KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI...

10
KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni Rachman Yuni Pratiwi Roekhan Email [email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan mitologi untuk mendapatkan deskripsi asal usul kisah Ki Ageng Gribig. Mendeskripsikan mitos Ki Ageng Gribig yang tertanam dalam masyarakat Gribig dan peziarah. Serta mendeskripsikan efek mitos Ki Ageng Gribig terhadap masyarakat Gribig dan peziarah. Asal usul kisah Ki Ageng Gribig terdapat dua versi, yakni adanya program mataramisasi dan ekspansi blambangan kulon. Mitos yang tertanam pada masyarakat Gribig yakni Ki Ageng Gribig adalah penyebar agama islam dan sebagai salah satu pendiri kota Malang. Sedangkan peziarah yakin Ki Ageng Gribig adalah sosok yang sakti. Efek yang muncul dari masyarakat Gribig tidak Nampak, sedangkan dari peziarah mereka sangat antusias dengan cara melakukan takziah kubur. Kata kunci: mitos, folklor, makam Ki Ageng Gribig Abstract: Mythological approach use to obtain a description of the origin story of Ki Ageng Gribig. Describe the myth of Ki Ageng Gribig that embedded in Gribig societies and pilgrims, and describe the effect of the myth of Ki Ageng Gribig on Gribig societies and pilgrims. Based on the description of data and research findings can be concluded that the origin story of Ki Ageng Gribig have two versions. The first version, Ki Ageng Gribig is the mesengger of The Mataram Kingdom and Blambangan Kulon Kingdom. Gribig societies believe that Ki Ageng Gribig is the one of the founders of Malang, also a prominent Islamic missionaries in Malang. Ki Ageng Gribig’s miracle is tangible in treating the disease. The effect of these myth to Gribig societies are indifferent, but the pilgrims are enthusiastic. Keywords: myth, folklore, the tomb of Ki Ageng Gribig Brunvand menuliskan dalam Danandjaja (1986:169) bahwa latar belakang mengapa mitos masih bertahan sampai hari ini di tengah-tengah masyarakat yang modern dapat dijelaskan dengan berbagai kategori. Misalnya, disebabkan oleh cara berpikir yang salah, koinsidensi, predileksi (kegemaran) secara psikologis umat manusia untuk percaya pada yang gaib, ritus peralihan hidup, teori keadaan dapat hidup terus (survival), perasaan ketidaktentuan akan tujuan-tujuan yang sangat didambakan, ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko

Transcript of KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI...

Page 1: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR

KI AGENG GRIBIG

Doni Rachman

Yuni Pratiwi

Roekhan

Email [email protected]

Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5

Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan mitologi untuk mendapatkan

deskripsi asal usul kisah Ki Ageng Gribig. Mendeskripsikan mitos Ki Ageng

Gribig yang tertanam dalam masyarakat Gribig dan peziarah. Serta

mendeskripsikan efek mitos Ki Ageng Gribig terhadap masyarakat Gribig dan

peziarah. Asal usul kisah Ki Ageng Gribig terdapat dua versi, yakni adanya

program mataramisasi dan ekspansi blambangan kulon. Mitos yang tertanam

pada masyarakat Gribig yakni Ki Ageng Gribig adalah penyebar agama islam

dan sebagai salah satu pendiri kota Malang. Sedangkan peziarah yakin Ki Ageng

Gribig adalah sosok yang sakti. Efek yang muncul dari masyarakat Gribig tidak

Nampak, sedangkan dari peziarah mereka sangat antusias dengan cara melakukan

takziah kubur.

Kata kunci: mitos, folklor, makam Ki Ageng Gribig

Abstract: Mythological approach use to obtain a description of the origin story

of Ki Ageng Gribig. Describe the myth of Ki Ageng Gribig that embedded in

Gribig societies and pilgrims, and describe the effect of the myth of Ki Ageng

Gribig on Gribig societies and pilgrims. Based on the description of data and

research findings can be concluded that the origin story of Ki Ageng Gribig have

two versions. The first version, Ki Ageng Gribig is the mesengger of The

Mataram Kingdom and Blambangan Kulon Kingdom. Gribig societies believe

that Ki Ageng Gribig is the one of the founders of Malang, also a prominent

Islamic missionaries in Malang. Ki Ageng Gribig’s miracle is tangible in treating

the disease. The effect of these myth to Gribig societies are indifferent, but the

pilgrims are enthusiastic.

