Bab ii

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ORTODONTIK 2.1.1 Pengertian Ortodontik Ilmu ortodontik adalah gabungan ilmu dan seni yang berhubungan dengan perkembangan dan menegakkan atau merawat anomaly dari geligi, rahang, dan muka serta pengaruhnya terhadap kesehatan fisik, estetik dan mental. 5 Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi

Transcript of Bab ii

Page 1: Bab ii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ORTODONTIK

2.1.1 Pengertian Ortodontik

Ilmu ortodontik adalah gabungan ilmu dan seni yang

berhubungan dengan perkembangan dan menegakkan atau

merawat anomaly dari geligi, rahang, dan muka serta pengaruhnya

terhadap kesehatan fisik, estetik dan mental.5

Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang

dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan

penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika yaitu

dengan menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi

penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi

hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang

baik.6

Pergerakan gigi adalah basis dari perawatan ortodonti. Untuk dapat

melakukan perawatan tersebut maka harus terjadi pergerakan gigi

untuk mengembalikan posisi gigi yang menyimpang ke posisi yang

baik sesuai dengan oklusinya, dan untuk dapat menggerakkangigi

Page 2: Bab ii

tersebut diperlukan alat ortodonti, yang terdiri dari dua jenis yaitu

alat lepasan dan alat cekat. 6

Alat cekat mempunyai tiga komponen dasar yaitu bracket,

archwire dan assesori. Interaksi dari ketiga komponen ini

menentukan cara berfungsinya suatu alat. Faktor-faktor mekanis

yang menentukan pilihan komponen alat cekat berhubungan

dengan gerakan gigi yang dikehendaki. Kekuatan yang

dipergunakan harus sesuai dengan kekuatan optimal yang sudah

ditentukan untuk berbagai jenis pergerakan gigi. 6

2.1.1 Tujuan Perawatan Ortodontik

Tujuan dari perawatan ortodontik sebagai suatu penciptaan

hubungan – hubungan oklusal sebaik mungkin dalam kerangka

estetika wajah yang dapat di terima dan stabilitas dari hasil

akhirnya. Tentu tujuan utama dari perawatan ortodonti adalah

mendapat penampilan dentofacial yang menyenangkan secara

estetika dengan fungsi yang baik dengan gigi – gigi dalam posisi

stabil.

Tujuan perawatan Ortodonsi adalah sebagai berikut :

1) Menghilangkan susunan gigi berjejal

Page 3: Bab ii

2) Mengoreksi penyimpangan rotasional dan apical dari gigi

geligi

3) Mengoreksi hubungan antar insisal

4) Menciptakan hubungan antar tonjol bukal yang baik

5) Penampilan wajah yang menyenangkan

6) Hasil akhir stabil.5

2.1.2 Resiko dan Keuntungan Perawatan Ortodontik

Mengidentifikasi keuntungan – keuntungan potensial dari

perawatan adalah suatu hal dasar yang penting bagi operator.

Perawatan tidak boleh dilakukan bila tidak ada keuntungan yang

jelas untuk pasien. Perawatan ortodonsi bukanlah tanpa resiko

tercatat dengan jelas masalah – masalah seperti dekalsifikasi

email, resorpsi akar dan cedera wajah traumatic karena headgear.

Keadaan ini harus diimbangi dengan keuntungan – keuntungan

yang diperoleh dari perawatan. Bahkan ini menjadi lebih penting

jika jaminan hasil akhir yang stabil tidak dapat diberikan. Analisa

resiko atau keuntungan dari masing – masing kasus harus dibahas

dengan baik dengan pasien dan orang tua sebelum memulai

perawatan. 5

Page 4: Bab ii

2.1.2.1 Keuntungan perawatan Ortodontik

Gigi – gigi yang susunannya baik lebih mudah dijaga

kebersihannya dan banyak pasien yang kepercayaan

dirinya meningkat karena senyum dan penampilan gigi

geligi yang menarik. Perawatan ortodontik yang telah di

sarankan dapat member keuntungan dalam hal

penampilan wajah dan gigi – geligi serta dalam

mempertahankan kesehatan gigi dan mulut yang baik.5

2.1.3 Tingkatan Perawatan Ortodontik

Perawatan ortodontik mempunyai tingkatan perawatan, di

antaranya tergantung pada usia si penderita yang akan di rawat.

