Konsep Dasar Penyakit

download Konsep Dasar Penyakit

of 26

Transcript of Konsep Dasar Penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Konsep Dasar Penyakit A. Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007) Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992). Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999) B. Etiologi Penyebab utama : virus dengue tergolong albovirus Vektor utama : Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes polynesiensis. Masa inkubasinya 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan : a. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari. b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik. c. Penyedaiaan air bersih yang langka. Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena. a. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m. b. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Prasetya, 2009).

C. EpidemiologiPROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Penyakit DHF ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa DHF terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun serta tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam hal kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Outbreak (KLB, Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan penyakit DHF antar manusia terutama berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan dengan morbiditas dan mortilitasnya, DHF disebut sebagai the mosquito transmitted disease. Di wilayah pengawasan WHO Asia Tenggara, Thailand merupakan Negara peringkat pertama yang melaporkan banyak kasus DHF yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan di Indonesia termaksud peringkat kedua berdasarkan jumlah kasus DHF yang dilaporkan. Penyakit DHF pertama kali dikenali di Filipina pada tahun 1953. Diisolasi dari pasien d Filipina pada tahun 1956, 2 tahun kemudian virus dengue dari berbagai tipe diisolasi dari pasien selama endemik di Bangkok, Thailand. Selama tiga dekade berikutnya, DBD/DSS ditemukan di Kamboja, Cina, India, Indonesia, Masyarakat Republik Demokratis Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilanka, Vietnam dan beberapa kelompok kepulauan Pasifik. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%). Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali TimorTimur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahuntahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

D. Patofisiologi Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya troMbositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian (Prasetya, 2009).

D. Diagnosis Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut : a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertaiPROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri. b. Manifestasi perdarahan : 1)Uji tourniquet positif 2)Petekia, purpura, ekimosis 3)Epistaksis, perdarahan gusi 4)Hematemesis, melena. c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus. d. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi E. Klasifikasi Klasifikasi DHF berdasarkan derajat ringannya penyakit, dapat dibagi menjadi 4 tingkat yaitu : 1) Derajat I Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, uji torniquet hasilnya positif, hanya terdapat manifestasi perdarahan 2) Derajat II Sama dengan derajat I ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis melena, perdarahan guzi, telinga dan lainlain. 3) Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20% dan trombosit < 100.000 maka pemberian cairan sesuai dengan protocol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%.

C.

Derajat 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht > 20%.

Meningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5 ml/kg/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 3 ml/kg/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.

Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kgBB/jam tadi keadaan tetap tidak membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun < 20 mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan menunjukkan oerbaikan maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi 15 ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk dan didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan derajat tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi pemberian cairan awal.

D.

Derajat 4. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa

Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia), perdarahan saluran kencing

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

(hematuria), perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht dan thrombosis serta hemostasis harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda-tanda koagulasi intravascular diseminata (KID). Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang), PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10g/dL. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan massif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm3 disertai atau tanpa KID.

E.

Derajat 5. Tatalakasana Sindrom Syok Dengue pada Dewasa

Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisa gas darah, kadar natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin. Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi setelah 1530 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan tekanan darah sistolik 100 mmHg dan tekanan nadi lebih dari 20 mmHg, frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak pucat serta dieresis 0,5 1 ml/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi menjadi 7ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam 24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil serta dieresis cukup maka pemberian cairan per infus harus dihentikan (karena jika reabsorpsi cairan plasma yang mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan infuse terus diberikan maka keadaan hipervolemi, edema paru atau gagal jantung dapat terjadi). I. PencegahanPROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) sangat tergantung dengan pengendalian pada vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis, maupun secara kimiawi, seperti :

1. Lingkungan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agaar nyamuk tidak dapat lagi berkembang biak. Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan dengan : Menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. Dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas sekitar 7-10 hari. Menutup rapat tempat penampungan air. Supaya agar nyamu tidak menggunakannya sebagai tempat berkembang biak. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya semunggu sekali. Membersihkan perkarangan atau halaman rumah dari barang-barang yang dapat menampung air hujan. Karena berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk. Menutup lubang-lubang pada pohon, terutama pohon bambu ditutup dengan menggunakan tanah. Membersihkan air yang tergenang diatap rumah juga dapat mencegah berkembangnya nyamuk tersebut. Pembersihan selokan disekitar rumah supaya air tidak tergenang. 2. Biologis Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan ikan cupang pada kola/ sumur yang sudah tak terpakai atau menggunakan dengan bakteri Bt H-14. 3. Kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Diantaranya adalah : Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti dengan batas tertentu.

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi tempat penampungan air. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan tindakan untuk memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan antaranya dengan 3M yaitu: 1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 710 hari). 2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. 3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

J. PROGNOSIS Infeksi dengue umumnya mempunyai prognosis baik,DF dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada perdarahan yang berat,syok yang tidak teratasi,efusi pleura, dan asites berat serta kejang. Kematian juga bias disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada muncul komplikasi pada system saraf, kardiovascular, pernafasan,darah,dan orang lain. Kematian juga dapat disebabkab oleh banyak faktor: Keterlambatan diagnosis. Keterlambatan diagnosis dan penanganan shock yang tak teratasi Kelebihan cairan

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Kebocoran yang hebat. Pendarahan massif Kegagalan banyak organ Encefalopati Sepsis

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :1)

Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.2)

Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).3)

Integritas egoPROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.4)

Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen.5)

Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).6)

Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

7)

Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)8)

Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.9)

Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).10)

Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Data Fokus a) Data subyektif Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu : -

Lemah. Panas atau demam. Sakit kepala. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan. Nyeri ulu hati. Nyeri pada otot dan sendi. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

-

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

-

Konstipasi (sembelit).

b) Data obyektif : Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :-

Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, Hiperemia pada tenggorokan. Nyeri tekan pada epigastrik. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,

-

hematoma, hematemesis, melena.

gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. C. Pemeriksaan Diagnostik 1. Darah Pada Demam Dengue leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoprotreinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamik piruvat transaminase (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun. 2. Urine Mungkin ditemukan albuminaria. 3. Sumsum Tulang Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk semua system. 4. Uji Serologi

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

c.

Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan

konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibody antidengue sebanyak minimal empat kali. d. Ui serologi memakai serum tungga, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibody antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibody antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. D. Diagnosa Keperawatan 1. PK Infeksi 2. PK Anemia 3. Resiko Perdarahan berhubungan dengan koagulati inheren: trombositopenia. 4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di tandai dengan respons tekanan darah pasien abnormal terhadap aktivitas, pasien menyatakan letih, pasien mengatakan merasa lemah, dan respons frekuensi jantung klien abnormal terhadap aktifitas). 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor internal gangguan koagulasi ditandai dengan adanya perdarahan di bawah kulit, dan ruam petekie. 6. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan gangguna sirkulasi ditandai dengan perubahana mukosa oral dan adanya perdarahan gusi. 7. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan peredaran darah keseluruh tubuh ditandai dengan perubahan tekanan darah di ekstremitas < 120/80 mmHg, penurunan nadi 37,50

C, takikardia, kulit teraba hangat. 10. Risiko syok b.d hipotensi 11. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d kulit kering, peningkatan hematokrit >20%, penurunan tekanan darah, elastisitas turgor kulit >2 detik, membran mukosa kering, nadi lemah dan cepat. 12. Diare b.d proses malabsorpsi (perpindahan cairan ke lumen usus) d.d BAB > 3x sehari dengan konsistensi cair, nyeri abdomen, kram abdomen, bising usus hiperaktif.

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

13. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan asam laktat) d.d mengeluh nyeri, skala nyeri: 3 (skala 0-10), tampak meringis, gelisah. 14. Nausea b.d gangguan biokimia (asidosis metabolik) d.d mengeluh mual, enggan untuk makan, terasa asam di mulut, peningkatan ekskresi saliva. 15. Defisit perawatan diri: mandi b.d kelemahan d.d ketidakmampuan mengakses kamar mandi, ketidakmampuan membasuh tubuh, ADL dibantu orang lain. Diagnosa keperawatan prioritas1. Hipertermia b.d penyakit (infeksi virus dengue) d.d kulit kemerahan, suhu tubuh >37,50

C, takikardia, kulit teraba hangat. 2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan asam laktat) d.d mengeluh nyeri, skala nyeri: 3 (skala 0-10), tampak meringis, gelisah. 3. Nausea b.d gangguan biokimia (asidosis metabolik) d.d mengeluh mual, enggan untuk makan, terasa asam di mulut, peningkatan ekskresi saliva. 4. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d kulit kering, peningkatan hematokrit >20%, penurunan tekanan darah, elastisitas turgor kulit >2 detik, membran mukosa kering, nadi lemah dan cepat. E. Intervensi Keperawatan 1. Hipertermi Hipertermia b.d penyakit (infeksi virus dengue) d.d kulit kemerahan, suhu tubuh >37,5 0 C, takikardia, kulit teraba hangat. Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dalam bata normal dengan kriteria hasil: Suhu tubuh pasien dalam batas normal Akral tubuh pasien hangat Pasien tidak menggigil

Intervensi Mandiri 1. Pantau suhu tubuh pasien, perhatikan Mandiri

Rasional

Rasional: suhu tubuh di atas normalSGD 7

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

menggigil atau diaphoresis

menunjukan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.

2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

Rasional: suhu ruangan atau jumlah selimut normal. harus diubah suhu untuk mempertahankan mendekati

3. Berikan

kompres

hangat,

hindari

Rasional:

membantu

mengurangi

penggunaan alcohol

demam. Penggunaa alcohol juga dapat mengiritasi kulit

Kolaborasi 1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asitaminofen(Tylenol)

Kolaborasi Rasional: mengurangi digunakan demam dengan untuk aksi

sentralnya pada hipotalamus. 2. Berikan selimut pendingin Rasional: digunakan untuk

mengurangi demam di atas suhu 39,50C pada waktu terjadi gangguan atau kerusakan pada otak.

2.Nyeri Akut Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penumpukan asam laktat) ditandai dengan mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (dari 0-10) , tampak meringis, gelisah. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien terkontrol dan terjadi peningkatan kenyamanan dengan kiteria hasil :

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Klien tampak rileksPROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Klien tidak tampak meringis TTV dalam rentang normal (RR=12-20 x/menit, nadi = 80-100 x/menit, suhu 3637 derajat celcius, tekanan darah = 110-120/70-80 mmHg)

Intervensi 1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi

Rasional 1. Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh klien. Bantu klien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman lain. 2. Pengkajian nyeri dengan PQRST membantu perawat dalam menemukan masalah yang akurat. (P : Presipitation Q : Quality , R: Region, S : Skale, T : Time). 3. Nyeri dapat terus terjadi dan diperberat akibat stress dan emosi. Manajemen distraksi dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian klien agar tidak memikirkan nyeri atau penyakit yang dialami, sedangkan guide imagery membayangkan hal-hal yan disukai klien sehingga nyeri yang dirasakan dapat berkurang. 4. Nyeri dapat membuat pasien tidak mendapatkan waktu tidur yang adekuat. Sehingga saat tidak nyeri klien harus memanfaatkan waktunya untuk istirahat.

2. Kaji nyeri klien dengan PQRST secara berkala.

3.Ajarkan teknik manajemen distraksi dan guide imagery.

4. Beri individu kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari (harus istirahat bila nyer mereda)

5. Analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pada pasien. 5. Administrasi Analgesik Tentukan lokasi,PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

3. NAUSIA Nausia/Mual berhubungan dengan gangguan biokimia (asidosis metabolik) ditandai dengan mengeluh mual, enggan untuk makan,terasa asam di mulut, dan peningkatan sekresi saliva.PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Keperawatan selama x 24 jam perawatan, diharapkan pasien tidak mengalami mual/muntah dengan kriteria hasil: Klien melaporkan rasa tidak mual tidak ada peningkatan saliva klien mau makan tidak ada rasa asam di mulut.

Intervensi 1. Dorong pasien untuk makan

Rasional 1. baik. Makanan tipe tersebut

sedikit tapi sering dan untuk makan perlahan. Anjurkan makan makanan yang cair lembut , dan hindari makan yang mengandung lemak, 2. serat, makan yang berbumbu dan kafein. Hindari makanan yang panas.

biasanya dapat ditoleransi dengan

2. dapat

Makanan

yang

panas mukosa dapat

mengiritasi sehingga

lambung 3. 4. Singkirkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi fowler setelah makan dan mengganti posisi setelah makan. 5. Kolaborasi antiemetik. dengan pemberian 3. 4. mual. Bau

memperberat ulkus yang terjadi. tidak sedap

menyebabkan rasa mual. Mempertahankan makanan agar tidak timbul sensasi

5.

Antiemetik

dapatSGD 7

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

menghilangkan mual. 4. Defisit Volume Cairan Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan kulit kering, peningkatan hematokrit > 20%, penurunan tekanan darah, elastisitas turgor kulit > 2 detik, membrane mukosa kering, nadi lemah dan cepat. Intervensi: TUJUAN Setelah diberikan asuhan asuhan selama keperawatan keperawatan x24 jam INTERVENSI a. Kaji keadaan umum klien (pucat, lemah, taki kardi), serta tanda tanda vital.b.

RASIONAL a) menetapkan data cepat dari dasar, untuk dengan keadaan Agar dapat dilakukan untuk mengetahui

penyimpangan

diharapkan kekurangan volume cairan dapat diatasi dengan criteria hasil:

Observasi

normalnya.b)

adanya tanda tanda syok.

segera tindakan

Kulit Tidak

pasien terjadic.

tidak kering Anjurkan klien peningkatan hematokrit

menangani syok yang dialami klien.c)

untuk banyak minum dalamd.

asupan cairan diperluakan menambah Untuk

sangat untuk Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek).e. d)

TD

keadaan normal (110120/80-90)

volume cairan tubuh. mengetahui penyebab defisit volume cairan.

Elastilitas Membrane Nadi normal

turgor kulit < 2 detik mukosa lembab (60-100x/mnt)

Kaji masukane)

dan haluaran cairan.f.

Untuk

Pemberian

mengetahui keseimbangan cairan.f)

cairan intra vena sesuai indikasi.

Pemberian

cairan intra vena sangat

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

penting bagi klien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk rehidrasi F. EVALUASI DX. 1 Evaluasi DX. 2 Evaluasi

Suhu tubuh pasien dalam batas normal Akral tubuh pasien hangat Pasien tidak menggigil

Nyeri klien berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Klien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Klien tampak rileks Klien tidak tampak meringis TTV dalam rentang normal (RR=12-20 x/menit, nadi = 80-100 x/menit, suhu 36-37 derajat celcius, tekanan darah = 110-120/70-80 mmHg)

DX. 3

Evaluasi: DX 4 Evaluasi

Klien melaporkan rasa tidak mual tidak ada peningkatan saliva klien mau makan tidak ada rasa asam di mulut.

Kulit pasien tidak kering

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIG FEVER

2011

Tidak terjadi peningkatan hematokrit TD dalam keadaan normal (110-120/80-90) Elastilitas turgor kulit < 2 detik Membran mukosa lembab Nadi normal (60-100x/mnt)

PROGRAM STUDT ILMU KEPERAWATAN

SGD 7