Keywords: myth, folklore, the tomb of Ki Ageng Gribig

Brunvand menuliskan dalam Danandjaja (1986:169) bahwa latar belakang

mengapa mitos masih bertahan sampai hari ini di tengah-tengah masyarakat yang

modern dapat dijelaskan dengan berbagai kategori. Misalnya, disebabkan oleh

cara berpikir yang salah, koinsidensi, predileksi (kegemaran) secara psikologis

umat manusia untuk percaya pada yang gaib, ritus peralihan hidup, teori keadaan

dapat hidup terus (survival), perasaan ketidaktentuan akan tujuan-tujuan yang

sangat didambakan, ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko

Page 2: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

dan takut akan kematian, pemodernisasian takhyul, serta pengaruh kepercayaan

bahwa tenaga gaib dapat tetap hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan dan

agama. Salah satu folklor berbentuk cerita prosa rakyat yang masih ada di kota

Malang yaitu keberadaan Makam Ki Ageng Gribig. Makam Ki Ageng Gribig

terletak dalam satu komplek pemakaman bersama Bupati Malang I, Bupati

Malang II, dan Bupati Malang III. Komplek pemakaman tersebut berada di Jalan

Ki Ageng Gribig 2, Kecamatan Kedungkandang, Kelurahan Madyopuro, Kota

Malang.

Penelitian mengenai Kajian Mitos terhadap Folklor Ki Ageng Gribig ini

merupakan penelitian yang pertama dilakukan, karena selama ini belum ada yang

meneliti. Sebagai bukti, sampai saat ini belum ditemukan buku maupun artikel

yang menceritakan keberadaan Makam Ki Ageng Gribig di kota Malang secara

utuh.Sebagai penelitian awal, penelitian ini diarahkan kepada asal usul kisah Ki

Ageng Gribig, mitos Ki Ageng Gribig yang tertanam dalam masyarakat pemilik

cerita, serta efek yang mucul dari adanya mitos tersebut. Masyarakat yang

dimaksudkan tentunya bukan masyarakat luas. Masyarakat yang dimaksudkan

disini adalah masyarakat dalam lingkup kecil, yakni masyarakat setempat dan

masyarakat peziarah Makam Ki Ageng Gribig. Hal ini disebabkan pemilik cerita

Ki Ageng Gribig adalah masyarakat Gribig dan para peziarah itu sendiri, bukan

masyarakat luas pada umunya.

Penelitian ini tidak menggunakan pendekatan struktural, tetapi

menggunakan pendekatan mitologi dengan metode etnografi. Metode etnografi

digunakan untuk memperoleh pemahaman makna implisit maupun eksplisit dari

data-data penelitian. Sedangkan melalui pendekatan mitologi, diharapkan

penelitian ini mampu memberikan gambaran secara jelas bagaimana kisah asal-

usul Ki Ageng Gribig bisa sampai berada di kota Malang. Selain itu penelitian ini

dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai mitos Ki Ageng

Gribig yang tertanam dalam masyarakat Gribig dan peziarah. Selanjutnya

penelitian ini menggambarkan kepada masyarakat luas bagaimana efek mitos

Makam Ki Ageng Gribig terhadap prilaku masyarakat Gribig dan peziarah.

Istilah mitos dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “mythos” (Yunani)

yang berarti cerita dewata, dongeng terjadinya bumi dengan segala isinya

(Zulfahnur, 1997: 45). Lebih lanjut, Zulfahnur (1997: 46) menjelaskan bahwa

mitos juga diartikan cerita perihal dewata, kejadian bumi dan isinya, cerita

kepercayaan pada dunia gaib. Menurut Wallek dan Werren (dalam Budianta,

1995: 243), mitos diartikan sebagai cerita-cerita anonim mengenai asal mula alam

semesta dan nasib serta tujuan hidup, penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh

suatu masyarakat kepada anak-anak mereka mengenai dunia, tingkah laku

manusia, citra alam dan tujuan hidup manusia.

Pemakaian istilah zaman dahulu dalam pengertian mitos menandakan

bahwa mitos merupakan peristiwa atau ceritera yang sudah usang. Berkaitan

dengan hal gaib, isi mitos menyangkut dewa dan pahlawan. Sejalan dengan hal

tersebut, Chulsum (2006:466) mengartikan mitos sebagai cerita tentang pahlawan

dan dewa pada zaman dahulu yang dipercaya secara turun-temurun. Mitos

merupakan milik masyarakat yang bersifat anonim dalam arti tidak bisa ditelusuri

Page 3: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

siapa pencipta/pembuat/pencetusnya, sehingga mitos tersebut dianggap sebagai

milik komunal masyarakat setempat. Mitos berkembang di masyarakat dari mulut

ke mulut dan umumnya bersifat lisan.

