Laporan Bentang Alam Fluvial

download Laporan Bentang Alam Fluvial

of 27

Transcript of Laporan Bentang Alam Fluvial

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Maksud1.1.1 Menginterpretasikan kenampakan bentang alam fluvial pada peta topografi.

1.1.2 Mengidentifikasi kenampakan bentang alam fluvial di lapangan.

1.1.3 Mengetahui proses pembentukan kenampakan-kenampakan bentang alam fluvial yang ada di lapangan.

1.2. Tujuan1.2.1 Mampu menginterpretasikan kenampakan bentang alam fluvial pada peta topografi.

1.2.2 Mampu mengidentifikasi kenampakan bentang alam fluvial di lapangan.

1.2.3Dapat mengetahui proses pembentukan kenampakan-kenampakan bentang alam fluvial yang ada di lapangan.

1.3. Waktu Pelaksanaan1.3.1. Praktikum LaboratoriumHari / Tanggal: Selasa, 15 Maret 2011

Waktu

: 15.30 s.d. 18.00 WIBTempat : Gedung Kuliah Bersama (GKB) Fakultas Teknik Ruang B203

1.3.2. Praktikum LapanganHari / Tanggal: Sabtu, 19 Maret 2011

Waktu

: 13.45 s.d. 15.35WIB

Tempat

: Kaligarang, SemarangBAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Bentang Alam FluvialBentang alam fluvial adalah bentang alam hasil dari proses kimia maupun fisika yang menyebabkan perubahan bentuk muka bumi karena pengaruh air permukaan (proses fluvial). Air permukaan dapat berupa sungai yang mengalir di bukit-bukit (sheet water).Sebagaimana proses geomorfik yang lain, proses fluvial akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.

2.2. Proses FluvialProses fluvial dibedakan menjadi 3, yaitu :

a. Proses erosiMenurut Sukmana, 1979, proses erosi adlah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Sedangkan Arsyad, 1982, mendefinisikan proses erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagia-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.

Menurut Holy, 1980, berdasarkan agen penyebabnya, erosi dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi oleh angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini, agen penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Sungai dapat mengerosi batuan sedimen yang dilaluinya, memotong lembah, memperdalam dan memperlebar sungai dengan cara-cara :

Quarrying, yaitu pendongkelan batu yang dilaluinya. Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.

Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope.

Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

Hydraulic action, yaitu kemampuan air untuk mengangkat dan memindahkan batuan atau material-material sedimen dengan gerakan memutar sehingga batuan pecah dan kehilangan fragmen.

Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :

Erosi kearah hulu ( head ward erotion) adalah erosi yang terjadi pada ujung sungai.

Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu pada sungai dan menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.

Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada daerah tengah sungai yang menyebabkan bertambah lebar dan panjang sungai.

Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak lagi mampu mengerosi lagi (erition base lavel). Erotion base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level (yang base level-nya berupa laut) dan temporary base level (base level-nya lokal seperti danaudan rawa.Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.b. Proses transportasiProses transportasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.

Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding di dasara sungai.

Saltasi, yaitu material yang terangkut mengambang lalu kembali tenggelam seolah-olah meloncat.

Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan air sehingga menybabkan air menjadi keruh.

Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.c. Proses pengendapan

Proses sedimentasi adalah proses pengendapan mateial karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut berkurang, maka material yang berukuran besara dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan.

Bagian sungai yang paling efektif unutk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar.

Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan pun semakin halus. 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Erosi dan Sedimentasi a. Kecepatan Aliran Sungai

Kecepatan aliran sungai maksimal pada tengah alur sungai, bila membelok maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut off slope (terjadi erosi) karena gaya sentrifugal. Pengendapan terjadi jika kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.

b.Gradien/ Kemiringan Lereng Sungai

Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya curam ke dataran yang lebih rendah maka kecepatan air akan berkurang dan tiba-tiba hilang sehingga menybabkan pengendapan pada dasar sungai. Bila kemudian ada lereng yang terjal lagi, kecepatan akan meningkat sehingga terjadi erosi yang menyebabkan pendalaman lembah.

c. Bentuk Alur Sungai

Aliran sungai akan menggerus bagian tepi dan dasar sungai. Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat. Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasarnya tidak kasar, aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal dan permukaanya tidak kasar, atau sempit, dalam tetapi permukaan dasarnya kasar maka aliran airnya lambat.

d. DischargeMerupakan volume air yang keluar dari suatu sungai. Proses erosi dan transportasi terjadi karena besarnya kecepatan aliran sungai dan discharge.2.4 Pola Pengaliran ((Drainage Pattern)Satu sungai atau lebih beserta anak sugai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran (drainage pattern). Pola ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam variasi tergantung struktur batuan dan variasi litologinya.

a. Pola pengaliran rectangular, yaitu pola pengaliran di mana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya. Pola ini biasanya terdapat pda daerah patahan yang bersistem teratur.

b. Pola pengaliran dendritik, yaitu pola pengaliran berbentuk seperti pohon dan cabang-cabangnya yang berarah tidak teratur. Pola ini berkembang pada daerah dengan batuan yang resistensinya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif, daerah lipatan, dan daerah metamorf yang kompleks.c. Pola pengaliran sejajar/paralel, yaitu pola pengaliran yang arah alirannya sejajar. Pola ini berkembang pada daerah yang memppunyai kemiringan nyata, dan batuannya bertekstur halus.

d. Pola pengaliran trellis, yaitu pola pengaliran yang berbentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar, sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Pola ini banyak dijumpai pada daerah patahan atau lipatan.

e. Pola pengaliran radial, yaitu pola pengaliran yang arahnya menyebar ke segala arah dari suatu pusat. Umumnya berkemban pada daerah dengan struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunug api, dan pada bukit-bukit ynag berbentuk kerucut.

f. Pola pengaliran annular, yaitu pola pengaliran di mana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar. Sering dijumpai dapa daerah kubah berstadia dewasa.

g. Pola pengaliran multibasinal (sink hole), yaitu pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilang yang disebut sebagai sungai bawah tanah. Pola ini berkembang pada daerah karst atau betugamping.

h. Pola pengaliran contorted, yaitu pola pengaliran yang arah alirannya berbalik dari arah semula. Pola ini terdapat pada daerah patahan.

2.5 Klasifikasi Sungai dan Stadia ErosinyaBerdasarkan stadia erosinya, sungai dibedakan menjadi :

a. Sungai muda

Sungai stadia muda dicirikan oleh kemiringan dasar sungai besar, erosi vertikal efektif, tidak terjadi pengendapan, pada lembah sungai banyak dijumpai air terjun, dataran banjir sempit, penampang melintang sungai berbentuk seperti huruf V, relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk, densitas sungai kecil, dan anak sungai jarang.b. Sungai dewasa

Sungai stadia dewasa dicirikan oleh kemiringan dasar sungai yang lebih kecil, erosi dan deposisi relaif kecil, erosi lateral efektif, penampang melintang sungai berbentuk seperti huruf U, mulai membentuk meander (kelokan sungai), cabang-cabang sungai sudah mulai banyak, dan dataran banjir sudah mulai meluas.

c. Sungai tua

Sungai stadia tua dicirikan oleh kemiringan dasar sungai relatif kecil dan hampir landai, penampang melintang sungai berbentuk cawan, tidak terjadi erosi vertikal, tetapi erosi lateral sangat efektif, mulai tampak danau tapal kuda (oxbow lake), bermeander, anak sungai lebih banyak, dataran banjir luas.2.6 Skala WentworthTabel 2.1 Pemilahan ukuran butir didasarkan skala Wentworth

Nama ButirBesar Butir (mm)

Bongkah256

Brangkal256-64

Kerakal64-4

Pasir sangat kasar4-2

Pasir kasar2-1

Pasir sedang1-

Pasir halus-

Pasir sangat halus-1/8

Lanau1/16-1/256

Lempung1/256

2.7 Klasifikasi ReliefTabel 2.2 Klasifikasi Relief Van Zuidam (1983)Klasifikasi ReliefPersen lereng (%)Beda tinggi (m)

Datar/hampir datar0-2140>1000

BAB III

METODOLOGI

3.1. Praktikum Laboratorium3.1.1. Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktikum Laboratorium Acara Bentang Alam Fluvial ini adalah :

1. Alat tulis2. Penggaris3. Kertas HVS A44. Kertas kalkir A45. Peta topografi

6. Pensil warna (24 warna)7. Drawing pen8. Kalkulator9. Milimeter block10. Selotip bening3.1.2. Diagram Alir SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

3.2. Praktikum Lapangan3.1.1. Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktikum Lapangan Acara Bentang Alam Fluvial ini adalah :

11. Kompas geologi12. Alat tulis dan buku catatan lapangan13. Kamera14. Larutan HCl3.1.2. Diagram Alir SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

BAB IV

MORFOMETRI4.1 Bentang Alam Struktural Berkontur Rapat1. Panjang Garis = 1,1 cm

d

= 1,1 x 25000

= 27500 cm = 275 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/275 x 100% = 22,73%

2. Panjang Garis = 0,9 cm

d

= 0,9 x 25000

= 22500 cm = 225 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/225 x 100% = 27,78%

3. Panjang Garis = 0,4 cm

d

= 0,4 x 25000

= 10000 cm = 100 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/100 x 100% = 62,5%

4. Panjang Garis = 0,8 cm

d

= 0,8 x 25000

= 20000 cm = 200 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/200 x 100% = 31,25%

5. Panjang Garis = 0,9 cm

d

= 0,9 x 25000

= 22500 cm = 225 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/225 x 100% = 27,78%

Rata-rata % Lereng = =34,408%

( termasuk daerah berbukit terjal menurut Van Zuidam tahun 1983)

Beda Tinggi

= 217 m -119 m = 98 m

(termasuk daerah berbukit gelombang menurut Van Zuidam tahun 1983)

4.2 Bentang Alam Struktural Berkontur Renggang1. Panjang Garis = 2,7 cm

d

= 2,7 x 25000

= 67500 cm = 675 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/675 x 100% = 9,26%

2. Panjang Garis = 2,9 cm

d

= 2,9 x 25000

= 72500 cm = 725 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/725 x 100% = 8,62%3. Panjang Garis = 2,3 cm

d

= 2,3 x 25000

= 57500 cm = 575 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/575 x 100% = 10,87%4. Panjang Garis = 1,3 cm

d

= 1,3 x 25000

= 32500 cm = 325 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/325 x 100% = 19,23%5. Panjang Garis = 3 cm

d

= 3 x 25000

= 75000 cm = 750 m

h

= 5 x 12,5

= 62 ,5% Lereng= 62,5/750 x 100% = 8,33%Rata-rata % Lereng == = 11,262%

( termasuk daerah bergelombang miring menurut Van Zuidam tahun 1983)Beda Tinggi

= 189 m 89 m = 100 m (termasuk daerah berbukit gelombang menurut Van Zuidam tahun 1983)

4.3 Bentang Alam Fluvial1. Panjang Garis = 0,9 cm

d

= 0,9 x 25000

= 22500 cm = 225 m

h

= 1 x 12,5

= 12 ,5% Lereng= 12,5/225 x 100% = 5,56%

2. Panjang Garis = 0,6 cm

d

= 0,6 x 25000

= 15000 cm = 150 m

h

= 1 x 12,5

= 12 ,5% Lereng= 12,5/150 x 100% = 8,33%

3. Panjang Garis = 0,5 cm

d

= 0,5 x 25000

= 12500 cm = 125 m

h

= 1 x 12,5

= 12 ,5% Lereng= 12,5/125 x 100% = 10%

4. Panjang Garis = 1 cm

d

= 1 x 25000

= 25000 cm = 250 m

h

= 1 x 12,5

= 12 ,5% Lereng= 12,5/250 x 100% = 5 %

5. Panjang Garis = 0,4 cm

d

= 0,4 x 25000

= 10000 cm = 100 m

h

= 1 x 12,5

= 12 ,5% Lereng= 12,5/100 x 100% = 12,5 %

Rata-rata % Lereng = = 8,278% ( termasuk daerah bergelombang miring menurut Van Zuidam tahun 1983)

BAB V

HASIL DESKRIPSI5.1. STA ILokasi

: Kaligarang (dekat UNIKA), SemarangTanggal

: 19 Maret 2011Cuaca

: Cerah

Morfologi

: Sungai stadia muda menuju dewasaBentang Alam: Fluvial

Gambar 5.1 STA I, Kaligarang (Dekat UNIKA)Struktur Geologi: PerlapisanLitologi:Konglomerat (brangkal (256mm-64mm), batulanau (1/16mm-256mm)Tata Guna Lahan: IrigasiPotensi Positif: Tambang batuPotensi Negatif: Banjir

Slope

: 110Deskrisi :

Sungai ini merupakan sungai stadia muda menuju dewasa. Arus sungainya cukup deras, sehingga pengendapan tidak terlalu tinggi. Erosi yang di sungai ini tergolong sedang, dan pelapukan di sekeliling sungai tergolong sedang. Di tengah sungai terdapat material lepasan yang berasal dari hulu sungai yang terbawa oleh arus sungai, dan terdapat endapan di pinggir sungai (point bar). 5.2. STA IILokasi:Pertemuan Kaligarang dengan sungai Kreo (Tugu Soeharto), SemarangTanggal

: 19 Maret 2011 Cuaca

: Berawan suspensiMorfologi

: Dataran Bentang Alam: Fluvial

Gambar 5.2 STA II, Pertemuan Kaligarang dengan

Sungai Kreo (Tugu Soeharto)Struktur Geologi: PerlapisanLitologi

: Batupasir kasar (4mm-2mm), batu lempung (1/256)Tata Guna Lahan: IrigasiPotensi Positif: Tambang pasir dan batuPotensi Negatif: Banjir

Slope

: 10Deskripsi : Sungai ini merupakan sungai stadia tua. Arus sungainya lambat, sehingga pengendapannya tergolong tinggi. Erosi yang terjadi di sungai ini adalah erosi lateral sehingga sungai menjadi lebar. Di Sungai ini terdapat endapan di pinggir sungai (point bar). BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Laporan Laboratorium

Praktikum acara bentang alam fluvial dilaksanakan pada Selasa, 15 Maret 2011 di ruang B.203 Gedung kuliah bersama (GKB) fakultas teknik. Pada praktikum ini, praktikan diminta untuk membuat deliniasi, pola pengaliran, morfometri, dan profil sayatan dari peta topografi dengan nomor peta 48XL.q (80.q)dengan skala 1 : 25.000 dan peta topografi yang digunakan adalah peta topogrfi daerah kabupaten Boyolali dan sekitarnya .Pada pembuatan deliniasi, pembuatanya dilakukan di kertas kalkir 1. Yang dilakukan pertama kali adalah meletakan kertas kalkir 1 di atas peta topografi. Supaya kertas kalkir tidak bergerak maka kertas kalkir 1 diberi selotip bening di ke-empat ujungnya dan direkatkan pada peta topografi. Namun merekatkanya tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan daerah yang akan praktikan buat delinasinya. Kemudian, praktikan diminta menentukan batas-batas dari tiap-tiap satuan morfologi yang ada, yaitu bentang alam fluvial, bentang alam struktural berkontur renggang, bentang alam berkontur rapat, dan bentang alam denudasional pada kertas kalkir 1 Setelah itu, masing-masing satuan morfologi diberi warna yaitu warna hijau tua untuk bentang alam fluvial, warna ungu muda untuk bentang alam struktural berkontur renggang, warna ungu tua untuk bentang alam struktural berkontur rapat , dan warna coklat untuk bentang alam denudasional.Pada pembuatan pola pengaliran, pembuatanya di kertas kalkir 2 yang dilakukan pertama kali adalah meletakan kertas kalkir 2 di atas peta topografi. Supaya kertas kalkir tidak bergerak maka kertas kalkir 2 diberi selotip bening di ke-empat ujungnya dan direkatkan pada peta topografi. Namun merekatkannya tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan daerah yang akan praktikan buat pola pengairannya. Kemudian praktikan diminta untuk memberi tanda pada jalan dan aliran sungai sesuai dengan alurnya yang terdapat pada peta topografi tersebut. Pada pola pengairan, yang diberi warna hanya jalan, sungai induk dan anak sungai. Jalan diberi warna merah, aliran sungai induk diberi warna biru tua dan anak sungai diberi warna biru muda.Pada pembuatan morfometri, praktikan membuat sayatan berjumlah 15 sayatan pada peta topografi tersebut yaitu terdiri dari 5 sayatan untuk bentang alam struktural berkontur rapat, 5 sayatan untuk bentang alam struktural berkontur renggang dan 5 sayatan untuk bentang alam fluvial. Kemudian, praktikan menghitung %lereng tiap sayatan pada masing-masing satuan morfologi dan kemudian dibuat nilai rata-ratanya per satuan morfologi. Bentang alam struktural berkontur rapat 34,408 % dan beda tingginya 98 m,bentang alam struktural berkontur renggang memiliki nilai %lereng rata-rata sebesar 11,262 % dan beda tingginya 100 m ini dikarenakan dan bentang alam fluvial memiliki nilai %lereng rata-rata sebesar 8,278 %Berdasarkan hasil morfometri, bentang alam struktural berkontur rapat tergolong daerah berbukit terjal (%lereng) dan berbukit gelombang (beda tinggi), itu disebabkan daerah yang dideliniasi, kontur rapat dimasukan kedalam kontur renggang karena kontur rapat tersebut didominasi oleh kontur renggang . Kelas lereng ini mengindikasikan bahwa didaerah tersebut banyak terjadi gerakan tanah dan erosi. Hal ini berakibat pada sering terjadinya longsoran. Pada bentang alam ini memiliki proses geomorfik erosi, transportasi dan pelapukan. Pola pengairannya berupa dendritik. Litologi yang dominan adalah batuan beku karena cenderung dekat hulu. Bentang alam ini memiliki tataguna lahan berupa hutan lindung.. Bentang alam struktural berkontur renggang tergolong daerah bergelombang miring (%lereng) dan berbukit gelombang (beda tinggi), itu disebabkan daerah yang dideliniasi, kontur rapat dimasukan kedalam kontur renggang karena kontur rapat tersebut didominasi oleh kontur renggang . Kelas lereng ini mengindikasikan bahwa didaerah, gerakan tanah terjadi namun dalam kecepatan yang rendah. Pada bentang alam ini memiliki proses geomorfik erosi, transportasi dan pelapukan. Pola pengairannya berupa dendritik. Litologi yang dominan adalah batuan sedimen. Bentang alam ini memiliki tataguna lahan berupa perkebunan.Bentang alam struktural fluvial tergolong daerah bergelombang miring. Kelas lereng ini mengindikasikan bahwa didaerah, gerakan tanah terjadi namun dalam kecepatan yang rendah. Pada bentang alam ini memiliki proses geomorfik erosi, transportasi dan pelapukan. Pola pengairannya berupa dendritik. Litologi yang dominan adalah batuan sedimen. Bentang alam ini memiliki tataguna lahan berupa irigasi. Sehingga banyak sawah dipinggir sungai. Selain itu material yang terbawa oleh arus sungai seperti batu atau pasir, dimanfaatkan oleh penduduk sekitar bentang alam ini untuk bahan tambang.Bentang alam struktural denudasional memiliki proses geomorfik erosi, ground mass dan pelapukan. Pola pengairannya berupa dendritik. Litologi yang dominan adalah soil. Bentang alam ini memiliki tataguna lahan berupa pemukiman, karena pada bentang alam memiliki bentuk lahan yang luas dan cenderung datar.Setelah itu, praktikan membuat sayatan sepanjang minimal 15 cm pada peta topografi daerah kabupaten Boyolali dan sekitarnya. Lalu, praktikan membuat profil normal dan profil eksagrasi dari hasil sayatan tadi di milimeter blok. Profil normal dibuat dengan skala horizontal 1: 25.000 & vertikal 1: 25.000, sedangkan profil eksagrasi dibuat dengan skala horizontal 1: 25.000 dan skala vertikal 1: 12.500. Sayatan yang saya buat memiliki panjang 15,9 cm. Sayatan yang saya buat terbentang dari daerah A (memiliki ketinggian 154 m) sampai Patjingkerep (memiliki ketinggian 129 m). Relief yang terbentuk dari profil sayatan didominasi dataran yang sama tinggi, ini disebabkan karena sayatannya melewati kontur yang memiliki ketinggian sama.6.2. Laporan Lapangan6.2.1. STA I

STA I berada di daerah Kaligarang ( dekat UNIKA), Semarang. Sungai di STA I mengalir menuju ke arah utara.Litologi yang berada di tepi sungai, adalah batulanau (1/64-1/256 mm) dan konglomerat (berangkal, 64-256 mm). Struktur yang terdapat di tepi sungai merupakan struktur primer yaitu perlapisan. Disebut perlapisan karena lapisannya memiliki tebal lebih dari 1 cm. Perlapisan di STA 1 mempunyai pola berurut dari butir halus (bawah) ke butir yang lebih kasar (atas), ini dinamakan coarsing upward. Sungai ini memiliki arus cukup deras sehingga energi transportasinya juga masih besar, ini dikarenakan sungai ini memiliki slope 110. Selain itu, sungai ini mempunyai erosi yang tergolong sedang. Sungai ini tergolong sungai yang lebarnya tergolong sedang (20 m) dan kedalamannya yang dangkal, maka erosi vertikal lebih dominan daripada erosi lateral. Sungai ini mulai menunjukkan adanya kelokan-kelokan (meander) yang tidak terlalu tajam dan masih mempunyai riam (undakan kecil).Di sepanjang aliran sungai, ditemukan beberapa endapan di tepi. Endapan yang berada di daerah tepi disebut gosong tepi (point bar). Selain itu di bagian tengah sungai terdapat material lepasan dari daerah hulu yang berupa batu andesit. Itu menunjukan magma pembentuk batu di aliran Kaligarang memiliki sifat intermediet.Di STA 1 ini dijumpai dataran banjir yang dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai area untuk menanami padi. Potensi positif dari sungai ini adalah irigasi dan tambang batu.Selain dampak positif, sungai ini mempunyai dampak negatif berupa banjir. Banjir ini bisa mengakibatkan rusaknya tanaman padi yang ditanam oleh warga di dataran banjir. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka sungai yang berada di STA I termasuk sungai stadia muda menuju dewasa.6.2.2. STA II

STA II berada di daerah pertemuan Kaligarang dengan Sungai Kreo ( tugu Soeharto), Semarang STA II ditempuh dalam waktu 8 menit dari STA I. Sungai di STA II mengalir ke arah utara. Litologi yang berada di tepi sungai, adalah batulempung (