blok respi yarsi

57
Tugas Mandiri Oleh : Galuh Anidya pratiwi (1102011111) Kelompok : A-6 SASARAN BELAJAR: LO.1. Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis saluran nafas atas. 1.1.Makroskopis 1.2.Mikroskopis LO.2. Memahami dan menjelaskan fisiologi pernapasan. LO.3. Memahami dan menjelaskan Rhinitis Allergi. 3.1 Definisi 3.2 Etiologi 3.3 Patofisiologi 3.4 Manifestasi klinik 3.5 Diagnosis 3.6 Penatalaksanaan 3.7 Pencegahan 3.8 Komplikasi 3.9 Prognosis LO.4. Memahami anatomi pernafasan menurut agama islam. 4.1 Adab bersin 4.2.Adab menguap dalam islam 4.3 Adab bersendawa 4.4 Istinsyak

description

2011

Transcript of blok respi yarsi

Page 1: blok respi yarsi

Tugas Mandiri

Oleh : Galuh Anidya pratiwi (1102011111)

Kelompok : A-6

SASARAN BELAJAR:

LO.1. Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis saluran

nafas atas.

1.1.Makroskopis

1.2.Mikroskopis

LO.2. Memahami dan menjelaskan fisiologi pernapasan.

LO.3. Memahami dan menjelaskan Rhinitis Allergi.

3.1 Definisi

3.2 Etiologi

3.3 Patofisiologi

3.4 Manifestasi klinik

3.5 Diagnosis

3.6 Penatalaksanaan

3.7 Pencegahan

3.8 Komplikasi

3.9 Prognosis

LO.4. Memahami anatomi pernafasan menurut agama islam.

4.1 Adab bersin

4.2.Adab menguap dalam islam

4.3 Adab bersendawa

4.4 Istinsyak

Page 2: blok respi yarsi

1. Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis saluran

nafas atas.

1.1. Makroskopis

Skema respiratorius

Udara masuk ke nares anterior vestibulum nasi cavum nasi udara keluar dari

cabum nasi ke nares posterior masuk nasopharinx melewati oropharinx epiglottis

membuka aditus laryngis daerah larynx trachea masuk bronkus primer bronkus

sekunder bronkus segmentalis bronkus terminalis bronkiolus respiratori organ paru

duktus alveolaris alveolus alveoli terjadi difusi oksigen dan karbondioksida.

Saluran napas bagian atas

Nares

Terbentuk oleh tulang rawan,tulang sejati,dan otot Bagiannya adalah :

Nares anterior

Vestibulum nasi

Cavum nasi

Terletak dari nares anterior sampai nares posterior, dengan alat-alat yang terdapat

di dalamnya yaitu :

Concha nasalis superior

Concha nasalis media

Concha nasalis inferior

Meatus nasi superior

Metaus nasi media

Meatus nasi inferior

Septum nasi (os vomer,lamina perpendicularis os ethmoidalis,cartilage septi nasi)

Page 3: blok respi yarsi

Pada cavum nasi terdapat 3 buah konka nasalis yaitu :

Konka nasalis superior,media,dan inferior dan pada konka nasalis ini terdapat

saluran yg disebut meatus nasalis. Pada nasopharinx terdapat saluran yg

menghubungkan antara nasopharinx dengan cavum timpani yg disebut OPTA.

Terdapar pula SINUS paranasal yg terdiri dari :

Sinus paranasal

Sinus maxillaris

Sinus ethmoidalis

Sinus sphenoidalis

Persarafan hidung

Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung:

Bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari cabang

nervous opthalmicus (V.1). Bagian lainnya termasuk mukosa hidung dipersarafi

oleh ganglion sfenopalatinum.

Daerah nasofaring dan concha nasalis mendapat persarafan sensoris dari ganglion

pterygopalatinum.

Nervous olfactorius keluar dari cavum cranii melalui lamina cribrosa ethmoidalis.

Untuk sel-sel reseptor penciuman terletak pada 1/3 atas depan mucosa hidung

septum dan concha nasalis.

Serabut-serabut nervous olfactorius bukan untuk mensarafi hidung, tapi hanya

untuk fungsional penciuman.

Page 4: blok respi yarsi

Perdarahan hidung

a.opthalmica = cabang a.ethmoidalis anterior dan posterior

a.maxillaris interna= a. sfenopalatinum

vena2 ketiga aliran itu membentuk anyaman yg disebut plexus kisselbach yg bila

pecah disebut sebagai epistaxis.

Epistaksis ada 2 macam, yaitu :

a. Epistaksis anterior

b. Epistaksis posterior

a. Epistaksis anterior

Dapat berasal dari flexus Kisselbach, yang merupakan sumber perdarahan paling

sering dijumpai anak-anak. Dapat juga berasal dari arteri ethmoidalis anterior.

Perdarahan dapat berhenti sendiri atau spontan dan dapat dikendalikan dengan

tindakan sederhana.

b. Epistaksis posterior

Berasal dari arteri sphenopalatina, dan a.ethmoidalis posterior. Perdarahan

cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan

anemia, hipovolemia, dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit

kardiovaskular.

Larynx

Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan Yaitu satu buah os hyoid, 1 tiroid, 1

epiglotis, 2 aritenoid. Berbentuk segi lima yg disebut cavum laringis bagian atas

aditus laringis sementara bagian bawah disebut kartilago cricoid.

Os.Hyoid

Terbentuk dari jaringan tulang, seperti besi telapak kuda.

Mempunyai 2 cornu: cornu majus dan cornu minus.

Dapat diraba pada batas antara batas atas leher dengan pertengahan dagu.

Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilago thyroid.

Cartilago Thyroid

Page 5: blok respi yarsi

Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang dikenal dengan

“Prominen’s laryngis” atau Adam’s Aplle sehari-hari disebut “jakun” lebih jelas

pada laki-laki.

Melekat keatas dengan os.hyoid dan kebawah dengan cartilago cricoid, kebelakang

dengan arytenoid.

Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid.

Mempunyai cornu superior dan cornu inferior

Pendarahan cornu superior dan cornu inferior.

Pendarahan dari a.thyroidea superior dan inferior.

Cartilago Arytenoid

Terletak posterior dari lamina cartilago thyroid dan diatas dari cartilago cricoid.