Mitos sebagai bagian dari folklor biasanya menceritakan terjadinya alam

semesta (cosmogony); terjadinya susunan para dewa; dunia dewata (pantheon);

terjadinya manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan (culture hero);

terjadinya makanan pokok, seperti beras dan sebaginya, untuk pertama kali

(Danadjaja, 1986:52). Mitos dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi masyarakat

dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar berlaku lebih bijaksana. Mitos

menjadikan masyarakat pengikutnya menjadi patuh dan taat terhadap ajaran-

ajaran yang dianutnya, untuk menciptakan suatu kesadaran akan tingkah laku dan

keselarasan dalam hidup bermasyarakat.

Mitos juga dapat dipahami sebagai realitas kultur yang kompleks dengan

kiasan atau cerita sakral yang berhubungan dengan even pada waktu primodial,

yaitu waktu permulaan yang mengacu pada asal mula segala sesuatu dan dewa-

dewa sebagai objeknya, cerita atau laporan suci tentang kejadian-kejadian yang

berpangkal pada asal mula segala sesuatu dan permulaan terjadinya dunia. Mitos

adalah yang terakhir – bukan yang pertama – berdiri dalam perkembangan

seorang pahlawan. Tokoh historis diasimilasikan dengan model mistis (pahlawan,

dan sebagainya), sementara itu peristiwa diidentikkan dengan kategori tindakan

mitis (Eliade, 2002:44).

METODE

Menurut Lofland dan Lordland (dalam Moleong, 2000:112) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Informan

penelitian ini adalah juru kunci makam Ki Ageng Gribig berserta tukang kebun

yang menetap di dalam komplek Makam Ki Ageng Gribig, para peziarah, dan

warga sekitar Makam Ki Ageng Gribig.

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan

data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang

telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif

adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video (Dir.

Tenaga Kependidikan, 2008:5). Sejalan dengan pernyataan tersebut di dalam

penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data, yakni (1) observasi,

(2) wawancara mendalam, (3) diskusi terfokus, serta (4) kuesioner.

Data yang dipakai dalam penelitian ini berupa rekaman wawancara dengan

informan yang kemudian ditranskrip dari bahasa lisan Jawa menjadi bahasa tulis

dan diterjemahkan atau dialihbahasakan dari bahasa Jawa. Data berikutnya adalah

berupa gambar-gambar keadaan sekitar Makam Ki Ageng Gribig.

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah penduduk asli Gribig.

Mereka terdiri dari 4 orang, yaitu: seorang juru kunci makam Ki Ageng Gribig, 2

orang sesepuh kampung Gribig, dan 1 orang tukang kebun pemakaman Ki Ageng

Gribig.

Page 4: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

Informan lain berjumlah 20 orang yang terdiri dari golongan tua, dewasa,

dan golongan muda. Golongan tua berjumlah 5 orang, dewasa 10 orang, dan

golongan muda 5 orang. Responden merupakan warga Gribig dan para peziarah.

Pemilihan informan dalam penelitian ini berdasarkan syarat minimal yang

disebutkan Spradley (1997: 61). Persyaratan tersebut adalah: (1) enkulturasi

penuh, artinya informan mengetahui budayanya dengan baik, (2) keterlibatan

langsung, artinya informan adalah orang yang terlibat langsung dalam suasana

budaya yang diteliti, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, artinya peneliti

mempelajari suasana budaya yang belum dikenal sehingga ia bisa menerima

berbagai hal yang disampaikan dari sudut pandang informan, (4) cukup waktu,

artinya informan memiliki cukup waktu dalam memberikan partisipasinya, dan (5)

non-analitik, informan mendeskripsikan berbagai kejadian dan tindakan

berdasarkan perspektif penduduk asli dengan mengesampingkan ilmu-ilmu sosial

yang dimilikinya.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

empat teknik, yaitu (1) observasi, (2) wawancara mendalam, (3) diskusi terfokus,

dan (4) kuesioner. Observasi yang dilakukan adalah observasi berpartisipasi,

peneliti ikut serta dalam kegiatan objek yang diamati. Selain itu, peneliti juga

melakukan pengamatan terbuka, sehingga keberadaan peneliti diketahui oleh

informan sebagai subjek dalam penelitian. Oleh sebab itu, antara peneliti dan

subjek saling mengenal.

