FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN …digilib.unila.ac.id/59466/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN …digilib.unila.ac.id/59466/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN HEDGING
PADA PERUSAHAAN NON-FINANCIAL YANG TERDAFTAR
DIBURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2017
(Skripsi)
Oleh
MUHAMMAD HIZBULLAH AL HAKIM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING HEDGING DECISION IN THE
NON-FINANCIAL COMPANIES LISTED ON INDONESIA STOCK
EXCHANGE PERIOD 2014-2017
by
MUHAMMAD HIZBULLAH AL HAKIM
The biggest risk faced by companies conducting international trade are the risk of
fluctuations in foreign exchange rates. Unforeseen changes in the value of foreign
currencies could had an important impact on the company, therefore companies
need to carry out risk management, one of which is by hedging. This study aims to
determined the effect of financial distress, leverage, growth opportunity, firm size,
and liquidity on the probability of hedging decisions on non-financial companies
listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2017. The samples in this study
are around 131 companies and using purposive sampling techniques. The data
analysis method used was logistic regression analysis.
The results of this study indicate that the variable leverage, growth opportunity,
and firm size have a positive and significant effect on hedging decisions, while
financial distress and liquidity variables do not affect hedging decisions. From the
logistic regression results found that the variables of financial distress, leverage,
growth opportunity, firm size and liquidity could explained decisions of hedging
were about 15,9% and the rest explained by other variables outside the model.
Keywords : Hedging, Derivative Instrument, Risk Management, Leverage,
Financial Distress, Growth Opportunity, Firm Size, and Liquidity
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN HEDGING
PADA PERUSAHAAN NON-FINANCIAL YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2017
Oleh
MUHAMMAD HIZBULLAH AL HAKIM
Risiko terbesar yang dihadapi oleh perusahaan yang melakukan perdagangan
internasional adalah risiko fluktuasi kurs valuta asing. Perubahan nilai mata uang
asing yang tidak terduga dapat berdampak penting pada perusahaan, oleh karena
itu perusahaan perlu untuk melakukan manajemen risiko salah satunya adalah
dengan melakukan hedging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
financial distress, leverage, growth opportunity, firm size, dan likuiditas terhadap
probabilitas keputusan hedging pada perusahaan non-financial yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Sampel dalam penelitian sebanyak 131
perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel leverage, growth opportunity,
dan firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging,
sedangkan variabel financial distress dan likuiditas tidak mempengaruhi
keputusan hedging. Dari hasil regresi logistik ditemukan bahwa variabel financial
distress, leverage, growth opportunity, firm size dan likuiditas dapat menjelaskan
keputusan hedging sebesar 15,9% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
Kata kunci : Hedging, Instrumen Derivatif, Manajemen Risiko, Financial
Distress, Leverage, Growth Opportunity, Firm Size, dan Likuiditas
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN HEDGING
PADA PERUSAHAAN NON-FINANCIAL YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2017
Oleh
MUHAMMAD HIZBULLAH AL HAKIM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Muhammad Hizbullah Al Hakim dilahirkan di Bandar
Lampung pada tanggal 06 Agustus 1997, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Ir. Ardian, M.Agr dan
Ibu Ir. Febriana Yusanni.
Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu pendidikan Taman Kanak-kanak
Al-Azhar 4 Bandar Lampung pada tahun 2001-2003 kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar di SD Al -Azhar 2 Bandar Lampung pada tahun
2003-2009, Sekolah Mengenah Pertama di SMP Muhammaddiyah Tiga Bandar
Lampung pada tahun 2009-2012, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Yayasan
Pembina Unila Bandar Lampung pada tahun 2012-2015.
Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui jalur SBMPTN di Universitas Lampung.
program Sarjana pada jurusan S1 Manajemen. Selama menjadi mahasiswa,
penulis turut berperan aktif di dalam organisasi HMJ Manajemen.
Dalam rangka menyelesaikan studinya di Universitas Lampung penulis juga telah
mengikuti program pengabdian kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata
(KKN) pada tahun 2018 selama 40 hari di Desa Kelungu, Kecamatan Kotaagung,
Kabupaten Tanggamus.
MOTTO
“Allah tidak Membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…"
(QS. Al-Baqarah: 286)
“…Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
“Seseorang akan menjadi ahli dalam suatu bidang tertentu yang diinginkan
setelah dia melakukan atau mempelajarinya dalam waktu 10.000 jam”
(Malcolm Gladwell)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu Allah SWT, terima kasih atas
segala rahmat dan hidayat-Mu yang telah memberikan aku kekuatan, kesehatan,
semangat pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu pengetahuan. Engkau
berikan secercah cahaya terang serta kemudahan hingga akhirnya tugas akhir ini
dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu aku limpahkan kehadiran
Rasulullah Muhammad SAW.
Aku persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku tercinta
Untuk Kedua Orang Tuaku, Bapak Ir. Ardian M.Agr dan Ibu Ir. Febriana Yusanni
terimakasih telah menjadi orang tua yang mendidik aku dengan kesabaran,
ketulusan, kasih sayang, sehingga aku bisa sampai pada titik ini. Terimakasih
Bapak Ibu yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta do’a yang
tiada henti untuk kesuksesanku. Terima Kasih atas segala do’a, dukungan dan
pengorbanan yang telah engkau berikan. Terimalah persembahan bukti cintaku
untuk bapak dan ibu tercinta.
Tersayang dan Terkasih,
Untuk Kakakku, Adikku, dan Keluarga besarku, terima kasih atas segala
pengertian, do’a, kesabaran, motivasi, serta pengetahuan sehingga aku dapat
menyelesaikan skripsi ini. Maaf belum bisa menjadi panutan sesungguhnya, tapi
aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua.
Serta Almamaterku tercinta Universitas Lampung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrohmaanirrohmim,
Alhamdulillah, Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Hedging Pada Perusahaan Non-Financial Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2017”. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi ini, penulis
memperoleh bantuan dan bimbingan serta petunjuk dari semua pihak, maka
dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. R.R. Erlina, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuningsih, S.E., M.M., selaku sekertaris jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik yang
telah memberika banyak nasihat selama proses perkuliahan.
4. Ibu Dr. Sri Hasnawati, S.E., M.Si, selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, motivasi, serta pengalaman yang luar biasa
dalam mengerjakan dan menyelesaikan penelitian penulis.
5. Bapak Muslimin, S.E., M.E. selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, saran, motivasi, serta pengalaman yang luar biasa
dalam mengerjakan dan menyelesaikan penelitian penulis.
6. Bapak Prakarsa Panjinegara, S.E., M.E., selaku penguji utama yang telah
memberikan bimbingan, pengetahuan dan saran dalam mengerjakan dan
menyelesaikan penelitian penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmunya serta membimbing penulis selama proses
perkuliahan.
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah membantu penulis dalam segala proses administrasi.
9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Ir. Ardian, M.Agr dan Ibu Ir. Febriana
Yusanni, ata dukungan, kasih sayang, cinta dan doa yang selalu terpanjatkan
kepada Allah SWT demi kebaikan dan keberhasilan penulis.
10. Kakak dan Adikku tersayang dr. Annisa Mardhiyyah dan Muhammad
Habibullah Al-Hikam, terimakasih atas motivasi, candatawa, doa dan
juga dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita bisa menjadi
orang yang sukses dan bahagia selalu, serta bisa menjadi kebanggaan untuk
Bapak dan Ibu.
11. Sahabat-sahabatku Azzy Abdullah Azam, Muhammad Rifky, Ifanda, Rama,
Arrasie, Azizi, Rio, dan Andika terimakasih atas kesabaran menjadi sahabat
yang memberikan pelajaran kehidupan, dukungan dan saran dalam segala
hal. Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaikku. Sukses buat kita semua.
Amiin.
12. Sahabat seperjuanganku, Almer, Deni, Andre, Santoni, Bobby Noviandatama,
Bobby Saputra, Andhika Pratama, Acis, Bir Hanif, Rahmat Tullah, Cheko
Firlando, Radian, Akiro, Opin, Surya Gandi, Rizki Cb, Dika, Arnes, Ilham,
Ramdan, Sagetri, Herza, Birul, Kemas, Helnia, Idola, Susleni, Miya, Ardel,
Nina, Lathifa, Rizky Khairunisa, dan Monica Rosella, serta seluruh teman-
teman Manajemen angkatan 2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih kerjasama, bantuan serta dukungan dalam segala hal dalam
proses menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
13. Keluarga KKN Desa Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten
Tanggamus, terimakasih atas kebersamaan, motivasi, dukungan, serta
pengalaman selama di desa. Semoga selalu sukses dan dilancarkan dalam
segala urusan.
14. Terimakasih untuk Almamaterku yang kubanggakan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat dan berguna bagi kitasemua.
Bandar Lampung, 04 Oktober 2019
Penulis
Muhammad Hizbullah Al Hakim
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 16
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 16
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 17
II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 18 A. Kajian Pustaka ........................................................................................ 18
1. Risiko dan Manajemen Risiko ........................................................... 18
2. Eksposur Valuta Asing ....................................................................... 21
a. Eksposur Translasi .......................................................................... 22
b. Eksposur Transaksi ........................................................................ 22
c. Eksposur Ekonomi .......................................................................... 22
3. Lindung Nilai (Hedging) .................................................................... 23
4. Instrumen Derivatif ............................................................................ 24
a. Kontrak Forward ........................................................................... 24
b. Kontrak Future ............................................................................... 26
c. Opsi (Option) ................................................................................ 27
d. Swap ............................................................................................... 27
5. Financial Distress .............................................................................. 28
6. Leverage .......................................................................................... 29
7. Growth Opportunity ........................................................................... 30
8. Firm Size .......................................................................................... 31
9. Likuiditas .......................................................................................... 32
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 33
C. Rerangka Pemikiran ................................................................................ 37
D. Pengembangan Hipotesis ........................................................................ 37
1. Pengaruh Financial Distress Terhadap Keputusan Hedging ............. 37
2. Pengaruh Leverage Terhadap Keputusan Hedging............................ 39
3. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Keputusan Hedging .......... 40
4. Pengaruh Firm Size Terhadap Keputusan Hedging ........................... 41
5. Pengaruh Likuiditas Terhadap Keputusan Hedging .......................... 42
ii
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 44 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 44
B. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 44
C. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 45
1. Variabel Dependen ........................................................................... 45
2. Variabel Independen ......................................................................... 46
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 49
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 51
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 52
2. Analisis Regresi Logistik ................................................................. 52
3. Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow’s) ........................... 54
F. Uji Hipotesis ......................................................................................... 55
1. Uji Koefisien Determinasi (Nilai McFadden (R²)) .......................... 55
2. Uji G2 atau Likeihood Ratio (Uji Simultan) ..................................... 56
3. Uji Wald (Uji Parsial) ...................................................................... 57
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 59 A. Analisis Data ........................................................................................ 59
B. Hasil Analisis Data ............................................................................... 59
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 59
2. Analisis Regresi Logistik ................................................................. 65
3. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow’s) .................. 68
C. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 69
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nilai McFadden (R²)) ................. 69
2. Hasil Uji G2 atau Likeihood Ratio (Uji Simultan) ............................ 70
3. Hasil Uji Wald (Uji Parsial) ............................................................. 71
D. Pembahasan .......................................................................................... 74
1. Pengaruh Financial Distress Terhadap Keputusan Hedging ............ 74
2. Pengaruh Leverage Terhadap Keputusan Hedging .......................... 75
3. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Keputusan Hedging ......... 77
4. Pengaruh Firm Size Terhadap Keputusan Hedging .......................... 78
5. Pengaruh Likuiditas Terhadap Keputusan Hedging ......................... 80
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 82 A. Simpulan ............................................................................................... 82
B. Saran ................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Fluktuasi BI Rate dan Fed Fund Rate Periode 2014-2017 ....................... 5
1.2 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Periode 2014-2017 ... 8
1.3 Posis Utang Luar Negeri Swasta (Perusahaan Financial dan
Non-Financial) .......................................................................................... 9
2.1 Rerangka Pemikiran .................................................................................. 37
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 34
3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian ................................................... 51
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................................................. 60
4.2 Hasil Uji Regresi Logistik ......................................................................... 66
4.3 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit ................................ 69
4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (McFadden R Square) .......................... 70
4.5 Hasil Uji G2 atau Uji Likeihood Ratio (Uji Simultan) .............................. 71
4.6 Hasil Uji Uji Wald (Uji Parsial) ................................................................ 74
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Sampel Perusahaan ........................................................................ L-1
2. Hasil Perhitungan Variabel Hedging ........................................................ L-2
3. Hasil Perhitungan Variabel Financial Distres .......................................... L-3
4. Hasil Perhitungan Variabel Leverage ....................................................... L-4
5. Hasil Perhitungan Variabel Growth Opportunity ..................................... L-5
6. Hasil Perhitungan Variabel Firm Size ....................................................... L-6
7. Hasil Perhitungan Variabel Likuiditas ...................................................... L-7
8. Hasil Analisis Deksriptif ........................................................................... L-8
9. Hasil Analisis Regresi Logistik................................................................. L-9
10. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit) ... L-10
11. Nilai Chi-Square ....................................................................................... L-11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan termasuk
perekonomian. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan perekomonian
internasional mendorong setiap negara untuk ikut serta dalam pola arus ekonomi
internasional. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya
intensitas transaksi bisnis yang melibatkan antar negara yang berbeda seperti
kegiatan ekspor dan impor barang, pendanaan luar negeri, dan ekspansi bisnis.
Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan kegiatan transaksi
internasional seperti faktor teknologi, faktor politik, faktor biaya, faktor pasar,
faktor persaingan serta faktor adanya pebedaan seperti sumber daya alam, iklim,
budaya, tenaga kerja, serta jumlah penduduk (Ball dan McCulloch, 2005). Hal
tersebut menyebabkan adanya perbedaan terkait hasil produksi, keterbatasan
produksi, kesamaan selera tehadap suatu barang, keinginan untuk melakukan
kerjasama, dan hubungan politik suatu negara yang menyebabkan tidak ada suatu
negara pun didunia yang mampu untuk dapat hidup sendiri.
Transaksi perdagangan internasional yang dilakukan oleh perusahaan akan
berdampak langsung terhadap berkembangnya suatu perusahaan daripada hanya
2
melakukan bisnis pada wilayah domestik saja. Transaksi perdagangan
internasional memungkinkan perusaahaan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan dengan meningkatkan pendapatan atau dengan mengurangi bebannya
yang akan berdampak pada meningkatnya laba yang lebih tinggi suatu perusahaan
(Madura, 2000). Perdagangan Internasional tidak hanya meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan suatu negara, tetapi juga meningkatkan suatu
risiko. Risiko yang dihadapi akan semakin sulit dikarenakan adanya mata uang
yang berbeda di setiap negara, selain itu juga adanya perbedaan budaya,
perbedaan kebijakan hukum dalam perdagangan dan batas wilayah. Risiko yang
paling sering dialami oleh pelaku perdagangan internasional dalam transaksinya
adalah fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang terjadi akibat ketidak
seimbangan antara penawaran dan permintaan akan berdampak pada negatifnya
arus kas perusahaan yang dapat mengancam keberlangsungan hidup suatu
perusahaan.
Fluktuasi nilai tukar mata uang suatu negara memberikan dampak yang besar bagi
perusahaan yang memiliki arus pendapatan maupun pengeluaran dalam valuta
asing. Apresiasi maupun depresiasi mata uang dapat memberikan dampak positif
maupun negatif bagi perusahaan. Dampak positif dari depresiasi mata uang
domestik dirasakan oleh perusahaan yang melakukan ekspor atau yang memiliki
piutang dalam valuta asing karena mereka akan mendapatkan pembayaran lebih
banyak dari yang diperhitungkan sebelumnya. Bagi perusahaan yang memiliki
kewajiban dalam valuta asing, melemahnya nilai tukar mata uang domestik
merupakan kerugian bagi mereka. Ketidakpastian inilah yang dimaksud risiko
nilai tukar mata uang asing.
3
Oleh karena itu, mengingat risiko yang mungkin terjadi akibat perdagangan
internasional, perusahaan perlu melakukan manajemen risiko untuk
meminimalisir ketidakpastian yang tidak diharapkan. Dalam menimimalisir
ketidakpastian exchange rate axposure yang menimbulkan risiko yang besar bagi
pelaku ekonomi di Indonesia, pemerintah saat ini sedang mensosialisasikan
pentingnya hedging suatu perusahaan juga dilakukan untuk mematuhi Peraturan
Bank Indonesia Nomor 18/4/PBI/2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia No. 16/21/PB1/2014 Tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam
Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Non-Bank. Berdasarkan peraturan
tersebut, Bank Indonesia terus mendorong perusahan untuk melakukan lindung
nilai (hedging) atas mata uang asing mereka.
Hedging adalah tindakan melindungi perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi risiko kerugian valuta asing sebagai akibat dari transaksi bisnis
terutama dalam perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging sebagai
strategi keuangan akan memastikan bahwa nilai mata uang asing yang digunakan
untuk membayar atau jumlah mata uang asing yang akan diterima di masa depan
tidak terpengaruh oleh perubahan fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Hedging
akan melindungi aset perusahaan dari kerugian yang diakibatkan penurunan nilai
tukar, namun hedging juga akan menghilangkan kemungkinan keuntungan yang
seharusnya didapat dari peningkatan nilai tukar.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam menerapkan kebijakan hedging
adalah dengan menggunakan instrument derivatif. Instrumen derivatif merupakan
kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual atau membeli sejumlah barang
4
(baik itu aktiva finansial maupun komoditas) pada tanggal tertentu di masa datang
dengan harga yang telah disepakati (Utomo, 2000). Peluang keuntungan derivatif
ditentukan oleh kinerja aset lain yang disebut sebagai underlying assets. Perlu
diketahui bahwa underlying instruments dalam derivatif tidak terbatas pada aktiva
finansial saja, seperti saham, warrants, dan obligasi tetapi bisa terdapat pada
komoditas, seperti logam berharga, indeks saham, tingkat suku bunga dan kurs
nilai tukar yang dapat dijadikan sebagai underlying instruments dalam
perdagangan derivatif (Utomo, 2000). Dalam derivatif dapat dilakukan kontrak
perjanjian antara dua pihak untuk menjual atau membeli sejumlah barang baik
berupa aset keuangan maupun komoditas yang dijadikan sebagai objek yang
diperdagangkan pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga
yang telah disepakati saat ini oleh kedua pihak tersebut. Perusahaan menggunakan
instrumen derivatif dalam aktivitas hedging karena derivatif merupakan alat untuk
merubah atau meningkatkan eksposur keuangan perusahaan (Sherlita, 2006).
Pengambilan keputusan hedging dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan
internal perusahaan. Adapun faktor eksternal perusahaan yang mempengaruhi
keputusan hedging diantaranya adalah fluktuasi BI rate dan Fed Fund Rate (The
Fed Reserve yang menunjukkan adanya sebuah hubungan), fluktuasi nilai tukar,
dan total utang luar negeri yang dilakukan perusahaan financial dan non-financial
yang menjadi dasar acuan pertimbangan perusahaan untuk menerapkan keputusan
hedging.
5
Sumber: www.bi.go.id, www.federalreserve.gov (data diolah, 2019).
Gambar 1.1 Fluktuasi BI Rate dan Fed Fund Rate Periode 2014-2017
Gambar 1.1 di atas menunjukkan grafik Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia dan Fed Fund Rate periode 2014-2017. BI rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap rapat Dewan Gubernur
bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang
untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter (bi.go.id). Fluktuasi
tingkat suku bunga Bank Indonesia dapat mempengaruhi suku bunga pinjaman.
Tingginya suku bunga pinjaman akan memberatkan perusahaan yang
membutuhkan dana untuk kelangsungan bisnisnya. Namun suku bunga acuan di
Indonesia tidak terlepas dari suku bunga pinjaman The Fed yang tercermin dalam
Fed Fund Rate yaitu suku bunga acuan di negara Amerika Serikat. Hal tersebut
disebabkan karena dana asing yang keluar dan masuk ke negara Indonesia
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
8,00%
9,00%
2014 2015 2016 2017
BI RATE FED FUN RATE
6
dipengaruhi oleh tingkat Fed Fund Rate. Fed Fund Rate merupakan acuan bagi
investor atau kreditur dalam memilih tempat yang tepat untuk menginvestasikan
uangnya. Bank luar negeri atau bank asing yang berada di Indonesia menetapkan
bunga pinjamannya berdasarkan Fed Fund Rate, sehingga hal ini menjadi pilihan
alternatif bagi perusahaan ekspor-impor dalam memilih bank dalam meminjam
valuta asing untuk melakukan transaksi perdagangan.
Seperti dalam Gambar 1.1 dalam kurun waktu empat tahun, suku bunga Bank
Indonesia akhir tahun 2014 sebesar 7,75 persen, pada saat yang sama Fed Fund
Rate sebesar 0,09 persen, kemudian tahun 2015 ketika Fed Fund Rate naik
menjadi 0,13 persen namun BI rate turun menjadi 7,50 persen, tahun 2016 Fed
Fund Rate naik menjadi 0,39 persen namun BI rate mengalami penurunan yang
sangat signifikan menjadi 4,75 persen, tahun 2017 Fed Fund Rate mengalami
kenaikan yang sangat signifikan menjadi 1 persen namun BI rate turun menjadi
4,25 persen. Dalam kurun waktu empat tahun tersebut tingkat BI rate selalu jauh
lebih tinggi dari Fed Fun Rate, dan rentang perbedaan tingkat suku bunga yang
sangat jauh yaitu lebih dari 6 persen. Hal ini menjadi suatu peluang bagi
perusahaan dalam memilih tingkat suku bunga bank untuk melakukan pinjaman.
Fluktuasi BI rate menjadi salah satu sumber risiko keuangan perusahaan karena
bunga pinjaman yang disyaratkan biasanya lebih tinggi dari BI rate. Semakin
tinggi suku bunga pinjaman maka semakin besar beban bunga yang harus
dibayarkan oleh perusahaan peminjam, sehingga perusahaan berpotensi
mengalami gagal bayar karena tidak mampu lagi membayar utang dan bunga yang
7
terlalu tinggi. Sehingga fluktuasi tingkat suku bunga Bank Indonesia dapat
dijadikan acuan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas hedging atau tidak.
Bagi pelaku impor atau ekspor, pilihan untuk meminjam dana dalam mata uang
asing dan suku bunga yang diterapkan oleh pemberi pinjaman (bank luar negeri
atau bank dalam negeri) menjadi sangat penting sehubungan pendapatan bisnis.
Misalkan saja importir membutuhkan dana sebanyak $10.000 yang harus ada saat
ini. Terdapat dua pilihan yaitu pinjam pada bank dalam negeri dengan suku bunga
kredit dalam mata uang rupiah sebesar 7 persen per tahun (suku bunga pinjaman
acuan adalah BI rate) atau pinjam pada bank luar negeri dengan suku bunga kredit
dalam mata uang US Dollar sebesar 1 persen per tahun (suku bunga pinjaman
acuan adalah Fed Fun Rate).
Apabila pinjam dalam US Dollar pada bank luar negeri, maka bunga yang
dibayarkan sebesar 1% x $10.000 adalah $ 100 berbeda dengan pinjam di bank
dalam negeri, maka bunga yang dibayarkan adalah 7% x ($10000 * 13.500 (kurs
jual US Dollar dimisalkan)) maka bunga yang dibayarkan sebesar Rp. 9.450.000 =
$700. Sehingga terdapat selisih beban bunga sebesar $600. Hal ini akan
menguntungkan perusahaan dalam melakukan pinjaman pada bank luar negeri,
karena tingkat suku bunga bank luar negeri yang lebih rendah.
8
Sumber: www.bi.go.id (data diolah, 2019).
Gambar 1.2 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Periode
2014-2017
Gambar 1.2 menunjukkan grafik pergerakan fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap
mata uang Dollar Amerika (USD) pada periode 2014-2017, dengan pengamatan per 3
bulan. Dalam gambar grafik tersebut merupakan harga mata uang Rupiah terhadap
satu Dollar Amerika. Nilai tukar adalah rasio harga mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain (Horne dan Wachowicz, 2005). Fluktuasi mata uang
mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional seperti perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang melakukan pembayaran dan/atau menerima pendapatan dalam valuta
asing dan melakukan aktivitas ekspor-impor antar negara menggunakan valuta asing.
Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang US Dollar dari tahun 2014 hingga tahun 2017
mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada periode bulan September 2015, mata uang
Rupiah terdepresiasi terhadap US Dollar, dengan nilai sebelumnya pada bulan Juni
2013 senilai Rp. 13.332/$ menjadi Rp. 14.657/$ jadi terdapat peningkatan Rp. 1.325/$.