Mempunyai bentuk seperti burung pinguin, ada cartilago cornuculata dan

cuneiforme

Kedua arytenoid dihubungkan oleh m.arytenoideus tranversus

Epiglotis

Tulang rawan berbentuk sendok

Melekat diantara kedua cartilago arytenoid

Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngis

Berhubungan dengan cartilago arytenoid melalui m.aryepiglotica

Pada waktu biasa epiglotis terbuka, tetapi pada waktu menelan epiglotis menutup

aditus laryngis → supaya makanan jangan masuk ke larynx

Cartilago cricoid

Batas bawah cartilago thyroid (daerah larynx)

Berhubungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan m.cricothyroid

medial lateral

Batas bawah adalah cincin pertama trachea

Berhubungan dengan cartilago arytenoid dengan otot m.cricoarytenoideus posterior

dan lateralis

Page 6: blok respi yarsi

Otot ekstrinsik :

m.cricoaryhtenoideus

m.thyroepigloticus

m.thyroarytenoideus

otot intrinsic :

m.cricoarytenoideus posterior

m.cricoarytenoideus lateralis

m.arytenoideus obliq dan transverses

m.vocalis

m.arypiglotica

pada otot ekstrinsik dipersarafi oleh nervus laringis superior. Sementara otot

intrinsic dipersarafi oleh nervus laringis inferior atau yg sering desebut dengan

nervus reccurens laringis. terdapat pula plica vocalis dan plica vestibularis, dalam

plica vovalis ada rima glottis dan plica vestibularis ada rima vestibularis.otot

m.cricoarytenoideus posterior sering disebut juga safety muscle of larynx.karena

berfungsi menajga agar rima glottis tetap membuka.

Page 7: blok respi yarsi

Saluran napas bagian bawah

Trachea atau batang tenggorok

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.

trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan

dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium

dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima

dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas

Page 8: blok respi yarsi

16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat

bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang

trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

Bronchus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira

vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi

oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke

arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal

daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan

sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.

Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di

bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan

kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris

dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi

bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus

terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong

udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.

Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot

polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai

tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi

utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan

respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada

dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus

alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut

lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali

percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh

dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-Paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru

memilki :

1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula

2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

4. dan basis. Terletak pada diafragma

Page 9: blok respi yarsi

paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di

dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru

kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan

paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus

oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,

bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa

stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan

yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Mikroskopis.

Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,

bronkiolus dan bronkiolus terminalis

Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.

Hidung

Pada bagian luar hidung akan ditutupi oleh kulit dengan epitel berlapis gepeng

tanpa lapisan tanduk banyak terdapat kelenjar sebasea yang akan meluas hingga

bagian depan dari vestibulum nasi.Pada bagian dalam hidung akan dilapisi epitel

berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan akan menjadi epitel bertingkat silindris

dengan sel goblet (epitel respirasi),terdapat juga sel basal yg dapat berkembang

lagi.Epitel terletak diatas lamina basal dan dibawahnya terdapat laina propia yang

mengandung kelenjar tubular alveolar.

Pada belahan lateral akan terlihat konka.Dimana pada konka nasalis superior

tersusun dari sel epitel olfactoria.Epitel olfactoria sendiri tersusun dari sel

penyokong,sel basal,dan sel olfacttorius(sel dendritik yang menonjol ke permukaan

dan akson masuk ke lamina propria.

Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel

olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel

olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang

bersinaps dengan neuron olfaktorius otak),  sel basal (berbentuk piramid)

dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret

yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk

membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga

hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan

dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Page 10: blok respi yarsi

Sinus paranasalis

Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid,

semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut

dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih

sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil

mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke

rongga hidung.

Faring

Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan

palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.

Laring

Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina

propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup

yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi

fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan

memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis

ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi

oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat

kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam

lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika

vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan

bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng,

ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot

muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang

berbeda-beda.

Trakea

Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada

lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung

bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh

sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan

silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi

untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas)

Page 11: blok respi yarsi

tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum

fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan

mencegah distensi berlebihan.

2. memahami dan menjelaskan fisiologi pernapasan

Pada pernapasan melalui paru-paru(pernapasan eksterna), oksigen dipungut

melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas oksigen masuk melalui trakea dan

pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungannya dengan darah didalam

kapiler pulmonalis. Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler,

memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut

oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa

didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru- paru pada

tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh

oksigen.

Pernapasan dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu:

1. Ventilasi

Page 12: blok respi yarsi

Ventilasi adalah masuknya campuran gas-gas kedalam dan keluar paru .

udara bergerak masuk dan keluar paru karena ada selisih tekanan yang terdapat

antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Rangka toraks

berfungsi sebagai pompa. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena

diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot. Otot

sternokleidomastoideus mengangkat sternum keatas dan otot seratus, skalenus dan

interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke tiga arah yaitu

anteroposterior, lateral, dan vertical. Peningkatan volume ini menyebabkan

penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mm Hg ( relatif terhadap tekanan

atmosfer ) menjadi sekitar -8 mm Hg bila paru mengembang pada waktu inspirasi.

Pada saat yang sama tekanan intrapulmonal atau tekanan jalan napas menurun

sampai sekitar -2 mm Hg ( relative terhadap tekanan atmosfer ) dari 0 mm Hg pada

waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara jalan napas dan atmosfer

menyebabkan udara mengalir kedalam paru sampai tekanan jalan napas pada akhir

inspirasi sama dengan tekanan atmosfer.

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas

dinding dada dan paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, rangka iga

turun dan lengkung diafragma naik keatas kedalam rongga toraks, menyebabkan

volume toraks berkurang. Otot interkostalis internus dapat menekan iga kebawah

dan kedalam pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah, atau defekasi.

Selain itu, otot-otot abdomen dapat berkontraksi sehingga tekanan intraabdominal

membesar dan menekan diafragma keatas. Pengurangan volume toraks ini

meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Tekanan

intrapulmonal sekarang meningkat dan mencapai sekitar1-2 mm Hg diatas tekanan

atmosfer. Selisih tekanan antara jalan napas dan atmosfer menjadi terbalik

sehingga udara mengalir keluar dari paru sampai tekanan jalan napas dan tekanan

atmosfer menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. Tekanan intrapleura selalu

ada dibawah tekanan atmosfer selama siklus pernapasan. Perubahan ventilasi dapat

dinilai dengan uji fungsional paru.

2. Transportasi

a. Difusi

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas

melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis ( tebalnya kurang dari 0,5 μm ).

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan antara O2 di kapiler

darah paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak

Page 13: blok respi yarsi

selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru normal memiliki cukup

cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misalnya fibrosis paru, sawar darah

dan udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga keseimbangan mungkin

tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga ketika waktu kontak total berkurang.

Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak dianggap

sebagai factor utama. Pengeluaran CO2 dianggap tidak dipengaruhi oleh kelainan

difusi.

b. Hubungan antara ventilasi-perfusi

Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dari kapiler paru

membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru dan perfusi ( aliran

darah )dalam kapiler. Dengan kata lain ventilasi dan perfusi unit pulmonal harus

sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak dan dalam keadaan istirahat,

ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru. Sirkulasi pulmonal

dangan tekanan dan resistensi rendah mengakibatkan aliran darah dibasis paru

lebih besar daripada dibagian apeks, disebabkan gaya tarik bumi. Namun

ventilasinya cukup merata. Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi

(V/Q) adalah 0,8. angka ini didapat dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar

normal (4L/menit) dibagi dengan curah jantung normal (5L/menit).

c. Transpor O2 dalam darah

O2 dapat diangkut dari paru ke jaringan-jaringan melalui dua jalan yaitu

secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb (Hb)

sebagai oksiHb (HbO). Ikatam kimia O2 dengan Hb ini bersifat reversible, dan

jumlah sesungguhnya yang diangkut dalam bentuk ini mempunyai hubungan

nonlinear dengan tekanan parsial O2 dalam darah arteri (PaO2), yang ditentukan

oleh jumlah O2 yang secara fisik larut dalam plasma darah. Selanjutnya jumlah O2

yang secara fisik larut dalam plasma mempunyai hubungan langsung dengan

tekanan parsial O2 dalam alveolus (PaO2). Jumlah O2 juga bergantung pada daya

larut O2 dalam plasma. Hanya sekitar 1% dari jumlah O2 total yang diangkut ke

jaringan-jaringan ditranspor dengan cara ini. Cara transport seperti ini tidak

memadai untuk mempertahankan hidup walaupun dalam keadaan istirahat

sekalipun. Sebagian besar O2 diangkut oleh Hb yang terdapat dalam sel darah

merah.

Konsentrasi Hb rata-rata dalam darah laki-laki dewasasekitar 500gram per 100 ml

sehingga 100 ml darah dapat mengangkut 20,1 ml O2 (15x1,34) bila O2 jenuh

Page 14: blok respi yarsi

(SaO2) adalah 100%. Tetapi sedikit darah vena campuran dari sirkulasi bronchial

ditambahkan kedarah yang meninggalkan kapiler paru dan sudah teroksigenasi.

Proses pengenceran ini menjelaskan mengapa hanya kira-kira 97% darah yang

meninggalkan paru menjadi jenuh, dan hanya 19,5 (0,97x20,1) volume persen yang

diangkut ke jaringan.

Pada tingkat jaringan, O2 akan melepaskan diri dari Hb kedalam plasma dan

berdifusi dari plasma ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan

yang bersangkutan. Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi, namun sekitar 75 %

Hb masih berikatan dengan O2 pada waktu Hb kembali ke paru dalam bentuk

darah vena campuran. Jadi hanya sekitar 25 % O2 dalam darah arteri yang

digunakan untuk keperluan jaringan. Hb yang melepaskan O2 pada tingkat jaringan

disebut Hb tereduksi. Hb tereduksi berwarna ungu dan menyebabkan warna

kebiruan pada darah vena, seperti yang kita lihat pada vena superfisial, misalnya

pada tangan, sedangkan HbO2 berwarna merah terang dan menyebabkan warna

kemerah-merahan pada darah arteri.

d. Transpor CO2 dalam darah

Homeostatis CO2 juga suatu aspek penting dalam kecukupan respirasi.

Transport CO2 dari jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan tiga cara.

Sekitar 10% CO2 secara fisik larut dalam plasma, karena tidak seperti O2, CO2

mudah larut dalam plasma. Sekitar 20% CO2 berikatan dengan gugus amino pada

Hb (karbaminohemoglobin) dalam sel darah merah, dan sekitar 70% diangkut

dalam bentuk bukarbonat plasma (HCO3-). CO2 berikatan dengan air dalam reaksi

berikut:

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Reaksi ini reversible dan disebut persamaan buffer asam bikarbonat-karbonat.

Keseimbangan asam-basa tubuh ini sangat dipengaruhi oleh fungsi paru dan

homeostatis CO2. pada umumnya hiperventilasi (ventilasi alveolus dalam keadaan

kebutuhan metabolisme yang berlebuhan) menyebabkan alkalosis (peningkatan pH

darah melebihi pH normal7,4) akibat ekskresi CO2 berlebihan dari paru;

hipoventilasi (ventilasi alveolus yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

metabolisme) menyebabkan asidosis (penurunan kadar pH darah dibawah normal

7,4) akibat retensi CO2 oleh paru. Dengan memeriksa persamaan, terbukti bahwa

penurunan PCO2 seperti yang terjadi pada hiperventilasi, akan menyebabkan

Page 15: blok respi yarsi

reaksi bergeser kekiri sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi H+ (kenaikan

pH) dan peningkatan PCO2 menyebabkan reaksi menjurus kekanan, menimbulkan

kenaikan H+ (penurunan pH). Hipoventilasi terjadi pada banyak keadaan yang

memengaruhi pompa pernapasan. Retensi CO2 juga dihubungkan dengan

emfisema dan bronchitis kronik akibat udara yang terperangkap dalam paru.

Sama seperti jumlah O2 yang diangkut dalam darah yang berkaitan dengan PO2

dalam darah tersebut, demikian juga jumlah CO2 dalam darah berkaitan dengan

PCO2.

3. Pernapasan Jaringan/ Interna

Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oxihemoglobin),

mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak

sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk

memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya hasil

buangan oksidasi, yaitu karbondioksida.

Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang

disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jaringan.

Udara (atmosfer yang dihirup):

Nitrogen ..............................................................................................................79 %

Oksigen ...............................................................................................................20 %

Karbondioksida ……………………………………………………………….0-04

%

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.

Udara yang dihembuskan:

Nitrogen ………………………………………………………………………79 %

Oksigen ……………………………………………………………………….16 %

Karbondioksida ……………………………………………………………0-04 %

Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama

dengan badan (20 % panas badan hilang untuk pemanasan udara yang

dikeluarkan).

Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 sampai 5000 ml atau 4,5 sampai

5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini kira-kira 1/10 nya atau 500 ml

Page 16: blok respi yarsi

adalah udara pasang surut atau tidal air, yaitu yang dihirup masuk dan

dihembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan tenang.

Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan

napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru.

Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan

pada seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-

paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada

kelemahan otot pernapasan.

KECEPATAN DAN PENGENDALIAN PERNAPASAN

1. Kecepatan pernapasan

Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau

bernapas secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada

istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi istirahat. Pada bayi yang sakit ada kalanya

urutan ini terbalik dan urutannya menjadi inspirasi-isturahat-ekspirasi. Hal ini

disebut pernapasan terbalik.

Kecepatan normal setiap menit:

Bayi Baru Lahir …………………………………………………………….30-40

Dua belas bulan ……………………………………………………………..30

Dua sampai lima tahun ………………………………………………………24

Orang dewasa ………………………………………………………………..10-20

2. Pengendalian Pernapasan

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua factor utama,

kimiawi dan pengendalian oleh saraf. Beberapa factor tertentu merangsang pusat

pernapasan yang terletak didalam medulla oblongata, dan kalau dirangsang maka

pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot

pernapasan, yaitu otot diafragma dan otot interkostalis.

a. Pengendalian oleh Saraf

Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik didalam medulla oblongata yang

mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf

servikalis impuls ini dihantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Dan bagian

yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks

melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini

menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang

Page 17: blok respi yarsi

kecepatannya kira-kira 15 kali per menit. Impuls aferen yang dirangsang oleh

pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh saraf vagus kepusat pernapasan

didalam medula.

b. Pengendalian secara kimiawi

Faktor kimiawi ini adalah factor utama dalam pengendalian dan pengaturan

frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan didalam

sumsum sangat peka pada reaksi, kadar alkali darah harus dipertahankan.

Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam

ini merangsang pusat pernaoasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja

atas otot pernapasan.

Sistem Khusus Traktus Respiratorius Atas

1. Refleks nasofaringo-bronkial

Refleks ini mengurangi puncak aliran ekspirasi akibat alergen yang memasuki

hidung. Baru-baru ini dilaporkan, sekitar 6 jam setelah refleks ini menyebabkan

penurunan FEV1 dan forced vital capacity yang signifikan. Refleks ini biasa

dikenal dengan refleks bersin. Mekanisme refleks bersin sama halnya dengan

refleks batuk. Hanya saja, refleks ini terjadi pada kavitas nasal bukan pada saluran

napas bawah. Mekanisme refleks sebagai berikut: bronkus dan trakea sedemikian

sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapa

pun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan

karina (tempat di mana trakea bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling

sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap

rangsangan bahan kimia yang korosif seperti sulfur dioksida dan klorin. 

Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui nervus

vagus ke medula. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh

lintasan neuronal medula, menyebabkan efek sebagai berikut: pertama, kira-kira

2,5 liter udara diinspirasi. Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara menutup erat-

erat dan menjerat udara dalam paru. Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan

kuat mendorong diafragma, sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya, seperti

interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat. Keempat, pita suara dengan

epiglotis terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru meledak

keluar. Kemudian, penekanan kuat pada paru yang menyebabkan bronkus dan

trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang tidak berkartilago ini berinvaginasi ke

Page 18: blok respi yarsi

dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-benar mengalir melalui celah-

celah bronkus dan trakea bersama partikel asing. Peristiwa ini terjadi sama persis

dengan refleks batuk, namun ketika refleks bersin terjadi penekanan uvula,

sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian

membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. 

2. Fungsi protektif hidung: menghangatkan dan melembabkan udara, menyaring

partikel atau iritan, dan produksi nitrit oksida (NO). Hal ini ditujukan agar udara

yang diinhalasi bisa mencapai saluran napas bawah dalam keadaan yang tidak

membahayakan homeostasis. Panas dihasilkan dari banyak kapiler yang berada di

subepitelial yang berpenestrasi menuju permukaan lumen serta membantu

tranportasi air menuju interstisium. Melembabkan udara dimediasi oleh aktivasi

sekitar 45.000 kelenjar seromukosa pada kavitas nasal dan sel goblet yang

menghasilkan sejumlah air yang signifikan. Adanya “kolam” yang terisi oleh

sejumlah besar volume darah yang berasal dari sinusoid vena yang terletak di

subepitelial bisa membuat jaringan submukosa untuk menyerap udara dan

menambah perluasan kontak dengan aliran udara. Mukus hidung dan mukosiliar

merupakan komponen penting dalam pembersihan. Partikel dengan diameter

aerodinamik 5-10 μm ditangkap dalam mukosa nasal. Gas yang larut dalam air

akan dihilangkan total dari udara yang diinhalasi di saluran masuk hidung. Gas

yang bersifat iritan dapat menstimulasi saraf sensorik hidung dan menginduksi

sekresi yang membuat deposit yang lebih besar. NO dihasilkan dari saluran napas

atas (terutama sinus paranasal) yang berperan protektif untuk cabang respiratorius.

NO memiliki aktivitas antiviral dan bakteriostatik yang kuat, meningkatkan

oksigenasi, menghasilkan efek bronkodilator, dan menjaga masuknya udara melalu

saluran napas bawah.

3. Peran inflamasi pada nasal: sejumlah eosinofil di mukosa saluran napas bawah

akan meningkat yang mengekspresikan molekul adesi setelah diinduksi oleh

alergen hidung. 

4. Drainase material inflamatori. 

Saluran napas atas terdiri dari hidung, telinga, dan tenggorok. Salah satu struktur

penunjang yang terletak di sistem ini adalah tuba eustachius yang menghubungkan

nasofaring dengan telinga tengah. Struktur ini berfungsi dalam menjaga tekanan

atmosfer tetap seimbang. Kompleks osteomeatal (OMC) adalah daerah kavum

Page 19: blok respi yarsi

nasalis antara meatus media dan inferior, tempat pertemuan drainase dari sinus

frontal, etmoidalis (etmoidalis anterior), dan maksilaris. Terjadinya penurunan

tekanan oksigen dalam kompleks ini juga bisa memicu rasa pusing. Seperti halnya

saluran napas atas, OMC juga memiliki transpor silia.

Menjelaskan Mekanisme Bersin

Reflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini

berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran pernapasan bagian bawah.

Rangsangan awal menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung,

impuls saraf aferen berjalan dalam nervus ke lima menuju medulla tempat refleks

ini dicetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk tetapi

uvula ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan

demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.

Mekanisme Bernafas

Inspirasi dan ekspirasi terjadi karena adanya kontraksi dan relaksasi otot-

otot pernafasan Selama inspirasi tenang, difragma dan m. interkonta ekterna

berkontraksi dan volume thorax meningkat.

Selama ekspirasi tenang. Otot-otot tersebut relaksasi dan recoil elastis paru-paru

dan thorak yang menyebabkan penurunan volume thoraxKekuatan inspirasi dan

ekspirasi dibantu oleh kontraksi otot pernafasan asesoris.

Mekanisme Menelan

Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau

cairan ke dalam trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring

dan bagian atas esophagus diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa

melalui saraf cervical. Menelan memiliki beberapa stadium, yaitu stadium

volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium volunter, benda ditekan atau

didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan belakang

terhadap palatum, sehingga lidah memaksa benda ke pharing. Pada stadium

faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares posterior, sehingga

mencegah makanan balik ke rongga hidung.

Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah, kemudian pita

suara laring berdekatan dan epiglottis mengayun ke belakang, sehingga mencegah

makanan masuk ke trakea. Laring didorong ke atas dan depan oleh otot-otot yang

melekat pada os hyoid. Gerak ini meregangkan/ melemaskan pintu oesofagus,

Page 20: blok respi yarsi

maka masuklah makanan ke sphincter faringoesofageal, kemudian otot konstriktor

pharing superior berkontraksi menimbulkan gelombang peristaltik oesophagus.

Stadium faringeal terjadi terjadi kurang dari 1 atau 2 detik, sehingga menghentikan

nafas selama waktu ini, karena pusat menelan menghambat pusat pernafasan dalam

medulla oblongata. Pada stadium oesofageal, gelombang peristaltik berjalan dalam

waktu 5–10 detik. Tetapi pada orang yang berada dalam posisi berdiri, waktunya

akan lebih cepat, yaitu 4–8 detik, karena pengaruh gravitasi2.

Mekanisme pertahanan selalu terkait dengan adanya pertahanan tubuh dari benda

asing. Proses pertahanan yang paling sering dilakukan tubuh adalah respon

inflamasi yang mengikutsertakan sel imun adapatif tubuh untuk bekerja. Tidak

hanya itu tubuh juga memiliki cara-cara lain untuk membentuk mekanisme

pertahanan saluran nafas atas. 

3. Memahami dan menjelaskan Rhinitis Allergica

3.1. Definisi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta

dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen

spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and

its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung

dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa

hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

Klasifikasi rinitis alergi

Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya,

yaitu:

Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)

Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya (Irawati,

Kasakeyan, Rusmono, 2008). Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi

berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its

Impact on Asthma) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi

menjadi :

Page 21: blok respi yarsi

Intermiten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari

4 minggu.

Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4

minggu.

3.2. Etiologi

Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik

dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan

pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi

tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Pada

anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan

pencernaan. Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi.

Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan

rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rinitis alergi

perenial (sepanjang tahun) diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama

tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus,

jamur, binatang peliharaan seperti kecoa dan binatang pengerat. Faktor resiko

untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang

tinggi, dan faktor kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan faktor

resiko untuk untuk tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan

memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi

udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca (Becker, 1994).

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu

rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,

telur, coklat, ikan dan udang.

Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin

atau sengatan lebah.

Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,

misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).

3.3. Patofisiologi.

Page 22: blok respi yarsi

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi

dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase

allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak

dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi

fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase

hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.

Gambar 2.1 Patofisiologi alergi (rinitis, eczema, asma) paparan alergen pertama dan

selanjutnya (Benjamini, Coico, Sunshine, 2000).

Page 23: blok respi yarsi

Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit

yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen

yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk

fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek

peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan

pada sel T helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1

(IL-1) yang akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan

menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.

IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B,

sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di

sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel

mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut

sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah

tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen

spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat

terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama

histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain

prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin,

Platelet Activating Factor (PAF), berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM-CSF

(Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut

sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC).

Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga

menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan menyebabkan

kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler

meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi

sinusoid. Selain histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan

pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1

(ICAM1).

Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang

menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak

berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam

Page 24: blok respi yarsi

setelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel

inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta

peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan

Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1

pada sekret hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat

peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti:

Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein (EDP), Major Basic

Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain faktor spesifik

(alergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau

yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi (Irawati,

Kasakayan, Rusmono, 2008).

Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh (vascular bad) dengan pembesaran

sel goblet dan sel pembentuk mukus. Terdapat juga pembesaran ruang interseluler dan

penebalan membran basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa

dan submukosa hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar

keadaan serangan, mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi terus-

menerus (persisten) sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang

ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak

mukosa hidung menebal. Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi

yang secara garis besar terdiri dari:

1. Respon primer

Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non

spesifik dan dapat berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan,

reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.

2. Respon sekunder

Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah

sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil

Page 25: blok respi yarsi

dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada defek

dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

3. Respon tersier

Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat

bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.

Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi

anafilaksis (immediate hypersensitivity), tipe 2 atau reaksi sitotoksik, tipe 3 atau reaksi

kompleks imun dan tipe 4 atau reaksi tuberculin (delayed hypersensitivity). Manifestasi

klinis kerusakan jaringan yang banyak dijumpai di bidang THT adalah tipe 1, yaitu rinitis

alergi (Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008).

3.4. Maninfestasi

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya

bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak

dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses

membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya

lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga

sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004). Gejala lain ialah keluar ingus (rinore)

yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang

disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di

hidung, mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang

garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke

atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang

dapat muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau cair.

Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam dibawah

mata (allergic shiner). Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis

media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii. Tanda faringeal termasuk

faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid. Tanda laringeal termasuk

suara serak dan edema pita suara (Bousquet, Cauwenberge, Khaltaev, ARIA Workshop

Page 26: blok respi yarsi

Group. WHO, 2001). Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala,

masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip.

Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan

dan sulit tidur (Harmadji, 1993).

3.5. Diagnosis

Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan

pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rinitis

alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar hingus

(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-

kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung

tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien

(Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008). Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul,

menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor

genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap

pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap

serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan

mata merah serta berair maka dinyatakan positif (Rusmono, Kasakayan, 1990).

2. Pemeriksaan Fisik

Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shinner, yaitu

bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung

(Irawati, 2002). Selain itu, dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis

melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang

sering digosok-gosok oleh punggung tangan (allergic salute). Pada pemeriksaan rinoskopi

ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan konka edema dan

Page 27: blok respi yarsi

sekret yang encer dan banyak. Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung

yang dapat memperberat gejala hidung tersumbat. Selain itu, dapat pula ditemukan

konjungtivis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis

media (Irawati, 2002).

3. Pemeriksaan Penunjang a. In vitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula

pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai

normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya

selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna adalah

dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent

Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis,

tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah

banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin

disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya

infeksi bakteri (Irawati, 2002).

b. In vivo

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji

intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET). SET

dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi

yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat

alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui (Sumarman, 2000). Untuk

alergi makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis

biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (“Challenge Test”). Alergen

ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge

Test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari,

selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan

dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis

makanan (Irawati, 2002).