Teknik wawancara terbagi atas dua cara, yaitu (a) wawancara berstruktur,

dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah ditentukan, dan (b)

wawancara tidak berstruktur yang dilaksanakan secara fleksibel, sehingga peneliti

dapat mengubah dan mengembangkan pertanyaan sesuai kondisi pada saat

wawancara. Teknik wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari

informan mengenai kisah asal usul Ki Ageng Gribig, mitos yang beredar di

masyarakat Gribig dan peziarah, serta efek yang muncul dari adanya mitos

tersebut.

Di samping kedua teknik tersebut, peneliti juga menggunakan teknik

kuesioner. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi dari para informan,

sehingga diperoleh kedalaman informasi yang memadai. Teknik ini dilakukan

dengan cara tatap muka, baik secara individu maupun kelompok. Mengingat

kondisi informan yang beraneka ragam baik dari segi fisik, mental, spiritual, dan

intelektual, maka pertanyaan disusun dari hal yang paling umum dan konkret,

seperti data diri, dilanjutkan dengan masalah yang berkaitan dengan objek

penelitian. Sasaran informan adalah para peziarah makam dan penduduk asli

Gribig. penyebaran angket dilakukan langsung di tempat penelitian. Pengisian

angket oleh peziarah dilakukan di dalam komplek makam Ki Ageng Gribig ketika

informan sedang berziarah. Sedangkan pengisian kuesioner oleh penduduk asli

Gribig dilakukan dirumah informan yang bersangkutan.

Bogdan berpendapat dalam Dir. Tenaga Kependidikan (2008:11) bahwa

analisis data kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan. Tujuan akhir analisis

data kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian,

konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data

penelitian kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya

ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan mana yang akan dikaji sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan

Page 5: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

untuk disampaikan kepada orang lain. Teknik pengolahan data penelitian ini

dilakukan melalui beberapa tahap seperti berikut. Reduksi data . Reduksi data

merupakan proses analisis untuk memilih, memusatkan, menyederhanakan,

mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-

catatan lapangan.

Klasifikasi data. Data yang terkumpul dipilah menjadi dua bagian besar

yaitu informan termasuk masyarakat kampung Gribig atau peziarah, dengan cara

melihat identitas informan apakah informan berasal dari daerah Gribig atau

bukan, jika bukan maka informan tersebut termasuk ke dalam golongan

peziarah.Data yang telah direduksi diklasifikasikan sesuai jawaban yang diberikan

oleh informan. Setiap jawaban dari responden dikelompokkan menurut

kesamannya. Salah satu contonya yakni pertanyaan nomor dua yang terdapat

dalam lembaran koesioner. Menayakan apakah informan mengetahui asal usul Ki

Ageng Gribig beserta penjelasaanya. Apa bila ada kesamaan atau kemiripan

jawaban, jawaban di kelompokkan menurut kesamaannya. Penyajian data.

Penyajian data dilakukan agar data hasil reduksi terorganisasi, tersusun dalam

pola hubungan sehingga mudah dipahami. Data yang sudah diklasifikasi,

dianalisis sesuai dengan ketiga fokus penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kisah asal usul Ki Ageng Gribig didapat dari masyarakat Gribig selaku

pemilik cerita. Menurut Danandjaja (1986:2) folklor adalah kegiatan kebudayaan

suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun, di antara

kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam

bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu

pengingat.

Kisah asal usul Ki Ageng Gribig termasuk dalam folklore karena termasuk

dalam jenis cerita prosa rakyat. Folklor di Indonesia meliputi (a) bahasa rakyat,

(b) ungkapan tradisional, (c) pernyataan tradisional, (d) sajak dan puisi rakyat, (e)

cerita prosa rakyat, dan (f) nyanyian rakyat (Danandjaja,1986:22).

Untuk membedakan cerita Ki Ageng Gribig termasuk dalam mite atau

termasuk dalam legenda yaitu dengan memperhatikan kolektif (folk) yang

memiliki suatu versi cerita, karena dengan mengatahui kolektifnya dapat

ditentukan katagori suatu cerita (Danandjaja,1986:51). Adanya dua versi cerita Ki

Ageng Gribig menandakan bahwa makam Ki Ageng Gribig termasuk dalam cerita

prosa rakyat. Di mana syarat cerita prosa rakyat adalah adanya versi-versi

menurut pemilik cerita. Lebih sempit lagi cerita Ki Ageng Gribig ini termasuk

cerita prosa rakyat sejenis legenda perseorangan. Legenda perseorangan adalah

cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu, yang dianggap oleh yang empunya cerita

benar-benar terjadi (Danandjaja,1986:73).

Tokoh masyarakat yang masih bisa dijumpai sebagai informan, di

antaranya yakni putera juru kunci makam Ki Ageng Gribig yang bernama Bapak

Devi, dua sesepuh kampung Gribig, dan satu penjaga komplek makam Ki Ageng

Gribig. Penjaga komplek makam Ki Ageng Gribig ini sebenarnya bukan orang

asli Gribig, namun dia mampu memberikan sedikit informasi mengenai cerita Ki

Page 6: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

Ageng Gribig dikarenakan sudah sepuluh tahun lebih beliau tinggal di komplek

Makam Ki Ageng Gribig, beliau biasa akrab dipanggil Mas Bawi (34).

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari anak juru kunci Makam Ki

Ageng Gribig, keberadaan kedua pintu Komplek Makam Ki Ageng Gribig

berkaitan dengan adanya versi cerita mengenai asal usul Ki Ageng Gribig bisa

sampai berada di kota Malang. Hal ini juga sesuai dengan informasi yang

diberikan oleh Bapak Devi, bahwa cerita mengenai Ki Ageng Gribig sejauh ini

memiliki dua versi.

Versi pertama yaitu dari adanya program Mataramisasi dan versi kedua

dari adanya program espansi Blambangan Kulon. Walaupun tidak didapatkan data

secara tertulis atau dokumen utuh, kedua versi ini masih dipegang kebenarannya

oleh pemilik cerita. Selain itu kedua versi yang ada ini juga diperkuat dengan

urutan tahun, yakni pada tahun 1625 ketika Hanyokro Kusuma menjadi rajanya.

Sehingga dengan demikian kedua versi ini masih dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut program Mataramisasi atau ekspansi Mataram untuk perluasan

daerah kekuasaan, Ki Ageng Gribig adalah seorang utusan dari kerajaan Mataram

untuk memperluas wilayah kekuasaan dengan dalih menyebar agama Islam.

Seperti yang diketahui secara mendasar, semua pemimpin Mataram mulai dari

Penewu sampai ratu berfungsi sebagai orang yang dituakan, atau sebagai panutan

bagi masyarakat. Semua pejabat kerajaan diwajibkan memiliki pemahaman yang

luas mengenai agama Islam, sehingga dengan sendirinya semua pejabat Mataram

mengemban tugas sebagai ulama atau dikenal sebagai sayidin panotoagomo.

Begitu juga dengan Ki Ageng Gribig, jika dilihat sesuai dengan versi program

Mataramisasi Ki Ageng Gribig adalah salah satu tokoh penyebar agama Islam

yang ada di wilayah Jawa Timur, khususnya daerah Malang.

Sedangkan menurut versi kedua bahwa Ki Ageng Gribig adalah utusan

dari Blambangan kulon yang pada saat itu dipimpin oleh Aryo Menak Koncar.

Tujuan Ki Ageng Gribig ke kota Malang juga tidak jauh berbeda dengan versi

yang pertama. Konon, Ki Ageng Gribig ini adalah utusan dari Blambangan kulon

untuk mengadakan ekspansi Blambangan atau perluasan daerah kekuasaan

kerajaan Blambangan. Jika dilihat menurut tahun, Blambangan Kulon ini muncul

setelah masa jayanya Ratu Triguana Tunggal Dewi, Ratu dari kerajaan Majapahit.

Ki Ageng Gribig dikenal juga sebagai tokoh yang mendirikan kota

Malang. Ini ditandai dengan adanya Makam Aryo Panji Malang, bapak dari Ki

Ageng Gribig yang dimakamkan dibelakang Masjid Jamek. Berpegang dari

tatanan pemerintahan lampau bahwa dengan adanya Masjid Jamek, maka di

dekatnya pasti ada sistem pemerintahan seperti kantor Bupati atau sistem

pemerintahan yang lainnya. Sistem pemerintahan seperti ini masih terlihat pada

sistem bangunan kota Malang pada saat ini. Hal inilah yang menguatkan bahwa

Ki Ageng Gribig adalah utusan dari kerajaan Blambangan Kulon.