Apabila terdapat perusahaan yang membuat perjanjian atau melakukan aktivitas ekspor
ke suatu negara dengan menggunakan mata uang US Dollar pada Juni 2015 sementara
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
Jan'14
Mar'14
Jun'14
Sep'14
Des'14
Jan'15
Mar'15
Jun'15
Sep'15
Des'15
Jan'16
Mar'16
Jun'16
Sep'16
Des'16
Jan'17
Mar'17
Jun'17
Sep'17
Des'17
9
September 2015 adalah periode jatuh tempo, maka penjualan tersebut akan mengalami
penambahan pendapatan dari perubahan kurs yang terjadi. Perusahaan akan menerima
tambahan pendapatan perusahaan akan membayar lebih dari Rp. 1.325/$ dari jumlah
transaksi yang seharusnya dikalikan dengan jumlah penjualan.
Hal sebaliknya bisa terjadi apabila sebuah perusahaan Indonesia melakukan
perjanjian atau aktivitas impor barang dari suatu negara dengan menggunakan mata
uang US Dollar pada Juni 2015 dan jatuh tempo pada bulan september 2015, maka
pembeli tersebut akan mengalami kerugian. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh
melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar yang membutuhkan tambahan jumlah
uang yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.325/$ dari jumlah transaksi yang seharusnya
dikalikan dengan jumlah pembelian barang pada saat jatuh tempo. Namun, kasus ini
tidak akan terjadi jika perusahaan menggunakan salah satu instrumen derivatif
sebagai aktivitas lindung nilai untuk menutupi kerugian yang akan timbul dari risiko
depresiasi mata uang Rupiah.
Sumber: www.bi.go.id (data diolah, 2019)
Gambar 1.3 Posisi Utang Luar Negeri Swasta (Perusahaan Financial dan
Non-Financial) (dalam juta dollar)
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
2014 2015 2016 2017
Financial Non-financial
10
Gambar 1.3 menunjukkan pergerakan posisi utang luar negeri swasta yang
dilakukan oleh perusahaan financial dan non-financial yang ada di Indonesia
selama tahun 2014-2017. Utang luar negeri swasta Indonesia mengalami fluktuasi
yang signifikan. Pada tahun 2015 utang luar negeri swasta pada perusahaan
financial yang ada di Indonesia meningkat sebesar 2,81% dari tahun 2014,
sedangkan untuk utang luar negeri swasta pada perusahaan financial yang ada di
Indonesia tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 6,83% dari tahun 2015 dan
pada tahun 2017 utang luar negeri swasta pada perusahaan financial yang ada di
Indonesia meningkat kembali sebesar 3,01%. Pada tahun 2015 utang luar negeri
swasta pada perusahaan non-financial yang ada di Indonesia meningkat sebesar
2,75% dari tahun 2014, sedangkan untuk utang luar negeri swasta pada
perusahaan non-financial yang ada di Indonesia tahun 2016 mengalami penurunan
sebesar 2,77% dari tahun 2015 dan pada tahun 2017 utang luar negeri swasta pada
perusahaan non-financial yang ada di Indonesia meningkat kembali sebesar
7,67%.
Dari gambar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat utang pada
perusahaan financial dan non-financial di Indonesia sejak tahun 2014 hingga 2017
cenderung mengalami peningkatan jumlah utang walaupun mengalami penurunan
jumlah utang di tahun 2016. Akan tetapi data tersebut menjelaskan bahwa
perusahaan non-financial di Indonesia cenderung menggunakan utang luar negeri
swasta lebih banyak daripada perusahaan financial di Indonesia, maka dari itu
penelitian ini menggunakan perusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai subjek penelitian. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
perusahaan-perusahaan non-financial di Indonesia secara rutin dan intensif untuk
11
mencari pendanaan tambahan bagi perusahaannya yang digunakan untuk berbagai
kegiatan operasionalnya maupun kegiatan investasinya. Meningkatnya jumlah
utang perusahaan non-financial pada tiap tahunnya akan menambah risiko yang
mungkin dihadapi perusahaan. Salah satu risiko yang akan dihadapi perusahaan
apabila tingkat utang semakin meningkat dan di saat bersamaan terjadi
peningkatan nilai tukar terhadap mata uang asing dimana perusahaan melakukan
pinjaman. Hal ini akan menambah jumlah beban yang harus dibayar, maka dari itu
tingkat utang luar negeri swasta pada perusahaan non-financial dapat dijadikan
acuan oleh perusahaan untuk melakukan keputusan dalam melakukan aktivitas
hedging atau tidak.
Selain didorong oleh faktor eksternal, perusahaan melakukan keputusan hedging
juga dipengaruhi dari faktor internal perusahaan. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang mempengaruhi aktivitas
hedging dengan instrumen derivatif. Berikut penjelasan dari faktor-faktor internal
yang mendorong perusahaan untuk melakukan keputusan hedging.
Faktor internal yang pertama adalah financial distress, financial distress dapat
dikatakan sebagai kondisi suatu perusahaan memiliki hutang yang tinggi sehingga
tidak mampu membayar kewajibannya untuk melunasi hutang tersebut.
Perusahaan yang memiliki indikasi kesulitan keuangan akan lebih berhati-hati
dalam mengelola keuangannya sehingga didorong untuk melindungi perusahaan
terhadap risiko dengan lindung nilai keputusan (Putro dan Chabachib, 2012).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Guniarti (2014) menyatakan bahwa
variabel financial distress berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging.
12
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sprcic dan Sevic (2012) juga
mendukung hal tersebut. Namun, Pernyataan berbeda disampaikan oleh Arnold et
al. (2014), Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) dan Krisdian dan Badjra (2017)
bahwa variabel financial distress berpengaruh positif terhadap keputusan hedging.
Hasil yang berbeda yang dilakukan oleh Putro dan Chabachib (2012) menyatakan
bahwa variabel financial distress tidak terpengaruh terhadap keputusan hedging.
Faktor internal kedua adalah leverage, rasio leverage menunjukkan seberapa besar
pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang, sehingga dapat dikatakan rasio ini
dapat diketahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam menggunakan uang
pinjamannya. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Krisdian dan Badjra
(2017) menyatakan bahwa variabel leverage perusahaan berpengaruh positif
terhadap keputusan hedging. Hal ini terjadi karena hutang merupakan salah satu
alternatif pendanaan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya.
Ketersediaan dana membuat perusahaan mampu untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya, sehingga semakin tinggi leverage perusahaan maka akan semakin
besar tindakan hedging yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk risik
(Guniarti, 2014). Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Putro
dan Chabachib (2012), Guniarti (2014) dan Arnold et al. (2014) juga mendukung
hal tersebut. Namun, pernyataan yang berbeda muncul dari penelitian Ahmad dan
Haris (2012) bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap penggunaan instrumen
derivatif sebagai keputusan hedging, sedangkan pada penelitian Kussulistyanti
dan Mahfudz (2016) menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap keputusan hedging.
13
Faktor internal ketiga adalah growth opportunity. Perusahaan dengan tingkat
oportunitas pertumbuhan yang lebih besar akan menghadapi masalah menurunnya
kemampuan perusahaan dalam mendanai investasinya, karena perusahaan
membutuhkan modal tambahan dari pihak eksternal dalam jumlah yang besar
untuk membiayai kegiatan perusahaan. Pendanaan melalui hutang dari pihak
eksternal akan mempunyai risko yang dapat mempengaruhi aliran arus kas
internal perusahaan seperti risiko fluktuasi nilai tukar mata uang dan fluktuasi
tingkat suku bunga, sehingga perusahaan lebih termotivasi untuk menerapkan
kebijakan hedging untuk melindungi nilai aset dan tingkat hutang akibat risiko
tersebut dan perusahaan dapat mempertahankan kemampuannya dalam mendanai
suatu investasi (Guniarti, 2014). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) menyatakan bahwa variabel growth
opportunity berpengaruh positif terhadap keputusan hedging. Beberapa penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Putro dan Chabachib (2012), Ahmad dan Haris
(2012), dan Sprcic dan Sevic (2012) juga mendukung hal tersebut. Namun,
pernyataan yang berbeda muncul dari penelitian Guniarti (2014) bahwa variabel
growth opportunity berpengaruh positif tetapi pada penelitiannya tidak
menemukan bukti signifikan yang mendukung growth opportunity memengaruhi
keputusan hedging. Pernyataan yang berbeda juga muncul dari penelitian yang
dilakukan Widyagoca dan Lestari (2016) menyatakan bahwa variabel growth
opportunity tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging.
Faktor internal keempat adalah ukuran perusahaan, ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi kemudahan perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan
baik eksternal maupun internal. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
14
Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) menyatakan bahwa variable firm size
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging. Perusahaan yang
lebih besar tentunya memiliki aktivitas operasional yang luas dan lebih berisiko
karena adanya kemungkinan besar untuk bertransaksi ke berbagai negara. Ketika
perusahaan dengan ukuran yang besar beroperasi di berbagai negara, maka
perusahaan tersebut akan menggunakan mata uang yang berbeda-beda. Dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya tersebut, perusahaan akan menemui risiko
fluktuasi nilai tukar mata uang. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
akan semakin besar alasan perusahaan untuk melakukan aktivitas hedging dalam
rangka melindungi perusahaan dari risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Guniarti
2014). Beberapa penelitian sebelumnya dengan hasil yang sama juga dilakukan
oleh Putro dan Chabachib (2012), Arnold et al. (2014), dan Guniarti (2014).
Namun, pernyataan yang berbeda muncul dari penelitian Krisdian dan Badjra
(2017) yang menyatakan bahwa firm size berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap keputusan hedging. Pernyataan yang berbeda juga muncul dari penelitian
yang dilakukan menyatakan bahwa variabel firm size berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap keputusan hedging.
Faktor internal kelima adalah likuiditas, likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Kussulistyanti dan Mahfudz (2016)
menyatakan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
keputusan hedging. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas lebih tinggi akan
berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mencari sumber pembiayaan eksternal
yang mahal, sehingga beban perusahaan dalam hal kewajiban jangka pendek
15
kepada pihak lain menjadi berkurang. Perusahaan akan semakin merasa berat
apabila terdapat kewajiban jangka pendek yang menggunakan mata uang asing.
Nilai kewajiban tersebut dapat berfluktuasi apabila terjadi fluktuasi mata uang
asing terhadap Rupiah, sehingga jumlah yang dibayarkan akan meningkat dan
membebani perusahaan. Oleh karena itu, semakin likuid suatu perusahaan maka
akan semakin rendah motivasi perusahaan dalam pengambilan keputusan
kebijakan hedging, karena perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tanpa memerlukan pendanaan eksternal yang lebih dalam mata uang
asing yang dapat menimbulkan risiko gagal bayar akibat fluktuasi nilai tukar mata
uang. Penelitian dengan hasil yang sama juga dilakukan oleh Ahmad dan Haris
(2012). Namun, pernyataan yang berbeda muncul dari penelitian Guniarti (2014)
yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan
terhadap keputusan hedging. Pernyataan yang berbeda juga muncul dari penelitian
yang dilakukan Putro dan Chabachib dan Widyagoca dan Lestari (2016) yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
keputusan hedging.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan faktor-
faktor internal yang mempengaruhi keputusan hedging, masih terdapat
kesenjangan antara peneliti satu dengan peneliti lainnya, sehingga penulis tertarik
untuk meneliti apakah suatu perusahaan perlu melakukan hedging atau tidak.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
peneliti mengambil judul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Hedging Pada Perusahaan Non-Financial Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2017”.
16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh financial distress terhadap keputusan hedging?
2. Apakah terdapat pengaruh leverage terhadap keputusan hedging?
3. Apakah terdapat pengaruh growth opportunity terhadap keputusan hedging?
4. Apakah terdapat pengaruh firm size terhadap keputusan hedging?
5. Apakah terdapat pengaruh likuiditas terhadap keputusan hedging?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh financial distress terhadap keputusan hedging.
2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap keputusan keputusan hedging.
3. Untuk mengetahui pengaruh growth opportunity terhadap keputusan hedging.
4. Untuk mengetahui pengaruh firm size terhadap keputusan keputusan hedging.
5. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap keputusan keputusan
hedging.
17
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara
lain, sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan referensi
bagi perusahaan untuk mengambil langkah yang strategis dalam pengambilan
keputusan lindung nilai untuk memitigasi risiko yang terjadi akibat fluktuasi
nilai tukar.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi investor dalam
perencanaan investasi pada suatu perusahaan yang bisa tanggap dalam
melindungi aset perusahaannya.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan pemahaman
serta dapat dijadikan sebagai referensi, bahan diskusi, dan menjadi pedoman
bagi peneliti selanjutnya terutama di bidang manajemen keuangan.
II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Risiko dan Manajemen Risiko
Risiko umumnya dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang bisa
mengahalangi perusahaan mencapai tujuannya. Menurut Hanafi (2009) risiko
didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Umumnya definisi risiko untuk
analisis investasi adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari
yang diharapkan. Risiko juga dapat didefinisikan sebagai volatilitas outcome yang
umumnya berupa nilai dari suatu aktiva atau utang, kegiatan usaha suatu
perusahaan selalu berhubungan dengan berbagai bentuk risiko, risiko di dalam
perusahaan dapat didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu kejadian yang
dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan (Ghozali, 2007). Berdasarkan sudut
pandang perusahaan, risiko menimbulkan kerugian merupakan risiko yang harus
dihilangkan atau diminimalisir.
Risiko memiliki tiga komponen utama yaitu kemungkinan (probability), kejadian
(event), dan kerugian (loss). Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut
tidak terjadi, maka dapat dikatakan bahwa risiko tidak terjadi. Risiko dapat
diartikan juga sebagai ketidakpastian (uncertainty) dan memiliki objek risiko atau
19
eksposur. Secara statistik risiko merupakan volatilitas dari sesuatu dapat berupa
pendapatan, laba, biaya, dan sebagainya. Volatilitas merupakan ukuran
penyebaran yang dalam statistik diukur dengan variance atau standar deviasi.
Semakin besar nilai variance atau standar deviasi, maka akan semakin besar
risikonya (Ghozali, 2007).
Umumnya risiko dikalsifikasikan berdasarkan penyebabnya, risiko yang timbul
karena pergerakan pasar dikategorikan sebagai risiko pasar. Pergerakan harga
pasar yang dimaksud adalah perubahan harga saham, nilai tukar, suku bunga, dan
harga komoditas. Risiko kredit merupakan risiko yang berasal dari pemberian
kredit oleh perusahaan. Sedangkan risiko yang disebabkan oleh tindakan manusia,
proses, infrastuktur atau teknologi yang memiliki dampak operasional perusahaan
disebut risiko operasional. Oleh karena itu, Ghozali (2007) mengklasifikasikan
risiko ke dalam beberapa jenis, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, dan risiko
kepatuhan. Dari kedelapan risiko yang dijelaskan Ghozali (2007), risiko pasar
merupakan risiko yang pasti dihadapi perusahaa, khususnya perusahaan pada era
globalisasi.
Manajemen risiko merupakan serangkaian proses identifikasi peristiwa-peristiwa
yang memiliki kemungkinan, yang kemudian dapat memberikan informasi
konsekuensi keuangan yang berpotensi merugikan perusahaan, sehingga
manajemen bisa mengambil tindakan untuk melakukan pencegahan dan
meminimalisasi kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa tersebut
(Brigham dan Houston, 2006). Manajemen risiko merupakan suatu proses yang
20
terus berjalan dan harus diterapkan dalam semua aspek organisasi. Penerapan
manajemen risiko juga harus terus ditetapkan secara simultan dan bukan
merupakan proyek musiman (Yung, 2006).
Manjemen risiko yang baik akan mendorong perusahaan untuk memperluas
kesempatan tumbuh di masa depan dengan tetap menjaga nilai yang sudah dicapai
perusahaan (Ampomah dan Collier, 2005). Manajemen risiko yang baik
merupakan manajemen risiko yang sesuai dengan tujuan perusahaan dan risiko
yang dihadapi perusahaan. Perusahaan yang menerapkan aktivitas manajemen
risiko yang baik akan menawarkan kepastian bagi para pemegang saham. Oleh
karena itu, dengan memberikan rasa aman kepada para pemegang saham,
manajemen risiko yang tepat bisa dengan sendirinya menghasilkan nilai tambah
bagi perusahaan.
Penerapan manajemen risiko dalam suatu perusahaan harus disesuaikan dengan
tujuan dan risiko yang dihadapi perusahaan. Manajemen risiko yang tepat
terhadap risiko tertentu yang tidak diminimalisir oleh para investor, akan
memberikan nilai lebih bagi perusahaan yang menerapkannya. Dalam hal ini,
risiko pasar merupakan risiko yang umumnya bersifat sistemastis, sehingga tidak
akan bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi portofolio (Bartram, 2000).
Hal tersebut dikarenakan risiko pasar yang umumnya berkaitan dengan perubahan
kondisi perekonomian secara makro, sehingga fluktuasi suku bunga acuan, nilai
tukar, dan harga komoditas akan mempengaruhi volatilitas laba perusahaan.
Perusahaan dengan laba yang tidak stabil akan memberikan sinyal negatif kepada
investor, karena investor tidak bisa memprediksikan kondisi perusahaan secara
21
tepat di masa depan (Dyah, 2013). Kebijakan lindung nilai merupakan pilihan
yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi berbagai fluktuasi di masa
depan. Perusahaan yang menerapkan lindung nilai akan meiliki laba yang lebih
stabil, sehingga investor akan menerimanya sebagai sinyal positif (Dyah, 2013).
Para investor akan mengartikan sinyal tersebut sebagai berkurangnya risiko
kegagalan yang dimiliki perusaahaan, sehingga penilaian terhadap perusahaan
akan meningkat.
2. Eksposur Valuta Asing
Eksposur valuta asing adalah sensitivitas perubahan nilai riil aset, kewajiban atau
pendapatan operasional yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap
perubahan nilai tukar yang tidak diperkirakan (Levi, 2001). Eksposur valuta asing
berhubungan dengan nilai mata uang domestik riil, yang terdapat pada aset dan
kewajiban, atau pada pendapatan operasi perusahaan sehingga nilai aset dan
kewajiban ditentukan pada suatu saat tertentu, dan nilai pendapatan operasi
dihitung selama periode waktu tertentu. Perubahan kurs yang lebih besar atau
lebih kecil dari yang diharapkan akan menimbulkan keuntungan atau kerugian
atas aset, kewajiban, atau pendapatan operasi.
Eksposur valuta asing akan terjadi pada perusahaan yang mengalami fluktuasi
valuta asing baik dari transaksi penjualan, pembelian, atau keduanya
menggunakan mata uang asing (Horne dan Wachowicz, 2005). Eksposur terhadap
perubahan nilai tukar dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu eksposur
translasi, eksposur transaksi, dan eksposur ekonomi. Berikut penjelasan menurut
Horne dan Wachowicz (2005):
22
a. Eksposur Translasi
Eksposur translasi merupakan perubahan laba akuntansi dan neraca yang
disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Penggunaan mata uang fungsional penting
untuk penentuan proses translasi. Jika mata uang lokal digunakan, semua aktiva
dan kewajiban ditranslasikan pada nilai tukar saat ini. Selain itu, keuntungan dan
kerugian translasi tidak tercermin dalam laporan laba rugi, namun diakui di
ekuitas pemilik sebagai penyesuaian translasi.
b. Eksposur Transaksi
Eksposur transaksi mencakup keuntungan dan kerugian yang terjadi ketika
menyelesaikan transaksi luar negeri tertentu yang berhubungan dengan
penyelesaian transaksi tertentu, seperti penjualan kredit, pada satu nilai tukar
ketika kewajibannya dicatat pada nilai tukar lainnya. Dalam semua transaksi,
istilah eksposur transaksi biasanya digunakan dalam hubungannya dengan
perdagangan luar negeri, yaitu impor atau ekspor tertentu dengan menggunakan kredit
rekening terbuka atau open-account credit.
c. Eksposur Ekonomi
Eksposur ekonomi adalah perubahan nilai suatu perusahaan yang mengiringi
perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi. Eksposur ekonomi tidak memiliki
deskripsi sejelas eksposur translasi maupun transaksi. Eksposur ekonomi
bergantung pada apa yang terjadi pada arus kas yang diharapkan di masa
mendatang, sehingga subjektivitas perlu dilibatkan.
23
3. Lindung Nilai (Hedging)
Lindung nilai (hedging) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melindungi
sebuah perusahaan dari risiko kerugian atas valuta asing sebagai akibat dari
terjadinya transaksi bisnis (Madura, 2000). Aktivitas hedging merupakan salah
satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging
merupakan salah satu alternatif manajemen risiko yang bertujuan untuk
meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh risiko atas valuta asing. Prinsip
dasar hedging adalah untuk menutupi kerugian yang muncul pada posisi aset awal
dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedging,
hedger hanya memiliki sejumlah aset awal, setelah melakukan hedging, hedger
memegang sejumlah aset awal dan sejumlah instrumen hedging (Sunaryo, 2009).
Hedging sebagai strategi keuangan akan memastikan bahwa nilai mata uang yang
digunakan untuk membayar (outflow) atau sejumlah uang asing yang akan
diterima (inflow) dimasa datang tidak terpengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata
uang asing (Fitriasari, 2011). Bagi perusahaan yang melakukan perdagangan
multinasional, aktivitas hedging bisa menjadi sarana manajemen risiko untuk
melindungi perusahaan dari ancaman fluktuasi tingkat suku bunga dan fluktuasi
nilai tukar mata uang. Karena perusahaan yang melakukan eksposur transaksi,
pasti akan merasakan dampak dari fluktuasi nilai tukar mata uang asing maupun
tingkat suku bunga yang mengambang.
Hedging juga dapat mengurangi kemungkinan bangkrut, memungkinkan
perusahaan untuk mendapatkan kredit dari kreditor dengan lebih mudah, menjalin
kerjasama yang lebih baik dengan pemasok, dan memungkinkan perusahaan
24
untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah karena risiko
yang dirasakan oleh pemberi pinjaman lebih rendah (Hull, 2008).
Hedging dapat dilakukan dengan menggunakan instrument on-balance sheet atau
off-balance sheet (Fok et al., 1997). Hedging on-balance sheet dilakukan dengan
cara meminjam mata uang asing yang digunakan untuk pembiayaan aktivitas luar
negeri, atau dengan menyimpan dalam mata uang asing. Sementara itu hedging
off-balance sheet dapat dilakukan dengan membeli instrument derivatif, seperti
kontrak forward, kontrak future, opsi dan swap
4. Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif bukan merupakan sebuah klaim atas arus pendapatan seperti
saham dan obligasi, tetapi instrumen derivatif merupakan kontrak perjanjian
antara dua pihak yang bersedia untuk menjual atau membeli sejumlah barang baik
berupa aset keuangan maupun komoditas pada tanggal tertentu di masa yang akan
datang dengan harga yang telah disepakati oleh kedua pihak sebelumnya. Salah
satu cara untuk meminimalisasi risiko dari fluktuasi valuta asing yang akan terjadi
di masa depan, hedging dapat dilakukan dengan menggunakan instumen derivatif
yaitu melalui kontrak forward, kontrak futures, opsi (option) dan swap (Horne dan
Wachowicz, 2005).
a. Kontrak Forward
Kontrak forward adalah perjanjian yang mengikat antara dua pihak untuk
membeli atau menjual suatu aset pada waktu tertentu di masa yang akan datang
25
dengan harga tertentu. Kontrak forward diperdagangkan pada pasar over-the-
counter, biasanya dilakukan antara dua lembaga keuangan atau antara lembaga
keuangan dan salah satu kliennya. Kontrak forward adalah salah satu alat paling
mendasar untuk mengelola risiko keuangan.
Satu mekanisme transaksi pada kontrak ini adalah long position (setuju membeli)
dan short position (setuju untuk menjual suatu aset pada hari dan harga tertentu).
Kontrak forward menetapkan tujuannya atas sesuatu di masa depan dalam
kaitannya dengan jumlah dan sifat transaksi, tanggal jatuh tempo dan harga
tertentu. Kontrak ini merupakan kontrak yang bersifat khusus antara pembeli dan
penjual dan seringkali dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Pembeli
dan penjual keduanya menanggung risiko counterparty, yaitu risiko bahwa pihak
lain pada kontrak forward dapat melakukan evaluasi atas risiko kredit pada pihak
lainnya.
Kontrak forward sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ingin
melakukan hedging. Untuk melakukan hedging dengan menggunakan kontrak
forward, perusahaan multinasional harus membeli kontrak forward untuk valuta
yang sama dengan valuta yang mendominasi kewajiban dimasa depan. Madura
(2000) menjelaskan bahwa kontrak forward diimplementasikan menggunakan
kurs forward (forward rate) dimana kurs forward mewakili kurs penukaran valuta
pada suatu waktu di masa depan. Jika perusahaan multinasional memperkirakan
akan adanya kebutuhan atau penerimaan suatu valuta asing tertentu di masa
depan, perusahaan tersebut dapat melakukan kontrak forward untuk mengunci
kurs permbelian atau penjualan valuta tersebut.
