Bio Klin

14
HUBUNGAN ASUPAN CAIRAN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBAGAI PARAMETER FUNGSI GINJAL PADA MAHASISWA FARMASI I. Latar Belakang Masalah Penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lama dan perlahan-lahan disebut Gagal Ginjal Kronik (GGK), ditandai dengan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dan penurunan Test Kliren Kreatinin (TKK) (Sidabutar dan Suhardjono, 1992). Di Indonesia jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat pesat dengan angka kejadian pasien gagal ginjal tahap akhir (GGTA) yang menjalani hemodialisis dari tahun 2002 sampai 2006 adalah 2077, 2039, 2594, 3556, dan 4344. (Prodjosudjadi dkk, 2009). Menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 Gagal ginjal tahap akhir Judul : Hubungan Asupan Cairan Dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Sebagai Parameter Fungsi Ginjal Pada Mahasiswa Farmasi Nama/ NPM: Dinar Erina Destyani/ 260110120045 Nur Rahayu/ 260110120046 Tami Diyah nurani/ 260110120047 Zahra millatina/ 260110120048 Nurul Rohmaniasari/ 260110120049

description

bioklin

Transcript of Bio Klin

Judul : Hubungan Asupan Cairan Dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Sebagai Parameter Fungsi Ginjal Pada Mahasiswa FarmasiNama/ NPM: Dinar Erina Destyani/ 260110120045 Nur Rahayu/ 260110120046 Tami Diyah nurani/ 260110120047 Zahra millatina/ 260110120048 Nurul Rohmaniasari/ 260110120049 Fitria Nursianti/ 260110120050 Annisa Putrianty/ 260110120051

HUBUNGAN ASUPAN CAIRAN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBAGAI PARAMETER FUNGSI GINJAL PADA MAHASISWA FARMASI

I. Latar Belakang MasalahPenurunan fungsi ginjal yang berlangsung lama dan perlahan-lahan disebut Gagal Ginjal Kronik (GGK), ditandai dengan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dan penurunan Test Kliren Kreatinin (TKK) (Sidabutar dan Suhardjono, 1992). Di Indonesia jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat pesat dengan angka kejadian pasien gagal ginjal tahap akhir (GGTA) yang menjalani hemodialisis dari tahun 2002 sampai 2006 adalah 2077, 2039, 2594, 3556, dan 4344. (Prodjosudjadi dkk, 2009). Menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 Gagal ginjal tahap akhir (GGTA) sering ditemukan dan prevalensinya sekitar 10-13 %. (Suhardjono,2009).Selain itu, gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolit seperti ureum dan kreatinin (Setyaningsih et al, 2013).Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein yang harus dikeluarkan dari tubuh. Peningkatan konsentrasi zat-zat tersebut kira-kira sebanding dengan jumlah penurunan nefron fungsional, sehingga merupakan alat penting untuk menilai tingkat kegagalan ginjal (Guyton et al, 2007).Sementara itu, kreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatin otot dan merupakan produksisa kreatin. Kreatinin difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak direabsorbsi oleh tubulus pada kondisi normal. Kreatinin serum dan klirens kreatinin memberikan gambaran filtrasi glomerulus. Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi akut (Kemenkes, 2011).Dehidrasi merupakan suatu kondisi di mana sel-sel tubuh kekurangan cairan. Otot, organ serta jaringan di dalam tubuh terdiri dari 70% air. Oleh karena itu air juga sangat penting untuk berbagai proses tubuh (Medline Plus, 2013).Dehidrasi akan menyebabkan gangguan bagi tubuh, contohnya dalam pembuangan toksin, transportasi nutrisi serta oksigen ke sel-sel tubuh, produksi energy serta pelumasan sendi. Dehidrasi berat akan mempengaruhi sistem tubuh dan memengaruhi keseimbangan elektrolit, sedangkan natrium dan kalium berperan besar untuk kenormalan fungsi otot dan irama jantung. Dehidrasi berat bisa berkomplikasi serius dan mengancam, seperti syok,koma bahkan kematian. Dehidrasi dapat menjadi gejala dari penyakit seperti diabetes Tipe I atau gagal ginjal (Medline Plus, 2013).Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh asupan cairan terhadap kadar kreatinin dan ureum dalam urin sebagai parameter fungsi ginjal.