Dengen demikian, fokus penelitian yang pertama yakni mengenai cerita

asal usul Ki Ageng Gribig ditemukan terdapat dua versi cerita yang menjelaskan

kedatangan Ki Ageng Gribig bisa sampai ke kota Malang. Menurut versi pertama,

Ki Ageng Gribig adalah utusan dari kerajaan Mataran untuk melakukan program

Mataramisasi atau program perluasan daerah kekuasaan. Sedangkan menurut versi

Page 7: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

kedua, Ki Ageng Gribig adalah utusan dari kerajaan Blambangan Kulon untuk

melaksanakan program ekspansi Blambangan. Kedua versi cerita tersebut

memiliki kesamaan tujuan, yakni sama-sama melakukan program perluasan

daerah kekuasaan kerajaan.

Pemakaian istilah zaman dahulu dalam pengertian mitos menandakan

bahwa mitos merupakan peristiwa atau ceritera yang sudah usang. Berkaitan

dengan hal gaib, isi mitos menyangkut dewa dan pahlawan. Sejalan dengan hal

tersebut, Chulsum (2006:466) mengartikan mitos sebagai cerita tentang pahlawan

dan dewa pada zaman dahulu yang dipercaya secara turun-temurun. Mitos

merupakan milik masyarakat yang bersifat anonim dalam arti tidak bisa ditelusuri

siapa pencipta/pembuat/pencetusnya, sehingga mitos tersebut dianggap sebagai

milik komunal masyarakat setempat. Mitos berkembang di masyarakat dari mulut

ke mulut dan umumnya bersifat lisan.

Mitos sebagai bagian dari folklor biasanya menceritakan terjadinya alam

semesta (cosmogony); terjadinya susunan para dewa; dunia dewata (pantheon);

terjadinya manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan (culture hero);

terjadinya makanan pokok, seperti beras dan sebaginya, untuk pertama kali

(Danadjaja, 1986:52). Mitos dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi masyarakat

dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar berlaku lebih bijaksana. Mitos

menjadikan masyarakat pengikutnya menjadi patuh dan taat terhadap ajaran-

ajaran yang dianutnya, untuk menciptakan suatu kesadaran akan tingkah laku dan

keselarasan dalam hidup bermasyarakat.

Mitos yang muncul sangat beragam, mengingat makam Ki Ageng Gribig

ini masih di anggap sakral oleh masyarakat. Baik dari masyarakat Gribig maupun

peziarah, memiliki kepercayaan yang bersifat gaib atau dapat dikatakan tidak

dapat di logika secara akal sehat. Keanehan yang muncul bukan dalam hal yang

merugikan orang lain, melainkan keanehan dalam hal kebaikan. Seperti jatuhnya

pesawat penjajah setelah terbang melewati Makam Ki Ageng Gribig, dijumpai

pula pencuri motor yang terjatuh dari motor curiannya ketika melewati makam Ki

Ageng Gribig. Peristiwa-peristiwa gaib tersebut tidak merugikan masyarakat,

melainkan membantu mengamankan daerah Gribig. hal ini sesuai mitos yang

beredar ditengah-tengah masyarakat Gribig, yakni konon Ki ageng Gribig semasa

hidupnya pernah berpesan kepada masyarakat Gribig jangan sampai ada yang

meminta apa pun kepada beliau, beliau hanya bisa memberikan doa agar

masyarakat Gribig selalu hidup rukun dan selamat dimana pun berada.

Menurut pemilik cerita, baik masyarakat Gribig sendiri maupun peziarah,

Ki Ageng Gribig sederajat dengan sunan-sunan yang ada di Jawa Timur. Terbukti

bahwa peziarah para wali selalu mengunjungi makam Ki Ageng Gribig setelah

berkunjung ke makam-makam para sunan yang ada di Jawa Timur. Ritual

semacam ini dilakukan secara rutin setiap tahunnya, yakni ketika memasuki bulan

Rajab, penanggalan jawa. Peziarah percaya bahwa doa yang dipanjatkan ketika

berziarah kubur akan dikabulkan.

Mitos berikutnya ditemukan bahwa Ki Ageng Gribig merupakan sosok

yang sangat sakti, hal ini masih terwujud meskipun beliau sudah meninggal.