Tahapan tersebut meliputi :

1. Perawatan Pencegahan

Batasan :

a. Ilmu ortodonti pencegahan adalah ilmu yang mempelajari

segala macam usaha untuk mencegah terjadinya kelainan

oklusi (maloklusi)

b. Ilmu ortodonti pencegahan merupakan bagian dari ilmu

kedokteran gigi pencegahan (preventif dentistry)

Page 5: Bab ii

c. Berbeda dengan cabang ilmu kedokteran gigi yang lain

yang memerlukan perawatan singkat, ortodonti

pencegahan memerlukan perawatan yang lama, terus

menerus mengikuti waktu pertumbuhan dan perkembangan

dentofasial.

d. Ortodonti pencegahan berarti tindakan yang dinamis, terus

menerus dan disiplin bagi dokter gigi dan pasiennya.

Tujuan mempelajari ortodonti pencegahan adalah untuk

mempertahankan oklusi normal.

2. Perawatan Interseptif

Perawatan ortodonti interseptif adalah suatu prosedur

ortodontik yang dilakukan pada maloklusi yang baru atau

sedang dalam proses terjadi dengan tujuan memperbaiki ke

arah oklusi normal. Beda antara ortodonti preventif dengan

ortodonti interseptif adalah pada waktu tindakan dilakukan.

Ortodonti preventif dilakukan apabila diperkirakan ada

keadaan yang akan menyebabkan terjadinya suatu maloklusi

sedang ortodonti Interseptif adalah suatu tindakan yang harus

segera dilakukan karena terdapat suatu gejala atau proses

terjadi maloklusi walau dalam tingkatan yang ringan sehingga

maloklusi dapat dihindari atau tidak berkembang.

Page 6: Bab ii

Macam-macam perawatan ortodonti interseptif :

a. Penyesuaian atau koreksi disharmoni oklusal

b. Perawatan crossbite anterior pada mixed dentition

c. Perawatan diastema anterior

d. Perawatan kebiasaan jelek (bad habbit)

e. Latihan otot (myofunctional therapic)

f. Pencabutan seri (serial ectraction)

3. Perawatan Kuratif

Perawatan ini merupakan tingkat perawatan ortodontik untuk

menghilangkan kelainan gigi geligi yang telah berkembang

yang telah menyebabkan keluhan secara estetik maupun fungsi

yang melibatkan maloklusi klas I, klas II, dan klas III.7

2.1.4 Pertimbangan Waktu Perawatan Ortodonti

1. Kelompok Umur

Umur kronologis dan atau umur psikologis dapat dikaitkan

dengan proses tumbuh kembang, sehingga dapat di pakai

sebagai bahan pertimbangan

2. Kematangan Tulang

Faktor kematangan tulang dentokraniofasial memiliki ciri

bahwa pada keadaan ini terdapat kemampuan yang baik dalam

interaksi secara biomekanis selama pemakaian alat ortodonti

Page 7: Bab ii

3. Tingkat Keparahan Kasus

Sudah jelas ada di temukan kelainan pertumbuhan

dentokraniofasial (malposisi atau maloklusi) yang parah pada

anak masa gigi decidui atau bercampur. Jika tidak segera

dilakukan koreksi, maka akan semakin parah dan kelainan

tersebut bahkan dapat membahayakan. Setiap kasus yang

dirawat akan menghasilkan respon keberhasilan yang berbeda-

beda. Semakin parah kasus yang dihadapi, hendaknya semakin

dini perawatan harus dilakukan tetapi memerlukan waktu

perawatan yang lama.

4. Akselerasi Pertumbuhan

Pada masa akselerasi sering terjadi ketidakoperatifan dan

kemunduran proses adaptasi tumbuh kembang terhadap

kekuatan mekanis, maka perlu ada penundaan waktu

perawatan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa perawatan

ortodonti lebih baik dilakukan pada masa pubertas atau masa

akselerasi sekitar umur 12-15 tahun, karena respon jaringan

cukup baik.

5. Interaksi Dalam Rongga Mulut

Sebelum melakukan intervensi (kekuatan ortodonti) perlu

diketahui adanya interaksi kekuatan antara gigi geligi, tulang

Page 8: Bab ii

alveolus, tulang wajah dan muskuler dalam fungsinya.

Perawatan ortodonti dalam masa tumbuh kembang, perlu

dipertimbangkan adanya interaksi komponen-komponen

dentokraniofasial secara substansial. Maloklusi gigi geligi

akan menghasilkan hambatan atau gangguan terhadap proses

tumbuh kembang rahang dan fungsi otot rongga mulut.

6. Jenis Kelamin

Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh

keadaan hormon pertumbuhan, fisik psikis dan lingkungan,

keadaan ini menyebabkan adanya perbedaan interaksi pada

anak laki-laki dan perempuan.

7. Erupsi Gigi Geligi

Erupsi gigi tetap (pengganti) sering mengalami gangguan

karena adanya kerusakan atau kehilangan gigi molar desidui

terlalu awal. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya

malposisi (miringnya gigi tetangga atau elongasi gigi

antagonis), maloklusi dan traumatic pada

temporomandibularis joint (TMJ). Urutan erupsi yang tidak

selaras dan seimbang akan berpengaruh terhadap derajat

keparahan malposisi atau maloklusi.

8. Periode Gigi Geligi

Page 9: Bab ii

Periode atau masa gigi geligi decidui, bercampur dan tetap

sering menunjukkan adanya perbedaan tingkat keparahan

maloklusi. Ada kemungkinan kelainan dentokraniofasial anak

yang terjadi pada masa gigi decidui, bercampur atau tetap

dapat bersifat sementara dan tidak diperlukan perawatan atau

dapat bersifat tetap dan memerlukan perawatan secara dini.

Dalam ketiga periode gigi geligi tersebut, dapat dilakukan

tahap perawatan preventif, interseptif atau kuratif ortodonti

dan kombinasi.8

2.2 BAKTERI RONGGA MULUT

Pada saat, lahir umumnya rongga mulut berada pada kondisi steril,

tetapi beberapa jam setelahnya. Mikroorganisme sudah mulai

bermunculan, terutama streptokokus slvarius. Pada saat gigi geligi susu

bererupsi, sudah terbentuk flora yang kompleks. Bakteri terdapat didalam

saliva, pada lida dan pipi, pada permukaan gigi, terutama didaerah fisura

dan leher gingival. 10

Cairan mulut (sering disebut saliva) adalah cairan yang dikeluarkan

oleh kelenjar saliva (kelenjar liur) di dalam rongga mulut dan disebarkan

melalui celah antara permukaan gigi dan gusi, yang disebut sulkus

gingivalis. Jumlah dan susunannya sangat menentukan kesehatan mulut.9

Page 10: Bab ii

Berbagai bagian rongga mulut seperti misalnya lidah,pipi,fisura gigi,

saliva, leher gingival, dapat dianngap terdiri dari berbagai ekosistem

dimana berbagai macam bakteri hidup dalam keseimbangan satu terhadap

jaringan. 10

Jumlah bakteri didalam saliva dapat mencapai beratus-ratus juta

permilimeter terapi populasi bakteri terbesar dapat ditemukan pada

dorsum lidah. Bahkan leher gingival yang sehat juga mengandung lebih

banyak bakteri daripada bakteri yang bebas dalam saliva.10

Beberapa lokasi perlekatan bakteri :

Dorsum lidah

Permukaan dorsal lidah ditutupi dengan kedua fissure yang

dangkal dan dalam yang berhubungan dengan foramen coecum,

folikel lingual,dan empat jenis papilla ( yaitu filiform,fungiform,

vallate, foliate). Flora normal lida belum dikarakteristikkan dengan

baik, namun bakteri gram positif, sekitar 70 % dari flora lingual. Yang

paling menonjol diantaranya adalah streptokokus ssanguis dan

streptokokus salivaris.

Epitel permukaan ( tidak termasuk dorsal lidah)

Epitel permukaan termasuk epitel buccal, ventara permukaan

lidah, mukosa alveolar, permukaan gingiva yang terkena saliva, dan

langit (keras dan lunak). Secara umu, flora normal dari permukaan

Page 11: Bab ii

epitel oleh streptokokus, tapi tidak dalam proporsi yang sama dengan

yang ditemukan pada lidah.

Permukaan gigi supraginggival

Flora bakteri yang berkolonisasi pada permukaan gigi

supraginggival,cukup menarik karena ini adalah lingkungan dimana

karies gigi berkembang. Permukaan gigi supraginggiva secara terus

mnerus dibasahi oleh saliva.permukaan gigi dengan cepat dilapisi oleh

protein saliva yang terbentuk, yang disebut acquired pellicle.

Perbedaan dapat ditemukan dalam acquired pellicle yang terbentuk

pada enamel,dentin, dab bahan restorative. Perbedaan ini memiliki

dampak yang signifikan pada jenis mikroorganisme yang berlokalisasi

pada gigi.11

2.2.1 Bakteri Aerob

Kuman gram aerob meliputi kuman-kuman koken

(stereptokokus, stafilokokus), basilus (saprofit), sepiral

(tereponema dan leptospira), batang (korinebakteria) dan lain-

lain. Jadi secara sederhana kuman-kuman yang sering dihadapi

dalam praktek dari golongan ini misalnya kuman stafilokokus,

streptokokus.Adapun Gram negative aerob termasuk koken ( N.

gonerrhoeae, N. meningitiditis atau pnemokokus), kuman-

Page 12: Bab ii

kuman entrik ( E. coli, klebsiela dan enterobakter),

salmonella,sigla, vibro, pseudomonas, hemofilus dan lain-lain.

a. Staphylococcus

Staphylococcus adalah gram positif berbentuk bulat,

biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan. Bakteri

ini mudah tumbuh dalam berbagai perbenihan dan

mempunyai metabolism aktif, meragikan karbohidrat, serta

menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai

kuning tua. Beberapa di antaranya tergolong flora normal

dalam kulit dan selaput mukosa manusia. Stafilokokus

tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Stafilokokus

mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan bakteri dalam

keadaan aerobic. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37o C, tetapi membentuk pigmen paling banyak pada

suhu kamar (20 – 25o C)

b. Streptococcus

Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk

bulat yang secara khas membentuk pasangan atau

rantai selama masa pertumbuhannya. 12

2.2.2 Bakteri Anaerob

Page 13: Bab ii

Anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Bakteri anaerob

berkmbang pada tempat yang sedikit atau sama sekali tidak

mengandung oksigen. Kuman-kuman ini normalnya

ditemukan dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Rongga

mulut mengandung jutaan bakteri anaerob seperti

Fusobactrium dan Actinomyces. 12

2.2.3 Virulensi Bakteri

Virulensi adalah jumlah total fungsi metabolis dan fisiologis

parasit yang bisa mendukung untuk pertahan

hidup,tumbuh,memperbanyak diri, dan memproduksi perubahan

patologis terhadap jaringan host .

Virulensi digunakan untuk menyatakan ukuran atau

derajat dari suatu pathogenesis. Walaupun semua pathogen

menyebabkan penyakit, beberapa jenis pathogen lebih virulensi

dari pada jenis lainya. Sebagai contoh, Penyebab shigollosis

(diare) hanya membutuhkan 10 sel shigella, dan sebagian

perbandingan dibutuhkan 100 hingga 1000 sel Salmonella untuk

menyebabkan Salmonellasis ( penyakit diare jenis lain). Jadi

dapat disimpulkan bahwa shigella lebih virulen dibanding

salmonella.

Page 14: Bab ii

Kadang-kadang virulensi digunakan untuk menunjukkan

tingkatan keparahan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

pathogen, sehingga suatu patogen dapat bersifat lebih virulen

dibandingkan pathogen lainnya jika menyebabkan penyakit yang

lebih parah. 13

2.2.4 Saliva

Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari

campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang ada

dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90 persen

dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan

yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. Saliva

membantu pencernaan dan penelanan makanan, di samping itu

juga untuk mempertahankan integritas gigi, lidah, dan membrana

mukosa mulut. Di dalam mulut, saliva adalah unsur penting yang

dapat melindungi gigi terhadap pengaruh dari luar, maupun dari

dalam rongga mulut itu sendiri. Makanan yang kita makan dapat

menyebabkan ludah kita bersifat asam maupun basa. Peran

lingkungan saliva terhadap proses karies tergantung dari

komposisi, viskositas, dan mikroorganisme pada saliva. Secara

Page 15: Bab ii

teori saliva dapat mempengaruhi proses terjadinya karies dalam

berbagai cara, antara lain aliran saliva dapat menurunkan

akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat

pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Selain itu, difusi

komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH–, dan fluor ke

dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan

remineralisasi gigi. Saliva juga mampu melakukan aktivitas

antibakterial karena mengandung beberapa komponen yang antara

lain adalah lisosim, sistem laktoperoksidase-isitiosianat,

laktoferin, dan imunoglobulin ludah. Derajat keasaman pH dan

kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan

kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh

susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan

dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Derajat keasaman

saliva dalam keadaan normal antara 5,6–7,0 dengan rata-rata pH

6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan ada

pH saliva antara lain 18 rata-rata kecepatan aliran saliva,

mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva.

Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan

bakteri 6,5–7,5 dan apabila rongga mulut pH-nya rendah antara

Page 16: Bab ii

4,5–5,5 akan memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik

seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus.