LP Asma

30
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN ASTHMA Oleh SHOFI KHAQUL ILMY NIM. 105070200131010 KELOMPOK. 9 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN K3LN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

LP Asma

Transcript of LP Asma

LAPORAN PENDAHULUANKLIEN DENGAN ASTHMA

OlehSHOFI KHAQUL ILMYNIM. 105070200131010KELOMPOK. 9

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN K3LNFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012

1. Definisi Asma Menurut GINA (Global Initiative For Asthma) 2002, Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, biasanya bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan.Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru-paru (WHO, 2011).Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secaa hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Smeltzer, C. Suzanne,2002).Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, 1990).

2. Klasifikasi AsmaKlasifikasi asma mencakup empat kategori antara lain:1) Mild intermittent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan yang sebentar2) Mild persistent,dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau menetap3) Moderate persistent,dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus atau menetap4) Severe persistent, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus menerus atau menetap.

Asmaterbagi atas : Asma alergi; disebabkan oleh allergen misalnya serbuk sari, binatang, amarah, makanan, dan jamur. Asma idiopatik atau non alergik; misalnya common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan yang dapat menimbulkan serangan, agen farmakologis : aspirin dan agens anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan agens sulfit. Asma gabungan; merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakterisstik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.Tingkatan pada penderita asma:1) Tingkat I Secara klinis normal, tanpa kelainan pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Pafa penderita ini timbul gejala bila ada faktor pencetus2) Tingkat II Penderita tanpa keluhan dan kelainan pada pemeriksaan fisisk tetapi fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas dan sering ditemukan setelah sembuh dari asma.3) Tingkat III Pada penderita tanpa keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukan kelainan yaitu obstruksi jalan nafas, biasanya pasien yang telah sembuh dari asma tetapi tidak berobat secara teratur4) Tingkat IV Penderita sesak nafas, butuh, nafas berbunyi pada pemeriksaan fisik dan obstruksi jalan nafas5) Tingkat V Penderita pada stadium status asmatikus dimana keadaan asma berat dan perlu pertolongan medis darurat.

3. Epidemiologi Asma Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995 dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian secara serius. Pada tahun 2002, sekitar 21,9 juta penduduk Amerika yang terjangkit penyakit asma menyerang anak-anak lebih dari 8 juta anak yang umumnya berusia dibawah 18 tahun.Di Amerika, penyakit asma masuk dalam peringkat 10 besar yang memiliki jumlah pasien rawat inap paling banyak. pada tahun 1980-1994, terdapat 160 % terjadi peningkatan para pengidap asma hingga menyerang pada balita. Sekitar 20 juta dari total penduduk Amerika menderita asma dan 70 % diantaranya disebabkan oleh alergi.

4. Etiologi Asma Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres dan hamil merupakan salah satu stress secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh. 1) Faktor intrinsik Infeksi: Para influenza virus, pneumonia, micoplasmal Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur, iritan kimia, polusi udara (CO, asap rokok dan parfum) Emosional: takut, cemas, dan tegang Aktivitas berlebihan2) Faktor ekstrinsikReaksi antigen dan antibody, karena inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu binatang).

5. Faktor Resiko AsmaFaktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma atau sering disebut sebagai faktor pencetus adalah: AlergenAlergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya. Infeksi Saluran NafasInfeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan. asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas (Sundaru, 1991). StressAdanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang terangsang akan meningkatkan adeno corticotropic hormon (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA). Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang direspon oleh tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkhus sehingga menimbulkan asma. Olahraga/ kegiatan jasmani yang beratSebagian penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olahraga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga. Obat obatanBeberapa pasien asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya. Polusi udaraPasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam. Lingkungan KerjaDiperkirakan 2 15% pasien asma pencetusnya adalah lingkungan kerja.

6. Manifestasi Klinis Asma Wheezing Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesoris tambahan pernafasan cuping hidung, retraksi dada, dan stridor. Batukkering (tidak produktif) karena sekresi kental dan lumen jalan nafas. Tachipnoe, ortopnea Gelisah Diaphorosis Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan Fatigue Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan bahkan bicara. Kecemasan, labil, dan perubahan tingkat kesadaran Meningkatnnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur

Berikut tanda atau pola perilaku pada anak atau balita yang menderita asma dilihat dari tingkat keparahan asma yang diderita, sebagai berikut :1) Jika mengalami serangan asma ringan, anak memiliki ciri atau pola perilaku, seperti : Anak tampak sesak saat berjalan. Pada bayi: menangis keras. Posisi anak: bisa berbaring. Kesadaran: mungkin irritable. Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi. Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Retraksi interkostal dan dangkal. Frekuensi nafas: cepat (takipnea). Frekuensi jalannya urat nadi: normal. Tidak ada pulsus paradoksus (< 10 mmHg) SaO2 % > 95%. PaO2 normal, biasanya tidak perlu diperiksa. PaCO2 < 45 mmHg 2) Jika mengalami serangan asma sedang, dengan ciri perilaku, seperti : Anak tampak sesak saat berbicara. Pada bayi: menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan. Posisi anak: lebih suka duduk. Kesadaran: biasanya irritable. Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi inspirasi. Biasanya menggunakan otot bantu pernafasan. Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang. Frekuensi nafas: cepat (takipnea). Frekuensi nadi: cepat (takikardi). Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg) SaO2 % sebesar 91-95%. PaO2 > 60 mmHg. PaCO2 < 45 mmHg 3) Jika mengalami serangan asma berat tanpa disertai napas yang tiba-tiba berhenti : Anak tampak sesak saat beristirahat. Pada bayi: tidak mau minum/makan. Posisi anak: duduk bertopang lengan. Dapat berbicara dengan kata-kata. Kesadaran: biasanya irritable. Terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi. Menggunakan otot bantu pernafasan. Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung. Frekuensi nafas: cepat (takipnea). Frekuensi nadi: cepat (takikardi). Ada pulsus paradoksus (> 20 mmHg) SaO2 % sebesar < 90 %. PaO2 < 60 mmHg. PaCO2 > 45 mmHg4) Jika mengalami serangan asma berat yang disertai ancaman henti nafas: Kesadaran: kebingungan. Nyata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi sulit atau tidak terdengar. Penggunaan otot bantu pernafasan: terdapat gerakan paradoks torakoabdominal. Retraksi dangkal/hilang. Frekuensi nafas: lambat (bradipnea). Frekuensi nadi: lambat (bradikardi). Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot nafas.

7. Patofisiologi Asma

Intrinsik (infeksi, psikososial, stress)

ketidakefektifan jalan napasGg pola npskoma Gg pertukaran gasVentilasi tergangguBernapas mlll mulutBatuk tdk efektifgelisahhipoksemiahiperkapneaSupai O2 ke otak menurunSuplai o2 jar menurunwheezingSekret tak keluarPenumpukan sekret kentalBronkus menyempitbronkospasmeHipersekresi mukosaedema mukosaRespon dinding bronkusPerubahan jaringan, pening Ig E dalam serumPeningk permiabilitas vaskuler akibat kebocoran protein + cairan dlm jarStimulasi reflek reseptor syarat parasimpatis pd mukosa bronchialPelepasan histamin tjd stimulasi pd bronkial smooth shg tjd kontraksi bronkusPeningk mast cell pd tracheobronchialBronchial mukosa menjadi sensitif oleh Ig EStimuli bronchial smooth + kontraksi otot bronchiolusPerangsang reflek reseptor tracheobronchialPenurunan stimuli reseptor terhadap iritan pd tracheobronchialEkstinsik (inhaled alergi)Hiperaktif non specifik stimuli penggerak dari cell mast

cemas

8. Pemeriksaan diagnostik Asma1) Foto rontgen; selama episode akut rontgen dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma.2) Pemeriksaan alergi; test kulit + yang menyebabkan reaksi melepuh dan hebat yang dapaat mengidentifikasikan allergen spesifik.3) Pulse oximetry ; ditemukan saturasi O2 perifer menurun ( cyanosis )4) Analisa gas darah; menunjukkan hipoksia selama serangan akut, awalnya terdapat hipokapnea dan respirasi alkalosis, PCO2 yang rendah.5) Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun,dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan napas rutin. Dalam spirometri akan mendeteksi: Penurunan forced expiratory volume (FEV) Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR) Kehilangan forced vital capacity (FVC) Kehilangan inspiratory capacity (IC)

6) Laboratorium darah lengkap,menunjukan terjadi perubahan sel darah putih selama fase asma akut,perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi.7) X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukan infiltrate dan hiperekspansi jalan napas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior dan pemeriksaan fisik,diduga barrel chest.

9. Penatalaksanaan AsmaTatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol). Tujuan : Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi akut Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise Menghindari efek samping obat Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel Mencegah kematian karena asma Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetiknya.Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan.Ada 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu: KIE dan hubungan dokter-pasien Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko; Penilaian, pengobatan dan monitor asma; Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut, dan Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus, dllPada prinsipnya penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi: 1) Penatalaksanaan asma akut/saat seranganSerangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan cepat. Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah : bronkodilator (2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida) kortikosteroid sistemikPada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2 agonis kerja cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral. Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3- 5 hari.Pada serangan sedang diberikan 2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau drip). Pada anak belum diberikan ipratropium bromida inhalasi maupun aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan IV. Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, 2 agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila 2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat bantu (spacer).2) Penatalaksanaan asma jangka panjangPenatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi: 1) Edukasi; 2) Obat asma (pengontrol dan pelega); dan Menjaga kebugaran. Edukasi Edukasi yang diberikan mencakup : Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan Mengenali gejala serangan asma secara dini Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu penggunaannya Mengenali dan menghindari faktor pencetus Kontrol teraturAlat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan pasien adalah pelangi asma, sedangkan pada anak digunakan lembaran harian. Obat asma Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol. Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain : Inhalasi kortikosteroid 2 agonis kerja panjang antileukotrien teofilin lepas lambat

Terapi asma kronik adalah sebagai berikut : 1) Asma ringan : agonis 2 inhalasi perlu atau agonis 2 oral sebelum exercise atau terpapar alergen.2) Asma sedang : antiinflamasi setiap hari dan agonis 2 inhalasi bila perlu. 3) Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis 2 long acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis 2 inhalasi sesuai kebutuhan.

Jenis Obat AsmaJenis obatGolonganNama generikBentuk/kemasan obat

Pengontrol(Antiinflamasi)

Pelega(Bronkodilator)

Steroid inhalasi

Antileukokotrin

Kortikosteroid sistemik

Agonis beta-2kerjalama

kombinasi steroid danAgonis beta-2kerjalama

Agonis beta-2 kerja cepat

Antikolinergik

Metilsantin

Kortikosteroid sistemikFlutikason propionatBudesonide

Zafirlukast

MetilprednisolonPrednison

ProkaterolFormoterolSalmeterol

Flutikason + Salmeterol.Budesonide + formoterol

Salbutamol

Terbutalin

Prokaterol

FenoterolIpratropium bromide

TeofilinAminofilinTeofilin lepas lambat

MetilprednisolonPrednisonIDTIDT, turbuhaler

Oral(tablet)

Oral(injeksi)Oral

OralTurbuhalerIDT

IDTTurbuhaler

Oral, IDT, rotacap solution

Oral, IDT, turbuhaler, solution, ampul (injeksi)

IDT

IDT, solutionIDT, solution

OralOral, injeksiOral

Oral, inhalerOral

10. Diagnosa keperawatan1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi sekret2) Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkus3) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

11. Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekret kental.Tujuan: bersihan jalan nafas kembali efektifKriteria Hasil : Bunyi nafas bersih Batuk efektif/mengeluarkan dahak

Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkusTujuan: pola nafas kembali efektif dalam 2x24 jam Kriteria hasil: Sesak berkurang atau hilang RR 18-24x/menit Tidak ada retraksi otot pernapasan

Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : cemas berkurang/ hilangKriteria Hasil : Klien tampak rileks Klien menyatakan sesak berkurang

IntervensiRasional

Kaji tingkat ansietas yang dialami klien

Mengetahui tingkat kecemasan untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya

Kaji kebiasaan keterampilan kopingMenilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta menawarkan alternatif koping yang bisa di gunakan

Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hatiDukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai tujuan yang sama

Implementasikan teknik relaksasiRelaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan menghilangkan kecemasan

Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukanPemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk lebih kooperatif

12. Evaluasi Hasil yang diharapkan, klien dapat mempertahankan kebersihan jalan nafas atas, mempertahankan oksigenasi atau ventilasi adekuat. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, dapat beraktivitas tanpa bantuan, memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan program pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Halim Danukusantoso. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Penerbit Hipokrates. Smeltzer, C. Suzanne, dkk. 2000. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta : EGC. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis. Edisi VI,Vol I. Jakarta : EGC.Tucker S. Martin. 1998. Standart Perawatan Pasien. Jilid 2. Jakarta : EGC.Price, Sylvia & Wilson Lorraine. 2006. Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGCPrawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Revisi 20. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Arifin, Laily. 12 Juni 2007. Pregnancy and Tuberculosis. http://lely-nursinginfo.blogspot.com/2007/06/Pregnancy-and-tuberculosis/htmlSoedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University Press.Frieri, Marianne. Management of Asthma in Women. 402-412 WOMENS HEALTH IN PRIMARY CARE. Volume 7 Number 8 September 2004.Baratawidjaja, K. 1990. Asma Bronchiale, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:EGC.Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. 2000. Rencana AsuhanKeperawatan. Jakarta : EGC.Staff Pengajar FK UI. 1997. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika.Sundaru, H. 1995. Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya. Jakarta : FK UI.Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Media Aescullaplus.