BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN...

29
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidaknyamanan (Stuart,2013). Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David A Tomb,1993 dalam Direja,2011). Kecemasan adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh pengalaman baru. Takut mempunyai sumber yang jelas dan objektifnya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respons emosi terhadap penilaian tersebut (Nursalam,2015). Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kecemasan dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas dan tidak menyenangkan disertai perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidaknyaman yang tidak diketahui penyebabnya dan didahului oleh pengalaman baru. 2. Faktor Penyebab Stuart & Laraia (2005) menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, diantaranya faktor predisposisi dan presipitasi : a. Faktor Predisposisi 1) Pandangan psikoanalitis Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian -id dan super ego. Id mewakili dorongan http://repository.unimus.ac.id

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan

perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidaknyamanan

(Stuart,2013). Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak

menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai gejala fisiologis,

sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang

bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut

(David A Tomb,1993 dalam Direja,2011). Kecemasan adalah emosi tanpa

objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh

pengalaman baru. Takut mempunyai sumber yang jelas dan objektifnya

dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap

stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respons emosi terhadap

penilaian tersebut (Nursalam,2015).

Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kecemasan dapat

ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas

dan tidak menyenangkan disertai perasaan ketidakpastian,

ketidakberdayaan, isolasi dan ketidaknyaman yang tidak diketahui

penyebabnya dan didahului oleh pengalaman baru.

2. Faktor Penyebab

Stuart & Laraia (2005) menyatakan ada beberapa teori yang telah

dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan, diantaranya faktor predisposisi dan presipitasi :

a. Faktor Predisposisi

1) Pandangan psikoanalitis

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian -id dan super ego. Id mewakili dorongan

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

9

insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan

hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma

budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan

dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Pandangan interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang

yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami

perkembangan kecemasan yang berat.

3) Pandangan perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan

belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari

kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini

dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukan

kecemasan dalam kehidupan selanjutnya. Kecemasan ini

disebabkan hanya oleh persepsi mereka tentang kemampuan

mereka, yang mencerminkan konsep diri mereka. Mereka

mungkin siap untuk pemeriksaan, namun tingkat kecemasan

menurunkan lapang persepsi mereka secara signifikan. Mereka

mungkin mengabaikan, salah menafsirkan, atau mendistorsi arti

dari item tes. Mereka bahkan dapat memblokir semua hasil

belajar mereka sebelumnya. Hasilnya adalah nilai yang buruk,

yang memperkuat persepsi buruk diri mereka.

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

10

4) Kajian keluarga

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.

ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara

gangguan kecemasan dengan depresi.

5) Kajian biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.

Reseptor ini membantu mengatur kecemasan. Penghambat

GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis

berhubungan dengan kecemasan sebagaimana halnya dengan

endorfin. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik

dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stressor.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart & Laraia (2005) faktor presipitasi dibedakan menjadi

dua yaitu :

1) Faktor Eksternal

a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau

menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Penyakit adalah salah satu faktor yang

menyebabkan kecemasan. Seseorang yang sedang

menderita suatu penyakit akan lebih banyak stresor dan

koping yang tidak adekuat dibanding orang yang sehat

jasmani.

b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat

membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang

terintegrasi seseorang. Ketika mengalami kecemasan,

individu akan menggunakan mekanisme koping untuk

mengatasi kecemasan secara konstruktif menyebabkan

terjadinya perilaku patologis.

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

11

2) Faktor Internal

a) Usia

Usia mempengaruhi psikologis seseorang. Semakin

bertambah usia seseorang semakin siap pula dalam

menerima cobaan berbagai masalah. Seseorang yang

mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang

yang lebih tua usianya. Umur dipandang sebagai suatu

keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan

seseorang (Lutfa, 2008). Walau umur sukar ditentukan

karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka

mengalami kecemsan selama yang dapat mereka ingat. Tapi

seringkali kecemasan terjadi pada usia 20-40 tahun

(Hawari,2008).

b) Jenis kelamin

Berkaitan dengan kecemasan wanita lebih rentan

dibandingkan dengan laki-laki, karena laki-laki lebih aktif

dan eksploratif dalam merespon kecemasannya, sedangkan

wanita lebih sensitif dan memilih memendam semua

perasaanya, wanita merasa tabu untuk bercerita akan stresor

sehingga lebih cenderung berkoping mal adaptif, laki-laki

sering berinteraksi dengan dunia luar sedangkan wanita

lebih banyak diam ditempat/dirumah. Sebagian besar pasien

mengalami kecemasan baik akut maupun kronik dengan

hasil rentang 3-8% dari jumlah penduduk dengan

perbandingan wanita dan laki-laki 1:2 (Kaplan,2007).

c) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman hidup,

tingkat pendidikan, kesehatan fisik terutama panca indera,

usia berhubungan dengan daya tangkap dan ingatan

terhadap suatu materi, media atau buku

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

12

(Notoatmodjo,2009). Pengetahuan yang dimiliki seseorang,

akan dapat menurunkan perasaan cemas yang dialami dalam

mempersepsikan suatu hal. Pengetahuan ini sendiri biasanya

diperoleh dari informasi yang didapat dan pengalaman yang

pernah dilewati. Pengetahuan yang bertambah akan

mempengaruhi terjadinya pola perilaku dan cara berfikir

seseorang sehingga dapat mempengaruhi kecemasan (Stuart

&Sundeen,1998). Tidak semua responden yang memiliki

pengetahuan baik tidak mengalami kecemasan begitu juga

responden yang memiliki pengetahuan kurang akan

mengalami kecemasan berat. Hal ini mungkin tergantung

terhadap persepsi atau penerimaan responden itu sendiri

terhadap waktu tunggu yang diberikan dan juga penyakit

yang diderita pasien, mekanisme pertahanan diri dan

mekanisme koping yang digunakan (Kuraesin,2009).

d) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan kecemasan daripada orang dengan kepribadian B.

Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak

sabar, kompetitif, ambisius dan ingin serba sempurna.

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan stress daripada orang yang memiliki kepribadian

B. Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki

kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih

tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada

suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu

tertentu untuk kehidupan mereka.

e) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang biasa dia tempati. Kecemasan juga dapat

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

13

dipengaruhi oleh pengalaman pasien untuk melakukan

pemeriksaan di rumah sakit. Hal ini didukung hasil

penelitian yang menunjukan sebagian besar responden baru

pertama kali masuk Rumah Sakit mengalami kecemasan

berat (48,1%) (Furwanti,2014). Dukungan sosial dan

lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara berpikir

seseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini

disebabkan oleh pengalaman seseorang dengan keluarga,

sahabat, rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan timbul

jika seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan.

Selain itu Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting

dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila

ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan

motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan

meningkat (Aspiani,2014).

3. Respon Individu Terhadap Kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan akan mempengaruhi perubahan

dalam fungsi organ tubuhnya. Adapun perubahannya menurut Riyadi

(2009) adalah sebagai berikut :

a. Respon fisiologis terhadap kecemasan

1) Kardiovaskuler : Terjadi palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat, denyut nadi meningkat

dan terkadang terjadi pingsan

2) Pernafasan : Nafas cepat, pembengkakan pada

tenggorokan, sensasi tercekik, nafas

dangkal, tekanan pada dada

3) Neuromuskulaer : Reflek meningkat, reaksi terkejut, mata

berkedib-kedib, insomnia, gelisah, wajah

tegang, kelemahan umum, gerakan yang

janggal, tremor

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

14

4) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman

pada abdomen, menolak makan, nyeri

abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.

5) Saluran perkemihan: sering berkemih, tidak dapat menahan

kencing

6) Kulit : wajah kemerahan, telapak tangan

berkeringat, berkeringat seluruh badan,

gatal, rasa panas dan dingin, wajah pucat.

b. Respon perilaku

Gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari

hubungan interpersonal, inhibisi,melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi, sangat waspada.

c. Respon kognitif

Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang

persepsi menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri,

kehilangan obyektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada

gambaran visual, takut cedera atau kematian, mimpi buruk.

d. Respon afektif

Mudah terganggu, tidak sabar, tegang, gugup, ketakutan, waspada.

Hawari (2008), Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau

dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau

tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan yang sering

dikemukan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum antara

lain yaitu :

a. Gejala psikologi : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut

akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak

tenang, gelisah, mudah terkejut.

b. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

c. Gangguan konsentrasi daya ingat

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

15

d. Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar,

sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan

perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.

4. Tingkatan Kecemasan

Pieter dan Janiwarti (2011), tingkatan kecemasan dibagi menjadi empat

yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada tingkat ini menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya.

Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga

seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat

melakukan sesuatu lebih banyak jika diberi arahan.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Individu cenderung lebih berfokus pada sesuatu yang terincidan

spesifik serta tidak dapat berfikir tentang yang lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu

area lain.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.

Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

16

orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran

yang rasional.

RENTANG RESPON KECEMASAN

Gambar 2.1 : Rentang respon kecemasan (Peplau, 1952 dalam

Riyadi 2009).

Kecemasan menjadi sebuah masalah yang sering muncul di pusat

pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Kecemasan merupakan reaksi

pertama yang muncul atau dirasakan pasien dan keluarganya disaat pasien

harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu akan masuk rumah

sakit (Nursalam,2015). Salah satu bagian rumah sakit yang memberikan

pelayanan berupa tindakan medis dan juga keperawatan kepada pasien

adalah Poliklinik Rawat Jalan.

5. Alat Ukur Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan skala

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya tanda dan gejala

pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi

diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama

kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton

dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama

pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki

validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran

kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini

Respon Adaptif Respon Maladaptife

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

17

menunjukan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala

HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala HARS dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:

a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan fikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu

c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar

d. Gangguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk

e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi

f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih,perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari

g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan gertakan otot

h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat, serta merasa lemah

i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap

j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek

k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, konstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, perasaan panas perut

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi

m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

18

n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat

dan napas pendek dan cepat.

Menurut Nursalam (2015), Cara penilaian kecemasan adalah dengan

memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

2 = sedang/separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

1-14 dengan hasil:

a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

b. Skor 7-14 = kecemasan ringan

c. Skor 15-27 = kecemasan sedang

d. Skor 28-36 = kecemasan berat

e. Skor >36 = kecemasan berat sekali/panik

B. Pasien Rawat Jalan

1. Pengertian pasien rawat jalan

Pasien adalah seseorang yang memerlukan suatu pengobatan baik

di rumah sakit maupun di balai pengobatan lainnya. Berdasarkan

PERMENKES RI No.69 Tahun 2014 Tentang Kewajiban Rumah Sakit

Dan Kewajiban Pasien, yang dimaksud dengan pasien adalah setiap orang

yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung di Rumah Sakit. Rawat jalan adalah lembaga pelayanan

kesehatan yang bertujuan memberikan pelayanan pada tingkat pelaksanaan

diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan

kronis yang dimungkinkan tidak rawat inap. Lembaga ini dapat

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

19

dilaksanakan pada klinik-klinik kesehatan seperti klinik dokter spesialis,

klinik perawatan spesialis dan lain-lain (Hidayat,2007).

Berdasarkan penjelasan dari unsur-unsur rawat jalan dan dikaitkan

dengan pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien rawat jalan adalah

seseorang yang melakukan konsultasi atau pelayanan kesehatan yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan pada tingkat pelaksanaan

diagnosis dan pengobatan pada penyakit akut maupun kronis yang

dimungkinkan tidak rawat inap.

2. Hak Pasien

Menurut UU RI No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, setiap pasien

mempunyai hak yaitu sebagai berikut:

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di Rumah Sakit

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa

diskriminasi

d. Memperoleh layanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional

e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi

f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginanya dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun

di luar Rumah Sakit

i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya

j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

20

komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan

yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan

k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya

l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya

n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di Rumah Sakit.

o. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirina

p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya

q. Menggugat dan /atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit

diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik

secara perdata ataupun pidana, dan

r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan

standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kewajiban Pasien

Kewajiban pasien menurut PERMENKES RI No.69 Tahun 2014

Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien, adalah sebagai

berikut:

a. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

b. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab

c. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga

kesehatan serta pertugas lainnya yang bekerja di rumah sakit

d. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai

kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

21

e. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan

kesehatan yang dimilikinya

f. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga

kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan

setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

g. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk

menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan

dan /atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga

kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah

kesehatannya, dan

h. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

4. Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan

Pasien datang Registrasi/Pendaftaran

(Loket Pendaftran

Skrening

R.Jalan(Tanda2

kegawatan?) Pelayanan IGD

Ya

Tidak

Pemeriksaan/Tindakan Pemeriksaan penujang

Radiologi

Laboratorium

Pelayanan penunjang

(IBS)

R.Jalan/R.Inap? TPPRI

R. INAP

Resep

?

R.JALAN

Loket 1

Farmasi R.Jalan

(Verifikasi Resep)

Ya

http://repository.unimus.ac.id

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

22

Gambar 2.2 Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan RS. Roemani Muhammadiyah

Semarang

Pasien rawat jalan dapat mengalami kecemasan di karenakan

persepsi yang keliru tentang penyakitnya.

C. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya

1. Pengertian persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

melampirkan pesan (Rakhmat,2008). Menurut Widayatun (2009) persepsi

atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang

akan menunjukan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,

memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar kita. Chilcot (2010)

mengemukakan bahwa persepsi terhadap penyakit adalah interpretasi yang

dilakukan seseorang berkaitan dengan penyakit yang dideritanya.

Definisi diatas menunjukan bahwa persepsi bukan hanya berasal

dari penginderaan, tetapi merupakan hasil pengalaman dari penginderaan

itu. Dengan demikian persepsi menunjuk pada proses psikologi yang

memperantarai proses penginderaan dan timbulnya tingkah laku. Persepsi

merupakan suatu proses yang terjadi pada organisasi untuk

mengorganisasikan, menafsirkan, dan mendiskriminasikan data sensori

Tidak

Loket 2

Administrasi keuangan

Loket 3

Kasir/Bank

SELESAI

Farmasi R.Jalan

(penyerahan obat)

http://repository.unimus.ac.id

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

23

karena persepsi dipengaruhi oleh data hasil pengalaman, maka objek yang

sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh individu yang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien terhadap penyakit

yang dideritanya adalah interpretasi yang dilakukan seseorang dengan cara

melihat, mendengar, merasakan, memberi dan meraba lalu menyimpulkan

informasi dan menginterpretasikan apa yang dirasakan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Illnes Perception

Ketika individu didiagnosis terhdap suatu penyakit, mereka

umumnya mengembangkan pola terorganisir mengenai keyakinan mereka

tentang kondisi mereka yang akan mengarahkan mereka pada perilaku

untuk mengelola penyakit mereka. Namun tidak semua individu

menanggapi penyakit dengan cara yang sama.

Menurut Moss-Morris R (2002), Illness Perception dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor demografi dan faktor pribadi, seperti usia, jenis kelamin,

pendidikan dan agama

b. Faktor fisik, seperti penerimaan dari lingkungan fisik (misalnya rumah

sakit dapat menjadi membosankan dan menyedihkan)

c. Faktor sosial, seperti dukungan sosial. Individu-individu yang

kemudian menemukan dukungan sosial akan lebih sehat kondisinya

ketimbang yang tidak mendapatkan dukungan sosial.

d. Illness-related factor, seperti rasa sakit yang dihasilkan, cacat atau

stigma.

3. Dimensi Illness Perception

Illnes perception adalah keyakinan yang dimiliki pasien yang

berasal dari semua pemahaman dasar yang dimiliki pasien tentang

penyakit yang ideritanya. Illness Perception terdiri dari 9 dimensi

(Broadbent E, et.al.,2006). Sembilan dimensi yang mendasari gambaran

kognitif terhadap penyakit adalah sebagai berikut:

http://repository.unimus.ac.id

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

24

a. Consequences (Konsekuensi)

Dimensi konsekuensi termasuk dalam dimensi yang

menggambarkan representasi kognitif terhadap penyakit yang diderita.

Dimensi ini menggambarkan keyakinan-keyakinan individu tentang

beratnya penyakit dan kemungkinan besar berdampak pada

pemfungsian fisik, sosial dan psikologis atau hasil dari gejala-gejala

dan pengobatan. Sebaik tingkatan dimana seseorang meyakini bahwa

penyakit memiliki pengaruh terhadap kehidupannya.

b. Timeline (Waktu)

Dimensi waktu adalah persepsi mengenai berapa lama

penyakit yang dideritanya akan berakhir, dapat dikategorikan menjadi

akut atau jangka pendek, kronis dan siklus atau episodik. Persepsi

subjek mengenai rentang dan siklus waktu penting karena

berhubungan dengan pengobatan yang diambil subjek. Dimensi waktu

termasuk dalam dimensi yang menggambarkan representasi kognitif

terhadap penyakit yang diderita. Dimensi timeline terbagi menjadi :

1) Timeline acute (Durasi Akut)

Penyakit yang diyakini akan bertahan dalam waktu singkat

dapat dikategorikan sebagai penyakit akut. Penyakit akut ini

diyakini disebabkan oleh virus dan bakteri dan berlangsung

dalam waktu yang singkat serta tidak memiliki konsekuensi

dalam jangka waktu panjang. Contohnya adalah penyakit flu

2) Timeline chronic (Durasi Kronik)