26
b. Kontrak Future
Kontrak futures merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau menjual aset
pada suatu periode tertentu di masa yang akan datang dengan kepastian harga
yang telah disepakati sebelumnya (Hull, 2008). Kontrak futures hampir sama
dengan kontrak forward, yang membedakannya adalah kontrak futures dilakukan
di bursa terorganisir yang biasa disebut futuress market. Kontrak Future dapat
digunakan perusahaan-perusahaan untuk meng-hedge exposure transaksi.
Sebuah perusahaan yang membeli kontrak currency futures berhak menerima
suatu valuta asing dengan jumlah tertentu, dengan harga tertentu, dan pada tanggal
tertentu. Untuk meng-hedge kewajiban valuta asing di masa mendatang,
perusahaan mungkin ingin membeli kontrak currency futures yang mewakili
valuta yang sama dengan valuta yang mendominasi kewajiban tersebut. Dengan
memegang kontrak ini, perusahaan dengan demikian telah memegang jumlah
valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban dimasa depan
(Madura, 2000).
Kontrak futures tentunya dapat mengurangi exposure transaksi perusahaan, namun
kontrak future kadang-kadang juga bisa merugikan. Hal tersebut terjadi setelah
perusahaan meng-hedge kewajiban di masa mendatang, kurs spot di masa
mendatang ternyata lebih daripada kurs yang telah disepakati oleh kontrak
currency future. Jika perusahaan memperkirakan nilai valuta asing akan
mengalami depresiasi pada saat dana harus dikeluarkan untuk membayar
kewajiban, perusahaan sebaiknya tidak perlu membeli kontrak future. Meskipun
begitu, karena tidak pastinya fluktuasi nilai valuta asing di masa mendatang,
27
perusahaan mungkin sebaiknya melakukan hedging untuk menghilangkan
eksposur terhadap fluktuasi nilai tukar.
c. Opsi (Option)
Opsi merupakan suatu kontrak derivatif yang berupa hak bagi pemegang kontrak
untuk melaksanakan atau tidaknya isi kontrak tersebut, yang bisa berisi hak untuk
menjual atau membeli pada harga dan waktu yang telah ditetapkan. Opsi hanya
akan disebut sebagai instrument derivatif, ketika opsi telah tersambung ke suatu
aset keuangan lainnya yang biasa disebut sebagai underlying assets. Umumnya
sebuah opsi berlaku pada suatu periode yang sudah ditentukan dan akan tidak
berlaku lagi setelah periode tersebut. Terdapat beberapa jenis aset keuangan yang
biasa menjadi underlying assets, seperti obligasi dan saham. Dengan demikian,
kontrak opsi bukan kewajiban melainkan memberikan pilihan kepada
pemegangnya untuk melakukan langkah tertentu. Menurut Utomo (2000) bahwa
opsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Opsi jual (put option) merupakan suatu perjanjian yang memberikan hak
bagi pemegangnya untuk menjual suatu underlying assets pada jumlah,
harga, dan periode waktu yang telah ditentukan.
2. Opsi beli (call option) merupakan suatu perjanjian yang meberikan hak
bagi pemegangnya untuk membeli suatu underlying assets pada jumlah,
harga, dan periode waktu yang telah distentukan.
d. Swap
Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk saling menukar aliran arus kas
secara periodik selama periode tertentu pada masa mendatang menurut aturan
28
yang disepakati (Marcus, 2006). Kontrak swap ini ditentukan oleh kedua belah
pihak secara spesifik terhadap tanggal pembayaran dan cara menghitung jumlah
uang yang akan dibayarkan masing-masing kedua pihak. Ada dua jenis utama
kontrak swap yaitu coupon swap dan basis swap, berikut ini penjelasan mengenai
dua jenis kontrak swap (Utomo, 2000):
1. Coupon swap, terdapat satu pihak membayar bunga pada tingkat bunga
tetap (fixed rate) pada saat perdagangan sebagai suatu spread terhadap
suatu obligasi, sementara pihak lain membayar pada tingkat bunga
mengambang (floating rate) yang disesuaikan secara periodik sepanjang
umur perjanjian.
2. Basis swap, yakni dua pihak saling menukar pembayaran bunga
mengambang berdasarkan tingkat referensi yang berbeda, dengan
demikian mekanisme yang berlangsung semacam ini, transaksi swap
mengubah aliran aktiva, hutang, atau aliran kas dari satu jenis ke jenis lain
dan dari mata uang ke mata uang lainnya.
5. Financial Distress
Financial distress merupakan suatu pengukuran yang mengindikasikan kesulitan
dalam pengembalian kewajiban perusahaan kepada kreditur, atau dapat disebut
sebagai pengukur kebangkrutan perusahaan (Fatmawati, 2017). Financial distress
dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari proses operasinya, selain itu financial distress juga biasanya dihadapi
oleh perusahaan yang menggunakan hutang lebih tinggi di banding dengan modal
sendiri atau dapat dikatakan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
29
Salah satu penyebab kesulitan keuangan adalah adanya serangkaian kesalahan,
pengambilan keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan-kelemahan yang saling
berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung
kepada manajemen serta tidak adanya atau kurangnya upaya mengawasi kondisi
keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan, hal ini
memberikan kesimpulan bahwa tidak menjamin perusahaan besar dapat
menghindari masalah ini, sebab financial distress berkaitan dengan keuangan
perusahaan dimana setiap perusahaan pasti akan beurusan dengan keuangan untuk
menjaga kelangsungan operasinya (Brigham dan Daves, 2003). Perusahaan yang
memiliki rasio financial distress yang tinggi akan lebih berhati-hati dalam
mengelola keuangannnya, sehingga lebih memungkinkan untuk mencari suatu
mekanisme pengalihan risiko salah satunya dengan melakukan keputusan hedging
(Putro dan Chabachib, 2012).
6. Leverage
Leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menggunakan pendanaan melalui utang (Brigham dan Houston, 2006). Rasio
leverage yang tinggi menunjukkan pendanaan perusahaan didominasi oleh utang,
jadi rasio leverage yang baik adalah perusahaan yang memiliki aset lebih besar
dari pada hutang. Menurut Horne dan Wachowicz (2005) ada dua jenis rasio
leverage, yaitu debt to total asset ratio dan debt to equity ratio. Debt to Tottal
Asset Ratio, rasio ini menunjukkan perbandingan total utang perusahan terhadap
total aset perusahaan. Debt to Equity Ratio, rasio ini menunjukkan perbandingan
total utang perusahaan dengan ekuitas dan menunjukkan kemampuan modal
30
perusahaan sendiri untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Hutang dapat
meningkatkan laba sebuah perusahaan namun juga akan meningkatkan risiko yang
dihadapi perusahaan tersebut.
Rasio hutang yang tinggi akan memudahkan suatu perusahaan untuk mendanai
segala kebutuhan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, baik mendanai kegiatan
operasional maupun kebutuhan ekspansi yang membuat perusahaan tersebut
semakin besar. Ketersediaan hutang tersebut akan memperlancar aliran kas yang
mendukung segala macam kegiatan untuk menjawab permintaan pasar dan
meningkatkan profitabilitas. Akan tetapi dengan kegiatan tersebut akan
menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya biaya kebangkrutan, biaya
keagenan, tingkat pengembalian bunga yang lebih tinggi, dan terciptanya asimetri
informasi (Modigliani, 1958). Ketika sebuah perusahaan memiliki rasio hutang
yang tinggi, maka akan semakin besar keputusan perusahaan untuk melakukan
hedging untuk mengurangi risiko yang terjadi, karena apabila perusahaan tidak
dapat menyelesaikan kewajibannya akan berakibat pada kerugian atau yang lebih
buruk adalah kebangkrutan (Guniarti, 2014).
7. Growth Opportunity
Growth opportunity yang tinggi menunjukkan peluang perusahaan untuk dapat
memperbesar operasinya semakin besar. Hal ini membuat perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya, sehingga untuk dapat menjawab
kesempatan tersebut, kebutuhan dana dalam jumlah yang besar untuk membiayai
pertumbuhan tersebut di masa yang akan datang sangat dibutuhkan. Salah satu
31
alternatif pendanaan yang bisa digunakan perusahaan yaitu dengan menggunakan
utang. Perusahaan akan mempertahankan pendapatan yang diperoleh untuk
diinvestasikan kembali dan terus menggunakan alternatif pendanaan melalui
hutang (Guniarti, 2014). Hal tersebut akan berbeda jika perusahaan yang memiliki
tingkat kesempatan pertumbuhan perusahaan yang rendah sehingga tidak
membutuhkan pembiayaan alternatif melalui hutang.
Pendanaan dengan hutang akan membawa dampak risiko yang baru bagi
perusahaan. Risiko yang dihadapi perusahaan akan meningkat seperti gagal bayar
karena kebangkrutan, fluktuasi valuta asing, inflasi maupun tingkat suku bunga.
Dengan meningkatnya risiko yang dihadapi perusahaan akibat dampak dari
tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi maka penggunaan aktifitas
hedging akan meningkat pula, sehingga perusahaan yang memiliki growth
opportunity yang tinggi cenderung menggunakan keputusan hedging untuk
melindungi perusahaannya (Putro dan Chabachib, 2012).
8. Firm Size
Firm size atau ukuran perusahaan menunjukkan skala besar kecilnya suatu
perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai
total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar yang dihasilkan perusahaan, maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Perusahaan yang semakin besar umumnya memiliki fleksibilitas
dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal,
sehingga perusahaan yang semakin besar memiliki kemudahan dan kemampuan
32
lebih dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal.
Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih
terdiversifikasi, sehingga lebih mudah dalam mengakses pasar modal, dan
membayar tingkat suku bunga rendah (Sartono, 2001).
Perusahaan yang lebih besar memiliki aktivitas operasional yang luas dan lebih
berisiko karena adanya kemungkinan besar untuk bertransaksi hingga ke berbagai
negara. Transaksi perusahaan ke berbagai negara akan menggunakan mata uang
yang berbeda-beda sesuai dengan mata uang yang disepakati kedua belah pihak.
Penggunaan mata uang yang berbeda, akan membuat perusahaan rentan terkena
risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Hal ini membuat perusahaan mempunyai
eksposur transaksi karena memiliki nilai penerimaan piutang maupun kewajiban
pembayaran utang dalam mata uang asing menjadi fluktuatif. Perusahaan dapat
menerima pembayaran piutang lebih banyak atau lebih sedikit dan juga membayar
utang lebih banyak atau sedikit, bergantung dari fluktuasi nilai tukar mata uang
asing terhadap nilai tukar mata uang domestik, sehingga semakin besar ukuran
suatu perusahan maka akan semakin besar motivasi perusahaan untuk melakukan
pengambilan keputusan hedging dalam rangka melindungi perusahaan dari risiko
fluktuasi nilai tukar mata uang (Guniarti, 2014).
9. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi (Sutrisno, 2000). Perusahaan yang mempunyai kekuatan
membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban
33
keuangannya yang harus segera dipenuhi, dapat dikatakan bahwa perusahaan
tersebut dalam keadaaan likuid. Suatu perusahaan harus mempertahankan sumber
kas yang mencukupi untuk membayar tagihannya yang sah pada saat jatuh tempo,
apabila perusahaan yang tidak dapat mempertahankannya maka akan mengalami
likuiditas dan berada dalam kondisi keuangan yang serius. Tingkat likuiditas dapat
dilihat dari seberapa cepat aset diubah menjadi kas, hal tersebut sangatlah penting
bagi suatu perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan mengurangi
ketidakpastian bagi investor dan hal ini mengindikasikan adanya dana yang
menganggur, sehingga akan membuat kurang efektifnya pemanfaatan aset yang
dimiliki perusahaan tersebut. Tingkat likuiditas perusahaan dapat diketahui
dengan mengukur rasio likuiditas perusahaan tersebut. Menurut Brigham dan
Houston (2006) ada tiga jenis metode pengukuran rasio likuiditas, yaitu current
ratio, quick ratio, dan cash ratio. Current ratio, rasio ini membandingkan antara
total aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan. Quick ratio,
rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan perusahaan
dengan kewajiban lancar perusahaan. Cash ratio, rasio ini membandingkan antara
aktiva lancar yang benar-benar likuid dengan kawajiban jangka pendek.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka akan semakin
rendah motivasi perusahaan dalam pengambilan keputusan hedging.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai salah satu bahan acuan dan pendukung
untuk melakukan penelitian. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang
34
telah dilakukan berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
hedging yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU
No Peneliti Variabel Metode
Analisis Hasil Penelitian
1 Putro dan
Chabachib
(2012)
Dependen:
Hedging
Independen:
Debt to equity
ratio, financial
distress,
growth
opportunity,
liquidity, dan
firm size.
Regresi
Logistik
Debt to equity ratio, growth
opportunity dan firm size
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
penggunaan instrumen
derivatif sebagai aktivitas
hedging. Sedangkan variabel
financial distress dan
liquidity berpengaruh positif
namun tidak signifikan
terhadap penggunaan
instrument derivatif sebagai
aktivitas hedging.
2 Sprcic dan
Sevic (2012)
Growth
opportunities,
Manager
ownership,
company’s
credit rating,
Financial
distress.
Logistic
regression
Penelitian ini menunjukkan
bahwa keputusan suatu
perusahaan untuk hedging
berhubungan positif dengan
growth opportunities,
manager ownership dan
company’s credit rating.
Kesimpulan lainnya
mengenai ukuran perusahaan
dan financial distress belum
menunjukkan relevan dalam
menjelaskan keputusan
perusahaan untuk melakukan
hedging di perusahaan
Kroasia.
35
LANJUTAN TABEL 2.1
3 Ahmad dan
Haris (2012)
Dependen:
Hedging
Independen:
Leverage,
liquidity, size,
Managerial
Ownership,
dan market-to
bookvalue
Logistic
Regression
Leverage, liquidity, size,
managerial ownership,
memiliki pengaruh negatif
sedangkan nilai variabel
market-to-book berpengaruh
positif terhadap keputusan
hedging dengan instrumen
derivatif.
4 Guniarti
(2014)
Dependen:
Hedging
Independen:
Growth
opportunity
leverage,
liquidity, firm
size, dan
financial
distress
Regresi
logistik
Leverage dan firm size terdapat
pengaruh positif dan signifikan
terhadap probabilitas aktivitas
hedging. Growth opportunity
menunjukkan hasil positif dan
tidak signifikan terhadap
probabilitas aktivitas hedging.
Liquidity berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap
probabilitas aktivitas hedging
dan yang terakhir pada variabel
financial distress menunjukkan
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap probabilitas aktivitas
hedging.
5 Arnold et al.
(2014)
Dependen:
Hedging
Independen:
Taxes,
managerial
ownership,
leverage, Size,
financial
distress,
Dividend
Yield, current
ratio.
Meta-
analysis
Taxes loss dan managerial
ownership berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap
hedging perusahaan. Size dan
dividend yield berpengaruh
positif terhadap hedging. Hasil
untuk leverage dan variabel
current ratio memberikan
dukungan empiris untuk asumsi
bahwa financial distress yang
positif terkait dengan hedging
perusahaan. Selanjutnya
terdapat hubungan negatif
antara rasio lancar dan hedging
perusahaan.
36
LANJUTAN TABEL 2.1
6 Kussulistyanti
dan Mahfudz
(2016)
Dependen:
Hedging
Independen:
Debt to Equity
Ratio , Interest
Coverage
Ratio,
likuiditas,
growth
opportunity,
ukuran
perusahaan,
foreign debt,
dan
kepemilikan
manajerial
Regresi
logistik
Interest Coverage Ratio,
growth opportunity, ukuran
perusahaan, dan foreign debt
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan
hedging dengan derivatif valuta
asing. Likuiditas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
keputusan hedging dengan
derivatif valuta asing. Debt to
equity ratio berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap keputusan hedging
dengan derivatif valuta asing.
Kepemilikan manajerial
berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap keputusan
hedging dengan derivatif valuta
asing.
7 Widyagoca
dan Lestari
(2016)
Dependen:
Hedging
Independen:
Leverage,
Growth
Opportunities,
Current
ratio,dan Cash
ratio
Regresi
linear
berganda
Leverage berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
keputusan hedging, growth
opportunities dan cash ratio
berpengaruh negatif namun
tidak signifikan terhadap
keputusan hedging sedangkan
Current ratio berpengaruh
positif namun tidak signifikan.
8 Krisidan dan
Badjra (2017)
Dependen:
Hedging
Independen:
Firm size,
leverage,
financial
distress
Regresi
logistik
Firm size memiliki pengaruh
yang negatif tidak signifikan
terhadap keputusan hedging
menggunakan instrumen
derivatif. Leverage dan
financial distress memiliki
pengaruh yang positif
signifikan terhadap keputusan
hedging menggunakan
instrumen derivatif.
Sumber: Jurnal (data diolah, 2019)
37
C. Rerangka Pemikiran
Rerangka pemikiran dibuat untuk mempermudah dalam melihat hubungan antara
variabel melalui gambar. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu
untuk melihat pengaruh dari faktor internal perusahaan yang terdiri dari financial
distress, leverage, growth opportunity, firm size, dan likuiditas, terhadap
keputusan perusahaan melakukan hedging. Berdasarkan tinjauan pustaka dan
penelitian terdahulu yang menjelaskan hubungan antar variabel, maka didapat
perumusan rerangka pemikiran sebagai berikut:
GAMBAR 2.1 RERANGKA PEMIKIRAN
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh financial distress terhadap keputusan hedging
Financial distress dapat dikatakan sebagai kondisi suatu perusahaan memiliki
tingkat hutang yang tinggi sehingga perusahan tersebut tidak mampu dalam
Financial Distress
(X1)
Leverage
(X2)
Growth Opportunity
(X3)
Firm Size
(X4)
Likuiditas
(X5)
Hedging
(Y)
38
membayar kewajibannya. Salah satu pengukuran financial distress dapat
dilakukan dengan menggunakan interest coverage ratio (ICR). Interest coverage
ratio adalah rasio untuk menentukan seberapa besar perusahaan dapat membayar
bunga hutang dan kemampuannya dalam menghindari kebangkrutan. Interest
coverage ratio yang rendah mengindikasikan bahwa masalah financial distress
perusahaan semakin tinggi (Judge, 2006). Perusahaan dengan nilai interest
coverage ratio yang rendah mengindikasikan bahwa perusahan tersebut tidak
mampu untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba
operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.
Peluang risiko gagal bayar akan semakin besar dengan nilai interest coverate ratio
yang rendah. Ketika perusahaan yang memiliki eksposur transaksi memiliki
indikasi kesulitan keuangan maka perusahan tersebut akan lebih berhati-hati
dalam mengelola keuangannya, sehingga terdorong untuk melindungi diri dari
berbagai risiko termasuk risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Adanya hutang
dan piutang dalam denominasi mata uang asing dapat memperburuk keadaan
keuangan perusahan jika tidak melakukan aktifitas hedging (Guniarti, 2014).
Pernyataan ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Sprcic dan
Sevic (2012) dan Guniarti (2014) yang menyatakan bahwa variabel financial
distress berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging. Berdasarkan uraian
yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini:
H1 = Financial distress berpengaruh negatif terhadap kemungkinan keputusan
hedging
39
2. Pengaruh leverage terhadap keputusan hedging
Rasio leverage mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menggunakan
pendanaan melalui utang (Brigham dan Houston, 2006). Penggunaan hutang
dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan modal agar perusahaan bisa berkembang dan juga berekspansi
untuk mencari keuntungan yang lebih besar, namun semakin tinggi proporsi
tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan semakin besar pula risiko yang
akan dihadapi perusahaan sehingga perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Risiko ini dapat membesar karena utang yang dimiliki terkadang tidak hanya
menggunakan mata uang domestik, tetapi juga menggunakan mata uang asing,
sehingga dapat mempengaruhi perusahaan dalam pembayaran utangnya karena
terdapat risiko fluktuasi nilai tukar. Untuk mengurangi risiko tersebut, perusahaan
dapat melakukan pengambilan keputusan hedging.
Semakin tinggi leverage atau tingkat hutang yang ditanggung perusahaan, maka
semakin besar tindakan hedging yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak
risiko yang merugikan, sehingga semakin besar keputusan perusahaan untuk
mengambil keputusan hedging (Putro dan Chabachib, 2012). Pernyataan ini
diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putro dan Chabachib
(2012), Guniarti (2014), Arnold et al. (2014) dan Krisdian dan Badjra (2017) yang
menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap keputusan
hedging. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini:
H2 = Leverage berpengaruh positif terhadap keputusan hedging
40
3. Pengaruh Growth Opportunity terhadap keputusan hedging
Kesempatan pertumbuhan perusahaan yang tinggi merupakan keinginan para
investor maupun pemilik perusahaan untuk bisa membuat perusahaan menjadi
lebih besar. Perusahan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak
membutuhkan dana di masa depan, terutama dana eksternal untuk memenuhi
kebutuhan investasinya atau untuk memenuhi kebutuhan dalam membiayai
pertumbuhanya (Indrajaya, 2011). Salah satu cara mendapatkan sumber dana
dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan investasinya atau untuk memenuhi
kebutuhan dalam membiayai pertumbuhan perusahaan adalah dengan cara
memasukkan sumber hutang ke dalam struktur modal perusahaan. Perusahaan
yang memiliki pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan hutang sebagai
sumber pendanaan yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki
pertumbuhan yang lambat (Baskin, 1989).
Pendanaan melalui hutang dari pihak eksternal tersebut dapat diperoleh dari pihak
luar negeri, sehingga terdapat risiko perubahan nilai tukar mata uang. Ketika mata
uang lokal (rupiah) terdepresiasi atau melemah terhadap mata uang asing (U$
dolar), maka akan menyebabkan nilai utang dalam mata uang asing (U$ dolar)
menjadi meningkat. Hal tersebut dapat merugikan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban hutang dan pembayaran bunga. Pembiayaan dari pihak luar perusahaan
biasanya sangat mahal bagi perusahaan sehingga ada kemungkinan bagi
perusahaan untuk tidak melaksanakan kegiatan tersebut yang akibatnya tidak akan
meningkatkan nilai perusahaan dan tidak memaksimalkan kekayaan pemegang
saham (Ahmad dan Haris, 2012).
41
Keputusan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan eksternal yang
mahal sehingga menyebabkan kurangnya biaya investasi, perusahaan bisa
melakukan aktivitas hedging dengan menggunakan instrumen derivatif untuk
meminimalisir risiko tersebut (Ahmad dan Haris, 2012). Pernyataan ini diperkuat
dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putro dan Chabachib (2012),
Ahmad dan Haris (2012), Sprcic dan Sevic (2012) dan Kussulistyanti dan
Mahfudz (2016) yang menyatakan bahwa variabel growth opportunity
berpengaruh positif terhadap keputusan hedging. Berdasarkan uraian yang telah
dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini:
H3 = Growth Opportunity berpengaruh positif terhadap keputusan hedging
4. Pengaruh firm size terhadap keputusan hedging
Perusahan yang lebih besar tentunya memiliki aktivitas operasional yang luas dan
lebih berisiko karena adanya kemampuan yang lebih besar untuk bertransaksi
hingga ke berbagai negara. Ketika perusahaan dengan ukuran yang besar
beroperasi di berbagai negara, maka perusahaan tersebut akan menggunakan mata
uang yang berbeda-beda. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya tersebut,
perusahaan akan menemui risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Untuk
menghadapi risiko ini, perusahaan dapat melakukan pengambilan keputusan
hedging. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar alasan
perusahaan untuk melakukan aktivitas hedging dalam rangka melindungi
perusahaan dari risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Guniarti, 2014). Pernyataan
ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putro dan
Chabachib (2012), Guniarti (2014) dan Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) yang
42
menyatakan bahwa variabel firm size berpengaruh positif terhadap keputusan
hedging. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini:
H4 = Firm Size berpengaruh positif terhadap keputusan hedging
5. Pengaruh likuiditas terhadap keputusan hedging
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi (Sutrisno, 2000). Rasio likuiditas yang digunakan pada penelitian
ini adalah Current Ratio. Current Ratio yang rendah menunjukkan bahwa
likuiditas jangka pendek rendah dimana utang lancar cukup tinggi sehingga
terdapat risiko yang lebih tinggi juga. Sedangkan tingginya current ratio
menunjukkan bahwa terdapat kelebihan aset lancar (likuiditas tinggi dengan risiko
rendah) dan memiliki pengaruh profitabilitas yang baik terhadap perusahaan
(Guniarti, 2014).
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas lebih tinggi akan berusaha
semaksimal mungkin untuk tidak mencari sumber pembiayaan eksternal yang
mahal, sehingga beban perusahaan dalam hal kewajiban khususnya dalam jangka
pendek kepada pihak lain menjadi berkurang. Perusahaan akan semakin merasa
berat apabila ada kewajiban jangka pendek yang menggunakan mata uang asing.
Nilai kewajiban tersebut dapat berfluktuasi apabila terjadi fluktuasi mata uang
asing terhadap Rupiah, sehingga jumlah yang dibayarkan akan meningkat dan
membebani perusahaan. Oleh karena itu, semakin likuid suatu perusahaan maka
akan semakin rendah motivasi perusahaan dalam pengambilan keputusan hedging,
karena perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa
43
memerlukan pendanaan eksternal yang lebih dalam mata uang asing yang dapat
menimbulkan risiko gagal bayar akibat fluktuasi nilai tukar mata uang. Pernyataan
ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad dan Haris
(2012) dan Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) yang menyatakan bahwa variabel
likuiditas berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging. Berdasarkan uraian
yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini:
H5 = Likuiditas berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kausal, yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis
tentang pengaruh dari satu atau beberapa variabel bebas (independen) terhadap
variabel terikat (dependen). Data penelitian ini berupa angka yang akan dianalisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti berdasarkan
data statistik yang diperoleh, sedangkan analisis verifikatif dilakukan untuk
menguji hipotesis menggunakan alat uji statistik yaitu metode regresi logistik.
Variabel independen dalam penelitian ini tingkat adalah financial distress,
leverage, growth opportunity, frim size, dan likuiditas. Sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah keputusan hedging.
B. Jenis dan Sumber data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui pihak
perantara, atau dengan kata lain diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Sugiyono,
45
2011). Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan
perusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2014-2017 dan Informasi suku bunga Bank Indonesia, suku bunga Amerika, kurs
mata uang, dan total utang luar negeri. Sumber data diperoleh melalui akses
langsung dari www.idx.co.id dan www.bi.go.id.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan hedging
perusahaan dengan menggunakan instrument derivatif. Hedging merupakan suatu
strategi untuk melindungi perusahaan dalam mengurangi atau mengatasi risiko
kerugian dari valuta asing yang disebabkan oleh perubahan kurs mata uang, suku
bunga, ataupun harga komoditas. Hedging dalam penelitian ini merupakan
lindung nilai yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi dampak buruk dari
eksposure transaksi (perusahan yang melakukan eksposur dalam bentuk bahan
baku diimpor, penjualan ekspor, hutang dan piutang yang menggunakan mata
uang asing atau memiliki anak perusahan diluar negeri) dengan menggunakan
instrument derivatif seperti forward, future, option, dan swap. Pada penelitian ini
operasionalisasi variabel hedging dengan instrument derivatif menggunakan
variabel dummy.
Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan
variabel yang bersifat kualitatif supaya dapat diolah, seperti tingkat pendidikan,
jenis kelamin, agama, perbedaan situasi, status kepemilikan mobil, dan lain-lain
(Winarno, 2015). Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal
46
yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinue. Pada
variabel dummy data yang digunakan bukan merupakan data sesungguhnya, tetapi
hanya representasi (Winarno, 2015), seperti variabel dummy pada penelitian ini
dikategorikan sebagai hedging (HED = 1) jika perusahaan yang melakukan
hedging dengan instrument derivatif dan non hedging (HED = 0) jika perusahaan
yang tidak melakukan hedging dengan instrument derivatif. Perusahaan yang
dikelompokkan sebagai kelompok hedging yaitu perusahaan yang mencantumkan
secara jelas dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan bahwa perusahaan
melakukan hedging dengan instrument derivatif diantaranya future, forward,
option maupun swap (Suriawinata, 2004).
2. Variabel Independen
a. Financial Distress
Finanial distress merupakan suatu pengukuran yang mengindikasikan kesulitan
dalam pengembalian kewajiban perusahaan kepada kreditur, atau dapat disebut
sebagai pengukur kebangkrutan perusahaan. Perlindungan risiko dengan lindung
nilai dapat mengurangi risiko kesulitan keuangan yang berakhir pada
kebangkrutan perusahaan (Guniarti, 2014). Financial distress pada penelitian ini
diproksikan dengan interest coverage ratio (ICR). Interest Coverage Ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutupi
biaya bunga yang diukur dengan membandingkan pendapatan sebelum bunga dan
pajak atau laba operasi (EBIT) dengan beban bunga (Keown et al., 2011).
47
Menurut yuanita (2010) bahwa indikator perusahaan mengalami kesulitan
keuangan melalui perhitungan interest coverate ratio adalah apabila nilai tersebut
kurang dari 1. Semakin tinggi nilai interest coverage ratio yang dihasilkan maka
semakin besar perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan mengindikasikan
biaya kebangkrutan semakin rendah, sehingga hal tersebut akan mengurangi
kecenderungan keputusan perusahaan untuk melakukan hedging. Rasio ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Horne dan Wachowicz, 2005):
b. Leverage
Leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menggunakan pendanaan melalui utang (Brigham dan Houston, 2006). Penelitian
ini menggunakan rasio leverage diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Debt
to Equity Ratio adalah salah satu rasio leverage keuangan yang memberikan
informasi tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari perusahaan itu sendiri, dari
nilai DER dapat dilihat sejauh mana kemampuan perusahaan untuk membayar
pendanaan dari utang dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Debt to
Equity Ratio merupakan rasio total hutang dibandingkan dengan total ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut (Horne
dan Wachowicz, 2005):
48
c. Growth Opportunity
Growth opportunity yang tinggi dari sebuah perusahaan dapat menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki nilai pasar yang baik diantara perusahaan lainnya, hal
ini membuat perusahaan yang sedang berkembang cenderung membutuhkan dana
dalam jumlah yang cukup besar terutama dana eksternal untuk memenuhi
kebutuhan dalam membiayai pertumbuhanya. Proksi yang digunakan untuk
mengukur growth opportunity adalah perbandingan antara MVE (market value of
equity) dengan BVE (book value of equity), rasio ini mencerminkan bahwa pasar
menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang
diharapkan dari ekuitasnya, adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku
ekuitas menunjukkan kesempatan tumbuh perusahaan. Rasio ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Putro dan Chabachib, 2012):
d. Firm Size
Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusan terhadap risiko
yang dihadapi berbeda-beda. Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik
eksternal maupun internal. Perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar
cenderung menggunakan hedging untuk melindungi asetnya karena risiko yang
ditanggung oleh perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan perusahaan yang
memiliki ukuran lebih kecil. Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari besar
49
kecilnya total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Rasio ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Putro dan Chabachib, 2012):
e. Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi. Likuiditas pada penelitian ini
diproksikan dengan current ratio, perhitungan rasio ini akan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang telah
jatuh tempo dengan membandingkan aktiva lancar dan kewajiban lancar. Current
ratio digunakan sebagai proksi dari leverage karena dapat mengukur seluruh total
kekayaan perusahaan dan jumlah uang liquid yang tersedia dalam perusahaan baik
untuk operasional maupun untuk membayar hutang jangka pendek. Rasio ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Brigham dan Houtson, 2006):
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan non-financial yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini tidak memasukkan perusahaan
financial karena perusahaan financial memiliki karakteristik yang berbeda dan
50
diatur oleh regulasi yang berbeda serta cenderung lebih ketat daripada perusahaan
non-financial.
Pada perusahaan financial kekayaan utamanya dalam bentuk aset keuangan yang
lebih kompleks dibandingkan perusahaan non-financial, sehingga risiko yang
harus dihadapi perusahaan financial lebih kompleks dibandingkan perusahaan
non-financial. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
hedging dengan instrument derivatif pada perusahaan financial dapat berbeda
dengan perusahaan non-financial, sehingga populasi pada penelitian ini dibatasi
hanya perusahaan non-financial.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan dari penggunaan
metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang relevan dengan struktur
penelitian, dimana individu yang diambil merupakan individu yang memenuhi
kriteria tertentu. Berikut kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Perusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2014-2017.
2. Perusahaan yang IPO dibawah tahun 2014.
3. Perusahaan yang melakukan pembukuan dengan mata uang Rupiah.
4. Perusahan yang melakukan eksposur valuta asing dalam bentuk bahan
baku diimpor, penjualan ekspor, aktiva dan atau pasiva dalam valuta asing,
atau memiliki anak perusahan diluar negeri. Informasi mengenai eksposur
51
valuta asing diperoleh dari laporan keuangan beserta catatan atas laporan
keuangan.
5. Perusahan memiliki saldo buku ekuitas positif.
6. Perusahaan yang menyajikan data dan informasi laporan keuangan yang
lengkap yang dibutuhkan oleh peneliti.
Berdasarkan kriteria tersebut, sampel penelitian yang didapatkan adalah
sebegai berikut:
TABEL 3.1 KRITERIA PENGAMBILAN SAMPEL PENELITIAN
No Kriteria Sampel Jumlah
1. Perusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014-2017. 475
2. Perusahaan yang IPO diatas tahun 2014 (61)
3. Perusahaan yang tidak melakukan pembukuan dengan mata
uang Rupiah. (92)
4. Perusahaan yang tidak melakukan eksposur valuta asing (156)
5. Perusahan memiliki saldo buku ekuitas negatif (5)
6. Perusahaan yang tidak menyajikan data dan informasi laporan
keuangan yang lengkap yang dibutuhkan oleh peneliti (30)
Jumlah Sampel Penelitian 131
Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2019)
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan metode untuk mendeskripsikan analisis apa yang
akan digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data yang dikumpulkan,
termasuk pengujinya (Sanusi, 2011). Metode analisis data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi
52
logistik. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan hasil penelitian yang
dilakukan dan model yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keputusan
hedging, dalam penelitian ini analisa dengan regresi logistik menggunakan
software Eviews 9.0.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa ada tujuan untuk membuat adanya
generalisasi (Sugiyono, 2011). Suatu data dapat dideskripsikan melalui mean,
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range, sum, skewness dan kurtosis
(Ghozali, 2013). Statistik deskriftif juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan
data dan meringkas data yang diobservasi. Dalam statistik deskriptif juga dapat
dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi,
melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dua nilai
dengan membandingkan rata-rata data populasi dan sampel.
2. Analisis Regresi Logistik
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah model regresi yang
digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang merupakan sebuah data
dengan ukuran biner atau dikotomi dengan kemungkinan nilai di antara 0 dan 1,
53
selain itu variabel independen dalam regresi logistik dapat berupa kombinasi
variabel kontinyu maupun variabel kategorial (Ghozali, 2013). Regresi logistik
sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yang bertujuan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel
independennya (Ghozali, 2013). Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan
asumsi normalitas dan asumsi klasik pada variabel bebasnya, artinya variabel
penjelasnya tidak harus memiliki distribusi normal, linier, atau memiliki varian
yang sama dalam setiap pegangan Ghozali (2013).
Menurut (Winarno, 2011), model regresi respons kualitatif sering disebut juga
model probabilitas. Model probabilitas tidak mewajibkan menggunakan asumsi
normalitas karena sama seperti variabel dependen, galat atau residual hanya
memiliki dua nilai, yaitu mereka mengikuti distribusi probabilitas Bernoulli (1
jika kejadian terjadi Dan 0 jika kejadian tidak terjadi). Kelemahan ini tidak begitu
masalah karena akan menghasilkan estimator yang BLUE, apabila datanya
semakin banyak, distribusinya akan semakin mendekati normal. Gujarati (2012)
menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedacity yang berarti
variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk setiap variabel
independen. Asumsi-asumsi dalam regresi logistik adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengasumsikan hubungan linier antar variabel independen dengan
variabel dependen.
2. Variabel dependen harus bersifat dikotomi (2 variabel).
3. Variabel independen tidak harus memiliki keragaman yang sama dengan
antar kelompok variabel.
54
4. Kategori dalam variabel independen harus terpisah satu sama lain
(bersifat eksklusif).
5. Sampel yang diperlukan adalah dalam jumlah yang relatif besar.
Minimum yang dibutuhkan hingga 50 sampel data untuk sebuah variabel
prediktor (variabel independen).
Model regresi logistik yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah sebagai
berikut (Winarno, 2015):
Ln Hedging = α + β1FND + β2LEV+ β 3GWTH + β 4SIZ + β5 LIQ + ui
Keterangan:
Ln Hedging : Hedging
FND : Financial distress yang dihitung dengan interest coverage ratio
LEV : Leverage yang dihitung dengan debt to equity ratio
GWTH : Growth oppurtunity yang dihitung dengan market to book value
SIZE : Firm size yang dihitung dengan ln total asset
LIQ : Likuiditas yang dihitung dengan current ratio
Α : Konstanta regresi
β 1 – 5 : Koefisien regresi masing-masing variabel
3. Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit)
Statistik uji dalam regresi logistik dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lameshow’s Goodness of Fit Test. Kelayakan model ini bertujuan untuk menguji
apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara
model dengan data sehingga model dapat dikatan fit). Jika nilai Hosmer and
55
Lemeshow’s Goodness-of-fit test statistics lebih kecil dari 0.05, maka hipotesis nol
ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya. Jika nilai statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness-of fit test
lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya. (Ghozali, 2013).
F. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun secara simultan.
1. Uji Koefisien Determinasi (McFadden R-Square)
Nilai Koefisien Determinasi (R²) menunjukkan persentase pengaruh semua
variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun
simultan. Koefisien ini mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien ini adalah antara nol dan
satu. Jika nilainya kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika nilainya mendekati satu, berarti
variabel-variabel independen mampu memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Menurut Ghozali
(2013) menyatakan bahwa, semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan
semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen.
56
2. Uji G2
atau Uji Likelihood Ratio (Uji Simultan)
Uji G2 atau likelihood ratio (LR) statistic adalah uji yang bertujuan untuk menguji
apakah semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen. Menurut Buse (1982); Greene (2000); Gujarati (2004) likelihood ratio
statistic mengikuti sebaran X2 dengan derajat kebebasan k, dimana k sama dengan
banyaknya variabel independen. Pengujian ini dilakukan pada tingkat kepercayaan
95% dan tingkat kesalahan analisis (α) sebesar 5% (α = 0,05). Apabila probalitas
˃ X2 berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan terdapat
pengaruh atau minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel tak bebas. Formula hipotesis untuk pengujian ini adalah sebagai
berikut:
Ho : Variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap variabel dependennya.
Ha : Variabel independen secara bersama-sama memiliki hubungan atau
minimal terdapat satu variabel independen yang signifikan terhadap variabel
dependennya.
Berdasarkan nilai probabilitasnya atau biasa disebut dengan p-value dasar
pengambilan keputusan untuk uji likelihood ratio statistic adalah:
a) Jika G² < χ² (α,k) atau nilai p-value dari LR statistic < 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak.
b) Jika G² > χ² (α,k) atau nilai p-value dari LR statistic > 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
57
3. Uji Wald (Uji Parsial)
Uji secara parsial dalam regresi model logit digantikan dengan uji wald. Pada
pengujian model logit uji wald dapat dilihat pada nilai z-statistic, uji ini mengikuti
distribusi Chi-square (X2) dengan derajat kebebasan (df) = 1, yang merupakan
distribusi dari z². Nilai X2 tabel sebagai titik krisis didapat dengan tingkat
signifikan α dan derajat kebebasan k = 1 (Buse, 1982; Greene, 2000; Gujarati,
2004). Uji wald pada model logit dapat dilihat juga dari nilai p-value pada item
probabilitas (sig) dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis
(α) sebesar 5% (α = 0,05).
Pengujian hipotesis secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh yang signifikan antara variabel independen kepada variabel dependen.
Penulis menetapkan dengan menggunakan uji signifikan, dengan penetapan
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (Ho) adalah suatu
hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha) adalah
hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-variabel independen berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Penulis menggunakan uji signifikan
atau uji parameter β, maksudnya untuk menguji tingkat signifikan maka harus
dilakukan pengujian parameter β. Pengujian secar parsial yang dilakukan oleh
penulis dalam penelitian ini menggunakan uji wald (wald test). Berdasarkan
hipotesis formulanya ialah sebagai berikut:
Ho: Variabel independen secara parsial tidak mempengaruhi variable dependen.
Ha: Variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
58
Berdasarkan nilai probabilitasnya atau biasa disebut dengan p-value dasar
pengambilan keputusan untuk uji wald adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai p-value dari z-statistic > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b) Jika nilai p-value dari z-statistic < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterim
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial distress, leverage,
growth opportunity, firm size, dan likuiditas terhadap keputusan hedging pada
perusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
2017. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel financial distress yang diukur
dengan interest coverate ratio tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging,
sehingga hipotesis pertama yang menyatakan financial distress berpengaruh
negatif terhadap keputusan hedging ditolak.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel leverage yang diukur dengan
debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
hedging, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan leverage berpengaruh
positif terhadap keputusan hedging diterima.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel growth opportunity yang diukur
dengan membandingkan market value of equity dan book value of equity
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging, sehingga
83
hipotesis ketiga yang menyatakan growth opportunity berpengaruh positif
terhadap keputusan hedging diterima.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel firm size yang diukur dengan
Ln total asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging,
sehingga hipotesis keempat yang menyatakan frim size berpengaruh positif
terhadap keputusan hedging diterima.
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang diukur dengan
current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging,
sehingga hipotesis kelima yang menyatakan likuiditas berpengaruh negatif
terhadap keputusan hedging ditolak.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa variabel leverage, growth
opportunity, dan firm size mendukung teori risiko dan manajemen risiko, yaitu
bahwa perusahaan melakukan aktivitas hedging dapat melindungi nilai
perusahaan dari adanya fluktuasi kurs valuta asing yang akan menyebabkan arus
kas yang tidak stabil, sehingga dengan melakukan aktivitas hedging dapat
mengurangi risiko kesulitan keuangan.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan
saran bagi pihak yang berkepentingan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan non-financial yang akan melakukan pengambilan keputusan
hedging diharapkan memperhatikan informasi internal perusahaan yaitu rasio
leverage, growth opportunity, dan firm size. Hal ini perlu dilakukan untuk
mencegah perusahaan mendapatkan risiko eksposur valuta asing yang
84
seharsnya dapat dialihkan oleh penggunaan instrument derivatif sebagai
sarana hedging dan mencegah perusahaan untuk mengeluarkan biaya derivatif
dengan tidak memberikan manfaat yang diharapkan.
2. Bagi investor yang akan berinvestasi di perusahaan non-financial yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk dapat memilih perusahaan yang
membuat keputusan hedging dibandingkan dengan perusahaan yang tidak,
karena perusahaan yang membuat keputusan hedging berarti perusahaan
memiliki kemampuan untuk melindungi aset-aset perusahaannya. Bagi
investor, dapat juga dipertimbangkan bahwa jika ada perusahaan dengan rasio
leverage, growth opportunity, dan firm size yang tinggi tetapi tidak
menggunakan instrumen derivatif sebagai keputusan hedging maka investor
harus menghindari untuk tidak berinvestasi di dalamnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan objek penelitian
perusahaan yang berbeda yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
lebih memperluas pengujian. Bagi peneliti selanjutnya juga disarankan
menggunakan metode pengukuran yang berbeda serta memperpanjang
periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Noryati and Haris, Balkis. 2012. Factors for Using Derivatives: Evidence
from Malaysian NonFinancial Companies. Research Journal of Finance
and Accounting ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 3(9): 9-15.
Ampomah, S.A. dan Paul M.C. 2005. Management Accounting-Risk and Countrol
Strategy. CIMA, London.
Arnold, M.M et al. 2014. “Determinants of Corporate Hedging : A (Statistical)
Meta Analysis”. The Quarterly Review of Economics and Finance 54
(2014) 443-458.
Ball, A., and H. McCulloch. 2005. Bisnis Internasional. Diterjemahkan Oleh
Noor. Jakarta: Salemba Empat.
Bartram, S.M. Corporate Risk Management as a Lever for Shareholder
ValueCreation. Financial Markets, Institution, & Instruments. Vol. 9, hal
279-324.
Baskin, J. “An Empirical Investigation of The Packing Order Hypothesys”.
Financial Management Journal. Vol 18 (26-35), 1989.
Buse, A. 1982. The Likelihood Ratio, Wald, and Lagrange Multiplier Tests: An
Company
Brigham, E.F & Daves, P.R. 2003. Intermediate Financial Management with
Thomson One. United States of America: Cengage South-Western.
Brigham, Eugene F and Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Dyah, Hyasshinta. 2013. Pengaruh Manajemen Laba Menggunakan Derivatif dan
Akrual terhadap Nilai Perusahaan, dengan Moderasi Corporate
Governance dan PSAK 50/55 R-2006. Tesis. Depok: Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Fatmawati, Amelia. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Distress
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI). Jurnal Ilmu dan Riset.
No.10, 2360-0585.
Fitriasari, Fika. 2011. “Value DiversTerhadap Nilai Pemegang Saham
PerusahaanYang Hedging di Derivatif Valuta Asing.” Jurnal Manajemen
Bisnis. Vol.1, No.1, April.
Guniarti, Fay. 2014. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Hedging
Dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing.” Jurnal Dinamika
Manajemen. Vol. 5, No.1.
Ghozali, Imam., 2007. Manajemen Risiko Perbankan Semarang : BPUNDIP
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponogoro.
Greene, W.H. 2000. Econometrics Analysis Sixth Edition. Prentice Hall: New
Gujarati, D.N. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. McGraw Hill Book
Hanafi, Mamduh M dann Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Hull, Jhon C. 2008. Fundamentals of Future and Option Market. Sixth Edition.
New Jersey: Pearson Practice Hall.
Horne, James C. V. and Jhon M. Wachowicz. 2005. Fundamentals of Financial:
Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Penerjemah: Dewi
Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Indrajaya, glenn, Herlina & Rini Setiadi. 2011. “Pengaruh Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko
Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi Empiris pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2004-
2007”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi. No. 6.
Judge, A 2003. The Determinants of Foreign Currency Hedging by UK Non
Financial Firms. Working Paper, Middlesex University, London, UK.
Keown, Arthur J., et al. 2011. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan.
Edisi Kesepuluh Jilid I. Jakarta: Indeks.
Fok, Robert C.W., Carroll, Carolyn & Chiou, Ming C. 1997. Determinants of
Corporate Hedging and Derivatives: Revisit. Journal of Economics and
Business. 49: 569-585.
Kussulistyanti, Maria Josephine Widya Arshita dan Mahfudz. 2016. Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Hedging Dengan Derivatif
Valuta Asing (Studi Pada Perusahaan Non-finansial Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014). Diponegoro Journal of
Management. 5(3), 2016:1-14. ISSN: 2337-3806.
Krisdian, Ni Putu Candra dan Ida Bagus Badjra. 2017. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Tingkat Hutang, dan Kesulitan Keuangan terhadap
Keputusan Hedging Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol. 6, No. 3, 2017: 1452-1477. ISSN: 2302-8912.
Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Internasional. Diterjemahkan Handoyo
Prasetyo. Yogyakarta:Andi
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Marcus, Brealey Myers. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Modigliani, F & Miller, M.H. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance and
The Theory of Investment. The American Economic Review. 13(3): 261-
297.
Putro, Hardanto Septama dan M Chabachib. 2012. “Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan
Keputusan Hedging (Studi Kasus Pada Perusahaan Automotive and
allied product yang terdaftar di BEI Periode 2006-2010).”
DiponegoroBusiness Review. Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-11.
Sanusi, Anwar. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sartono, R Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE
Sprcic, D.M. and Sevic, Z. 2012. Determinats of corporate hedging decision:
evidence from Croatian and Slovenian companies. Research in
International Business and Finance, Vol. 26, pp. 1-25.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Sunaryo, T. 2009. Manajemen Risiko Financial. Salemba Empat, Jakarta.
Sutrisno, M.M. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Erlangga, 2000.
Suriawinata, I.S. 2004. Studi tentang Perilaku Hedging Perusahaan dengan
Instrumen Derivatif Valuta Asing. Depok: Pascasarjana Ilmu
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sherlita, E. 2006. “Peranan Aktivitas Lindung Nilai dalam Menurunkan Risiko
Perdagangan Internasional”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 8, hal:
1227- 1238.
Utomo, Linawati. 2000. “Instrumen Derivatif: Pengenalan dalam Strategi
Manajemen Resiko Perusahaan”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 2.
No. 1, Mei, pp. 53-68.
Widyagoca, I Gusti Putu Agung dan Putu Vivi Lestari. 2016. Pengaruh Leverage,
Growth Opportunities, dan Liquidity terhadap Pengambilan Keputusan
Hedging PT. Indosat Tbk. E-Jurnal Manajemen Unud. 5(2): h: 1282-
1308.
Winarno, Lina Nur Hidayati, dan Arum Darmawati. 2015. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEI.
Jurnal Economia, 143-144.
Yuanita. 2010. “Prediksi Financial Distress dalam Industri Textile dan Garment
(Bukti Empiris di BEI)”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Politeknik
Negeri Padang. Vol.5.
Yung, Sen. 2006. Manajemen Risiko Dalam Dunia Perbankan. Jurnal Sistem
Informas UKM, Vol. I, No. 1, Maret 2006: 63-71
-------------------, (2019). www.idx.co.id (diakses November 2018)
-------------------, (2019). www.bi.go.id (diakses November 2018)
-------------------, (2019). www.federalreserve.gov (diakses November 2018)