Laporan KP Isya - Affandy

125
LAPORAN KERJA PRAKTIK Evaluasi Aliran Industrial Fuel Oil (IFO) Lube Oil Complex (LOC) I ke IFO Pool (35T4 dan 37T101) PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015 Disusun oleh: Isya Mahendra (23.12.100.092) You And Affandy (23.12.100.111) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Ali Altway, M.Eng NIP. 1951 08 04 1974 12 1001

Transcript of Laporan KP Isya - Affandy

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Evaluasi Aliran Industrial Fuel Oil (IFO) Lube Oil Complex (LOC) I ke

IFO Pool (35T4 dan 37T101)

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015

Disusun oleh:

Isya Mahendra (23.12.100.092)

You And Affandy (23.12.100.111)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Ir. Ali Altway, M.Eng

NIP. 1951 08 04 1974 12 1001

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV

Cilacap, 6 Juli – 31 Agustus 2015

DISUSUN OLEH:

ISYA MAHENDRA (23.12.100.092)

YOU AND AFFANDY (23.12.100.111)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2015

::, ::ir = .'9 ; "r*'.r. r,.-ilidz .,

Shintoko Adiie. ST.

NOPDTk ?46sts

LEMBARPENGESAIIAN 1

LAPORAN KERTA PRAK-TIK

. , PT, PERTAMINA'(Pensere) Refinery Unit fV

Cilacapr 6 JuH - 31 Agustus 2015.8

Telrh llisahkrn deu Diretuiui

Cilecep, 2l Agustus 2015

Menyctujui,'

Pis Procesc Enginoering Pembimbing Keria Praktik

Section Hed

Ahmad Dadruddin

NOPETk 74W24

i'- -'-

iii

LEMBAR PENGESAHAN 2

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV

Cilacap, 6 Juli – 31 Agustus 2015

DISUSUN OLEH:

ISYA MAHENDRA (23.12.100.092)

YOU AND AFFANDY (23.12.100.111)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2015

Telah Disahkan dan Disetujui oleh:

Surabaya, September 2015

Kasie Kerja Praktik

Dr. Juwari, ST., M.Eng

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ali Altway, M.Eng

iv

INTISARI

Refinery Unit IV Cilacap merupakan unit pengolahan terbesar yang dikelola

Pertamina. Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air yang saat ini

memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah

air. Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk BBM

dan Non BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan

mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan

kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang

Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang SRU.

Kilang LOC II mempunyai tugas yang sama pada kilang LOC I, yaitu

menghasilkan komponen minyak pelumas (Lube Base Oil) dan sebagai hasil samping

adalah aspal dan minyak bakar. High Vacuum Unit (HVU) merupakan salah satu unit di

LOC II yang memproduksi 3 fraksi waxy distillate dan short residu dengan cara melakukan

destilasi vacuum terhadap long residue dari atmospheric distlasi. Ketiga waxy distillate

yaitu Spindle Oil (SPO), Light Machine Oil (LMO), Medium Machine Oil (MMO), serta

short residue selanjutnya diproses untuk dijadikan lube oil dengan viscosity index yang

tinggi pada unit berikutnya (PDU, FEU, dan MDU). Operasi HVU sangat mempengaruhi

kualitas final dan intermediate product. Proses utama dalam HVU adalah distilasi vakum

dan stripping.

Unit Utilities pada PERTAMINA RU IV Cilacap adalah semua bahan atau media

atau sarana yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran proses produksi yang meliputi

antara lain unit pembangkit listrik, unit pembangkit uap, unit distribusi air pendingin, unit

pengadaan air bersih, unit pembangkit udara bertekanan, unit distribusi bahan bakar

cair dan gas, unit pengadaan air baku dan unit pengendali, unit pengolahan buang

cair, unit pengolahan buangan gas dan unit pengolahan buangan sludge sehingga kilang

dapat memproduksi BBM dan NBM. kompleks utilities terbagi atas sistem utilities I, II,

IIA , dan utilities paraxylene.

Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari

laboratorium ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Bagian

laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas pokok : Sebagai

pengontrol kualitas bahan baku, Sebagai pengontrol kualitas produk. Bahan-bahan

yang diperiksa di laboratorium ini adalah Crude Oil, Stream product FOCI/II,

LOCI/II/III, paraxylene, Utilities, Intermediate product dan finishing product.

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, taufik

dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan Kerja Praktik di PT. Pertamina

(Persero) Refinery Unit IV Cilacap sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kerja Praktik merupakan salah satu mata kuliah yang harus ditempuh dalam rangka

menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut

Teknologi Sepuluh Nopember.

Laporan kerja praktik ini disusun berdasarkan serangkaian kegiatan orientasi yang

dilakukan saat kerja praktik. Laporan ini berisikan tinjauan umum mengenai proses

produksi di RU-IV Cilacap khususnya di Lube Oil Complex.

Dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan selama menjalankan

kerja praktik ini kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa pencipta semesta alam.

2. Bapak, Ibu, Kakak serta Adik yang tercinta sebagai investor dan motivator terbesar

bagi penyusun. Terima kasih atas doa, dorongan, dukungannya.

3. Bapak P r o f . Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

4. Bapak Prof. Dr. Ali Altway, M.Eng, selaku dosen pembimbing Teknik Kimia FTI-

ITS Surabaya. Serta Bapak, Ibu Dosen Jurusan Teknik Kimia atas perhatian,

dorongan dan ilmu yang tak ternilai harganya.

5. Bapak Ahmad Badruddin, pembimbing kerja praktik di Pertamina RU IV, terima

kasih banyak atas bimbingannya.

6. Semua pihak yang telah membantu penyusun dari awal kuliah hingga

terselesainya laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan laporan ini,

besar harapan penyusun akan saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana semestinya.

Cilacap, Agustus 2015

Penulis

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN 1 .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN 2 .................................................................................. iii

INTISARI ................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang ................................................................................... 1

I.2 Tujuan Kerja Praktek ....................................................................... 2

I.3 Manfaat Kerja Praktek ..................................................................... 2

I.4 Ruang lingkup kerja Praktek ........................................................... 3

I.5 Waktu pelaksanaan kerja praktek .................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah pabrik/perusahaan............................................................. 5

II.2 Pengertian Produk Pabrik/perusahaan ......................................... 10

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

III.1 Sejarah Berdirinya Pabrik ............................................................ 20

III.2 Struktur Organisasi ....................................................................... 32

III.3 Visi dan Misi perusahaan .............................................................. 35

III.4 Tata Letak ....................................................................................... 37

BAB IV PROSES PRODUKSI

IV.1 Persiapan Bahan Baku ................................................................... 45

IV.2 Uraian Proses Produksi.................................................................. 46

IV.3 Gudang Bahan Baku ...................................................................... 53

BAB V UTILITAS DAN PENGOLAHAN PABRIK

V.1 Utilitas ............................................................................................... 54

V.II Pengolahan Limbah ........................................................................ 59

BAB VI ANALISIS LABORATORIUM ............................................................... 64

BAB VII KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ................................. 68

BAB VIII PENUTUP

VIII.1 Kesimpulan .................................................................................. 70

VIII.2 Saran ............................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. x

TUGAS KHUSUS

LAMPIRAN

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) ............................................... 7

Gambar II.1.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia ........................ 8

Gambar II.2.1 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV Cilacap ............................. 10

Gambar III.1.1 Lokasi I Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia ..................... 22

Gambar III.1.2 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV ......................................... 23

Gambar III.1.3 Diagram Blok Proses Kilang Minyak I .......................................... 25

Gambar III.1.4 Diagram Blok Proses Kilang Minyak II ......................................... 27

Gambar III.2.1 Diagram Struktur Organisasi PT PERTAMINA (Persero) ............ 32

Gambar III.2.2 Diagram Struktur Organisasi Pertamina RU IV CILACAP ........... 34

Gambar III.3.1 Logo Baru Pertamina ...................................................................... 36

Gambar IV.2.1 Process Flow Diagram Kilang FOC’s (I, II, III) RU IV Cilacap .... 47

viii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1.1 Sejarah Perkembangan PT PERTAMINA (Persero) ............................ 7

Tabel II.2.1 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex I ........................................ 11

Tabel II.2.2 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex I ....................................... 11

Tabel II.2.3 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex II ....................................... 12

Tabel II.2.4 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex II...................................... 14

Tabel II.2.5 Bahan baku dan produk Paraxylene ..................................................... 14

Tabel II.2.6 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex III .................................... 15

Tabel II.2.7 Spesifikasi bahan bakar minyak PREMIUM ........................................ 15

Tabel II.2.8 Spesifikasi bahan bakar minyak KEROSENE ..................................... 16

Tabel II.2.9 Spesifikasi bahan bakar minyak DIESEL ............................................. 16

Tabel II.2.10 Spesifikasi bahan bakar minyak bakar ............................................... 17

Tabel II.2.11 Spesifikasi bahan bakar minyak SOLAR ........................................... 17

Tabel III.1.1 Refinery Unit PERTAMINA dan Kapasitasnya ................................. 21

Tabel III.1.2 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak I ................................................ 24

Tabel III.1.3 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak II............................................... 26

Tabel III.1.4 Kapasitas Terpasang Kilang Paraxylene ............................................. 28

Tabel III.1.5 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek

Debottlenecking pada FOC I (dalam barrel/hari) ............................... 29

Tabel III.1.6 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek

Debottlenecking pada FOC II (dalam barrel/hari) .............................. 29

Tabel III.1.7 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek

Debottlenecking pada LOC I/II/III (dalam ton/tahun) ........................ 30

Tabel III.1.8 Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV

Cilacap ............................................................................................... 30

Tabel III.1.9 Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV

Cilacap ............................................................................................... 30

Tabel III.4.1 Luas Area PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap ............................. 38

Tabel IV.1.1 Karakteristik Umpan ........................................................................... 45

Tabel IV.2.1 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU I ........................................ 48

Tabel IV.2.2 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU II ....................................... 48

Tabel IV.2.3 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU I ..................................... 49

ix

Tabel IV.2.4 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU II .................................... 49

Tabel IV.2.5 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU III .................................. 49

Tabel IV.2.6 Disain Feed dan Yield Produk Unit FEU I/II ...................................... 51

Tabel IV.2.7 Disain Feed dan Yield Produk Unit HTU/RDU .................................. 51

Tabel IV.2.8 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU I ........................................ 53

Tabel IV.2.9 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU II/III ................................. 53

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini telah membawa dampak terhadap

perkembangan industri yang cukup pesat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu

peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional di setiap bidangnya.

Hal ini dapat dicapai oleh lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal

melalui peningkatan kualitas pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan.

Tidak lepas dari itu semua, dibutuhkan juga peran serta dari dunia industri dengan

memberikan dukungan sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses peningkatan

kualitas sumber daya manusia

Adapun perkembangan teknologi dalam proses produksi telah berkembang melalui

kontrol proses secara komputasi maupun digital. Walaupun demikian, manusia telah

berperan sebagai pengontrol atau pengawas lapangan bagi kelancaran proses produksi.

Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan menguasai proses

produksi merupakan hal yang vital dalam kegiatan industri. Keahlian seorang tenaga

kerja harus ditunjang oleh berbagai hal, dimana diantaranya adalah pengetahuan dasar,

pengetahuan keahlian, keahlian dalarn analisis dan sintesis, manajemen industri, dan

kepemimpinan di lapangan industri. Di sinilah peran utama lembaga yang berkompeten

dalam mencetak tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan kualitas yang baik.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan perguruan tinggi negeri yang

menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

Pendidikan yang dimaksud bersifat profesional yang berorientasi pada kebutuhan

industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember didirikan dengan tujuan untuk

mendukung pengembangan industri baru dan memperbaiki mutu industri yang sudah ada.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri ITS bertujuan menghasilkan tenaga

ahli yang profesional dalam bidang teknik proses produksi di pabrik kimia. Dan salah

satu kurikulumnya mewajibkan mahasiswa untuk melakukan Kerja Praktik di industri.

Sejauh ini pelaksanaan kerja praktik memberikan andil yang besar bagi calon sarjana

teknik muda dalam menangani proses produksi di lapangan.

Harapan kami dengan memilih PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap sebagai

tempat Kerja Praktik, semoga dapat memberikan manfaat bagi kami mahasiswa teknik

2

dalam rangka mencetak tenaga kerja yang berkompeten di bidangnya, dalam hal ini

proses teknik kimia.

I.2. Tujuan Kerja Praktik

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktik di PT PERTAMINA

(Persero) UP IV Cilacap ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang sistem kerja di dunia

industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.

2. Meningkatkan wawasan aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri melalui

penerapan teori secara langsung yang diperoleh di perkuliahan.

3. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang berwawasan tentang

dunia kerja bagi mahasiswa.

4. Mengetahui perkembangan teknologi modern di bidang industri, terutama

pengelolaan pabrik, pengoperasian sarana produksi, dan sistem kerja yang diterapkan

di PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap.

5. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai

persyaratan akademis di Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS.

I.3. Manfaat Kerja Praktik

Kerja Praktik yang dilakukan diharapkan di masa yang akan datang dapat

menghasilkan manfaat:

A. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai referensi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

terjadi di industri seluruh Indonesia dalam bidang teknik kimia.

B. Bagi Perusahaan

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa selama Kerja Praktik

dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan

perusahaan nantinya.

C. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat lebih memahami kondisi nyata dalam dunia industri secara

lebih mendalam sehingga diharapkan akan mampu menerapkan ilmu yang telah

didapat dalam bidang industri.

3

I.4. Ruang Lingkup Kerja Praktik

Selama Kerja Praktik di PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap, mahasiswa

ditempatkan sebagai Process Engineering yang mempelajari proses pengolahan Crude

Oil menjadi Lube Oil atau oli pelumas mesin kendaraan. Adapun peran kerja dari seorang

Process Engineering, yaitu:

1. Memberikan saran ke kilang yang berkaitan dengan trouble shooting, baik

diminta maupun tidak (daily monitoring kilang).

2. Menganalisa dan mengadakan perhitungan performance peralatan operasi

secara periodik.

3. Studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL).

4. Pelayanan sampel untuk pihak luar PERTAMINA.

5. Percobaan bahan kimia yang baru.

6. Studi perencanaan dan pengembangan kilang.

Dalam melaksanakan tugasnya bidang Process Engineering dibagi menjadi

lima seksi dan empat expert. Lima seksi terdiri atas:

1. Seksi Bahan Bakar Minyak (BBM)

2. Seksi Non Bahan Bakar Minyak (NBM)

3. Seksi Petrokimia (Petkim)

4. Seksi Proses Kontrol

5. Seksi HSE

dan empat expert terdiri atas:

1. Primary Process Expert

2. Lubrication Expert

3. Secondary Process Expert

4. Paraxylene Expert

Di bawah Kepala Seksi adalah para engineer yang dibagi berdasarkan profesi,

jenis unit, dan beban kerja. Kepala seksi bertanggung jawab untuk membimbing para

engineer tersebut.

I.5. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik

Pelaksanaan Kerja Praktik berlangsung selama dua bulan, yaitu pada 1 Juli –31

Agustus 2015 di PT PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap. Kegiatan Kerja Praktik

yang dilakukan oleh mahasiswa dirincikan bedasarkan tabel di bawah ini:

4

No. KEGIATAN Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Pengenalan Perusahaan PT PERTAMINA

(Persero) UP IV Cilacap (sejarah dan

manajemen perusahaan)

2. Pengenalan proses kimia dan peralatan produksi

3. Pengenalan alat kontrol, cara kerja alat, serta

pemeliharaan alat industri

4. Pengumpulan data-data yang diperlukan dari

perusahaan

5. Pengenalan sistem utilitas pada industri

6. Pembuatan laporan hasil kegiatan Kerja Praktik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sejarah Pertamina

Manusia telah mengenal minyak bumi sejak lama yaitu sekitar 6000 tahun

yang lalu dan digunakan untuk keperluan pengobatan, bahan bakar, penerangan,

bahan pembuat jalan raya, bangunan dan untuk peperangan. Produksi komersial

minyak Bumi dimulai sejak Edwin Laurentine Drake melakukan eksplorasi

minyak Bumi komersial pertama pada 27 Agustus 1859 di Titusville Pennsylvania.

Hal ini kemudian mendorong negara- negara lain untuk melakukan eksplorasi dan

eksploitasi minyak Bumi, tidak terkecuali negara Indonesia yang dimotori oleh

kolonial Belanda dalam usaha eksploitasi dan eksplorasinya.

Minyak Bumi pertama kali dibor di Indonesia pada tahun 1871 oleh AJ

Ziklerbdi Pangkalan Brandan, Sumatera Utara pada kedalaman 400 ft, sejak itu

perusahaan- perusahaan asing milik Belanda berhasil mengeksploitasi dan

mengeksplorasi ladang- ladang minyak di Indonesia. Upaya eksplorasi ladang

minyak tersebut terus berkembang sampai Perang Dunia II. Industri minyak dan

gas Bumi di Indonesia terkena dampak yang besar setelah perang tersebut,

terutama perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh pihak Belanda.

Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul perusahaan-perusahaan bersifat

regional yang memanfaatkan ladang-ladang minyak yang ditinggalkan tersebut.

Melihat makin banyaknya perusahaan yang memanfaatkan ladang-ladang minyak

kosong, akhirnya pemerintah Indonesia berinisiatif untuk menata ulang

pemanfaatan ladang-ladang minyak kosong dengan membangun perusahaan

berskala nasional.

Sampai dengan saat ini, usia industri perminyakan di Indonesia masih relatif

muda, tepatnya pada tanggal 15 Juni 2013 yang lalu berusia 128 tahun. Sedangkan

usia PERTAMINA pada tanggal 10 Desember 2012 tepat berusia 56 tahun.

Minyak bumi masih menjadi komoditas utama di Indonesia, baik sebagai sumber

energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi menjadi produk dengan nilai

ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari perusahaan-perusahaan yang

bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan industri petrokimia hilir.

6

Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk kemakmuran rakyat

seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal ini ditujukan

untuk menghindari praktek monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan alam yang

berujung pada kesengsaraan rakyat.

Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan

Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha

tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang

melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni

1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia.

Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur)

tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun

1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-

penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan maskapai

perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan

maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di

Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan

perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah

Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak

Nasional (PT PERMINA). Berdasarkan UU No.19/1960 tentang Pendirian

Perusahaan Negara dan UU No.44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas

Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas

bumi, yaitu PN Pertamina dan PN Permina yang bergerak dalam usaha eksplorasi,

eksploitasi, pengolahan dan pemasaran. Pada tahun1971, ditetapkan undang-

undang tentang penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina

sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi

negara yang tertuang dalam UU No.8/1971. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

No.31 tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU NO.22 tahun 2001 tentang

minyak dan gas bumi, Pertamina berganti nama menjadi PT Pertamina (Persero).

7

Gambar II.1.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero)

Tabel II.1.1 Sejarah Perkembangan PT PERTAMINA (Persero)

1945

Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik

Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan

perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia.

April 1954 PT PTMNRI → Tambang Minyak Sumatera Utara

(TMSU)

10 Desember 1957 TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional

(PT PERMINA)

1 Januari 1959 NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak

Indonesia (PT PERMINDO)

Februari 1961

PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara

Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi

sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.

1 Juli 1961 PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No.

198/1961)

20 Agustus 1968

Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional

(PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968

15 September 1971 PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA

berdasarkan UU No. 8/1971

17 September 2003 PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero)

sesuai PP No. 31/2003

Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam

negeri, PT. PERTAMINA (Persero) membangun unit pengolahan minyak di

berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah

8

mempunyai tujuh Refinery Unit (RU) yang tersebar di sebagian wilayah Indonesia.

Akan tetapi satu diantaranya hanya mampu mengolah 5.000 barrel per hari,

sehingga pada tahun 2007 ditutup. Antara lain :

1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), kapasitas 5000 barrel/hari.*

2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 barrel/hari

3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan ), kapasitas 135.000

barrel/hari.

4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari.

5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 270.000 barrel/hari.

6. RU VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari.

7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari.

* RU I Pangkalan Brandan sejak tahun 2006 sudah tidak beroperasi lagi.

Gambar II.1.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia

Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang

pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup dengan

kualitas yang memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin dan

ekonomis.

Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan tugas yang cukup berat

karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimiliki PERTAMINA

tidak berjalan dengan lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan oleh masyarakat.

9

Kendala yang dihadapi dalam peningkatan kapasitas pengolahan minyak dalam

negeri adalah konsumsi minyak yang meningkat pesat dalam beberapa tahun

terakhir ini sebagai dampak pesatnya kegiatan pembangunan. Di samping itu,

kilang-kilang minyak yang dioperasikan menggunakan teknologi yang cukup

tertinggal dan tidak efisien. Oleh karena itu, dalam pembangunan kilang-kilang

baru dan memerluas kilang-kilang lama ditetapkan teknologi baru yang

berwawasan lingkungan.

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka sumber daya

alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya yang

penting bagi Indonesia adalah minyak dan gas bumi, karena peranannya yang

dominan dalam menunjang pembangunan di tanah air. Kendati telah dieksploitasi

selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan. Tercatat

baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada di wilayah

barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah timur yang

masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di masa depan.

Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat

penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk keperluan dalam negeri, juga

diperuntukkan sebagai sumber devisa melalui ekspor Migas. Seiring dengan

perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia, maka kebutuhan energi

akan meningkat dari tahun ke tahun.

Penggunaan minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan semakin

meningkat. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang masih

digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik dan sebagai bahan bakar

untuk berbagai jenis mesin. Konsumsi minyak bumi terus meningkat terutama

untuk keperluan dalam negeri, diantaranya mencapai 34% sebagai Bahan Bakar

Minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa. Sebelum PERTAMINA didirikan,

minyak bumi di Indonesia dieksploitasi oleh perusahaan – perusahaan asing

sehingga kurang memberikan keuntungan bagi rakyat Indonesia sendiri.

Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, maka kebutuhan akan

produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun unit

pengolahan minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat

tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun kilang minyak di

Cilacap yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur

10

Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk

mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal.

Pembangunan Kilang minyak Cilacap ini juga dimaksudkan untuk

meningkatkan efisiensi pengadaan serta penyaluran BBM bagi pulau Jawa yang

merupakan daerah yang mengkonsumsi BBM terbanyak di Indonesia. Hingga saat

ini, selain RU IV Cilacap, PERTAMINA telah memiliki unit-unit operasi yang

tersebar di seluruh Indonesia. RU. IV Cilacap merupakan unit pengolahan terbesar

ditinjau dari kapasitas produksinya.

II.2. Pengertian Produk Pertamina

II.2.1 Kilang Minyak Pertamina RU IV Cilacap

PT Pertamina (Persero) Unit IV Cilacap merupakan salah satu unit

pengolahan minyak dengan kapasitas terbesar yakni 348.000barrel/hari. PT

Pertamina (Persero) Unit IV Cilacap juga merupakan unit pengolahan dengan

fasilitas terlengkap. Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di

Indonesia yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan

infrastruktur di tanah air.

Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilakukan dalam lima tahap yaitu

Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project,

dan Kilang SRU.

Gambar II.2.1 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV Cilacap

11

II.2.2 Bahan Baku dan Produk

Produk yang dihasilkan Pertamina RU IV bermacam-macam. Selain BBM,

dihasilkan juga lube base oil (bahan dasar minyak pelumas) dan asphalt. Bahan baku

dan produk yang dihasilkan oleh PT. PERTAMINA RUIV adalah:

II.2.2.1. Kilang Lama

a. Fuel Oil Complex I (FOC I)

Tabel II.2.1 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex I

Bahan baku : Arabian Light Crude

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

Bau : Berbau sedikit belerang

Spesific gravity pada 60/600F : 0,8594

Viskositas kinematik pada 37,80C : 6,590

Viskositas kinematik pada 500C : 4,754

Pour point : < -36 0C

Flash point : -34 0C

Komposisi :

- Kadar air : < 0,05 % berat

- Kadar sulfur : < 2,10 % berat

- Senyawa Hidrokarbon : 97,85 % berat

Kompleks (C1- C70) : -

Produk :

Refinery Fuel Gas, Kerosene/Avtur, Gasoline/Premium,

Solar/Automatic Diesel Oil, Industrial Diesel Oil, Industrial Fuel

Oil

b. Lube Oil Complex I (LOC I)

Tabel II.2.2 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex I

Bahan baku : Residu FOC I

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

12

Bau : Berbau aspal

Spesific gravity pada 60/600F : 0,9647

Viskositas kinematik pada 37,80C : 868,8 CSt

Viskositas kinematik pada 600C : 198,2 CSt

Viskositas kinematik pada 1000C 32,45 CSt

Produk :

HVI 60, HVI 95, Slack wax, Propane Asphalt, Minarex A dan B

II.2.2.2. Kilang Baru

a. Fuel Oil Complex II (FOC II)

Tabel II.2.3 Bahan baku dan produk Fuel Oil Complex II

Bahan baku

:

Mix Crude yang

merupakan campuran

berbagai komposisi

crude dalam negeri dan

import.

Beberapa Jenis Crude pada FOC II :

1. Minyak Bumi Qua Iboe ( Nigeria )

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

Bau : Berbau belerang

API Gravity 60°F 35,23

Spesific gravity pada 60/600F : 0,8487

Density 15°C 848,3 kg/m3

Komposisi :

- Kadar air : 0,1 % volume

- Kadar sulfur : 0,15 % berat

- Water & Sediment : 0,1 % volume

2. Minyak Bumi Jati Barang

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

13

Bau : Berbau belerang

API Gravity 60°F 40,85

Spesific gravity pada 60/600F : 0,8210

Density 15°C 820,6,3 kg/m3

Komposisi :

- Kadar air : 0,4 % volume

- Kadar sulfur : 0,05 % berat

- Water & Sediment : 0,2 % volume

3. Minyak Bumi Madura

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

Bau : berbau belerang

API Gravity 60°F 43,13

Spesific gravity pada 60/600F : 0,8103

Density 15°C 809,9 kg/m3

Komposisi :

- Kadar air : 0, 0,05 % volume

- Kadar sulfur : 0,19 % berat

- Water & Sediment : 0,05 % volume

4. Minyak Bumi Espo ( Perancis )

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

Bau : Berbau belerang

API Gravity 60°F 35,2

Spesific gravity pada 60/600F : 0,849

Density 15°C 845,8 kg/m3

Komposisi :

- Kadar air : 0,1 % volume

- Kadar sulfur : 0,55 % berat

- Water & Sediment : 0,05 % volume

14

Produk :

LPG, Naphtha, Gasoline/Premium, Kerosene, HDO/LDO, IFO,

Propane, Refinery Fuel Gas

b. Lube Oil Complex II (LOC II)

Tabel II.2.4 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex II

Bahan baku : Long Residue dari FOC I

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

Bau : Berbau aspal

Spesific gravity pada 60/600F : 0,9647

Viskositas kinematik pada 37,80C : 868,8 CSt

Viskositas kinematik pada 600C : 198,2 CSt

Viskositas kinematik pada 1000C 32,45 CSt

Produk :

HVI 95, HVI 160S, HVI 650, Minarex H, Slack wax, Propane

Asphalt

II.2.2.3. Kilang Paraxylene

Tabel II.2.5 Bahan baku dan produk Paraxylene

Bahan baku : Heavy Naphtha

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Jernih/ Bening

Bau : Berbau seperti kerosene

Spesific gravity pada 60/600F : 0,650

IBP : 80 0C

End Point : 204 0C

Produk :

Paraxylene, Raffinate, Benzene, Heavy Aromate, Toluene, LPG

15

II.2.2.4. Kilang Lube Oil Complex III (LOC III)

Tabel II.2.6 Bahan baku dan produk Lube Oil Complex III

Bahan baku : Long Residu FOC I

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Wujud : Cair

Kenampakan : Hitam

Bau : Bau aspal

Spesific gravity pada 60/600F : 0,9647

Viskositas kinematik pada 37,80C : 868,8 CSt

Viskositas kinematik pada 600C : 198,2 CSt

Viskositas kinematik pada 1000C : 32,45 CSt

Produk :

HVI 650, Propane Asphalt, Slack wax

II.2.3 Spesifikasi Produk

II.2.3.1. Bahan Bakar Minyak

a. PREMIUM

Tabel II.2.7 Spesifikasi bahan bakar minyak PREMIUM:

Properties Limits Test Methods

Min Max ASTM Others

Knock Rating Research Oktan

Number RON

88

-

D-2699

T.E.L content, gr/lt

-

0.3 D-3341

D-5059

Distillation

10% vol. evap. To °C

50% vol. evap. To °C

90% vol. evap. To °C

-

-

88

74

125*)

180

R.V.P. at 37.8 OC psi - 9.0*) D-232

Exsistent Gum, mg/100 ml - 4 D-381

Induction period, min 240 - D-525

Sulphur content, % wt - 0.0 D-1266

Copper Strip Corrosion 3

hrs/122°C

-

No.1

D-130

Doctor test Negative IP 30

Color Yellow

Dye Content , gr/100 lt 0.113

Odour Marketable

16

b. KEROSENE

Tabel II.2.8 Spesifikasi bahan bakar minyak KEROSENE:

Properties

Unit Limits Test Methods

Min Max ASTM Others

Specific Gravity at 60/60°C 0.835 D-1298

Color Livibond 18” cell. or 2.5 IP 17

Color Saybolt 9 D-156

Smoke point mm 16*) D-1322

Char Value mm/kg 40 IP 10

Destination :

Recovery at 2000°C

End Point

% vol

°C

18 310 D-86

Flash point abel, or °F 100

Alternative Flash Point

TAG °F 105

Sulphur Content % wt 0.2 D-2166

Copper Strip Corrosion

(3hrs/50°C) No.1 D-130

Odour Marketable

c. MINYAK DIESEL

Tabel II.2.9 Spesifikasi bahan bakar minyak DIESEL:

Properties

Unit Limits Test Methods

Min Max ASTM Others

Specific Gravity at

60/60°F

0.84 0.92 D-1298

Viscosity Redwood

1/100°F

35 45 D-445*) IP 70

Pour Point 65 D-97

Sulphur Content mm 1.5 D-1551/

1552

Conradson Carbon

Residue

mm/kg 10 D-198

Water Content % vol 0.25 D-95

Sediment % wt 0.02 D-473

Ash :

Netralization Value :

Strong Acid Number

% wt

mg KOH/gr

0.02

Nil

D-482

17

Flash Point P.M.c.c 150 - D-93

Colour ASTM 6 - D-1500 IP 30

d. MINYAK BAKAR

Tabel II.2.10 Spesifikasi bahan bakar minyak bakar:

Properties

Unit Limits Test Methods

Min Max ASTM Others

Specific Gravity at

60/60°F

- 0.99 D-1298

Viscosity Redwood

1/100°F

Secs 400 1250 D-445*) IP 70

Pour Point °F - 80 D-97

Calorific Value Gross BTU/lb 18.000 - D-240

Sulphur Content % vol - 3.5 D-1551/

1552

Water Content % vol - 0.75 D-95

Sediment % wt - 0.15 D-473

Netralization Value :

Strong Acid Number

mg KOH/gr

-

Nil

Flash Point P.M.c.c °F 150 - D-93

Conradson Carbon Residue

% wt - 14 D-189

e. MINYAK SOLAR

Tabel II.2.11 Spesifikasi bahan bakar minyak SOLAR:

Properties

Unit Limits Test Methods

Min Max ASTM Others

Angka Setana 45 - D-613

Indeks Stana 48 - D-4737

Berat jenis pada 150 C

kg/m3

815

870 D-1298

/D-4737

Viskositas pada 400 C mm2/sec 2.0 5.0 D-445

Kandungan Sulfur %m/m - 0.35 D-1552

Distilasi : T95 °C - 370 D-86

Titik Nyala °C 60 - D-93

Titik Tuang °C - 18 D-97

Karbon Residu merit - Kelas I D-4530

Kandungan Air mg/kg - 500 D-1744

Biological Growth - Nihil Nihil

Kandungan FAME % v/v - 10

18

Kandungan

Metanol&Etanol

% v/v

Tak terdeteksi

Korosi Bilah Tembaga merit - Kelas I D-4815

Kandungan Abu % m/m - 0.01 D-130

Kandungan Sedimen % m/m - 0.01 D-482

Bilangan Asam Kuat mg KOH/gr - 0 D-473

Bilangan Asam Total mg KOH/gr - 0.6 D-664

Partikulat mg/l - - D-664

Penampilan Visual - Jernih dan terang

Warna No.ASTM - 3.0 D-1500

II.2.3.2. Bahan Bakar Khusus

a. Aviation Gasoline (avgas)

Aviation Gasoline (avgas) adalah bahan bakar dari pecahan minyak bumi,

dan dibuat untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi), pada pesawat yang

menggunakan mesin pembakaran internal (internal combustion engine),

mesin piston atau mesin reciprocating dengan pengapian bunga api (spark

ignition).

Spesifikasi : Aviation Gasoline (Def Stand 91-90/1 (DERD) 2845).

b. Aviation Turbin Fuel (avtur)

Aviation Turbin Fuel (avtur) adalah bahan bakar yang berasal dari pecahan

minyak bumi, dibuat untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi) pada

pesawat yang memiliki mesin turbin atau mesin pembakaran eksternal.

Spesifikasi : Aviation Turbin Fuel adalah DEF Stand 91-91 Lattest Issue

(DERD 2494).

c. Pertamax

Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif

lengkap generasi mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel

Injector dan Ruang Bakar dari karbon deposit dan mempunyai RON 92

(Research Octane Number) dan dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan

bakar bensin dengan perbandingan kompresi tinggi.

d. Pertamax Plus

Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior pertamina dengan

kandungan energi tinggi dan ramah lingkungan , diproduksi menggunakan

bahan baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan

formula terhadap produk Pertamina sebelumnya.

19

e. Pertamina Dex

Pertamina Dex merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah

memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki

angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas (HSD mempunyai

cetane number 45), memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di

bawah 300 ppm.

f. Biosolar

Biosolar merupakan blending antara minyak solar dan minyak nabati hasil

bumi dalam negeri yang sudah diproses transesterifikasi menjadi Fatty Acid

Methyl Ester (FAME).

II.2.3.3. Produk –Produk Gas

a. Vigas

Vigas adalah merek dagang Pertamina untuk bahan bakar LGV (Liquified

Gas for Vehicle) yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor terdiri dari

campuran propane(C3) dan butane(C4) yang spesifikasinya disesuaikan

untuk keperluan mesin kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas

No.2527.K/24/DJM/2007.

b. Bahan Bakar Gas

Bahan Bakar Gas adalah gas bumi yang telah dimurnikan, ramah

lingkungan, bersih, handal, murah, dan digunakan sebagai bahan bakar

alternatif kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari

gas metana dan etana lebih kurang 90% dan selebihnya adalah gas

propana, butana, nitrogen, dan karbondioksida.

c. Liquified Petroleum Gas (LPG)

Liquified Petroleum Gas adalah produk gas ringan yang dihasilkan dari

penyulingan minyak bumi atau juga dihasilkan dari pengembunan gas

alam di Kilang Unit Pengolahan LPG.

II.2.3.4. Produk Non BBM

a. Aspal

Aspal Pertamina memiliki kapasitas produksi 650.000 ton/tahun, diproduksi

dalam 2 grade yaitu Penetrasi 60/70 dan Penetrasi 80/100.

b. Solvent dan Minarex

Di antara jenis solvent adalah Minasol, Pertasol, Solvent Cemara, Heavy

Aromatic, dll.

BAB III

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

III.1. Sejarah Berdirinya Pertamina RU IV Cilacap

Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menghasilkan

energi baik untuk bahan bakar maupun untuk pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia,

minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting. Hal ini disebabkan

karena disamping untuk keperluan dalam negeri, juga diperuntukkan menambah devisa

melalui ekspor Migas. Seiring dengan perkembangan industri dan pembangunan di

Indonesia maka kebutuhan energi akan meningkat dari tahun ke tahun.

Perkembangan penggunaan minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan

semakin meningkat. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang

masih digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik serta sebagai baham bakar

berbagai jenis mesin. Konsumsi minyak bumi ini terus meningkat terutama untuk

keperluan dalam negeri diantaranya mencapai 34 % sebagai bahan bakar minyak (BBM)

untuk kebutuhan pulau Jawa.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19/1960 Tentang

Perusahaan Negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.

Atas dasar kedua Undang-Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk

perusahaan negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu:

PN PERTAMIN

PN PERMINA

Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang

usahanya meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Eksplorasi

2. Eksploitasi

3. Pemurnian dan Pengelolaan

4. Pengangkutan

Kemudian, kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA.

Untuk kelanjutan dan perkembangannya, maka Pemerintah mengeluarkan UU No.

8/1971 Tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan

Gas Bumi di Indonesia. Kemudian berubah menjadi PT PERTAMINA (Persero)

21

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU

no. 22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

PERTAMINA memiliki unit-unit operasi yang tersebar di seluruh

Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan Produksi, 7 Refinery Unit, 8

Unit Pemasaran.

Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, maka kebutuhan akan

produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun Refinery Unit

minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut. Dalam usaha

tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun kilang minyak di Cilacap yang dirancang untuk

mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain untuk

mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan

aspal.

Pembangunan kilang di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-

Refinery Unit yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada di

bawah tanggung jawab Direktorat Hilir PERTAMINA. Refinery Unit IV Cilacap ini

merupakan Refinery Unit terbesar yang dikelola PERTAMINA secara keseluruhan yang

dilihat dari hasil produksinya.

Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk

BBM dan non-BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan

mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan kilang

minyak di Cilacap dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Kilang Minyak I, Kilang

Minyak II, dan Kilang Paraxylene.

Tabel III.1.1 Refinery Unit PERTAMINA dan Kapasitasnya

Refinery Unit (RU) Kapasitas (barel/hari)

RU I Pangkalan Brandan 5.000 *

RU II Dumai dan Sungai Pakning 170.000

RU III Plaju dan Sungai Gerong 135.000

RU IV Cilacap 348.000

RU V Balikpapan 270.000

RU VI Balongan, Indramayu 125.000

RU VII Kasim, Sorong 10.000

* sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006

22

Gambar III.1.1 Lokasi I Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia.

Sejalan dengan pembangunan yang meningkat dengan pesat, maka kebutuhan

minyak bumi akan terus semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun unit pengolahan

minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut.

Dalam usaha tersebut maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang

untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain

untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak

pelumas dan aspal.

Pembangunan kilang di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-unit

pengolahan yang ada di Indonesia. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit

pengolahan terbesar yang dikelola Pertamina secara keseluruhan yang dilihat dari hasil

produksinya. Kilang Cilacap ini memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 67%

kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu, kilang ini merRUakan satu-satunya kilang di

tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan

infrastruktur di tanah air. Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk

menghasilkan produk BBM dan Non BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri

yang selalu meningkat dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar

negeri.

Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu

Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan

Kilang LPG & SRU. Garis besar proses pengolahan minyak bumi yang dilakukan di

Pertamina RU IV Cilacap dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini

23

Gambar III.1.2 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV

III.1.1 Kilang Minyak I

Kilang minyak I Pertamina RU IV Cilacap mulai dibangun pada tahun

1974 dan mulai beroperasi pada 24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh

Presiden Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum

Maatschappij (SIPM). Sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc.

dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor dalam negeri. Selaku pengawas dalam

pelaksanaan proyek ini adalah PERTAMINA.

Kilang Minyak I dirancang untuk menghasilkan produk BBM dan

NBM. Bahan baku kilang ini adalah minyak mentah dari Timur Tengah, yaitu

Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup tinggi (sekitar

1,5%/berat). Kilang ini merupakan satu- satunya kilang di Indonesia yang

menghasilkan bahan baku minyak pelumas (lube base oil) dan aspal. Hal ini

dikarenakan minyak mentah dengan kadar sulfur yang cukup tinggi

dibutuhkan dalam pembuatan minyak dasar pelumas karena sulfur dapat

berperan sebagai agen antioksidan alami dalam pelumas tetapi kadar sulfurnya

juga tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada

tembaga. Sementara, sulfur dalam aspal dapat meningkatkan ketahanan

24

aspal terhadap deformasi dan cuaca yang berubah-ubah. Sekarang,

bahan baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan juga Iranian Light Crude

(ILC) yang kadar sulfurnya 1%/berat dan Basrah Light Crude (BLC).

Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barrel/hari

tetapi karena meningkatnya kebutuhan konsumen, pada tahun 1996 kapasitas

kilang ini ditingkatkan menjadi 118.000 barrel/hari melalui Debottlenecking

Project.

Area Kilang Minyak I meliputi :

a) Fuel Oil Complex I (FOC I) yang memproduksi BBM (Naphta,

Kerosene, ADI/IDO, dan IFO) dan NBM (LPG).

b) Lube Oil Complex I (LOC I) yang menghasilkan produk Non BBM

antara lain : Base Oil, Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan aspal.

c) Utilities Complex I (UTL I) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan

penunjang unit-unit proses seperti steam, listrik, udara instrument, air

pendingin, serta fuel system (fuel gas dan fuel oil).

d) Offsite Facilities, yaitu sebagai fasilitas penunjang yang terdiri dari

tangki-tangki storage, utilitas, flare system, dan environmental system.

Tabel III.1.2 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak I

Fuel Oil Complex I (FOC I) Lube Oil Complex I (LOC I)

Unit

Kapasitas

(ton/hari)

Unit

Kapasitas

(ton/hari)

Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit I 3.184

Naphtha Hydrotreater 2.275 Propane Deasphalting Unit I 784

Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction Unit I 991-1.580

Platformer I 1.650 MEK Dewaxing Unit I 226-337

Propane Manufacturing 43.5

Merox Treater 1.940

25

Gambar III.1.3 Diagram Blok Proses Kilang Minyak I

III.1.2 Kilang Minyak II

Kilang Minyak II dibangun pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada

tahun 1983 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4 Agustus

1983. Kilang Minyak II ini merupakan perluasan dari kilang minyak pertama.

Perluasan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang

terus meningkat. Area Fuel Oil Complex II di kilang ini dirancang oleh

Universal Oil Product (UOP) sedangkan Area Lube Oil Complex II dan III

dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM), dan offsite

facilities oleh Fluor Eastern Inc. Kontraktor utama untuk pembangunan kilang

ini adalah Fluor Eastern Inc. dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor dalam

negeri.

Pada awalnya, kilang minyak kedua ini dirancang untuk mengolah

minyak mentah dalam negeri karena sebelumnya minyak mentah dalam negeri

diolah di kilang minyak luar negeri kemudian baru masuk kembali ke Indonesia

dalam bentuk BBM dan cara seperti ini sangatlah tidak efisien. Kilang ini

mengolah minyak mentah dalam negeri yang kadar sulfurnya lebih rendah

daripada minyak mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak mentah domestik

yang diolah merupakan campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar

26

sulfurnya 0,1%/berat) dan 20% Attaka Crude. Tetapi saat ini, bahan baku yang

diolah di kilang minyak kedua ini adalah minyak cocktail yang merupakan

campuran dari minyak mentah dalam dan luar negeri.

Kilang ini diproyeksikan menghasilkan produk BBM, namun juga

menghasilkan produk Non BBM antara lain : LPG, Base Oil, Minarex, Slack

Wax, naptha, dan aspal. Pada awalnya, kilang ini memiliki kapasitas sebesar

200.000 barrel/hari. Kemudian pada tahun 1996 bersamaan dengan kilang

minyak pertama, kapasitasnya ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari

melalui proyek Debottlenecking Project. Area Kilang Minyak II meliputi:

a) Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.

b) Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak

pelumas dan aspal.

c) Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar

minyak pelumas dan aspal.

d) Utilities Complex II (UTL II) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan

penunjang unit- unit proses seperti steam, listrik, udara instrument, air

pendingin, serta fuel system (fuel gas dan fuel oil).

Tabel III.1.3 Kapasitas Terpasang Kilang Minyak II

Fuel Oil Complex II (FOC II) Lube Oil Complex II (LOC II)

Unit

Kapasitas

(ton/hari)

Unit

Kapasitas

(ton/hari)

CDU II 26.680 High Vacuum Unit II 2.238

NHT II 2.440 Propane Deasphalting Unit II 583

AH Unibon 2.680 Furfural Extraction Unit II 478-573

Platformer II 2.440 MEK Dewaxing Unit II 226-377

LPG Recovery 730

Naphtha Merox 1.620

THDT 1.800

Visbreaker 8.387

27

Gambar III.1.4 Diagram Blok Proses Kilang Minyak II

III.1.3 Kilang Paraxylene

Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku naphta produksi kilang minyak

II dan tersedianya sarana pendukung seperti tangki, dermaga dan utilities maka pada

tahun 1988 dibangun Kilang Paraxylene Cilacap (KPC) guna memenuhi kebutuhan

bahan baku kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) di Plaju, sekaligus sebagai usaha

meningkatkan nilai tambah produk kilang BBM.

Kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) dan dibangun pada

tahun 1988 oleh kontraktor Japan Gasoline Corporation (JGC). Kilang petrokimia

paraxylene ini beroperasi setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20

Desember 1990. Tujuan pembangunan kilang ini adalah untuk mengolah naphtha

dari FOC II menjadi produk-produk petrokimia, yaitu paraxylene dan benzene

sebagai produk utama serta raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai

produk sampingan. Total kapasitas produksi dari kilang ini adalah 270.000 ton/tahun.

Dengan adanya kilang paraxylene ini maka keberadaan Pertamina RU IV

semakin penting, karena dengan mengolah naphta 590.000 ton/tahun menjadi produk

utama paraxylene, benzene, dan produk samping lainnya, telah menjadikan RU IV

satu-satunya unit pengolahan minyak bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan

industri Petrokimia.

28

Pada awal pembangunan kilang ini, paraxylene yang dihasilkan

sebagian digunakan sebagai bahan baku pabrik Purified Terepthalic Acid (PTA)

pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera Selatan. Hal ini merupakan suatu bentuk

usaha penghematan devisa sekaligus sebagai usaha peningkatan nilai tambah

produksi kilang BBM, sedangkan sebagian lagi diekspor ke luar negeri. Sekarang

pendistribusian dilakukan pada daerah domestik saja. Sementara, seluruh benzene

yang dihasilkan diekspor ke luar negeri. Produk-produk sampingan dari kilang ini

dimanfaatkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Tabel III.1.4 Kapasitas Terpasang Kilang Paraxylene

Unit Kapasitas (ton/hari)

NHT 1.791

CCR / Platformer 1.791

Sulfolane 1.100

Tatoray 1.730

Xylene Fractionator 4.985

Parex 4.440

Isomar 3.590

III.1.4 Proyek Debottlenecking Cilacap (DPC)

Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan BBM, minyak pelumas, dan

aspal di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan

lajunya pembangunan nasional, maka upaya untuk mengembangkan kapasitas kilang

salah satunya adalah dengan dirlisasikannya Proyek Debottlenecking Kilang

Minyak Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan mulai beroperasi

pada awal Oktober 1998. Sebenarnya kegiatan perencanaan proyek ini sudah

dimulai sejak tanggal 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana EPC

(Engineering, Procurement, and Construction) Contract adalah Fluor Daniel.

Sementara perancang dan pemilik lisensi untuk Lube Oil Complex adalah SIPM

(Shell International Petroleum Maatschppij).

Pendanaan Proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman dari

29 bank dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan penjamin US Exim Bank.

Dana yang dipinjam sebesar US$ 633 juta dengan pola ‘Tyrustee Borrowing

Scheme’. Sedangkan sistem penyediaan dananya adalah “Non Recourse

Financing” artinya pengembalian pinjaman berasal dari hasil penjualan produk yang

29

dihasilkan oleh proyek sehingga dana pinjaman tersebut tidak membebani anggaran

Pemerintah maupun cash flow Pertamina.

Tenaga kerja tambahan untuk proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) sebagian

besar diambil dari tenaga lokal, dimana pada puncak penyelesaian proyek

mencapai sekitar 3000 orang yang terdiri dari tenaga kerja lokal, nasional dan asing.

Tujuan dari proyek ini adalah:

Meningkatkan kapasitas produksi kilang I dan II daalm rangka

memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.

Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangka

memenuhi kebutuhan Lube Base Oil dan aspal.

Menghemat/menambah devisa negara.

Lingkup dalam proyek ini adalah meliputi:

Modifikasi FOC I dan FOC II, LOC I dan II, dan Utilitas/Offsite

Pembangunan LOC III

Pembangunan Utilitas III dan LOC III tankage

Modernisasi instrumen kilang dengan DCS

Tabel III.1.5 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek

Debottlenecking pada FOC I (dalam barrel/hari)

Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan

CDU Fraksi minyak 100.000 118.000 18.000 (18%)

NHT Naphtha dan

gasoline

20.000 25.600 5.600 (28%)

Kerosene-Merox Avtur/kerosene 15.708 17.300 1.592 (10,13%)

Tabel III.1.6 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek

Debottlenecking pada FOC II (dalam barrel/hari)

Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan

CDU Fraksi minyak 200.000 230.000 30.000 (15 %)

AH Unibon Kerosene 20.000 23.000 3.000 (15 %)

LPG Recovery Gas

Propane/Butane

7.321 7.740 419 (5,72%)

30

Tabel III.1.7 Perbandingan kapasitas produksi sebelum dan sesudah proyek

Debottlenecking pada LOC I/II/III (dalam ton/tahun)

Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan

Lube Base Oil HVI

60/100/160S/650

255.000 428.000 173.000 (69 %)

Asphalt Asphalt 512.000 720.000 208.000 (40.63%)

LPG Recovery Gas

Propane/Butane

7.321 7.740 419 (5,72 %)

Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III

mengalami perubahan seperti terlihat pada Tabel I.9. dan I.10. seperti di bawah ini.

Tabel III.1.8 Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV Cilacap

FOC I FOC II

Unit

Kapasitas

(ton/hari)

Unit

Kapasitas

(ton/hari)

CDU I 16.126 CDU II 30.680

NHT I 2.805 NHT II 2.441

Gas Oil HDS 2.300 AH Unibon 3.084

Platformer I 1.650 Platformer II 2.441

Propane

Manufacturing

43,5

LPG Recovery

636

Merox Treater 2.116 Naphtha Merox 1.311

Sour Water Stripper 780 SWS 2.410

THDT 1.802

Visbreaker 8.390

Tabel III.1.9 Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV Cilacap

Unit Kapasitas (ton/hari)

LOC I LOC II LOC III

HVU 2.574 3.883 -

PDU I 538 784 784

FEU I 478-573 1786-2270 -

MDU I 226-337 501-841 501-841

Hydrotreating Unit - - 1700

31

III.1.5 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU)

Pada tanggal 27 Februari 2002 RU IV Cilacap membangun kilang SRU dengan

luas area proyek 24.200 m2 yang terdiri dari unit proses dan fasilitas penunjang. Hal

ini dilakukan untuk mendukung komitmen terhadap lingkungan. Proyek ini dapat

mengurangi emisi gas dari kilang RU IV, khusunya SO2, maupun sulfur dari sisa

proses pengoalahan, sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah

terhadap lingkungan. Dengan dibangunnya SRU dapat meningkatkan off gas sebagai

refinery fuel gas maupun flare gas sehingga dapat dijadikan bahan baku LPG dan

naphta (kondensat), selain menghasilkan sulfur cair.

Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain : Gas Treating Unit, LPG

Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas unit, dan Refrigeration. Umpan

pada Gas Treating Unit terdiri dari 9 stream sour gas yang sebelumnya kesembilan

stream gas ini hanya dikirim ke fuel gas sistem sebagai bahan bakar kilang atau

dibakar di flare. Dengan adanya LPG Recovery Unit pada kilang SRU ini akan

menambah aspek komersial dengan pengambilan produk LPG yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dari stream treated gas.

Dengan melakukan treatment terhadap 9 stream sour gas dengan jumlah

total sebesar 600 metric ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68

metric ton/hari, produk LPG sebanyak sebanyak 324-407 metric ton/hari dan produk

condensate (C5+) sebanyak 28-103 metric ton/hari. Sedangkan hasil atas yang

berupa gas dengan kandungan H2S sangat rendah dari LPG Recovery Unit akan

dikirimkan keluar sebagai fuel sistem.

Unit-unit di kilang SRU adalah sebagai berikut :

1) Gas Treating

Gas treating unit dirancang untuk mengurangi kadar H2S di dalam gas

buang (sebagai umpan) agar tidak lebih dari 10 ppmv sebelum dikirim ke LPG

Recovery Unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam metode operasi normal

larutan amine disirkulasikan untuk menyerap H2S pada suhu mendekati suhu

kamar.

2) LPG Recovery

LPG Recovery Unit memiliki Cryogenic Refluxted Absorber design

sebagai utilitas di LPG Recovery Unit untuk menambah produk LPG Recovery

optimum pada excess 99,9% (pada deethanizer bottom stream). Refrigeration

proses digunakan sebagai pelengkap umum Chilling (pendinginan).

32

3) Sulphur Recovery Unit (SRU)

SRU didirikan untuk memisahkan acid gas dari amine regeneration di

Gas Treating Unit (GTU), diubah menjadi H2S dalam bentuk gas menjadi sulfur

cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui ekspor.

4) Tail gas Unit (TGU)

TGU dirancang untuk mengolah acid gas dari SRU. Semua komponen sulfur

diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit TGU absorber, arus recycle

kembali ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari

SOx kemudian dibuang ke atmosfer.

5) Refrigeration

Unit ini dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk LPG

Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian TGU

untuk memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum.

III.2. Struktur Organisasi

III.2.1 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA

Pertamina dikelola oleh suatu Dewan Direksi Perusahaan dan diawasi oleh suatu

Dewan Komisaris/Pemerintah Republik Indonesia. Pelaksanaan kegiatan Pertamina

diawasi oleh seperangkat pengawas yaitu Lembaga Negara, Pemerintah maupun dari

unsur intern Pertamina sendiri.

Gambar III.2.1 Diagram Struktur Organisasi PT PERTAMINA (Persero)

III.2.2 Struktur Organisasi PERTAMINA RU IV Cilacap

33

Direktur Pengolahan Pertamina membawahi unit-unit pengolahan yang ada di

Indonesia. Kegiatan utama operasi kilang di RU IV Cilacap adalah :

1. Kilang Minyak ( BBM dan Non BBM )

2. Kilang Petrokimia.

Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager yang

membawahi:

1. Manager Engineering and Development

2. Manager Legal & General Affairs

3. Manager Health, Safety Environment

4. Manager Procurement

5. Manager Reliability

6. OPI Coordinator

7. Director of Pertamina Hospital (Hirarki ke Pusat)

8. Manager Human Resource Area (Hirarki ke Pusat)

9. IT RU IV Cilacap Area Manager (Hirarki ke Pusat)

10. Manager, Refinery Finace Offsite Support Region III

11. Manager, Marine Region IV

12. Manager, Refinery Internal Audit Cilacap.

Sedangkan Senior Manager Operation and Manufacturing membawahi 5 manager,

1 marine section head, yaitu:

a. Manager Production I

b. Manager Production II

c. Manager Ref. Planning & Optimization

d. Manager Maint. Planning & Support

e. Manager Maintenance Execution

f. Manager Turn Arround

34

Skema Struktur organisasi PERTAMINA RU IV CILACAP adalah sebagai berikut :

Gambar III.2.2 Diagram Struktur Organisasi Pertamina RU IV CILACAP

35

III.3. Visi dan Misi Pertamina

Melalui Surat Ketetapan Direktur Utama No.53/C00000/2008-SO, Pertamina Unit

Pengolahan IV Cilacap (UP IV) berubah namanya menjadi Pertamina Refinery Unit

IV Cilacap. Perubahan ini diharapkan dapat mempercepat transformasi Pertamina

menjadi kilang minyak yang unggul dan menuju perusahaan minyak bertaraf

internasional.

III.3.1 Visi, Misi, Motto, Logo, dan Slogan PT Pertamina (Persero)

1. Visi PT Pertamina (Persero)

“Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia”

2. Misi PT Pertamina (Persero)

- Melalukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia

- Merupakan enti

3. Motto PT Pertamina (Persero)

“Sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar biaya dan puaskan pelanggan”

4. Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero)

Rencana perubahan logo sudah dipikirkan sejak 1967 saat setelah terjadinya

krisis pada Pertamina. Namun, program tersebut tidak dapat dilaksanakan

karena terjadinya adanya perubahan kebijakan (pergantian dewan direksi).

Pertimbangan mendasar diperlukannya pergantian logo ini adalah agar dapat

menumbuhkan semangat baru bagi seluruh karyawan, adanya perubahan

corporate culture pada seluruh pekerja, menimbulkan image yang lebih baik di

antara global oil dan gas companies, serta mendorong daya saing perusahaan

dalam menghadapi perubahan- perubahan yang terjadi, antara lain:

Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan

Perubahan strategi perusahan dalam menghadapi persaingan pasca

PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru.

Pertamina memiliki slogan yaitu “Semangat Terbarukan”, yang berarti

semangat kerja yang benar-benar baru, ide-ide baru, kemampuan berimajinasi,

dan kecepatan berinovasi. Dengan slogan ini diharapkan prilaku dari jajaran

pekerja Pertamina akan berubah menjadi enterpreneur dan customer

oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi.

36

Gambar III.3.1 Logo Baru Pertamina

(Sumber: PT.Pertamina, 2011)

Elemen logo merupakan representasi huruf Pertamina yang

membentuk anak panah dengan arah ke kanan. Hal ini berarti PT Pertamina

(Persero) bergerak melesat maju dan progresif. Secara keseluruhan, logo

Pertamina menggunakan warna – warna yang berani. Hal ini menunjukkan

langkah besar kedepan yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan

akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna-warna tersebut yaitu :

BIRU : Mencerminkan Handal, Dapat Dipercaya, Dan

Bertanggung Jawab.

HIJAU : Mencerminkan Sumber Daya Energi Yang

Berwawasan Lingkungan.

MERAH : Keuletan, Ketegasan Dan Keberanian Menghadapi

Berbagai Macam Keadaan.

Nilai–Nilai Pertamina

Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk

menerapkan tata nilai sebagai berikut :

Clean (Bersih)

Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan, tidak

menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada

asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

Competitive (Kompetitif)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,

mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan

menghargai kinerja.

37

Confident (Percaya Diri)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam

reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)

Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk memerikan

pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Commercial (Komersial)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil

keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis sehat.

Capable (Berkemampuan)

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta

dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset

dan pengembangan.

III.3.2 Visi, Misi, dan Motto Pertamina RU IV Cilacap

1. Visi PT. Pertamina RU IV Cilacap

“Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif di Asia

tahun 2015”

2. Misi PT. Pertamina RU IV Cilacap

“Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM , non BBM untuk memberikan

nilai tambah bagi perusahaan”, dengan tujuan : memuaskan stakehoder melalui

peningkatkan kinerja perusahaan secara profesional, berstandar internasional,

dan berwawasan lingkungan.

3. Motto PT. Pertamina RU IV Cilacap

“Bekerja dalam kebersamaan untk keunggulan bersama”

III.4. Tata Letak

III.4.1 Lokasi pabrik

Bagi perusahaan, lokasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena

lokasi perusahaan akan menentukan kelancaran perusahaan dalam menjalankan

operasinya. Demikian halnya dalam menentukan lokasi kilang. Hal-hal yang menjadi

pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya operasi, dampak sosial, kebutuhan bahan

bakar minyak, sarana, studi lingkungan dan letak geografis. PERTAMINA RU IV

38

Cilacap terletak di desa Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

Dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang didasarkan pada pertimbangan berikut :

a. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumsi terbesar adalah

penduduk Pulau Jawa.

b. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup

dalam dan tenang karena terlindungi Pulau Nusakambangan.

c. Terdapatnya jaringan pipa Maos-Yogyakarta dan Cilacap-Padalarang,

sehingga penyaluran bahan bakar minyak lebih mudah.

d. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah

sebagai pusat pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.

Dari hasil pertimbangan tersebut, ditunjang dengan adanya areal tanah yang

tersedia dan memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka RU IV

Cilacap dengan luas area total yang digunakan adalah ± 526 Ha.

III.4.2 Tata Letak Kilang

Tata letak Kilang Minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada adalah

sebagai berikut :

Tabel III.4.1 Luas Area PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

No Nama Area Luas (Ha)

1 Area Kilang minyak dan perluasan 300,00

2 Area terminal dan pelabuhan 22,5

3 Area pipa track dan jalur jalan 10,5

4 Area perumahan dan sarananya 87,5

5 Area rumah sakit dan lingkungannya 27,00

6 Area lapangan terbang 70,00

7 Area kilang paraxylene 9,00

Total 526,5

39

Dalam kegiatan pengoperasiannya, Kilang Minyak Cilacap terdiri atas unit-unit

proses dan sarana penunjang yang terbagi atas beberapa area, yaitu :

a) Area 10

Fuel Oil Complex I (FOC I) , terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Crude Distillation Unit (CDU) I

Naphtha Hydrotreater Unit (NHT) I

Hydro Desulfurizer Unit (HDS)

Platformer Unit

Propane Manufacturer Unit (PMF)

Meroxtreater Unit

Sour Water Stripper Unit (SWS)

Nitrogen Plant

CRP Unit / Hg Removal

b) Area 20

Lube Oil Complex I (LOC I), terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

21

22

23

24

25

Hight Vacuum Unit (HVU) I

Propane Deasphalting Unit (PDU) I

Fulfural Extraction Unit (FEU) I

Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) I

Hot Oil System I

40

c) Area 50

Utilities Complex I, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

51

52

53

54

55

56

57

Pembangkit tenaga listrik

Steam Generator Unit

Cooling Water System

Refinery Unit Air

Fire Water System Unit

Unit Sistem Udara Instrumen

Unit Sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak

d) Area 01

Fuel Oil Complex II (FOC II), terdiri atas :

No Unit Nama Unit

008

009

011

012

013

014

015

016

017

018

019

Caustic and Storage Unit

Nitrogen Plant

Crude Distillation Unit (CDU) II Naphtha

Hydrotreater Unit (NHT) II Aromatic

Hydrogenation (AH) Unibon Unit

Continuous Catalytic Regeneration (CCR)

Platformer Unit

Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit

Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk

Merox) Treater Unit

Sour Water Stripper Unit (SWS) II

Thermal Distillate Hydrotreater Unit

Visbreaker Thermal Cracking Unit

41

e) Area 02

Lube Oil Complex II (LOC II), terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

021

022

023

024

025

Hight Vacuum Unit (HVU) II

Propane Deasphalting Unit (PDU) II

Fulfural Extraction Unit (FEU) II

Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) II

Hot Oil System II

f) Area 05

Utilities Complex II, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

051

052

053

054

055

056

057

Pembangkit tenaga listrik

Steam Generator Unit

Cooling Water System

Unit Pengolahan Air

Fire Water System Unit

Unit Sistem Udara Instrumen

Unit sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak

g) Area 30

Tangki-tangki BBM, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

31

32

33

34

35

36

37

38

39

Tangki–tangki gasoline dan vessel penambahan TEL

FOC I dan Platformer Feed Tank

Tangki-tangki kerosene dan AH Unibon Feed Tank

Tangki-tangki Automative Diesel Oil (ADO)

Tangki-tangki Industrial Fuel Oil (IFO)

Tangki-tangki komponen IFO dan HVU Feed

Tangki-tangki Mogas, Heavy Naphtha dan penambahan

TEL FOC II

Tangki-tangki LSWR dan IFO

Tangki-tangki ALC, BLC dan ILC sebagai Feed FOC I

Tangki-tangki paraxylene dan benzene

42

h) Area 40

Tangki-tangki-BBM, terdiri dari :

No. Unit Nama Unit

41

42

43

44

45

46

47

48

Tangki–tangki Lube Oil

Tangki–tangki Bitumen

Tangki–tangki Long Residue

Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pool Alat Berat

Tangki–tangki Feed FOC II

Tangki–tangki Feed Mixed LPG

Flare system

Drum Plant, untuk Pengisisan aspal

i) Area 60

Jaringan Oil Movement dan Perpipaan, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

61

62

63

64

66

67

68

Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70

Cross Country PipeLine

Stasiun Pompa Air Sungai

Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan

Paraxylene

Tangki-tangki Balas dan Bunker

Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan

Paraxylene

Dermaga Pengapalan LPG

j) Area 70

Terminal Minyak Mentah dan Produk, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

71

72

Tangki – tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker

Crude Island Berth

Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil

43

k) Area 80

Kilang Paraxylene, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

81

82

84

85

86

87

88

89

Nitrogen Plant Unit

Naphtha Hydrotreater Unit

CCR Platformer Unit

Sulfolane Unit

Tatoray Unit

Xylene Fractionation Unit

Parex Unit

Isomar unit

l) Area 90

LPG Recovery & Sulphur Recovery Unit, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

90

91

92

93

94

95

Utility

Gas Treating Unit

LPG Recovery

Sulfur Recovery

Tail Gas Unit

Refrigerant

m) Area 200

Lube Oil Complex III, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

220

240

260

041

Propane Deasphalting Unit III

Metyhl Etyhl Ketone Dewaxing Unit III

Hydrotreating Unit/Redistilling Unit III

Pump Station and Storage Tank

44

n) Area 500

Utilities IIA, terdiri atas :

No. Unit Nama Unit

510

520

530

560

Pembangkit Tenaga Listrik

Steam Generator Unit

Cooling Water system

Unit Sistem Udara Tekan

BAB IV

PROSES PRODUKSI

IV.1 Persiapan Bahan Baku

Pada proses produksi Lube Oil di Lube Oil Complex (LOC) I/II/III bahan baku atau

feed berasal dari hasil produk bawah di Fuel Oil Complex (FOC) I, yaitu Long Residue.

FOC I dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Arabian Light Crude (ALC)

dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel per hari. Setelah Debottlenecking Project,

FOC I memiliki kapasitas pengolahan 118.000 barrel per hari atau 16.094 TPSD dan juga

digunakan mengolah minyak mentah jenis Basrah Light Crude (BLC) dan Iranian Light

Crude (ILC).

Pada FOC I terdapat Crude Distilling Unit (CDU) I yang mengolah minyak mentah

tersebut. CDU dirancang untuk mengolah 16.094 ton/hari atau 118.000 BPSD ALC, atau

BLC atau ILC. Karakteristik umpan adalah sebagai berikut:

Tabel IV.1.1 Karakteristik Umpan

Jenis Crude Kandungan Titik Didih (oC) Yield Berat (%)

ALC

Light Tops < 150 16.8

Kerosene 150 – 221 13.2

Light Gas Oil 221 – 271 8.4

Heavy Gas Oil 271 – 364 17.6

Long Residue > 364 44

Wax 3

Sulfur 1.88

Garam (NaCl) 30 mg/l

Crude dipompa dari tangki menuju kolom distilasi, melalui jaringan penukar panas

(digunakan untuk mengurangi beban furnace) dengan memanaskan crude dengan arus

panas dari produk kolom. Jaringan penukar panas ini dilengkapi dengan desalter untuk

mengurangi kadar garam dalam crude. Kemudian crude dipompa dari tangki menuju pre-

flash column, dimana uap fraksi ringan terpisah dengan fraksi beratnya.

Di dalam kolom, crude terpisah menjadi lima fraksi, yaitu produk atas (yang terdiri

dari naphtha dan light tops), kerosene, LGO, HGO, dan Long Residue sebagai produk

46

bawah. Cairan yang bergerak ke bawah diambil dengan steam untuk mengambil produk

atas yang terbawa arus itu. Sebagian fraksi naphtha, kerosene, dan LGO dikembalikan

lagi ke kolom sebagai refluks.

Produk naphtha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naphtha Hydrotreater

(NHT) yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer. Produk kerosene

diumpankan ke Unit Merox, sedangkan LGO diumpankan ke Unit Hydro Desulphurizer

(HDS). Long Residue dikirim ke storage untuk diolah kembali di Lube Oil Complex

(LOC).

IV.2 Uraian Proses Produksi

Pada tahun 1998 Kilang UP IV Cilacap telah menyelesaikan Proyek

Debottlenecking yang dikenal dengan Debottlenecking Project Cilacap (DPC). Tujuan

daripada Cilacap Debottlenecking Project adalah meningkatkan jumlah produksi lube

base dari 175 KTA menjadi 428 KTA. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan

perubahan pola proses pengolahan lube base oil dari solvex mode menjadi hybrid mode

yaitu dengan menambahkan satu unit baru HTU ( Hydrotreating Unit ). Pada existing

proses ( solvex mode) proses pengolahan bersifat physical separation (distilasi,ekstraksi,

dan filtrasi) sedangkan untuk proses hybrid dengan tambahan menggunakan proses kimia

(chemical conversion). Proses kimia / konversi ini adalah proses konversi komponen

yang tidak diinginkan menjadi komponen lube base menggunakan bantuan katalis dan

hidrogen.

Dengan adanya penambahan unit pengolahan baru tersebut, maka Kilang Cilacap

mempunya tiga kilang lube oil yaitu Lube Oil Complex – I / II / III. Ketiga kilang

tersebut terintegrasi dan dirancang untuk mengolah komponen feed berupa Arabian

Light Long Residue produk bottom dari CDU (Crude Distilling Unit) I sebanyak

2.194.000 TPA untuk menghasilkan total produk lube base oil sebesar 428.000 TPA

dan blended bitumen/ asphalt sebesar 750.000 TPA. Adapun simplified process flow

diagram dapat dilihat pada Gambar IV.2.1.

47

Gambar IV.2.1 Process Flow Diagram Kilang FOC’s (I, II, III) RU IV Cilacap

Untuk memproduksi HVI Lube Oil, diperlukan tahapan-tahapan proses melalui unit-unit

proses sebagai berikut:

IV.2.1 High Vacuum Unit (HVU) I/II

Unit HVU I beroperasi dalam dua mode, yaitu “lube oil mode“ dan

“bitumen mode”, sedangkan Unit HVU II hanya beroperasi dengan “lube oil

mode”. Arabian Light Long Residu berasal dari bottom Unit CDU I digunakan

sebagai umpan di Unit HVU I / II setelah melewati preheat exchanger dan furnace

langsung ke 1st Vacuum Column. Dua stream produk dari vacuum column

tersebut di strip lebih lanjut di side stripper dan dimasukkan ke intermediate tank

sebagai produk light machine oil (LMO) dan spindel Oil (SPO), side stream

lainnya berupa vacuum gas oil dan intermediate resiude dipompakan ke pool

refinery fuel oil.

Bottom produk dari 1st Vacuum Column dipanaskan kembali pada furnace

kedua sebelum masuk ke 2nd Vacuum Column dengan tekanan flash zone yang

lebih rendah (vacuum) dibandingkan 1st Vacuum Column. Stripping steam

diinjeksikan ke furnace inlet transfer line dan bottom column. Produk dari 2nd

Vacuum Column yaitu MMO (Medium Machine Oil) langsung dimasukkan ke

intermediate tank tanpa melalui side stripper. Sebagian top circulating reflux

digunakan Light MMO (LMMO), dimana sebagian diambil sebagai bahan

blending MMO rundown stream setelab bergabung dengan Heavy MMO

48

(HMMO). Sedangkan produk lainnya short residu dari bottom column dikirim ke

intermediate tank dan digunakan sebagai feed di Unit Propane Deasphalting dan

sebagian lainnya sebagai komponen blending asphalt.

Tabel IV.2.1 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU I

Stream Lube Oil Mode Bitumen Mode

KTA T/SD %-wt KTA T/SD %-wt

Feed: ALC Long Residue 437 2574 100 437 2574 100

Output:

Waste gas to fuel 2 7 0.3 2 5 0.4

Slop 3 18 0.8 2 13 0.5

Gas Oil 46 273 10.6 45 267 10.3

SPO Distillate 48 280 10.9 48 280 11.0

Intermediate Dist. 37 216 8.4 38 226 8.7

LMO Distillate 46 273 10.6 40 234 9.2

MMO Distillate 53 310 12 39 229 8.9

Black Oil 0 0 0 0 0 0

Short Residue 203 1196 46.4 223 1314 51.0

Tabel IV.2.2 Disain Feed dan Yield Produk Unit HVU II

Stream Lube Oil Mode

KTA T/SD %-wt

Feed: ALC Long Residue 1320 3883 100

Output:

Waste gas to fuel 3 10 0.3

Slop 10 28 0.8

Gas Oil 140 412 10.6

SPO Distillate 144 422 10.9

Intermediate Dist. 111 326 8.4

LMO Distillate 140 412 10.6

MMO Distillate 159 468 12.0

Black Oil 0 0 0

Short Residue 613 1804 46.4

49

IV.2.2 Propane Deasphalting Unit (PDU) I/II/III

Feed short residu dari intermideater tank dikontakkan secara counter current

dengan solvent propane di Rotating Disc Contactor (RDC). Solvent tersebut akan

melarutkan hydrocarbon ringan sehingga akan terjadi pemisahan dari fraksi

asphaltene. Hydrocarbon ringan tersebut keluar sebagai produk atas dan

asphaltene sebagai produk bawah. Kedua produk tersebut dikirim ke solvent

recovery system untuk mengambil kembali solvent. Energi panas untuk

pemisahan di solvent recovery section tersebut disediakan oleh dua evaporator

dimana sebagai media pemanasnya adalah steam dan hot oil. Hydrocarbon ringan

tersebut yang dikenal dengan nama deasphlating oil (DAO) setelah didinginkan

disimpan di tanki intermediate sedangkan fraksi asphaltene yang disebut dengan

propane asphalt dikirim ke tanki bitumen blending.

Tabel IV.2.3 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU I

Stream Kuantitas (TPA) Yield %-wt on Feed

Short Residue Intake 183.000 100

Deasphalted Oil (DAO) Output 68.000 37

Propane Asphalt Output 115.000 63

Tabel IV.2.4 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU II

Stream Kuantitas (TPA) Yield %-wt on Feed

Short Residue Intake 260.000 100

Deasphalted Oil (DAO) Output 96.200 37

Propane Asphalt Output 163.800 63

Tabel IV.2.5 Disain Feed dan Yield Produk Unit PDU III

Stream Kuantitas (TPA) Yield %-wt on Feed

Short Residue Intake 238.000 100

Deasphalted Oil (DAO) Output 88.000 37

Propane Asphalt Output 150.000 63

50

IV.2.3 Furfural Extraction Unit (FEU) I/II

Sesudah proyek debottlenecking, Unit FEU I dirancang hanya mengolah

SPO waxy distillate dari Unit HVU I / II. Unit FEU I tetap sesuai design aslinya

beroperasi dengan “solvex mode” dan tidak ada modifikasi selama

debottlenecking melainkan pompa feed karena terjadi kenaikan Viskositas

short residue pasca DPC dari 440 cSt (pada 99oC) menjadi 830 – 890 cSt (pada

100oC).

Unit FEU II mengolah LMO, MMO waxy raffinate dari Unit HVU I / II

dan DAO dari PDU I / II / III. Unit FEU II telah dimodifikasi agar dapat

beroperasi dengan ‘hybrid mode’. Berikut disampaikan gambaran operasional

Unit FEU II :

LMO, MMO vacuum disitillate dan DAO diolah secara terpisah/batch

process dengan proses ekstraksi menggunakan furfural unutk

meningkatkan viskositas index dan stability.

Dengan “ hybrid mode” yield produk raffinate meningkat menjadi 80%

dari sebelumnya saat solvex mode yang hanya 50 sampai 65 %- wt.

Yield raffinate Unit FEU II yang mengalami peningkatkan menimbulkan

konsekuensi bertambahnya komponen dengan VI yang rendah seperti

komponen aromatic dan heteroatom. Untuk itu produk raffinate ex Unit

FEU II akan diproses lebih lanjut di Unit HTU/ RDU LOC III.

Feed dari intermediate tank diumpankan secara countercurrent terhadap

furfural di RDC (Rotating Disc Contactor). Furfural akan melarutkan

komponen polyaromatic dan keluar sebagai extract produk bottom RDC,

sedangkan komponen raffinate yang mempunyai viskositas index lebih

tinggi keluar sebagai top produk RDC. Furfural di-recovery baik di fase

ekstrak dan rafinate dengan pemanasan dan proses stripping pada kondisi

vacuum. Sebagai media pamanas digunakan hot oil.

Raffinate didinginkan dan dipompakan ke intermediate tank,

sedangkan produk ekstraknya dipompakan sebagai komponen blending

IFO dan bitumen blending (khusus DAO ekstrak).

51

Tabel IV.2.6 Disain Feed dan Yield Produk Unit FEU I/II

Stream FEU I Solvex FEU-II Hybrid

HVI-60 HVI-100 HVI-160S HVI-650

Feed Intake, t/a *141.000 **185.000 **211.000 ***252.000

Raffinate output, t/a 84.600 148.000 168.800 206.600

Extract output. t/a 56.400 37.000 42.200 45.400

Raffinate yield, %wt 60 80 80 82

Keterangan: * Feed intake dari HVU-II : SPO = 93 kt/a

** Feed intake dari HVU-III : LMO = 46 kt/a dan MMO = 53kt/a

*** Feed intake DAO dari PDU-I = 68 kt/a dan PDU-III = 88 kt/a

IV.2.4 Hydrotreating / Redistillation Unit (HTU/RDU)

LMO, MMO dan DAO waxy raffinate produk dari Unit FEU II digunakan

sebagai feed Unit HTU/RDU. Proses di HTU dilakukan pada tekanan dan

temperatur tinggi dengan melewatkan pada katalis bed dan dalam suasana

hydrogen kemurnian tinggi. Tujuan proses di HTU/RDU adalah untuk melakukan

konversi komponen hydrocarbon yang mempunyai VI rendah seperti hydrocarbon

aromatic menjadi komponen hydrocarbon yang mempunyai VI lebih tinggi

(saturate). Disamping itu juga terjadi reaksi penghilangan komponen heteroatom

yang mengandung gugus sulphur dan nitrogen. Kedua komponen tersebut

menimbulkan ketidakstabilan lube base oil baik akibat oksigen, temperatur tinggi

dan menimbulkan pembentukan sludge (lumpur) pada mesin.

Selain itu unit ini juga menghasilkan produk samping light distillate

dari reaksi samping cracking dimana produk ini dikirim ke pool refinery fuel oil.

Hydrogen dengan purtiy tinggi disediakan oleh Unit PSA (Pressure Swing

Adsorption) yang juga merupakan bagian Unit HTU/RDU. Feed Unit PSA berasal

dari gas hidrogen ex Unit CCR/ Platformer Kilang Paraxylene dan FOC-II.

Tabel IV.2.7 Disain Feed dan Yield Produk Unit HTU/RDU

Stream LMO MMO DAO

Feed intake, t/a 148.000 169.000 207.000

HDT product, t/a 126.000 127.000 176.000

Light Distillate output, t/a 22.000 42.000 31.000

52

IV.2.5 MEK Dewaxing Unit (MDU) I/II/III

Unit MDU I pasca DPC didisain hanya mengolah SPO waxy raffinate dari

Unit FEU I. Sedangakan Unit MDU II dan MDU III didisain mengolah

hydrotreated (HDT) raffinate dari Unit HTU/RDU dengan sistem blocked / batch.

Setiap jenis HDT raffinate yang diolah di Unit MDU II / III dilakukan secara

bergantian.

Komponen feed HDT raffinate dipisahkan dari komponen wax-nya dengan

proses chilling dan filtering dengan menggunakan solvent untuk melarutkan

oil secara sempurna dan menurunkan viskositas base oil. Solvent yang

digunakan adalah campuran methyl ethyl ketone (MEK) dan toluene. Campuran

feed/solvent didinginkan dengan pertukaran panas dengan aliran dingin produk

dari filtrasi dan dilanjutkan pendinginan lebih lanjut dengan proses

regrigerated chilling. Slurry dingin dilakukan filtrasi secara kontinyu di rotary

drum vacuum filter sehingga diperoleh produk dewaxing oil dan campuran

slackwax. Solvent kemudian di-recovery kembali dengan proses evaporasi dan

steam stripping.

Feed, solvent, dan inert gas didinginkan pada temperatur filtrasi dengan

propane refrigeration system . Sistem vacuum pada rotary filter dipertahankan

dengan menggunakan vacuum pump (compressor) pada suction filtrate receiver

dan dikeluarkan dengan meniupkan inert gas di bawah filter cloth unutk

membebaskan wax cake di permukaan kain filter pada proses filtrasi final. Filter

hood, solvent, tank, slop drum dan akumulator di blanket dengan inert gas unutk

mencegah akumulasi explosive campuran solvent/udara.

Dewaxed oil setelah dikeringkan di 1st Vacuum Column Drier kemudian

dikirim ke finish product tank. Sedangkan slack wax dipompkan sebagai

komponen blending refinery fuel oil di area utilities. Disain untuk Unit MDU II

dan MDU III hampir identik dan kedua unit tersebut memungkinkan untuk

mengolah feed hydrotreated LMO, MMO dan DAO. Angka-angka pada material

balance berikut merupakan refleksi dari operational total Unit MDU I, MDU

II dan MDU III untuk menghasilkan produk lube base oil sebanyak 428.000 t/a.

53

Tabel IV.2.8 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU I

Stream HVI-60

Feed intake, t/a 84.600

Dewaxed oil output, t/a 69.400

Slack wax output, t/a 15.200

Dewaxed oil yield, %-wt on feed 82

Tabel IV.2.9 Disain Feed dan Yield Produk Unit MDU II/III

Stream MDU-II MDU-III

HVI-650 HVI-95 HVI-160S HVI-650

Feed intake, t/a 170.000 126.000 127.000 6.000

Dewaxed oil output, t/a 140.900 108.600 104.800 4.970

Slack wax output, t/a 29.100 17.400 22.200 1.030

Dewaxed oil yield, %-wt 82.9 86.2 82.5 82.9

IV.3 Gudang Bahan Baku

Gudang bahan baku terdapat di Area 70, terminal minyak mentah dan produk.

Area 70 terdiri dari:

No. Unit Nama Unit

71 Tangki-tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker

72 Crude Island Board

73 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil

SPM (Single Point Mooring) adalah tangki apung sebagai sarana penampung

minyak sementara yang dibutuhkan dengan pipa 46” di dasar laut dan Lantern Hose

berdiameter 24”. Kemudian dihubungkan ke kapal dengan 2 buah floating hose

berdiameter 16”. SPM terletak di Samudera Hindia sekitar 16 km dari garis pantai.

BAB V

UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

V.1 Utilitas

Unit Utilitas pada PERTAMINA RU IV adalah suatu unit yang dibutuhkan untuk

menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga listrik, tenaga uap, air pendingin, air

bersih, bahan bakar cair/gas, udara instrumen, dan lain-lain sehingga kilang dapat

memproduksi BBM dan Non BBM.Di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, kompleks

utilitas saat ini terbagi menjadi :

1. Utilitas I(area 50), dibangun pada tahun 1973 dan mulai beroperasi tahun 1976

untuk menunjang pengoperasian FOC I, LOC I dan ITP / Off site area 30, 40,

60 dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.

2. Utilitas II(area 05), dibangun tahun 1980 dan mulai beroperasi pada tahun 1983

untuk menunjang pengoperasian FOC II, LOC II, ITP/ off site area 30, 40, 60, dan

70 dengan kapasitas 200.000 barrel/hari.

3. Utilitas KPC / Paraxylene sebagian besar unitnya terletak di Utilitas I / (area

50), mulai beroperasi tahun 1990 khusus untuk menunjang area kilang Paraxylene

dengan kapasitas produksi Petrokimia sebanyak 270.000 barrel/hari.

4. Utilitas IIA (area 500), beroperasi pada tahun 1998 dengan sarana terbatas, khusus

dirancang untuk menunjang pengoperasian Debottlenecking kilang Cilacap, sehingga

total kapasitas pengolahan Kilang Cilacap dapat dinaikkan dari 300.000

barrel/hari menjadi 348.000 barrel/hari.

Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap maka Pertamina UP IV secara

operasional memiliki unit – unit utilitas, yaitu :

Unit 51/ 051/ 510 : unit pembangkit tenaga listrik

Unit 52/ 052/ 520 : unit pembangkit tenaga uap

Unit 53/ 053/ 530 : unit distribusi air pendingin

Unit 54/ 054 : unit pengadaan air bersih

Unit 56/ 056/ 560 : unit pengadaan udara bertekanan

Unit 57/ 057 : unit distribusi bahan bakar cair dan gas

Unit 63/ 063 : unit pengadaan air baku

55

V.1.1 Unit 51/ 051/ 510 (Unit Pembangkit Tenaga Listrik)

Unit ini memiliki 8 buah turbin generator pembangkit tenaga listrik

yang digerakkan oleh tenaga uap. Sistim ini beroperasi dengan extractive

condensingturbine dengan high pressure steam (HP steam) yang bertekanan 60 kg/cm2

dengan temperatur 460o

C. Dan menghasilkan medium pressure steam (MP steam)

bertekanan 18 kg/cm2

dengan temperatur 330o

C serta menghasilkan pula kondensat

recovery sebagai air penambah pada tangki desuperheater dan tangki Boiler Feed Water

(BFW). Sistem pembangkit, terdiri dari :

Utilitas I area 50 : 51 G 1/ 2/ 3 (3 unit) kapasitas @ 8 MW

Utilitas II area 05 : 051 G 101/ 102/ 103 (3 unit) kapasitas @ 20 MW

Utilitas KPC : 51 G 201 (1 unit) kapasitas @ 20 MW

Utilitas IIA : 510 G 301 (1 unit) kapasitas @ 8 MW

Dengan kapasitas total terpasang saat ini 112 MW, dan kapasitas terpakai pada saat

beban puncak mencapai 67 MW

V.1.2 Unit 52/ 052/ 520 (Unit Pembangkit Tenaga Uap)

Unit ini bertugas untuk menyediakan steam yang digunakan untuk berbagai

proses operasi. Unit ini dikategorikan menjadi 3, yaitu :

a. Sistem pembangkit

Tenaga uap tekanan 60 kg/cm2

dan temperatur 460oC atau High Pressure

Steam dihasilkan dari :

1. Boiler UTL I : 52 B 1/2/3 (3 Unit) kapasitas @ 60 ton/jam.

2. Boiler UTL II : 052 B101/102/103/104 (4 Unit) kapasitas @ 110 ton/jam.

3. Boiler UTL KPC: 52 B 201 (1 Unit) kapasitas 110 ton/jam.

4. Boiler UTL IIA : 520 B 301 (1 Unit) kapasitas 60 ton/jam.

Sebagian besar uap tekanan tinggi tersebut digunakan sebagai tenaga penggerak

turbin generator dan sebagian kecil untuk penggerak turbin pompa boiler feed

water (BFW) dan cooling water.

56

b. Sistem distribusi tenaga uap terbagi atas :

1. High pressure steam dengan tekanan 60 kg/cm2, temperatur 460

oC,

superheated. Penghasil HP steam adalah semua boiler di utilities dan WHB di unit

14/FOC I.

2. Medium pressure steam dengan tekanan 18 kg/cm2, temperatur 330

oC,

superheated. MP steam ini dihasilkan dari; ekstraksi turbine generator, WHB unit

014, 019 FOC II, let down station HP/MP. MP steam ini digunakan sebagai

penggerak turbin pompa, kompressor, pemanas pada heat exchanger, penarik

sistem vakum pada ejector di semua area proses.

3. Low pressure steam dengan tekanan 3,5 kg/cm2

temperatur 220oC,

superheated. LP dihasilkan dari sistem back pressure turbine dan let down station

MP/LP.

c. Kondensat sistem

Di dalam sistem selalu terjadi kondensasi dan kondensat yang terjadi

dimanfaatkan kembali sebagai boiler feed water guna mengurangi water losses.

Tiga jenis kondensat:

• High pressure condensat yang berasal dari HP dan MP steam line. Kondensat ini

ditampung dalam suatu flash drum untuk dipisahkan menjadi LP condensat dan LP

steam.

• Low pressure condensat yang berasal dari LP steam line.

• Clean condensat yang berasal dari surface condenser turbine generator dan brine

heater SWD (sea water desalination).

V.1.3 Unit 53/ 053/ 530, Unit Distribusi Air Pendingin

Ada dua sistem yang digunakan untuk distribusi air pendingin yaitu

sistem bertekanan dan sistem gravitasi.Sirkulasi air pendingin menggunakan

sistem terbuka (once through). Sistem bertekanan digunakan untuk semua unit

proses yang didistribusikan dengan pompa :

UTL I : 53 P1 A/B/C (3 pompa) kapasitas @2000 m3

UTL II : 053 P 101 A/B/C (3 pompa) kapasitas @5900 m3

57

UTL KPC : 053 P 201 A/B/C (3 pompa) kapasitas @2300 m3

UTL IIA : 530 P 301 A/B (2 pompa) kapasitas @4000 m3

Untuk mencegah timbulnya mikroorganisme pada sistem air

pendingin, diinjeksikan sodium hypochloride hasil dari sodium hypochloride

generator.

V.1.4 Unit 54/ 054 (Unit Pengadaan Air Bersih)

Air bersih diperoleh dengan mengolah air laut menjadi air tawar dengan

spesifikasi tertentu dengan cara distilasi pada tekanan rendah (vakum). Sistem ini

dilaksanakan pada unit Sea Water Desalination (SWD).Di unit pengolahan IV

Cilacap ada dua sistem SWD yaitu,multi stage flash once through dan multi stage

flash brine recirculations.Utilitas Pertamina Refinery Unit IV Cilacap memiliki 8

buah unit SWD yaitu :

1. UTL I : 54 WS 1/2/3 (3 unit) kapasitas @ 45 ton/jam (TypeMSF once

through),dan 54 WS 201 (1 unit) kapasitas 45 ton/jam (Type MSF brine

recirculation).

2. UTL II : 054 WS 101/102/103/105 (4 unit) kapasitas @ 90 ton/jam (TypeMSF

once through)

Produk unit SWD ini digunakan untuk :

1. Sebagian besar sebagai air umpan boiler.

2. Sebagai jacket water untuk pendingin sistem minyak pelumas pada rotating

equipment.

3. Sebagai media pencampur bahan kimia untuk keperluan proses

4. Sebagai air minum di area kilang

V.1.5 Unit 55/055/550(Unit Pengadaan Air Pemadam Kebakaran)

Digunakan untuk menunjang operasi pemadam kebakaran. Sistem ini terdiri

dari 2 pompa air bakar yang berkapasitas 600m3/jam pada tekanan 12,5 kg/cm2,

dan fasilitas pengaman cairan busa udara.

58

V.1.6 Unit 56/056/560(Unit Pembangkit Udara Bertekanan)

Fungsi udara bertekanan , yaitu:

a. Sebagai udara instrumen, dihasilkan dari :

UTL I : 56K1/2/3 kapasitas @ 23 Nm3/menit

UTL II : 56K102 kapasitas @ 23 Nm3/menit

UTL KPC : 56K201 kapasitas @ 23 Nm3/menit

UTL IIA : 560K301 kapasitas @ 23 Nm3/menit

Udara instrumen ini harus kering dan tidak boleh mengandung minyak. Peralatan di

sistem ini terdiri dari inter dan after cooler, receiver, air dryer, air filter dan pipa

distribusi.

b. Sebagai plant air untuk tube cleaning pada surface condensor turbine

generator dan evaporator condensor SWD.

V.1.7 Unit 57/057(Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas)

a. Sistem bahan bakar cair:

Terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO digunakan sebagai bahan

bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi, sedangkan HGO digunakan

pada saat start up dan shut down unit serta untuk flushing oil dan sealing system.

Untuk mengatur viskositas dipakai sarana heat exchanger dengan media pemanas

MP steam. HFO didistribusikan dengan dua sistem yaitu dengan tekanan

tinggi 35 kg/cm2untuk keperluan sistem High Vacuum Unit dan tekanan rendah

18 kg/cm2

untuk keperluan burner. HFO terdiri dari slack wax, slop wax, heavy

aromate dan IFO yang diperoleh dari proses area.

b. Sistem bahan bakar gas

Dipakai dan dimaksimalkan untuk pembakaran di boiler dan furnace. Bahan

baku diperoleh dari unit proses dan ditampung di mix drum 57V2 dan 057V102

selanjutnya didistribusikan melalui pipa induk ke semua proses area dengan

tekanan diatur 3,5 kg/cm2. Apabila tekanan lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke

flare dan apabila kurang dari 2,5 kg/cm2 akan disuplai dari LPG vaporizer sistem

dengan media pemanas LP steam. LPG vaporizer ini berfungsi untuk menampung

dan memproses propane dan butane yang off spec. Pada sistem bahan bakar gas ini

59

terdapat juga waste gas kompresor yang berfungsi untuk memperkecil gas yang

hilang ke flare.

V.1.8 Unit 63/063(Unit Pengadaan Air Baku)

Air baku diperoleh dari kali Donan dengan menggunakan pompa jenis

submersible yang terdiri dari :

UTL I : pompa 63 P1 A/B/C kapasitas @ 3800 m3

/jam

UTL II : pompa 063P101 A/B/C kapasitas @ 7900 m3

/jam

UTL KPC : pompa 063 P 201 kapasitas 7900 m3

/jam

UTL IIA : pompa 063 P 301 kapasitas 7900 m3

/jam

Dari kali Donan air sungai dipompakan ke Jetty Donan (area 60).Ruangan

pengambilan air baku dilengkapi dengan fixed bar screen, retractable strainer dan

floating gate yang berfungsi untuk menyaring kotoran misalnya sampah, serta

suction screen. Dari unit 63 dan 063 air baku tersebut kemudian dialirkan melalui

pipa kedalam 3 buah tangki. Untuk mencegah terjadinya lumut dan menghindari

hidupnya kerang dan mikroorganisme lainnya, pada saluran hisap semua pompa air

baku diinjeksikan sodium hipokloride hasil dari sodium hipokloride generator.

Air baku ditampung dalam tangki selanjutnya digunakan sebagai media :

Sistem air pendingin bertekanan (pressurized cooling water)

Sistem gravitasi untuk surface condensor turbo generator

Air umpan sea water desalination

V.2 Pengolahan Limbah

V.2.1 Pengolahan Limbah Buangan Cair

PERTAMINA RU IV Cilacap dalam mengolah limbah cairnya tidak

dilakukan pada tiap–tiap unit, namun limbah dari beberapa unit digabung

menjadi satu baru kemudian diolah. Limbah cair pengolahannya dilakukan secara

bertahap meliputi : Sour Water Stripper (SWS), Corrugated Plate Inceptor (CPI)

dan Holding Basin.

60

1. Sour Water Stripper (SWS)

Unit ini dirancang untuk mengolah sour water dari Visbreaking Unit,

Naphta Hydrotreating Unit, High Vacum Unit, Crude Distillation Unit, AH Unibon,

Destillate Hydrotreating Unit yang mengandung H2S, NH3, fenol, CO2,

mercaptan, cyanida dan pada hydrocracking sour water terdapat fluorida. Unit ini

dirancang untuk dapat membersihkan 97 % dari H2S yang kemudian dibakar

diflare, sedang air bersih yang tersisa dapat digunakan kembali. Dalam sour water

H2S dan NH3 terdapat dalam bentuk NH4HS yang merupakan garam dari basa

lemah dan asam lemah. Di dalam larutan ini, garam terhidrolisa menjadi H2S

dan NH3.

Reaksi :

NH4HS NH3 + H2S

H2S dan NH3 bebas sangat mudah menguap dalam fase cair. Gas H2S dan

NH3 dapat dipisahkan dengan menggunakan steam sebagai stripping medium atau

steam yang terjadi dari pemanasan sour water itu sendiri (dalam reboiler). Hidrolisa

akan naik dengan naiknya suhu. Kelarutan H2S cepat dipisahkan. Sour water yang

telah mengalami stripper akan menaikkan konsentrasi NH3/H.

2. Corrugated Plate Interceptor (CPI)

Corrugated Plate Interceptor (CPI) adalah jenis alat atau bangunan

penangkap minyak yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan

menggunakan plate sejajar, dibuat dari fiber glass yang bergelombang yang

dipasang dengan kemiringan tertentu, bekerja secara gravitasi. CPI memiliki

kemampuan memisahkan lebih besar dibanding dengan alat pemisah lain, mampu

memisahkan partikel minyak sampai dibawah 150 mikron dengan menggunakan

permukaan pemisah tambahan berupa plat sejajar maka didapatkan proses

pemisahan dalam kondisi laminer dan stabil. Kecepatan aliran dari plat yang

bergelombang dan perbedaan spesifik grafity antara minyak dan air menyebabkan

minyak akan naik ke atas, sedangkan air akan turun ke bawah yang kemudian

masuk parit dan akhirnya ke Holding Basin untuk diolah lebih lanjut sebelum

dibuang ke badan air penerima ( Sungai Donan ).

61

3. Holding Basin

Holding basin adalah kolom untuk menahan genangan minyak bekas

buangan pabrik supaya tidak lolos ke badan air penerima, dengan perantaraan

skimmer (penghisap genangan minyak dipermukaan), floating skimmer

(menghisap minyak di bagian tengah), dan baffle (untuk menahan agar minyaknya

tidak terbawa ke badan air penerima). Selanjutnya genangan minyak ditampung

pada sump pit kemudian dipompakan ke tangki slops untuk direcovery. Holding

Basin dibuat dengan tujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya

bila oil water sampai lolos ke badan air. Genangan minyak berasal dari bocoran –

bocoran peralatan pabrik atau lainnya. Holding basin yang terdapat di Pertamina

RU IV Cilacap ada dua yaitu Exciting Holding Basin Unit 49 dan New Holding

Basin Unit 66.

Exciting Holding Basin Unit 49

Unit ini menerima effluent dirty water dari exciting water ditch area 50, dari

aliran cooling water area 10 dan 20 dan dari exciting overflow waste CPI

separator area 10, 20, 30, 40. exciting effluent water masuk ke dalam Holding

Basin lewat bagian depan di mana sheetpiles sebelah barat makin ke selatan

semakin melebar. Pada bagian holding basin dibelah oleh sheetpiles sebelah

sepanjang kira – kira 1/3 bagian, memanjang dari depan yang berfungsi agar

effluentwater dijaga tetap laminer sehingga diperoleh lapisan minyak yang

sempurna. Lapisan minyak yang terjadi akan tertahan oleh baffle, sehingga

terkumpul di daerah skimmer. Konstruksi baffle dibuat sedemikian rupa sehingga

pada pojok timur dan barat holding basin membentuk sudut kurang dari 90o,

yang bertujuan unuk mengumpulkan lapisan minyak agar mudah ke skimmer.

Melalui skimmer yang dapat dinaik – turunkan dengan handsparating wich sesuai

dengan ketebalan lapisan minyak maka skimmed oil secara gravitasi flow akan

masuk ke skimmer dan selanjutnya ke bak sump pit. Dengan perantaraan portable

pump, skimmed oil dari bak sump pit dipompakan existing wet slops tank 43T – 2

atau 43T – 3 untuk persiapan recovery. Clean water mengalir di bawah baffle,

kemudian melewati weir sheetpiles terus ke perairan bebas. Jika lapisan minyak

tidak mau berkumpul maka digunakan floating skimmer 66A – 103.

62

New Holding Basin Unit 66

Unit ini menerima effluent dirty water dari new dirty water area 05, once

through cooling water area 01, 02, dan area 30 serta 40. New effluent water

masuk ke dalam Holding Basin lewat bagian depan dimana sheetpiles sebelah

barat makin ke selatan semakin melebar. Setelah melalui sluice gates, effluent

water selanjutnya masuk ke aerated channel. Dengan perantaraan difused aeration

system, maka di sini dipecahkan partikel – partikel minyak agar terjadi lapisan

minyak yang sempurna. Lapisan minyak akan terkumpul di daerah skimmer.

Skimmed oil yang masuk skimmer secara gravity flow akan masuk ke bak sump

pit. Lapisan minyak yang lolos, akan masuk ke daerah vortex oil drinker yang

sebelumnya melewati baffle. Lapisan minyak yang masuk ke daerah vortex oil

drinker dengan adanya aliran, waste water akan terkumpul ke pojok tiap –

tiap skimmer. Untuk mengumpulkan lapisan minyak yang tidak mau terkumpul

menggunakan vortex oil drinker pada daerah genagan minyak dengan mengatur

tiga utas alat penambat yang masing – masing vortex oil drinker tersebut.

Selanjutnya clean water akan masuk ke muara setelah melewati baffle seterusnay

ke perairan bebas. Minyak yang terkumpul pada bak sump pit selanjutnya

dipompakan ke tangki pengumpul di unit 43 yang baru yaitu di tangki 43T–101

atau 43T–102 sesuai keadaan operasi untuk direcovery. Sedangkan pompa yang

dipakai adalah 66P – 101 A/B/C steam heater dijalankan jika diperlukan.

V.2.2 Pengolahan Buangan Gas

Untuk menghindari pencemaran udara dari bahan – bahan buangan gas

maka dilakukan penanganan terhadap bahan buangan tersebut dengan cara :

a. Dibuat stack / cerobong asap dengan ketinggian tertentu sebagai

alat untuk pembuangan asap.

b. Gas–gas hasil proses yang tidak dapat dimanfaatkan dibakar dengan

menggunakan flare.

V.2.3 Pengolahan Buangan Sludge

Sludge merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak

yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas karena mencemari

lingkungan. Pada sludge selain mengandung lumpur / pasir dan air juga masih

mengandung hidrokarbon (HC) fraksi berat yang tidak dapat direcofery ke

63

dalam proses maupun bila dibuang ke lingkungan tidak akan terurai secara

alamiah dalam waktu singkat. Perlu dilakukan pemusnahan hidrokarbon tersebut

untuk menghindari pencemaran lingkungan. Dalam usaha tersebut di

PERTAMINA RU IV Cilacap, sludge dibakar dalam suatu ruang pembakar

(incinerator) pada temperatur tertentu sehingga lumpur / pasir yang tidak

terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu area tanpa

mencemari lingkungan.

BAB VI

ANALISIS LABORATORIUM

VI.1 Analisis Laboratorium

Bagian laboratorium memegang peranan penting di area kilang, karena pada sub

bidang ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-data

yang diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar

mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

Bagian laboratorium berada di bawah sub bidang teknologi dan bidang engineering

yang mempunyai tugas pokok, yaitu:

- Sebagai pengontrol kualitas bahan baku

- Sebagai pengontrol kualitas produk

VI.1.1 Laboratorium Pengamatan

Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan

baku, intermediate product, dan finishing product. Sifat-sifat yang diamati antara

lain:

Distilasi ASTM

Spesificgravity

Reid vapour pressure

Flash point dan smoke point

Convadson carbon residu

Warna

Cooperstrip dan silverstrip

Viskositas kinematik

Kandungan air

Peralatan :

1. Autoflash

Alat yang digunakan untuk mengecek titik nyala api (flash point) dimana ada 2

(dua) jenis pengukur titik nyala, yaitu termometer flash point Abel untuk

fraksi ringan (bensin, kerosene) dan flash point Bens Shin Marfin untuk fraksi

berat.

65

2. Smoke Point Tester

Alat yang digunakan untuk mengukur smoke point (titik asap) dari suatu minyak

yang mempunyai fraksi ringan.

3. Cooper Strip Tester

Alat untuk megetahui pengaruh minyak terhadap tembaga. Dimana tes ini dapat

digunakan untuk mengetahui kualitas minyak.

4. Hidrometer

Alat untuk mengukur spesifik gravity (50/50oF) dari minyak yang berfraksi ringan

dan fraksi berat.

5. Viskometer Bath

Alat untuk mengukur viskositas minyak fraksi ringan dan fraksi berat.

6. Water Content Tester

Alat yang digunakan untuk menganalisa kadar air dalam minyak, metode

operasinya adalah destilasi

7. Pure Ponit Tester

Alat yang digunakan untuk mengukur pure point (titik tuang) dari minyak, dimana

yang diamati adalah temperatur minyak tertinggi pada saat minyak masih

dapat dituang.

VI.1.2 Laboratorium Analitik dan Gas

Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap row material mengenai sifat-

sifat kimianya, termasuk didalamnya tentang kerak dan finishing product. Alat-

alat yang digunakan untuk analisa antara lain :

1. NMR (Nuclear Magnetik Resolution)

Digunakan untuk menganalisa adanya CHCl3 dalam bahan baku atau produk

yang dihasilkan.

2. MCST (Micro Calorimetric Titrating System)

Digunakan untuk menganalisa kandungan H2S, Cl, S dalam minyak dengan

metode titrasi, sebagai carrier digunakan helium dan oksigen.

3. AAS (Automatic Absorbtion Spectofotometric)

Digunakan untuk menganalisa semua metal baik dalam air maupun dalam

minyak, juga untuk menganalisa TEL (Tetra Etil Lead) content dalam

premium.

66

Tipe dari AAS adalah single element, sebagai pembakarnya adalah acetylene

dan N2O.

4. ICPS (Inductive Coupled Plasma Spectrophotometric)

Digunakan untuk analisa metal yang ada dalam air maupun minyak, dengan

pembakarnya gas plasma (argon) dan memiliki tipe monomultifire.

5. (UV – VIS – NR Record Spectrophotometric)

Digunakan untuk menganalisa Si, NH3, furfural, metil etil keton, dan metal –

metal lainnya. Lampu UV digunakan untuk menganalisa avtur dan naftalene.

6. Infra Red Spectrophotometer

Digunakan untuk menganalisa gugus senyawa fungsional secara

kualitatif dan menganalisa oil content dalam air buangan secara kualitatif.

7. Spectrophotometer Fluorophotometer (RF – 520)

Digunakan untuk menganalisa zat – zat yang bisa berfluorisasi.

8. NMR Low Resolution

Digunakan untuk menganalisa kandungan hidrogen dalam minyak avtur,JP–4

dan JP-5.

9. Aparaat Carbon Determinator (WR – 12)

Digunakan untuk menganalisa kandungan karbon dalam minyak dan katalis.

10. Sulphur Lamp Apparatur

Digunakan untuk analisa sulfur dalam bahan bakar minyak (premium,

kerosene, solar, avtur).

11. Calorimetric Adiabatic

Digunakan untuk mengetahui nilai bakar dalam minyak.

12. POC (Portable Oil Content)

Digunakan untuk menganalisa oil content dalam air buangan

13. Karl Fiscer – Automatic Titrator

Digunakan untuk menganalisa kandungan air dalam minyak dengan solvent

etanol.

14. Salt in Crude Analizer

Digunakan untuk menganalisa salt content dalam minyak.

67

VI.1.3 Labotarorium Penelitian dan Pengembangan

Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya:

a. Blending fuel oil

b. Lindungan lingkungan (pembersihan air buangan)

c. Evaluasi crude

d. Di samping mengadakan penelitian rutin, laboratorium ini juga mengadakan

penelitian yang sifatnya non-rutin, misalnya penelitian terhadap produk kilang

di unit tertentu yang tidak biasanya dilakukan penelitian, guna mendapatkan

alternatif lain tentang penggunaan bahan baku.

VI.1.4 Ren. ADM/ Gudang/ Statistik

Bagian ini bertugas untuk mengatur administrasi laboratorium, pergudangan,

dan statistik.

VI.1.5 Laboratorium Paraxylene

Laboratorium ini khusus menangani unit paraxylene, yang mempunyai kerja

dan tugas menganalisa terhadap bahan baku, produk yang dihasilkan dan bahan

penunjang lainnya. Alat yang digunakan pada laboratorium ini adalah:

1. Moisturemeter

Digunakan untuk menganalisa kandungan air dan bromine indeks dari olefin.

2. Desult Oksigen

Digunakan untuk mengecek feed naptha terhadap kandungan O2

3. UV Visible Spectrofotometer

Digunakan untuk menganalisa konduktivitas feed maupun produk.

4. Conductivitymeter

Digunakan untuk menganalisa konduktivitas feed maupun produk.

Di samping itu laboratorium ini juga menggunakan peralatan yang ada pada

laboratorium lain.

BAB VII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

VII.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Di Pertamina RU-IV Cilacap terdapat bagian yang menangani keselamatan kerja,

yaitu bagian Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindungan Lingkungan. Bagian ini

mempunyai tugas antara lain:

1. Sebagai advisor body dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja,

kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.

2. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan, dan

pencemaran lingkungan.

3. Melakukan pembinaan aspek K3LL kepada pekerja maupun mitra kerja (pihak

III) untuk meningkatkan safety awareness, melalui pelatihan, safety talk,

operation talk, dsb.

4. Kesiapsiagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang

pelaksanaan, pencegahan, dan penanggulangan kecelakaan kerja,

kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.

Dalam melaksanakan tugasnya, K3LL dibagi menjadi 3 bagian dengan fungsi masing-

masing termasuk juga dalam usaha penanganan limbah.

VII.1.1 Penanggulangan Kebakaran

Bagian ini mempunyai tugas antara lain:

a. Meningkatkan kesiapsiagaan petugas dan peralatan pemadam kebakaran

dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran.

b. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran.

c. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/ledakan, serta bekerja sama

dengan bagian yang bersangkutan.

d. Mengadakan penyelidikan (fire investigation) terhadap setiap kasus

terjadinya kebakaran.

e. Pelaksanaan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi

asuransi.

f. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya

yang berpotensi terhadap resiko kebakaran.

69

VII.1.2 Lindungan Lingkungan

Bagian ini mempunyai tugas antara lain:

a. Mencegah dan menanggulangi pencemaran di dalam dan di sekitar daerah

operasi Pertamina RU-IV Cilacap.

b. Pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan sesuai dengan

standar dan ketentuan perundangan yang berlaku.

c. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, mencakup:

pengangkutan, penyimpanan, pengoperasian, dan pemusnahan.

d. Pengelolaan house keeping dan penghijauan di dalam dan sekitar area kilang.

VII.1.3 Keselamatan Kerja

Tugas dan fungsi dari bagian ini yaitu:

a. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

b. Meningkatkan kehandalan sarana/prasarana untuk pencegahan

dan penanggulangan kecelakaan kerja.

c. Meningkatkan kesiapsiagaan personel dalam menghadapi setiap potensi

terjadinya kebakaran.

d. Penyelidikan (accident investigation) terhadap setiap kasus terjadinya

kecelakaan.

e. Pelaksanaan pengawasan terhadap cara kerja aman, melalui: ijin kerja,

inspeksi KK, gas test, dsb.

f. Pemantauan dan pengukuran kualitas lingkungan kerja.

g. Penanganan hazard yang mencakup: bahaya fisik, kimia, biologi, dan

ergonomi.

h. Penyediaan dan pendistribusian aspek K3LL, melalui kursus, seminar, safety

talk atau safety meeting, dsb.

i. Penerapan Manajemen Keselamatan Proses (MKP) dan Sistem

Manajemen Kesehatan Kerja (SMKK).

BAB VIII

PENUTUP

VIII.1 Kesimpulan

Penarikan kesimpulan oleh praktikan didasarkan pada orientasi umum dan

khusus yang dilaksanakan oleh praktikan selama menjalani Kerja Praktek di PT.

Pertamina RU IV Cilacap adalah sebagai berikut :

1. Kilang Minyak Pertamina RU IV Cilacap

Pertamina RU IV Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di

Indonesia dengan kapasitas produksi sebanyak 348.000 barrel/hari.

Pertamina RU IV Cilacap merupakan satu-satunya kilang minyak

di Indonesia yang memproduksi bahan baku untuk minyak pelumas

dengan menggunakan bahan baku minyak mentah dari timur tengah.

Kilang minyak Pertamina RU IV Cilacap merupakan pelopor

dalam Integrated plant di Indonesia.

2. Process Engineering

Bersama dengan project dan facility engineering, PE memiliki

tanggung jawab dalam proses produksi di semua area kilang dan

perlindungan lingkungan.

Performance alat, spesifikasi bahan dan penggunaan teknologi yang

tepat merupakan parameter yang dimonitor oleh process engineering

dalam rangka profit perusahaan.

3. Health Safety Environmental (HSE)

Pertamina RU IV Cilacap merupakan salah satu pelopor

”GreenFactory” di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya

sertifikat ISO 9000 dan 14000 yang sangat mengedapankan manajemen

lingkungan.

Bagian Health Safety Environmental (HSE) yang mempunyai tugas

antara lain: mencegah dan menanggulangi terjadinya suatu kebakaran,

membuat suasana kerja yang aman dan bebas dari kecelakaan, membuat

suasana kerja yang bersih dan tidak menimbulkan pencemaran

lingkungan, serta siap menanggulanginya.

4. Fuel Oil Complex

Pertamina RU IV Cilacap tidak hanya mengolah crudeoil dalam negeri

dan middle east tetapi saat ini crude oil yang diolah juga berasal dari

campuran beberapa crude oil domestic, yang dikenal dengan “Cocktail

Crude Oil”.

Dalam pengoperasian dan pengendaliannya, FOC II dibagi menjadi

2 bagian yaitu FOC IIA (bagian selatan) dan FOC IIB (bagian utara).

FOC IIB adalah bagian dari unit FOC II yang khusus menangani

treatingprocess yang mengolah produk-produk dari FOC IIA. Unit

ini terdiri dari NHT, Platformer, AH Unibon, TDHT, dan flaresystem

and nash compressor.

5. Lube Oil Complex

Bahan dasar pelumas (lube base oil) di Indonesia hanya diproduksi

olehPertamina RU IV Cilacap melalui LOC I, II, III.

6. Kilang Paraxylene

Bahan baku kilang paraxylene adalah sidestream dari FOC II

Proses dibagi menjadi 4 proses utama yaitu unit persiapan proses (NHT

Unit), Unit Sintesa (CCR dan Platforming Unit), Unit Pemurnian

(Sulfolane, Xylene Fractination, Parex Process Unit) dan Unit

Peningkatan Produk (Tatoray Unit, Isomar Process Unit).

7. Pertamina RU IV Cilacap juga mendukung komitmen terhadap

lingkungan sehingga dibangunlah Kilang Sulphur Recovery Unit (SRU).

VIII.2 Saran

1. Kerja keras, disiplin, dedikasi dan loyalitas dari karyawan dan pimpinan

perlu dipertahankan dan ditingkatkan demi mempertahankan keteladanan

unit IV Cilacap.

2. Meningkatkan kerjasama antara PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

dengan masyarakat sekitar, misal dengan membuat program – program yang

bermanfaat untuk masyarakat dalam CSR (Company Social Responsibility).

3. PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap diharapkan selalu meningkatkan

peranannya untuk menjembatani dunia pendidikan (Perguruan Tinggi)

dengan dunia kerja sesungguhnya, sehingga akan didapatkan manfaat yang

saling menguntungkan.

x

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Diktat Kilang LOC’s. PT. Pertamina RU IV Cilacap. Cilacap. 2008

Geankoplis, Christie J. Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition. Prentice-Hall

International. New Jersey. 1993

Seborg, Dale E. Process Dynamics and Control 2nd Edition. John Wiley &Sons, Inc. United

State of America. 2004

LAPORAN TUGAS KHUSUS

Evaluasi Aliran Industrial Fuel Oil (IFO) Lube Oil Complex (LOC) I ke

IFO Pool (35T4 dan 37T101)

DISUSUN OLEH:

ISYA MAHENDRA (23.12.100.092)

YOU AND AFFANDY (23.12.100.111)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2015

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Aliran off specification dari produk Lube Oil Complex (LOC I) masuk ke tanki

Industrial Fuel Oil (IFO) 35T4 dan 37T101 via satu line header. Akan tetapi adanya

penambahan aliran off specification dari produk LOC II dan III, dan juga bertambahnya

produk Propane Asphalt dari Propane Deasphalting Unit (PDU) yang menuju IFO Pool,

menyebabkan adanya hambatan pada aliran semua produk IFO ke IFO Pool. Akibat lain

yang dapat disebabkan oleh hal ini adalah meningkatnya kapasitas kerja dari High Vacuum

Unit (HVU), sehingga vessel-vessel tersebut penuh dengan produk off specification yang

seharusnya dialirkan ke IFO Pool.

I.2 Permasalahan

Terkait dengan hal ini diperlukan kajian aliran off specification dari produk LOC I

menuju tanki IFO terdekat (35T4) dan tanki IFO terjauh (37T101).

I.3 Tujuan

Tujuan dari pengkajian ini adalah mengetahui apakah aliran IFO yang sudah

terinstalasi saat ini sudah memadai untuk mengalirkan semua produk off specification dari

LOC I menuju IFO Pool tanpa adanya hambatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Perhitungan Hidrolika

II.1.1 Profil Kecepatan di dalam Pipa

Ketika fluida mengalir di dalam pipa dan kecepatan aliran fluida tersebut

diukur di setiap jarak yang berbeda dari dinding pipa hingga ke pusat tengah pipa,

kecepatan fluida di bagian tengah pipa memiliki kecepatan yang lebih cepat

dibandingkan dengan fluida yang mengalir dekat dengan dinding pipa. Pada aliran

viscous atau laminar, profil kecepatan berbentuk parabola. Kecepatan aliran sama

dengan nol pada aliran yang berada pada dinding pipa.

Gambar II.1.1 Distribusi Kecepatan Aliran Fluida di Pipa

(Geankoplis 3rd Ed, 83)

II.1.2 Pressure Drop dan Friction Loss

Pressure drop adalah penurunan tekanan di dalam pipa yang disebabkan

oleh adanya friksi dari fluida yang mengalir di dalam pipa. Sedangkan Friction

Loss (Ff) untuk densitas konstan pada aliran laminar, adalah

Persamaan di atas adalah mechanical-energy loss yang disebabkan oleh adanya

friksi di permukaan dalam pipa. Dalam aliran turbulen, friction factor juga

dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Perhitungan fanning friction factor tidak dapat

ditentukan secara teoritis, tetapi harus ditentukan secara empiris (eksperimental).

Fanning friction factor dalam aliran turbulen tidak hanya dipengaruhi oleh bilangan

Reynold, tetapi juga oleh kekasaran permukaan pipa. (Geankoplis 3rd Ed, 87)

Untuk tujuan desain, dalam memprediksi friction factor (f) yang digunakan

dalam perhitungan besarnya pressure drop dapat dilakukan dengan menggunakan

grafik friction factor. Grafik tersebut merupakan plot log-log antara f versus Nre.

Berikut ini merupakan grafik friction factor :

Gambar II.3 Grafik friction factor untuk fluida di dalam pipa

Friction factor yang diperoleh dari grafik di atas kemudian digunakan untuk

menentukan friction loss 𝐹𝑓 atau ∆𝑝𝑓 dengan rumus sebagai berikut :

∆𝑝𝑓 = 4𝑓𝜌∆𝐿

𝐷

𝑣2

2 (Pers. 2.1)

𝐹𝑓 = 4𝑓∆𝐿

𝐷

𝑣2

2=

∆𝑝𝑓

𝜌 (Pers. 2.2)

(Geankoplis 3rd Ed, 88-89)

II.2 Control Valve

II.2.1 Pengertian

Dalam memanipulasi atau merubah aliran massa dan energi baik masuk ke

atau keluar dari suatu proses mempunyai banyak cara, seperti contoh kecepatan dari

pompa, screw conveyer, atau blower dapat divariasikan. Namun terdapat metode

sederhana dan dapat digunakan secara luas yaitu dengan menggunakan control

valve, atau biasa disebut dengan automatic control valve.

Control valve memiliki beberapa komponen yaitu badan valve, trim, seat,

dan actuator. Badan valve memiliki orifice sebagai tempat mengalirnya fluida.

Trim berperan sebagai pengatur kecepatan aliran, trim dapat berbentuk plug, ball,

disk, atau gate. Seat merupakan bagian yang mengandung material pelindung

(biasanya metal atau soft polymer) yang berada di sekitar orifice, seat berguna saat

diberlakukannya tight shut-off dan juga untuk memperpanjang umur dari suatu

valve ketika bahan padat atau korosif melewati control valve. Actuator merupakan

bagian yang mengatur valve buka dan tutup.

Pneumatic control valve merupakan controller yang sering digunakan pada

beberapa aplikasi. Ketika signal keluaran pneumatic controller meningkat, tekanan

juga meningkat lalu menekan bagian spring, sehingga menarik valve stem dan

membuka aliran pada valve. Proses tersebut disebut dengan air-to-open (A-O).

Dengan memutar balik orientasi pada plug/seat atau spring/masuknya udara, valve

akan menjadi air-to-close (A-C).

Gambar II.2.1 Pneumatic Control Valve (air-to-open)

Pneumatic control valve dilengkapi dengan sebuah valve positioner. Valve

positioner digunakan untuk meningkatkan gaya mekanik yang relatif kecil.

(Seborg 2ndEd, 215–217)

II.2.2 Spesifikasi dan Sizing Control Valve

Persamaan disain yang digunakan dalam sizing control valve adalah sebagai

berikut:

dimana Cv adalah koefisien valve, q adalah kecepatan aliran, f (l) merupakan

karakteristik aliran, ΔPv adalah beda tekanan yang melewati control valve, dan gs

adalah spesifik grafitasi fluida. Persamaan ini digunakan untuk nonflashing liguids.

Spesifikasi dari ukuran valve bergantung dengan f, karakteristik dari sebuah

valve. Untuk beda tekanan yang tetap, nilai f berhubungan dengan nilai l, yaitu

bukaan valve:

Linear : f = l

Quick Opening : f = l 0.5

Equal Percentage : f = R l – 1

dimana R adalah parameter disain valve yang biasa pada rentang nilai 20 – 50.

Grafik di bawah ini merupakan profil ketiga jenis aliran tersebut.

Gambar II.2.2 Karakteristik Control Valve

(Seborg 2nd Ed, 217)

II.3 Masoneilan

Masoneilan adalah perusahaan International yang bergerak di bidang disain,

manufaktur, dan berperan sebagai pendukung pada proses akhir. Produk dari Masoneilan

banyak digunakan di Aerospace, Chemical, Oil & Gas¸Petrokimia, Pembangkit Listrik,

Pulp & Paper, dan Pengolahan. Produk dari Masoneilan seperti globe valve, angle valve,

dan special application valves merupakan control valve yang digunakan sebagai controller

pada aliran pipa. Pneumatic dan electro-pneumatic positioners, I/P transducers, perangkat

pengatur level, dan smart instrument merupakan salah satu produk dari Masoneilan.

II.4 Komponen IFO

Komponen IFO dari LOC I dihasilkan dari produk off spec Unit 21, 22, 23, 24

yang dilarkan menuju ke IFO tank. Pada header IFO di area OM 60 akan nertemu dengan

IFO dari LOC II dan LOC III. secara umum kompone iFO dari masing-masing Unit pada

kasus kondisi normal operasi sebagai berikut:

LOC I

1. IDIS

2. Black Oil

3. Short Residu (case Pabrik abnormal)

4. PA

5. Off spec produk

LOC II

1. IDIS

2. Black Oil

3. Short Residu (case Pabrik abnormal)

4. PA

5. Off spec produk

LOC III

1. PA

2. Off spec produk

Komponen IFO yang dikumpulkan akan dijual sebagai produk MFO-1

(Marine Fuel Oil-1) dan MFO- 2 dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. MFO 1

NO. ANALISA METODA MIN MAX

1. Density at 15 °C kg/m3 ASTM D-1298 - 991

2. Visc. Kinematic at 50 °C mm2/sec ASTM D-445 - 180

3. Sulfur Content % m/m ASTM D-1552 or ASTM D-2622 - 4.5

4. Pour Point °C ASTM D-97 - 30

5. Flash Point °C ASTM D-93 60 -

6. Conradson Carbon Residue % m/m ASTM D-189 - 16

7. Ash Content % m/m ASTM D-482 - 0.10

8. Total Sediment % m/m ASTM D-473 - 0.10

9. Water Content % v/v ASTM D-95 - 1.0

10. Vanadium mg/kg IP-470 - 200

11. Aluminium + Silikon mg/kg IP-470 - 80

Ref. Keputusan Dirjen Migas No. 14496 K /14/DJM/2008 Tgl. 21 Agustus 2008

2. MFO 2

NO. ANALISA METODA MIN MAX

1. Density at 15 °C kg/m3 ASTM D-1298 - 991

2. Visc. Kinematic at 50 °C mm2/sec ASTM D-445 - 380

3. Sulfur Content % m/m ASTM D-1552 or ASTM D-2622 - 5.0

4. Pour Point °C ASTM D-97 - 40

5. Flash Point °C ASTM D-93 60 -

6. Conradson Carbon Residue % m/m ASTM D-189 - 20

7. Ash Content % m/m ASTM D-482 - 0.15

NO. ANALISA METODA MIN MAX

8. Total Sediment % m/m ASTM D-473 - 0.10

9. Water Content % v/v ASTM D-95 - 1.0

10. Vanadium mg/kg IP-470 - 300

11. Aluminium + Silikon mg/kg IP-470 - 80

Ref. Keputusan Dirjen Migas No. 14496 K /14/DJM/2008 Tgl. 21 Agustus 2008

BAB III

PEMBAHASAN

Tujuan dalam kajian ini adalah untuk mengetahui apakah aliran IFO yang sudah

terinstalasi saat ini memadai untuk mengalirkan semua produk off specification dari LOC I

ke IFO Pool tanpa adanya hambatan. Kajian ini dilakukan dengan cara menganalisa aliran

IFO dari LOC I ke dua IFO Pool yang berbeda, yang pertama ke IFO Pool terdekat (35T4)

dan yang kedua ke IFO Pool terjauh (37T101).

III.1 Fasilitas Line transfer IFO LOC I/II/III

Pada gambar dibawah ini, merupakan kondisi aktual aliran IFO LOC I/II/III

menuju ke Tangki IFO Pool.

Gambar III.1.1 Aliran transfer IFO LOC I/II/III

Pada gambar diatas aliran berwarna merah merupakan aliran Header IFO dari LOC

I dan aliran produk Propane Asphalt dari LOC II yang menuju IFO Pool.

III.2 Tangki IFO

Pola operasi dalam memproduksi IFO dilakukan dengan mengalirkan seluruh

produk ke satu tangki produk sampai level maksimum. Dalam kajian ini dilakukan

analisa hanya untuk dua tangki IFO Pool yaitu 35T4 dan 37T101. Berikut ini adalah

data dari dua tangki tersebut:

No. Nomor

Tangki Service Tipe Roof

Kapasitas

(m3)

Diameter

(mm)

Tinggi

(mm)

Safe Fill

(mm)

1 35T4 MFO FCR 16474.89 34123 18258 17960

2 37T101 MFO FDR 50634.59 57141 20112 19800

III.3 Back Pressure Tangki

Berikut adalah back pressure maksimum dari kedua tangki IFO, 35T4 dan 37T101,

dengan menggunakan density MFO sebesar 953 kg/m3:

No. Nomor

Tangki

Normal

Level (mm)

MFO

(kg/m3)

Phidrostatik

(kg/cm2.A)

Phidrostatik

(kg/cm2.G)

1 35T4 17507 953 2.67 1.67

2 37T101 19546 953 2.86 1.86

Back pressure di atas pada masing-masing Tangki diperlukan pada perhitungan

untuk mengetahui apakah back pressure aktual telah mencapai nilai tersebut atau tidak.

Jika back pressure belum memenuhi sesuai kriteria di atas, maka tangki IFO belum

terisi maksimal oleh produk IFO.

III.4 Hasil Perhitungan Hidrolik

Perhitungan kemampuan hidrolik menggunakan simulasi Hysys 8.0. Berikut

merupakan hasil simulasi aliran IFO dari LOC I/II/III menuju tangki IFO 35T4 /

37T101. Perbedaan dari perhitungan kedua analisa ini, hanya terletak pada panjang

pipa berdiameter 10” pertemuan Header dari LOC II/III dan Header dari LOC I yang

menuju tangki IFO. Untuk tangki terdekat (35T4) pipa tersebut memiliki panjang

218.75 m sedangkan untuk tangki terjauh (37T101) sepanjang 340 m.

Ga

mb

ar

III.

4.1

Has

il S

imula

si d

engan

Hysy

s® 8

.0 A

lira

n I

FO

LO

C

I/II

/III

Men

uju

Tan

gki

IFO

Dari hasil perhitungan pada aliran IFO ke tangki terjauh (37T101) didapatkan back

pressure pada tangki sebesar 1.45 kg/cm2.g. Pada back pressure sebesar 1.45 kg/cm2.g

aliran IFO hanya mengisi tangki setinggi 15.24 m, kurang 4.31 m dari ketinggian

Normal level tangki 37T101. Sedangkan untuk aliran IFO ke tangki terdekat (35T4)

didapatkan back pressure pada tangki sebesar 1.67 kg/cm2.g.

Dari simulasi yang telah dilakukan, didapatkan bukaan control valve berdasarkan

perhitungan teoritis menggunakan persamaan di Bab 2 dan data yang diambil dari

Hysys untuk masing-masing aliran di Header IFO LOC I adalah sebagai berikut:

Aliran q

(gal/min)

∆Pv

(psi) gs Cv

l Teoritis

(% opening)

l Hysys

(% opening)

IDIS 9.66 23.16 0.8606 35.84 19.80 38.5

DAO 32.04 28.23 0.849 17.9 31.04 31.3

VGO 78.94 46.43 0.774 27.67 36.84 40

Black Oil 17.61 53.17 0.8747 3.096 91.45 80

Minarex 36.02 39.64 0.9192 19.14 66.12 67

Short Res. 228.02 78.92 0.8846 61.64 39.16 46

Prop. Asp. 41.80 43.89 0.823 19.11 29.95 34.5

III.5 Usulan modifikasi

Dari hasil perhitungan hidrolik dengan simulasi Hysys didapatkan data sebagai

berikut:

1. Aliran dari LOC I ke tangki 35T4

Tekanan ( P ), kg/cm2.g

Dari Unit LOC I Dari LOC I ke

Header OM (8”)

Dari Header OM ke

tangki 35T4 (10”) IFO tangki 35T4

3.007 2.229 2.142 1.67

Hasil di atas sudah sesuai dengan back pressure yang dikehendaki, maka dari itu

aliran IFO yang menuju tangki 35T4 dapat mengisi tangki hingga Normal level, yaitu

17.5 m. Maka dari itu untuk aliran ke tangki 35T4 tidak perlu dimodifikasi.

2. Aliran dari LOC I ke tangki 37T101

Tekanan ( P ), kg/cm2.g

Dari Unit LOC I Dari LOC I ke

Header OM (8”)

Dari Header OM ke

tangki 37T101 (10”) IFO tangki 37T101

3.055 2.277 2.190 1.456

Aliran IFO ke tangki terjauh (37T101) menghasilkan back pressure sebesar 1.45

kg/cm2.g, dari yang seharusnya 1.86 kg/cm2.g. Pressure drop yang terjadi pada aliran

pipa dengan ukuran diameter 10” sepanjang 340 m sebelum masuk tangki 37T101

masih terlalu besar, sehingga perlu diminimalisir dengan perubahan ukuran diameter

pipa. Dalam analisa ini, perubahan dilakukan dari pipa berdiameter 10” menjadi 12”.

Berikut ini merupakan hasil perhitungan modifikasi yang dilakukan:

Tekanan ( P ), kg/cm2.g

Dari Unit LOC I Dari LOC I ke

Header OM (8”)

Dari Header OM ke

tangki 37T101 (12”) IFO tangki 37T101

3.053 2.275 2.187 1.87

Setelah dilakukan perubahan ukuran diameter pipa dan dilakukannya perhitungan

hidrolik dengan simulasi Hysys didapatkan back pressure yang baru sebesar 1.87

kg/cm2.g. Back pressure tersebut lebih besar dibandingkan dengan back pressure

maksimum tangki 37T101, sehingga aliran IFO dapat mengisi tangki 37T101 sampai

batas Normal level setinggi 19.55 m.

BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil analisa yang telah dilakukan, dapat disampaikan beberapa hal sebagi

berikut:

1. Aliran IFO yang menuju tangki terdekat (35T4) saat ini sudah dapat mengisi tangki

sampai Normal level yang ditentukan, yaitu 17.5 m.

2. Aliran IFO yang menuju tangki terjauh (37T101) saat ini belum dapat mengisi tangki

sampai Normal level yang ditentukan, diperlukan pengubahan diameter pipa menuju

tangki 37T101 dari sebelumnya 10” menjadi 12”.

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRIrNSilTUr TEKNOLOGT,FFpULUH NOpEMBERKampus ITS Sukolllo€urabaya 601 ll, Telp: 031-59{6240, 5922934 # 1 199Fax: 031.5999282, httprrvruw.chem€ng.its.ac.id

a

LAPOR.AN HARIANIMINGGUAN MAHASISWA. KERJA RRAKTEK

F{l0

Nama Mahasiswa

Tempat Kerja Praktek

Waktu Kerja Praktek

15sq MArcN0AR' NRp 23t2 too og2

gou ANo AtrntlJp.c. NRp 2a t2 tDo ttlpI PEnraV;\6 eu M C,taeap.

6 JuLi 266 sld sl Aqrshts ,0,5

n rp. ... .. ..?..1. .'.:....'.?? ...' "'.f ............ .... Nrp. 23 t2 tOO og2

Mengetahui,

Pembimbing

4/LftHt4*O BAoRUOOTN

Catatan:Laporan ini dianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang berwenang, hariterakhir pada satu minggu terakhjr

:1.

:2.

,/

Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan

Senin / 6 Jut) Orienhsr Umun . Prrsentqi |Jmurn krbnim olch HR.

Selasa / 7 Uu Pu*bi^b;qqn ,4r.0ol lnlong LDc ltt

Rabu / e J,r/i P.'obe.lioron patory Lube- r3os,- Oi lfut"nw)Kamis ./ s luti P-*b.tojomn lutlaoj H,nh t/ocr*tn tlnit (HUd ) tlJum'at / to Jqli Perb*6inq* ".hubq Hvu tr,4ahi t )

Sabtu / n Jt,l)

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Fax: 031 -5999282, http:/lwww.chom..ne,lts.sc.ld

:LAPORAN HARIAN/MI NGGUAN. KERJA FRAKTEK

F-010

MAHASISWA

Nama Mahasiswa

Tempat Kerja Praktek

Waktu Kerja Praktek

i.s.!Ja MB,JE^rOR+. NRP

NRPgou nNp ftFFnNOC.

Pr P€R[Dp4invA RLt tv Cilacap.

1.

2.

2g t2 t& os2

23 t2 loo 711

6 Jult zots s/d st A3usfus 2oE

9rl::r, 2 ? Juli ,0r.S

Mahasiswa 1

&4,.SU8 MAH€^IDR'A

23 12 too nl r.rrp. . ...19... !:..!9.9....9?:Nrp. ......f.i...:.:....:."-,..

Mengetahui,

Pembimbing

ftHNftO BAOR.UOON

Catatan:Laporan inidianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang berwenang. hariterakhir pada satu minggu terakhir

,, Telp: 031{946240, 592?93.f # 1 199

Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan

Senin / tAJult P*,,b"toJ"*n lqthng P^pot- kuphalnng unit lpou )

selasa / 4 ,tuti P"rrthetqicran t"rAry frolai,* SoArnt kcotuyRabu / rc Juti P om h,mb,nT* Pou ltf, dqn TLgo, Motr;or klqr@ .

Kamis "/ td ,luliJunr'at /,1 JutiSabtu / rB Jutr

JURUSAN TEKNIK KIMIA F{10FAKU LTAS TEKNOLOGI INDUSTRITNSTTTUT TEKI.|pLOGI SEPULVH NppEM BERKampus ITS Sukolllo€ur.b.ya 80111, Tclp: 031{946240, 5922934 # 1 199Fax: 031{9!9282, httprrf,ww.chsm.engiili.sc.ld

:LAPORAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA. KERJA HRAKTEK

NamaMahasiswa :1. lsAn MAH€.NOAA NRP 2312 too ox2

:2. gouRr.to AF9.avOg NRP 23 t2 tDo illTempat Kerja Praktek : PT' PERr,,MNQ Ru tv CilacaP -

Waktu Kerja Praktek : 6 Juli tots Sld 3f fgu.tfus 2olg

9fry : .&vr9: 3?lI

Mahasisw*---l Mahasiswa I1*- H5ou 4NO frFFnNOg. ,STN MAHENOP€

r.rrp. .......1I. .!.:...!Y....!!.f.............. Nrp. ......?.-3.. .t2...t*.....9.?.3.

Mengetahui,

Pembimbing

/IHF4AD S4OP.JO.rN

Catatan:Laporan inidianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang berwenang, hariterakhir pada satu minggu terakhir

Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan

Senin / zV Juil P*S"leooion lqot Ml.*;qt &qlonce di P\u.

Selasa / $ Juli Pcnkhoson pDU yl dtagn penbinbig pobrlk

Rabu / z3 Jutt But*lq ke C$l,nt Roorn ponet LOc n di EttajKamis "/ so Jutt p.nhho"on Sulu, , fu.amo di fttrrqt PDu ttl

Junr'at / st Juti p.roLmbnsan' Mot ri Avnt Hgdr" h<okJ Untt- ( Httl )

Sabtu /,,Ssurt .,

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRIr,NpflruT TEKNOLOGI SFPULUH {pPEMBERKampus ITS Sukolllo€urabaya 801{t, Telp: 031.59a6240, 5922934 f I t99Fax: 031 -5999282, http:Ilwww.chom+ng,lts..c,id

a

LAPORAN HARIANIMINGGUAN MAHASISWA. KERJA RRAKTEK

,SU& MftHENORR

F{10

2a t2 too o92Nama Mahasiswa

Tempat Kerja Praktek

Waktu Kerja Praktek

gou ArvO ,$FFANDV

PI. P€RrftM,N€ pu lv Ciloeap.

1.

2.

NRP

NRP 23 t2 tOO lll

6 Juli zors s/d 3/ tustus zors'

.?.t.:=. :fn trh+s 20rS

Mahasiswa 1

rurp lL l?..:9?...1!!. Nrp 13 .13 .199 91?

Mengetahui,

Pembimbing

hHMftO OAOs UDO'N

Catatan:Laporan ini dianggap sah bila telah dikeiahuioleh pembimbing yang berwenang, hariterakhir pada $atu minggu terakhir

HarilTanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan

senin / s &rrhrs funbe/rrn TZrgos Kh,rs,,r s dort ,RmAtaA,* tfu Akran ,Fo L6cI

selasa / | \usfui Srertc AJ,rm Ptpo tfo toe 1 di Kilory.

Rabu / s ft,ra,-rs Eerdisl.usi Tenlool lrgo. Klusus &ryn PwU;rtiKamis ",/ 6 ftudus Berdrskurj lqloq Prosos lagos lhu6us.

Jum'at / y A3usbs P"rnfu"la Proso" ,gliron b?n flU.H B.oSabtu / S \ushu

JURUSAN TEKNIK KIMIA F.O1OFAKUUTAS TEKNOLOGI INDUSTRIrNSrruT TEKNOLOGI $.EPULUH, NgpEMBERKampus ITS Sukolllosurabaya 60111, T6lp: 031S946240, 5922334 # 1 199Fax: 031 -5999282, http Jfuvww.chem.ong,its..c.ld

;LAPORAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA. KERJA BAKTEK

:1. IsYn r,rAlrE^JOAA NRP 23 t2 ta,o 6?2Nama Mahasiswa

Tempat Kerja Praktek

Waktu Kerja Praktek

'.2. gou AYD Ptrtr'r4y NRP 23 t2 ,oo ,r,. PT- PeaTflM.fv4. Ru tv Cilacff.. 6 Jull torg s/d al F3qsfus zolr'

Cth"ap t7 AXusfus zots

I,AA ^,AHENORK23 t2

Nrp. ..... 3.i.. !?.. !.99...?.?.1

Mengetahui,

Pembimbing

nilNftO BRoRtt0OtN

Catatan:Laporan ini dianggap sah bila telah diketahuioleh pembimbing yang benarenang, hariterakhir pada satu minggu terakhir

Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan

Senin / p A?txtvs L<porun ko funbtnhry ht"q 0'** d \u1t-Selasa 7 1, e*i" 0istrst Ftrrnof fugo" l<fiuars-

Rabu / rz /Tluatus Ponbuqhn Lop.n Umun.

Kamis "/ rz afluotw P"nfoi"tan Loforun Khusus-

Jum'at / 4 \wtus Pwgumpulon .'Loporco LL kq,binS;.1 anfuL d,tkaeh{;sabtu / B r33u,tus

JURUSAN TBKNIK KIMIAFAKULTAS TBKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Su kofilo-Su rabaya 601 I l, Telp: 03 I -594 6240, 592293 4 # I 199

Fax: 03 1*5999282, http: I lwww-chem-eng.its.ac.id

t

F-010-1

RINCIAN KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA

KERJA PRAKTEK

Haril tanggal : Senln / 6Jql.t zotsKegiatan yang dilakukan:

d,tbentqrr ele,Ecln dmdrn, kn Pf Perhnuoo olnh

|/altastsuoa s kPqt Pab 4; 8rq,r,n hqlwttn<

HR

H*i *rArrc keqatan (are P@ktrk l, ' t'-" " - -t -

- 6ri enhst Un.rn 4rlrl9-qn se)uph lvhhqstcvr- fP Pqfanoa

Mahasiswa, l. Mohosllur 2,

t5,lq Mil$r*Okft UOLI ANO AFEWOC

citq3f, ....r Juh zow

Mengetahui,

Pembimbing

Nama

NFP 23t2 too Ox2 2g t2 la) lttA+MftO 6,6ppu0rN

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolib-Surabaya 601 I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 1-5999282, http; l I www.che m-e n g.its.ac.id

t

F-010-1

RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari/tanggal :Selav^/]1uti'rottKegiatan yang dilakukan:

- Octcn+arr- U.r^4,r1 )aa ?<rnhtrqn 7t e* kgo P.at *ui la);qo fro cen [nq'r'tc2 c;ra

- hr+t*u A^.r"n fcabr'ol;n.t V"asq (cak+2\ Yai+v Yok ohr.JVodruAJ,rl

- D t bce;han l*ra) o.i A.v*i h.nra^^,. LuQ. Oil ?oo?le* ( LOC)- lf ; t, ec iVan * vq at l:n(,w?cta1x^' L, n i+ a ./ons aLo J, , L oC '/ar+ q

Vacuu,', Un; I C l4VU )

Mahasiswa, 1

(ilaca( B ?,rti TDtt

Maha r isrtto ,l- Mengetahui,

Pembimbing

Yoq arn 4 ee*r.ro'(

lilNama ISYA l'a[UEvg?lt

NRP ,) n too o92 2, tt t@ lrt

Auvao ha*uO0tu

JURUSAN TEKNIK KIMIA F-01o-1

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukdilo-Surabaya 601 I l, Telp: 031-594 6240, 5922934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I www.che m-en g.its. ac. id

a

RINCIAN KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal 'Patu / B lu,"' ?,otf

Kegiatan yang dilakukan:

- k1" (rv,lrf t"rf*,

)tn.r,,n

U;Ah Vqc.;..rna u(n,'+ Tt ]..an b,.9,n*nb c.'ta Pr- Ll c k.

Ma hasiswa,

\lYA Mat-teruora Yoq lL,o 2€(p^/prZ)l? ttco ttl

c thca? I )r-tri Zorf

Mengetahui,

Pembimbing

Nama

NRP 21 rt too o9 z

A"t+nl? Saoeuoottt

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTI'TUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 601 I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax: 03 l-5999282, frttp:l lwww.chem-eng.its.ac.id

a

KEGIATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

F-010-1

RINCIAN

Hari/tanggal : ka^ir/X1e;2ortKegiatan yang dilakukan:

- +C- Pc ta?a., M.ttc.r , [-l lJh V4curr.rn'r U nrt IL ]an?a b,nnrz,tr,?an

d rn^c,rn Qo*^onvta? lar.)o, Vort"!.t< -

Ci l".cq7 to J.r r i 7vts

Mahasiswa, t

/lffi

gu*u t tye lal1d€MpPl

NRP )1tL lbql

Mqnat(rtnq t7

/')/ry' {ot, rnd 4*arroxffi

4/h)llq *aD 9a0 ?u00tw

Mengetahui,

Pembimbing

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolifo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240,5922934 # ll99Fax: 03 l-5999282, http:l lwww.chem-eng.its.ac.id

RtNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal : ') o,rnat I lo 2 ''li' ?.o rs

Kegiatan yang dilakukan:

- $to!.'n14n h^a+r. i Uvu tr 5lon2a^ Qr,..5^btol hrro P.qkJr.k

F-010-1

a

Sr,{. f)t,durl+rryr- f^at €r; Taol f udah ali Rtt",ro,-,

C ita,ca,g t9 J'll'' Lo\,

Mengetahui,

Pembimbing

/'),///''/,o1z-

Y,p.e hoo Ate Aur'(

Mahasiswa, I

Narna

NRP

( )/A lt^/tt'{, P0P!

2 9lX ltg4) c)L 29 |2 loo \tlLUt pO BAoeu99rP

JURUSAN TEKNIK IilMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolijo-Surabaya 60 I I l. Telp: 03 t-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I www.che nr-c n g.its. ac.id

F-010-1

RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

\at^t^ / 14 )ulr zo\fHari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:

\j:!:)'1"-'; Yv'et*("; ?co?ar" 0tar f hu tlZ !!!13 J<ria

Yv<*b"Ia74s,' Pr.(qnz J@lv<^ t P<cev,(.r't,/ t-""O tZ L6:at Inal ao

{)orrqa \e76bt'obit1 Vtr.s^ pa,k*ty

Ma hasiswa, \ *AaaartJwa t 2

c lll:lf , l5 2l t: ?:l'Mengetahui,

Pembimbing-l/

. /-)/' // ,^t

' L./"

Lv/|",r !YA l"\ /.1 HOt\,,PF! (al nro Dt+apo\

Nama

NRP 21 tL t'co o91 29r>loo l\l/lrMA0 bA0arOgtt)

JURUSAN TEKNIK I(MIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolito-Surabaya 60lll. Telp: 031-5946240, 5922934 # 1199

Fax : 03 l-5999282, http; l I www.che m-e n g.its.ac.id

RINCIAN KEGIATAN HARIAN/MtNGGUAN MAHASISWA

KERJA PRAKTEK

l-lari /tanggal : Fabu / \r )otr l,otr'

Kegiatan yang dilakukan:

- $,*\tnron v^un' w/n^t na.,' Yoa fr )an, Tu7., v*k.,ql D.to^r(

dtn-aa Ytab;rnbir.t hor)a ?,'aA+ i)<

' ?<a\r-.'zaa -Tu?a f rueno(a.t twate*;ol D/;tlcO"a

(il^raf 27 Xuln htts

Mahasiswa, { Mahr5i54r-t,L Mengetahui,

Pembimbing

tSYp MAttopspV You b+r'2 A?t n rrol

F-010-1

1

Nama

NRP zA n tooqJL 7- ) \?, I eg lt t

/0 rl MR 0 D/A0 A)eoy.

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEI(NOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 6011l, Telp: 031-5946240, 5922934 # 1199

Fax : 03 l-5999282, http://rvrvrv.che nr-c n g.its. ac.id

F-010-1

RINCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

!t.;n, 2? )ut: ?,g,t7Hari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:

- |rnt- Y4\6)^ri thakr, fY,( n)( (cL^ fl0., E* ff^tn g t tt tdi h,a t !F- *i ar Dalan re

V4( )^ pr ^kn'!a

)r D\l b^c;

Mahasiswa, 1 ftl6xharsistut t2

( r lrr4 2B )qt; >o t9

M e ngeta hu i,

Pembimbing

/t

NNanra

NRP

lsfP M P lr€vPEA '(ou ANo ke Arr4

29 i2 too olL- 2? tz loo I llfiuMaP BA0 Fuoa'

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliln-Surabaya 60lll, Telp: 031-5946240,59:2934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I www.ch e nr-e n g. its. nc. id

R!NCIAN KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN MAHASISWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal :

l(egiatan yang dilakukan:i3{rdi!ti.ri I(tza t-ernbo,har Mr{tf.,' POu lll b tt r.,r, J on2on

F-010-1

Setatn , 2& J qr,- Zot,

Pp- lc i a h'n., lr<rto P.ak-+i L

Mahasiswa, +

Nama

NRP

(SY} MnHeyoFt)

C \'tot (a( 29 J "r't 2Ol IlaOha5is-o

I ;;;;;;;;,Pembimbing

lct,l P{./ Attt) ^/o'(

N21tt L@ 09, 23 tv Lae ll I

Aut"tpo DaDAUOo I tu,

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax: 03 1-5999282, http:/hvwrv.chenr-eng.its.ac.id

F-010-1

Hari / tanggal

Kegiatan yang

- (vr tt? ua

RtNCIAN KEGTATAN HARIAN/MTNGGUAN MAHASISWA

KER'A PRAKTEK

: Ea$ot , 71 )ut; 7"trd ila ku ka n:

lun1i Consr'p1 @ogn /ancl Ya^2 lztro/a d,' Lo( W-lDerso*o d(nzn ptog;* \;,9 ?ab-tr<

Mahasiswa, t t/ta\ast5 wa tZ

)/.-,, L14A*/^z/ ,---')//--' -'//<_-

L

You A-s,o /4-q4eoJ

( r laco( 2o )at; 29rr

Mengetahui,

Pembimbing

{\-/L-Aupoo B00cvp7l N

Nama

NRP

ttt'A 14AHEtoD /b2> iL too o?L z\ tt ro9 ltl

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEI(NOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliro-Surabaya 601 I l. Telp: 031-5946240, 5922934 # I 199

Fax : 03 l-5999282, http: I I wlvw.che m-e n g.its. ac.id

RtNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal '. k-arn,l, 7o JL,lli ZOt,Kegiatan yang dilakukan:

- Vv,r*t?(t6yt.; 1+^at17r; lgu Tt Ju+q fA..5ahosan JutT- | -fohaoarl

-1; A;"-" ?o,t m l.or"*^ l,

F-010-1

at^ th-ten' AvdeO Ip.o,InJ Un,'+ Ct'l ?d

f;lace( ? \ )\-l tr 20 l9

Mahasiswa, 1 t"laira 5f f ra,€r t 2 Mengetahui,

Pembimbing

ft4Nama

NRP

ftYp loIDlpses Yoc,r Ano 4+ep*tot

)5 tz lq2 ogl 29 tt- roo 11 \

A 4 rq po l\Ao PUDO rN

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOG I IN DUSTTTIINSTITUT TtrKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 601 I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 1-5999282, http: I lwww.chem-en g.its.ac. id

F-010-1

RtNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:_ lv,(M pz l67ar i

)otal , \t )Jri ZOtf

Vaftn,' kY*o lcc lcl Uo i+ t ti tq ) ben sa.^a

Ma hasiswa,

Nama

NRP

Ntsyb MaU e^,rgl

,t-' ,)//t/''/1r1

7 t-";'>

/Yoq [pP hQ( Ps{O\

f 1 lacog ) Ar! ttu r 2orf

Me ngeta hu i,

Pembimbing

73 1'l. too t,91 2. )g tl !ec} tll

AUupg DPqPU00t^)

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKanrpus ITS Sukolilo-Surabaya 6011l,'l-elp: 03 l-5946240, 5922934 # 1199

Fa x : 03 1-59 9 9282, http : I I ww w.ch e nr-e n g. its. a c. i d

F-010-1

Hari / tanggal

Kegiatan yang d:lakukan

RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASISWA

KERJA PRAKTEK

3 AXulfus ),otc--

- lrl unlusla[ Lan s l.husrts*leqdyl. IFD Lcc J La iFo PooL

evafuor,) al'ian

Mahasiswa,

c,!?*p 1fu,": ::l:Mengetahui,

Pembimbing

tsYff MRI+ENtr-& gDrJ &NO 71reP6i0J

UeAnMAp Bp0Rrioo.,-lNama

NRP 23 12 toD 0s2 za 12 IDO lll

JURUSAN TEKNIK KIMIA

RTNC|AN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

, 4 furNhts :oiS

F-010-1FAKULTAS TEKNOLOGT INDUSTRI

Kampus rrs Sukoriro-su.unulu ?6[ffi8 t -sg 4 6240, sg2zs3 4# l r eeFax : 03 l-599 9282, http : / /www.che nr_cn g.its.ac. iO

Harr / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:- Me+nbtot sAeke ohroyl IFD - dimq@ d".rl lleala+ 7 n

J.-e ol,{rqn lFo q fanqH lFo poo L

Rrl^pvw+.

Ma hasiswa,Mengetahui,

Pembimbing

4tt,1u^l(r'{/s8h MAHS^J&B - 9ou 61YP &tr4*,UNama

I!RP 33 i2 /DO ogz 23"tD t15c. illfrHMnD BeDe,JoDiN

JURUSAN TEKNIK KIMII\FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240, 5922934# ll99Fax : 03 l-59 99282, http : I I ww w.ch e m-e n g. its. a c. id

F-010-1

RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

. s ,*6r.r.sfrra zolCHari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:MYnlmhat hottl skefso tolirr,n A, h"n sukjun

Mahasiswa,

Ab*p 6 #Suslus 2otr'" "'f', "'Mengetahui,

Pembimbing

Nama

NRP

,s3R ^{ftrfiNbRft23 te_ too og=2

*Ffmtal &+'4rq., lB '30Rr.l60 il..l

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEI(NOLOGI INDU STRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 601 I I, Telp: 031-5946240, 5912934 # ll99lF ax : 03 l-599 9282, http : I I www.ch e nr-e n g. its. a c. id

F-010-1

RINCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

6 66urrix zo tcHari / tanggal :

Kegiatan yang dilakukan:- M*lqnql*-an Qmsc.s 4 jq t Lh.usus

Mahasiswa,

0r7!f , t.ft3ustus..z9rs

Mengetahui,

Pembimbing

tu, -.)

/ ,r7n/*7t/_-/l--''-V

ffotl 4r-,0 &FrftNOVNama

NRP

lsSF Mfrt1>19oqn

23 12 tao a?z 23 /: /00 tttH{MRO BNOPUOO'N

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoli;o-Surabaya 60lll, Telp: 031-5946240,5922934 # ll99Fax : 03 1-5999282, http: I I www.che nr-eng.its.ac.id

F-010-1

RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

: 1 A3wfui 1ol5-Hari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:- Lac'otan

Ltursus'

rnc.saiE,h l".rnLun

c-l!:r, 9 fu11t4 yte

Mahasiswa, Mengeta h u i,

Pembimbing

1

rsy4 MqfJeNo R4 JoU 4ry6 Af6rrval'23 t2 tD5 692 23 t;. tba lil

AHMftD B4OAUDOINNama

NRP

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNQLOGI SEPULUH NOPE,MBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240,5922934 # ll99F ax : 03 l-599 9282, http : / I w ww. ch e m-e n g. its. ac. i d

F-010-1

RTNCTAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

: io /+gu^t ha pa*Hari / tanggal

Keglata n yang-dilakukan:- Pembqal"n bPo*n Umum- Lqporun ko Pu"b;nbinq leh l,-en banq an h Lhrarts

C'u*p rr A1ucfus. . . . . . . . . . . t . , . . . . . .

Me ngeta hu i,

Pembimbing

2bLt

Mahasiswa,

14 t ,,th-,4VLt{ // --*(/- ,/uvI

lttr} MPrrci'J694 gou €ruo apTp*4ou"23 tz 1,oo og? 2s t2 Loc ill

AHfMaa BftDIzUooINNama

NRP

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus f TS Sukolito-Surabaya 601 I l, Telp: 03 I -5946240, 5922934 # 1199

Fax : 03 l-59 9 9282, http : I I www.che nr-e n g.its. a c.id

F-010-1

RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:

: /l &urfus ,0/t

- peatou.hn ofat) Un<-tm* D;"L'N| l.nnnq {ormqc Lq4rran Lh'<ttus J-qq an

C-ilaap t2'1,"Mengetahui,

Pembimbing

2wMa hasiswa,

'a

lt /2,t2/t ",1(z

/.rU79 MwFr'|bP-e sou R/\P ntrfrNDy

23 t2 totJ og2 23 t2 /A0 ll/Nama

NRP

JURUSAN TEKNIK KIMI.\FAKULTAS TEI(NOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus I'IS Sukolilo-Su rabaya 60 I I l, Telp: 03 I -59 46240, 592293 4 # ll99Fax : 03 l-59 99282, I rttp: I I www.ch e m-e n g.its. a c.id

F-010-1

RtNCTAN KEGTATAN HARTAN/MTNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

12 4juc luc ,0,.SHari / tanggal

Kegiatan yang dilakukan:- Penboatan thmq )a,r, Lhtsus

Mahasiswa,

AW,ny rs \ytu :?*Mengetahui,

Pembimbing

,.,ffi_j'l 1"",//./t,'-l/''-/' '/t

i3 t2 rca Dn2. 30q eruo APrff\OgBgAMq H*NORN 23t2 /Oo ill

AilMFo BooBtloPNNama

NRP

JURUSAN TEKNIK I(MIAFAKULTAS TEKNOLOGT INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEJ4BERKampus ITS Su koliio-Surabaya 601 I l, Telp: 03 I -59 46240, 592293 4 # ll99Fax : 03 1*599 9282, http : I I www.ch e m-en g. its. ac. id

RINCIAN KEGIATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal : 13 figxtus Jol5.'Kegiatan yang dilakukan:"

- " Pyb*t* Lofran tln,qm ,nluL ;,Lr-L,i olrh pr^h*bnq-Penhrakn 'laoo ra,n Lhurus -

F-010-1

Ciluap t4.. t.,. {.

Mengetahui,

Pembimbing

43usfus cors-

Ma hasiswa,

Nama

NRP

r,rgft M.p1-tENoeft' cou €No BrfBN0g.

z3 lZ l^D OXz 23 t2 tOD ilt

ttr-lr-4+b BaA r<UAO61

JUR.USAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukoliio-Surabaya 601I l, Telp: 031-5946240, 5922934 # ll99Fax : 03 l-5999282, http: I I wrvw.ch e nr-e n g.its.ac. id

F-010-1

RTNCIAN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASTSWA

KERJA PRAKTEK

Hari / tanggal t! f+1w tv 2stltrKegiatan yang dilakukan:

_ ' " '" i P*ru,i,rulun laPoran ta

?wb'rnb,n1 tnrb "1, Lorok-si

--

Ma hasiswa,

A^l('-f '

/1//2"4/qtr,/5 oq eNO +fr+Nol

o!:*p ll &vll,q aFMengetahui,

Pembimbing

Nama

NRP

15eft M*H€N0?:+

2St zto\ Oa 2 23 i2 itcO lll

+riv6p Beopuqo/r{

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERKampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111, Telp: 031-5946240,5922934 # 1199

Fax : 03 l-5999282, http: I I www.che m-c n g.its. ac. id

RtNC|AN KEGTATAN HARTAN/MtNGGUAN MAHASISWA

KERJA PRAKTEK

Hari /tanggal : !{^t^ / }3 ?..1 r xo\s

Kegiatan yang dilakukan:

- (l^{ l'nprlara.l hratlri ti?i^^ VaCqqrh LAo;4 ! LL.U w^afv(€\q ll-Yr'et+rt *Llk3-fuot ?lr, ^

n't - |.toa T- lan (a b *5, n^on )b>on?o^ty rtb; r i )q qa p-urA rc f..

(ila'1op r{ )..tri 2o\5

Mahasiswa, 1 Vo\otii ),^rt, ,2 Mengetahui,

Pembimbing

Aef pr"ar

F-010-1

lSYt, tlPP e NrOeA

4/".A uuh a 9aOPqDrru

Nama

NRP 7> l?,i@ 69L 7tr'L leo t)\