Penyakit ini diyakini disebabkan oleh banyak faktor (termasuk

kebiasaan kesehatan), berlangsung dalam jangka panjang dan

seringkali disertai dengan konsekuensi yang berat disebut

dengan penyakit kronis. Contohnya adalah penyakit jantung.

http://repository.unimus.ac.id

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

25

3) Timeline cyclical (Durasi siklik)

Penyakit yang diyakini dengan periode waktu yang berganti-

ganti dimana kadangkala tidak ditandai dengan gejala-gejala

atau malah dengan banyak sekali gejala disebut dengan

penyakit siklus. Contohnya adalah penyakit herpes.

c. Personal Control (Kontrol personal)

Merupakan keyakinan (belief) tentang bagaimana diri

sendiri mampu untuk mengontrol gejala-gejala dari penyakit yang

diderita. Personal control juga diartikan sebagai perasaan dimana

mereka dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang

efektif untuk menghasilkan outcomes yang menyenangkan dan

menghindari hal yang tidak menyenangkan. Dimensi ini termasuk

dalam dimensi yang menggambarkan representasi kognitif terhadap

penyakit yang diderita. Personal control mungkin menggambarkan

keyakinan-keyakinan tentang internal locus control. Dimana individu

yang memiliki kontrol terhadap kesuksesan dan kegagalan. Individu

yang menyakini bahwa sangat mungkin mengontrol penyakitnya akan

memperlihatkan penyesuaian diri yang lebih baik, kemungkinan besar

untuk menghadapi rehabilitasi, dan lebih patuh pada pengobatan.

d. Treatment control (Kontrol perawatan)

Treatment control adalah bagaimana pasien

mempresentasikan penyakitnya dengan percaya bahwa penyakit akan

bertambah parah atau membaik dan hal itu dapat dikontrol dari diri

sendiri atau orang lain yang lebih memahami penyakit. Kontrol

perawatan terdiri dari dua macam yaitu kontrol personal dan kontrol

treatment.

Kontrol personal yaitu suatu kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat

membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol treatment

adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol dan kepatuhan dalam

pengobatan.

http://repository.unimus.ac.id

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

26

e. Identity (Identitas)

Identitas adalah label yang diberikan untuk suatu penyakit

atau diagnosis medik dan pengalaman symptom. Komponen penting

dari skor identitas yaitu subjek biasanya menginterpretasikan simptom

yang berhubungan dengan penyakit berbeda dengan interpretasi

medis. Dimensi ini termasuk dalam dimensi yang menggambarkan

representasi kognitif terhadap penyakit yang diderita. Dimensi

identitas dapat diartikan sebagai ide pasien tentang nama, kondisi

mereka pada dasarnya (gejala-gejala yang berhubungan), dan

hubungan-hubungan diantara keduanya. Selain itu, dimensi identitas

juga dapat didefinisikan sebagai label untuk sebuah penyakit adalah

namanya.

f. Concern (Perhatian terhadap penyakitnya)

Dimensi concern dapat diartikan sebagai keyakinan pasien

bahwa dirinya sangat memberikan perhatian terhadap penyakit yang

diderita. Dimensi ini merupakan dimensi illness perception yang

dikembangkan pada alat ukur The Brief Illness Perception

Questionaire (BIPQ). Dimensi ini termasuk dalam dimensi yang

menggambarkan representasi emosi terhadap penyakit yang diderita.

Studi pada pasien rawat inap penderita infark miokard menghasilkan

bahwa mereka memiliki concern yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pasien penyakit lainnya. Namun mereka kemungkinan besar

akan lebih lambat untuk kembali bekerja. Disamping itu pula, dimensi

concern diyakini berhubungan hampir konsisten dengan pemfungsian

mental dan fisik pada 3 bulan follow up setelah keluar dari rumah

sakit.

g. Illness comprehensibility (Penyesuaian penyakit)

Dimensi Illness comprehensibility didefinisikan sebagai

sebuah tipe metakognisi yang menggambarkan arah dimana pasien

mengevaluasi kelogisan atau manfaat dari illness representation

http://repository.unimus.ac.id

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

27

mereka. Selain itu juga didefinisikan sebagai pemikiran seseorang

tentang ancaman dalam arah yang masuk akal. Dimensi Illness

comprehensibility memberikan gambaran mengenai bagaimana

gambaran penyakit dapat dipahami sebagai sebuah konsep

keseluruhan bagi diri pasien dan memainkan peranan penting dalam

penyesuaian diri jangka panjang dan berespon terhadap penyakit.

Studi pada pasien rawat inap penderita infark miokard menghasilkan

bahwa mereka memiliki Illness comprehensibility berhubungan

hampir konsisten dengan pemfungsian mental dan fisik pada 3 bulan

follow up setelah keluar dari rumah sakit.

h. Emotions (Reaksi Emosional)

Dimensi Emosional merupakan keyakinan-keyakinan

tentang reaksi-reaksi emosi seseorang terhadap penyakit yang

dideritanya. Dimensi emosional terdiri dari reaksi-reaksi emosi

negatif, seperti takut, marah dan distres. Dimensi emosional

merupakan dimensi illness perception yang dikembangkan oleh Moss-

Morris et,al.,(2002). Dimana item-itemnya menjadi sensitif pada

perbedaan-perbedaan dalam illness perception dan memprediksi

respon-respon yang berhubungan dengan kesehatan seperti mencari

perawatan kesehatan. Dimensi emosional merupakan dimensi yang

menggambarkan representasi emosi terhadap penyakit yang diderita.

i. Clausa representation (Sebab)

Dimensi sebab merupakan dimensi yang menggambarkan

representasi emosi terhadap penyakit yang diderita. Dalam hal ini,

setiap pasien mungkin merepresentasi penyakit mereka dengan reflek

yang bervariasi dalam casual models yang berbeda. Dimensi Causal

representation merupakan faktor-faktor yang diyakini menyebarkan

berkembangnya penyakit oleh seseorang, seperti faktor lingkungan,

faktor tingkah laku. Selain itu juga dapat diartikan sebagai pandangan

pasien mengenai apa saja yang mungkin menjadi penyebab dari

penyakit mereka, seperti faktor gen, diet yang buruk dan sebagainya.

http://repository.unimus.ac.id

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

28

Terdapat empat macam sebab secara umum yaitu :

1) Atribusi psikologis (Psychological Attribution)

Yaitu proses mempersepsi sifat-sifat disposisional (menetap)

yang terjadi ketika individu dihadapkan ada sejumlah sumber

informasi seperti penyakit kanker serviks. Keyakinan (belief)

mengenai Psychological Attribution, meliputi:

- Internal attribution, merujuk pada keadaan dari situasi

lingkungan saat mengalami penyakit seperti stres, cemas,

mental attitude, kepribadian dan emotional state.

- External attribution, merujuk pada keadaan dari situasi

lingkungan saat menghadapi penyakit, seperti

permasalahan keluarga atau mengkhawatirkan penyebab

penyakit yang diderita dan bekerja terlalu keras.

2) Faktor-faktor sistem imun (Immune system factors)

Mengandung keyakinan (belief) mengenai imunitas atau

kekebalan tubuh menjadi penyebab dari penyakit yang diderita

(misalnya penyakit kanker serviks), seperti kuman atau virus,

polusi lingkungan dan imunitas yang berubah.

3) Faktor-faktor risiko (Risk factor)

Mengandung keyakinan (belief) mengenai faktor-faktor risiko

dari penyakit yang diderita (misalnya penyakit kanker serviks),

seperti usia, hubungan seksual pada usia muda, pernikahan

pada usia muda, berganti-ganti pasangan seksual, faktor

genetik, kebiasaan merokok, defisiensi zat gizi (vitamin A,C,

dan E), Multiparitas, status sosial ekonomi rendah, metode

kontrasepsi, vaksinasi HPV.

4) Faktor-faktor kesempatan (Change factors)

Mengandung keyakinan (belief) mengenai kecelakaan atau

nasib buruk yang menjadi penyebab dari penyakit yang

diderita (misalnya penyakit kanker serviks), seperti

kesempatan atau nasib buruk dan kecelakaan atau terluka.

http://repository.unimus.ac.id

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

29

Penyakit kronis kebanyakan dirasakan memiliki penyebab

yang beraneka ragam, seperti faktor keturunan dan faktor-

faktor gaya hidup yang mengikuti permulaan dari penyakit.

Usia pengalaman dengan pengobatan juga akan mempengaruhi

casual belief individu terhadap penyakit yang diderita.

4. Proses terjadinya persepsi

Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya objek/stimulus

yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra (obyek tersebut

menjadi perhatian panca indra), stimulus/obyek perhatian tadi dibawa ke

otak, kemudian otak mendapat adanya “kesan” atau jawaban (response)

adanya stimulus, berupa kesan atau response dibalikkan ke indra kembali

berupa “tanggapan” atau persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman

hasil pengolahan otak (Widayatun,2009).

Walgito (2010), individu menganali suatu objek dari dunia luar dan

ditangkap melalui inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti

apa yang diindera ini merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses

terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Proses fisik atau kealaman

Tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang menimbulkan

stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera atau reseptor.

b. Proses fisiologis

Proses fisiologis yaitu stilumus yang diterima oleh alat indera

kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak.

c. Proses psikologis

Proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga

seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu

sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Jadi proses

terjadinya persepsi berawal dari objek yang menimbulkan stimulus,

lalu muncullah stimulus yang mengenai alat indera, kemudian

dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu di

http://repository.unimus.ac.id

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

30

proses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan

reseptor itu.

Skema 2.1 Proses Terjadinya Persepsi ( Widayatun (2009) dan Walgito

(2010).

5. Jenis-Jenis Persepsi

Setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-obyek yang

dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Persepsi positif, persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan

(tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan.

Sedangkan menurut Robbins (2002) persepsi positif merupakan

penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan

pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek

yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya

persepsi positif seseorang karena adanya kepuasaan individu terhadap

objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan

individu, serta adanya pengalaman individu terhadap objek yang

dipersepsikan.

b. Persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau

informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan

Obyek/

stimulus

Diterima oleh

reseptor/ alat

indera

Syaraf

sensoris

(Nervus

I,II,V,VII,VII,

IX,X)

Otak (pusat

syaraf)

Berupa persepsi rangsangan

pengalaman/respon oleh

syarat motorik (Nervus

III,IV,V,VI,VII,IX,X,XI,XII)

http://repository.unimus.ac.id

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

31

yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang

ada. Penyebab munculnya persepsi negatif seseorang dapat muncul

karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi

sumber persepsinya, adnya ketidaktahuan individu serta tidak adanya

pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan

(Robbins,2002)

6. Alat Ukur Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya (Brief Illness Perception

Questionnaire (B-IPQ))

Kuesioner Brief Illness Perception Questionnaire (B-IPQ)

yang dikembangkan oleh Elizabeth Broadbent tahun 2006 digunakan

untuk mengukur persepsi pasien terhadap penyakit yang sedang

dialaminya. B-IPQ adalah sejenis instrumen yang digunakan untuk

mengetahui persepsi pasien akan penyakit yang diderita karena pasien

akan diminta untuk menjawab pertanyaan tentang ancaman (rasa sakit)

kesehatan yang dirasakannya. Instrumen B-IPQ berasal dari london, UK

dan telah digunakan untuk menggambakan ancaman rasa sakit pada lima

penyakit berbeda, antara lain asma, diabetes melitus (DM) tipe 2,

miokardial, ginjal, dan diagnosis awal stres serta sudah melewati uji

validitas instrumen (Broadbent E, et al, 2006). Kuesioner ini sudah

diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Erliyani Sartono, Dicky L,

Tahapary,Magdalena Halim,Ad Kaptein pada tahun 2014. Kuesioner ini

menggunakan tipe skala interval dengan rentang nilai 0-10 dengan

deskriptor endpoint (keterangan di ujung kiri dan kanan butir pertanyaan)

dan 1 pertanyaan berbentuk essai. Total skor maksimal pada kuesioner

adalah 80 dan skor minimal adalah 0. Interpretasi skor skala persepsi

tentang penyakit dipaparkan melalui skala kategorisasi ordinal. Estimasi

luas interval yang mencakup setiap kategorisasi mengacu pada besaran

mean dan standar deviasi (SD) populasi. Setiap item pertanyaan

menggambarkan dimensi dari CSM, yaitu cognitive representation

http://repository.unimus.ac.id

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

32

sebanyak lima item pertanyaan dan emotional representation sebanyak

tiga item pertanyaan. Item pertanyaan meliputi :

a. Pertanyaan 1 : consequences (kepercayaan pasien mengenai

seberapa kuat pengaruh penyakit terhadap kehidupan sehari-hari).

b. Pertanyaan 2 : timeline (kepercayaan pasien mengenai rentang

waktu kronis penyakit)

c. Pertanyaan 3 : personal control (kepercayaan pasien mengenai

kemampuan diri dalam mengontrol penyakit

d. Pertanyaan 4 : treatment control (kepercayaan pasien mengenai

pengendalian penyakit dengan obat-obatan)

e. Pertanyaan 5 :identity (menyangkut tentang pengalaman

mengenai gejala yang timbul sebagai akibat dari perkembangan

penyakit).

f. Pertanyaan 6 : concern (mengenai perasaan khawatir/keprihatinan

pasien mengenai penyakitnya)

g. Pertanyaan 7 : comprehensilibity (gambaran pemahaman pasien

mengenai penyakitnya

h. Pertanyaan 8 : emotional response (respon emotional pasien

terkait penyakitnya)).

Tabel 2.1

Kisi-kisi Kuesioner B-IPQ

Variabel Sub Variabel Nomor

pertanyaan

Jenis

pernyataan

Persepsi

terhadap

penyakit

1. Consequances 1 Unfavorable

2. Timeline 2 Unfavorable

3. Personal control 3 Favorable

4. Treatment control 4 Favorable

5. Identity 5 Unfavorable

6. Concern 6 Unfavorable

http://repository.unimus.ac.id

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

33

7. Coherence 7 Favorable

8. Emotional

representation

8 Unfavorable

9. Causal 9 Essay

Jumlah pertanyaan 9

D. Hubungan persepsi pasien tentang penyakitnya dengan tingkat kecemasan

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang

mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam

bentuk perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut dan

fobio tertentu (Nursalam,2015). Kecemasan mengacu pada perasaan tidak

nyaman dan ketakutan (otot yang menegang), denyut jantung yang bertambah

cepat, nafas memburu, mulut kering, perut begah, bergetar dan gemetar

(Froggat,2007). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan antara lain

adalah usia, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, akses informasi dan

proses adaptasi. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan

pasien adalah persepsi pasien terhadap penyakit itu sendiri.

Persepsi penyakit dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan perilaku.

Persepsi dibagi menjadi 2 yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi

negatif seseorang terhadap penyakit yang diderita dapat menimbulkan

ketidakbahagiaan, sehingga menyebabkan seseorang tersebut enggan untuk

menjalani perawatan dan pengobatan. Begitu pula sebaliknya, persepsi positif

seseorang terhadap penyakit yang diderita akan membuat seseorang menjalani

perawatan dan pengobatan secara teratur.

http://repository.unimus.ac.id

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

34

E. Kerangka Teori

Skema 2.2 Kerangka Teori

Sumber: (Stuart & laraia, 2005); (Pieter & Janiwarti,2011); (Moss-

Morris,2002)

Faktor Predisposisi

- Pandangan psikoanalitis

- Pandangan interpersonal

- Pandangan perilaku

- Kajian keluarga

- Kajian biologis

Faktor presipitasi

- Ekternal

Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman terhadap sistem diri

seseorang

- internal

Usia

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Tipe Kepribadian

Lingkungan Dan Situasi

Kecemasan

- Ringan

- Sedang

- Berat

- Panik

Persepsi tentang penyakit

- Konsekuensi

- Waktu

- Kontrol personal

- Kontrol perawatan

- Identitas

- Perhatian terhadap

penyakitnya

- Penyesuaian

penyakit

- Reaksi Emosional

- Sebab

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

http://repository.unimus.ac.id

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

35

F. Kerangka Konsep

Skema 2.3 Kerangka Konsep

G. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Susila & Suyanto. 2014). Variabel-variabel yang

diteliti meliputi :

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel Independen (Variabel stimulus / prediktor / antecendent /

eksogen / bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono,2009). Variabel Independent dalam penelitian ini adalah

persepsi pasien tentang penyakitnya.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen (variabel output/kriteria/konsekuen/endogen/terikat)

adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugiyono,2009). Variabel depeden pada

penelitian ini adalah tingkat kecemasan pasien.

Persepsi tentang

penyakit

- Konsekuensi

- Waktu

- Kontrol

personal

- Kontrol

perawatan

- Identitas

- Perhatian

terhadap

penyakitnya

- Penyesuaian

penyakit

- Reaksi

Emosional

- Sebab

Tingkat kecemasan

- Ringan

- Sedang

- Berat

- Panik

http://repository.unimus.ac.id

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasanrepository.unimus.ac.id/2015/4/BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA.pdf · bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David

36

H. Hipotesis

Ho : Ada Hubungan Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya Dengan Tingkat

Kecemasan Di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah Semarang

H1 : Tidak Ada Hubungan Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya Dengan

Tingkat Kecemasan Di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah Semarang

http://repository.unimus.ac.id