Page 28: blok respi yarsi

3.6. Penatalaksanaan

Terapi yang paling ideal adalah dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.

Simptomatis

a. Medikamentosa-Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1, yang bekerja secara

inhibitor komppetitif pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik

yang paling sering dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat

dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Antihistamin

dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi -2

(non sedatif). Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar

darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik.

Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai dekongestan hidung oral

dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau tropikal. Namun pemakaian secara

tropikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis

medikamentosa. Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala trauma sumbatan hidung akibat

respons fase lambat berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah

kortikosteroid tropikal (beklometosa, budesonid, flusolid, flutikason, mometasonfuroat dan

triamsinolon). Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat

untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor

(Mulyarjo, 2006).

Operatif - Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan

bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi

memakai AgNO3 25 % atau troklor asetat (Roland, McCluggage, Sciinneider, 2001).

Imunoterapi - Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan

hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya

berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan (Mulyarjo, 2006).

3.7. Komplikasi

Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah:

Page 29: blok respi yarsi

Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands, akumulasi sel-

sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia

epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.

Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi

akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan

ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut

akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan

rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein

basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah

(Durham, 2006).

3.8. prognosis

Prognosis baik jika penderita tidak terpajan dengan alergen dan belum terjadi komplikasi

serta tidak memiliki predisposisi seperti asma dan riwayat keluarga.

3.9. Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah timbulnya alergi adalah dengan menghindari alergen. Ada 3

tipe pencegahan:

Mencegah terjadinya tahap sensitasi; menghindari paparan terhadap allergen inhalan

selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan padat

Mencegah gejala timbul dengan cara terapi medikamentosa

Pencegahan melalui edukasi.

4. Memahami dan menjelaskan tentang pernapasan menurut islam.

4.1. Adab bersin

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “sesungguhnya Allah mencintai

bersin dan membenci menguap, maka apabila salah seorang dari kalian bersin dan

bertahmid kepada Allah maka wajib atas seluruh muslim yang mendengarkannya untuk

Page 30: blok respi yarsi

mengatakan : yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu), adapun menguap maka

sesungguhnya dia dari syaithan, maka apabila salah seorang dari kalian menguap maka

hendaknya dia tahan semampunya….al-hadits”.

Di antara adab-adabnya :

Mendoakan Orang Yang Bersin

Adalah perkara yang diperintahkan dan disunnahkan, dan termasuk perkara kesempurnaan

agama kita dengan mensyariatkan kepada mereka doa yang mereka ucapkan setelah bersin

–yang mana dia adalah nikmat Allah atas mereka-, maka dengan bersin tersebut mereka

memuji Allah, dengan bersin tersebut mereka saling mendoakan rahmat dan memohon

kepada Allah hidayah dan baik keadaan.

Dari Al-Barra’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu dia berkata : “Nabi memerintahkan kepada

kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara maka beliau menyebutkan

menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan orang bersin, membalas salam,

menolong orang yang dizhalimi, memenuhi undangan, dan memperhatikan keinginan orang

yang bersumpah”.

Mendoakan orang yang bersin adalah fardhu kifayah apabila sebagian orang yang hadir

melaksanakannya maka gugur perintah mendoakan bagi yang lainnya. Dan tidak

sepatutnya meninggalkan perkara ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

pada hadits yang telah lalu : “apabila salah seorang dari kalian bersin dan bertahmid kepada

Allah maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan “

yarhamukallah “ baginya”.

Mendoakan orang yang bersin hanyalah ketika mendengar tahmid dari orang yang bersin

Hal itu berdasarkan hadits yang Anas radhiallahu ‘anhu riwayatkan dia berkata : “Ada dua

orang bersin di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau mendoakan salah

seorang dari keduanya dan tidak mendoakan yang lain, maka orang itu berkata : Wahai

Rasulullah : engkau mendoakan orang ini dan engkau tidak mendoakan saya?

Beliau berkata : “Sesungguhnya orang ini memuji Allah dan kamu tidak memuji Allah”.

Dan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bersin dan

bertahmid kepada Allah maka hendaknya kalian mendoakannya, maka apabila dia tidak

bertahmid kepada Allah maka janganlah kalian mendoakannya”.

Page 31: blok respi yarsi

Sunnah Orang Yang Bersin Mengucapkan : Alhamdulillah Atau Alhadmdulillah Ala Kulli

Hal

Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian bersin maka hendaknya

mengucapkan Alhamdulillah…al-hadits”, pada lafazh Abu Daud : “Maka hendaknya

mengucapkan Alhamdulillah ala kulli hal”

Sunnah Orang Yang Mendoakan Orang Yang Bersin Mengucapkan : Yarhamukallah

Berdasarkan hadits Abu Hurairah yang telah lalu : bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaknya mengucapkan :

Alhamdulillah, dan saudaranya atau yang menemaninya mengucapkan doa untuknya :

Yarhamukallahu….al-hadits”.

Sunnah Orang Yang Bersin Untuk Kedua Kali Mengucapkan Setelah Yang Lain

Mendoakannya : Yahdikumullahu Wa Yushlihu Balakum Atau Yarhamunallahu Wa

Iyyakum Wa Yaghfiru Lana Walakum

Di dalam hadits Abu Hurairah yang lalu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaknya dia mengucapkan

Alhamdulillah, dan saudaranya atau temannya mengucapkan untuknya “Yarhamukallah “,

dan apabila saudaranya mengucapkan yarhamukallah maka hendaknya dia mengucapkan

“Yahdikumullah wa yushlihu balakum “. atau dia mengucapkan “Yarhamunallah wa

iyyakum wa yaghfiru lana wa lakum “. Doa tersebut dijelaskan pada riwayat hadits Nafi’

dari Ibnu Umar : “Bahwa Abdullah bin Umar apabila dia bersin dan diucapkan baginya

Yarhamukallah, beliau berkata : “Yarhamunallahu wa iyyakum, wa yaghfiru lana wa

lakum”

Sunnahnya Orang Yang Bersin Merendahkan Suaranya

Faedahnya ialah bahwa ketika orang yang bersin –kebanyakannya- membuat suara yang

tinggi yang mengganggu maka disunnahkan baginya untuk merendahkan suaranya dengan

meletakkan tangannya atau pakaiannya ke wajahnya. Meletakkan tangan atau pakaian ke

mulut ada faedah yang lain yaitu : Bahwa orang yang bersin tidak aman –kebanyakan- dari

keluarnya sesuatu dari mulutnya, maka disunnahkan baginya meletakkan tangannya ke

mulutnya. Dan hal tersebut telah dijelaskan dalam sebuah Sunnah, Abu Hurairah

radhiallahu ‘anhu meriwayatkan : “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila

Page 32: blok respi yarsi

bersin beliau menutup wajah beliau dengan tangan atau pakaian beliau dan dengan

demikian beliau merendahkan suaranya”.

Mendoakan Orang Yang Bersin Sebanyak Tiga Kali, Selama Lebih Dari Tiga Maka

Bersinnya Karena Flu

Hadits Salamah bin Al-Akwa’ bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

sementara seseorang yang berada di sisi beliau bersin, maka Nabi berkata kepadanya :

“Yarhamukallah” kemudian orang itu bersin kembali maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda : “Orang ini terkena flu”.

Konteks hadits ini, membatasi ucpaan doa untuk orang yang bersin dengan dua kali saja,

akan tetapi nash-nash yang lain datang mengaitkan bahwa orang yang bersin didoakan

sebanyak tiga kali.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata : “Doakan saudaramu yang bersin

sebanyak tiga kali kalau lebih dari tiga maka dia sedang flu”.

An-Nawawi berkata : “Ulama berselisih tentang hal tersebut, Ibnul Arabi Al-Maliki berkata

: ada yang berpendapat : dikatakan kepada orang yang bersin untuk yang kedua kali : Kamu

kena flu, dan ada yang berpendapat : dikatakan kepadanya pada bersin yang ketiga, dan ada

yang berpendapat : pada bersin yang keempat, dan yang paling shahih agar dikatakan

kepadanya pada bersin yang ketiga, Ibnul Arabi berkata : Dan maksudnya bahwa kamu

bukan orang yang mendoakannya setelah ini, karena yang ada padamu adalah flu dan

penyakit, bukan bersin yang ringan

Ibnul Qayyim berkata : “ Dan penjelasan beliau tentang hadits :”Orang itu kena flu”

adanya peringatan untuk medoakan baginya kesembuhan, karena flu itu penyakit, dan pada

hadits tersebut adanya udzur bagi orang yang tidak mendoakan setelah bersin yang ketiga.

Hadits ini juga berisikan suatu perhatian terhadap sebab ini agar seseorang memahaminya

dan tidak mengabaikannya, sehingga membuat susah urusannya. Dengan demikian

perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hikmah dan rahmat, ilmu dan

petunjuk

Bolehnya Mendoakan Ahlu Dzimmah – yakni kafir dzimmi, pent – Ketika Bersin Dengan

Doa “Yahdikumullah Wa Yushlihu Balakum”

Page 33: blok respi yarsi

Masalah ini disebutkan di dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, beliau berkata : Seorang

Yahudi bersin di sisi Rasulullah, dia berharap agar Nabi mengucapkan untuknya

yarhamukallah, namun yang Nabi ucapkan adalah : “yahdikumullah wa yushlihu balakum“

Berdasarkan ini boleh mendoakan ahlu dzimmah –apabila mereka bertahmid setelah

bersin- dengan doa hidayah dan taufiq kepada keimanan, dan tidak mendoakan mereka

dengan rahmat dan maghfiroh, karena mereka tidak pantas untuk doa itu.

Faedah : boleh bagi orang yang bersin di dalam shalat agar bertahmid kepada Allah,

namun tidak boleh bagi orang yang mendengarnya mendoakannya dengan mengucapkan

yarhamukallah.

4.2. Adab menguap.

Disunnahkan Menahan Mulut Ketika Menguap Karena Hal Itu Dari Syaithan

Di dalam perkara ini adanya hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “… sedangkan menguap maka dia itu dari syaithan…al-

hadits”. An-Nawawi berkata : “ Menguap sering terjadi bersamaan dengan rasa berat,

jenuh, penat, badan cenderung merasa malas. Penyandaran perbuatan tersebut kepada

syaithan karena dialah yang mengajak kepada syahwat, dan maksudnya di sini adanya

peringatan terhadap sebab yang melahirkan darinya berpuas-puas dan memperbanyak di

dalam masalah makanan

Adapun menahan menguap maka hal itu adalah perkara yang disunnahkan, dan tentang hal

tersebut banyak hadits-hadits yang menerangkannya, dan diantara hadits-hadits tersebut

adalah hadits Abu Hurairah, beliau berkata : Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda : “Menguap itu dari syaithan maka apabila salah seorang dari kalian

menguap maka hendaknya dia menahannya, dan apabila salah seorang dari kalian ketika

menguap mengucapkan “ haa “, syaithan akan menertawakannya”, pada lafazh riwayat

Muslim : “Apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya dia menahannya

semampunya”. Pada lafazh riwayat Ahmad: “Maka hendaknya dia menahannya

semampunya dan janganlah ia mengucapkan “aah aah,” karena sesungguhnya apabila ada

salah seorang dari kalian membuka mulutnya maka sesungguhnya syaithan

menertawakannya atau tertawa kepadanya”

Page 34: blok respi yarsi

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian menguap maka

hendaknya dia menahan dengan tangannya ke mulutnya, karena syaithan itu masuk”, dan

pada lafazh riwayat Ahmad: “Apabila salah seorang dari kalian menguap dalam shalat,

maka hendaknya dia meletakkan tangannya ke mulutnya, karena syaithan itu masuk

bersama menguap”

Al-Kazham – menahan – terkadang dengan jalan menahan dengan mulut dan mencegahnya

agar tidak terbuka, dan terkadang dengan menekan gigi-gigi pada bibir, dan terkadang

dengan meletakkan tangan atau pakaian pada mulut dan yang semisalnya.

Catatan penting: Sebagian orang bersandar kepada permohonan perlindungan dari

syaithan ketika menguap, ini adalah kesalahan yang nyata, dari dua sisi :

Yang pertama : Bahwa ta’awwudz (mohon perlindungan) adalah perkara dzikir yang ia

buat-buat dari dirinya sendiri yang tidak disyariatkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua : Orang tersebut telah meninggalkan sunnah yang Nabi perintahkan ketika

menguap, yaitu menahan mulut ketika menguap semampunya apakah dengan pakaian atau

dengan meletakkan tangan atau dengan cara yang lain, maka hendaknya seorang muslim

memperhatikan hal ini.

Terjemahan dari kitab : “Kitab Al-Adab”, karya : Fu`ad bin Abdul Azis Asy-Syalhuub.

4.3. Adab bersendawa

MERENDAHKAN SUARA

( أحدكم تجشأ ) (إذا عطس ( أو الشبع عند الفم من يخرج ريح مع صوت وهو بالضم الجشإ من

) ( ) ( الشيطان ( فإن صوته أي الصوت بهما ندبا يرفع فال وضمها بكسرها ومضارعه الطاء بفتح

( ويكره اإلمكان قدر لهما خفضصوته فيندب به ويهزأ منه فيضحك الصوت بهما يرفع أن يحب

تحرم قد بل الكراهة اشتدت أحد بهما تأذى فإن عمدا الرفع

“Bila salah seorang diantara kalian bersendawa (glege’en-java-pent.) atau bersin maka

janganlah mengeraskan suaranya karena sesungguhnya syetan suka terhadap suara

kerasnya” maka ia mentertawakan dan mengejekmu, karenanya disunahkan sedapat

Page 35: blok respi yarsi

mungkin merendahkan suara dan dimakruhkan mengeraskannya terlebih bila menyakitkan

orang lain maka hukumnya sangat makruh bahkan bisa menjadi haram.

Sendawa ialah suara disertai bau tidak sedap yang keluar dari mulut akibat kekenyangan

Faidh alQadiir I/405

• JANGAN MENDONGAK KEATAS

وكذلك يسويه أن ينبغي فال رداؤه سقط وإن السماء إلى رأسه يرفع ال أن فينبغي تجشأ وإن

لضرورة إال مكروه ذلك فكل عمامته أطراف

Bila seseorang bersendawa sebaiknya jangan mengangkat kepala keatas meskipun

karenanya mengakibatkan serbannya jatuh, yang demikian makruh kecuali saat terpaksa

Ihyaa’ ‘Uluumiddiin I/189

• SAAT SENDAWA DALAM SHALAT, ANGKATLAH KEPALA

إلى من يتأذى لئال ؛ السماء إلى رأسه يرفع فإنه صالته فSي تجشأ من أن عTلTى أحمد VصT ن وقد

جشائه برائحة . جانبه

Imam Ahmad menetapkan bahwa orang yang bersendawa dalam shalatnya agar

mengangkat kepalanya agar tidak menyakiti orang yang ada disekitarnya akan bau tidak

sedap sendawa.

Fath al-Baari III/409

• SUNNAH MEMBACA HAMDALAH

أهونها : داء سبعين عنه الله رفع حال كل على لله الحمد فقال تجشأ عطسأو من أن وورد

الجذام

Page 36: blok respi yarsi

Terdapat keterangan bahwa orang yang bersin dan sendawa kemudian mengucapkan

“Segala puji bagi Allah atas semua keadaan”. Allah menghilangkan darinya 70 penyakit

yang paling ringannya adalah penyakit kusta.(Bughyah al-Mustarsyidiin I/173)

4.4. Menjelaskan tentang Istinsyak

Istinsyaq ialah: Memasukkan air ke dalam hidung dengan tangan kanan, menggerakkan air

di dalam hidung, membasuh dan kemudian menghembuskan keluar air tersebut. Cara

mengeluarkan air dari hidung “istinsyaq” ialah setelah mengeluarkan air dari mulut (setelah

berkumur-kumur).

Istinsar pula ialah: Bersungguh-sungguh menghirup atau memasukkan air ke hidung

dengan tangan kanan (jika tidak berpuasa), kemudian menghembuskan (menyemburkan)

air tersebut dari hidung dengan tangan kiri:

Dari Laqit bin Sabirah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Wahai Rasulullah, khabarkan

kepadaku tentang wudhu’! Baginda bersabda: Sempurnakanlah wudhu’ kamu, sela-selalah

celah-celah jari-jemari kamu dan basuhlah hidung dengan menyedut air ke hidung

melainkan ketika kamu berpuasa (dengan tidak menyedut bersungguh-sungguh)”. (H/R at-

Tirmizi, 38. Juga disahihkan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani)

Dalam buku 365 Tip Sihat Gaya Rasulullah karya Dr Mohammad Ali Toha, Prof Dr

Syahathah dari Fakulti Perubatan, Universiti Alexandria, Mesir membuat kajian bahawa

'istinsyaq' atau memasukkan air melalui hidung ketika berwuduk membersihkan hidung

daripada kuman.

Cara melakukannya ialah dengan memasukkan air seperti menarik nafas dengan kekuatan

sederhana kemudian mengeluarkan air itu dengan hembusan yang kuat.

Kaedah itu jika dilakukan dengan sempurna mampu mencegah 17 penyakit berbahaya,

antaranya mata, telinga kulit, radang kerongkong, batuk dan penyakit paru-paru dan

Page 37: blok respi yarsi

penyakit mental. Percayalah, jika Allah memerintahkan sesuatu ibadah itu, pasti ada

hikmah dan manfaat kepada manusia.

Istinsyaq ataupun menghirup air ke dalam hidung adalah perbuatan yang jarang dilakukan

orang.Menurut pakar bedah tumor yang tersembunyi di dalam hidung aliran air ke dalam

hidung yang menyapu bahagian nasopharyng merangsang pendarahan pada tumor

itu.Apabila kita melakukan Istinsyaq,kegiatan ini membantu dalam pengesanan awal tumor

di bahagian nasopharyng yang tersembunyi.

Sم\ا صTائ Tكو[نT ت ن[T أ V Sال إ Sاق Tش] Sن ت Sس[ اال[ فSي Sغ[ Tال وTب

“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam beristinsyaq kecuali bila engkau sedang puasa.”

(HR. Abu Dawud no. 123, at-Tirmidzi no. 718, dan selain keduanya, serta disahihkan oleh

asy-Syaikh Muqbil dalam al-Jami’us Shahih 1/512)

Dari Laqit bin Sabirah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Wahai Rasulullah, khabarkan

kepadaku tentang wudhu’! Baginda bersabda: Sempurnakanlah wudhu’ kamu, sela-selalah

celah-celah jari-jemari kamu dan basuhlah hidung dengan menyedut air ke hidung

melainkan ketika kamu berpuasa (dengan tidak menyedut bersungguh-sungguh)”. (H/R at-

Tirmizi, 38. Juga disahihkan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani).

\

Page 38: blok respi yarsi

Daftar pustaka

El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie (2010). Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Herawati, Sri, Rukmini, Sri (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok : Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Kumala, Poppy [et.al] (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA (1996). Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGC

Raden, Inmar (2011). Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular dan Sistem

Respiratorius.

Jakarta : Balai Penerbit FKUY

Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC

Seopardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti, Bashiruddin, [et.al] (2007). Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

www.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf