ) ( ) ,ε<− afxf
115
Jika dan hanya jika setiap
( ){ }Aarax ∩−∈ ,
berakibat
( ) ( )2ε
<− afxf
dan untuk
( ){ }Araax ∩+∈ ,
berakibat
( ) ( )2ε
<− afxf
dan jika hanya jika f kontinu kiri di a dan f kontinu kanan a. ◘
Teorema 5.3.7. Jika fungsi f : A ⊂ R→R dan g : A ⊂ R R masing-masing kontinu
di suatu titik a, maka fungsi-fungsi
→
1. f, kontinu di a
2. f + g, kontinu di a
3. fg, kontinu di a
4. gf kontinu di a.dengan ( ) 0≠ag
Teorema 5.3.8. Diketahui fungsi f : A ⊂ R R. Jika fungsi f kontinu pada himpunan
kompak K ⊂ A, maka f (K) kompak (tertutup dan terbatas pada R).
→
Bukti: Diambil sebarang ℑ liput terbuka himpunan f (K). Oleh karena itu
diperoleh
( ) Uτ∈
⊂U
UKf
Oleh karena itu,
( )( ) ( ).111 UUττ ∈
−
∈
−− =⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⊂=
UU
UfUfKffK
116
Karena setiap U ∈ K terbuka dan f kontinu, maka f –1(U) terbuka. Berdasarkan
hasil (a) di atas, terlihat bahwa koleksi
( ){ }ℑ∈= − UUf :1σ
merupakan liput terbuka himpunan kompak K. Oleh karena itu σ mempunyai liput
bagian
( ) ( ) ( ){ } σ⊂−−−mUfUfUf 1
21
11 ,...,,
dengan banyak anggotanya hingga. Jadi,
( )Um
kkUfK
1
1
=
−⊂
yang berakibat
( ) ( ) ( )( )UUm
kk
m
kk UffUffKf
1
1
1
1
=
−
=
− =⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⊂ = U
m
kkU
1=
atau terbukti bahwa f (K) kompak. ◘
Dari bukti teorema di atas diperoleh akibat teorema di atas sebagai berikut.
Akibat 5.3.9. Jika f : [a,b] R kontinu, maka f ([a,b]) tertutup dan terbatas. →
Teorema 5.3.10. Diketahui fungsi f : A ⊂ R R. Jika fungsi f kontinu pada himpunan
kompak K ⊂ A , maka terdapat x’, x”∈ K sehingga
→
( ) ( ) ( ){ }KxxfKfxf ∈== :supsup'
dan
( ) ( ) ( ){ }KxxfKfxf ∈== :infinf"
Bukti: Menurut hipotesis, diperoleh himpunan ( ) ( ){ }KxxfKf ∈= ; terbatas,
namakan m dan M berturut-turut sebagai infimum dan supremum himpunan f(K).
Oleh karena itu setiap n∈ N terdapat xn , yn ∈ K sehinga
( ) Mxfn
M n ≤<−1
dan
( )n
myfm n1
+<≤ a
117
sehingga diperoleh barisan bilangan nyata terbatas {xn} dan {yn} di dalam K.
Menurut Teorema Bolzano Weierstrass, terdapat barisan bagian {xnk} ⊂ {xn} dan
{ynl}⊂ {yn} yang masing-masing konvergen, katakan berturut-turut konvergen ke x’
dan x”. Karena K tertutup, maka x’ , x” ∈ K. selanjutnya, karena f kontinu pada K,
diperoleh
( ) ( ) ( ) ( )"limdan'lim xfyfxfxf nlnnkn kk
==∞→∞→
(b)
Berdasarkan hasil (a) dan (b), diperoleh
( ) Mxfnk
MM
kk
k
nn
n
≤≤
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −=
∞→
∞→
lim
1lim
atau
( ) Mxf ='
( ) ( ) mxfmn
myfmkk nmn
==⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +≤≤
∞→∞→"atau1limlim . ◘
Contoh 5.3.11. Misalkan f(x) = x1 untuk ( ]1,0∈x . Fungsi f kontinu pada
dan K tak kompak (terbatas tetapi tak tertutup). Jelas bahwa
( ]1,0=K
( ) ( ){ }KxxfKf ∈= ;
tak terbatas ke atas karena untuk setiap bilangan M > 0 terdapat Kn
xn ∈=1 sehingga
( ) Mnn
fxf n >=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
1 .☻
Contoh 5.3.12. Misalkan g(x) = x2 - 2x untuk x∈[0,3]. Mudah dipahami bahwa g
kontinu pada himpunan kompak K = [0,3]. maka,
( ) ( ){ }KxxfKf ∈= ;
terbatas, mempunyai infimum m = 0 dan supremum M = 3. sehingga ada x’ , x” ∈ K = [0,3]
sehingga f(x’) = M = 3 dan f(x”) = m = -1 yaitu x’ = 3 dan x” = 1.
Jelas bahwa jika
118
( ) ( ) [ ]{ }[ ]{ }
[ ][ ]3,1
,3,0;2
3,0;2
−==
∈−=
∈=
Mmxxx
xxgKg
dan [-1,3] tertutup dan terbatas maka kompak. ☻
Teorema 5.3.13 Jika f kontinu pada selang I⊂ A dan a,b∈I dengan a<b dan f(a)<0< f(b)
atau f(b)< 0 < f(a), maka ada c ∈ [a,b] sehingga f(c) = 0.
Untuk bukti teorema diatas sebagai latihan pembaca.
Akibat 5.3.14. Misalkan fungsi RR →⊂Af : . Jika fungsi f kontinu pada selang f dan
a, b ∈ I dengan a < b, maka untuk setiap bilangan k yang terletak di antara f (a) dan f (b)
tentu ada c ∈ [a,b] sehingga f(c) = k.
Latihan 5.3.
1. Misalkan f dan g mempunyai limit di R pada ∞→x dan
untuk semua ( )
( ) ( )xgxf ≤
∞∈ ,a . Buktikan lim gx
x .lim fx ∞→∞→
≤
2. Misalkan ( ) R→∞,0:f . Buktikan ( ) Lxfx
=∞→
lim jika dan hanya jika
Lx
fx
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+→
1lim0
.
3. Tunjukkan jika ( ) R→∞,0:f sehingga ( ) Lxxfx
=∞→
lim dimana R∈L ,
maka ( ) 0lim =∞→
xf . x
4. Jika fungsi ( ) R→∞,0:, gf , dan ( ) Lxfx
=∞→
lim , dan ( ) ∞= ,
buktikan Lg
∞→xg
xlim
fx
=∞→
lim o .
119
5. Tunjukkan bahwa fungsi ( ) xxf = continu pada setiap titik R∈c .
6. misalkan 0>K , RR →:f memenuhi ( ) ( ) yxKyfxf −≤− untuk
semua R∈yx , , tunjukkan f kontinu pada setiap titik R∈c .
5.4. Kekontinuan Seragam
Telah diketahui bahwa fungsi RR →⊂Af : kontinu pada himpunan
jika dan hanya jika untuk setiap
fDS ⊂
Sx ∈ dan bilangan 0>ε terdapat bilangan
( ) 0, >= εxrr sehingga berlaku
( ) ( ) ε<− ufxf
Untuk setiap ( ) ( )rxrxAxNAu r +−∩=∩∈ , . Mudah difahami bahwa nilai
bilangan r tersebut selain bergantung pada nilai ε juga bergantung pada titik .
Oleh karena itu, akan lebih jelas jika dituliskan r = r(x,ε). Untuk lebih jelasnya,
perhatikan definisi.
Sx ∈
Definisi 5.4.1. Fungsi f : A ⊂ R R dikatakan kontinu seragam (uniformlly
continuous) pada himpunan S ⊂ A jika untuk setiap bilangan ε > 0 tedapat bilangan r > 0
yang tak bergantung pada titik
→
Sx ∈ sehingga untuk setiap S Ny xr ( ) ∩∈ (setiap x, y ∈
Df da (( ) ) εn δ<− yx at) berakib <− yfxf .
Jika fungsi f kontinu seragam pada S, maka, untuk setiap bilangan ε > 0 ada
bilangan (( ) )( ) >= 0 < ε− yfxf untuk setiap dan Sxεrr selalu berlaku ∈
Sy ≤ δ∈ asalkan − yx . Oleh karena itu diperoleh teorema di bawah ini.
Teorema 5.4.2 Jika fungsi RR →⊂Af : kontinu seragam pada suatu himpunan S⊂A
maka fungsi f kontinu pada S.
120
Agar kebalikan teorema tersebut di atas berlaku diperlukan syarat tertentu yang
harus dipenuhi oleh himpunan S . Hal ini dapat dilihat di dalam teorema di bawah
ini.
Teorema 5.4.3. Jika fungsi RR →⊂Af : kontinu pada himpunan kompak ,
maka fungsi f kontinu seragam pada K.
fDK ⊂
Bukti: Karena fungsi f kontinu di setiap titik di dalam K, maka untuk setiap
( ) 0, >Kx ∈ 0> dan bilangan ε ada bilangan = εx sehingga untuk setiap η η
( )xN∩∈Ku η berakibat
( ) ( )2ε
<− xfuf
Mudah difahami bahwa, jika diambil η21=r , diperoleh
( ) ( )UUKxKx
r rxrxxNK∈∈
+−=⊂ ,
sehingga ( ){ KxxNr }∈= ;τ merupakan liput terbuka himpunan kompak K. oleh
karena itu, sehingga terdapat liput bagian
( ) ( ) ( ){ } τ⊂nrrr xNxNxNn
,...,, 21 21
yang masih meliputi K, artinya
( ) ( ) ( )nrrr xNxNxNKn
∪∪∪⊂ ...21 21
Dengan
( ) ( ) .,...,2,1,,,dan 21 nkxxrrKx kkkkk ===∈ εηε
121
Himpunan { }nkxk ,...,2,1: = dapat diurutkan/diatur sehingga diperoleh
Pilih .... xxx <<< 21 n { }rrr ,...,,min 2121
nnr = jika x∈ K tentu ada bilangan asli m
,1 m n≤≤ sehingga berlaku
( ) ( ) ., KrxrxKxNx mmmmmrm∩+−=∩∈
untuk setiap ( ) KxNy r ∩∈0
berlaku
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )xfxfxfyfxfxf mm −+−≤− εεε<+<
22,
karena mm rxx <− dan
η<+<−+−<− momm rrxxxyxy
atau . ◘ ( mxNy η∈ )
Contoh 5.4.4. Misalkan Fungsii g : ( ) 2xxg = kontinu seragam pada setiap himpunan
kompak , sehingga. Lebih eksplisit, dapat ditunjukkan sebagai berikut. Diambil
bilangan ε > 0 sebarang. Untuk setiap
[ ]baK ,=
[ ]baxu ,, ∈ , diperoleh
( ) ( ) ( )( ) uxuxuxuxuxufxf +−=+−=−=− 22 Mux −< ,
dengan M = maks { }ba , . Oleh karena itu dengan memilih bilangan
[ ]( )c baxtergantungtakM ,= ∈δ , diperoleh
( ) ( ) ε<−<− Muxufxf
untuk setiap [ ] δ<−∈ uxdenganbaux ,, . ☻
Latihan 5.4.
122
1. Tunjukkan bahwa fungsi ( ) xxf = kontinu seragam pada setiap titik
R∈c .
2. Tunjukkan bahwa fungsi ( )x
xf 1= kontinu seragam pada ),[ ∞= aA
dimana a suatu konstanta positif.
3. Tunjukkan bahwa fungsi ( ) 2
1x
xf = kontinu seragam pada ),1[ ∞=A
tetapi tidan kontinu seragam pada ( )∞= ,0 . B
4. Tunjukkan bahwa fungsi )( ) ( 211x+
untuk xf = R∈x merupakan kontinu
seragam pada R.
5. Buktikan jika f kontinu seragam dan terbatas pada RA ⊆ , maka f terbatas
pada A.
123
6 KONSEP
TURUNAN
Pengertian turunan suatu fungsi disusun berdasarkan pengertian limit suatu
fungsi di suatu titik. Sebagai akibatnya suatu fungsi memiliki sifat-sifat khusus di
suatu titik jika ia mempunyai turunan di titik itu. Selain itu pengertian turunan
banyak aplikasinya. Itulah beberapa alasan mengapa di dalam bab ini, khusus
dibicarakan seluk-beluk turunan suatu fungsi, fungsi dari bilangan nyata ke
bilangan nyata, serta sifat-sifatnya terutama yang menyangkut materi-materi untuk
pengembangan lebih lanjut.
6.1. PENGERTIAN DAN KONSEP TURUNAN
Diberikan fungsi RR →⊂Af : dan c∈ A sebagai titik limitnya. Jika fungsi
cxcfxfxd f −
−=
)()()( untuk setiap x A∈ dan x c≠ . Jadi, Yang menjadi pusat
perhatian adalah nilai jika ada. )(lim xd fcx→
Definisi 6.1.1. Jika diketahui fungsi AcAf ∈→⊂ ,: RR , dan c titik-limit himpunan
A, maka nilai ( )cx
cfxfxdcxfcx −
−=
→→
)()(limlim , jika ada disebut turunan fungsi f di c dan
dituliskan dengan )(),( cdxdfcf ′ .
Jadi, menurut definisi tersebut )()( cdxdfcf =′
cxcfxf
cx −−
=→
)()(lim . Jika ada
dikatakan fungsi f mempunyai turunan di c. Dengan kata lain fungsi
)(cf ′
f dikatakan
124
mempunyai turunan di c jika ada bilangan )(cf ′ sehingga untuk setiap bilangan
0>ε terdapat bilangan 0>δ sehingga jika cx ≠ dan
),( δδ +−∩=∩∈ CCANAx f berakibat
.)()()( ε<′−−− cf
cxcfxf
keadaan itu berakibat
cxcxcfcfxf −<−′−− ε))(()()(
ekuivalen dengan
,))(()( cxcxcfxfcx −<−−<−− εε
atau
( ) cxcxcfcfxfcxcxcfcf −+−′+<<−−−′+ εε )()()())(()(
jika ada bilangan η dengan εη <<0 sehingga
( ) ( ) ( )( ) ,cxcxcfcfxf −+−′+= η
Maka dikatakan fungsi f terdeferensial (differentiable) di c. Jelas bahwa jika fungsi
f terdeferensial di c tentu fungsi f mempunyai turunan di c .
Contoh 6.1.2 Diberikan ( ) .sin xxf = Untuk setiap R=∈ Ac diperoleh
cxcx
cxcfxfcf
cx
cx
−−
=
−−
=′
→
→
sinsinlim
)()(lim)(
h
chch
sin)sin(lim0
−+=
→
ch
hhc
hcos
21
21sin
)21cos(lim
0=+=
→
sehingga ( ) xxf sin= diperoleh turunan fungsi f ada disetiap titik R∈c yaitu
( ) ccf cos=′
125
Karena pengertian turunan suatu fungsi disusun berdasarkan pengertian
limit, maka diperoleh teorema di bawah ini.
Teorema 6.1.3 Diketahui dua fungsi ,:, RR →⊂Agf dan Ac ∈ sebagai titik limit
himpunan A. Jika ( )cf ′ dan ( )cg′ ada, maka
(i) ( ) ( ) ( ) ( )cgcfcgf ′+′=′+
(ii) ( ) untuk sembarang konstanta ( ) ( )cfcf ′=′ .αα α
(iii) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )cgcfcgcfcfg ''' +=
(iv) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ){ }2
'''
cgcgcfcgcfc
gf −
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛, asalkan ( ) .0≠cg
Bukti: Ambil sembarang dua fungsi RR →⊂Agf :, dan Ac ∈ , sehingga
( )cf ' dan ( )cg ' ada. Maka,
( )( ) ( )( ) ( )( )h
xgfhxgfxgfdxd
h
+−++=+
→0lim
( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]h
xgxfhxghxfh
+−+++=
→0lim
( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]h
xghxgxfhxfh
−++−+=
→0lim
( ) ( ) ( ) ( )⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −+
+−+
=→ h
xghxgh
xfhxfh 0lim
( ) ( ) ( ) ( )h
xghxgh
xfhxfhh
−++
−+=
→→ 00limlim
( ) ( )xgxf '' +=
Selanjutnya untuk (ii) terdapat α dengan A∈α sehingga ( )cf ada. Maka,
( )( ) ( ) ( )h
cfhcfcfdxd
h
−+=
→
.lim0
αα
( ) ( )h
cfhcfh
−+=
→0limα
( )cf '.α=
126
Untuk (iii) misalkan fgr = , dimana, cx ≠ maka,
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )cx
cgcfxgxfcx
crxr−−
=−− ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
cxcgcfxgcfxgcfxgxf
−−+−
=
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )cx
cgxgcfxgcx
cfxf−−
+−−
= .
Sehingga didapat g kontinu di c , kemudian
( ) ( )cgxgcx
=→
lim .
maka f dan g terdiferensial di c, jadi
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )cgcfcgcfcx
crxrcx
''lim +=−−
→
Untuk (iv)gfZ = , karena ( ) 0≠cg ,maka ( )cZ ada. sehingga
( ) ( ) ( )( )
( )( )cgcf
xgxfcZxZ −=−
( ) ( ) ( ) ( )( ) ( )cgxg
xgcfcgxf.−
=
( ) ( ){ } ( ) ( ) ( ) ( ){ }( ) ( )cgxg
cgxgcfcgcfxf.
−−−=
karena ( )cf ' serta ( )cg ' ada, maka diperoleh
( ) ( ) ( ) ( )cx
cZxZcZcgf
cx −−
==⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛→
lim''
( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−−
−−−
=→ cx
cgxgcfcgcx
cfxfcgxgcx
1lim . ◘
Yang perlu mendapat perhatian adlah syarat-syarat adanya turunan fungsi
bersusun tersebut.
Teorema 6.1.4. (Chain Rule) Diberikan fungsi RR →⊂Agf :, , fungsi dengan
AcAf ∈⊂ , sebagai titik-limit himpunan A ,dan ( )cf sebagai titik-limit himpunan A.
Jika ( )cf ' dan ( )( )cfg ' ada, maka
127
( ) ( ) ( )( ) ( )cfcfgcfg ''' =o
Bukti: Karena ( )( )cfg ' dan ( )cf ' ada, maka
( ) ( ) ( )( ) ( ) ( )cx
cffgxfgcfgcx −
−=
→
ooo lim'
( )( ) ( )( )( ) ( )
( ) ( )cx
cfxfcfxf
cfgxfgcx −
−−−
=→
lim
( )( ) ( )cfcfg '' ⋅=
Contoh 6.1.5. Diberikan ( ) xxf = dan ( ) xxg sin= . ( )cf ' ada untuk setiap dan 0≠c
( )cg ' ada disetiap R∈c . sehingga
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )cgcfcgcfcfg ''' +=⎪⎩
⎪⎨
⎧
=>−−>+
=0
0cossin0cossin
cjikaadatidakcjikaccccjikaccc
Perhatikan bahwa ( )cf ' ada untuk setiap dan c ( )cg ' ada untuk setiap . Fungsi c
RR →⊂Af : dikatakan mempunyai derivatif pada jika mempunyai
derivatif disetiap titik
fDG ⊂ f
Gx ∈ .
Definisi 6.1.6. Jika fungsi RR →⊂Af : dan
( ) ( ) ( )⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ =
−−
∈=→
xfxu
xfufAxAxuf
lim:'
ada, maka fungsi disebut fungsi derivatif atau fungsi turunan fungsi R→Af :' f pada
ffAA ⊂'
Menurut definisi tersebut mudah difahami bahwa domain fungsi adalah 'f
( ) ( ) ( ) Gxfxu
xfufAxAxuf
=⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ =
−−
∈=→
adalim; ''
Hal ini berakibat .' AAf⊂
Teorema 6.1.7. Jika fungsi mempunyai turunan di satu titik [ ] R→baf ,: ( )bac ,∈ ,
maka fungsi f kontinu di . c
128
Bukti: Menurut yang diketahui bilangan
( ) ( )cx
cfxfcfcx −
−=
→lim)(' ada.
Oleh karena itu diperoleh:
( )( )( ) ( )( ) ( ) ( ) 00.'limlim ==−⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
→−
=−→→
cfcxcxcfxfcfxf
cxcx
Yang berarti terbukti fungsi f kontinu di . ◘ c
Teorema 6.1.8. Diketahui fungsi dan [ ] R→baf ,: f terdiferensial di ( )bax ,0 ∈ .
(i) jika ( ) 00' >x , maka terdapat f f naik di 0x .
(ii) jika ( ) 00' <x , maka fungsi f f turun di 0x .
Bukti: Fungsi f terdiferensial di , maka bilangan 0x ( )0' xf ada, artinya untuk
setiap bilangan 0>ε terdapat bilangan 0>δ sehimgga berlaku
( ) ( ) ( ) ε<−−+
0'00 xf
hxfhxf
untuk setiap δ<h . Jadi diperoleh
( ) ( ) ( ) ( ) εε +<−+
<− 0'00
0' xf
hxfhxfxf
Untuk (i) Jika ( ) 00' >xf dipilih bilangan ε >0 tersebut sehingga
( ) 00' >− εxf .
Oleh karena itu untuk δ<h berlaku
( ) ( )h
xfhxf 000 −+<
Untuk setiap ( )δδ +−∈ 00'' ,xxx dan diperoleh 0
'' xx >
δ<=−< hxx 0''0
dan
( ) ( ) 000 >−+ xfhxf
atau
129
( ) ( )0'' xfxf > .
Untuk dan diperoleh ( )δδ +−∈ 00' ,xxx 0
' xx <
δ<<−= hxxh ,00'
dan
( ) ( ) 000 <−+ xfhxf
atau
( ) ( )0' xfxf <
Jadi terbukti bahwa jika berakibat fungsi f naik di . ( ) 00' >xf 0x
Lebih lanjut (ii). Jika ( ) 00' <xf dipilih bilangan ε tersebut di atas sehingga
( ) 00' <+ εxf .
Oleh karena itu untuk δ<h berlaku
( ) ( ) 000 <−+
hxfhxf
Untuk an diperoleh ( )hxhxx +−∈ 00'' , d 0
'' xx >
δ<=−< hxx 0''0
dan
( ) ( ) 000 <−+ xfhxf
atau
( ) ( )0'' xfxf < .
Untuk dan diperoleh ( )hxhxx +−∈ 00' , 0
' xx <
δ<<−= hxxh 0'
dan
( ) ( ) 000 >−+ xfhxf
atau
( ) ( )0' xfxf > .
130
Jadi terbukti bahwa jika , berakibat fungsi ( ) 00' <xf f turun di . ◘ 0x
Definisi 6.1.8. Diketahui fungsi RR →⊂Af : dan Ac ∈ sehingga
1. ( )cf disebut nilai maksimum relatif fungsi f jika terdapat bilangan 0>δ
sehingga berlaku ( ) ( )xfcf > untuk setiap ( ) Accx ∩+−∈ δδ , dan cx ≠ .
2. ( )cf disebut nilai minimum relatif fungsi A jika terdapat bilangan 0>δ sehingga
berlaku ( ) ( )xfcf < untuk setiap ( ) Accx ∩− +∈ δδ , dan cx ≠ .
3. ( )cf disebut nilai ekstrim fungsi f jika ( )cf merupakan nilai maksimum relatif
atau nilai minimum relatif.
Contoh 6.1.9. Diberikan ( ) 1+= xxf . ( ) 10 =f merupakan nilai minimum relatif
fungsi f sebab untuk bilangan 0>δ berlaku ( ) ( )xff <= 10 untuk setiap
( ) ( )δδδδ ,, −=∩−∈ Ax dan 0≠x . Perlu dicatat bahwa ( )0'f tak ada. ☻
Teorema 6.1.10. Jika fungsi terdiferensial di [ ] R→baf ,: ( )bac ,∈ dan nilai
ekstrem (nilai maksimum relatif atau nilai minimum relatif fungsi
( )cf
f ), maka ( ) 0' =cf .
Bukti: Diketahui fungsi f terdiferensial di ( )bac ,∈ dan dianggap nilai
maksimum relatif fungsi
( )cf
f . Jadi , untuk setiap bilangan 0>ε dapat dipilih bilangan
0>δ sehingga
( ) ( ) ( ) ε<−−+ cf
hcfhcf '
atau
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) εε +−+
<<−−+
hcfhcfcf
hcfhcf '
dan
( ) ( )hcfcf +>
Atau
( ) ( ) 0<−+ cfhcf
untuk setiap bilangan h dengan δ<< h0 . Tak mungkin ( ) 0' >cf sebab jika
demikian , maka untuk h >0 diperoleh
131
( ) ( ) ( ) ε+−+<<
hcfhcfcf '0
yang berakibat
( ) ( ) 0>−+
hcfhcf
atau
( ) ( )cfhcf >+
suatu kontrakdisi. Tak mungkin ( ) 0' <cf , sebab jika demikian, maka untuk h <0
diperoleh
( ) ( ) ( )0' <<−−+ cf
hcfhcf ε
yang berakibat
( ) ( ) 0<−+
hcfhcf
sehingga
( ) ( )cfhcf >+ ,
suatu kontradiksi.
Jadi satu-satunya kemungkinan adalah ( ) 0' =cf . ◘
Teorema 6.1.11. Diketahui dan [ ] R→baf ,: ( )bac ,∈
1. Jika fungsi f terdiferensial pada suatu persekitaran ( )δδ +− cc , sehingga ( ) 0' >xf
untuk setiap ( ) ( ) ( ) 00,, '' <=−∈ xfdancfccx δ untuk setiap ( )δ+ maka
( )cf nilai maksimum relatif fungsi
∈ ccx ,
f .
2. Jika fungsi f terdiferensial pada suatu persekitaran ( )δδ +− cc , sehingga ( ) 0' <xf
untuk setiap ( ) ( ) ( ) 00,, '' >=−∈ xfdancfccx δ untuk setiap ( )δ+ maka
( )cf nilai minimum relatif fungsi
∈ ccx ,
f .
Bukti :
1. Jika ( )ccx ,δ−∈ dan menurut teorema nilai rata-rata
[ ]))(()()( ' abcfafbf −=−
132
dan ada pada titik . Kemudian dan diketahui ),( cxC x ∈ 0)(' ≥xCf
)()( cfxf ≤ untuk ( )ccx ,δ−∈ , dengan mengetahui ),( δδ +− cc dan f
mempunyai maksimum realitif di C.
2. Jika ( )ccx ,δ−∈ dan menurut teorema nilai rata-rata
[ ]))(()()( ' abcfafbf −=−
dan ada pada titik . Kemudian dan diketahui ),( cxC x ∈ 0)(' ≤xCf
)()( cfxf ≥ untuk ( )ccx ,δ−∈ .Dan dengan mengetahui ),( δδ +− cc dan f
mempunyai minimum realitif di C.
Fungsi yang monoton ( naik atau turun ) tegas merupakan fungsi injektif,
oleh karena itu fungsi tersebut mempunyai fungsi inverse. Agar suatu fungsi
monoton tegas yang mempunyai derivatif di suatu titik, fungsi inversenya juga
mempunyai turunan di titik yang terkait diperlukan suatu syarat, yaitu kekontinuan
di titik itu.
Teorema 6.1.12. Diketahui fungsi RR →⊂Agf :, monoton tegas, kontinou, dan
terdiferensial di Ac ∈ dengan ( ) 0' ≠cf .Jika fungsi inversenya g monoton tegas dan kontinou
di ( )cfd = , maka g terdiferensial di d dan ( )( )cf
dg '' 1
=
Bukti : Dibentuk fungsi H :
( ) ( )( ) ( )( )( ) ( )dgtg
dgftgftH−−
=
dengan dt ≠ karena g monoton tegas, maka ( ) ( )dgtg ≠ untuk setiap dt ≠ .Oleh
karena itu fungsi h terdefinisi secara baik (well defined). Karena dan
, maka diperoleh
( )( tgft = ))( )( dgd =
( )( ) ( )dgtg
dttH−−
=
Untuk setiap dt ≠ dan ( ) 0≠tH . Akandiperlihatkan dahulu bahwa
( ) ( )cftHdt'lim =→ .
133
Karena fungsi f terdiferensial di c, maka untuk setiap bilangan 0>ε terdapat
bilangan 0>δ sehingga berlaku
( ) ( ) ( )cfcx
cfxf '−−− ε<
Untuk setiap cx ≠ dan
( )δδ +−∩∈ xxAx , .
Karena fungsi g kontinu d =f(c) maka untuk bilangan 0>δ tersebut dapat di pilih
bilangan 0>γ sehingga jika dt ≠ dan
( )γγ +−∩∈ ddAt , ,
maka berlaku
( ) ( ) δ<− dgtg
mengingat g fungsi injektif dan c =g(d), maka diperoleh :
( ) )()()(
))(())(()( '' cfdgtg
dgftgfcftH −−−
=−
ε<−−
= )()()( ' cfcx
cfxf
Untuk setiap ( )δδ +−∩∈≠ xxAxcx ,, atau
( ) ( ) δ<−=−< dgtgcx0
dengan
γ<−< dt0 .
Dengan demikian terbukti bahwa
)()(lim ' cftHct =→ .
Lebih lanjut, karena 0)( ≠tH untuk dt ≠ serta
( )( ))(
1tHdt
dgtg=
−−
Untuk setiap At ∈ dengan dt ≠ , maka diperoleh
134
)(1
)(lim1
)(1lim)()(lim
' cftH
tHdtdgtg
dt
dtdt
==
=−−
→
→→
sehingga )(
1)( ''
cfdg = . ◘
Akibat 6.1.13 Diberikan fungsi f monoton tegas dan kontinu pada selang I maka f
terdeiferensial pada I dengan f’(x) 0≠ untuk setiap Ix ∈ .
Akibat 6.1.14 Diberikan fungsi inverse fungsi f, yaitu fungsi g monoton tegas dan kontinu
pada selang J=f(I) maka g terdiferensial pada J danogf
g'1'=
Contoh 6.1.15 Fungsi f dengan rumus untuk setiap nxxf =)( ( )∞∈ ,0x dan n suatu
bilangan asl, merupakan fungsi naik monoton tegas dan kontinu pada selang ( )∞,0 . Fungsi
inversenya adalah fungsi g dengn rumus
( ) nyyg1
=
Untuk setiap ( )∞∈ ,0y . Fungsi g tersebut merupakan fungs monoton tegas dan kontinu pada
selang ( )∞,0 . Lebih lanjut untuk setiap 0)(' 1 ≠= −nnxxf ( )∞∈ ,0x . Maka diperoleh
( ) ( )( )
( )( )
1
'
'
)(.{1
1'
1
−=
=
=
nygn
ygf
yogfyg
n
nn
yn
yn
11
1
.
1.
1
−
−
=
=
.
111 −
= nyn
. ☻
135
Latihan 6.1
1. Misalkan RR →:f dengan definisi ( ) 2xx untuk x rasional,
untuk x irrasional. Tunjukkan bahwa f terdeferensial di x = 0 dan temukan
f = ( ) 0=xf
( ).0f ′
2. Tunjukkan bahwa ( ) 32
xxf = , R∈x tidak terdefensial di titik x = 0.
3. Misalkan RR →:f terrdefensial di R∈c tunjukkan bahwa
( ) ( ) .1lim ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ +=′ cf
ncfncf
4. jika 0>r suatu bilangan rasional, RR →:f dengan definisi
( ) ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
xr 1sin untuk ,0xxf ≠x dan ( ) 00 =f . Hitung nilai r jika ( )0f ′ ada.
6.2. Teorema Nilai Rata-rata
Teorema yang paling penting, mendasar dan pengembangannya banyak
aplikasinya adalah Teorema Rolle. Pengembangan Teorema Rolle yang paling dekat
adalah Teorema Rata-rata yang banyak pemakaiannya terutama untuk hitung
pendekatan.
Teorema 6.2.1 (Teorema Rolle) Jika fungsi [ ] R→baf ,: mempunyai sifat-sifat
[ ]
.0)('),(0)()()(),()(')(
,)(
00 =∈==∈
xfsehinggabaxterdapatmakabfafiiibaxsetiapuntukadaxfii
bapadaKontinui
f x0
6.2.1.1 Teorema Rolle
a x0 b
=0( )
136
Bukti: Jika 0)( =xf untuk setiap ),( bax∈ , maka bukti selesai. Jika, ada
),( bat∈ sehingga ,0)( ≠tf tak mengurangi arti jika dianggap a dan b dua titik nol
fungsi f yang berturutan pada [a,b]. Jadi ada dua kemungkinan yaitu 0)( >xf untuk
setiap ),( bax∈ atau 0)( <xf untuk setiap ),( bax∈ , dan karena f kontinu pada
[a,b], maka ada ),(0 bax ∈ sehingga
=)( 0xf sup [ ]{ }baxxf ,:)( ∈ ......(1)
Tinggal diperhatikan bahwa f’(x0) = 0. Karena f’(x) ada untuk setiap ),( bax ∈ maka
hxfhxfxf
h
)()(lim)(' 00
00−+
=→
ada. Tak mungkin , sebab untuk h > 0 dan h cukup kecil diperoleh 0)(' 0 >xf
0)()( 00 >−+ xfhxf
atau
)()( 00 xfhxf >+
yang merupakan suatu kontradiksi terhadap (1). Juga, tak mungkin < 0,
sebab untuk h < 0 dan
)( 0xf
h cukup kecil diperoleh
0)()( 00 >−+ xfhxf
atau
)()( 00 xfhxf >+
yang merupakan suatu kontradiksi terhadap (A) lagi. Jadi satu-satunya
kemungkinan adalah
)( 0xf =0.
Bukti sejalan jika < 0 untuk setiap )( 0xf ),( bax ∈ . ◘
Teorema 6.2.2 (Teorema Nilai Rata-rata I) The first mean Value Teotem)
Jika fungsi mempunyai sifat-sifat [ ] R→baf ,:
i. f kontinu pada [ ]ba ,
ii. f’(x) ada untuk setiap ),( bax ∈
137
maka terdapat ),(0 bax ∈ sehingga
abafbfxf
−−
=)()()(' 0
Perhatian: bahwa syarat-syarat (i) dan (ii) pada Teorema Roole dan Teorema Rata-
rata I, tetapi syarat (iii) pada Teorema Rolle tak perlu ada pada Teorema Rata-rata I.
a bx0 x
d(x)
6.2.2.1 Teorema Nilai Rata-Rata
Bukti: Dibentuk fungsi [ ] R→bad ,: dengan rumus
)()()()()()( axab
afbfafxfxd −−−
−−=
Mudah ditelusuri bahwa fungsi d tersebut memenuhi syarat-syarat (i), (ii), (iii) pada
Teorema Roole. Oleh karena itu, terdapat ),(0 bax ∈ sehingga , jadi 0)(' 0 =xd
abafbfxfxd
−−
−=)()()(')( 0
atau
abafbfxf
−−
−)()()(' 0 ◘.
Teorema Nilai rata-rata I dapat diubah bentuknya sebagai berikut. Ditulis
d = b – a
Oleh karena itu d = a + b. Jika )1,0(∈θ tentu bdadaa =+<+< θ . Dengan
demikian Teorema Nilai Rata-rata I dapat ditulis sebagai berikut.
Teorema 6.2.3 Jika fungsi [ ] R→+ daaf ,: maka mempunyai sifat-sifat
i. f kontinu pada [ ]daa +,
ii. f’(x) ada untuk setiap [ ]daa f +,:
138
maka terdapat bilangan θ dengan 10 <<θ sehingga
)(')()( dadfafdaf θ++=+
Selanjutnya, jika fungsi f’ fungsi kontinu di sekitar titik a, maka
)('lim)('0
dafafh
θ+=→
sehingga diperoleh
)(')()( adfafdaf +≈+
Contoh 6.2.4. Hitung nilai pendekatan 01,0−e . Diambil f(x) = xe dan karena -0,01 dekat
dengan 0, maka diambil a = 0 dan a + h = 0 + (-0,01). Jadi, h = -0,01. Karena f(x) = xe
dan kontinu di 0, maka
)(')()( ahfafhaf +≈+
yaitu 01,0−e . ☻ 99,0)01,0( 00 ≈−+≈ ee
Contoh 6.2.5. Hitung nilai pendekatan arctan (0,025). Dari
arctan = 0,025 = arctan(0 + 0,025)
memberikan petunjuk pengambilan f(x) = arctan x, a = 0, dan h = 0,025. karena
211)('x
xf+
=
dan kontinu di a = 0 diperoleh
)(')()( ahfafhaf +≈+
sehingga
76.0249843840)025,0(1
1)025,0(0arctan025,0arc 2 =++≈ .
Selanjutnya akan dibahas Aturan L’Hospital yang merupakan Pengembangan
Teorema Nilai Rata-rata I adalah Teorema Nilai Rata-rata II yang sangat
bermanfaat untuk menghitung nilai limit bentuk tak tentu seperti
,,.0,,00
∞−∞∞∞∞ dan sebagainya.
139
Teorema 6.2.6 (Teorema Nilai Rata-rata II) Diberikan fungsi
mempunyai sifat-sifat:
[ ] R→+ haagf ,:,
(i) f dan g kontinu pada [ ]haa +,
(ii) f’(x) dan g’(x) ada untuk setiap ),,( haax +∈
Maka terdapat bilangan θ dengan 10 << θ sehingga
)()()()(
)(')('
afhagafhaf
haghaf
−+−+
=++θθ
asalkan g(a+h)≠ g(a).
Bukti: Dibentuk fungsi [ ] R→+ haak ,: dengan rumus
{ })()()()()()()()()( agxg
aghagafhafafxfxh −
−+−+
−−=
Mudah ditelusuri bahwa fungsi k memenuhi syarat-syarat Teorema Rolle sehingga
berlaku 0)(' =+ hak θ untuk )1,0(∈θ . Jadi
{ } 00)(')()()()(0)(')(' =−+
−+−+
−−+=+ hagaghagafhafhafhak θθθ
atau
)()()()(
)(')('
aghagafhaf
haghaf
−+−+
=++θθ . ◘
Teorema Nilai Rata-rata II tetap berlaku jika selang (a,a+h) diganti dengan selang
(a-h,a).
Seklanjutnya akan Aplikasikan suatu dalil L’Hospital menjadi teorema berikut ini
Teorema 6.2.7. Diberikan fungsi [ ] R→+ haagf ,:, , sehingga
1. Jika f dan d terdeferensuial dan 0)()( 00 == xgxf berlaku bentuk 00
140
2. Jika f dan g kontinu dan terdeferensial di sekitar dan ∞=→
)(lim0
xfxx
dan
∞=→
)(lim0
xgxx
. berlaku bentuk∞∞
3. Jika f dan g kontinu dan terdeferensial di sekitar dan ∞=→
)(lim0
xfxx
dan
∞= . berlaku bentuk 0.∞ ∞−∞ →
)(lim0
xgxx
dan
∞=4. Jika f dan g kontinu dan terdeferensial di sekitar dan →
)(lim xf dan 0xx
∞=→
)(lim0
xgxx
berlaku bentuk 00 ,0,1 ∞∞ .
Bukti:
1. ngsi f dan d terdeferensial di sekitar (pada suatu perserikatan) titik
x0
Diketahui fu
, 0)( ≠xg dan ,0)(' ≠xg untuk 0xx ≠ . Jika
0)()( 00 == xgxf
akan dicari
)()
0 xgx
xx→
Menurut hipotesis, ada bilangan 0>
(lim f
δ sehing tinu pada ga f dan g kon
[ ]hxhx +− 00 , serta dan ada untuk setiap )(' xf )(' xg ∈x [ ]hxhx +− 00 ,
untuk setiap h dengan δ<< h0 . Oleh karena itu, berdasarkan Teorema Nilai
pat bilangan θ dengan 10 <<θRata-rata II, Terda sehingga berlaku
)()()()(
)(')('
00
00
0
0
xghxgxfhxf
hxghxf
−+−+
=++θθ
Hal ini berakibat
141
)(')('lim
)(')('lim
)(')('lim
)()()()(lim
)()(lim
)()(lim
0
0
0
0
0
0
00
00
0
0
0
0
xgxf
tgtf
hxghxf
xghxgxfhxf
hxghxf
xgxf
xx
xt
h
h
hxx
→
→
→
→
→→
=
=
++
=
−+−+
=
++
=
Jadi diperoleh:
)(')('lim
)()(lim
00 xgxf
xgxf
xxxx →→=
2. Diketahui fungsi f dan g kontinu dan terdeverensial di sekitar titik x0 kecuali di
x0 serta ∞=→
)(lim0
xfxx
dan ∞=→
)(lim0
xgxx
. Jika 0)(' ≠x dan 0)(' ≠xg untuk
0xx ≠ akan dicari
f
)()(lim
0 xgxf
xx→
Karena ∞=→
)(lim0
xfxx
dan ∞=→
)(lim0
xgxx
, maka diperoleh dan 0)(lim0
=→
xFxx
0)(lim0
=→
xGxx
dengan )(
1)(xf
xF = dan )(
1)(xg
xG = . Oleh karena itu
dengan didefinisikan fungsi F dan G seperti itu sehingga .
Mudah difahami bahwa F dan G kontinu dan terdeverensial di sekitar x0.
Selanjutnya, menurut bentuk
0)()( 00 == xGxF
00 diperoleh
142
{ }{ }
)(')(
)()('lim
)(')('lim
)()(lim
)()(lim
2
20
0
00
xfxf
cgxg
xGxFxGxF
xgxf
xx
xx
xxxx
→
→
→→
=
=
=
Akibatnya
)()(lim
)(')('lim1
00 xgxf
xfxg
xxxx →→⋅=
atau
)(')('lim
)()(lim
00 xgxf
xgxf
xxxx →→=
Perlu mendapat perhatian bahwa limit ∞∞ dan limit bentuk
00 walaupun
mempunyai rumus yang sama tetapi persyaratannya sedikit berbeda; pada limit
bentuk ∞∞ fungsi f dan g tak terdefinisi di titik x0.
3. a) Diketahui ∞=→
)(lim0
xfxx dan ∞=
→)(lim
0
xgxx
, akan di carim dan
{ })()(lim0
xgxfxx
−→
.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh fungsi f dan g para bentuk ini
sama dengan yang terdapat pada limit bentuk
∞−∞
∞∞ . Selanjutnya, karena
)()(1
)(1
)(1
)()(
xgxf
xfxgxgxf−
=−
maka diambil
)(1
)(1)(
xfxgxF −=
dan
143
G(x) = )()(
1xgxf
,
masing-masing untuk 0xx ≠ berlaku 0)( 0 =xF dan . Jadi,
diperoleh limit bentuk
0)( 0 =xG
00 . Selanjutnya
{ }
)(')('lim
)()(lim)(0(lim
0
00
xGxFxGxFxgxf
xx
xxxx
→
→→
=
=−.
3. b) Diketehui 0)(lim0
=→
xfxx
dan ∞=→
)(lim0
xgxx
; akan dicari dan
)()(lim0
xgxfxx→
.
Fungsi f dan fungsi g masing-masing terdeferensial di sekitar titik x0 dan f
kontinu di x0. Karena 0)( ≠xf untuk 0xx ≠ ,
0)( =xf dan ∞=→
)(lim0
xgxx
,
maka dibentuk fungsi G dengan G(x0) = 0 dan
)(1)(xg
xG = .
Mudah difahami bahwa fungsi G kontinu dan terdeferensial di sekitar titik
x0. Menurut limit bentuk00 diperoleh
)(')(lim
)()(lim)()(lim
0
00
xx
xxxx
xGxfxGxfxgxf
→
→→
=
=
4. Limit bentuk 00 ,0,1 ∞∞ dapat dibawa ke limit bentuk 00 atau
∞∞ asalkan
sepasang fungsi yang terkait memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan limit
144
bentuk 00 atau
∞∞ . Untuk mengubag limit bentuk 00 ,0,1 ∞∞ ke limit bentuk
00
atau ∞∞ digunakan rumus abb ea log⋅= . ◘
Contoh 6.2.8. Jika f(x) = sin x dan g(x) = x, maka mudah difahami bahwa f dan g
kontinu dan mempunyai turunan di sekitar titik 0 serta f(0) = g(0) = 0,
dan 0 untuk setiap 0
0cos)(' ≠= xxf
1)(' ≠=xg ≠x (x disekitar 0). Oleh karena itu diperoleh
1coslim
)(')('lim
)()(limsinlim
0
0
00
xxgxfxgxf
xx
x
x
xxxx
→
→
→→
=
=
=
.
10cos == . ☻
Contoh 6.2.9. Jika dan 1)( −= xexf xxg =)( , maka mudah difahami bahwa f dan g
kontinu dan mempunyai turunan di sekitar titik 0 serta f(0) = g(0) = 0 , an
untuk setiap 0
xexf =)(' d
01)(' ≠=xg ≠x (x disekitar 0). Oleh karena itu diperoleh
1lim
)(')('lim
)()(lim1lim
0
0
0
00
===
=
=−
→
→
→→
eexgxf
xgxf
xe
x
x
x
x
x
x
1
Contoh 6.2.10. Akan dihitung
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −=
→ xxxx sin11lim
0
.
Fungsi x
xf 1)( = dan x
xgsin
1)( = kontinu dan turunan di sekitar titik 0 kecuali di 0
sendiri. Dibentuk fungsi:
145
)(1
)(1)(
xfxgxF −=
dan
)()(1)(
xgxfxG =
untuk dan 0xx ≠ 0)0()0( ==GF . Jelas bahwa fungsi F dan G merupakan sepasang fungsi
yang memenuhi syarat-syarat limit bentuk 00 . Oleh karena itu
xxxx
xGxFxGxF
xxxx
xx
x
x
x
xx
sincos1coslim
)(')('lim
)()(lim
sinsinlim
sin11lim
0
0
0
00
+−
=
=
=
−=⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −
→
→
→
→→
Karena
1cos)(' −= xxF
dan
xxxxG sincos)(' += ,
maka diperoleh dan sepasang fungsi yang memenuhi syarat-syarat limit bentuk 'F 'G00 . Oleh
karena itu,
xxxx
xGxF
xGxF
xxxx
x
x
xx
sincos2sinlim
)('')(''lim
)(')('lim
sincos1coslim
0
0
00
−−
=
=
=+−
→
→
→→
020== . ☻
146
Contoh 6.2.11. Diberikan y
yy y ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+=
→
11lim0
Limit bentuk . Untuk menyelesaikan,
ambil
∞1
yyf 11)( +=
dan yyg =)( . Jadi,
)(log)(
)(
lim
))((lim11lim
yfyg
y
yg
y
y
y
e
yfy
⋅
∞→
∞→∞→
=
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
Cukup dihitung dahulu
{ }
{ }{ }
1
11
1lim
111
1
lim
)()(
)(')('lim
)()('
)()('
lim
)(1
)(loglim)(log)(lim
22
2
2
=
+=
+
−⋅
−=
−⋅=
−=
=⋅
∞→
∞→
∞→
∞→
∞→∞→
y
y
yy
xfyg
ygyf
ygyg
yfyfyg
yfyfyg
y
y
y
y
yy
Jadi dapat disimpulkan
eey
y
y==⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
∞→
111lim . ☻
147
Latihan 6.2.
1. Gunakan teorema nilai rata-rata untuk membuktikan yxyx −≤− sinsin ,
untuk semua R∈yx , .
2. Misalkan 0>> ba dan N∈n memenuhi 2≥n . Buktikan ( )nnn baba111
−<−
3. Misalkan [ ] R→baf ,: continu pada [a,b] dan terdeferential di (a,b)
tunjukkan jika Afax
=′→
lim maka ( )af ′ ada dan ( ) Aaf =′ .
4. Misalkan f terdeferensial pada ( )∞,0 dan andaikan ( ) ( )( ) Lxfxfx
=′+∞→
lim .
Tunjukkan bahwa Lf dan 0x
=∞→
lim lim =′∞
. →
fx
6.3. Teorema Taylor dan Metode Newton
Pada kalkulus lanjutan telah dibicarakan deret pangkat
...)()( 2210 +−+−+ axcaxcc
Beserta selang kekonvergenannya. Jika x terletak didalam selang
kekonvergenan deret pangkat tersebut berarti deret tu konvergen kesuatu nilai
)(xf . Dengan kata lain , jka I selang kekonvergenan deret pangkat itu maka untuk
setiap Ix ∈ pada suatu fungsi f sehngga berlaku
...)()()( 2210 +−+−+= axcaxccxf
Yang berarti untuk setiap Ix ∈ dan bilangan 0>ε terdapat bilangan asli
0η sehingga untuk setiap 0ηη ≥ berakibat
ε<−=−−= ∑∑>= 0
0
)()()()(0 nk
kk
n
k
kkn axcaxcxfxR
Sekarang masalahnya dibalik, jika diketahui fungsi f dan titik a, apakah ada
nilai sehingga untuk setiap 0
...,,2,1 nccc 0>ε ada bilangan asli 0η sehingga
ε<−−= ∑=
0
0
)()()(n
k
kkn axcxfxR
148
Untuk setiap Ix ∈ dengan Ia∈ , dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi
oleh fungsi f itu.
Teorema 6.3.1 (Teorema Taylor) Jika [ ]bax ,0 ∈ dan fungsi
memenuhi syarat-syarat
[ ] R→baf ,:
i. f kontinu pada [ ]ba, dan
ii. )( ada untuk setiap ),...,(),(),( )1( xfxfxfxf n+′′′′′′ [ ]bax ,∈
Maka untuk setiap [ ]bax ,∈ terdapat titik c yang terletak di antara x dan
sehingga berlaku 0x
)()(!
)(...)(!2
)()(!1
)()()( 00
)(2
00
00
0 xRxxn
xfxxxfxxxfxfxf nn
n
+−++−′′
+−′
+=
Dengan
10
)1(
)()!1()()( +
+
−+
= nn
n xxn
cfxR
Bukti : Diambil sebarang [ bax , ]∈ tetap dan ditulis dengan I selang tertutup yan
ujung-ujungnya dan 0x x .
(*) Selanjutnya dibentuk fungsi R→IF : dengan rumus
)(!
)(...)(!2
)()(!1
)()()()( )(2
tfn
txtftxtftxtfxftF nn−
−−′′−−′−
−−=
Maka
0)(!
)(...)(!1
)()()()( )( =−
−−′−−−= xf
nxxxfxxxfxfxF n
n
Ittfn
txtftxtftxtftF nn
∈∀−
−−′′′−−′′−
−′−=′ + ),(!
)(...)(!2
)()(!1
)()()( )1(2
Ittfn
txtF nn
∈∀−
−=′ + ),(!
)()( )1(
(*) Kemudian dibentuk fungsi baru, untuk setiap It∈ selanjutnya dibentuk fungsi
R→IG : dengan rumus
)()()( 0
1
0
xFxxtxtFtG
n+
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−
−=
149
0)(00)(
)()()( 0
1
0
=−=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−
−=+
xGxG
xFxxxxxFxG
n
Maka terpenuhi teorema rolle bahwa G kontinu pada I )(tG′ ada untuk setiap
It ∈ dan
0)()( 0 == xGxG
maka terdapat yang terletak diantara dan c 0x x sehingga 0)( =′ cG
)()()( 0
1
0
xFxxcxcFcG
n+
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−
−=
)()()()1()()( 01
0
xFxx
cxncFcG n
n
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−
++′=′+
10
0
010
)()()1(
)()(
)()()()1()(
+
+
−−
+
′−=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−
+−=′
n
n
n
n
xxcxn
cFxF
xFxx
cxncF
( ))(.
)()(.
!)(.
11
)()()1(
)(!
)(
)(
)1(1
0
10
)1(
0
cfcx
xxn
cxn
xxcxn
cfn
cx
xF
nn
nn
n
n
nn
++
+
+
−−−
+=
−−
+
−
−=
= 10
)1(
)()!1()( +
+
−+
nn
xxn
cf
= )(xRn
dan
150
)(!
)(...)(!1
)()()()( )( tfn
txtftxtfxfxF nn−
−−′−−−=
)(!
)(...)(!1
)()()()( )( tfn
txtftxtftFxf nn−
++′−++=
subsitusi 0xt =
)(!
)(...)(!1
)()()()( 0)(0
00
00 xfnxxxfxxxfxFxf n
n−++′−
++=
)()(!
)(...)(!1
)()( 0)(0
00
0 xRxfnxxxfxxxf n
nn
+−
++′−+= . ☻
Untuk selanjutnya berdasarkan Teorema 5.3.1
nn
n xxn
xfxfxxxfxfxP )(!
)(...!2
)()(!1
)()()( 00
)(0
00
0 −++′′
+−′
+=
Disebut polinomial Taylor berderajat n ntuk fungsi f di dan 0x
10
)1(
)()!1()()( +
+
−+
= nn
n xxn
cfxR
Disebut sisa taylor, oleh karena itu jika fungsi memenuhi syarat-syarat teorema
taylor sehingga diperoleh
f
)()()( xRxPxf nn +=
Dan disebut ekspansi taylor fungsi f di . 0x
Jika fungsi f memenuhi syarat-syarat teor ema taylor pada [ maka
diperoleh
]ba,
)()()( xRxPxf nn +=
untuk setiap [ ]bax ,∈ jika nilai )(xRn cukup kecil maka polynomial taylor dapat
dipandang sebagai nilai pendekatan ke-n nilai )(xf jadi
)()( xPxf n≈
Dengan nilai korelasi (kesalahan) mutlak )(xRn diketahui bahwa
151
)!1(
)!1()(
)(
10
10
)1(
+−
≤
−+
=
+
++
nxxM
xxn
cfxR
n
nn
n
Dengan
{ }IxxfM n ∈= + :)(sup )1(
Dan I selang tertutup yang dibentuk oleh dan 0x x . Jika 0xx − mengecil, maka
berakibat nilai )(xRn mengecil pula. Nilai M juga mengecil pula asalkan
kontinu.
)1( +nf
Contoh 6.3.2. Akan dihitung nilai pendekatan 02,0−e sampai benar 7 angka dibelakang
koma. Dapat diambil Karena -0,02 dekat dengan 0, maka diambil .)( xexf =
02,0dan00 −== xx . Karena
xk exf =)()( , untuk setiap bilangan asli [ ]0,02,0dan −∈xk , maka diperoleh
[ ]}{
11
11
1
11
)01,0()!1(
2
0,02,0;sup)01,0()!1(
2
)02,0()!1(
)002,0()!1()()02,0(
++
++
+
++
+≤
−∈+
≤
+=
−−+
=
nn
tnn
n
nn
n
n
ten
nc
ncfR
Dengan mengambil n=3 dan karena 02,0)002,0(0 −=−−=− xx sehingga
980198666,0!3
)02,0(!2
)02,0(!1
)02,0(1
)02,0(!3
)0(''')02,0(!2
)0('')02,0(!1
)0(')0(
)02,0(
32
32
02,0
≅
−+
−+
−+≅
−+−+−+≅
−≅−
ffff
fe
152
Benar sampai dengan 7 angka di belakang koma, atau dengan kesalahan mutlak
00000001,0)01,0()02,0( 4 =<−nR . ☻
Menurut Teorema Taylor telah diperoleh
)()(!
)()(!2
)('')(!1
)(')()( 002
00
00
0 xRxxnxfxxxfxxxfxfxf n
nn
+−+⋅⋅⋅+−+−+=
Jika dituliskan dengan ,10,dan 00 <<+=−= θθhxcxxh maka diperoleh
)(!
)(!2
)(''!1
)(')()( 00200
00 hxRhnxfhxfhxfxfhxf n
nn
+++⋅⋅⋅+++=+
Dengan
10)1(
0 )!1()()( +
+
++
=+ nn
n hn
hxfhxR θ ,
dan θ suatu bilangan antara 0 dan 1 ( 10 <<θ )
Jika ada untuk setiap dan setiap )(xf k [ bax ,∈ ] Nk∈ , maka diperoleh deret
pangkat di dalam )( 0xx − :
⋅⋅⋅+−′′
+−′
+= 20
00
00 )(
!2)()(
!1)()()( xxxfxxxfxfxf
Atau
⋅⋅⋅+′′
+′
+=+ 20000 !2
)(!1
)()()( hxfhxfxfhxf
yang disebut deret Taylor atau ekspansi Taylor untuk f(x) di . 0x
Khususnya, deret Taylor untuk f(x) di 0 adalah (ii).
⋅⋅⋅+′′
+′
+= 2
!2)0(
!1)0()0()( xfxffxf
yang disebut deret Maclaurin untuk f(x)
Jika )(xf ′ dan )(xf ′′ ada untuk setip [ ]bax ,∈ dan kontinu pada
maka menurut teorema taylor diperoleh
f ′′
[ ba , ]
20
00
00 )(
!2)()(
!1)()()( xxxfxxxfxfxf −
′′+−
′+=
Dengan c suatu titik di antara dan x 0x
153
2)()()()(
2
0000hhxfhxfxfhxf θ+′′+′+=+
Dengan 0xxh −= dan θ suatu bilangan dengan 10 <<θ karena disyaratkan
kontinue pada
f ′′
[ ]ba ,
Contoh 6.3.4. Diberikan Tentukan deret Taylor f di a, kemudian hitung nilai
pendekatan
.)( xexf =
98,0e . Untuk setiap N∈k , diperoleh
αeafdanexf kxk == )()( )()(
Oleh karena itu deret Taylor untuk adalah adiexf x=)(
⋅⋅⋅+−′′
+−′
+= 3020 )(!3
)()(!2
)()()( axxfaxxfafxf
atau
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⋅⋅⋅+−
+−
+−
+=
⋅⋅⋅+−+−+−+=
!3)(
!2)(
!1)(1
)(!3
)(!2
)(!1
32
32
axaxaxe
axeaxeaxeee
a
aaaax
Selanjutnya, karena 98,0=x dekat dengan 1=a , maka diperoleh
664457,2)980198666,0)(590457182818284,2(
)000001333,00002,002,01(!3
)02,0(!2
)02,0(!1
)02,0(132
198,0
≅≅
⋅⋅⋅+−+−=⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⋅⋅⋅+−
+−
+−
+=
e
ee
(benar paling sedikit 20 angka di belakang koma, atau 203 10)98,0( −<R ). ☻
Bilangan a disebut titik nol fungsi f jika 0)( =af . Dengan kata lain titik
nol fngsi f adalah akar persamaan 0)( =xf . Secara geometri titik nol fungsi f
adalah nilai x sehingga kurva )(xfy = memotong sumbu datar. Jadi titik nol
fungsi
a
f jika dan hanya jika )0,())(,( aafa = merupakan titik potong kurva
)(xfy = dengan sumbu-X
154
Teorema 6.3.5 (Metode Newton) Diberikan selang tertutup [ baI , ]= dan fungsi
R→If : yang terdeferensial dua kali berturut-turut, jadi )(xf ′ dan ada untuk
setiap
)(xf ′′
Ix ∈ . Diketahui pula bahwa 0)(,0)()( >≥′< mxfbfaf untuk setiap Ix ∈
dan Mxf ≤′′ )( untuk setiap Ix ∈ dn untuk suatu konstanta 0>M tentu ada selang
yang memuat titik nol fungs II ⊂∗ f katakanlah r sehingga untuk setiap baris
bilangan dengan
∗∈ Ix1
{ } ∗⊂ Ixn
)()(
1n
nnn xf
xfxx′
−=+
Konvergen ke r lebih lanjut
21 rxKrx nn −≤−+ , dengan
mMK2
=
y=f(x)
r x3 x2 x1
(x1, f(x1))
6.3.5.1 Ilustrasi Metode Newton
Bukti: Menurut hipotesis fungsi f kontinu pada , naik tegas atau turun tegas
pada selalu terdapat garis singgung pada kurva
I
I )(xfy = di setiap titik
dengan dan
))(,( afa
Ia∈ f mempunyai titik nol didalam ),( ba . Jika diambil garis
singgung pada kurva di titik mempunyai persamaan
Ix ∈1
))(,( 11 xfx
))(()( 111 xxxfxfy −′=−
Dari garis singgung ini memotong sumbu-X di titik ( )0,2x dengan
))(()(0 1211 xxxfxf −′=−
atau
155
)()(
1
112 xf
xfxx′
−=
Dengan cara yang sama, dibuat garis singgung di titik pada
kurva
))(,( 22 xfx
)(xfy = yang memotong sumbu-X dititik dengan )0,( 3x
)()(
21
223 xf
xfxx′
−=
Proses tersebut dikerjakan terus-menerus maka dperoleh rumus umum
)()(
1n
nnn xf
xfxx′
−=+ ; Ν∈n
Tinggal diperlihatkan bahwa { }nx konvergen ke r dan
21 rxKrx nn −<−+ .
Karena fungsi f kontinu pada ),( ba dan 0)()( <bfaf maka ada ),( bar ∈
sehingga 0)( =rf karena 0)( >′ xf untuk setiap [ ]bax ,∈ berakibat bahwa tepat
ada satu sehingga [ bar ,∈ ] 0)( =rf . Karena fungsi f memenuhi syarat Teorema
Taylor dengan 2=n maka jika di ambil titik tetap x ′ I∈ yang pengambilannya
sebarang, maka terdapat titik c I∈ yang terletak diantara x ′ dan r sehingga
berlaku
2)(!2
)()(!1
)()()(0 xrcfxrxfxfrf ′−′′
+′−′′
+′==
Yang berakibat
2))((21))(()( xrcfxrxfxf ′−′′+′−′′=′′−
Dibentuk x ′′ dengan rumus
)()(
xfxfxx′′′
−′=′′
Dengan memanfaatkan nilai yang diperoleh di atas, dan sedikit
manipulasinya, maka diperoleh
)'(xf
156
2)'()'(')(''
21)'(''' xr
xfcfxrxx −+−+=
yang berakibat
2)'()'(')(''
21'' xr
xfcfrx −=−
dan karena Ic ∈ , serta terbatas pada I, maka diperoleh ''dan' ff
2
2
'
')('')(''
21''
rxK
rxcfcf
rx
−≤
−=−
Selanjutunya diambil bilangan k1dengan0 <> δδ dan dibentuk selang tertutup
[ ]δδ +−= rrI ,*
Jelas bahwa diperoleh ** jikadan IxII n ∈⊂ δ≤− rxn dan
δδ ≤≤−≤−+22
1 KrxKrx nn
yang berarti . Oleh karena itu, jika pada awalnya diambil akan
berakibat untuk setiap
*1 Ixn ∈+
*1 Ix ∈
*Ixn ∈ Nn∈ . Juga jika berakibat *1 Ix ∈
rxKrx nn −<−+ 11 )( δ
dan karena 1<δK maka dapat disimpulkan bahwa barisan { }nx konvergen ke r. ◘
Contoh. 6.3.6. Akan dihitung nilai pendekatan 2 , yaitu titik nol fungsi:
bilangan r =
2)( 2 −= xxf
2 terletak antara 1 dan 2. Karena
012)(' >=≥= mxxf
pada selang [ ]2,1=I dan
32)('' =≤= mxf
pada selang [ ]2,1=I , maka metode Newton dapat digunakan untuk fungsi f tersebut. Jadi,
)2(21
222
1n
nn
nnn x
xx
xxx +=−
−=+
157
Dengan mengambil titik awal diperoleh 11 =x
...)744142135623,1(470832665857
...),414215,1(408577...),14666,1(
1217,5,1
23
5
432
==
======
x
xxx
yang telah benar 10 angka di belakang koma. ☻
Latihan 6.3.
1. Misalkan axxf cos)( = untuk R∈x dimana 0≠a . Temukan ( )xf n
untuk RN ∈∈ xn , .
2. Tunjukkan bahwa jika 0>x , maka .2111
81
211 2 xxxx +≤+≤−+
3. Gunakan teorema taylor dengan n=2 untuk aproximasikan 2.1 dan 2 .
4. Jika 0>x tunjukkan bahwa ( ) .815
91
3111 32
31
xxxx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛≤⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −+−+
5. Hitung e dengan koreksi tepat 7 desimal.
158
7 INTEGRAL RIEMANN
Pembahasan fungsi yang dibicarakan adalah fungsi bernilai real dan yang
didefinisikan pada selang tertutup dan terbatas. Suatu partisi P pada selang (a,b)
suatu himpunan berhingga
{a = x0, x1, x3, x4, x5, ….xn = b}
sedemikian sehingga
.1210 bxxxxxa nn =<<<<<= −L
A=x0 x1 x2 x3 xn-1 xn
7.1.1.1. Partisi pada [a,b]
Norma partisi P yang dinyatakan dengan ⏐P⏐adalah nilai terbesar diantara
bilangan (xi-xi-1), i =1, 2, … n. ⏐P⏐= maks{xi-xi-1: 1≤ i ≤ n).
7.1. Definisi Integral Riemann
Definisi 7.1.1. Misalkan fungsi riil dan terbatas yang didefinisikan pada selang tertutup [a,b].
Untuk setiap partisi P pada [a,b] dibentuk jumlahan atas
U = ∑=
−−n
iiii xxm
11 )(
Dari jumlahan bawah
L = ∑=
−−n
iiii xxm
11 )(
Dengan
mi = sup f (x) dan
159
mi = inf f (x), i = 1, 2, …, n.
dengan xi-1 ≤ x ≤ xn .
Maka dapat dibentuk
∫− b
aR f (x)dx = inf U(P,f)
disebut Integral Atas Riemann fungsi f pada [a,b] dan
∫−
b
aR f (x)dx = sup L (P,f )
disebut Integral Bawah Riemann fungsi f pada [a,b] dengan infimum dan
supremum diambil meliputi semua partisi P pada [a,b], jika nilai integral atas dan
integral bawah sama, maka dikatakan bahwa f dapat Terintegral Riemann pada
[a,b] dan dinyatakan Riemann fungsi f pada [a,b] dan dinyatakan dengan f∈[a,b].
Nilai yang sama ini dinamakan Integral Riemann fungsi f pada [a,b] dan ditulis
( )∫b
adxxf )(R
jadi
( )∫b
aR f (x)dx = f (x)dx = ( ) f (x)dx ( )∫
− b
aR ∫
−
b
aR
Contoh 7.1.2. Diberikan fungsi konstan f (x) = k dan
⎩⎨⎧
=irrasionalxrasionalx
xg,0,1
)(
dengan a ≤ x ≤ b. Untuk sembarang partisi P pada [a,b] diperoleh
U (P,f ) = k(b-a)
dan
L(P,f ) = k(b-a).
Jadi diperoleh
( )∫− b
aR f (x)dx = ( ) f (x)dx = k(b-a) ∫
−
b
aR
160
sehingga
f ∈ R [a, b] dan f (x)dx = k(b-a) ( )∫b
aR
sedang
U(P,g) = b – a
dan
L(P, g) = 0
untuk setiap partisi P pada [a,b]. dengan demikian didapatkan
( )∫− b
aR f (x)dx = b – a
dan
( )∫−
b
aR f (x)dx = 0.
sehingga g ∉ R [a,b] yakni g tidak dapat terintegral Riemann pada [a, b]. ☻
Definisi 7.1.3. Diberikan P dan Q partisi [a, b] dan P ⊃ Q sehingga dikatakan bahwa
partisi P lebih halus dari pada Q, atau P suatu penghalusan Q, Jika P1 dan P2 partisi pada
[a,b] maka P* = P1 ∪ P2 merupakan partisi penghalusan untuk P1 dan untuk P2 partisi P*
disebut penghalusan gabungan untuk P1 dan P2.
Teorema 7.1.4. Dibrikan fungsi terbatas pada [a,b], jika P ⊃ Q maka
L(P,f ) ≥ L(Q,f ) dan U(P,f ) ≤ U(Q,f ).
Bukti: Akan dibuktikan ketidaksamaan yang kedua saja. Diandaikan bahwa P
hanya memuat satu titik c di luar Q = {x0, x1, …. xn) dan xk-1 < c < xk. Kita
namakan dan km′ km ′′ berturut-turut supremum nilai f (x) pada [xk-1,c] dan pada
[c,xk], dan Mk supremum f (x) pada [xk-1, xk]. maka km′ ≤ dan M” ≤ Mk. km
Jadi
U(P,f ) – U(Q,f ) = km′ (c-xk-1) + km ′′ (xk-c) – Mk (xk – xk-1)
≤ mk(c-xk-1) + mk (xk-c) – Mk(xk-xk-1) = 0
161
Telah kita buktikan bahwa U(P,f ) ≤ U(Q,f ) untuk P hanya memuat satu titik di
luar Q, jika P memuat lebih dari satu titik di luar partisi Q, misalnya r titik, maka
bukti dikerjakan dengan mengulang proses di atas sampai r kali. ◘
Teorema 7.1.5. Diberikan fungsi terbatas pada [a,b], maka Untuk sembarang P dan Q
berlaku
L(P,f ) ≤ U(Q,f )
Bukti: Dibentuk penghalusan gabungan P* = P ∪ Q. Mudah dimengerti bahwa
untuk setiap partisi T berlaku
L(T,f ) ≤ U(T,f ).
Menurut Teorema 7.1.4 diperoleh
L(P,f ) ≤ L(P*,f ) ≤ U (P*,f ) ≤ I(Q,f ), ◘
Teorema 7.1.6. Jika partisi P dan Q berlaku L (P,f ) ≤ U(Q,f ). maka
( )∫−
b
aR f (x) dx ≤ f (x) dx ( )∫
− b
aR
Bukti: Diketahui untuk setiap partisi P dan Q berlaku
L (P,f ) ≤ U(Q,f ).
Jika P diambil tetap, dan Q bergerak meliputi semua partisi Q pada [a,b], maka
L(P,f ) adalah suatu batas bawah dari himpunan jumlah-jumlah atas {U(Q,f )}. Jadi
L(P,f ) ≤ inf {U(Q,f )} = ( ) f (x) dx ∫− b
aR
selanjutnya jika F meliputi semua partisi pada [a, b], maka
( )∫− b
aR f (x) dx,
merupakan suatu batas atas himpunan jumlah-jumlah bawah {L(P,f)}.Dengan
demikian
162
sup {L (P,f )} = f (x) dx ≤ ( ) f (x) dx. ◘ ( )∫−
b
aR ∫
− b
aR
Teorema 7.1.7. Diberikan fungsi f ∈R [a,b] jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0
terdapat partisi P pada [a, b] sehingga berlaku
U(P,f ) – L(P,f ) < ε
Bukti: Untuk setiap partisi P berlaku
L(P,f ) ≤ f (x) dx ≤ f (x) dx ≤ U(P,f ) ( )∫−
b
aR ( )∫
− b
aR
Jadi
0 ≤ f (x) dx - f (x) dx ≤ U(P,f ) – L(P,f ) ( )∫− b
aR ( )∫
−
b
aR
Dengan demikian, jika untuk setiap ε > 0 terdapat P sehingga
U(P, f ) – L(P,f ) < ε,
maka kita mempunyai hubungan
0 ≤ ( ) f (x) dx - ( ) f (x) dx < ε ∫− b
aR ∫
−
b
aR
yang berlaku untuk setiap ε > 0 jadi
( )∫− b
aR f (x) dx - f (x) dx ( )∫
−
b
aR
yang berarti f ∈R [a,b]. Sekarang diandaikan f ∈R [a, b] dan diberikan ε > 0 karena
( )∫b
aR f (x) dx = sup L(P,f ) = inf U(P,f ),
maka terdapatlah partisi P1 dan P2 pada [a,b] sedemikian hingga
( )∫b
aR f (x) dx ≤ U(P1, f ) < ( ) f (x) dx + ∫
b
aR
2ε
dan
163
( )∫b
aR f (x) dx -
2ε < L(P2, f ) ≤ ( ) f (x) dx + ∫
b
aR
2ε
Jika P = P1 ∪ P2, maka berlaku
( )∫b
aR f (x) dx ≤ U(P,f ) ≤ U(P1,f ) < ( ) f (x) dx + ∫
b
aR
2ε
( )∫b
aR f (x) dx -
2ε < L(P2,f ) ≤ L(P,f ) < ( ) f (x) dx ∫
b
aR
Jadi diperoleh
( )∫b
aR f (x) dx -
2ε < L(P, f ) ≤ U(P1, f ) < ( ) f (x) dx + ∫
b
aR
2ε
sehingga
U(P,f ) – L(P,f ) < ε
Latihan 7.1.
1. Jika I=[0,4] hitung bentuk partisi berikut ini
• P1=(0,1,2,4).
• P2=(0,1,1,5,2,3,4,4).
7.2. Integral Limit
Definisi 7.2.1. Diberikan fungsi f real dan terbatas pada selang [a,b]. untuk setiap partisi
P = {x0, x2. …, xn) pada [a,b] dibentuk jumlah
S(P,f ) = f (ti)(xi-xi-1) ∑=
n
i 1
Dimana ti titik sembarang pada subselang tertutup [xi-1, xi], i = 1, 2, …., n. Bilangan real A
disebut limit S(P,f ) untuk norma |P | → 0 dan ditulis 0
lim→P
S(P,f ) = A jika dan hanya
jika untuk setiap ε > 0 yang diberikan dan sembarang pengambilan titik ti ∈ [xi-1, xi],
terdapat δ > 0 sedemikian sehingga untuk semua partisi P pada [a,b] dengan |P |< δ berlaku
164
|S(P ,f ) - A| < ε.
Sesungguhnya jika untuk setiap f yang ditentukan, jumlah S(P, f ) adalah fungsi dari
P dan dari pemilihan ti ∈ [xi-1, xi]. Jadi pada definisi limit di atas ketidaksamaan
|S(P, f ) - A| < ε
harus dipenuhi untuk semua P dengan |P | < δ dan setiap pengambilan ti ∈ [xi-1, xi].
7.2.1.1. Ilustrasi partisi pada [a,b]
7.2.1.2 Jumlahan Reimann
Contoh 7.2.2. Jika limit S(P ,f ) dan S(P, g) untuk fungsi f dan g pada fungsi konstan
f (x) = k
dan
⎩⎨⎧
=irrasionalxrasionalx
xg,0,1
)(
untuk setiap partisi P dari [a,b] diperoleh
S(P,f ) = f (ti)(xi-xi-1) = k(b-a), ∑=
n
i 1
jadi
0lim→P
S(P,f ) = k(b-a).
akan tetapi untuk setiap partisi P, jika ti diambil bilangan rasional maka
S(P,g) = ∑ 1(xi-xi-1) = b – a, =
n
i 1
jika ti dipilih bilangan irasional maka
A=x0 x1 x2 x3 xn-1 xn
t1 t2 t3 tn
A=x0 x1 x2 x3 xn-1 xn
t1 t2 t3 tn-1 tn
165
S(P,g) = 0(ti)(xi-xi-1) = 0 ∑=
n
i 1
dengan demikian 0
lim→P
S(P,g) tidak mungkin ada. ☻
Teorema 7.2.3. Jika 0
lim→P
S(P,f ) ada maka mempunyai limit tunggal
Bukti: Andaikan 0
lim→P
S(P,f ) adalah A dan B. Diambil ε > 0, maka terdapat δ1 > 0
dan δ2 > 0 sedemikian hingga untuk |P | < δ1 berlaku
|S(P,f ) - A| < 2ε
dan untuk |P | = δ2 berlaku
|S(P,f ) - E| < 2ε .
jika δ diambil bilangan yang terkecil di antara δ1 dan δ2 maka |P1| < δ kedua
ketidaksamaan di atas berlaku. Jadi
|A-B| = | (S(P1,f ) – B) – (S(P1,f ) – A)|
< |S(P1,f ) - A| + |S(P1,f ) - B| < ε.
Karena |A-B| < ε ini berlaku untuk setiap ε > 0, maka haruslah A – B = 0. ◘
Teorema 7.2.4. Jika limit 0
lim→P
S(P,f ) ada maka f ∈ R[a,b] dan
0lim→P
S(P,f ) = f (x) dx ( )∫b
aR
Bukti: Andaikan 0
lim→P
S(P,f ) = A dan diberikan ε > 0. dapat dicari δ > 0 sehingga
untuk semua |P | < δ berlaku
|S(P,f ) - A| = |∑ f (ti)(xi-xi-1) - A| < −
n
i 1 4ε
166
untuk sembarang pemilihan ti ∈ [xi-1,xi]. Diambil sembarang partisi P dengan
|P | < δ. Jika Mi dan mi berturut-turut supremum dan infimum f (x) untuk
xi-1 ≤ x ≤ xi, maka dapat dipilih dan pada [xi-1,xi] sedemikian hingga 'it
''it
F( ) > Mi - 'it )4(
εab −
dan
f ( ) < mi + ''it )4(
εab −
Jadi
U(P,f ) = Mi(ti)(xi-xi-1) ∑=
n
i 1
< ( f ( ) + ∑=
n
i 1
'it )4(
εab −
) (xi-xi-1)
= f ( ) (xi-xi-1) + ∑=
n
i 1
'it 4
ε
Karena |P | < δ, maka diperoleh
U(P,f ) < A + 4ε +
4ε = A +
2ε
Demikian juga dapat diturunkan
L(P,f ) > A - 2ε
Jadi asal |P | < δ diperoleh
U(P,f ) – L(P,f ) < ε,
dan terbukti bahwa f ∈ R [a,b]. Mengingat
( )∫b
aR f (x) dx = inf U(P,f ) < A +
2ε
dan
167
( )∫b
aR f (x) dx = sup L(P,f ) > A -
2ε ,
Karena ini berlaku untuk setiap ε > 0 maka
( )∫b
aR f (x) dx ≤ A
dan
( )∫b
aR f (x) dx ≥ A,
Jadi
( )∫b
aR f (x) dx = A
sekarang akan dibuktikan jika f ∈ R [a,b] maka 0
lim→P
S(P,f ) ada. Namun sebelumnya
dibuktikan dahulu lemma berikut
Lemma 7.2.5. Diberikan fungsi f yang didefinisikan dan terbatas pada [a,b]. Maka untuk
setiap ε > 0 yang diberikan terdapat δ > 0 sehingga untuk semua partisi P dengan |P | < δ
berlaku
U(P,f ) < f (x) dx + ε ( )∫− b
aR
dan
L(P,f ) > ( ) f (x) dx - ε ∫−
b
aR
Bukti: Diberikan ε > 0 maka terdapat suatu partisi P0 = {y0, y1, …. yr} pada [a,b]
sehingga
U(P0,f ) < ( ) f (x) dx +∫− b
aR
2ε
Sekarang dipilih bilangan positif h dengan h’ < |P0| dan
168
h < )1)(2(
εmMr −−
Dengan M dan m berturut turut supremum dan infimum f (x0) untuk a ≤ x ≤b
Sekarang diambil sembarang partisi pada [a,b], yakni P = { x0 x1, …. xn } dengan
|P| < h. Tentu saja paling banyak hanya ada satu titik yi yang terletak dalam interior
selang-selang yang dibentuk oleh P. Jadi banyaknya subselang [xi-1, x1] yang
memuat titik yk sebagai interior paling banyak ada r-1. Kita namakan untuk
supremum dari f (x) pada , dan m untuk supremum f(x) berturut
pada dan pada Maka berlaku
kim
],[1 kk ii xx− m ki
*
ki**
],[1 kyx
ki −],[
kik xy
kim )(
1−−
kk ii xx - - (m ki* )(
1−−
kik xy m ki**
ki yxk
−−1
) < M -
m
)(1−
−kk ii xx
)(1−
−kik xy - m = (M-m) ],[
1 kyxki −
)(1−
−kk ii xx
Kita andaikan Q = P ∪ P0, maka
U(P,f ) – U(Q,f ) ≤ (M-m) ∑=
p
k 1)(
1−−
kk ii xx
≤ (M-m)h ∑=
p
k 1
≤ ∑ (M-m)h −
=
1
1
r
k
= (r-1) (M-m)h < 2ε
Jadi
U(P,f ) < U(Q,f ) + 2ε .
Karena Q ⊃ P0 maka
U(Q,f ) ≤ U(P0,f )
Sehingga diperoleh
169
U(P,f ) < U(P0,f ) + 2ε < ( ) f (x) dx + ε ∫
− b
aR
Asalkan |P| < h. Dengan cara yang serupa dapat ditunjukkan bahwa terdapat
bilangan h’ > 0 sehingga untuk |P | < h’ berlaku
L(P,f ) > f (x) dx - ε. ( )∫−
b
aR
Jika δ dipilih yang terkecil di antara h dan h’ maka untuk semua partisi p dengan
|P | < δ berlakulah kedua ketidaksamaan dalam teorema di atas. ◘
Teorema 7.2.6. Fungsi f dapat terintegral Riemann pada [a,b] jika dan hanya jika
0lim→P
S(P,f ) ada,
dan
( )∫b
aR f (x) dx =
0lim→P
S(P,f )
Bukti: Jika 0
lim→P
S(P,f ) ada maka f ∈ R [a, b] sehingga diberikan ε > 0. Menurut
Lemma di atas jika f ∈ R [a,b] maka terdapat δ > 0 sehingga untuk semua |P | < δ
berlaku
U(P,f ) < f (x) dx + ε ( )∫b
aR
dan
L(P,f ) > f (x) dx - ε ( )∫b
aR
Jadi untuk setiap |P | < δ berlaku
( )∫b
aR f (x) dx - ε < L(P,f ) ≤ S(P,f ) ≤ U(P,f ) < ( ) f (x) dx + ε ∫
b
aR
mengingat untuk setiap partisi P selalu berlaku
L(P,f ) ≤ S(P,f ) ≤ U(P,f ).
170
Diperoleh
|S(P,f ) - f (x) dx | < ε ( )∫b
aR
untuk semua P dengan |P| < δ, Terbukti bahwa
0lim→P
S(P,f ) = f (x) dx. ◘ ( )∫b
aR
Contoh 7.2.7. Jika f terbatas pada selang [a,b] dengan supremum h dan infimum m, sehingga
h –m = sup {|(x) – f (y)| : x dan y ∈ [a,b]}.
Jadi semua x dan y dalam [a,b] berlaku
m ≤ f (x) ≤ M
dan
m ≤ f (y) ≤ M,
sehingga f (x) dan f (y) pada selang (m,h). Maka selalu berlaku
|f (x) – f (y)| ≤ M-m
untuk setiap x dan y pada [a,b]. Diberikan ε > 0. Maka terdapat x dan y anggota [a,b]
sedemikian hingga
m ≤ f (y) < m + 2ε < M -
2ε < f (x) ≤ M.
jadi
M-m-ε < f (x) – f (y) = |f (x) – f (y)| ≤ M-m.
dengan demikian M-m adalah suatu batas
E = {|f (x) – f (y)| : x dan y ∈ [a,b]}
dan setiap bilangan yang kurang dari M-m bukan batas E. jadi
M-m = sup E. ☻
Teorema 7.2.8. Jika f ∈ R [a,b] maka f 2 ∈ R [a,b].
Bukti: Diberikan ε > 0 sebarang. Karena f ∈ R [a,b] maka terdapat partisi
P = {x0 x1, …, xn}
pada [a,b] sehingga
171
U(P,f ) – L(P,f ) = (Mi – mi) (xi – xi-1) < ∑=
n
i 1 M2ε
dengan
sup {|f (x)| : a ≤ x ≤ b}.
| f 2(x) – f 2(y)| = |f (x) – f (y)| |f (y) + f (y)|
≤ 2M| f (x) – f (y)
≤ 2M(Mi – mi)
Jika dan m adalah suprenum dari infimum nilai f 2(t) untuk xi-1 ≤ t ≤ xi, maka
diperoleh
M*i *i
M*i - m = sup {|f 2(x) – f 2(y)| : x dan y ∈ [xi-1, xi]} ≤ 2M(Mi – mi). *i
Jadi
U(P,f 2 ) – L(P,f 2 ) = (Mi – mi) (xi – xi-1) ∑=
n
i 1
≤ 2M (Mi – mi) (xi – xi-1) < ε ∑=
n
i 1
sehingga terbukti f 2 ∈ R [a,b]. ◘
Latihan 7.2.
1. Jika f dan g anggota R [a,b] dan k suatu tetapan, buktikan bahwa kf ∈ R [a,b]
dan f + g ∈ R [a,b] dan.
( )∫b
aRS kf (x) dx = k ( f (x) dx dan )∫
b
aRS
( )∫b
aRS f (f+g)(x) dx = f (x) dx + g(x) dx ( )∫
b
aRS ( )∫
b
aRS
2. Jika f ∈ R [a,b] dan a < c < b maka f ∈ R [a,b] dan f ∈ R [c,b] dan
( )∫b
aRS f( x) dx = ( f (x) dx + f (x) dx )∫
b
aRS ( )∫
b
aRS
3. Jika f ∈ R [a,b] dan g ∈ R [a,b] buktikan bahwa f g ∈ R [a,b].
172
4. Jika f monoton pada [a,b] buktikan bahwa f ∈ R [a,b].
5. Jika f kontinu pada [a,b] buktikan bahwa f ∈ R [a,b].
173
8 INTEGRAL
RIEMANN-STIELTJES
Pada bab ini dibicarakan integral lebih umum dari integral Riemann, yang disebut
integral Riemann-Stieltjes. Integral Riemann adalah keadaan khusus untuk integral
Riemann-Stieltjes. Dengan demikian sifat-sifat atau teorema-teorema tentang
integral Riemann-Stieltjes akan berlaku juga untuk integral Riemann setelah
diadakan pengkhususan.
8.1. Definisi Integral Riemann-Stieltjes
Definisi 8.1.1. Diberikan selang tertutup [a,b] dan fungsi g yang naik monoton pada [a,b].
untuk setiap partisi P = {x0, x1, …, xn} pada [a,b] dituliskan
gi = g(xi) – g(xi-1)
Jelas bahwa gi ≥ 0. Untuk setiap fungsi real f yang terbatas pada [a,b] dibentuk jumlah
U(P, f, g) = Mi gi dan L(P, f, g) = Mi gi ∑=
n
i 1∑=
n
i 1
Dengan Mi = sup f (x) dan mi = inf f (x), dan selanjutnya didefinisikan
( )∫− b
aRS f dg = inf U(P, f, g)
( )∫−
b
aRS f dg = sup L(P, f, g)
dengan inf dan sup diambil meliputi semua partisi pada [a,b]. Jika
174
( )∫− b
aRS f dg = f dg, ( )∫
−
b
aRS
nilai yang sama ini dinyatakan dengan yang
( )∫b
aRS f dg atau ( f (x) dg(x) )∫
b
aRS
disebut Integral Riemann-Steltjes fungsi f terhadap g pada [a,b]. Jika
( )∫b
aRS f dg
ada, yakni
( )∫− b
aRS f dg = ( f dg )∫
−
b
aRS
maka dikatakan bahwa f dapat terintegral terhadap g menurut Riemann dan ditulis
f ∈ RS(g). Dengan mengambil g(x) = x, terlihat bahwa integral Riemann merupakan
keadaan khusus integral Riemann-Stieltjes. Perlu dinyatakan secara eksplisit di sini
bahwa fungsi naik monoton g tidak perlu kontinu. Nilai integral bergantung kepada
f, g (yang naik), a, dan b tetapi tidak kepada variabel pengintegralan, yang boleh
dihapuskan. Dengan diketahui f terbatas pada [a,b] maka baik inf U(P, f, g) maupun
sup L(P, f, g) dijamin berhingga, sehingga masalah tentang kedapatanterintegralan f
pada [a,b] adalah masalah kesamaan inf I(P, f, g) dan sup L(P, f, g)
Teorema 8.1.2. Jika partisi P* suatu penghalusan partisi P pada [a, b], maka
U(P*, f, g) ≤ U(P, f, g)
dan
L(P*, f, g) ≥ L(P, f, g).
Untuk sebarang P dan Q berlaku
L(P, f, g) ≤ U(Q, f, g).
Teorema 8.1.3. Jika fungsi f terhadap g pada [a,b] maka f dg ≤ f dg ( )∫−
b
aRS ( )∫
− b
aRS
175
Teorema 8.1.4. Fungsi f ∈ RS(g) jika hanya setiap ε > 0 yang diberikan terdapat suatu
partisi P pada [a,b] sehingga
U(P, f, g) – L(P, f, g) < ε
Teorema selanjutnya sangat penting untuk membuktikan apakah suatu fungsi
adalah dapat terintegral Riemann-Stieltjes terhadap g.
Teorema 8.1.5 Jika f kontinu pada [a,b] maka f ∈ RS (g).
Bukti: Diberikan ε > 0. Karena f kontinu pada [a,b] maka f kontinu seragam pada
[a,b]. Dapatlah dipilih η > sehingga
(g(b) – g(a)) < ε
Dengan demikian terdapat δ > 0 sehingga untuk semua z dan y ∈ [a,b] dengan
|x - y| < δ berlaku
|f (x) – f (y) | < η
Dipilih suatu partisi P pada [a,b] dengan |P | < δ. Maka pada setiap subselang
[xi-1, xi] terdapat titik it ′ dan it ′′ sehingga
f ( it ′ ) = Mi
dan
f ( it ′′ ) = mi
dan
|Mi - mi| < η, (I = 1, 2, …., n)
Dengan demikian
U(P, f, g) – L(P, f, g) = (Mi – mi) gi ∑=
n
i 1
(η∑ (g’xi) – g(xi-1)) = η (g(b)) – g(a) < ε =
n
i 1
maka f ∈ RS (g).
Teorema 8.1.6. Jika f fungsi monoton pada [a,b] dan g kontinu pada [a,b], maka f ∈RS(g).
176
Bukti: Diandaikan bahwa f naik monoton pada [a,b]. Karena g kontinu pada [a,b],
untuk setiap bilangan asli n dapat dipilih suatu partisi P pada [a,b], sehingga
gi = n
agbg )()( − , (i = 1, 2, …, n)
Karena f naik, maka
Mi = f (xi) dan mi = f (xi-1) untuk i = 1, 2, …., n.
Jadi
U(P, f, g) – L(P, f, g) = (f (xi) – f (xi-1)) gi ∑=
n
i 1
= n
agbg )()( − (f (b) – f (a)).
Dengan demikian untuk setiap ε > 0, dengan mengambil n yang cukup besar dapat
dicari partisi P pada [a,b] sehingga
U(P, f, g) – L(P, f, g) < ε
Sehingga fungsi f ∈ RS(g). ◘
Teorema 8.1.7. Jika f terbatas pada [a,b] dan mempunyai titik-titik diskontinu yang
berhingga pada [a,b], dan g kontinu di setiap titik di mana f diskontinu, maka f ∈RS (g).
Bukti: Diberikan 0>ε . Diambil M = sup | f(x)| dan dimisalkan E adalah
himpunan (berhingga) titik titik diskontinu fungsi f. Karena E berhingga dan g
kontinu di setiap titik anggota E, maka E dapat diselimuti oleh selang-selang
tertutup saling asing yang cacahnya berhingga (uj, vj) ⊂ [a,b] sedemikian hingga
jumlah selisih-selisih yang bersangkutan g(vj) – g(uj) kurang dari ε. Selanjutnya,
selang-selang ini diletakkan sedemikian hingga setiap titik E yang terletak di selang
terbuka (a,b) terletak di dalam interior sesuatu [uj, vj]. Jika semua selang terbuka
(uj, vj) dikeluarkan dari [a,b], maka himpunan K yang tertinggal adalah suatu
himpunan kompak. Jadi f kontinu seragam pada K, dan terdapatlah suatu δ > 0
sehingga
| f(s) – f(t) | < ε
177
untuk semua s dan t di dalam K dengan |s - t| < δ. Sekarang dibentuk partisi
P = {x0, x1, …, xn}
pada [a,b] sedemikian hingga, setiap uj dan setiap vj anggota P. dan untuk setiap j,
P ∩ (uj, vj)
adalah kosong. Jika xi-1 bukan suatu uj maka diambil xi – xi-1 < δ, perhatikan bahwa
untuk setiap i berlaku
Mi – mi ≤ 2M.
dan
Mi – mi < ε
kecuali apabila xi-1 adalah salah satu antara uj. Dengan demikian
U(P, f, g) – L(P, f, g) = ∑≠− ji ux 1
(Mi – mi) gi
∑=− ji ux 1
(Mi – mi) gi < ε gi + 2M ∑=
n
i 1∑
j
(g(vj) – g(uj))
= (g(b) – g(a)) ε + 2 M ε
Karena ε > 0 sembarang, maka f ∉ RS (g). ◘
Contoh 8.1.8. Buktikan bahwa f ∈ RS (g) pada [0,3] jika diberikan
( )⎪⎩
⎪⎨
⎧
≤≤<≤<≤
=323211102
xuntukxuntukxuntuk
xf
dan
( )⎪⎪⎩
⎪⎪⎨
⎧
≤<
≤≤=
32112
21100
xuntuk
xuntukxg
nilai ( f dg karena f ∈ RS(g). Diambil P = {0, )∫3
0RS 2
11 , 431 , 3}, maka
U(P, f, g) = 2
178
dan
L(P, f, g) = 2
Karena
L(P, f, g) ≤ ( f dg )∫3
0RS
≤ U(P, f, g),
maka f dg = 2. ☻ ( )∫3
0RS
Contoh 8.1.9. Diberikan
( )⎩⎨⎧
≤<≤≤
=210101
xuntukxuntuk
xf
dan
( )⎩⎨⎧
≤<≤≤
=211100
xuntukxuntuk
xg
selidikilah apakah f ∈ RS(g) pada [0,2]. Untuk sembarang partisi P = {x0, x1, …, xn}
maka terdapat K sehingga xk-1 = 1 atau xk-1< 1 < xk dalam kedua keadaan ini gk =1 dan
gi= 0 untuk setiap k. Jadi untuk sembarang partisi P berlaku
U(P, f, g) = 1
dan
L(P, f, g) = 0
Dengan demikian
inf U(P, f, g) = 1
dan
sup L(P, f, g) = 0.
sehingga f ∉ RS(g) pada [0,2]. ☻
179
Latihan 8.1.
1. Tunjukkan fungsi Dirichlet tidak terintegral Riemann-Stieltjes
2. buktikan bahwa setiap fungsi kontinu pada [a,b] adalah Terintegral
Riemann-Stieltjes pada [a,b].
3. Diberikan f ∈ RS(g) jika hanya setiap ε > 0 yang diberikan terdapat suatu
partisi P pada [a,b] sehingga
U(P, f, g) – L(P, f, g) < ε
4. Buktikan bahwa fungsi interval tertutup Terintegral Riemann-Stieltjes dan
subinterval juga terintegral Riemann-Stieltjes
5. Buktikan jika f terintegral Riemann-Stieltjes pada [ab]maka | f | teritegral
pada [a,b]
8.2. Sifat-sifat Integral Riemann-Stieljes
Teorema 8.2.1. Jika f1 ∈ RS (g) dan f2 ∈ RS(g) pada [a,b], maka f1 + f2 ∈ RS (g), dan
untuk setiap tetapan c berlaku cf ∈ RS (g) apabila f ∈ RS (g), dan
( )∫b
aRS (f1 + f2) dg = f1 dg + ( f2 dg ( )∫
b
aRS )∫
b
aRS
( )∫b
aRS cf dg = c f dg ( )∫
b
aRS
Teorema 8.2.2. Jika f1(x) ≤ f2 (x) pada [a,b], maka
( )∫b
aRS f1 dg ≤ ( f2 dg. )∫
b
aRS
Teorema 8.2.3. Jika f ∈ RS(g) pada [a,b] dan jika a < c < b, maka f ∈ RS(g) pada
[a,b] dan [c,b], dan
( )∫c
aRS f dg + f dg = f dg. ( )∫
b
cRS ( )∫
b
aRS
Teorema 8.2.4. Jika f ∈ RS(g) pada [a,b] dan jika ⎪f (x)⎪ ≤ M pada [a,b], maka
180
( )∫b
adg f RS ≤ M [g(b) – g(a)]
Teorema 8.2.5. f d(g1 + g2) = f dg1 + ( f dg2 ( )∫b
aRS ( )∫
b
aRS )∫
b
aRS
Teorema 8.2.6. Jika f ∈ RS(g) dan c suatu tetapan positif, maka f ∈RS(cg) dan
( )∫b
aRS f d(cg) = c f dg ( )∫
b
aRS
Contoh 8.2.7. Diberikan Suatu Fungsi Tangga Satuan
( )( )⎩
⎨⎧
>≤
=0,10,0
)(xx
xI
Jika f terbatas pada [a,b] dan a < x < b, f kontinu di s dan g(x) = I(x-s). Ditinjau partisi
P = {x0 x1, x2, x3}
dengan x0= a, x1 = a dan x3 = b. maka
U(P, f, g) = M2 dan L(P, f, g) = m2
karena f kontinu di s, maka jika diberikan ε> 0, dapat dipilih x2 cukup dekat kepada x1 = s,
sedemikian hingga untuk setiap x pada [x1, x2] berlaku
f (s) - ε < f (x) < f (s) + ε,
sehingga
f (s) - ε ≤ m2 = L(P, f, g) ≤ f (x) < M2 = U(P, f, g) ≤ f (s) + ε
jadi diperoleh
f (s) - ε ≤ L(P, f, g) ≤ ( f dg ≤ f dg ≤ U(P, f, g) ≤ f (s) +
ε
)∫−
b
aRS ( )∫
− b
aRS
Karena hubungan ini berlaku untuk setiap ε > 0, maka didapatkan
f (s) = ( f dg ≤ f dg. )∫−
b
aRS ( )∫
− b
aRS
181
Jadi f dg = f (s). ☻ ∫b
a
Contoh 8.2.8. Diberikan deret suku positif ∑cn yang konvergen, dan {sn } barisan titik-titik
berlainan pada [a,b], dan
g(x) = cn1(x – sn) ∑∞
=1n
Jika f kontinu pada [a,b] buktikan bahwa
( )∫b
aRS f dg = ∑ cn f (sn)
∞
=1n
karena untuk setiap x berlaku 0 ≤ cn I(x-sn) < cn dan deret ∑cn konvergen, maka g(x)
konvergen untuk setiap x. Jelas bahwa g naik monoton, dan g(a) = 0 dan g(b) = ∑cn,
Diberikan ε > 0, Maka dapat dipilih bilangan bulat positif p sehingga
∑∞
+= 1pncn < ε
diambil fungsi
g1(x) = cnI(x – sn) ∑=
p
n 1
dan
g2(x) = cnI(x – sn) ∑∞
+= 1pn
karena f kontinu, diperoleh
f dg1 = cnI(x – sn) ( )∫b
aRS ∑
∞
=1n
Karena
g2(a) = 0
dan
g2(b) = cn < ε, ∑+= 1pn
182
maka
2g (b) - (a) < ε 2g
dan
( )∫b
a
dgf 2RS εM≤
dengan M = sup ( )xf . Karena 21 ggg += maka
( ) ( ) ( )∫∫ ∫ +=b
a
b
a
b
a
dgfdgfdgf 21 RSRSRS .
jadi
( ) ( )∫ ∑=
−b
a
p
nnn scdgf
1
RS = ( ) ( ) ( ) εMdgfdgfdgfb
a
b
a
b
a
≤=− ∫∫ ∫ 21 RSRSRS
jika diambil ∞→p diperoleh . ☻ ( ) )(1
n
b
a nn sfcdgf∫ ∑
=
=RS
Teorema 8.2.9. Diberikan fingsi g naik monoton dan ( )gg RS∈′ . Diberikan f suatu
fungsi real yang terbatas pada [ . Maka f ]ba , ( )gRS∈ pada [ ]ba , jika dan hanya jika
. Dalam hal ini 'fg [ ba ,RS∈ ]
( ) ( ) ( ) ( )dxxgxfdgfb
a
b
a
'∫∫ = RSRS
Bukti: Diberikan terdapatlah partisi 0>ε { }nxxx ...,,, 10=P pada [ ] sedemikian hingga
ba ,
( ) ( ) ε<− ',', gLgU PP
Menurut Teorema nilai Rata-rata dapat dipilih [ ]11 , xxt ii −∈ sehingga
( ) iii xtgg Δ=Δ ' untuk i = 1, 2,…, n.
183
jika kita menamakan dan berturut-turut untuk inf dan sup 'im n
im ( )xg ' pada
[ ]11 , xx i− , maka untuk setiap [ ]11 , xxs ii −∈ berlaku
( ) '' ' iii msgm ≤≤
sehingga
( ) ( ) ( ) ε<−− −=∑ 11
1
'' i
n
iii xxtgsg
Diambil M = sup ( )xf pada [ ]ba , . Karena
( ) =Δ∑=
i
n
ii gsf
1
( ) ( ) ii
n
ii xtgsf Δ∑
=
'1
maka diperoleh
( ) ( )( )( ) ε≤∑ ∑ 1- Mxxsgsfgsfn
i
n
iiiiii
1 11'
= =
−−Δ
Khususnya diperoleh
( ) ε∑ MfgUgsfn
iii +≤Δ
=
)',(1
P
Untuk semua pilihan [ ]11 , xxs ii −∈ sehingga
( ) εMfgUgfU +≤ ',),,( PP
Dengan cara yang sama dihasilkan
( ) εMgfUfgU +≤ ),,(', PP
Jadi
( ) ( ) εMgfUfU ≤− ',,, PP
Jadi dapat kita simpulkan bahwa
( ) ( ) ( ) ( ) εMdxxgxfdgfb
a
b
a
≤−∫ ∫− −
'RSRS
Tetapi sembarang, jadi untuk setiap fungsi terbatas berlaku 0>ε
184
( ) ( ) ( ) dxgxfdgfb
a
b
a
'∫∫−−
= RSRS
Dengan cara yang sama dapat dijabarkan
( ) ( ) ( ) dxgxfdgfb
a
b
a
'∫∫−−
= RSRS
sehingga terbukti bahwa jika dan hanya jika ( )gf RS∈ [ ]bagf ,RS∈′ , dan terbukti
juga kesamaan di dalam teorema di atas. ◘
1. Jika [ ]ba maka integral Riemann-Stieljes menjadi integral Riemann
biasa.
g ,RS∈′
2. Jika ( ) (yang dinamakan fungsi tangga murni) maka integral
Riemann-Stieljes menjadi suatu deret tak berhingga.
∑∞
=
−=1
)(n
nn sxIcxg
Definisi 8.2.10. Fungsi h dikatakan naik tegas pada [ ]ba, jika a ≤ x < y ≤ b maka
h(x) <h(y). Jika tanda ketidaksamaan ini dibalik maka h dinamakan turun tegas pada . [ ]ba ,
Teorema 8.2.11. Diberikan h suatu fungsi yang naik tegas dari selang [ ]BA, terhadap
selang [ ]ba, , f∈RS(g) pada [ ]ba, . Selanjutnya didefinisikan G dan F pada [ ]BA, dengan
G(y) = g(h(y)) dan F(y) = f (h(y).
Maka f ∈ RS(G) pada [ ]BA, dan
( ) ( )∫ ∫=B
A
b
adgfdGF RSRS
Bukti: Untuk setiap partisi P = {x0, x1, … xn} pada [ ]ba, dikorespondensikan
dengan partisi Q = {y0, y1, … yn} pada [ ]BA, . Semua partisi pada [ ]BA, dapat
diperoleh dengan cara ini. Karena nilai-nilai yang diperoleh f pada [ ]ii- xx ,1 tepat
sama dengan nilai-nilai yang diperoleh F pada [ ]ii- yy ,1 , maka mudah dimengerti
bahwa
U(Q, F, G) = U(P, f, g)
dan
185
L(Q,F,G) = L(P, f, g)
Karena f ∈ RS(g) maka P dapat dipilih sehingga U(P, f, g) dan L(P, f, g) dekat
terhadap . Yakni, jika diberikan ε > 0, dapat dicari P pada
sehingga
( )∫b
adgfRS [ ]ba ,
( ) ( ) ε+≤<− ∫∫b
a
b
adgf<gfU g fL ε dgf RSPPRS ),,( ),,(
Demikian juga diperoleh partisi Q pada [ ]BA, sehingga
( ) ( ) εε +≤− ∫∫b
a
b
adgf<GFU GF < L dgf RSQQRS ),,(),,(
Karena ini berlaku untuk setiap ε > 0, maka F ∈ RS(G) dan ∫ ∫=B
A
b
adgfdGF
jika diambil g(x) = x, maka G = h. Jika diasumsikan h' ∈ RS [ ]B,A dan diperoleh
( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( )dxxfdyyhyhfdGFb
a
B
A
B
A ∫∫ ∫ == RSRSRS '
yakni rumus untuk penggantian variabel pada integral Riemann. ◘
Sekarang akan diperlihatkan bahwa pengintegralan dan pendiferensialan dalam arti
yang tertentu merupakan operasi-operasi yang saling invers.
Teorema 8.2.12. Diberikan fungsi f ∈ RS [ . Untuk a ≤ x ≤ b dibentuk fungsi F
dengan
]
] ]
] ]
ba,
F(x) = ( ) ( )dttfx
a∫RS
Maka F adalah kontinu pada , jika f kontinu di x0∈ [ , maka F dapat terdiferensial
di x0, dan
[ ba, ba,
F' (x0) = f(x0).
Bukti: Karena f ∈RS , maka f terbatas pada [ . Diandaikan ⏐F(x)⏐ ≤ M
untuk a ≤ x ≤ b.
[ ba, ba,
( )∫y
xdttf=x-FyF )()()( RS ≤ M(y-x)
Jadi jika diberikan ε > 0, maka
186
⏐F(y)⏐- ⏐F(x)⏐< ε,
Jika ⏐y-x⏐< ε/M. Hal ini menunjukkan bahwa F kontinu bahkan kontinu seragam
pada [ ]ba , . Sekarang jika f kontinu di x0, maka diberikan ε > 0 dapat dicari δ > 0
sehingga untuk ⏐t - ⏐< δ dan a ≤ t ≤ b berlaku 0x
f( t ) – f(x0) < ε.
Sehingga jika
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ε<−−
=−−−
∫t
sduxfuf
stxf
stsFtF RS1
0
ketidaksamaan ini memperlihatkan bahwa F' ( ) = f( ). ◘ ox ox
Teorema 8.2.13. (Teorema Fundamental Kalkulus ) Jika f ∈ RS [a,b] dan
terdapat sesuatu fungsi terdeferensial F pada [a,b] sedemikian hingga F′ = f, maka
( )∫b
aRS f(x) dx = F (b ) – F (a )
Bukti: Diberikan ε > 0. kita pilih suatu partisi P = { , … } pada [a,b]
sedemikian hingga
0x 1x nx
U ( P,f ) – L ( P, f ) < ε.
Teorema nilai rata-rata akan memberikan titik titik
ti ∈[x i-1, xi, , ] ix 1x
Sehingga
F ( xi ) - F( xi-1 ) = f ( ti ) - F( xi- x i-1 )
untuk I = 1,2,…, n. jadi
( ) ( ) )11
F(a-F(b)=x-x t f i-ii
n
i∑=
karena m1 ≤ f (ti ) ≤ ( Mi ) untuk I =1, 2 .., n , maka
U (P, f ) ≥ )()()()()( 11
,fLaFbFxxtf ii
n
ii P≥−=− −
=∑
Disamping itu juga berlaku
187
( ) ) ()()( ,f L dx xf ,fUb
aPRSP ≥≥ ∫
sehingga diperoleh
)()( aFbF − - ( )∫ ≥b
a,fL dxxf )()( PRS ≥ ε
karena ini berlaku untuk setiap ε > 0, maka . ◘ ( ) )()()( aF- bF dx xfb
a=∫RS
Teorema 8.2.13. (Teorema Integral Parsial) Diberikan F dan G adalah fungsi–fungsi
yang dapat terdiferensial pada [a,b] dan F′ = f ∈ RS [a,b] dan G′ ∈ RS [a,b] maka
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )dxxGxfaFbFdxxgxFb
a
b
a ∫∫ −−= RSRS
Bukti: Misalkan H (x) = F(x) G(x), maka H ∈ RS [a,b] . Karena F dan G dapat
terdidefensial maka H demikian juga h′ = FG′ + F′G. maka, diperoleh
( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )aGaFbGbFahbHdxxGxFxgxFb
a−=−=++∫RS
Yakni yang harus dibuktikan
Pada suatu konsep integral Riemen-Stieltjes banyak peneliti menggunakan definisi
intergral Riemen-Stieltjes berikut ini
Definisi 8.2.14. Fungsi f dapat Terintegral Riemen-Stieltjes terhadap g pada selang
[a,b], jika terdapat suatu bilangan real A yang mempunyai sifat bahwa untuk setiap ε > 0,
terdapat suatu δ > 0 sehingga untuk setiap partisi P pada [a,b] dengan norma |P |< δ dan
untuk setiap pemilihan ti ∈[xi-1, xi] berlaku
|S (P, f, g) - A|< ε
dimana
S (P, f, g) = .xgxg tf n
i-iii∑ −−
1
))1()(()(
1. Misalkan F nonnegatif dan kontinu pada [a,b] dan .
Buktikan bahwa f (x) = 1 untuk semua x ∈ [a,b].
( )∫ =b
af (x)dx 1RS
188
2. Misalkan fungsi real terbatas yang didefinisikan pada [0.1]. Jika f diskontinu
di setiap titik pada himpunan Cantor c, dan Kontinu di titik yang lain,
buktikan bahwa f ∈ RS [0,1]
3. Misalkan f fungsi real yang didefinisikan pada [0,1] dan untuk setiap
k > 0 diketahui bahwa f ∈ RS [k ,1]. Didefiniskan
( ) ( ) ( ) ( )dxxfdxxfk ∫∫ →
=1
00
1
0lim RRS
Buktikan f ∈ RS [0,1].
4. Diandaikan f ∈ RS[a,b] untuk setiap b > a dengan a tertentu. Didefinisikan
( ) ( ) ( )dxxfdxxfba ∞→
∞=∫ limRS
Jika limit itu juga ada setelah f diganti f , maka dikatakan bahwa
konvergen mutlak. ( )dxxfa∫∞
RS
Diasumsikan bahwa f (x) ≥ 0 dan turun monoton pada (1,∞).
Buktikan bahwa , Konvergen jika dan hanya jika ( ) ( )dxxfa∫∞
RS ( )∑∞
=1n
nf
konvergen.
5. Jika p dan q bilangan real positif sedemikian hingga. Buktikan jika u ≥ 0 dan
v ≥ 0, maka uv ≤ qu
pu qp
+ kesamaan berlaku jika dan hanya jika up = vq
6. Jika p dan q bilangan real positif sedemikian hingga 111=+
pp. Buktikan
bahwa jika f ∈ RS(g) dan H∈ RS(g), f ≥ 0, h ≥ 0 dan
( ) ( ) 1==∫ ∫ dghdgfb
a
b
a
qp RSRS
maka : ∫ ≤b
afhdg 1
189
(c) jika f dan h di dalam RS (q), maka
qb
a
qpb
a
pb
adgfdgffhdg
11
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛⎟
⎠⎞⎜
⎝⎛≤ ∫∫∫ RSRSRS
Ini dinamakan ketidaksamaan Holder. Jika p=q=2 ketidaksamaan itu
biasanya dinamakan ketidaksamaan Schwarz.
190
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bartle, R.G., 2000, A Modern Theory of Integration, American Mathematical
Society Vol. 32. [2] Gupta and Jain, 1986, Lebesgue Measure and Integration, Wiley Eastern
Limited, India. [3] Pfeffer,W.F.,1993, The Riemann Approach to Integration, Cambridge University
Press, New York, USA. [4] Royden, H.L., 1989, Real Analysis, third edition, Macmillan Publishing Company,
New York, USA. [5] Wheeden, R.L dan Zygmund, A, 1977, Measure And Integral : An Introduction
to Real Analysis, Marcell Dekker Inc, New York. [6] Goldberg, R.R.. Method of Real Analysis, 2nd edition. New York: John Wiley &
Sons. 1976.
[7] J. M. H. Olmsted, Advanced Calculus. New York: Prentice-Hall, 1961
[8] Kreyszig, Anvanced Engineering Mathematics, 7th, New York: John Wiley &
Sons. 1993.
[9] Morris Kline, Mathematical Thoughtftom Ancient to Modern Times. New
York: Oxford University Press, 1972
[10] Stoll, Manfred.. Introduction to Real Analysis, 2nd Edition. New York: Addison
Wesley Longman, Inc, 2001
[11] Taylor, Robert, Advanced Calculus, 3rd New York: John Wiley & Sons. 1983.
[12] Varbeg, Purcell, Rigdon, Calculus, 8th edition Addison Wesley Longman, Inc,
2003.
[13] Walter Rudin, Principles of' Mathematical Analysis (3rd ed.). New York:
McGraw-Hill, 1976.
Hairur Rahman, M.Si.
adalah seorang dosen Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
yang telah menyelesaikan program sarjananya di Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2003 kemudian melanjutkan
ke program magisternya pada jurusan Matematika di Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) dan selesai pada Juli 2005. , Buku ini merupakan karya ilmiahnya yang ketiga yang bisa diterbitkan.
Buku perdananya berjudul ”Kalkulus dan Aplikasi Derive 6.0 dan Indahnya Matematika Dalam Al-Quran”