KB ALAMI FIX (2)

22
KELUARGA BERENCANA TANPA ALAT Tugas Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Maternitas 1 yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes. Oleh Kelompok 17 Kelas II A 1. Ningrum Wahyu Setyowati (1401100020) 2. Yuyun Masruroh (1401100025)

description

KN alami

Transcript of KB ALAMI FIX (2)

KELUARGA BERENCANA TANPA ALAT

Tugas

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Keperawatan Maternitas 1

yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes.

Oleh Kelompok 17

Kelas II A

1. Ningrum Wahyu Setyowati (1401100020)

2. Yuyun Masruroh (1401100025)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG

September 2015

KONTRASEPSI TANPA ALAT (KB ALAMIAH)

1. Pengertian Kontrasepsi Tanpa Alat

Kontrasepsi alamiah atau tanpa alat adalah suatu upaya mencegah/mengahalangi

pembuahan atau pertemuan antara ovum dengan sperma dengan menggunakan metode-

metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi ciri khas

metode perintang) dan juga tidak menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon.

Metode ini sering melibatkan perilaku puasa seks secara periodic, sebuah metode

penghalang antara spermatozoa dan ovum dengan menghindari hubungan seks selama

fase subur berlangsung dari siklus menstruasi. Metode ini tergantung pada kemampuan

pasangan mengidentifikasi fase subur pada setiap fase siklus menstruasi dan motivasi

serta disiplin mereka untuk mempraktikan puasa seks jika diperlukan.

KBA adalah suatu pilihan yang menarik bagi beberapa orang yang memfasilitasi

wanita melakukan interpretasi atas kesuburannya dan kemudian mengendalikannya.

Apabila aturan-aturannya ditaati, maka KBA adalah metode efektif yang membutuhkan

komitmen, pantang berhubungan seksual penetratif selama masa subur dan hubungan

yang saling memahami. Motivasi dan komitmen terhadap metode ini merupakan hal

penting agar metode dapat berhasil.

2. Indikasi Kontrasepsi Tanpa Alat

a. Indikasi Umum

Di Inggris, diperkirakan 2% populasi menggunakan KBA. Di beberapa negara

berkembang, pemakaian lebih tinggi karena alasan-alasan sosial, budaya, dan

ekonomi. Wanita atau pasangan mungkin memilih KBA karena alasan-alasan berikut:

1. Agama atau budaya mereka melarang pemakaian metode pengendalian

kelahiran buatan.

2. Pilihan individual yang tidak menginginkan metode hormon atau metode

kontrasepsi lain karena dinaggap “tidak alami” atau infasif dan takut akan efek

sampingnya.

3. Pasangan mendapati bahwa metode kontrasepsi alami yang membutuhkan

tanggung jawab bersama dapat meningkatkan hubungan mereka.

b. Indikasi Khusus

KBA merupakan metode yang sesuai untuk:

1. Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan

2. Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur

3. Pasangan yang tidak dapat menggunakan metode KB lain

4. Tidak keberatan jika terjadi kehamilan

3. Keunggulan Kontrasepsi Tanpa Alat

a. Suatu metode kontrasepsi akan efektif jika semua aturan diikuti

b. Meningkatkan pemahaman individu terhadap pasangannya dalam aspek hubungan

fisik dan emosional

c. Meningkatkan pemahaman wanita tentang tubuhnya sendiri dan pengendalian

kesuburan

d. Metode pengendalian kesuburan nonhormon dan noninvasif

e. Dapat diajarkan dan digunakan di negara berkembang (dengan biaya metode

buatan yang mahal), apapun tingkat pendidikan individu

f. Dapat digunakan baik untuk memperoleh maupun mencegah kehamilan

4. Kekurangan Kontrasepsi Tanpa Alat

a. Memerlukan periode pantang berhubungan intim yang lama rata-rata 15 sampai

17 hari per siklus menstruasi

b. Diperlukan periode belajar yang lama yaitu tiga bulan, juga diperlukan guru yang

baik

c. Gejala harus dicacat setiap hari

d. Aturan-aturan metode sering dianggap terlalu menuntut sehingga banyak yang

melanggar

e. Bukan metode yang cocok bagi pasangan yang hubungannya belum stabil

f. Jauh lebih sulit digunakan apabila siklus menstruasi tidak teratur dan karena itu

tidak ideal untuk digunakan pada masa perimenopause kecuali apabila pemakai

sudah terbiasa dengan metode ini

g. Bukan merupakan metode yang cocok bagi wanita yang enggan mengeksplorasi

tubuhnya

h. Diperkirakan bahwa apabila KBA gagal dan terjadi konsepsi dengan ovum atau

sperma yang sudah tua, maka akan terjadi peningkatan risiko aborsi spontan atau

kelainan janin. Namun, belum ada bukti untuk perkiraan tersebut.

i. KBA tidak melindungi pemakai dari infeksi menular seksual.