Kesaktianya tersebut terwujud dalam hal mengobati orang yang sakit. Terbukti

tidak sedikit peziarah yang melakukan ziarah kubur demi kesembuhan

Page 8: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

penyakitnya. Selain itu, masih banyak peziarah yang mendapatkan benda-benda

pusaka setelah berdiam diri di dalam Komplek Makam Ki Ageng Gribig. Seperti

yang dikatakan oleh informan bahwa siapa saja yang mampu menahan hawa nafsu

keduniawiannya, maka indera keenam orang tersebut lebih peka dibandingkan

dengan orang yang senang mengumbar hawa nafsu keduniawiannya. Tentunya

benda-benda tersebut tidak didapatkan dengan cara yang mudah. Maksudnya,

untuk mendapatkan barang tersebut harus dilakukan dengan cara ritual tertentu.

Mitos bukan hanya berlaku sebagai sebuah kisah mengenai dewa-dewa

dan keajaiban dunia, tetapi melalui mitos manusia dapat juga turut serta

mengambil bagian dalam kejadian-kejadian disekitarnya. Mitos dapat dijadikan

sebagai pedoman dan arah bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-

hari agar berlaku lebih bijaksana. Mitos menjadikan masyarakat pengikutnya

menjadi patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran yang dianutnya, untuk menciptakan

suatu kesadaran akan tingkah laku dan keselarasan dalam hidup bermasyarakat.

Singkat kata, keberadaan mitos sedikit banyak mampu memerikan efek terhadap

pemilih mitos itu sendiri.

Kuatnya masyarakat Gribig memegang amanah tersebut membuat

masyarakat Gribig seperti enggan untuk berziarah kubur ke makam Ki Ageng

Gribig, meskipun hanya sebagai bentuk rasa terima kasih atas jasa Ki Ageng

Gribig kepada masyarakat Gribig semasa hidupnya. Efek seperti ini dilakukan

secara turun temurun, dengan demikian sampai saat ini tidak akan dijumpai

masyarakat Gribig yang nyekar ke makam Ki Ageng Gribig. Hanya ada beberapa

orang saja yang yang peduli dengan keberadaan makam Ki Ageng Gribig, mereka

hanya sekedar menunggu kendaraan para peziarah dengan harapan mendapatkan

imbalan. Dapat dikatakan mereka hanya ingin mengambil keuntungan dari

kepeduliannya tersebut. Secara logika memang benar, bahwa sesuatu yang tidak

menguntungkan akan dianggap remeh bahkan tidak akan dihiraukan sedikitpun

oleh seseorang. Hal ini menunjukkan keadaan masyarakat yang hidup ditengah-

tengah krisis ekonomi seperti sekarang ini.

Efek mitos yang muncul dari masyarakat Gribig ternyata berbeda dengan

efek mitos yang muncul dari peziarah. Perbedaan ini terlihat dari antusiasnya

mereka untuk berbondong-bondong berziarah ke Makam Ki Ageng Gribig. Efek

seperti ini muncul dari adanya mitos bahwa Ki Ageng Gribig merupakan tokoh

penyebar agama Islam di Jawa Timur yang sejajar dengan sunan-sunan

kebanyakan. Dengan keyakinan ini mereka percaya bahwa setiap doa yang

mereka panjatkan ketika berziarah kubur, doa tersebut akan di kabulkan.

Kepercayaan semacam inilah yang mendorong para peziarah bersikap antusias

terhadap keberadaan makam Ki Ageng Gribig.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan yang telah dibahas dimuka, dapat disimpulkan bahwa cerita

mengenai kisah asal usul Ki Ageng Gribig memiliki dua versi yang masing-

masing dapat dipertanggungjawabkan. Menurut versi yang pertama, Ki Ageng

Gribig adalah utusan dari kerajaan Mataram pada zaman kekuasaan Sultan Agung

Hanyokro Kusuma pada tahun 1625. Ki Ageng Gribig bisa sampai di Malang

tidak dengan tanpa tujuan, beliau diutus oleh raja untuk melakukan program

Page 9: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

Mataramisasi, yakni program perluasan daerah kekuasaan kerajaan Mataram.

sedangkan versi kedua, Ki Ageng Gribig merupakan utusan dari Kerajaan

Blambangan Kulon yang pada zaman itu dikuasai oleh Aryo Menak Koncar. Ki

Ageng Gribig bisa sampai di kota Malang juga karena mengemban tugas untuk

melakukan ekspansi Blambangan, yakni bertugas melakukan perluasan daerah

kekuasaan kerajaan Blambangan.

Masyarakat Gribig percaya selain menjadi salah satu tokoh pendiri kota

Malang, Ki Ageng Gribig juga seorang tokoh penyebar agama Islam yang berada

di kota Malang. Baik masyarakat Gribig sendiri maupun peziarah, sosok Ki

Ageng Gribig dianggap sederajat dengan sunan-sunan yang ada di Jawa Timur.

Terbukti bahwa peziarah para wali selalu mengunjungi makam Ki Ageng Gribig

setelah berkunjung ke makam-makam para sunan yang ada di Jawa Timur.

Peziarah juga memiliki keyakinan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki kesaktian.

Kesaktianya tersebut terwujud dalam hal mengobati orang yang sakit, dengan

bukti banyak peziarah yang melakukan ziarah kubur demi kesembuhan

penyakitnya. Selain itu, terdapat pula peziarah yang mendapatkan benda-benda

pusaka setelah berdiam diri di dalam Komplek Makam Ki Ageng Gribig. Seperti

yang dikatakan oleh informan bahwa siapa saja yang mampu menahan hawa nafsu

keduniawiannya, maka indera keenam orang tersebut lebih peka dibandingkan

dengan orang yang senang mengumbar hawa nafsu keduniawiannya.

Efek mitos Ki Ageng Gribig terhadap prilaku masyarakat Gribig dan

peziarah ditemukan bahwa masyarakat Gribig bersikap acuh terhadap keberadaan

makam Ki Ageng Gribig yang disebabkan oleh adanya mitos yang beredar, alasan

lain adalah dikarenakan keberadaan Makam Ki Ageng Gribig tidak bisa

mendongkrak perekonomian masyarakat Gribig. Sedangkan bagi para peziarah,

efek yang muncul yakni mereka menganggap makam Ki Ageng Gribig ini adalah

bagian dari sunan-sunan yang ada. Mereka merasa kurang puas ketika melakukan

ziarah tanpa mengunjungi atau berziarah ke makam Ki Ageng Gribig. Hal ini

disebabkan bahwa mereka menganggap Ki Ageng Gribig ini adalah tetua atau

orang yang dituakan pada masanya dahulu, atau dapat dikatakan dahulu Ki Ageng

Gribig memiliki kedudukan yang sama dengan para sunan-sunan yang ada di

Jawa Timur.

Selain itu peziarah percaya bahwa makam Ki Ageng Gribig merupakan

tempat yang sakral dan masih menyimpan banyak benda-benda pusaka

peninggalan Ki Ageng Gribig. Terbukti bahwa sampai saat ini masih banyak

peziarah yang datang untuk maksud tertentu, yakni bertujuan mencari benda

pusaka. Keajaiban lain yakni banyak peziarah yang datang ke makam Ki Ageng

Gribig dengan tujuan menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

Berdasarkan kesimpulan tentang kajian mitos terhadap folklor Ki Ageng

Gribig, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. (1) Di bidang pendidikan,

diharapkan agar penelitian ini digunakan sebagai acuan penyusunan buku mengenai

Makam Ki Ageng Gibig, sebagai salah satu situs sejarah kota Malang, serta digunakan

sebagai bahan ajar dalam mata kuliah kajian sastra lisan oleh pendidik sastra, dikarenakan

penelitian ini merupakan fenomena kesusastraan yang bersifat ilmiah. (2) Bagi pembaca,

diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menggali wawasan mengenai

keberadaan makam Ki Ageng Gribig yang tidak terpublikasikan dengan baik. (3) Bagi

peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan rujukan untuk melakukan penelitian

lanjutan mengenai sejarah Makam Ki Ageng Gribig.

Page 10: KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE3EBA269204A2171BFA96FD... · KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOLKLOR KI AGENG GRIBIG Doni

Daftar Rujukan

C. U. W. N. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.

D. J. 1986. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng Dan Lain-

Lain. Jakarta: Grafiti.

D. T. K. 2008. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian. Jakarta: Direktorat

Jenderal Peningkatan Mutu, Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

Departemen Pendidikan Nasional.

E. M. 2002. Mitos: Gerak Kembali yang Abadi, Kosmos dan Sejarah. Yogyakarta:

Ikon Teralitera.

M. L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

S. J. P. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan. Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya.

Z. Z. S. K. Z. Z. 1997. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Penulis

Doni Rachman

NIP 906212403153

Pembimbing I

Dr. Hj. Yuni Pratiwi, M.Pd

NIP. 19610603 198503 2 001

Pembimbing II

Dr. Roekhan, M.Pd

NIP. 19610504 198701 1 001