1.1. Rumusan Masalah1.1.1 Apakah banyaknya asupan cairan berpengaruh terhadap kadar urea dan kreatinin dalam urin?1.1.2.Bagaimana pengaruh asupan cairan terhadap fungsi ginjal?1.1.3.Bagaimana perbedaan fungsi ginjal terhadap orang yang mengkonsumsi asupan cairan dalam jumlah banyak dengan yang mengkonsumsi asupan cairan dalam jumlah sedikit?

1.2. Tujuan Penelitian1.2.1Untuk mengetahui pengaruh banyaknya asupan cairan terhadap kadar urea dan kreatinin dalam urin.1.2.2Untuk mengetahui banyaknya asupan cairan dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau tidak.1.2.3Untuk mengetahui perbedaan fungsi ginjal antara orang yang mengkonsumsi asupan cairan dalam jumlah banyak dengan yang mengkonsumsi asupan cairan dalam jumlah sedikit.

1.3. Manfaat penelitian1.3.1.Untuk menambah ilmu pengetahuan biokimia klinik terutama dalam pemeriksaan urea dan kreatinin sebagai parameter fungsi ginjal pada mahasiswa Farmasi Unpad.1.3.2 Untuk mengetahui kadar urea dan kreatinin pada praktikan hari Senin pukul 13.00-16.00.

II. TINJAUAN TEORI

2.1 Deskripsi TeoriMenurut pedoman interpretasi data klinik yang dikeluarkan oleh Depkes RI, kadar kreatinin tubuh akan meningkat dengan adanya gangguan fungsi ginjal antara lain nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot, dan dehidrasi akut. Gangguan fungsi ginjal tersebut dapat memengaruhi eksresi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh sehingga mengakibatkan penumpukan zat-zat tersebut di dalam tubuh dan menyebabkan adanya ketidakseimbangan fisiologis tubuh. Ureum-kreatinin merupakan produk sisa dari metabolisme tubuh. Kadar kreatinin yang tinggi 8 kali lebih umum ditemukan di antara para pengidap hipertensi dibanding individu lain yang tekanan darahnya normal. Ureum terbentuk dari penguraian protein terutama yang berasal dari makanan. Penetapan kadar ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekresi. Ureum dipengaruhi isi protein dalam makanan, sedang kreatinin ditentukan oleh banyaknya masa otot (laju katabolisme protein), disamping bagaimana aktivitas metabolisme badan kita, misalnya meningkat bila kita sakit (panas/adanya infeksi) (Setyaningsih et al, 2013).Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Setyaningsih et al, 2013).Dehidrasi adalah suatu kondisi tubuh yang abnormal di mana sel-sel tubuh kekurangan cairan. Otot, organ, dan jaringan di dalam tubuh terdiri dari 70% air, dan air juga sangat penting untuk berbagai proses tubuh (Medline Plus, 2013).Dehidrasi akan mengakibatkan banyak masalah dan gangguan bagi tubuh, seperti gangguan dalam pembuangan toksin (racun), pengiriman nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh, produksi energi, dan pelumasan sendi. Dehidrasi berat akan mempengaruhi sistem tubuh, dan juga dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit. Sementara natrium dan kalium adalah elektrolit yang berperan besar dalam proses-proses kritis tubuh, seperti untuk kenormalan fungsi otot dan irama jantung. Dehidrasi berat bisa berkomplikasi serius dan mengancam jiwa, seperti syok,koma bahkan kematian. Dehidrasi juga bisa merupakan gejala dari kondisi serius lain yang mendasarinya, seperti diabetes Tipe I atau gagal ginjal (Medline Plus, 2013).Kadar kreatinin dalam tubuh manusia dewasa dalam batas normal berkisar antara 20-40 mg/dl. Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75% (Setyaningsih et al, 2013). 2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep PenelitianKerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Kerangka konsep menjelaskan tentang variable-variabel yang dapat diukur dalam penelitian ini. Variabel tersebut adalah:1. Variabel terikat (dependent variable)Variabel terikat pada peneitian ini adalah kadar kreatinin dan ureum yang terdapat dalam sampel urin mahasiswa Farmasi Unpad 2012 shift A2.2. Variabel bebas (independent variable)Variable bebas dalam penelitian ini adalah waktu asupan cairan dan banyaknya asupan cairan yang dikonsumsi mahasiswa Farmasi Unpad 2012 shift A2.3. Variabel perancu (confounding variable)Variabel perancu dalam penelitian ini adalah obat-obatan yang dikonsumsi, penyakit yang diderita, makanan yang baru saja dikonsumsi, umur, dan jenis kelamin mahasiswa Farmasi Unpad 2012 shift A2.Hubungan antara variable-variabel tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konsep penelitian seperti berikut :Variable dependent1. Kadar kreatinin2. Kadar ureumVariable independent1. Waktu asupan cairan2. Banyaknya asupan cairan

Variable confounding1. Obat yang sedang dikonsumsi2. Penyakit yang sedang diderita3. Umur4. Jenis kelamin

: variable yang diteliti : variable yang tidak diteliti

2.4 Hipotesis PenelitianTerdapat hubungan antara waktu dan banyaknya asupan cairan dengan kadar ureum dan kreatinin sebagai parameter fungsi ginjal.

III. METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian3.1.1 Desain eksperimental laboratorium3.1.2 Sampel Urin diambil dari mahasiswa semester 6 yang mengikuti praktikum Biokimia Klinik pada hari senin pukul 13.00-16.003.1.3 Sampel diperiksa kadar urea dan kreatininnya baik secara fisik maupun secara kimia.3.1.4 Survey dengan menggunakan angket untuk mengetahui pola minum

3.2 Ruang lingkup Penelitian3.2.1 Kriteria InklusiDalam proposal penelitian ini, kriteria inklusi adalah mahasiswa S1 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Angkatan 2012 kelas praktikum biokimia klinik hari Senin jam 13.00-16.003.2.2 Kriteria EkslusiMahasiswa yang bukan merupakan mahasiswa S1 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Angkatan 2012 kelas praktikum biokimia klinik hari Senin jam 13.00-16.00

3.3 Populasi dan SampelSampel berupa urin sejumlah 20 ml dari 32 responden mahasiswa semester 6 yang mengikuti praktikum Biokimia Klinik pada hari senin pukul 13.00-16.00.

3.4 Variabel Penelitian3.4.1 Variabel IndependenPola minum atau asupan cairan dari mahasiswa semester 6 yang mengikuti praktikum biokimia klinik pada hari senin pukul 13.00-16.00.

3.4.2 Variabel DependenKadar kreatinin dan ureum dalam urin mahasiswa semester 6 yang mengikuti praktikum biokimia klinik pada hari senin pukul 13.00-16.00.

3.4.3 Variabel ModeratorHubungan antara pola minum atau asupan cairan terhadap kadar kreatinin dan ureum dalam urin dengan kesehatan fungsi ginjal pada mahasiswa semester 6 yang mengikuti praktikum biokimia klinik pada hari senin pukul 13.00-16.00.

3.5 Definisi OperasionalDimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara asupan cairan dengan ada atau tidaknya peningkatan kadar kreatinin serta ureum melalui sampel urin. 3.5.1 Sampel urin adalah sampel yang akan digunakan dalam menentukan tingkat dehidrasi yang kemudian di bandingkan dengan tabel standar warna urin3.5.2 Pola minum adalah pengaturan minum tiap orang yang berbeda3.5.3 Kreatinin adalah hasil dari pemecahan kreatinfosfat otot yang dapat dijadikan sebagai indicator kerusakan ginjal3.5.4 Ureum adalah produk metabolit dari protein yang dapat dijadikan sebagai indicator kerusakan ginjal3.5.5 Kesehatan ginjal adalah suatu keadaan kondisi ginjal apakah dalam keadaan sehat atau sedang ada gangguan

3.6 Instrumen PenelitianMenggunakan tabel standar warna urin untuk membandingkan warna sampel urin dengan standar warna urin yang telah ada, menggunakan reagen-reagen kimia dan instrumen spektrofotometri UV/vis untuk menguji kadar kreatinin dan ureum dalam sampel urin, serta menggunakan kuesioner data demografi responden dimana kuesioner ini untuk mengkaji bagaimana pola minum dari responden

3.7 Jalannya PenelitianPenelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:1. Study literaturDilakukan terhadap semua aspek yang menunjang seluruh penelitian

2. Pengambilan Sampel UrinSampel urin diambil secara acak, yang lebih baik yaitu urin pertama pada pagi hari. Kemudian urin ditampung menggunakan wadah bersih. Dalam waktu kurang dari empat jam dilakukan pemeriksaan pada sampel urin.

3. Melakukan surveyPembagian angket pada mahasiswa semester 6 yang mengikuti praktikum biokimia klinik pada hari senin pukul 13.00-16.00 untuk mengetahui kebiasaan minum responden

4. Pencocokan data sampelSampel urin yang telah di kumpulkan dicocokan dengan data acuan yang telah ada. Dibandingkan warna dari sampel urin yang ada dengan data acuannya.5. Penetapan Kadar Kreatinin dalam Sampel UrinPenyiapan reagensia yaitu larutan standar kreatinin dan campuran reagen (larutan asam prikat da larutan NaOH) serta larutan asam trikloroasetat. Setelah itu di analisis dengan spektrofotometri dengan cara larutan blanko, standard an sampel urin disiapkan, lalu di inkubasi selama 20 menit pada suhu 25oC. kemudian dimasukan ke spektrofotometer, dan dilihat absorbansinya pada panjang gelombang 529 nm. Setlah itu dilakukan penghitungan kadar kreatinin pada sampel urin

6. Penetapan Urea Dalam SampelDilakukan dengan menggunakan test strip. Caranya adalah mencelupkan strip test kedalam urin. Setelah itu dilakukan pembacaan visual yaitu dengan cara membandingkan strip dengan skala warna

7. Tahap Pengolahan DataData yang telah di dapatkan dari hasil survey, pengujian kreatinin dan pengujian urea kemudian di analisis. Apakah terdapat korelasi positif antara tingkat dehidrasi dengan kadar kreatinin dan ureanya.

3.8 Analisis DataAnalisis data yang dilakukan meliputi:1. Analisis pola minum responden dengan menggunakan angket sebagai media untuk responden memilih yang benar atau paling dekat dengan kebiasaan minum padi responden. Analisis karkteristik menggunakan metode deskriptif (univariat) sehingga distribusi frekuensi tiap kelompok karakteristik.2. Analisis kreatinin dalam sampel urin dengan cara melakukan test pada sampel urin dengan penambahan reagen sebelum di inkubasi3. Analisis ureum dalam sampel urin. Analisis dilakukan dengan cara mencelup

3.9 Jadwal PenelitianDilakukan setiap hari senin pukul 13.00-16.00 selama periode semester 6 tahun 2015 dimulai dari bulan Maret hingga bulan Mei 2015 dengan tempat di Laboratorium Biokimia Klinik Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007; p:307-365Imam E, Markum. 2006. Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal. Jakarta: FK-UI. 505-507.Kemenkes, Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Medline Plus. 2013. Dehydration. Available online at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000982.htm [Diakses 5 Maret 2015].Prodjosudjadi, Wiguno, Suhardjono. 2009. End-Stage Renal Disease In Indonesia: Treatment Development. Ethnicity & Disease, Volume 19. Jakarta.Setyaningsih, A., Puspita, D., dan Rosyidi, M. I.. 2013. Perbedaan Kadar Ureum & Creatinin Pada Klien yang Menjalani Hemodialisa Dengan Hollow Fiber Baru dan Hollow Fiber Re Use Di RSUD Ungaran. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. (1) 1. 15-24.Sidabutar, RP dan Suhardjono. 1992. Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik. Perhimpunan Persatuan Nefrologi Indonesia. Jakarta. 84-89.Suhardjono. 2009. Penyakit Ginjal Kronik adalah Suatu Wabah Baru (Global Epidemic) di Seluruh Dunia. Annual Meeting Perhimpunan nefrologi Indonesia.1-9.