5. Efektifitas Penggunaan Kontrasepsi Tanpa Alat

Metode keluarga berencana alamiah akan lebih efektif bila dilakukan dengan

baik dan benar. Sebelum menggunakan metode KBA ini, pasangan suami istri harus

mengetahui masa subur. Sebenarnya, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh

karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu,

metode KBA ini akan lebih efektif bila semua dari macam-macam metode KB

alamiah digunakan. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sydney,

metode akan lebih efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan.

6. Macam-Macam Teknik Kontrasepsi Tanpa Alat

a. Metode Kalender

Metode KBA ini juga dikenal sebagai “metode irama” atau “Russian

roulette” (yang terakhir memiliki angka kegagalan yang tinggi). Metode ini

didasarkan pada suatu algoritme yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan

dari sejumlah siklus menstruasi berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur,

dilakukan pencatatan siklus menstruasi dengan durasi minimal enam dan

dianjurkan duabelas siklus.

Cara perhitungan pada siklus haid yag teratur adalah hari pertama dalam

siklus haid dihitung sebagai hari ke-1. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari

ke-16 siklus haid. Contoh: seorang istri mendapat haid mulai tanggal 9 januari.

Tanggal 9 januari dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal

20 januari dan hari ke-16 jatuh pada tanggal 24 januari. Jadi masa subur yaitu

tanggal 20 hingga 24 januari. Pada tanggal tersebut suami istri tidak boleh

bersenggama.

Bila Siklus haid tidak teratur cara perhitungan masa suburnya adalah 20

hari dikurangi dari siklus tersingkat untuk mengetahui hari subur pertama dan 11

hari dari siklus terlama untuk mengetahui hari subur terakhir. Dengan demikian,

apabila siklus seorang wanita berlangsung antara 28 sampai 35 hari, maka masa

subur mulai pada hari ke 8 dan berakhir pada hari ke 24. Variabilitas dan lama

siklus menentukan jumlah hari pantang berhubungan seksual yang diharuskan,

dalam hal ini adalah 17 hari. Dengan demikian, wanita dengan siklus yang sangat

teratur memiliki periode berpantang lebih singkat.

Metode kalender memiliki angka kegagalan sampai 20 per 100 tahun-

wanita. Pada beberapa studi, pernah dilaporkan angka sampai setinggi 40 per 100

tahun-wanita. Untuk menjamin efektivitas maksimum, metode kalender

sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator kesuburan lainnya.

Keuntungan Metode Kalender

1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.

4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko

kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

6. Tidak memerlukan biaya.

7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

Keterbatasan Metode Kalender

1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.

4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

b. Metode Suhu Basal

Saat ovulasi, peningkatan progresteron menyebabkan peningkatan suhu

basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C, yang menetap sampai awitan menstruasi.

Peningkatan suhu adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari

berikutnya memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur diperlukan

pantang berhubungan intim. Dengan demikian, metode suhu mengidentifikasi

akhir masa subur bukan awalnya. Hubungan intim juga harus dihindari sebelum

ovulasi (yaitu selama fase folikular) agar metode ini efektif.karena itu, metode

suhu biasanya digunakan bersama dengan indicator kesuburan lainnya. Metode

suhu basal memiliki angka kegagalan 1,2 per 100 tahun-wanita dan kegagalan

pemakai 6,6 per 100 tahun-wanita. Apabila digunakan bersama dengan metode

kalender angka kegagalan terkait metode adalah 5,0 per 100 tahun-wanita,

mungkin karena hubungan intim masih diperbolehkan pada paruh pertama siklus

sehingga risiko kehamilan meningkat secara bermakna.

Sebuah bagan suhu, dapat diperoleh dari organisasi-organisasi fertilitas,

mulai digunakan pada awal mestruasi dan dipertahankan selama siklus. Suhu

dapat diukur per oral (selama lima menit), per vagina, atau per rectum (selama 3

menit) tetapi cara yang dipilih harus sama selama siklus pengukuran suhu.

Thermometer ovulasi yang ada dipasaran memiliki penandaan yang lebih lebar

sehingga lebih mudah dibaca daripada thermometer biasa. Selain itu juga tersedia

termometer digital yang dioperasikan dengan baterai, tidak mengandung air

raksa, dan dapat dibaca dalam 45 detik. Suhu harus diukur pada waktu yang sama

setiap hari, sebelum bangun dan sebelum minum atau makan. Suhu dapat

dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk tidur larut malam, minm alkohol pada

malam sebelumnya, penyakit virus atau bakteri, dan stress. Untuk menjadi

indikasi terjadinya ovulasi, peningkatan suhu harus menetap selama 3 hari dan

harus meningkat sebesar paling sedikit0,2°C paling tidak pada satu hari. Pada

bagan dibuat garis vertical suhu pada hari pertama peningkatan suhu dan dibuat

garis horizontal melalui 6 hari sebelumnya (“3 over 6 rule”). Taut pertemuan

antara kedua garis disebut coverline dan dianggap sebagai hari ovulasi. Bagan

suhu kadang-kadang sulit diinterpretasi, terutama apabila terjadi peningkatan

suhu yang tidak dapat diperkirakan dan tidak menetap. Apabila bagan terus sulit

dipahami, maka diperlukan bantuan petugas ahli untuk membantu melakukan

interpretasi.

.

Gambar 1

Grafik pengukuran suhu basal sebagai kontrasepsi alamiah

Keuntungan :

1. Memiliki tingat keamanan yang tinggi jika diukur secara rutin dan benar.

2. Murah (ekonomis)

3. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin

4. Tidak ada efek samping sistemik

Kekurangan :

1. Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, mengukur tidak pada

waktu biasanya, tidur terlalu larut malam, danti thermometer, ganti tempat

pengukuran suhu.

2. Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu menyusui, karena

siklus yang sangat tidak teratur.

3. Kelemahan cara ini adalah bila seseorang lupa untuk melakukannya.

4. Pengukuran yang tidak teliti

5. Perlu pencatatan tiap hari.

c. Metode Lendir Serviks

Metode ini juga dapat digunakan secara tersendiri atau dikombinasikan

dengan indikator fertilitas yang lain. Wanita diberi tahu untuk mengenali

karakteristik mukus serviks seperti dijelaskan sebelumnya. Mukus fertile

memiliki gambaran khas seperti putih telur mentah, apabila diregangkan

sepanjang beberapa sentimeter antara telunjuk dan ibu jari, tidak terputus

(spinnbarkheit). Mucus ini muncul beberapa hari sebelum ovulasi (dirangsangkan

oleh folikel yang sedang tumbuh) dan hari terakhir mucus fertile yaitu pada hari

saat kemungkinan besar terjadi ovulasi (disebut “hari puncak”). Pasangan harus

pantang berhubungan intim sejak saat teridentifikasinya mucus fertile sampai 3

hari setelah hari puncak. Akhir masa subur ditandai oleh munculnya mucus

infertile yang sedikit dan kental.

Beberapa wanita telah menyadari adanya perubahan mukus dalam siklus

mereka sebelum mempelajari metode ini. Mereka mengetahui bahwa dalam

siklus menstruasi terdapat saat-saat vagina terasa lebih basah walaupun tanpa

rangsangan seksual. Sebesar 93% wanita maampu mengidentifikasi mukus fertile

dalam bulan pertama pembuatan bagan (WHO, 1981). Namun, diperlukan waktu

untuk belajar menginterprestasikan bagan dan menerapkan aturan-aturannya.

Angka kegagalan metode kontrasepsi sederhana MOB ini adalah 0,4-39,7 100

wanita per tahun.

Menggunakan metode mucus

1. Para pasangan yang pertama kali menggunakan metode ini dianjurkan untuk

pantang berhubungan seksualsepanjang keseluruhan siklus menstruasi

pertama penggunaan metode ini.

2. Pasangan jangan melakukan hubungan intim selama menstruasi karena

terdapat kemungkinan adanya mucus fertile tetapi tidak terdeteksi.

3. Sejak hari pertama siklus, karakteristik mucus serviks dicatat dibagan yang

sesuai. Sebelum setiap miksi, vulva diusap dengan kertas toiletberwarna

untukpemeriksaanmukus. Hari puncak mucus seringdidahului oleh

munculnyamukus basah yang licin tetapi mucus yang lengket sebelum hari

puncak juga dapat merupakan mucus fertile. Dengan demikian, para pengajar

metode ini menekankan bahwa setiap perubahan mucus, baik lengket atau

dapat direnggangkan, mungkin menandakan ovulasi. Jumlah rata-rata hari

“kering” sebelum terjadinya perubahan mucus adalah 3,5 dan mucus dapat

diindentifikasi selama rata-rata 6 hari sebelum hari puncak (WHO, 1983)

4. Dengan menggunakan label berperekat atau pena berwarna dilakukan

pencatatan hari menstruasi, hari-hari “kering”, dan hari-hari mucus. Hari-hari

mucus infertile atau “kering” ditandai dengan warna atau symbol yang

berbeda dari hari-hari mucus fertile. Pola mucus dapat berubahdalam suatu

hari dan mucus yang paling fertile yang harus dicatat di bagan.

5. Pada tanda pertama mucus, hubungan intim harus dihindari sampai malam

keempat setalah hari puncak. Setelah itu, pasangandapat berhubungan

seksual sampai akhir siklus. Karena adanya cairan seminalis dalam vagina

dapat menyebabkan karakteristik mucus serviks lebih sulit diinterprestasikan,

maka pasangan dianjurkan berhubungan intim dengan berselang seling hari.

Keuntungan penggunaan metode lendir serviks:

1. Dalam kendali wanita.

2. Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.

3. Meningkatkan kesadaran terhadap peerubahan pada tubuh.

4. Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan.

5. Dapat digunakan mencegah kehamilan

Kerugian/kekurangan metode lendir serviks:

1. Membutuhkan komitmen.

2. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.

3. Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode

4. Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur

5. Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, tersebut dapat menghambat

produksi lendir serviks

6. Melibatkan sentuhan pada tubuh, yang tidak disukai beberapa wanita.

7. Membutuhkan pantang berhubungan intim

d. Metode Sim to Thermal

Metode ini menggabungkan metode suhu dan mukus serta menyertakan

indikator-indikator minor perubahan hormon lainnya misalnya nyeri, bercak

darah atau perdarahan, nyeri payudara, perubahan suasana hati dan rasa gembung.

Wanita mungkin sebelumnya tidak menyadari adanya relevansi dari gejala-gejala

tersebut tetapi kemudian dapat mulai melihat adanya pola yang ikut membantu

dalam menginterpretasi lebih jauh siklus menstruasi.

Pada European Multi-centre Study of Natural Family Planning (Freundl,

1993), angka kegagalan tipikal untuk metode simtotermal adalah 17,7 per 100

tahun-waita walaupun apabila digunakan kondom selama masa subur, angka

kegagalan turun menjadi 3,6 per 100-tahun wanita

e. Metode Coitus Interuptus

Coitus Interuptus atau senggama terputus atau penarikan penis, yaitu pria

mengontrol ejakulasinya selama berhubungan seksual dan melakukan ejakulasi

diluar vagina, seringkali dianggapklien sebagai “berhati-hati” dan beberapa

wanita dapat mengatakan bahwa pasangannya “menjaga sesuatu”. Banyak

ungkapan halus yang digunakan untuk menggambarkan metode ini seperti

“berhenti terlalu cepat” senggama terputus hampir 90% efektif dalam mencegah

kehamilan. Kegagalan dalam menggunakan metode ini cenderung menigkat

karena sebagian kecil semen bocor sebelum ejakulasi terjadi. Berbagai

keuntungan dan kerugian metode ini tertera dibawah ini.

Keuntungan senggama terputus

1. Bebas biaya

2. Memberi kebebasan kepada pasangan untuk memilih baik hubungan seksual

penuh maupun senggama terputus.

Kerugian senggama terputus

1. Sangat penting untuk memiliki control ejakulasi yang baik sehingga tidak

sesuai bagi pria yang mengalami ejakulasi prenatur

2. Mungkin menyebabkan ketidakpuasan bagi pasangan

3. Meningkatkan asietas yaitu bagi pria untuk menarik penis sebelum ejakulasi

terjadi dan bagi wanita bahwa pasangannya melakukan penarikan penis

“pada saat yang tepat”

4. Dibawah pengontrolan pria

Mitos dan media

Senggama terputus ternyata jauh lebih banyak dilakukan daripada yang

diperkirakan oleh banyak orang dan merupakan bentuk kontrasepsi yang paling

kuat. Metode ini sesuai dengan ajaran alkitab, dan banyak digunakan diseluruh

dunia oleh budaya yang berbeda.

f. Metode Palpasi Serviks

Serviks itu sendiri juga peka terhadap perubahan-perubahan dalam

lingkungan steroid dan karakteristik tertentu mengalami perubahan selama siklus

menstruasi. Serviks dapat dipalpasi setiap hari sebagai indkator kesuburan lain,

terutama apabila perubahan mukus serviks sulit diinterpretasikan, misalnya

sewaktu siklus yang tidak teratur atau masa perimenopause.

Selama masa tidak subur, serviks teraba lebih rendah di vagina dan

berkonsistensi padat dan kering. Seiring dengan mendekatnya ovulasi, serviks

meninggi, sebesar sekitar 1 – 2 cm ke arah korpus uterus dan teraba basah dan

teraba basah dan lunak. Ostium serviks sedikit membuka.

g. Metode indeks multipel (metode uji ganda)

Metode uji ganda adalah suatu metode yang digunakan sebagai program

keluarga berencana dengan melibatkan semua indikator berupa metode kalender,

metode suhu basal dan metode mukosa serviks secara menyeluruh sehingga hasil

yang diharapkan lebih maksimal. Pencatatan dan interpretasi indikator-indikator

kesuburan memerlukan komitmen yang besar, terutama apabila semua indikator

digunakan sebagai metode indeks multipel. Pada pendekatan ini, metode kalender

dan mukus serviks digunakan untuk mengidentifikasi permulaan fase subur

sementara metode suhu dan mukus menentukna akhirnya.

h. Metode Amenore Laktasional

Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method

(LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan

makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau

Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode

keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak

dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. Pada Consensus Conference

yang dilangsungkan di Bellagio Italia tahun 1988, para ahli mengumpulkan data

klinis dan endokrin dari 13 studi prospektif mengenai efek laktasi pada

kesuburan. Mereka sependapat bahwa wanita yang menyusui bayinya secara

penuh atau hampir penuh dan tetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari

2% untuk hamil selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.

Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui dapat menekan

kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui. Oleh karena

itu, selain menggunakan Metode Amenorea Laktasi juga harus menggunakan

metode kontrasepsi lain seperti metode barier (diafragma, kondom, spermisida),

kontrasepsi hormonal (suntik, pil menyusui, AKBK) maupun IUD.

Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi,

apabila:

1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan

minimal 8 kali sehari.

2. Belum mendapat haid.

3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau

menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan

adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin

meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat

(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak

terjadi ovulasi.

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara

benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan

pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan

menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman

tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan

intensitas menyusui.

Kelebihan Penggunaan MAL

1. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.

2. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.

3. Tidak memerlukan pengawasan medis.

4. Tidak mengganggu senggama.

5. Mudah digunakan.

6. Tidak perlu biaya.

7. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.

8. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.

Keterbatasan

1. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.

2. Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan,

belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.

3. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B

ataupun HIV/AIDS.

4. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.

5. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang

ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.

2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.

3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.

Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus

menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Dilakukan segera setelah melahirkan.

2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.

3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.

4. Tidak mengkonsumsi suplemen.

5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.

Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:

1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.

2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.

3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.

4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.

5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.

6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme,

cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.

7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.

8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.

REFERENSI

Glasier, A., Gebbie, A. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi Edisi 4. Jakarta:

EGC.

Andrews, G. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC.

Saifuddin, B. A. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka.

BKKBN. 2006. Pedoman Materi KIE.

Farahwati, Zehan. 2009. Program Keluarga Berencana. Universitas Indonesia.

Abdullah, Rhina. 2012. Pengertian Kontrasepsi, (http://bidanrhyna.blogspot.com/), diakses

pada tanggal 31 Agustus 2015.