ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

65
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI DRAINASE ABSES PAYUDARA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RSUD dr. SLAMET GARUT KARYA TULIS IMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada Prodi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung Oleh PRAMUDITA MEDICA RIADI AKX.16.093 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI

INSISI DRAINASE ABSES PAYUDARA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT

DI RSUD dr. SLAMET GARUT

KARYA TULIS IMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan

(A.Md.Kep) pada Prodi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bhakti Kencana Bandung

Oleh

PRAMUDITA MEDICA RIADI

AKX.16.093

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …
Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …
Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga

dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada

Klien Post Operasi Insisi Drainase Abses Payudara dengan Masalah

Keperawatan Nyeri Akut di RSUD dr. Slamet Garut” dengan sebaik - baiknya.

Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III

Keperawatan di STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada :

1. H. Mulyana, SH,M,Pd, MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Bhakti

Kencana Bandung.

2. Rd.Siti Jundiah, S,Kp.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.

3. Hj.Tuti Suprapti,S,Kp.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III

Keperawatan STIKes Bhakti Kencana Bandung.

4. Lia Nurlianawati, M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing

dan memotivasi selama penulis menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini

5. Hj. Zafiah Winta, Amk.An selaku Pembimbing Pendamping yang telah

membimbing dan memotivasi selama penulis menyelesaikan tugas akhir

perkuliahan ini

6. Staf Dosen dan Karyawan Prodi Diploma III Keperawatan Konsetrasi Anestesi

Dan Gawat Darurat Medik STIKes Bhakti Kencana Bandung

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

vi

7. dr. H. Maskut Farid MM. selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum dr.Slamet

Garut yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menjalankan tugas

akhir perkuliahan ini.

8. Elis Rahmawati, S.Kep., Ners selaku CI Marjan Bawah, beserta Staf yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam melakukan kegiatan selama

praktek keperawatan di RSU dr.Slamet Garut .

9. Ny. S beserta keluarga dan Ny. M beserta keluarga yang telah bekerja sama

dengan penulis selama pemberian asuhan keperawatan

10. Ayahanda Asep Dedi Supriadi, Amk. , Ibunda Tati Hayati Amk. , dan adikku

Adita Shakila Riadi yang telah memberikan semangat, motivasi dan materi

11. Para senior dan sahabatku khususnya Anggara, Aslam, Iceu, Munir, Idham, Abi

Irsab, Wildan, Billa, Oci, Fuji, Dina, Sonia, Reza, Aldi, Lukman, Ariq, Anggas,

Reno, dan Rahadyan. Teman-teman seperjuangan angkatan XII 2016 yang

berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Serta Puji

Rahayu yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan

sehingga penulis sangat mengharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya

membangun guna penulisan karya tulis ilmiah yang lebih baik.

Bandung, Maret 2019

Pramudita Medica Riadi

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

vii

ABSTRAK

Latar Belakang: Abses payudara adalah suatu komplikasi dari radang payudara (mastitis). Angka

kejadian Abses Payudara berdasarkan data yang diperoleh dari catatan rekam medis RSUD dr

Slamet Garut pada hasil rekapitulasi tahun 2017 terdapat 15 kasus abses payudara dengan rentang

umur penderita 15-24 tahun sebanyak 6 kasus dan pada rentang usia 25-44 tahun sebanyak 9 kasus.

Tindakan pembedahan (insisi drainase) yang dilakukan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian

tubuh pasien sehingga dapat menimbulkan berbagai macam masalah keperawatan yang diantaranya

berupa nyeri. Jika tidak segera ditangani nyeri dapat memperpanjang masa penyembuhan karena

akan mengganggu kembalinya aktifitas klien. Metode: Studi kasus yaitu untuk mengeksplorasi

suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan

menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus ini dilakukan pada dua orang klien dengan

abses payudara dengan masalah keperawatan nyeri akut. Hasil: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada kasus 1 dan 2, masalah keperawatan berupa nyeri akut dapat teratasi. Diskusi:

Tidak terdapat perbedaan respon pasien terkait nyeri akut.

Keyword: Abses Payudara, Nyeri Akut, Asuhan Keperawatan

Daftar pustaka: 18 Buku (2009-2018), 4 Jurnal (2014-2018)

ABSTRACT

Background: Breast abscess is a complication of breast inflammation (mastitis). The incidence of

breast abscess is based on data obtained from RSUD dr. Slamet Garut's medical record on the

results of the 2017 recapitulation of 15 cases of breast abscess with the age range of 15-24 years as

many as 6 cases and in the age range of 25-44 years as many as 9 cases. Surgical actions (drainage

incisions) are carried out resulting in the emergence of wounds on the patient's body so that it can

cause various kinds of nursing problems including pain. If not treated immediately the pain can

prolong the healing period because it will interfere with the return of client activity. Method: A case

study that is to explore a problem with detailed limitations, has deep data collection and includes

various sources of information. This case study was conducted on two clients with breast abscesses

with acute pain nursing problems. Results: After nursing actions in cases 1 and 2, nursing problems

in the form of acute pain can be overcome. Discussion: There is no difference in patient response

regarding acute pain.

Keyword: Abses Payudara, Nyeri Akut, Asuhan Keperawatan

Bibliography: 18 Books (2009-2019), 4 Journal (2014-2018)

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .............................................................................................. i

Lembar Pernyataan ..................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ................................................................................... iii

Lembar Pengesahan .................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................ v

Abstrak ........................................................................................................ vii

Daftar Isi .................................................................................................... viii

Daftar Gambar ............................................................................................ xi

Daftar Tabel ................................................................................................ xii

Daftar Bagan ............................................................................................. xiii

Daftar Lampiran ....................................................................................... xiv

Daftar Singkatan ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 5

1.4 Manfaat ................................................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

2.1 Konsep Dasar Penyakit ........................................................................... 8

2.1.1 Pengertian .............................................................................................. 8

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara ........................................................... 9

2.1.3 Klasifikasi Penyakit ............................................................................ 18

2.1.4 Etiologi ................................................................................................ 19

2.1.5 Pathofisiologi ...................................................................................... 19

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

ix

2.1.6 Manifestasi Klinis ............................................................................... 22

2.1.7 Faktor Resiko ...................................................................................... 22

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................... 23

2.1.9 Komplikasi Abses Payudara ............................................................... 24

2.1.10 Penatalaksanaan ................................................................................ 24

2.1.11 Pencegahan Abses Payudara ............................................................. 25

2.1.12 Insisi Drainase Abses ........................................................................ 26

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 29

2.2.1 Pengkajian ........................................................................................... 29

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 35

2.2.3 Intervensi dan Rasionalisasi ................................................................ 35

2.2.4 Implementasi ....................................................................................... 40

2.2.5 Evaluasi ............................................................................................... 41

2.3 Konsep Nyeri ......................................................................................... 42

2.3.1 Definisi Nyeri ...................................................................................... 42

2.3.2 Klasifikasi Nyeri ................................................................................. 43

2.3.3 Diagnosis Nyeri ................................................................................... 46

2.3.4 Tatalaksana Nyeri................................................................................ 47

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 50

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 50

3.2 Batasan Istilah ........................................................................................ 50

3.3 Subjek Penelitian .................................................................................... 51

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 51

3.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 52

3.6 Uji keabsahan Data ................................................................................ 53

3.7 Analisa Data ........................................................................................... 53

3.8 Etika Penelitian ...................................................................................... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN ......................................................... 59

4.1 Hasil ....................................................................................................... 59

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data .................................................. 59

4.1.2.Pengkajian ........................................................................................... 60

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

x

4.1.3 Analisa Data ........................................................................................ 70

4.1.4 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 73

4.1.5 Perencanaan......................................................................................... 74

4.1.6 Implementasi ....................................................................................... 78

4.1.7 Evaluasi ............................................................................................... 89

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 90

4.2.1 Pengkajian ........................................................................................... 91

4.2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 93

4.2.3 Intervensi ............................................................................................. 96

4.2.4 Implementasi ..................................................................................... 101

4.2.5 Evaluasi ............................................................................................. 103

BAB V Kesimpulan dan Saran .................................................................. 105

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 105

5.1.1Pengkajian .......................................................................................... 105

5.1.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 106

5.1.3 Intervensi ........................................................................................... 106

5.1.4 Implementasi ..................................................................................... 107

5.1.5 Evaluasi ............................................................................................. 109

5.2 Saran ..................................................................................................... 109

5.2.1 Untuk Perawat ................................................................................... 109

5.2.2 Untuk Rumah Sakit ........................................................................... 109

5.2.3 Untuk Institusi ................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Payudara .................................................................... 10

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk Puting Susu ...................................................... 12

Gambar 2.3 Struktur Payudara ..................................................................... 13

Gambar 2.4 Struktur Mikroskopis Payudara ................................................ 15

Gambar 2.5 Letak Abses pada Payudara...................................................... 18

Gambar 2.6 Insisi Abses .............................................................................. 26

Gambar 2.7 Drainase Abses dengan Material Packing ................................ 28

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan I .......... 36

Tabel 2.2 Tabel Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan II ............ 38

Tabel 2.3 Tabel Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan III........... 40

Tabel 4.1 Identitas Klien .............................................................................. 60

Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab ........................................................ 60

Tabel 4.3 Riwayat Penyakit ......................................................................... 61

Tabel 4.4 Pola Aktivitas Sehari-hari ............................................................ 62

Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik ........................................................................ 63

Tabel 4.6 Data Psikologi .............................................................................. 67

Tabel 4.7 Data Sosial ................................................................................... 68

Tabel 4.8 Data Spiritual ............................................................................... 68

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Diagnostik ..................................................... 69

Tabel 4.10 Program dan Rencana Pengobatan ............................................. 69

Tabel 4.11 Analisa data ................................................................................ 70

Tabel 4.12 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 73

Tabel 4.13 Intervensi .................................................................................... 74

Tabel 4.14 Implementasi .............................................................................. 78

Tabel 4.15 Evaluasi ...................................................................................... 89

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Abses ............................................................................ 21

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Bimbingan

Lampiran 2 Surat Persetujuan dan Justifikasi Studi Kasus

Lampiran 3 Jurnal

Lampiran 4 Foto

Lampiran 5 SAP

Lampiran 6 Leaflet

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

xv

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

CRT : Capillary Refill Time

DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pasien

GCS : Glasgow Coma Scale

DEPKES : Departemen Kesehatan

Hb : Hemoglobin

HIL : Hernia Inguinalis Lateralis

Ht : Hematokrit

IASP : International Association for the Study of

ICS : Intercosta

IGD : Instalasi Gawat Darurat

IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi

IV : Intravena

JVP : Jugulari Vena Preassure

Kg : Kilogram

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

xvi

Kp : Kampung

PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

RI : Republik Indonesia

RR : Respirasi Rate

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SMP : Sekolah Menengah Pertama

TD : Tekanan Darah

THT : Telinga Hidung Tenggorokan

TTV : Tanda Tanda Vital

WHO : Worl Health Organization

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Payudara merupakan organ yang terdapat pada laki-laki dan wanita dan

terletak dekat dengan kelenjar limfe. Payudara merupakan organ seks sekunder

yang merupakan simbol feminitas wanita. Setelah melahirkan, payudara

menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) yang sangat dibutuhkan oleh bayi.

(Prawirohardjo, 2012).

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun

bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara

ibu dan anak. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, hampir

semua kalangan, termasuk dunia kedokteran ikut menganjurkan supaya ibu

lebih memilih ASI dibandingkan susu formula. Allah berfirman dalam Al-

Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 233 : “ Para ibu hendaklah menyusukan anak-

anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan… “. Sungguh disayangkan masih banyak ibu yang enggan menyusui

bayinya, hanya karena alasan sibuk bekerja, untuk menjaga penampilan, dan

alasan-alasan lain. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas

menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal

yang mengganggu kenyamanan dalam menysui (Andriyani, 2011).

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

2

Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajalalela pada

kalangan wanita khususnya pada wanita yang baru pertama kali hamil. Penyakit

yang menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada

penyakit lain yang tak kalah berbahaya, yaitu abses payudara. Abses payudara

ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Kondisi ini

bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus. Abses payudara biasanya

terjadi pada wanita menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan

setelah melahirkan (Mitayani, 2009).

Abses payudara merupakan infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik

(seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah

melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini

biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati

pada abses payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras

serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol) (Andriyani, 2011).

Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini

disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan

menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah

mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis),

tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu

segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat

dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian

antibiotik dosis tinggi dan anlgesik (Andriyani, 2011).

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

3

Menurut Nurhafni (2018) pada tahun 2008 Word Health Organisation

(WHO) memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosa menderita radang

payudara. The American Society memperkirakan 241.240 wanita Amerika

Serikat terdiagnosa radang payudara. Pada tahun 2010 di Indonesia kejadian

mastitis dan puting susu lecet sebesar 55% disebabkan karena perawatan

payudara tidak benar dan didapatkan 46% bendungan ASI akibat perawatan

payudara yang kurang. Angka kejadian abses payudara pada ibu nifas tahun

2010 di Indonesia sebesar 10% disebabkan karena rendahnya pengetahuan

tentang perawatan payudara (Herry dan Windi, 2016). Sementara itu hasil

Survey Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Propinsi Jawa Barat tahun 2014

kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui di Jawa Barat yaitu 1-3% (1-3

kejadian dari 100 ibu menyusui) terjadi di perkotaan dan 2-13% (2-13 kejadian

dari 100 ibu menyusui) terjadi di pedesaan (Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa

Barat, 2014).

Angka kejadian abses payudara berdasarkan data yang diperoleh dari catatan

rekam medis RSUD dr Slamet Garut pada hasil rekapitulasi tahun 2017 di

Ruang Marjan Bawah terdapat 15 kasus abses payudara dengan rentang umur

penderita 15-24 tahun sebanyak 6 kasus dan pada rentang usia 25-44 tahun

sebanyak 9 kasus.

Tindakan medis pada abses payudara adalah dengan melakukan insisi

drainase. Insisi drainase merupakan terapi utama untuk penanganan abses,

karena terapi antibiotik saja sering tidak adekuat untuk penyembuhan abses

secara sempurna (Kristanto, et al. 2018). Tindakan pembedahan yang dilakukan

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

4

mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh pasien sehingga dapat

menimbulkan berbagai macam masalah keperawatan yang diantaranya berupa

nyeri, kerusakan integritas jaringan, ansietas, resiko perdarahan, dan resiko

infeksi area pembedahan. Penulis memilih nyeri sebagai prioritas masalah pada

kedua klien. Hal ini dikarenakan nyeri merupakan keluhan yang paling

dirasakan oleh kedua klien pada saat dilakukan pengkajian. Menurut Mangku

dan Senapathi (2010) jika nyeri tidak segera ditangani dapat mengganggu

kehidupan normal penderita sehari-hari, seperti dapat menyebabkan cemas,

gelisah, tidak nafsu makan. Keadaan seperti ini dapat mengganggu mutu

kehidupan pasien, bahkan tidak mampu hidup mandiri seperti orang sehat. Oleh

karena itu penatalaksanaan nyeri pada hakikatnya tidak saja tertuju kepada

mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri itu, melainkan bermaksud

menjangkau peningkatan mutu kehidupan pasien, sehingga ia dapat kembali

menikmati kehidupan yang normal dalam keluarga maupun lingkungannya.

Pada kondisi ini, pasien sangat membutuhkan manajemen nyeri. Manajemen

nyeri yang tepat adalah yang mencakup semua aspek nyeri, seperti fisik dan

psiko-kognitif. Terdapat dua pendekatan manajemen nyeri pascabedah yaitu

secara farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis mencakup

pemberian obat-obatan seperti analgetik dan analgesik. Pemberian obat-obatan

ini harus tepat karena dapat menimbulkan efek samping adiksi. Pemberian obat

jenis narkotika tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosis.

Cara non-farmakologis, seperti distraksi dapat digunakan untuk melengkapi

manajemen nyeri. Ada berbagai macam teknik distraksi, diantaranya distraksi

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

5

visual, taktil, audiotori, dan intelektual. Terapi musik atau terapi murottal

merupakan metode distraksi audiotori yang banyak diteliti (Rilla, et al., 2014).

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini

dalam sebuah penelitian karya tulis ilmiah dengan judul : “Asuhan

Keperawatan pada Klien Post Operasi Insisi Drainase Abses Payudara

dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RSUD dr. Slamet Garut”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien Post Operasi Insisi

Drainase Abses Payudara dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RSUD

dr. Slamet Garut?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu mengaplikasikan ilmu dan memperoleh pengalaman nyata

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien abses payudara dengan

nyeri akut.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ini, penulis berharap

dapat melaksanakan hal sebagai berikut :

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien post

operasi insisi drainase abses payudara dengan masalah keperawatan nyeri

akut.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

6

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang diperoleh pada

klien post operasi insisi drainase abses payudara dengan masalah

keperawatan nyeri akut.

c. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien post

operasi insisi drainase abses payudara dengan masalah keperawatan nyeri

akut.

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana keperawatan, berikut dengan tujuan yang diharapkan pada klien

post operasi insisi drainase abses payudara dengan masalah keperawatan

nyeri akut.

e. Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan sesuai dengan rencana

keperawatan pada klien post operasi insisi drainase abses payudara dengan

masalah keperawatan nyeri akut.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar mengetahui asuhan

keperawatan pada klien post operasi insisi drainase abses payudara dengan

masalah keperawatan nyeri akut. Penulisan karya tulis ini juga berfungsi

untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sesuai

atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus

yang terjadi. Sehingga disusunlah karya tulis ilmiah ini.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

7

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi perawat

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi

menangani manajemen nyeri khususnya dalam penanganan nyeri pada klien

post operasi insisi drainase abses payudara.

1.4.2.2 Bagi Rumah Sakit

Untuk memberikan masukan perencanaan dan pengembangan pelayanan

kesehatan pada pasien dalam peningkatan kualitas pelayanan, khususnya

untuk penurunan tingkat nyeri pada klien post operasi insisi drainase abses

payudara.

1.4.2.3 Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi dan sumber informasi penelitian berikutnya

yang terkait dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien post operasi

insisi drainase abses payudara dengan masalah keperawatan nyeri akut.

1.4.2.4 Bagi Klien

Sebagai sumber informasi bagi klien agar mengetahui gambaran umum

tentang post operasi insisi drainase abses payudara dengan masalah

keperawatan nyeri akut.

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Abses Payudara

2.1.1 Pengertian Abses Payudara

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) abses payudara adalah

akumulasi nanah pada bagian payudara, hal ini biasanya disebabkan oleh

infeksi pada payudara. Ia juga merupakan komplikasi akibat peradangan

payudara yang sering timbul pada minggu kedua post partum (setelah

melahirkan), karena a danya pembengkakan payudara akibat tidak

menyusui dan lecet pada puting susu. Abses payudara merupakan penyakit

yang sulit sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. Peluang kekambuhan bagi

yang pernah mengalaminya berkisar diantara 40-50%. Abeses adalah suatu

penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat dari suatu infeksi bakteri. Jika

bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi

(Irianto, 2015).

Sedangkan menurut Astutik (2014) mastitis atau abses payudara adalah

peradangan payudara. Payudara menjadi merah, bengkak dan kadang kala

diikuti rasa nyeri, panas, serta suhu tubuh meningkat. Dalam payudara terasa

ada massa padat (lump) dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini

terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh

sumbatan saluran susu yang berlanjut.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

9

Jadi dapat disimpulkan bahwa abses payudara adalah komplikasi dari

peradangan pada payudara (mastitis) yang menyebabkan terdapatnya

akumulasi nanah pada bagian payudara.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara

2.1.2.1 Anatomi Payudara (mamae)

Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi dan proses

oogenesis, fertilisasi, kehamilan dan persalinan. Organ reproduksi atau

organ kelamin wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ

reproduksi luar. Kedua organ reproduksi tersebut tidak terpisah satu dengan

lainnya, namun saling berhubungan (Irianto, 2012).

Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada,

sebagai pelengkap organ reproduksi wanita yang fungsinya memproduksi

dan mengeluarkan air susu untuk nutrisi bayi (Sunarti, 2013).

Payudara (Latin: mammae) adalah organ tubuh bagian atas dada dari

spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk manusia. Payudara

adalah bagian tubuh yang paling penting bagi seorang wanita, karena fungsi

utamanya adalah memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi atau

balita (Astutik, 2014).

a. Letak Payudara

Payudara terletak dalam fasia superfisialis membentang antara

sternum dan aksila, melebar dari iga ke dua sampai iga ke tujuh.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

10

b. Bagian-bagian Payudara

1) Struktur makroskopis

Gambar 2.1

Anatomi Payudara

Sumber : Astutik (2014)

Ada tiga bagian utama payudara yaitu : 1). Korpus (badan), yaitu

bagian yang membesar. 2). Areola yaitu bagian yang kehitaman

ditengah. 3). Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol

dipuncak payudara.

a) Korpus mamae dalam korpus terdapat alveolus, yaitu unit kecil

yang memproduksi air susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel acini,

jaringan lemak, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa

alveolus berkelompok membentuk lobulus, kemudian beberapa

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

11

lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari

alveolus ASI disalurkan kedalam saluran kecil (duktus lus),

kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran

yang lebih besar (duktus laktiferus) dan selanjutnya bermuara

kedalam puting susu.

b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah yang merupakan

daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan

mengalami pigmesntasi. Ukurannya bermacam-macam dengan

diameter 2,5 cm. Pada areola terdapat kelenjar montgomery, fungsi

kelenjar montgomery adalah untuk melindungi dan meminyaki

puting susu selama menyusui.

c) Papilla, yaitu bagian yang menonjol di puncak areola payudara

dengan panjang ±6 mm. Papilla tersusun atas jaringan erektil

berpigmen dan merupakan jaringan yang sangat peka. Papilla

terletak di pusat areola mamae setinggi iga keempat, serta

mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit

disekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah

muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan

menyusui. Teksturnya bermacam-macam antara sangat halus

sampai berkerut dan bergelombang. Puting susu biasanya menonjol

keluar dari permukaan payudara.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

12

Gambar 2.2

Bentuk-bentuk Puting Susu

Sumber : Sunarti (2013)

Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk normal/umum,

pendek/datar, pnjang, dan terbenam/terbalik (inverted). Namun,

bentuk-bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi.

Dalam proses laktasi yang penting adalah puting susu dan areola dapat

ditarik sehingga membentuk tonjolan atau dot kedalam mulut bayi.

Kadang dapat terjadi pada puting normal, tetapi bayi tidak dapat

menyusu dengan baik. Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba

yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila puting dihisap,

terjadilah rangsangan saraf yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang

kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI.

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

13

2) Struktur mikroskopis

Gambar 2.3

Struktur Payudara

Sumber : Astutik, 2014

Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus dari jaringan kelenjar.

Banyaknya jaringan lemak pada payudara bergantung pada faktor,

termasuk usia, presentase lemak tubuh, dan keturunan. Struktur

didalamnya menyerupai segmen buah anggur atau buah jeruk yang

dibelah. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut

alveoli atau acini.

a) Alveoli

Alveoli adalah bagian yang mengandung sel-sel yang

menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang

menyekresi air susu yang disebut acini. Acini menyekresi faktor-

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

14

faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di

sekeliling alveolus terdapat sel-sel miopitel yang kadang disebut

sel keranjang (basket cell) atau sel laba-laba (spider cell). Apabila

sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin, maka akan berkontraksi

sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer.

b) Tubulus laktifer

Merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.

c) Duktus laktifer

Merupakan saluran sentral yang merupakan muara beberapa

tubulus laktifer. Lanjutan masing-masing duktus laktifer meluas

dari ampulla sampai muara papilla mammae.

d) Ampulla

Bagian dari duktus laktifer yang melebar dan merupakan

tempat untuk menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah

areola.

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

15

Gambar 2.4

Struktur Mikroskopis Payudara

Sumber : Pollard, 2012

Selain bagian-bagian diatas, ada bagian-bagian lain yang

berperan dalam payudara, diantaranya sebagai berikut :

a) Vaskularisasi

Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteri

mammaria interna, arteri mammaria eksterna dan arteria-arteria

intercostalis superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh

yang sesuai dan akan masuk kedalam vena mammaria interna dan

vena aksilaris.

b) Drainase limfatik

Drainase limfatik terutama ke dalam kelenjar aksilaris yang

sebagian akan dilarikan ke dalam fisura portae hepar dan kelenjar

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

16

mediasanum. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara

berhubungan satu sama lain.

c) Persarafan

Fungsi payudara terutama dipengaruhi oleh aktivitas hormon.

Pada kulit terdapat cabang-cabang nervus thoracalis. Selain itu,

terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama disekitar areola dan

papilla mammae.

(Astutik, 2014)

2.1.2.2 Fisiologi Payudara

a. Fungsi payudara sebagai sekresi ASI, pada anak perempuan payudara

berkembang pada saat pubertas dibawah pengaruh dua hormon,

estrogen dan progesterone. Pada kehamilan hormon prolaktin dari

plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena masih dihambat oleh

kadar estrogen yang tinggi. Pada hari ke dua atau ke tiga setelah

melahirkan, kadar estrogen menurun drastis, sehingga pengaruh

prolactin sangat dominan dan saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.

Payudara pada laki-laki bersifat rudimenter.

b. Fungsi payudara sebagai laktasi, dalam proses laktasi ada dua reflek

yang bekerja yaitu ; 1) Reflek prolactin dan 2) Reflek aliran yang timbul

akibat perangsangan puting susu oleh isapan bayi.

Laktasi ada dua faktor yang diatur oleh hormon dalam proses laktasi :

1) Produksi air susu (Reflek prolactin), fisiologi laktasi, prolactin

merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipopise

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

17

depan yang penting untuk produksi air susu ibu. Kadar hormon ini

meningkat selama kehamilan, pada kehamilan minggu ke 16 mulai

terjadi sekresi cairan bening dalam saluran kelenjar payudara yang

disebut kolostrum yang kaya protein. Kerja hormon ini dihambat oleh

plasenta, dengan lepasnya plasenta pada proses persalinan maka

kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun. Setelah

bayi dan plasenta lahir, pengeluaran kolostrum, air susu ibu

dirangsang oleh hormon prolactin. Bila ada rangsangan puting susu,

timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar

hipopise bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan prolactin.

Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli,

sehinga makin seringnya rangsangan makin banyak pula produksi

ASI.

2) Pengeluaran air susu/reflek aliran (let down reflek)

Perangsangan puting susu oleh bayi tidak diteruskan sampai ke

kelenjar hypopisis depan, tetapi juga ke kelenjar hypopisis bagian

belakang, yang mengeluarkan hormon oxytosin. Hormon ini

berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus

dan dinding disaluran payudara, sehingga ASI dipompa keluar.

Semakin sering menyusui, pengosongan ASI di alveolus dan

salurannya makin baik, sehingga kemungkinan terjadi bendungan

sangat kecil dan menyusui akan makin lancer.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

18

2.1.3 Klasifikasi Penyakit

Menurut Prawirohardjo (2012) mastitis lazim dibagi menjadi mastitis

gravidarum, dan mastitis puerperalis, karena memang penyakit ini boleh

dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.

Gambar 2.5

Letak Abses Pada Payudara

Sumber : www.academia.edu/30608220/Mastitis diakses pada tanggal 6

Maret 2019 Pukul 21.00 WIB

Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:

a. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.

b. Mastitis di tengah-tengah mamma yang menyebabkan abses di tempat itu.

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

19

c. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.

2.1.4 Etiologi

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum

ditemukan pada kulit normal (Staphylococcus aureus). Infeksi terjadi

khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang

rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area

yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

2.1.5 Patofisiologi

Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang

pernah hamil. Pada umumnya yang dianggap sebagai kuman penyebab ialah

puting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke

duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada biakan pus

ialah stafilokokus aureus (Mitayani, 2009).

Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi

jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan

pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut

dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang

mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat dari

penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan

pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

20

abses; hal in merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran

infeksi lebih lanjut (Irianto,2015).

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

21

Bagan 2.1 Pathway Abses

Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015)

- Infeksi bakteri

- Benda asing

menyebabkan luka

- Reaksi hypersensitive

- Agen fisik

Faktor predisposisi

Bakteri mengadakan

multiplikasi dan

merusak jaringan

yang ditempati

Tubuh bereaksi

untuk perlindungan

terhadap penyebaran

infeksi

Terjadi proses peradangan

Nyeri akut Abses terbentuk dan terlokasi

(dari matinya jaringan

nekrotik, bakteri, dan sel

darah putih) Penyebaran infeksi Resiko infeksi

Operasi Dilepasnya

gas pirogen

leukosit pada

jaringan

Kurang informasi

Kerusakan integritas

jaringan

Resiko perdarahan

Ansietas

Panas

Hipertermi

Defisiensi pengetahuan

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

22

2.1.6 Manifestasi Klinis

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) tanda dan gejala dari abses

payudara diantaranya adalah :

a. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah

b. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah

c. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan

nanah melalui puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada

payudara adalah stafilokokus aureus dan spesies streptokokus.

d. Pada lokasi yang terkena akan tampak membengkak. Bengkak dengan

getah bening dibawah ketiak.

e. Nyeri dan teraba massa yang fluktuatif atau empuk

f. Sensasi rasa panas pada area yang terkena

g. Demam dan kedinginan, menggigil

h. Rasa sakit secara keseluruhan

i. Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axillar, parasternalis, dan

subclavia.

2.1.7 Faktor Resiko

2.1.7.1 Pernah Menderita Radang Payudara Sebelumnya

Abses payudara merupakan penyakit yang sulit sembuh sekaligus

mudah untuk kambuh. Peluang kekambuhan bagi yang pernah

mengalaminya berkisar diantara 40-50%.

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

23

2.1.7.2 Diabetes Melitus

Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor resiko utama,

beberapa faktor lain ternyata dapat meningkatkan resiko abses payudara.

Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian di University of Iowa, yang

dipublikasikan dalam journal of the American College of Surgeons edisi

juli 2010 (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2.1.7.3 Perokok berat

Salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat

meningkatkan resiko abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita

yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga membuat peluang kekambuhan

melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang mengalami

kekambuhan 60% diantaranya merupakan perokok berat. Oleh karena itu,

peneli menyarankan kepada penderita yang merokok untuk menghentikan

kebiasaannya agar resiko kambuh bisa dikurangi (Purwoastuti dan

Walyani, 2015).

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

a. Lab darah

Pada peradangan dalam taraf permulaan ibu hanya merasa nyeri

setempat, suhu sedikit meningkat, dan pemeriksaan darah menunjukan ke

arah radang (Mitayani, 2009).

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

24

b. Kultur kuman

Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspirasi nanah,

differensial diagnosis galactoele, fibroadenoma, dan carcinoma.

(Purwoastuti dan Walyani, 2015).

c. Mammografi

Mammografi merupakan suatu pemeriksaan X-Ray khusus untuk

menilai jaringan payudara seseorang, proses pemeriksaan payudara

menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7mSv).

Mammografi digunakan untuk melihat beberapatipe tumor dan kista.

d. USG payudara

Abses dapat didiagnosa secara ultrasound, yang terlihat sebagai

sebuah kantong berisi cairan.

2.1.9 Komplikasi Abses Payudara

Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyebar kedalam

tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses

(Irianto, 2015). Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) komplikasi dari

abses payudara dapat menyebabkan sepsis.

2.1.10 Penatalaksanaan

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan pada klien dengan

abses diantaranya adalah :

a. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan

apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras

menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan resiko tinggi,

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

25

misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda

atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang dilakukan.

b. Karena seringkali abses disebabkan oleh bakteri straphylococcus aureus,

antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering

digunakan. Dengan adanya kemunculan staphylococcuss aureus resisten

methicillin (MRSA) yang ddidapat melalui komunitas, antibiotic biasa

tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat

melalui komunitas, digunakan antibiotic lain seperti clindamycin,

trimetroprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.

2.1.11 Pencegahan Abses Payudara

Menurut Pollard (2012), pencegahan dari abses payudara diantaranya

adalah :

a. Aliran susu harus lancer dan hindari terjadinya statis

b. Mengobati peradangan dan infeksi payudara

c. Memberikan edukasi kepada ibu tentang posisi dan pelekatan yang baik,

menyusui berbasis permintaan bayi dan hindari penyapihan mendadak

Sedangkan menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) pencegahan abses

payudara dapat dilakukan dengan :

a. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan sesudah

menyusui

b. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara

c. Menyusui secara bergantian kiri dan kanan

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

26

d. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan

payudara dengan cara memompanya

e. Gunakan teknk menyusui dengan baik dan benar untuk mencegah

robekan/luka pada puting susu

f. Menjaga kebersihan puting susu

g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

2.1.12 Insisi Drainase Abses

a. Pengertian

Insisi dan drainase material infeksius dalam abses adalah terapi

utama untuk penanganan abses, karena terapi antibiotik saja sering tidak

adekuat untuk penyembuhan abses secara sempurna.

Gambar 2.6

Insisi Abses

Sumber : Yarso, et al. (2018)

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

27

b. Indikasi

Abses kulit yang berukuran lebih dari 5 mm di lokasi yang terjangkau

merupakan indikasi insisi dan drainase. Indikasi untuk merujuk ke

dokter spesialis adalah bila abses terdapat pada area tubuh di mana

faktor kosmetik sangat penting (misalnya wajah atau payudara) atau

abses di telapak tangan, telapak kaki dan lipatan nasolabial.

c. Kontraindikasi insisi abses dengan anestesi local

1) Abses yang berukuran besar.

2) Abses yang letaknya cukup dalam di area yang sulit untuk dilakukan

anestesi local.

3) Terdapat selulitis.

d. Pasca Insisi

1) Antibiotika pasca insisi abses perlu diberikan pada pasien yang

sehat. Pemasangan drain saja sudah adekuat, dan sistem pertahanan

tubuh mampu mengeliminasi infeksi tanpa pemberian antibiotika.

Pasien yang memerlukan antibiotika adalah pasien dengan selulitis

luas di sekitar abses atau pasien dengan kondisi komorbid.

2) Tutup luka insisi dengan penutup luka steril dan tidak mudah

menempel pada luka. Antibiotika topikal sering tidak diperlukan.

3) Instruksikan pasien untuk datang bila terjadi tanda-tanda seperti

kemerahan, bengkak atau timbulnya gejala sistemik seperti demam.

4) Bila diperlukan, penggantian packing material dan drain dapat

dilakukan 2-3 hari setelah insisi.

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

28

Gambar 2.7

Drainase Abses dengan Material Packing

Sumber : Yarso, et al. (2018)

5) Lakukan assessment luka insisi saat pasien datang untuk kontrol

kedua kalinya. Dilihat apakah sudah terjadi penyembuhan sekunder

(healing by secondary intention), ditandai dengan pembentukan

jaringan granulasi.

6) Jika kassa masih basah dan masih keluar cairan dari dalam drain,

ganti dengan kassa steril untuk melanjutkan proses penyembuhan

dan instruksikan pasien untuk datang 2-3 hari kemudian.

7) Pemberian anestetik dan analgetik.

e. Komplikasi Insisi

1) Selulitis

2) Limfangitis

3) Infeksi sistemik

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

29

4) Rekurensi abses.

Jika abses kembali terbentuk meski drainase sudah optimal, lakukan

assessment apakah terdapat faktor risiko yang mendasari seperti

kolonisasi stafilokokus, kelainan anatomis atau kondisi

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah aktifitas yang mempunyai maksud yaitu praktik

keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama

melaksanakan proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan

yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian

yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien

dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang

tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan pemikiran dasar proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. (Dermawan,

2012)

Dalam menegakkan diagnosis tentang gangguan payudara, maka kita perlu

melakukan pengkajian untuk mendapatkan data-data yang akan menunjang

dalam menegakkan diagnosis yang tepat. Wynder dan Feinleib menemukan

bahwa kastrasi wanita sebelum usia 40 tahun mengurangi 25% kemungkinan

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

30

terkena penyakit ini dibandingkan dengan wanita dari populasi normal

(Mitayani, 2009).

2.2.1.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data atau mengumpulkan informasi tentang klien yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan

informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari data yang

terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi

klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan

diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan

keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Dermawan,2012).

a. Biodata

1) Identitas klien

Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal

pengkajian, no medrec, diagnose medis, dan alamat klien.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien, dan alamat.

2.2.1.2 Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal yaitu :

1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

31

Riwayat penyakit yang diambil secara sistematis dan teliti

sebenarnya sudah separuh dari diagnosis. Biasanya ibu dating pada

dokter karena waktu mandi merasa pada payudaranya ada suatu

benjolan. Harus ditanyakan apakah benjolan yang terasa itu hingga

waktu datang pada dokter membesar dan memperlihatkan

perubahan. Juga penting apakah pembesaran yang dirasakan ibu itu

hanya waktu sebelum atau pada waktu haid saja, karena kalau ini

yang terjadi ini adalah keadaan fisiologis (Mitayani, 2009).

Dalam penulisannya keluhan utama disampaikan dengan jelas

dan padat, dua atau tiga suku kata yang merupakan keluhan yang

mendasari klien meminta bantuan pelayanan kesehatan atau alasan

klien masuk rumah sakit.

2) Keluhan saat dikaji

Berbeda dengan keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan

saat dikaji didapat dari hasil pengkajian pada saat itu juga.

penjelasan meliputi PQRST :

- P : Provokes/palliaters adalah apa yang dapat memperberat

dan memperingan kondisi klien. Biasanya pada klien dengan

abses payudara adalah nyeri

- Q : Quality adalah seperti apa keluhan nyeri dirasakan dan

bagaimana nyeri dirasakan

- R : Region merupakan di daerah mana nyeri dirasakan dan

seperti apa nyeri dirasakan

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

32

- S : Severity of Scale adalah skala nyeri

- T : Time adalah waktu terjadinya keluhan nyeri, kapan mulai

terjadi keluhan, dirasakan terus menerus atau pada waktu

tertentu.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, kaji adakah riwayat klien

menderita penyakit atau keluhan pada payudaranya seperti adakah

riwayat peradangan payudara dan abses payudara atau penyakit pada

sistem reproduksi lainnya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, tanyakan adakah

anggota keluarga yang pernah atau mengalami penyakit abses payudara.

2.2.1.3 Pengkajian psikososial dan spiritual

Pengkajian psikososial didapati peningkatan kecemasan, serta perlunya

pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada klien

dalam kondisi terminal, klien dan keluarga membutuhkan dukungan

perawat atau ahli spiritual sesuai dengan keyakinan klien.

2.2.1.4 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjuan dari ujung rambut sampai ujung

kaki (head to toe) pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi

objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian

klinis. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara

keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

33

memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan atau

membuktikan hasil anamnesis, menentukan masalah, serta merencanakan

tindakan keperawatan yang tepat bagi klien (Evania, 2013).

Sementara itu menurut Meyering (2014) hasil dari pemeriksaan fisik

pada klien dengan radang payudara adalah sebagai berikut :

a. Sistem pernafasan

Pada sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan gangguan pola

nafas.

b. Sistem kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler terdapat takikardi, karena pasien dengan

post operasi abses payudara mengalami nyeri yang disebabkan karena

adanya luka pada payudara.

c. Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan tidak ditemukan rasa mual, muntah tidak

terjadi, biasanya tidak disertai dengan nyeri tekan dibagian abdomen

d. Sistem Reproduksi

Tidak ada gangguan pada sistem genitourinaria. Terdapat edema dan

rasa berat pada payudara. Terdapat bercak eritema dan inflamasi

setempat pada payudara dengan kemungkinan guratan di permukaan

payudara.

e. Sistem endokrin

Terdapat pembesaran pada kelenjar getah bening (KGB), terdapat

pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

34

f. Sistem persyarafan

Biasanya tidak ditemukan keluhan pada klien dengan peradangan

payudara.

g. Sistem integument

Suhu tubuh meningkat (38,4 oC atau lebih), terdapat luka terbuka

didaerah payudara dan terdapat rasa mengigil.

h. Sistem musculoskeletal

Biasanya ditemukan adanya rasa pegal dan nyeri pada otot daerah

payudara.

i. Sistem penglihatan

Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan klien.

j. Wicara dan THT

Bentuk bibir simetris, klien dapat menjawab pertanyaan perawat

dengan baik dan jelas, bahasa mudah dimengerti, berbicara jelas. Bentuk

telinga simetris, tidak ada lesi, daun telinga tidak terasa keras (tulang

rawan), tidak terdapat nyeri pada daun telinga, pasien tidak

menggunakan alat batu pendengaran, pendengaran klien baik dibuktikan

dengan klien menyimak, mendengarkan, dan merespon pembicaraan

dengan baik, tidak terdapat serumen.

2.2.1.5 Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan

daya berfikir dan penularan yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan

pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

35

analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan

dan keperawatan klien (Dermawan, 2012).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah yang lazim muncul pada klien post operasi abses menurut Nurarif

dan Kusuma (2015) adalah :

a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah

b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

2.2.3 Intervensi dan Rasionalisasi

2.2.3.1 Kerusakan Integritas Jaringan

Definisi :

Kerusakan jaringan membrane mukosa, kornea, integument, atau subkutan

Batasan karakteristik :

Kerusakan jaringan

Faktor yang berhubungan :

a. Gangguan sirkulasi

b. Iritan zat kimia

c. Deficit cairan

d. Kelebihan cairan

e. Hambatan mobilitas fisik

f. Kurang pengetahuan

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

36

g. Faktor mekanik

h. Faktor nutrisi

i. Radiasi

j. Suhu ekstrim

Kriteria hasil :

a. Perfusi jaringan normal

b. Tidak ada tanda-tanda infeksi

c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal

d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera berulang

e. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka

Tabel 2.1

Tabel Intervensi (NIC-NOC, 2015) dan Rasional Diagnosa Keperawatan III

Intervensi Rasional

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian

yang longgar

Tindakan tersebut meningkatkan kenyamanan

dan menurunkan suhu tubuh (Marni, 2016)

Mobilisasi pasien

Berdiam dalam satu posisi yang lama dapat

menurunkan sirkulasi ke luka, dan dapat

menunda penyembuhan (Doenges, 2014)

Observasi luka

Hemoragi pascaoperasi paling sering terjadi

pada 48 jam pertama, ketika infeksi dapat

berkembng setiap saat (Doenges, 2014)

Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan

luka

Mengurangi resiko penyebaran bakteri (Marni,

2016)

Cegah kontaminasi feses dan urin

Mencegah akses atau membatasi penyebaran

organisme penyebab infeksi dan kontaminasi

silang (Doenges, 2014)

Lakukan teknik perawatan luka dengan steril

Mengurangi resiko kontaminasi silang dan

penyebaran infeksi (Doenges, 2014)

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

37

2.2.3.2 Resiko Perdarahan

Definisi :

Beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu

kesehatan

Faktor resiko :

a. Aneurisme

b. Defisiensi pengetahuan

c. Riwayat jatuh

d. Gangguan gastrointestinal

e. Gangguan fungsi hati

f. Koagulopati

g. Trauma

h. Efek samping terkait pembedahan

Kriteria hasil :

a. Tidak ada hematuria dan hematemesis

b. Kehilangan darah yang terlihat

c. Tekanan darah dalam batas normal

d. Tidak ada perdarahan

e. Tidak ada distensi abdomen

f. Hb dan Ht dalam batas normal

g. Plasma dalam batas normal

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

38

Tabel 2.2

Tabel Intervensi (NIC-NOC, 2015) dan Rasional Diagnosa Keperawatan V

Intervensi Rasional

Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur

berat/lamanya episode perdarahan.

Memburuknya gejala dapat menunjukkan

berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya

penggantian cairan (Doenges, 2014)

Catat Hb dan Ht

Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian

darah dan mengawasi keefektifan terapi

(Doenges, 2014)

Monitor nilai lab

Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian

darah dan mengawasi keefektifan terapi

(Doenges, 2014)

Monitor TTV

Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk

perkiraan kasar kehilangan darah (Marni,

2016)

Kolborasi dalam pemberian produk darah

Penggantian cairan tergantung pada derajat

hypovolemia dan lamanya perdarahan (Marni,

2016)

Lindungi pasien dari trauma

Trauma dapat mencetuskan perdarahan lanjut

(Doenges, 2014)

Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake

makanan yang banyak mengandung vitamin K

Meningkatkan sintesis hepatic faktor koagulasi

untuk mendukung pembekuan (Doenges,

2014)

Monitor trend tekanan darah dan parameter

hemodinamik (CVP, pulmonary capillarity/

artery wedge pressure)

Menunjukkan volume sirkulasi dan respon

jantung terhadap perdarahan dan penggantian

cairan (Doenges, 2014)

Monitor status cairan yang meliputi intake dan

output

Memberikan pedoman untuk penggantian

cairan (Marni, 2016)

Monitor ukuran dan karakteristik hematoma Pembengkakan local mungkin

mengindikasikan formasi

hematoma/perdarahan (Doenges, 2014)

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

39

2.2.3.3 Ansietas

Definisi :

Perasaan tidak nyama atau kekhawatiran yang samar disertai dengan respon

autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu) perasaan takut yang diakibatkan leh antisipasi terhadap bahasa

Batasan karakteristik :

a. Penurunan produktivitas

b. Gerakan yang irelevan

c. Gelisah

d. Melihat sepintas

e. Insomnia

f. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa

hidup

Kriteria Hasil :

a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas

c. Vital sign dalam batas normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

40

Tabel 2.3

Tabel Intervensi (NIC-NOC, 2015) dan Rasional Diagnosa Keperawatan VII

Intervensi Rasional

Gunakan pendekatan yang menenangkan

Membantu memenuhi kebutuhan dasar

manusia, penurunan rasa terisolasi dan

membantu pasien untuk mengurangi perasaan

kuatir (Marni, 2016)

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap

pelaku pasien

Seringkali pernyataan perasaan akan

mempermudah pasien untuk menghadapi

situasi dengan lebih baik (Doenges, 2014)

Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

Informasi menurunkan cemas, dan rangsangan

simpatis (Marni, 2016)

Temani pasien untuk memberikan keamanan

dan mengurangi takut

Dukungan yang terus menerus mungkin

membantu pasien memperoleh kembali control

focus internal dan mengurangi ansietas (Marni,

2016)

Identifikasi tingkat kecemasan

Tanpa memperhatikan realitas situasi, persepsi

akan mempengaruhi bagaimana setiap individu

menghadapi penyakit/stress (Doenges, 2014)

Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

Identifikasi masalah spesifik akan

meningkatkan kemampuan individu untuk

menghadapinya dengan lebih realistis (Marni,

2016)

Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi

Perasaan adalah nyata dan membantu pasien

untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan

dan menghadapinya (Marni, 2016)

Instruksikan pasien menggunakan teknik

relaksasi

Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan relaksasi, dan dapat

meningkatkan kemampuan koping (Doenges,

2014)

2.2.4 Implementasi

Menurut Dermawan (2012) implementasi adalah pelaksanaan rencana

keperawatan oleh perawat dan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat

dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan. Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

41

asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifocal.

Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan

untuk memenuhi kriteria hasil seperti yang digambarkan dalam rencana

tindakan. Tindakan dapat dilaksanakan oleh perawat, klien, anggota keluarga,

tim kesehatan lain atau kombinasi dari yang disebutkan diatas.

2.2.5 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana merupakan alat

pengukur keberhasilan dari suatu rencana keperawatan yang dituliskan dalam

catatan perkembangan.

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item

atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah

hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan

(Doenges, 2014).

Menurut Dermawan (2012) untuk memudahkan perawat mengevaluasi

atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAPIER.

Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut :

a. S : Data Subjektif

Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data ini

berhubungan dengan kriteria hasil.

b. O : Data objektif

Hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini

juga berhubungan dengan kriteria hasil

c. A : Analisa

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

42

Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah

terpenuhi atau tidak

d. P : Rencana asuhan

Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien.

e. I : Intervensi

Tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada

f. E : Evaluasi

Evaluasi terhadap tindakan keperawatan

g. R : Reassesment

Melakukan pengumulan data dan kembali, jika hasil pelaksanaan tindakan

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Apakah rencana asuhan akan

dirubah.

2.3 Konsep Nyeri

2.3.1 Definisi Nyeri

Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP) pada

tahun 1997, didefinisikan sebagai pengalaman sensorik atau emosional yang

tidak menyenangkan, yang terakait dengan potensi atau adanya kerusakan

jaringan. Proses kerusakan jaringan yang diteruskan ke sistem saraf pusat dan

menimbulkan sensari nyeri disebut sebagai nosisepsi. Penilaian nyeri tidak

akan pernah lepas dari subjektivitas pasien. Namun skala kuantitas dapat

dibuat untuk membantu manajemen nyeri agar lebih objektif (Kapita Selekta

Kedokteran, 2014).

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

43

2.3.2 Klasifikasi Nyeri

2.3.2.1 Berdasarkan patofisologi

a. Nyeri nosiseptif terjadi akibat ktifitas nosiseptor saraf A- ɤ dan C yang

berlangsung secara terus menerus oleh stimulus noxious (jejas,

penyakit, inflamasi). Intensits nyeri nosiseptif berbanding lurus dengan

intensitas kadar stimulus. Semakin besar kerusakan, semakin nyeri.

b. Nyeri neuropatik

Disebabkan gangguan sinyal dari susunan saraf pusat atau perifer, atau

menggambarkan jejas atau kerusakan pada sistem saraf. Penyebab

biasanya trauma, inflamasi, penyakit metabolic (missal, diabetes),

infeksi (missal, herpes zoster), tumor, toksin, atau penyakit neurologis

primer.

Kadang, nyeri neuropatik disebut juga sebagai nyeri ‘patologis’.

Keadaan nyeri kronis terjadi saat nyeri timbul tanpa adanya pemicu.

Proses ini dialandasi oleh sensitisasi. Sensitisasi sentral menjadi alas an

mengapa nyeri neuropati seringkali tidak bersesuaian dengan intensitas

stimulus (seperti hiperalgesia atau alodinia) atau muncul saat tidak ada

stimulus yang jelas (nyeri persisten). Sifat nyeri neuropati adalah

terbakar atau panas, geli, tertusuk, seperti tersengat listrik, diremas,

nyeri dalam, spasme atau dingin. Hiperalgesia adalah peningkatan

sensitivitas terhadap nyeri, sementara alodinia adalah nyeri terhadap

stimulus yang normalnya tidak menimbulkan nyeri.

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

44

2.3.2.2 Berdasarkan waktu

a. Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam kerusakan sedemikian rupa (Asosiasi

Studi Nyeri Internasional) : awitan yang tiba-tiba atau mendadak dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

diprediksi dan berlangsung <6 bulan (Nurarif dan Kusuma, 2015).

b. Nyeri kronis dulu didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih

dari 3-6 bulan setelah jejas berlangsug. Kini nyeri kronis adalah nyeri

yang berlanjut setelah selesainya proses penyembuhan. Dengan

intensitas jejas yang minimal atau tidak cukup menjelaskan adanya rasa

nyeri tersebut. Ada juga yang mendefinisikan nyeri kronis sebagai nyeri

persistem yang mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari atau

mengurangi derajat kesehatan dan kemampuan fungsional individu.

2.3.3 Mekanisme Nyeri

Menurut Mangku dan Senapathi (2010) nyeri timbul akibat adanya

rangsangan dari zat-zat algesik pada reseptor nyeri yang banyak dijumpai

pada lapisan superfisial kulit dan pada beberapa jaringan didalam tubuh.

Reseptor nyeri merupakan ujung-ujung bebas serat saraf aferen A delta dan

C, reseptor-reseptor ini diaktifkan oleh adanya rangsang-rangsang dengan

intensitas tinggi.

Zat-zat algesik yang akan mengaktifkan reseptor nyeri adalah ion K, H,

asam laktat, serotonin, bradikinin, histamine, dan prostaglandin. Selanjutnya

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

45

setelah reseptor-reseptor nyeri diaktifkan oleh zat-zat algesik tersebut, impuls

nyeri disalurkan ke setral melalui beberapa saluran saraf. Rangkaian proses

yang menyertai antara kerusakan jaringan (sebagai sumber stimuli nyeri)

sampai dirasakan persepsi nyeri adalah suatu proses elektro-fisiologik, yang

disebut sebagai nosisepsi.

Ada empat proses yang jelas yang terjadi mengikuti suatu proses elektro-

fisiologik nosisepsi, yaitu :

a. Transduksi

Merupakan proses stimuli nyeri yang diterjemahkan atau diubah menjadi

suatu aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf.

b. Transmisi

Merupakan proses penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul

proses transduksi.impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan

C sebagai neuron pertama dari perifer ke medulla spialis.

c. Modulasi

Merupakan proses interaksi antara sistem analgesik endogen dengan

impuls nyeri yang masuk ke kornu posterior medula spinalis.

d. Persepsi

Merupakan hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang

dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada

gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dkenal

sebagai persepsi nyeri.

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

46

2.3.4 Diagnosis Nyeri

2.3.4.1 Anamnesis

Keluhan pasien adalah indicator utama. Kecuali jika pasien tidak dapat

berkomunikasi

2.3.4.2 Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan digunakan untuk membantu mengidentifikasi penyebab

yang mendasari nyeri. Fokuskan perhatian pada kondisi umum, sistem

musculoskeletal, dan neurologis. Serta status lokalis nyeri. Sebagian pasien

membutuhkan pemeriksaan musculoskeletal dan neurologis yang lebih

mendalam.

Sebagian besar diagnosis kasus nyeri kronik ditegakkan dengan

pemeriksaan fisis yang akurat, sementara pemeriksaan penunjang lebih

sering bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang berasal

dari abnormalitas anatomi atau fisik pasien.

2.3.4.3 Pemeriksaan penunjang

a. Visual Analogue Scale (VAS)

Metode VAS sangat efisien penggunannya, dan tervalidasi pada

pasien-pasien dengan nyeri kronis. Kelemahan metode ini adalah dapat

memakan waktu. Validitasnya masih kontroversial.

b. Numeric Rating Scale (NRS)

Kelebihan metode NRS adalah mudah digunakan, sederhana, dan dapat

dilakukan secara fleksibel dan tervalidasi untuk berbagai tipe nyeri.

Kekurangannya adalah kurang dapat diandalkan untuk beberapa tipe

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

47

pasien tertentu, seperti pasien dengan gangguan visual, pendengaran,

atau kognitif.

2.3.5 Tatalaksana Nyeri

2.3.5.1 Tatalaksana farmakologi

Prinsip-prinsip umum pengguanaan tata laksana farmakologis untuk

nyeri adalah:

a. Identifikasi dan tangani sumber nyeri

b. Pilih pendekatan yang paling sederhana untuk tatalaksana nyeri.

Kebanyakan nyeri dapat ditangani dengan pemberian obat dan tidak

membutuhkan tindakan invasive.

c. Pilih obat yang sesuai. Rejimen obat untuk nyeri bergantung pada

masing-masing individu. Pemilihan dilakukan dengan menilai

karakteristik nyeri, obat, dan pasien.

d. Buat rencana tatalaksana

e. Pilih rute pemberian obat

f. Titrasi dosis

g. Optimaisasi pemberian

h. Pantau dan kendalikan efek samping

i. Bedakan toleransi, ketergantungan fisis dan adiksi

WHO membuat suatu metode pemberian analgesic yang bertahap. Saat

nyeri timbul obat oral diberikan secara sesuai dengan tahapan sebagai

berikut : nonopioid (missal : aspirin, paracetamol). Lalu jika dibutuhkan,

opioid ringan (kodein) dan terakhir opioid kuat (morfin) hingga pasien

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

48

merasa bebas dari nyeri. Untuk mengatasi takut dan cemas, dapat diberi obat

tambahan (atau dikenal sebagai adjuvant). Untuk mempertahankan pasien

tetap bebas dari rasa nyeri, maka sebaiknya obat analgesic diberikan sesuai

dengan jam yaitu setiap 3-6 jam. Metode seperti ini 80-90% efektif dalam

menghilangkan rasa nyeri pada pasien.

2.3.5.2 Tatalaksana non farmakologi

Tatalaksana non farmakologi dilakukan untuk mendukung terapi non

farmakologi. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah pendekatan psikologis

(terapi perilaku kognitif, relaksasi, psikoterapi), rehabilitasi fisis, atau

pendekatan bedah. Jangan menunda untuk merujuk apabila pengobatan

maksimal yang bisa dilakukan masih membuat pasien merasakan nyeri

dengan intensitas berat. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat

dilakukan adalah dengan terapi distraksi relaksasi menggunakan murottal

qur’an.

Menurut Rilla, et al. (2014) pada penelitian tiga pria dan dua perempuan,

Robb (2000) menemukan bahwa mereka mendapatkan ketenangan

sebanyak 65% ketika mendengarkan murottal meski tidak memahami

Bahasa Arab dan tidak diberi tahu bahwa yang diperdengarkan adalah ayat

Al Quran. Responden hanya mendapatkan ketenangan sebanyak 35% ketika

mendengarkan alunan bahasa Arab yang bukan dari Al Quran.

Al-Quran merupakan sarana pengobatan untuk mengembalikan

keseimbangan sel yang rusak. Jika mendengarkan musik klasik dapat

memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ), maka

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI INSISI …

49

bacaan Al Quran juga memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ) (Shihab,

1998). Penelitian yang dilakukan oleh Sodikin (2012) di RS Cilacap

menyatakan terapi bacaan Al-Quran dapat bersinergi dengan terapi

farmakologi dalam menurunkan nyeri. Pemberian terapi Al-Quran

memberikan efek non farmakologi adjuvan dalam mengatasi nyeri.

Ayat Al-Qur’an yang sering dilatunkan sebagai terapi murottal adalah

surat Al-Faatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas, ayat Qursy, surat Yaasin

ayat ke 58 dan Al An’am ayat 1-3, dan 13. Semua surat itu mengaktifkan

energi Ilahiyah dalam diri pasien yang dapat mengusir penyakit dan rasa

sakit yang diderita.

Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Stania, et al. (2014)

bahwa distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control,

bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan

disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini

adalah dengan merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat

pelepasan substansi P. Teknik distraksi khususnya distraksi pendengaran

dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang merupakan substansi

sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Individu dengan endorfin banyak

lebih sedikit merasakan nyeri dan individu dengan endorfin sedikit

merasakan nyeri lebih besar.